Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH GEOLOGI PULAU SULAWESI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh tumbukan lempeng Pasifik, Benua Asia dan Australia terhadap.

Sulawesi adalah bersatunya bagian barat dan bagian timur Sulawesi yang berbentuk K,

terbentuknya jalur gunungapi dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat, serta terjadinya sesar

Palu-Koro yang berarah barat laut tenggara. Di daerah Kabupaten Mamuju dan Majene

berkembang beberapa sesar ikutan atau sesar sekunder yang berarah hampir barat timur.

Inventarisasi bahan galian non logam di daerah Kabupaten Majene dilakukan baik melalui kajian

dari laporan penyelidikan terdahulu (data sekunder) maupun pengamatan langsung di lapangan

(data primer). Hasilnya, bahan galian yang terdapat di Kabupaten Majene adalah dasit,

batugamping, lempung, sirtu, zeolit, dan lempung bentonitan. Disamping itu, juga diketahui

adanya indikasi keterdapatan batubara dan pasir besi.

B. Rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan dalam penyusunan

makalah ini, diantaranya :

1. Bagaimana peta geologi Pulau Sulawesi?

2. Bagaimana Setting geologi Pulau Sulawesi?

3. Bagaimana struktur geologi Pulau Sulawesi?

4. Bagaimana stratigrafi Pulau Sulawesi?


C. Tujuan

Dari permasalahan yang diajukan ada beberapa tujuan, antara lain :

1. Untuk mengetahui peta geologi Pulau Sulawesi

2. Untuk mendeskripsikan setting geologi Pulau Sulawesi

3. Untuk mendeskripsikan struktur geologi Pulau Sulawesi

4. Untuk mendeskripsikan stratigrafi Pulau Sulawesi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Peta Geologi Pulau Sulawesi

Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta

sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat

kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari
mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya

(Van Leeuwen, 1994).

B. Setting Geologi Pulau Sulawesi

Sulawesi merupakan pulau yang khas dan terletak di tengah-tengah kawasan Wallacea. Kawasan

ini merupakan wilayah yang terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia. Karena

posisinya di tengah, maka kawasan ini memiliki tingkat endemisitas yang tinggi dalam hal flora

dan fauna, serta memiliki perbedaan yang sangat jelas dengan Kalimanta n yang hanya

dipisahkan oleh Selat Makassar yang tidak terlalu luas.

Hal ini pertama kali dilaporkan oleh Alfred Wallace yang melakukan perjalanan keliling

Indonesia pada tahun 1856 sampai 1862. Agar kita dapat lebih memahami keberadaan dan
keistimewaan pulau Sulawesi maka disusunlah suatu essai yang akan menjelaskan bagaimana

sejarah geologi terbentuknya pulau Sulawesi.

Alfred Russel Wallace adalah seorang berkebangsaan Inggris yang melakukan perjalanan

mengelilingi Indonesia dimulai dari Borneo sampai Irian termasuk Sulawesi. Wallace

mengemukakan pandangannya bahwa kepulauan Indonesia dihuni oleh dua fauna yang berbeda,

satu di bagian timur dan yang lainnya di bagian barat. Wilayah ini ditentukan atas dasar agihan

jenis-jenis burung dengan menempatkan batasnya antara Lombok dan Bali antara Kalimantan

dan Sulawesi. Kalimantan dan Sulawesi memiliki burung yang berbeda, padahal tidak

terpisahkan oleh perintang fisik atau iklim yang berarti. Wallace berpendapat bahwa Kalimantan,

Jawa dan Sumatra pernah merupakan bagian Asia dan bahwa Timor, Maluku, Irian dan

barangkali Sulawesi merupakan bagian benua Pasifik Australia. Fauna Sulawesi tampak

demikian khas, sehingga diduga Sulawesi itu pernah bersambung baik dengan benua Asia

maupun benua Pasifik Australia.

Di Sulawesi Wallace melakukan perjalanannya yang dimulai dari Ujung Pandang (Makassar)

pada bulan September Desember 1856, kemudian pada bulan Juni September 1859 berada di

Manado dan bagian Minahasa serta pulau pulau kecil di sekitarnya. Dari hasil perjalanannya ini

Wallace menyatakan bahwa pulau Sulawesi terletak di tengah-tengah kepulauan yang sebelah

utaranya berbatasan dengan Filipina, sebelah barat dengan Borneo, sebelah timur dengan pulau

Maluku dan sebelah selatan dengan kelompok Timor. Dengan demikian posisi Sulawesi dapat

lebih mudah menerima imigran dari semua sisi jika dibandingkan dengan pulau Jawa.

