Anda di halaman 1dari 16

POTENSI GEOWISATA AIR PANAS DAERAH WAWOLESEA KECAMATAN

WAWOLESEA KABUPATEN KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI


TENGGARA

Wa Ode Sitti Jumrana Atodding


1 Jurusan Teknik Geologi, Universitas Halu Oleo, Kendari

ABSTRAK

Kawasan wawolesea terletak di Desa Wawolesea Kecamatan Wawolesea Kabupaten Konawe


Utara. Kawasan Wawolesea merupakan salah satu Kawasan geowisata yang memiliki geosite
geologi berupa mata air panas dan lapisan travertin. Berdasarkan hasil observasi di lapangan,
Kawasan Wawolesea tersusun atas batu gamping dan dibeberapa lokasi telah tertutupi oleh
lapisan travertin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode observasi
lapangan dan analisis Laboratorium yaitu AAS untuk mengetahui jumlah unsur yang
terkandung dalam air mata air panas yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan kualitas
air dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran, serta analisis kelayakan pengembangan
kawasan menjadi Kawasan warisan geologi dengan melakukan analisis terhadap nilai-nilai
scientific, edukasi dan pariwisata secara kualitatif. Dari hasil analisis laboratorium yang
didasarkan pada standar baku mutu pemanfaatan air sebagai pariwisata, Kawasan mata air
panas Wawolasea masih memenuhi standar baku mutu air. Selain itu, hasil dari penilaian
terhadap nilai-nilai scientific, edukasi dan pariwisata memperlihatkan Kawasan ini cukup
prospek untuk dikembangkan sebagai kawasan geowisata.

Kata Kunci : Geowisata, Mataair Panas, Kualitas Air Panas, Travertin

ABSTRACT

Wawolesea area is located in Wawolesea Village, Wawolesea District, South Konawe


Regency. Wawolesea area is one of the geotourism areas that have geosite geology in the form
of hot springs and travertine layers. Based on the results of observations in the field,
Wawolesea area was composed of limestone and in some locations has been covered by the
travertine layer. This study used a field observation method and laboratory analysis, namely
AAS to determine the number of elements contained in hot springs which were then followed
by the calculation of water quality using the Pollution Index method, as well as an analysis of
the feasibility of developing the area into a geological heritage area by conducting analysis of
scientific values, education and tourism qualitatively. From the results of laboratory analysis
based on the standard of water quality as tourism, Wawolasea hot spring still met water quality
standards. In addition, the results of the assessment of scientific values, education and tourism
showed that this area was quite a prospect to be developed as a geotourism area.

Keywords: Geological Tourism, Hot Water Spring, Hot Water Quality, Travertine.

xii
PENDAHULUAN Diantara Geowisata di kawasan mataair

Geowisata merupakan bentuk kegiatan panas secara tidak langsung memupuk

pariwisata minat khusus yang fokus kesadaran akan pentingnya keberadaan

utamanya pada kenampakan geologis mataair panas tersebut, baik itu sebagai

permukaan bumi maupun yang terkandung penopang fungsi ekologi, maupun sebagai

di dalamnya dalam rangka menolong akan bukti otentik sejarah perkembangan bumi.

pemahaman, lingkungan hidup, alam, dan


Mata air panas dianalisis secara fisik
budaya, lebih lanjut sebagai bentuk
dan kimia melalui pendekatan geokimia
apresiasi, dan kegiatan konservasi, serta
untuk mengetahui dan menganalisis tipe
memiliki kepedulian terhadap kelestarian
mata air panas dan suhu bawah permukaan
kearifan lokal. Kegiatan geowisata
mata air panas daerah penelitian.
menawarkan konsep wisata alam yang
Keberadaan manifestasi panasbumi
menonjolkan keindahan, keunikan,
dipermukaan, diperkirakan terjadi karena
kelangkaan, keajaiban suatu fenomena
adanya perambatan panas dari permukaan
alam yang berkaitan erat dengan gejala-
atau karena adanya rekahan-rekahan yang
gejala geologi yang dijabarkan dalam
memungkinkan fluida panasbumi mengalir
bahasa populer dan sederhana
ke permukaan (Gupta, dkk 2007).
(Kusumahbrata, 1999, dalam Hidayat,

