DISUSUN OLEH :
SATRIO PRAKOSO 1504003
ILHAM PERDANA PUTRA 1504004
AQIL PANTIO D 1504010
ILHAM PRADITYA 1504027
TEGAR HILMAWAN 1504028
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral Dan Batubara Bab VI - VIII tepat pada waktunya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB VI
USAHA PERTAMBANGAN
Pasal 34
b. pertambangan batubara.
d. pertambangan batuan.
Pasal 35
a. IUP;
b. IPR; dan
c. IUPK.
BAB VII
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 36
(2) Pemegang IUP Eksplorasi dan pemegang IUP Operasi Produksi dapat
melakukan sebagian atau seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
Pasal 37
Pasal 38
a. badan usaha;
b. koperasi; dan
c. perseorangan.
Pasal 39
(1) IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a wajib
memuat ketentuan sekurang-kurangnya:
a. nama perusahaan;
d. jaminan kesungguhan;
e. modal investasi;
f. perpanjangan waktu tahap kegiatan;
k. perpajakan;
l. penyelesaian perselisihan;
n. amdal.
(2) IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf
b wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya:
a. nama perusahaan;
b. luas wilayah;
c. lokasi penambangan;
f. modal investasi;
l. perpanjangan IUP;
o. perpajakan;
p. penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan iuran
produksi;
q. penyelesaian perselisihan;
Pasal 40
(1) IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) diberikan untuk 1 (satu)
jenis mineral atau batubara.
(2) Pemegang IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menemukan
mineral lain di dalam WIUP yang dikelola diberikan prioritas untuk
mengusahakannya.
(4) Pemegang IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menyatakan tidak
berminat untuk mengusahakan mineral lain yang ditemukan tersebut.
(5) Pemegang IUP yang tidak berminat untuk mengusahakan mineral lain yang
ditemukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), wajib menjaga mineral lain
tersebut agar tidak dimanfaatkan pihak lain.
(6) IUP untuk mineral lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
dapat diberikan kepada pihak lain oleh Menteri, gubernur, dan
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 41
IUP tidak dapat digunakan selain yang dimaksud dalam pemberian IUP.
Bagian Kedua
IUP Eksplorasi
Pasal 42
(1) IUP Eksplorasi untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan dalam
jangka waktu paling lama 8 (delapan) tahun.
(2) IUP Eksplorasi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat diberikan
paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun dan mineral bukan logam
jenis tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh)
tahun.
(3) IUP Eksplorasi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
(4) IUP Eksplorasi untuk pertambangan batubara dapat diberikan dalam jangka
waktu paling lama 7 (tujuh) tahun.
Pasal 43
(1) Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang IUP
Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib
melaporkan kepada pemberi IUP.
(2) Pemegang IUP Eksplorasi yang ingin menjual mineral atau batubara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengajukan izin sementara
untuk melakukan pengangkutan dan penjualan.
Pasal 44
Izin sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) diberikan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 45
Mineral atau batubara yang tergali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dikenai
iuran produksi.
Bagian Ketiga
Pasal 46
(1) Setiap pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP Operasi
Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangannya.
(2) IUP Operasi Produksi dapat diberikan kepada badan usaha, koperasi, atau
perseorangan atas hasil pelelangan WIUP mineral logam atau batubara yang
telah mempunyai data hasil kajian studi kelayakan.
Pasal 47
(1) IUP Operasi Produksi untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan
dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun.
(2) IUP Operasi Produksi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat
diberikan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.
(3) IUP Operasi Produksi untuk pertambangan mineral bukan logam jenis
tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh)
tahun.
(4) IUP Operasi Produksi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali
masing-masing 5 (lima) tahun.
(5) IUP Operasi Produksi untuk Pertambangan batubara dapat diberikan dalam
jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2
(dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun.
Pasal 48
Pasal 49
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IUP Eksplorasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 dan IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 diatur dengan peraturan pemerintah.
Bagian Keempat
Pertambangan Mineral
Paragraf 1
Pasal 50
Pasal 51
WIUP mineral logam diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan
dengan cara lelang.
Pasal 52
(1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral logam diberi WIUP dengan luas paling
sedikit 5.000 (lima ribu) hektare dan paling banyak 100.000 (seratus ribu)
hektare.
(2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi mineral logam dapat
diberikan IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain yang
keterdapatannya berbeda.
(3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama.
Pasal 53
Pemegang IUP Operasi Produksi mineral logam diberi WIUP dengan luas paling
banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare.
Paragraf 3
Pasal 54
WIUP mineral bukan logam diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan
perseorangan dengan cara permohonan wilayah kepada pemberi izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37.
Pasal 55
(1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral bukan logam diberi WIUP dengan luas
paling sedikit 500 (lima ratus) hektare dan paling banyak 25.000 (dua puluh
lima ribu) hektare.
(2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi mineral bukan logam
dapat diberikan IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain
yang keterdapatannya berbeda.
(3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama.
Pasal 56
Pemegang IUP Operasi Produksi mineral bukan logam diberi WIUP dengan luas
paling banyak 5.000 (lima ribu) hektare.
Paragraf 4
Pertambangan Batuan
Pasal 57
WIUP batuan diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan dengan
cara permohonan wilayah kepada pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37.
Pasal 58
(1) Pemegang IUP Eksplorasi batuan diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5
(lima) hektare dan paling banyak 5.000 (lima ribu) hektare.
(2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi batuan dapat diberikan
IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain yang
keterdapatannya berbeda.
(3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama.
Pasal 59
Pemegang IUP Operasi Produksi batuan diberi WIUP dengan luas paling banyak
1.000 (seribu) hektare.