1. Zaman Paleozoikum

Pada periode Perm (280 Ma.) semua daratan menjadi satu benua yaitu benua Pangea.
2. Zaman Mesozoikum

Pada periode Trias (250 Ma), pecahnya Pangea menjadi dua yaitu Laurasia dan Gondwana.

Laurasia meliputi Amerika Utara, Eropa dan sebagian besar Asia sekarang. Sampai beberapa

tahun belakangan ini pandangan yang umum diterima dalam sejarah geologi adalah bahwa

Indonesia dan wilayah sekitar bagian barat (Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan

dan bagian barat Sulawesi) merupakan bagian benua Laurasia, yang belum lama berselang masih

terpisahkan dari bagian timur ( bagian Timur Sulawesi, Timor, Seram, Buru, dan seterusnya)

yang merupakan bagian benua Gondwana.

Pada Periode Jura (215 Ma.), Bagian barat Sulawesi bersama sama dengan Sumatera,

Kalimantan, dan daratan yang kemudian akan menjadi kepulauan lengkung Banda dianggap

terpisahkan dari antartika dalam pertengahan zaman Jura, atau dengan kata lain, Bagian barat

Indonesia bersama dengan Tibet, Birma Thailand, Malaysia dan Sulawesi Barat, terpisah dari

benua Gondwana.

3. Zaman Konozoikum

Pada kurun Eosen (60 Ma) Australia terpisah dari Antartika, vulkanisme mulai timbul di

bagian barat Sulawesi.

Pada kurun Oligosen (40 Ma), Posisi Indonesia bagian barat dan Sulawesi bagian barat,

posisinya seperti posisi sekarang.

Pada kurun Miosen (25 Ma), Australia, Irian dan bagian timur Sulawesi barangkali

terpisahkan dari Irian sebelum bertabrakan dengan Sulawesi bagian barat, pada zaman

pertengahan miosen dimana mulai munculnya daratan. Dimana Australia, Sulawesi Timur dan

Irian terus bergarak ke utara kira kira 10 cm pertahun.


Peristiwa yang paling dramatik dalam sejarah geologi Indonesia terjadi dalam kurun Miosen,

ketika lempeng Australia bergerak ke Utara mengakibatkan melengkungnya bagian timur,

lengkung Banda ke Barat. Gerakan ke arah barat ini digabung dengan desakan ke darat

sepanjang sistem patahan Sorong dari bagian barat Irian dengan arah timur barat, mengubah

kedua masa daratan yang akan menghasilkan bentuk khas Sulawesi yang sekarang. Diperkirakan

tabrakan ini terjadi pada 19-13 Ma yang lalu. Kepulauan Banggai Sula bertabrakan dengan

Sulawesi timur dan seakan akan menjadi ujung tombak yang masuk ke Sulawesi barat, yang

menyebabkan semenanjung barat daya berputar berlawanan dengan arah jarum jam sebesar kira

kira 35 derajat, dan bersama itu membuka teluk Bone. Semenanjung Utara memutar ujung

utaranya menurut arah jarum jam hampir sebesar 90 derajat ,yang menyebabkan terjadinya

subduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi di bawah bagian lain pada

pertemuan dua lempeng tektonik), sepanjang Alur Sulawesi Utara dan Teluk Gorontalo. Dan

Obduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi diatas bagian lain pada pertemuan

dua lempeng tektonik),batuan ultra basis di Sulawesi timur dan tenggara diatas reruntuhan

pengikisan atau endapan batuan yang lebih muda yang bercampur aduk.

Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan Kalimantan timur pada akhir

Pliosen (3 Ma. yang lalu) yang sementara itu menutup selat Makasar dan baru membuka kembali

dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang menunjang pendapat ini. Endapan

tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan

Sulawesi pernah terpisahkan sekurang-kurangnya 25 Ma. dalam periode permukaan laut rendah,

mungkin sekali pada masa itu terdapat pulau-pulau khususnya di daerah sebelah barat Majene

dan sekitar gisik Doangdoang. Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut sampai 100

m. akan menyebabkan munculnya daratan yang bersinambungan antara Kalimamantan tenggara


dan Sulawesi barat daya. Biarpun demikian, suatu pengamatan yang menarik ialah bahwa garis

kontur 1000 m di bawah laut di sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di

Sulawesi barat, sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit.

Sulawesi meliputi tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh gerakan

kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang dipisahkan oleh

patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai

Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan

Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula (yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku)

C. Struktur Geologi Pulau Sulawesi

Peta Litektonik Pulau Sulawesi

Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:


Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik

(Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda;

Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur magmatik dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Bagian utara

Memanjang dari Buol sampai sekitar Manado. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai

andesitik, terbentuk pada Miosen-Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada

Eosen-Oligosen.

SULUT

Geologi daerah Sulut didominasi oleh batugamping sebagai satuan pembentuk cekungan

sedimen Ratatotok.

Satuan batuan lainnya adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi-konglomerat

kasar, berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau dan batu lempung yang didapatkan di

daerah Ratatotok-Basaan, serta breksi andesit piroksen.

Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar

andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-trakit.

Batuan Kuarter terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesit-basal,

bom, lapili dan abu

Kelompok batuan termuda terdiri dari batugamping terumbu koral, endapan danau dan sungai

serta endapan alluvium aluvium.

(Sirtu atau batu kali banyak terdapat di daerah sungai Buyat dan saat ini telah diusahakan oleh

penduduk setempat dan perusahaan lokal untuk memenuhi kebutuhan PT. Newmont Minahasa
Raya (NMR) sebagai bahan pembuatan saluran penghubung antara pit 1 dengan pit lainya dan

sebagai bahan pondasi bangunan.)

GORONTALO

Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang

dikuasai oleh batuan gunung api Eosen - Pliosen dan batuan terobosan.

Pembentukan batuan gunung api dan sedimen di daerah penelitian berlangsung relatif

menerus sejak Eosen Miosen Awal sampai Kuarter, dengan lingkungan laut dalam sampai

darat, atau merupakan suatu runtunan regresif.

Pada batuan gunung api umumnya dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya pada

satuan batuan sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua batuan tersebut

menunjukkan hubungan superposisi yang jelas.

Fasies gunung api Formasi Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan

gunung api yang lebih muda merupakan batuan busur kepulauan.

2. Bagian barat

Dari Buol sampai sekitar Makasar. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun

lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api-sedimen berumur Mesozoikum-

Mesozoikum Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid

bersusunan terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit, stok, dan retas.

ENREKANG SULAWESI SELATAN

Berdasarkan pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di

daerah Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan,yaitu:


Satuan batupasir malih (Kapur Akhir)

Satuan batuan serpih (Eosen-Oligosen Awal)

Satuan batugamping (Eosen)

Satuan batupasir gampingan (Oligosen-Miosen Tengah)

Satuan batugamping berlapis (Oligosen-Miosen Tengah)

Satuan klastika gunungapi (Miosen Akhir)

Satuan batugamping terumbu (Pliosen Awal)

Satuan konglomerat (Pliosen)

Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar mendatar, sesar

normal dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi dan

sekitarnya.
Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang

ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia;

Mandala Tengah

Palu-Koro Fault Zone: New target for UHP metamorphic rock (coesite and diamond discovery)

Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari

kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen.

Sesar Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur,

yaitu:
1) Lajur Tinondo, yang menempati bagian barat daya merupakan himpunan batuan yang

bercirikan asal paparan benua, sedangkan

2) Lajur Hialu, yang menempati bagian timur laut daerah ini, merupakan himpunan batuan

yang bercirikan asal kerak samudera (Rusmana dan Sukarna, 1985). Batuan yang terdapat di

Lajur Tinondo adalah Batuan Malihan Paleozoikum, dan diduga berumur Karbon.

KENDARI SULTRA

Hasil pengukuran gaya berat di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian besar

daerahnya ditutupi oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan tektonik dan geologi daerah

ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah Lengan Timur Sulawesi dengan ditemukannya

endapan hidrokarbon di daerah Batui.

