Anda di halaman 1dari 9

LONG-TERM MEMORY (LTM)

A. Karakteristik Long-Term Memory (LTM)


Kerangka Long-Term Memory (LTM)
Sistem memory manusia dipandang sebagai sebuah sistem pemprosesan informasi.
Sistem memory manusia digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana informasi di proses
dan ditata dalam taraf memory yang berbeda. Berikut merupakan salah satu modal model
yang dikembangkan oleh R.C Atkinson & Shiffrin (Retnowati, 2014).

Gambar 1. The information flow by R.C Atkinson & Shiffrin (Retnowati, 2014)

Long-term Memory, disingkat dengan LTM, dianggap sebagai penyimpanan informasi


tetap yang terakumulasi dan berubah selama kehidupan manusia (R. C. Atkinson &
Shiffrin, 1968; Sweller et al., 2011). LTM merupakan gudang/tempat penyimpanan
permanen dalam struktur kognitif manusia dan memiliki kapasitas yang hampir tidak
terbatas. Sweller (Retnowati, 2014) mengungkapkan bahwa LTM sangat penting bagi
kognisi manusia, karena tujuan dari belajar adalah mengubah struktur pengetahuan yang
tersimpan dalam LTM.
De Groot (Retnowati, 2014) membuktikan bahwa kapasitas penyimpanan LTM tak
terbatas dengan cara studi klasik tentang catur. Penelitian dilakukan antara tahun 1938
sampai 1943. Penelitian awal dirancang untuk menganalisis bagaimana pemain catur
berfikir saat melakukan gerakan mereka (catur). Para pemain terdiri dari grandmaster,
master, para juara, dan pemain yang kurang terampil. De Groot meramalkan bahwa para
grandmaster akan menggunakan strategi dan taktik yang canggih, namun menemukan
sedikit perbedaan antara metode yang digunakan oleh pemain catur dengan tingkat
keahlian yang berbeda.
De Groot juga meminta peserta untuk melihat konfigurasi catur tertentu di papan
untuk interval waktu singkat (10 sampai 15 detik), dan kemudian meminta mereka untuk
merekonstruksi konfigurasi. De Groot menemukan bahwa para grandmaster dapat secara
efisien memahami konfigurasi dalam waktu yang kurang (sekitar lima detik),
merekonstruksi dengan lebih akurat, dan kemudian dapat menunjukkan langkah terbaik
terkait berikutnya, dibandingkan dengan pemain yang kurang terampil. Dia kemudian
menemukan bahwa grandmasters dapat memvisualisasikan konfigurasi catur sebagai
struktur yang bermakna, yang memungkinkan mereka memahami konsep dasar yang ada.
Mereka memiliki basis pengetahuan yang luas tentang posisi catur dan gerakan yang tepat
yang memberi mereka keunggulan tersendiri dibanding pemain catur yang kurang
berpengalaman. Studi De Groot sangat mempengaruhi studi tentang kognisi manusia
karena ia menggambarkan bahwa keahlian dalam catur adalah hasil dari pengetahuan yang
tersimpan dalam memori jangka panjang, daripada pemecahan masalah dan perencanaan di
tempat yang tepat.
Chase dan Simon (Retnowati, 2014) mereplikasi temuan de Groot bahwa pemain catur
master lebih unggul dari pemain baru saat diminta untuk mengingat konfigurasi catur
sebenarnya. Namun, saat diperlihatkan papan catur tempat potongan-potongannya
ditempatkan secara acak, para ahli tidak ingat lebih baik dari pada novis (pemula). Hasil
terakhir ini menunjukkan bahwa ahli catur tidak memiliki kapasitas memori kerja yang
lebih besar daripada pemula seperti itu. Ketika mencoba mengingat konfigurasi acak,
semua pemain dibatasi oleh temuan kapasitas terbatas. Baru pada saat potongan catur
menciptakan pola yang bermakna yang diingat para ahli sebagai hasil dari ingatan jangka
panjang yang superior.
Para ahli kognitif mengkategorikan pengetahuan dalam LTM ke dalam 3 kategori
(Bruning, 1995) yaitu pengetahuan deklaratif (declarative knowledge), pengetahuan
procedural (procedural knowledge), dan pengetahuan bersyarat (condicional knowledge).
Pengetahuan deklaratif masih dibagi lagi menjadi memori semantik (semantic memory)
dan memori episodik (episodic memory).
Gambar 2. The knowledge in LTM

Ingatan tersirat (implicit memory) adalah bentuk retensi sadar yang tidak disengaja,
seperti sentuhan memainkan piano atau mencoba sepatumu. Namun seringkali catatan
pengalaman awal kita tidak tersedia bagi kesadaran kita, namun tetap mempengaruhi
perilaku kita. Memori semacam ini disebut memori implisit. Implicit memory adalah
bentuk retensi sadar yang tidak disengaja yang tindakan kita dipengaruhi oleh peristiwa
sebelumnya namun tanpa kesadaran sadar. Ketika kita memikirkan ingatan, kita biasanya
berpikir untuk membawa pikiran masa lalu. apakah ingatan itu sukarela (pencarian
informasi yang sadar) atau tidak disengaja (pikiran masuk ke kepala kita), kita
mengetahuinya sesuai dengan kejadian di masa lalu. Ingatan semacam ini yang melibatkan
recall atau pengakuan sadar dari pengalaman sebelumnya, disebut memori eksplisit.
Pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) adalah pengetahuan faktual tentang
"knowing what" atau mengetahui apa atau fakta, misalnya pengetahuan bahwa danau
toba dan pulau samosir berada di Sumatera, surabaya sebagai ibu kota Jawa Timur.
Pengetahuan prosedural (procedural knowledge) tentang "knowing how" atau pengetahuan
yang memberikan informasi mengenai prosedur sesuai aktivitas, misalnya cara mengemudi
mobil, cara mengeperasikan komputer, cara menghidupkan televisi. Sedangkan
Pengetahuan bersyarat (conditional knowledge) adalah "mengetahui kapan dan mengapa
(knowing when and why)" menggunakan pengetahuan deklaratif dan prosedural. Misalnya,
siswa mungkin telah mempelajari konsep dasar aljabar (mewakili angka dengan huruf dan
mengekspresikan hubungan numerik dengan persamaan/pertidaksamaan aljabar) dan dapat
dengan andal melakukan operasi prosedural tertentu (menyederhanakan
persamaan/pertidaksamaan aljabar) namun tetap tidak dapat menerapkan pengetahuan ini
diperlukan untuk membantu siswa memanfaatkan secara efektif pengetahuan deklaratif dan
prosedural mereka.
Dalam kategori pengetahuan deklaratif, Tulving dkk (Bruning, 2011) telah
membedakan antara memori untuk pengetahuan umum, yang disebut memori semantik,
dan memori episodik. Memori semantik mengandung informasi yang berlaku secara
umum, misalnya fakta bahwa lemon berwarna kuning, gula itu manis, garam itu asin, dan
bumi bulat. Selain itu, dalam memori sematik meliputi pengetahuan tentang kata dan
konsep yang telah diorganisasikan. Memori episodik merujuk pada penyimpanan dan
pengungkapan pengalaman-pengalaman masa lalu yang menyenangkan.

Blok Bangunan Kognitif (The Building Blocks of Cognitive)


Ahli kognitif berpendapat bahwa dalam LTM ada lima blok bangunan kognitif guna
menyimpan pengetahuan atau suatu informasi. Lima blok bangunan kognitif antara lain:
Konsep, Proposisi, Skemata, Produksi, dan Naskah. Ahli kognitif lebih menyoroto pada
skemata. Berikut penjelasan terkait dengan skemata.

Skemata (Schemata)
Skema merupakan kerangka mental yang digunakan untuk menata pengetahuan yang
tersimpan dalam LTM. Kumpulan dari beberapa skema dinamakan skemata. Skemata
secara spesifik didefinisikan sebagai pengetahuan yang di organisir (ditata) dalam
representasi yang kompleks. Penjelasan tersebut oleh para ahli kognitif disebut schema
theory. Skemata berfungsi mengkontrol penyandian, penyimpanan, perbaikan sebuah
informasi. Dengan skema, pengetahuan atau suatu informasi akan lebih mudah diterima
kemudian akan disandikan untuk selanjutnya disimpan secara teratur dan sistematis. Chi,
Glaser & Rees (Kirschner, 2002) mengemukakan bahwa skema mengkategorikan elemen
informasi sesuia dengan bagaimana penggunaanya. Skema dapat menyimpan sejumlah
besar informasi, namun diproses sebagai satu kesatuan dalam working memory. Skemata
dapat mengintergrasikan elemen informasi dan aturan produksi menjadi otomatis.

