Anda di halaman 1dari 9

PutriMeipaLiyana

VII.5
SMPN 9 PALEMBANG

Sinopsis Drama Bawang Merah & Bawang Putih


Pada dahulu kala tinggalah sebuah keluarga disebuah desa. Mereka terdiri dari
ayah, ibu, dan seorang gadis remaja dengan nama Bawang Putih. Mereka adalah
sebuah keluarga yang hidup bahagia. Kendati ayah Bawang Putih hanyalah seorang
pedagang biasa, namun mereka bisa hidup dengan sangat rukun dan sentosa
hingga pada suatu hari ibu Bawang Putih sakit parah yang akhirnya meninggal
dunia. Bawang Putih sangat berduka dengan meninggalnya ibunda tercintanya itu,
begitu juga dengan ayahnya, ia merasakan duka yang sangat mendalam harus
menerima kenyataan itu.

Dialog drama Bawang Merah & Bawang Putih


Bawang Putih:
Ayah, kenapa sih ibu harus pergi meninggalkan kita dengan begitu cepatnya?

Ayah:
Ini memang sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, nak.

Bawang Putih:
Ya, sudah lah, yah.. memang sudah menjadi ketentuan yang maha kuasa.

Ayah:
Ya, benar anakku. Biarlah, ini memang sudah ditentukan-Nya.

Di desa itu terdapat seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah.
Semenjak ibu Bawang Putih meninggal ibu Bawang Merah sering menyempatkan
diri untuk berkunjung kerumah Bawang Putih. Ibu Bawang Merah sering
membawakan makanan untuk Bawang Putih dan ayahnya, membantu Bawang Putih
bersih-bersih rumah, dan juga menemani Bawang Putih dan ayahnya untuk
berbagi lewat obrolan.

Ibu Bawang Merah:


Bawang Putih... ini saya bawakan makanan untuk kamu.

Bawang Putih:
Iya, terima kasih banyak bu sudah membawakan makanan untuk Bawang Putih.

Ibu Bawang Merah:


PutriMeipaLiyana
VII.5
SMPN 9 PALEMBANG

Ya, sama-sama, ibu cuman nggak pengen lihat kamu kurang makan. Ya sudah, kalau
gitu ibu pamit pulang dulu.

Ayah Bawang Putih : Bu, nitip salam ya buat Bawang Merah.

Ibu Bawang Merah: Iya, nanti aku sampaikan ke Bawang Merah.

Kedekatan Ayah Bawang Putih dengan ibu Bawang Merah yang dirasanya sangat
baik hati membuat ayah Bawang Putih kepikiran untuk menikahi ibu Bawang
Merah. Dengan meminta pertimbangan dari Bawang Putih, kemudian ayah Bawang
Putih menikah dengan ibu Bawang Merah.

Ayah Bawang Putih:


Bawang Putih, andai saja ayah menikahi dengan ibu Bawang Merah, apakah kamu
setuju, nak?

Bawang Putih: Aku hanya ngikut kemauan ayah, kalau ayah memang
menginginkannya, kenapa aku harus menghalanginya. Lagian ibu Bawang Merah itu
kan baik hati.

Ayah Bawang Putih:


Baiklah nak kalau begitu, terimakasih atas izin kamu. Bagaimana denganmu
Bawang Merah? apakah kamu juga setuju?

Bawang Merah:
Aku juga setuju, ibu setuju juga kan?

Ibu Bawang Merah:


Ya, ibu juga setuju dengan niatan ayah Bawang Putih untuk menikahi ibu.

Diawal-awal pernikahan, ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersikap sangat
baik kepada Bawang Putih. Namun, lama-kelamaan tabiat sesungguhnya mereka
akhirnya mulai kelihatan. Bawang Merah dan ibunya sering kali memarahi Bawang
Putih dan tidak jarang memberinya pekerjaan yang berat manakala ayah Bawang
Putih sedang tidak ada dirumah. Karena Ayah Bawang Putih sedang berdagang,
maka ayah Bawamg Putih tidak tahu-menahu perihal perlakukan ibu tirinya itu
karena Bawang Putih sendiri tidak pernah menceritakan perlakukan ibu tirinya itu
kepada ayahnya.

Ibu:
PutriMeipaLiyana
VII.5
SMPN 9 PALEMBANG

Putih.. kamu harus membersihkan lantai ya, cuci piring, dan semua pekerjaan
rumah harus kamu bereskan!

Bawang Putih:
Iya, Baik bu, akan Putih kerjakan.

Bawang Merah:
Putih, kamu harus membersihkan kamarku biar terlihat rapi dan nggak
berantakan.

Bawang Putih:
Baik kak, akan Putih bersihkan.

Pada suatu hari ayah Bawang Putih jatuh sakit hingga kemudian meninggal dunia.
Kini Bawang Putih tidak lagi punya ayah dan juga ibu.

Ayah:
Bawang Putih, sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi. Penyakit ayah tidak mungkin
bisa disembuhkan lagi.

Bawang Putih:
Ayah, Putih mohon sama ayah, jangan tinggalin Putih, yah! Putih akan sama siapa
lagi, yah?

Ayah:
Maafkan ayah, nak. Jika ayah pergi, kamu baik-baik saja ya, nak.

Bawang Putih:
Iya, ayah.

Ayah:
Bu, aku titip Putih ya? Tolong jagain Putih, dan aku mohon ibu bisa menganggap
dia seperti anak ibu sendiri.

Ibu Bawang Merah:


Ya, baik ayah.

Bawang Putih:
Ayah.. jangan tinggalkan Putih, yah! (Bawang Putih bercucuran air mata)
PutriMeipaLiyana
VII.5
SMPN 9 PALEMBANG

Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin leluasa dan bertindak semena-
mena terhadap Bawang Putih. Bawang Putih seperti menjadi buruh Bawang Merah
dan ibunya.

Ibu:
Bawang Putih, nanti kamu harus bangun sebelum adzan Subuh. Kamu harus
persiapkan air mandi dan sarapan untuk ibu dan Bawang Merah. Terus kamu harus
memberi makan pada ternak, lalu menyiram di kebun, dan mencuci baju ke sungai.
Sesudah itu, kamu lekas menyetrika baju, dan membersihkan rumah, paham?

Bawang Putih:
Ya, Putih mengerti, ibu.

Meskipun diperlakukan seperti seorang pembantu, namun Bawang Putih selalu


mengerjakan perintah Ibu Bawang Merah dengan hati yang riang. Dia berharap
suatu saat ibu tirinya itu bisa mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pada pagi itu, seperti biasa Bawang Putih membawa timba berisi pakaian yang
akan dicucinya di sungai. Sambil bernyanyi kecil Putih menyusuri jalan setapak
dipinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya.

Bawang Putih:

Pada hari itu cuaca sangat cerah. Bawang Putih segera mencuci semua pakaian
kotor milik ibu dan kakak tirinya yang dibawanya. Merasa terlalu keasyikan,
Bawang Putih tidak menyadari bahwa salah satu baju ibu tirinya hanyut terbawa
arus. Lebih parahnya lagi baju yang hanyut itu merupakan baju kesayangan ibu
tirinya. Saat menyadari hal itu, Bawang Putih mencoba menyusuri sungai untuk
menemukan baju itu.

Bawang Putih:
Aku harus menemukan baju ibu, karena itu adalah baju kesayangannya. Jika
tidak, ibu pasti akan sangat marah sama aku.

Setelah berusaha mencarinya dengan menyusuri sungai, Bawang Putih akhirnya


tidak berhasil menemukan baju kesayangan ibu tirinya itu. Dengan wajah putus
asa dia kembali kerumah dan menceritakan kejadian itu kepada ibunya.

Bawang Putih:
Bu, Putih mau minta maaf sama ibu. Maafkan Putih bu, baju ibu hanyut terbawa
PutriMeipaLiyana
VII.5
SMPN 9 PALEMBANG

arus.

Ibu:
Terbawa arus? Dasar kamu ceroboh! Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus
mencari baju itu sampai ketemu ! Ingat, kamu tidak boleh pulang ke rumah jika
belum menemukan baju itu, paham?

Dengan segala keterpaksaan, Bawang Putih terpaksa harus menuruti keinginan ibu
tirinya. Dia kembali menyusuri sungai tempat dimana dia tadi mencuci. Setelah
sekian lama mencari, Bawang Putih tak juga menemukan baju itu. Bawang Putih
terus berusaha mempertajam pandangannya dan lebih teliti lagi untuk
menemukan baju itu.

Bawang Putih bertemu dengan seorang wanita paruh baya dan menanyakan
sesuatu kepada orang tersebut.

Bawang Putih:
Bi.. bi.. bi.. !

Bibi:
Ya, ada apa nak?

Bawang Putih:
Mau nanya bi, apakah bibi melihat baju merah hanyut terseret arus lewat sini?
Saya harus menemukan baju itu bi, dan harus segera membawanya pulang.

Bibi:
Tadi sih saya lihat nak, kalu kamu mengejarnya kamu harus cepat-cepat! mungkin
kamu bisa menemukan baju itu.

Bawang Putih:
Baiklah bi, terimakasih banyak ya, bi!

Bibi:
Iya, sama-sama.

Hari sudah beranjak gelap, Bawang Putih pun mulai putus asa untuk menemukan
baju itu. Tidak lama lagi malam akan tiba. Dari kejauhan Nampak cahaya lampu
yang berasal dari sebuah gubuk tepi sungai. Bawang Putih bergegas menghampiri
rumah itu lalu mengetuk pintu.
PutriMeipaLiyana
VII.5
SMPN 9 PALEMBANG

Bawang Putih:
Permisi, pak/bu..!

Nenek:
Kamu siapa, nak?

Bawang Putih:
Saya Bawang Putih, nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hilang
dibawah arus sungai dan sekarang kemalaman, apa boleh saya numpang disini
malam ini, nek?

Nenek:
Tentu, tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai
baju itu, baiklah aku akan mengembalikannya sama kamu, tapi kamu harus
menemeni nenek disini selama seminggu, karena sudah lama nenek tidak ngobrol
sama siapapun, bagaimana apa kamu setuju?

Bawang Putih:
Baiklah nek kalau begitu, saya akan menemani nenek selama satu minggu, asalkan
nenek tidak jenuh sama aku.

Selama satu minggu Bawang Putih pun tinggal bersama nenek itu. Setiap hari
Bawang Putih membantu nenek itu untuk mengerjakan pekerjaan rumah nenek.
Nenek itu pun merasa sangat senang sampai akhirnya genap sudah satu minggu.
Nenek itu memanggil Bawang Putih

Nenek:
Nak, sudah satu minggu kamu tinggal digubuk nenek dan nenek senang sekali
karena kamu anak yang sangat rajin dan berbakti. Karena itu, sesuai janji
nenek sebelumnya kamu boleh membawa pulan baju ibu kamu, dan satu lagi kamu
boleh memilih salah satu dari labu kuning ini sebagai hadiah dari nenek.

Bawang Putih:
Jangan nek, nenek tidak usah memberiku hadiah.

Nenek:
Sudahlah, ambil saja Bawang Putih.

Bawang Putih:
PutriMeipaLiyana
VII.5
SMPN 9 PALEMBANG

Ya sudah, kelau begitu Putih memilih yang kecil, nek.

Nenek:
Kenapa kamu memilih yang kecil, nak?

Bawang Putih:
Kalau yang besar, saya takut tidak kuat membawanya, nek.

Nenek itu pun tersenyum...

Setelah sampai di rumah, Bawang Putih segera menyerahkan baju merah milik ibu
tirinya itu.

Bawang Putih:
Ibu, ini baju ibu sudah aku temukan.

Ibu:
Mana? Ya sudah, sana pergi kamu.

Bawang Putih:
Ya, bu.

Bawang Putihpun pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya, betapa


terkejutnya Bawang Putih ketika labu yang terbelah itu ternyata berisi emas
permata yang sangat banyak sekali.

Bawang Putih:
Haaah... emas. Ibu, aku dapat emas permata.

Bawang Merah dan ibunya pun langsung merebut emas dan Permata tersebut dari
Bawang Putih.

Bawang Merah:
He.., kamu dapat emas dan permata ini darimana? kok bisa-bisanya dapat emas
permata sebanyak ini?

Ibu:
Dapat darimana kamu, Putih?

Bawang Putih:
PutriMeipaLiyana
VII.5
SMPN 9 PALEMBANG

Emas itu aku dapat dari

Bawang Merah:
Darimana? Ayo ngomong kamu!

Bawang Putih:
Pas aku sedang mencari baju ibu yang hanyut terbawa arus yang kemudian
kemalaman terus aku menginap dirumah seorang nenek yang gubuknya berada
pinggir sungai, dan aku disuruh untuk menemaninya selama satu minggu. Setelah
itu, aku diberi hadiah ini yang ternyata berupa emas permata setekag aku belah.

Usai mendengar cerita Bawang Putih, Bawang Merah pun berencana untuk
melakukan hal yang sama, tapi kali ini Bawang Merah yang berniat melakukannya.

Ibu:
Bawang Merah, kamu harus melakukan apa yang dilakukan oleh anak malang ini.

Bawang Merah:
Ya, bu. Bawang Merah akan melakukannya.

Ibu:
Ya sudah, kalau begitu besok pagi kamu harus pergi ke sungai, ya?

Bawang Merah:
Ya, baik bu.

Pada esok harinya Bawang Merah pun secara sengaja menghanyutkan bajunya ke
sungai, setelah itu dia lantas menuju rumah nenek tersebut.

Bawang Merah:
Nek, nek... nenek lihat baju yang hanyut, tidak?

Nenek: Nenek tau, tapi kamu harus menemaniku selama seminggu, bagaimana?

Bawang Merah:
Ya, baiklah nek.

Selama satu minggu lamanya Bawang Merah selalu bermalas-malasan, jika ada
yang dikerjakan pasti hasilnya tidak sesuai keinginan nenenk itu karena
PutriMeipaLiyana
VII.5
SMPN 9 PALEMBANG

dikerjakan dengan malas-malasan. Akhirnya setelah satu minggu nenek


membolehkan Bawang Merah untuk pulang.

Bawang Merah:
Bukannya mestinya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena sudah mau
menemani nenek selama satu minggu?

Nenek:
Oh, ya... silahkan kamu memilih salah satu dari labu itu.

Bawang Merah:
Bawang Merah pun mengambil yang besar, dan langsung pergi meninggalkan gubuk
nenek itu.

Ketika sampai di rumah, Bawang Merah segera menemui ibunya dan dengan
gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut Bawang Putih akan
minta bagian, mereka menyuruh Bawang Putih untuk pergi ke sungai yang tidak
jauh dari rumahnya.

Ibu:
Bwang Putih, sana kamu pergi ke sungai cuci baju-baju yang kotor.

Bawang Putih:
Iya, bu.

Hingga Bawang Putih pergi, mereka membelah labu tersebut, namun ternyata
yang keluar bukan emas melainkan binatang berbisa, salah satunya adalah ular.
Binatang itu pun langsung menyerang Bawang Merah dan Ibunya sampai
meninggal.

Bawang Merah & Ibu:


Aaa... tolong.... !!

Anda mungkin juga menyukai