Struktur lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi sumber daya

geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan hidrokarbon.

Panas bumi berada di sekitar daerah Tinobu, Kecamatan Lasolo, sepanjang sesar Lasolo

Cebakan hidrokarbon di sekitar pantai dan lepas pantai timur daerah ini, seperti: daerah

Kepulauan Limbele, Teluk Matapare (Kepulauan Nuha Labengke) Wawalinda Telewata

Singgere pantai Labengke), Wawalinda, Telewata, Singgere, utara Kendari, dan lain sebagainya.

BanggaiSula and Tukang Besi Continental fragments

kepulauan paling timur Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke

arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.


PETA GEOLOGI BANGGAI-SULAWESI

D. Stratigrafi Pulau Sulawesi

KABUPATEN DONGGALA DAN TOLITOLI

Urut-urutan stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut :

Endapan alluvium,

Endapan teras (Kuarter),

Batuan tufa (Pliosen Kuarter),

Batuan sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya termasuk

Formasi Tinombo (Kapur Atas Eosen Bawah),

Batuan gunungapi (Kapur Atas Oligosen Bawah) yang menjemari dengan Formasi

Tinombo,
Batuan intrusi granit (Miosen Tengah Miosen Atas) ditemukan menerobos batuan malihan

Formasi Tinombo.

Tatanan geologi P. Banggai dan P. Labobo disusun oleh 7 satuan batuan, yang dikelompokkan

dari satuan tertua hingga muda sebagai berikut :

1. Kompleks batuan malihan adalah satuan batuan tertua yang terdiri dari sekis, gneis dan

kuarsit berwarna kelabu dan kehijauan, berumur Karbon.

2. Granit Banggai yang terdiri dari granit, granodorit, diorit kuarsa dan pegmatit. Bentang alam

satuan batuan granit ini memperlihatkan bentuk morfologi bergelombang dengan permukaan

relatif halus membulat

3. Sedimen Formasi Bobong (Jbs). Satuan batuan konglomerat dan batu pasir yang diendapkan

tidak selaras diatas Granit, Formasi ini diduga berumur Jura Awal sampai Jura Tengah,

4. Batu gamping klastik, berwarna putih bersih hingga kotor kecoklatan, ukuran butir pasiran

(relatif seragam) sebagai kalkarenit hingga kalsirudit. Dari kumpulan fosil yang dikandungnya,

berumur dari Eosen sampai Miosen Tengah, tersebar luas dan hampir terdapat di seluruh P.

Banggai

5. Batugamping Salodik (Tems) Adalah batugamping fragmen dengan ukuran Formasi Tems).

Kerakal (gravel) yang keras.

6. Batugamping terumbu Formasi Peleng (QL): Endapan batuan berumur kuarter yang

penyebaran tidak merata, sebagian berupa batugamping konglomeratan, berwarna putih kotor

hingga kecoklatan, setempat berongga-rongga, tidak berlapisdan keras.


7. Aluvium : Satuan batuan termuda daerah ini adalah, terdiri atas lumpur, lempung, pasir dan

kerikil, berupa endapan permukaan sungai dan di sekitar pantai, diantaranya terdapat di pantai

LambakoPasir putih yang merupakan muara Sungai Selangat dan Paisu M

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Afred Russel Wallace adalah orang pertama yang melihat keistimewaan dan perbedaan pulau

Sulawesi dibandingkan pulau-pulau lain disekitarnya. Wallace berpendapat bahwa Kalimantan,

Jawa dan Sumatra pernah merupakan bagian Asia dan Timor, Maluku, Irian dan barangkali

Sulawesi merupakan bagian benua Pasifik Australia. Fauna Sulawesi tampak demikian khas,

sehingga diduga Sulawesi itu pernah bersambung baik dengan benua Asia maupun benua Pasifik

Australia.

Sulawesi meliputi 3 propinsi geologi yang berbeda beda, digabung menjadi satu oleh gerakan

kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang dipisahkan oleh

patahan barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula

yang mencakup daerahTokala di belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan

Banggai, pulau Buton dan Kepulauan Sula. Proses penggabungan Sulawesi barat dan timur

diperkirakan terjadi pada 19 13 Ma yang lalu

Anda mungkin juga menyukai