2002). Fenomena geologi pada dasarnya Di Sulawesi Tenggara salah satu

sangat beragam masing-masing memiliki kawasan yang menunjukkan karakteristik

nilai, eksotisme dan keunikan tersendiri panas bumi berupa manifestasi yaitu mata

yang cocok dikelola sebagai daya tarik air panas (hot water Spring) adalah daerah

wisata. Salah satu fenomena geologi yang Wawolesea Kabupaten Konawe Utara,

berpotensi dijadikan sebagai kawasan pada daerah sekeliling mata air panas

geowisata adalah manifestasi panas bumi. tertutupi oleh travertin yang dianalisis

xiii
secara fisik dan petrografi untuk sumber daya panas bumi di bawah

menentukan tipe dan jenis dari travertin permukaan. Mata air panas/hangat

tersebut. Karakteristik tersebutlah dapat terbentuk karena adanya aliran air

diajukan sebagai kawasan geologi yang panas/hangat dari bawah permukaan

berstatus Geopark nasional. Namun selain melalui rekahan-rekahan batuan. Istilah

fitur geologi terdapat pula faktor hangat diguakan bila temperatur air lebih

pendukung lain sebagai penunjang kecil dari 50o dan istilah panas digunakan

kawasan mata air panas tersebut. bila temperatur lebih dari 50o.

Sebelum abad keduapuluh fluida


Akan tetapi, pemanfaatan manisfestasi
panasbumi (geothermal) hanya digunakan
mata air panas sebagai potensi geowisata
untuk mandi, mencuci dan memasak.
masih minim dan faktor pendukung lain
Dewasa ini pemanfaatan fluida panasbumi
pun belum terkonservasi. Sehingga perlu
sangat beraneka ragam, baik untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap
pembangkit listrik maupun untuk
kawasan mata air panas Wawolesea yang
keperluan-keperluan lainnya.
diharapkan mampu untuk memberi
Disamping untuk pembangkit listrik
sumbangan terhadap ilmu pengetahuan
di beberapa negara fluida panasbumi juga
terutama fenomena geologi yang dapat
dimanfaatkan untuk sector non-listrik,
menjadi daya tarik wisata, dan
antara lain untuk pemanas ruangan
menjalankan fungsinya sebagai
(space/district heating); pemanas rumah
pengembang ekowisata maupun geowisata
kaca (green house heating), pemanasan
berkelanjutan di Kawasan mataair panas
pertanian (kseoritlas heating), pengeringan
Wawolesea.
hasil dan peternakan, pengeringan kayu,

Mata air panas/hangat juga

merupakan salah satu petunjuk adanya

xiv
kertas dan lain-lain. Penggunaan

fluida

panasbumi secara langsung dapat

dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Diagram Pemanfaatan Mata Air Panas (Australia Academia of Science)

Penentuan tipe fluida panasbumi Giggenbach, 1991 dalam Yoga A. 2011)

dan karakteristiknya ditentukan dengan yang dapat dilihat pada Gambar 2.

menggunakan diagram Trillinier (

xii
Gambar 2. Penentuan Tipe fluida dengan Diagram Trilinier (Giggenbach, 1991)
1. Air Klorida (Chloride Water) dampak besar dalam mengontrol

hidrologi. Mata air klorida juga dapat


Jenis air ini merupakan tipe fluida
mengindikasikan daerah permeable
panas bumi yang ditemukan pada
zona tinggi (contoh : patahan, erupsi
kebanyakan area dengan system
atau conduit).
bertemperatur tinggi. Area yang

memiliki mataair panas yang mengalir Pada air klorida, anion yang dominan

dalam skala besar dengan konsentrasi adalah Cl dan biasanya memiliki

CL yang tinggi berasal dari reservoir konsentrasi yang cukup besar. Pada

dalam, dan merupakan indikasi dari beberapa daerah jua memiliki

zona permeable pada area tersebut. konsentrasi Cl yang besar dikarenakan

Namun demikian, area ini dapat saja air klorida pada daerah tersebut sudah

tidak terletak di atas zona up flow bercampur dengan air laut.