Bagian Kelima
Pertambangan Batubara
Pasal 60
WIUP batubara diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan dengan
cara lelang.
Pasal 61
(1) Pemegang IUP Eksplorasi Batubara diberi WIUP dengan luas paling sedikit
5.000 (lima ribu) hektare dan paling banyak 50.000 (lima puluh ribu)
hektare.
(2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi batubara dapat diberikan
IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain yang
keterdapatannya berbeda.
(3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama.
Pasal 62
Pemegang IUP Operasi Produksi batubara diberi WIUP dengan luas paling banyak
15.000 (lima belas ribu) hektare.
Pasal 63
BAB VIII
Pasal 64
Pasal 65
(1) Badan usaha, koperasi, dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51, Pasal 54, Pasal 57, dan Pasal 60 yang melakukan usaha
pertambangan wajib memenuhi persyaratan administratif, persyaratan teknis,
persyaratan lingkungan, dan persyaratan finansial.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 2
(2) Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikelompokkan ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang:
c. Mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa,
fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika,
magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar,
bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit,
tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen;
d. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome,
tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit,
basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert,
kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit,
topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu
kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir
alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah
merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak
mengandung unsur mineral logam atau unsure mineral bukan logam dalam
jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan; dan
BAB II
BAGIAN KETIGA
PEMBERIAN IUP
PARAGRAF 2
PERSYARATAN IUP EKSPLORASI DAN IUP OPERASI PRODUKSI
Pasal 23
a. administratif;
b. teknis;
c. lingkungan; dan
d. finansial.
Pasal 24
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1. surat permohonan;
2. susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan 3. surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan: 1. surat permohonan; 2. profil badan usaha;
3. akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang
telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1. surat permohonan;
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan:
1. surat permohonan;
2. profil koperasi;
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1. surat permohonan;
a. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1. surat permohonan;
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan:
1. surat permohonan;
2. profil perusahaan;
Pasal 25
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b untuk:
1. daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau
geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;
2. peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara
nasional.
1. peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur
sesuai dengan ketentuan system informasi geografi yang berlaku secara
nasional;
Pasal 26
Pasal 27
2. bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP
mineral logam atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti
pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta
WIUP mineral bukan logam atau batuan atas permohonan wilayah.
1. laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik;
Bagian Kedua
Pemberian WIUP
Paragraf 2
Pasal 10
Pasal 11
(2) Panitia lelang WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang ditetapkan
oleh:
a. Menteri, beranggotakan gasal dan paling sedikit 7 (tujuh) orang yang memiliki
kompetensi di bidang pertambangan mineral dan/atau batubara;
b. gubernur, beranggotakan gasal dan paling sedikit 5 (lima) orang yang memiliki
kompetensi di bidang pertambangan mineral dan/atau batubara; dan
Pasal 12
Tugas dan wewenang panitia lelang WIUP mineral logam dan/atau batubara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi:
Pasal 13
(1) Untuk mengikuti lelang, peserta lelang WIUP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. administratif;
b. teknis; dan
c. finansial.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk:
2. profil koperasi;
2. profil perusahaan;
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit
meliputi:
c. rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 4 (empat) tahun eksplorasi.
(4) Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
c. pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu paling
lambat 5 (lima) hari kerja, setelah pengumuman pemenang lelang.
Pasal 14
a. pengumuman prakualifikasi;
d. evaluasi prakualifikasi;
j. penjelasan lelang;
l. pembukaan sampul;
m. penetapan peringkat;
(2) Penjelasan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j wajib
dilakukan oleh panitia lelang WIUP kepada peserta pelelangan WIUP yang
lulus prakualifikasi untuk menjelaskan data teknis berupa:
a. lokasi;
b. koordinat;
f. status lahan.
Pasal 15
(1) Panitia lelang sesuai dengan kewenangannya yang diberikan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota dapat memberikan kesempatan kepada peserta
pelelangan WIUP yang lulus prakualifikasi untuk melakukan kunjungan
lapangan dalam jangka waktu yang disesuaikan dengan jarak lokasi yang
akan dilelang setelah mendapatkan penjelasan lelang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf j.
(2) Dalam hal peserta pelelangan WIUP yang akan melakukan kunjungan
lapangan mengikutsertakan warga negara asing wajib memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
(1) Jangka waktu prosedur pelelangan ditetapkan dalam jangka waktu paling
lama 35 (tiga puluh lima) hari kerja sejak pemasukan penawaran harga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf k.
(2) Hasil pelaksanaan lelang WIUP dilaporkan oleh panitia lelang kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya untuk
ditetapkan pemenang lelang WIUP.
Pasal 17
Pasal 18
(2) Dalam hal peserta lelang ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap
hanya 1 (satu) peserta, ditetapkan sebagai pemenang dengan ketentuan harga
penawaran harus sama atau lebih tinggi dari harga dasar lelang yang telah
ditetapkan.
Pasal 19
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara lelang WIUP diatur dengan Peraturan
Menteri.
Paragraf 3
Pasal 20
(1) Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam atau batuan, badan usaha,
koperasi, atau perseorangan mengajukan permohonan wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) kepada:
a. Menteri, untuk permohonan WIUP yang berada lintas wilayah provinsi
dan/atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai;
(2) Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam atau batuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1):
Pasal 21
(1) Permohonan WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan yang terlebih
dahulu telah memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur
sesuai dengan ketentuan system informasi geografi yang berlaku secara
nasional dan membayar biaya pencadangan wilayah dan pencetakan peta,
memperoleh prioritas pertama untuk mendapatkan WIUP.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran