Gambar 1. The information flow by R.C Atkinson & Shiffrin (Retnowati, 2014)
Ingatan tersirat (implicit memory) adalah bentuk retensi sadar yang tidak disengaja,
seperti sentuhan memainkan piano atau mencoba sepatumu. Namun seringkali catatan
pengalaman awal kita tidak tersedia bagi kesadaran kita, namun tetap mempengaruhi
perilaku kita. Memori semacam ini disebut memori implisit. Implicit memory adalah
bentuk retensi sadar yang tidak disengaja yang tindakan kita dipengaruhi oleh peristiwa
sebelumnya namun tanpa kesadaran sadar. Ketika kita memikirkan ingatan, kita biasanya
berpikir untuk membawa pikiran masa lalu. apakah ingatan itu sukarela (pencarian
informasi yang sadar) atau tidak disengaja (pikiran masuk ke kepala kita), kita
mengetahuinya sesuai dengan kejadian di masa lalu. Ingatan semacam ini yang melibatkan
recall atau pengakuan sadar dari pengalaman sebelumnya, disebut memori eksplisit.
Pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) adalah pengetahuan faktual tentang
"knowing what" atau mengetahui apa atau fakta, misalnya pengetahuan bahwa danau
toba dan pulau samosir berada di Sumatera, surabaya sebagai ibu kota Jawa Timur.
Pengetahuan prosedural (procedural knowledge) tentang "knowing how" atau pengetahuan
yang memberikan informasi mengenai prosedur sesuai aktivitas, misalnya cara mengemudi
mobil, cara mengeperasikan komputer, cara menghidupkan televisi. Sedangkan
Pengetahuan bersyarat (conditional knowledge) adalah "mengetahui kapan dan mengapa
(knowing when and why)" menggunakan pengetahuan deklaratif dan prosedural. Misalnya,
siswa mungkin telah mempelajari konsep dasar aljabar (mewakili angka dengan huruf dan
mengekspresikan hubungan numerik dengan persamaan/pertidaksamaan aljabar) dan dapat
dengan andal melakukan operasi prosedural tertentu (menyederhanakan
persamaan/pertidaksamaan aljabar) namun tetap tidak dapat menerapkan pengetahuan ini
diperlukan untuk membantu siswa memanfaatkan secara efektif pengetahuan deklaratif dan
prosedural mereka.
Dalam kategori pengetahuan deklaratif, Tulving dkk (Bruning, 2011) telah
membedakan antara memori untuk pengetahuan umum, yang disebut memori semantik,
dan memori episodik. Memori semantik mengandung informasi yang berlaku secara
umum, misalnya fakta bahwa lemon berwarna kuning, gula itu manis, garam itu asin, dan
bumi bulat. Selain itu, dalam memori sematik meliputi pengetahuan tentang kata dan
konsep yang telah diorganisasikan. Memori episodik merujuk pada penyimpanan dan
pengungkapan pengalaman-pengalaman masa lalu yang menyenangkan.
Skemata (Schemata)
Skema merupakan kerangka mental yang digunakan untuk menata pengetahuan yang
tersimpan dalam LTM. Kumpulan dari beberapa skema dinamakan skemata. Skemata
secara spesifik didefinisikan sebagai pengetahuan yang di organisir (ditata) dalam
representasi yang kompleks. Penjelasan tersebut oleh para ahli kognitif disebut schema
theory. Skemata berfungsi mengkontrol penyandian, penyimpanan, perbaikan sebuah
informasi. Dengan skema, pengetahuan atau suatu informasi akan lebih mudah diterima
kemudian akan disandikan untuk selanjutnya disimpan secara teratur dan sistematis. Chi,
Glaser & Rees (Kirschner, 2002) mengemukakan bahwa skema mengkategorikan elemen
informasi sesuia dengan bagaimana penggunaanya. Skema dapat menyimpan sejumlah
besar informasi, namun diproses sebagai satu kesatuan dalam working memory. Skemata
dapat mengintergrasikan elemen informasi dan aturan produksi menjadi otomatis.