utama, karena ada beberapa


2. Air Sulfat (sulphate water)
kemungkinan lain seperti pengaruh

topografi yang juga dapat memberikan

xii
Jenis air panasbumi ini dikenal juga bagian dalam alterasi batuan dan

dengan Air Asam Sulfat (Acid- bercampur dengan air klorida.

Sulphate Water) merupakan fluida


3. Air Bikarbonat (Bikarbonate Water)
yang terbentuk pada kedalaman

dangkal dan terbentuk sebagai akibat Air tipe ini banyak mengandung CO2

dari proses kondensasi gas panasbumi Jenis tipe fluida ini disebut juga dengan

yang menuju dekat permukaan. Gas netral bicarbonate–sulphate waters,

panasbumi, dengan kandungan gas dan merupakan produk dari proses

volatilnya, pada dasarnya larut dalam kondensasi gas dan uap menjadi

kandungan fluida yang terletak pada mataair bawah tanah yang miskin

zona yang dalam tetapi terpisah dari air oksigen. Air bikarbonat banyak

klorida. ditemukan pada area non-volcanogenic

dengan temperatur yang tinggi.


Air sulfat biasanya ditemukan pada

batas daerah dan berjarak tidak jauh Metoda Pengelolaan kualitas air

dari area upflow utama. Jika dilihat atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat

dari topografi, maka lokasi pastinya memberi masukan pada pengambil

terletak jauh di atas water table dan di keputusan agar dapat menilai kualitas

sekeliling boiling zone, walaupun badan air untuk suatu peruntukan serta

kebanyakan juga sering ditemukan di melakukan tindakan untuk memperbaiki

dekat permukaan (pada kedalaman kualitas jika terjadi penurunan kualitas

<100 m). Air sulfat dapat mengalir akibat kehadiran senyawa pencemar.

melewati patahan (fault) menuju


Jika Lij menyatakan konsentrasi
system panasbumi. Pada lokasi inilah,
parameter kualitas air yang dicantumkan
air sulfat dipanaskan, kemudian ambil
dalam Baku Peruntukan Air (j), dan Ci

menyatakan konsentrasi parameter kualitas


xiii
air (i) yang diperoleh dari hasil analisis makna untuk menyatakan tingkat

cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan pencemaran.

cuplikan dari suatu alur sungai, maka PIj


(Ci/Lij)2 𝑀+ (Ci/Lij)2 𝑅
PIj = 𝑀√
2
adalah Indeks Pencemaran bagi
Dimana m = Faktor penyeimbang
peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari

Ci/Lij. Evaluasi terhadap nilai PI adalah :

0 ≤ PIj ≤ 1,0 =
PIj = (C1/L1j, C2/L2j,…,Ci/Lij)
memenuhi baku mutu (kondisi baik)
Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan
1,0 < PIj ≤ 5,0 = cemar ringan
pencemaran relatif yang diakibatkan oleh
5,0 < PIj ≤ 10 = cemar sedang
parameter kualitas air. Nisbah ini tidak
PIj > 10 = cemar
mempunyai satuan. Nilai Ci/Lij = 1,0
berat
adalah nilai yang kritik, karena nilai ini

diharapkan untuk dipenuhi bagi suatu Baku Kriteria yang digunakan dalam

Mutu Peruntukan Air. penentuan ambang batas mutua air yang

sesuai dengan peruntukannya,


Perairan akan semakin tercemar
menggunakan peraturan Pemerintah
untuk suatu peruntukan (j) jika nilai (Ci/Lij)
Nomor 82 Tahun 2001 yaitu dapat dilihat
adalah lebih besar dari 1,0. Jika nilai
pada Tabel 1.
maksimum Ci/Lij dana tau nilai Ci/Lij

makin besar, maka tingkat pencemaran

suatu badan air akan makin besar pula. Pij

diusulkan sebagai faktor yang memiliki

Tabel 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (PP No. 82 Tahun 2001)

Parameter Satuan Kelas


I II III IV
FISIKA

xiv
o
Temperatur C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5
Residu Terlarut 1000 1000 1000 1000
Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400
KIMIA ORGANIK
pH 6-9 6-9 6-9 5-9
Fe mg/L 0,3 (-) (-) (-)
As mg/L 0,05 1 1 1
Cr mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Zn mg/L 0,05 0,05 0,05 2
Pb mg/L 0,03 0,03 0,03 1
Cu mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2

METODE PENELITIAN

Secara geografis daerah penelitian Prosedur Penelitian ini dibagi menjadi

berada pada koordinat 3o41’51” LS dan beberapa tahap yaitu tahap pendahuluan,

122o18’08” BT. Secara administratif tahap pengambilan dan pengumpulan data,

daerah penelitian berada di Desa tahap analisis data, dan tahap akhir berupa

Wawolesea Kecamatan Wawolesea, penyajian data akhir hasil penelitian.

Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi 1. Tahap Persiapan

Tenggara Pada tahap ini dilakukan studi

pustaka, penyusunan proposal, pengerusan


Penelitian ini merupakan penelitian
administrasi, melengkapi perlengkapan
studi kasus dengan pendekatan kualitatif.
penelitian.
Dalam penelitian ini akan dilakukan
2. Tahap Pengambilan dan
identifikasi awal terhadap objek geologi
Pengumpulan Data Primer
yang dapat dikembangkan sebagai
Tahapan pengumpulan data
kawasan geowisata berdasarkan pada
meliputi:
aspek edukasi, aspek konservasi, dan aspek
a. Tahapan penelitian lapangan
ekonomi.

xiii
Melakukan penelitian lapangan 2. Pengolahan Data Laboratorium

guna mengumpulkan data primer Pengolahan data laboratorium

berupa pengambilan: yang digunakan adalah sebagai

1. Pengukuran suhu air pada berikut ;

mata air panas a. Menentukan pemanfaatan

2. Pengambilan sampel air manifestasi panasbumi dari

panas klasifikasi suhu mata air

b. Tahapan analisis laboratorium panas,

Melakukan pengolahan sampel b. Menentukan tipe air panas dan

air panas. Metode pengolahan logam berat yang terkandung

sampel ini yaitu dengan di dalamnya

menggunakan metode AAS


HASIL DAN PEMBAHASAN
(Atomic Absorption

Spectorcopy) 1. Geologi Daerah Penelitian

c. Tahap Pengolahan Data


Daerah penelitian merupakan salah satu
Tahapan pengolahan data meliputi:
spot wisata geologi berupa manifestasi
1. Pengolaha Data Lapangan
panas bumi. Beberapa manifestasi
Pengolahan data lapangan dimulai
panasbumi yang ditemukan di lokasi
dengan pengambilan data-data
penelitian di antaranya adalah mata air
lapangan,
panas dan lapisan Traventine.

xiii
Gambar 3. Lapisan Traventine di sekeliling Mata Air Panas

Litologi daerah penelitian disusun komposisi kimia karbonat, komposisi

oleh batugamping terumbu. Secara mineral kalsit, mudah rapuh, memiliki

megaskopik batuan menunjukan banyak pori, sebagian pori tampak terisi

kenampakan warna segar putih keabu- oleh mineral-mineral karbonat (Gambar

abuan, warna lapuk abu-abu kecoklatan, 4)

xii
Gambar 4. Conto batu Gamping mata air panas Wawolesea

2. Analisis Kimia Mata Air Panas Dalam penelitian ini, penilaian

kualitas air yang digunakan sebagai wisata


Manifestasi Mata air panas
berdasarkan pada dua instrument yaitu
wawolesea saat ini digunakan sebagai
secara fisik dan secara kimiawi. Adapun
wisata permandian air panas oleh para
hasil dari kualitas mata air panas di
wisatawan. Lebih lanjut, kualitas mata air
kawasan mata air panas wawolesea
panas wawolesea sebagai wisata dilakukan
ditunjukan pada Tabel 2.
analisis geokimia untuk mengetahui

tingkat kualitas air berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82

Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendelian Pencemaran Air.