Dimensi lain dari Long-Term Memory (LTM) : Representasi Verbal dan Imajiner
Alan Paivo (1971, 1986a) telah mengusulkan agar informasi diwakili dalam dua
sistem yang berbeda secara mendasar: yang satu sesuai dengan informasi verbal dan yang
lainnya menjadi informasi gambar. sistem pengkodean verbal disesuaikan dari informasi
berbasis bahasa dan menekankan asosiasi lisan. menurut Paivo, kata-kata, kalimat, isi
penutup dan cerita dikodekan dalam sistem ini. Sebaliknya, informasi nonverbal seperti
gambar, sensasi, dan suara disimpan dalam sistem pengkodean imajiner (Pavio, dkk). Teori
pavio telah disebut teori pengkodean ganda, karena informasi yang masuk dapat dikodekan
dalam satu atau kedua sistem. Informasi yang dikodekan di kedua sistem akan lebih mudah
diingat daripada informasi yang hanya dikodekan dalam sistem verbal atau imaginal.

B. Implikasi dalam pembelajaran


1. Kenali bahwa titik awal pembelajaran adalah apa yang sudah diketahui siswa
(pengetahuan sebelumnya)
Siswa memahami apa yang mereka baca, dengar, dan lihat melalui filter pengalaman
mereka dalam budaya dan keluarga mereka. Model memori menekankan peran
pengetahuan sebelumnya dalam pemrosesan informasi dan memori. Apa yang bisa
dipelajari tergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik. Dalam model modal,
misalnya, kita melihat pengetahuan dari ingatan jangka panjang yang mempengaruhi
persepsi dan perhatian. Skema penelitian telah secara dramatis menggambarkan bagaimana
struktur pengetahuan memandu pemrosesan informasi dan mempengaruhi apa yang kita
pelajari dan ingat. Pembelajaran adalah proses yang kontruktif. Titik awal pengajaran
harus merupakan pengakuan bahwa sebagian besar dari apa yang dipelajari siswa dibangun
dari pengetahuan sebelumnya dalam ingatan jangka panjang mereka.
2. Bantu siswa mengaktifkan pengetahuan mereka saat ini.
Siswa memiliki pengetahuan yang relevan adalah sebagai satu hal dan
menggunakannya dalam pembelajaran baru adalah hal lainnya. Dari sudut pandang teori
skema, informasi baru perlu diinstruksikan dalam 'skema pelajar. Dari perspektif
instruksional, ini menyiratkan bahwa guru perlu memastikan bahwa siswa telah
mengaktifkan pengetahuan yang relevan. Dengan menggunakan kerangka kerja ACT-R,
kita dapat melihat bahwa aktivasi pengetahuan memberikan hubungan yang lebih dan lebih
kuat untuk menanamkan pengetahuan deklaratif dan prosedural baru dalam jaringan yang
ada. Sebagai guru, kita perlu memanfaatkan secara maksimal hubungan antara
pengetahuan sebelumnya dan yang baru. Merangsang ingatan siswa terhadap informasi
terkait, memberikan analogi dan aktivasi skema, dan menyelidiki reaksi intelektual dan
emosional terhadap materi dan aktivitas hanyalah beberapa dari sedikit cara di mana apa
yang siswa ketahui dapat dikenali dan digunakan untuk memperbaiki pembelajaran.
3. Bantulah siswa mengatur informasi baru menjadi "potongan" yang berarti/bermakna.
Seperti yang ditunjukkan pada penelitian tentang memori jangka pendek/memori kerja
menyoroti kemampuan kita melalui organisasi dapat memainkan peran yang lebih penting
lagi dalam memori jangka panjang. Mengorganisir dan menghubungkan informasi
membuat unit memori lebih besar dan lebih bermakna. Ketika siswa dibantu untuk
menemukan hubungan, mengelompokkan konsep dan gagasan terkait, dan untuk melihat
bagaimana informasi dapat digunakan dalam kehidupan mereka, peningkatan pemahaman
dan penarikan kembali (recall) meningkat.
4. Membantu siswa dalam memprogramkan pengetahuan mereka yang
menghubungkannya dengan pengetahuan bersyarat.
Tantangan yang sering dihadapi pendidik adalah membuat pengetahuan yang dimiliki
siswa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Pengetahuan yang diperoleh siswa
diharapkan akan menjadi bagian vital dalam kehidupan mereka. Pengetahuan deklaratif
dikembangkan dan dipraktikkan sesuai dengan persyaratan. Contohnya dalam
memecahkan masalah matematika. Begitu seorang siswa mengetahui langkah-langkahnya
untuk memecahkan masalah (pengetahuan yang prosedural/dikhususkan ) dan memahami
kapan dan di mana pengetahuan tersebut dapat digunakan (pengetahuan
kondisional/bersyarat), pengetahuan ini dapat diterapkan dengan cepat dan andal dalam
berbagai situasi. Kita dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan kerja dengan
memberikan pengalaman di mana mereka menggunakan informasi untuk memecahkan
masalah kehidupan nyata dan mengintegrasikan keahlian mereka dalam penampilan yang
kompleks.
5. Berikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan sandi verbal dan imajinal.
Sebagian besar transaksi informasi di kelas bersifat verbal; guru dan siswa
menghabiskan hari-hari mereka untuk berbicara, mendengarkan, membaca, dan terkadang
menulis. Sedikit sekali guru dalam kelas memberikan ransangan melalui nonverbal seperti
gambar, sentuhan, aktivitas pengamatan, dan imajinasi. Ransangan nonverbal merupakan
faktor yang menjadi kekuatan besar dalam membantu dan meningkatkan daya ingat
informasi yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Bruning, G. H., Schraw, G. J., Norby, N. M., Ronning, R. R., (2011). Cognitive psychology
and instruction (5th ed.). Upper Saddle river, NJ: Pearson.

Kirschner, P. A., & Paul A, K. (2002). Cognitive load theory: implications of cognitive
load theory on the design of learning. Learning and Instruction, 12(1), 110.
https://doi.org/10.1016/S0959-4752(01)00014-7

Retnowati, E. (2014). Psychology of mathematics learning: constructing knowledge.


Yogyakarta: UNY

Sweller, J., Ayres, P., & Kalyuga, S. (2011). Cognitive load theory. New York, NY:
Springer.
1. Konsep (Concepts)
Konsep merupakan struktur mental yang memberikan representasi kategori yang
bermakna. Berbagai objek dikelompokkan menjadi satu berdasarkan kebersamaan ciri
yang diamati sesuai dengan kategori. Kesamaan yang dimiliki berbagai objek ini disebut
atribut; dan penampilan esensial untuk mendefinisikan konsep disebut defining attributes.
Pembelajaran konsep harus mendefinisikan atribut dan menentukan aturan yang
menghubungkan satu atribut dengan yang lainya. Sehingga, konsep merupakan salah satu
blok dalam LTM tempat menyimpan pengetahuan atau suatu informasi
2. Proposisi (Propositions)
Proposisi adalah satuan makna terkecil yang menampilkan satu pernyataan secara
tegas. Proposisi lebih kompleks dibandingkan dengan konsep yang termasuk di dalamnya,
konsep adalah kategori relatif yang bersifat mendasar, sedangkan proposisi merupakan satu
pernyataan mental berkenaan dengan pengalaman yang teramati dan berkenan dengan
pengalaman yang teramati dan berkenen dengan hubungan antar konsep.
3. Produksi (Productions)
Konsep, proposisi, dan skemata meruapakan suatu cara yang digunakan untuk
merespresentasikan pengetahuan deklaratif. Produksi merupakan cara untuk
merepresentasikan pengetahuan prosedur. Produksi di artikan sebagai satu kondisi atau
persyaratan aturan tindakan apabila/makna yang menyatakan satu tindakan harus
dilaksanakan kondisi atau persyaratan yang harus di penuhi untuk suatu tindakan yanng
harus di lakukan.
4. Naskah (Scripts)
scripts atau naskah merupakan kerangka kerja mental yang digunakan untuk
pengetahuan prosedural. Secara singkat dapat dijelaskan, skrip (naskah) adalah skema yang
merepresentasikan suatu peristiwa. Dalam menggunakan skrip kita merusaha
memperhitungkan untuk memahami peristiwa-peristiwa di tempat umum seperti pergi ke
restoran atau dedung bioskop. Apabila tindkan kita dilakukan berulang ulang maka
kemudian hal itu akan tersimpan dalam skrip sebagai struktur mental. Dalam struktur
mental ini tidak hanya berupa urutan tindakan tetapi juga karakteristik pelaku dan objek
dalam tahanan itu. Di restoran misalnya, secara khas orang masuk, duduk, memesan,
makanan, makan membayar tagiahan, dan pergi ke luar. Begitu pula dalam aktivitas lain
nya seperti naik kerata api, menonton film bioskop, menghadiri resepsi pernikahan.

Anda mungkin juga menyukai