Dimensi lain dari Long-Term Memory (LTM) : Representasi Verbal dan Imajiner
Alan Paivo (1971, 1986a) telah mengusulkan agar informasi diwakili dalam dua
sistem yang berbeda secara mendasar: yang satu sesuai dengan informasi verbal dan yang
lainnya menjadi informasi gambar. sistem pengkodean verbal disesuaikan dari informasi
berbasis bahasa dan menekankan asosiasi lisan. menurut Paivo, kata-kata, kalimat, isi
penutup dan cerita dikodekan dalam sistem ini. Sebaliknya, informasi nonverbal seperti
gambar, sensasi, dan suara disimpan dalam sistem pengkodean imajiner (Pavio, dkk). Teori
pavio telah disebut teori pengkodean ganda, karena informasi yang masuk dapat dikodekan
dalam satu atau kedua sistem. Informasi yang dikodekan di kedua sistem akan lebih mudah
diingat daripada informasi yang hanya dikodekan dalam sistem verbal atau imaginal.
Bruning, G. H., Schraw, G. J., Norby, N. M., Ronning, R. R., (2011). Cognitive psychology
and instruction (5th ed.). Upper Saddle river, NJ: Pearson.
Kirschner, P. A., & Paul A, K. (2002). Cognitive load theory: implications of cognitive
load theory on the design of learning. Learning and Instruction, 12(1), 110.
https://doi.org/10.1016/S0959-4752(01)00014-7
Sweller, J., Ayres, P., & Kalyuga, S. (2011). Cognitive load theory. New York, NY:
Springer.
1. Konsep (Concepts)
Konsep merupakan struktur mental yang memberikan representasi kategori yang
bermakna. Berbagai objek dikelompokkan menjadi satu berdasarkan kebersamaan ciri
yang diamati sesuai dengan kategori. Kesamaan yang dimiliki berbagai objek ini disebut
atribut; dan penampilan esensial untuk mendefinisikan konsep disebut defining attributes.
Pembelajaran konsep harus mendefinisikan atribut dan menentukan aturan yang
menghubungkan satu atribut dengan yang lainya. Sehingga, konsep merupakan salah satu
blok dalam LTM tempat menyimpan pengetahuan atau suatu informasi
2. Proposisi (Propositions)
Proposisi adalah satuan makna terkecil yang menampilkan satu pernyataan secara
tegas. Proposisi lebih kompleks dibandingkan dengan konsep yang termasuk di dalamnya,
konsep adalah kategori relatif yang bersifat mendasar, sedangkan proposisi merupakan satu
pernyataan mental berkenaan dengan pengalaman yang teramati dan berkenan dengan
pengalaman yang teramati dan berkenen dengan hubungan antar konsep.
3. Produksi (Productions)
Konsep, proposisi, dan skemata meruapakan suatu cara yang digunakan untuk
merespresentasikan pengetahuan deklaratif. Produksi merupakan cara untuk
merepresentasikan pengetahuan prosedur. Produksi di artikan sebagai satu kondisi atau
persyaratan aturan tindakan apabila/makna yang menyatakan satu tindakan harus
dilaksanakan kondisi atau persyaratan yang harus di penuhi untuk suatu tindakan yanng
harus di lakukan.
4. Naskah (Scripts)
scripts atau naskah merupakan kerangka kerja mental yang digunakan untuk
pengetahuan prosedural. Secara singkat dapat dijelaskan, skrip (naskah) adalah skema yang
merepresentasikan suatu peristiwa. Dalam menggunakan skrip kita merusaha
memperhitungkan untuk memahami peristiwa-peristiwa di tempat umum seperti pergi ke
restoran atau dedung bioskop. Apabila tindkan kita dilakukan berulang ulang maka
kemudian hal itu akan tersimpan dalam skrip sebagai struktur mental. Dalam struktur
mental ini tidak hanya berupa urutan tindakan tetapi juga karakteristik pelaku dan objek
dalam tahanan itu. Di restoran misalnya, secara khas orang masuk, duduk, memesan,
makanan, makan membayar tagiahan, dan pergi ke luar. Begitu pula dalam aktivitas lain
nya seperti naik kerata api, menonton film bioskop, menghadiri resepsi pernikahan.