xii
Tabel 2. Kualitas Mata Air Panas Wawolesea

Kode Sampel
No Parameter Satuan
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
1 2 3 4 5
0
1 Suhu Udara C 32 32 32 32 32
0
2 Suhu Mata Air C 53 42 50 50 45
3 Ph 7.9 7.9 7.8 7.8 7.9
4 TDS mg/L 204.78 184.67 77.47 214.43 22.21
5 Fe mg/L 2.079 0.763 0.01 0.132 0.01
6 Cl mg/L 45.976 13.657 45.976 32.019 14.684
7 As mg/L 0.0053 0.0019 0.0049 0.0048 0.0023
8 Cr mg/L 0.0066 0.0016 0.0055 0.0052 0.0033
9 Zn mg/L 0.0037 0.0021 0.0024 0.0019 0.0016
10 Pb mg/L 0.0032 0.0018 0.0029 0.0025 0.0022
11 Cu mg/L 0.0052 0.004 0.0047 0.0042 0.0041
12 Cd mg/L 0.0016 0.001 0.0013 0.0011 0.0008
13 HCO3 mg/L 33.88 0 33.676 3.07 6.174
4
14 SO mg/L 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
15 Warna Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih
16 Bau Sulfur Sulfur Sulfur Sulfur Sulfur
14 Rasa Asin Asin Asin Asin Asin

Berdasarkan hasil analisis, dengan tentang Pedoman Penentuan Status Mutu

menggunakan metode Indeks Pencemaran Air maka diperoleh status mutu air sesuai

(IP) sebagaimana tercantum dalam peruntukannya untuk keseluruhan sampel

lampiran II Keputusan Menteri Negara air

Lingkungan Hidup nomor 115 tahun 2003

xiii
Tabel 3. Rekapitulasi nilai indeks pencemaran dan status mutu air berdasarkan
peruntukannya

Nilai IP Status Mutu Air


Berdasarkan Berdasarkan Peruntukan
No. Stasiun Peruntukan
Kelas II Kelas II
1. Stasiun 1 0.216 Memenuhi Baku Mutu
2 Stasiun 2 0.204 Memenuhi Baku Mutu
3 Stasiun 3 0.162 Memenuhi Baku Mutu
4 Stasiun 4 0.165 Memenuhi Baku Mutu
5 Stasiun 5 0.199 Memenuhi Baku Mutu

3. Karakteristik dan Pemanfaatan kimia diketahui unsur yang paling dominan

Mata Air Panas Wawolesea merupakan unsur Cl dan HCO3.

Penentuan tipe fluida mata air Proses yang terjadi pada daerah

panas wawolesea menggunakan diagram Wawolesea ini adalah pemanasan air

trilinier seperti yang ditunjukan dalam meteorik oleh sumber panas yang berada di

Gambar 5. bawahnya, kemudian air tersebut menguap

dan mengalami kondensasi kemudian


Berdasarkan hasil analisis kimia
muncul ke permukaan dengan kandungan
fluida air panas yang terdapat pada daerah
unsur Cl dan HCO3 yang dominan.
penelitian diketahui bahwa fluida

panasbumi yang ada pada daerah

Wawolesea dan sekitarnya merupakan tipe

fluida klorida dan tipe fluida air bikarbonat.

