Makalah Geologi Pulau Sulawesi
Makalah Geologi Pulau Sulawesi
BAB I
PENDAHULUAN
Sulawesi adalah bersatunya bagian barat dan bagian timur Sulawesi yang berbentuk K,
terbentuknya jalur gunungapi dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat, serta terjadinya sesar
Palu-Koro yang berarah barat laut tenggara. Di daerah Kabupaten Mamuju dan Majene
berkembang beberapa sesar ikutan atau sesar sekunder yang berarah hampir barat timur.
Inventarisasi bahan galian non logam di daerah Kabupaten Majene dilakukan baik melalui kajian
dari laporan penyelidikan terdahulu (data sekunder) maupun pengamatan langsung di lapangan
(data primer). Hasilnya, bahan galian yang terdapat di Kabupaten Majene adalah dasit,
batugamping, lempung, sirtu, zeolit, dan lempung bentonitan. Disamping itu, juga diketahui
B. Rumusan Masalah
Dari penjabaran latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan dalam penyusunan
BAB II
PEMBAHASAN
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta
sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat
kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari
mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya
Sulawesi merupakan pulau yang khas dan terletak di tengah-tengah kawasan Wallacea. Kawasan
ini merupakan wilayah yang terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia. Karena
posisinya di tengah, maka kawasan ini memiliki tingkat endemisitas yang tinggi dalam hal flora
dan fauna, serta memiliki perbedaan yang sangat jelas dengan Kalimanta n yang hanya
Hal ini pertama kali dilaporkan oleh Alfred Wallace yang melakukan perjalanan keliling
Indonesia pada tahun 1856 sampai 1862. Agar kita dapat lebih memahami keberadaan dan
keistimewaan pulau Sulawesi maka disusunlah suatu essai yang akan menjelaskan bagaimana
Alfred Russel Wallace adalah seorang berkebangsaan Inggris yang melakukan perjalanan
mengelilingi Indonesia dimulai dari Borneo sampai Irian termasuk Sulawesi. Wallace
mengemukakan pandangannya bahwa kepulauan Indonesia dihuni oleh dua fauna yang berbeda,
satu di bagian timur dan yang lainnya di bagian barat. Wilayah ini ditentukan atas dasar agihan
jenis-jenis burung dengan menempatkan batasnya antara Lombok dan Bali antara Kalimantan
dan Sulawesi. Kalimantan dan Sulawesi memiliki burung yang berbeda, padahal tidak
terpisahkan oleh perintang fisik atau iklim yang berarti. Wallace berpendapat bahwa Kalimantan,
Jawa dan Sumatra pernah merupakan bagian Asia dan bahwa Timor, Maluku, Irian dan
barangkali Sulawesi merupakan bagian benua Pasifik Australia. Fauna Sulawesi tampak
demikian khas, sehingga diduga Sulawesi itu pernah bersambung baik dengan benua Asia
Di Sulawesi Wallace melakukan perjalanannya yang dimulai dari Ujung Pandang (Makassar)
pada bulan September Desember 1856, kemudian pada bulan Juni September 1859 berada di
Manado dan bagian Minahasa serta pulau pulau kecil di sekitarnya. Dari hasil perjalanannya ini
Wallace menyatakan bahwa pulau Sulawesi terletak di tengah-tengah kepulauan yang sebelah
utaranya berbatasan dengan Filipina, sebelah barat dengan Borneo, sebelah timur dengan pulau
Maluku dan sebelah selatan dengan kelompok Timor. Dengan demikian posisi Sulawesi dapat
lebih mudah menerima imigran dari semua sisi jika dibandingkan dengan pulau Jawa.
1. Zaman Paleozoikum
Pada periode Perm (280 Ma.) semua daratan menjadi satu benua yaitu benua Pangea.
2. Zaman Mesozoikum
Pada periode Trias (250 Ma), pecahnya Pangea menjadi dua yaitu Laurasia dan Gondwana.
Laurasia meliputi Amerika Utara, Eropa dan sebagian besar Asia sekarang. Sampai beberapa
tahun belakangan ini pandangan yang umum diterima dalam sejarah geologi adalah bahwa
Indonesia dan wilayah sekitar bagian barat (Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan
dan bagian barat Sulawesi) merupakan bagian benua Laurasia, yang belum lama berselang masih
terpisahkan dari bagian timur ( bagian Timur Sulawesi, Timor, Seram, Buru, dan seterusnya)
Pada Periode Jura (215 Ma.), Bagian barat Sulawesi bersama sama dengan Sumatera,
Kalimantan, dan daratan yang kemudian akan menjadi kepulauan lengkung Banda dianggap
terpisahkan dari antartika dalam pertengahan zaman Jura, atau dengan kata lain, Bagian barat
Indonesia bersama dengan Tibet, Birma Thailand, Malaysia dan Sulawesi Barat, terpisah dari
benua Gondwana.
3. Zaman Konozoikum
Pada kurun Eosen (60 Ma) Australia terpisah dari Antartika, vulkanisme mulai timbul di
Pada kurun Oligosen (40 Ma), Posisi Indonesia bagian barat dan Sulawesi bagian barat,
Pada kurun Miosen (25 Ma), Australia, Irian dan bagian timur Sulawesi barangkali
terpisahkan dari Irian sebelum bertabrakan dengan Sulawesi bagian barat, pada zaman
pertengahan miosen dimana mulai munculnya daratan. Dimana Australia, Sulawesi Timur dan
lengkung Banda ke Barat. Gerakan ke arah barat ini digabung dengan desakan ke darat
sepanjang sistem patahan Sorong dari bagian barat Irian dengan arah timur barat, mengubah
kedua masa daratan yang akan menghasilkan bentuk khas Sulawesi yang sekarang. Diperkirakan
tabrakan ini terjadi pada 19-13 Ma yang lalu. Kepulauan Banggai Sula bertabrakan dengan
Sulawesi timur dan seakan akan menjadi ujung tombak yang masuk ke Sulawesi barat, yang
menyebabkan semenanjung barat daya berputar berlawanan dengan arah jarum jam sebesar kira
kira 35 derajat, dan bersama itu membuka teluk Bone. Semenanjung Utara memutar ujung
utaranya menurut arah jarum jam hampir sebesar 90 derajat ,yang menyebabkan terjadinya
subduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi di bawah bagian lain pada
pertemuan dua lempeng tektonik), sepanjang Alur Sulawesi Utara dan Teluk Gorontalo. Dan
Obduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi diatas bagian lain pada pertemuan
dua lempeng tektonik),batuan ultra basis di Sulawesi timur dan tenggara diatas reruntuhan
pengikisan atau endapan batuan yang lebih muda yang bercampur aduk.
Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan Kalimantan timur pada akhir
Pliosen (3 Ma. yang lalu) yang sementara itu menutup selat Makasar dan baru membuka kembali
dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang menunjang pendapat ini. Endapan
tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan
Sulawesi pernah terpisahkan sekurang-kurangnya 25 Ma. dalam periode permukaan laut rendah,
mungkin sekali pada masa itu terdapat pulau-pulau khususnya di daerah sebelah barat Majene
dan sekitar gisik Doangdoang. Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut sampai 100
kontur 1000 m di bawah laut di sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di
Sulawesi barat, sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit.
Sulawesi meliputi tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh gerakan
kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang dipisahkan oleh
patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai
Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan
Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula (yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku)
(Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda;
Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur magmatik dapat
1. Bagian utara
Memanjang dari Buol sampai sekitar Manado. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai
andesitik, terbentuk pada Miosen-Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada
Eosen-Oligosen.
SULUT
Geologi daerah Sulut didominasi oleh batugamping sebagai satuan pembentuk cekungan
sedimen Ratatotok.
Satuan batuan lainnya adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi-konglomerat
kasar, berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau dan batu lempung yang didapatkan di
Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar
andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-trakit.
Batuan Kuarter terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesit-basal,
Kelompok batuan termuda terdiri dari batugamping terumbu koral, endapan danau dan sungai
(Sirtu atau batu kali banyak terdapat di daerah sungai Buyat dan saat ini telah diusahakan oleh
penduduk setempat dan perusahaan lokal untuk memenuhi kebutuhan PT. Newmont Minahasa
Raya (NMR) sebagai bahan pembuatan saluran penghubung antara pit 1 dengan pit lainya dan
GORONTALO
Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang
dikuasai oleh batuan gunung api Eosen - Pliosen dan batuan terobosan.
Pembentukan batuan gunung api dan sedimen di daerah penelitian berlangsung relatif
menerus sejak Eosen Miosen Awal sampai Kuarter, dengan lingkungan laut dalam sampai
Pada batuan gunung api umumnya dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya pada
satuan batuan sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua batuan tersebut
Fasies gunung api Formasi Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan
2. Bagian barat
Dari Buol sampai sekitar Makasar. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun
lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api-sedimen berumur Mesozoikum-
Mesozoikum Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid
bersusunan terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit, stok, dan retas.
Berdasarkan pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di
Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar mendatar, sesar
normal dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi dan
sekitarnya.
Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang
Mandala Tengah
Palu-Koro Fault Zone: New target for UHP metamorphic rock (coesite and diamond discovery)
Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari
Sesar Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur,
yaitu:
1) Lajur Tinondo, yang menempati bagian barat daya merupakan himpunan batuan yang
2) Lajur Hialu, yang menempati bagian timur laut daerah ini, merupakan himpunan batuan
yang bercirikan asal kerak samudera (Rusmana dan Sukarna, 1985). Batuan yang terdapat di
Lajur Tinondo adalah Batuan Malihan Paleozoikum, dan diduga berumur Karbon.
KENDARI SULTRA
Hasil pengukuran gaya berat di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian besar
daerahnya ditutupi oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan tektonik dan geologi daerah
ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah Lengan Timur Sulawesi dengan ditemukannya
Struktur lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi sumber daya
geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan hidrokarbon.
Panas bumi berada di sekitar daerah Tinobu, Kecamatan Lasolo, sepanjang sesar Lasolo
Cebakan hidrokarbon di sekitar pantai dan lepas pantai timur daerah ini, seperti: daerah
Singgere pantai Labengke), Wawalinda, Telewata, Singgere, utara Kendari, dan lain sebagainya.
kepulauan paling timur Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke
Endapan alluvium,
Batuan sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya termasuk
Batuan gunungapi (Kapur Atas Oligosen Bawah) yang menjemari dengan Formasi
Tinombo,
Batuan intrusi granit (Miosen Tengah Miosen Atas) ditemukan menerobos batuan malihan
Formasi Tinombo.
Tatanan geologi P. Banggai dan P. Labobo disusun oleh 7 satuan batuan, yang dikelompokkan
1. Kompleks batuan malihan adalah satuan batuan tertua yang terdiri dari sekis, gneis dan
2. Granit Banggai yang terdiri dari granit, granodorit, diorit kuarsa dan pegmatit. Bentang alam
satuan batuan granit ini memperlihatkan bentuk morfologi bergelombang dengan permukaan
3. Sedimen Formasi Bobong (Jbs). Satuan batuan konglomerat dan batu pasir yang diendapkan
tidak selaras diatas Granit, Formasi ini diduga berumur Jura Awal sampai Jura Tengah,
4. Batu gamping klastik, berwarna putih bersih hingga kotor kecoklatan, ukuran butir pasiran
(relatif seragam) sebagai kalkarenit hingga kalsirudit. Dari kumpulan fosil yang dikandungnya,
berumur dari Eosen sampai Miosen Tengah, tersebar luas dan hampir terdapat di seluruh P.
Banggai
5. Batugamping Salodik (Tems) Adalah batugamping fragmen dengan ukuran Formasi Tems).
6. Batugamping terumbu Formasi Peleng (QL): Endapan batuan berumur kuarter yang
penyebaran tidak merata, sebagian berupa batugamping konglomeratan, berwarna putih kotor
kerikil, berupa endapan permukaan sungai dan di sekitar pantai, diantaranya terdapat di pantai
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Afred Russel Wallace adalah orang pertama yang melihat keistimewaan dan perbedaan pulau
Jawa dan Sumatra pernah merupakan bagian Asia dan Timor, Maluku, Irian dan barangkali
Sulawesi merupakan bagian benua Pasifik Australia. Fauna Sulawesi tampak demikian khas,
sehingga diduga Sulawesi itu pernah bersambung baik dengan benua Asia maupun benua Pasifik
Australia.
Sulawesi meliputi 3 propinsi geologi yang berbeda beda, digabung menjadi satu oleh gerakan
kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang dipisahkan oleh
patahan barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula
yang mencakup daerahTokala di belakang Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan
Banggai, pulau Buton dan Kepulauan Sula. Proses penggabungan Sulawesi barat dan timur