Hal ini dikarenakan dari hasil analisis

xiii
Smpl Smpl
3 1
Smpl
4

Smpl
5

Gambar 5. Hasil Analisis Tipe Air dengan Diagram Trilinier

4. Penilaian Sumberdaya Geologi Penilaian kuantitatif suatu warisan situs

geologi berdasarkan nilai-nilai sains, nilai-


Keragaman dan keunikan geologi daerah
nilai edukasi, nilai-nilai pariwisata dan
daerah Kawasan Wawolesea memberikan
nilai resiko degradasi, selanjutnya
nilai tersendiri untuk menjadi potensi
dimasukan ke dalam klasifikasi penilaian
kawasan geowisata yang sangat besar di
potensi geowisata daerah penelitian. Hasil
Sulawesi Tenggara. Potensi tersebut sangat
penilaian geosite mata air panas kawasan
strategis untuk mendukung program
Wawolesea dapat dilihat pada Tabel 3.
konservasi sumberdaya geologi dan

pengembangan sektor pariwisata berbasis

geologi melalui konsep geowisata.

xiii
Tabel 3. Hasil penilaian situs warisan prospek untuk dikembangkan sebagai
geologi
kawasan geowisata.
Jumlah
No. Ruang Lingkup
Nilai KESIMPULAN

Penilaian nilai-
1 330 Berdasarkan hasil penelitian yang
nilai sains
telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
Penialain nilai-
2 270 sebagai berikut :
nilai Edukasi

Penilaian nilai- 1. Kawasan geowisata Wawolesea terdiri


3 290
nilai pariwisata atas mata air panas yang tersusun atas

batu gamping terumbu serta memiliki


Penilaian nilai-

4 nilai resiko 190 traventin berbentuk undakan.

degradasi 2. berdasarkan hasil penilaian secara

kualitatif terhadap nilai-nilai scientific,


Total 1.080
edukasi dan pariwisata menunjukan
Nilai Situs Geologi 270
Kawasan Wawolesea sangat prospek
Berdasarkan dari perhitungan
untuk dikembangkan sebagai kawasan
tabel 14, terlihat bahwa nilai geosite mata
geowisata.
air panas kawasan Wawolesea memiliki
ACUAN (REFERENSI)
nilai 270. Berdasarkan klasifikasi potensi

geowisata, nilai tersebut menunjukan Ariwibowo, Y. dkk. 2011, Studi Geokimia


Fluida Panas Bumi Daerah Prospek
potensi pengembangan mata air panas
Panas Bumi Nglimut, G. Ungaran
Wawolesea sebagai kawasan geowisata Kecamatan Limbangan, Kabupaten
Kendal Jawa Tengah, Teknik.
berada pada angka sedang. Pada geosite Volume 32 Nomor 3 tahun 2011

dengan klasifikasi angka sedang, sangat Anonimous, Keputusan Mentri


Lingkungan Hidup Nomor 115
Tahun 2003 Tentang Pedoman

xiii
Penentuan Status Mutu Air Menteri tanggal 26 Mei 2019. Pukul 20.15
Negara Lingkungan Hidup WITA.

…………, Peraturan Pemerintah Republik Maryani, N. 2012. Teknik Panas Bumi.


Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, Bandung
Tentang Kualitas Air dan
Oktariadi, O. 2014. Geopark dan
Pengendalia Air Pencemaran Air. Penataan Ruang, Badan Geologi
Kementrian Energi dan Sumber
Brahmantyo, B. 2008, Menggali Akar Daya Mineral. Jurusan Geologi
Geowisata, Artikel Opini, Pikiran Fakultas Teknik Universitas
Rakyat, Bandung 7 Januari 2008. Hasanuddin, Makassar.

Departemen Energi dan Sumber Daya Potensi Geologi Kars Sebagai Strategi
Mineral. 2012. Pengembangan Pengembangan Kawasan Geowisata
Sumber Panas Bumi. Jakarta. Daerah Lohia Kabupaten Muna
Provinsi Sulawesi Tenggara,
Emi Prasetyawati Umar, dkk. 2015. Skripsi, Universitas Halu Oleo,
Manifestasi Panas Bumi Daerah Kendari
Barasanga Kabupaten Konawe
Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Prayuni, Heryadi. 2013. Pemanfaatan
Geodiversity untuk Pemmbangunan
Faizi Zahari, 2012. Mengapa Geowisata dan Geopark. Surabaya
Perencanaan Itu Penting dalm the
Pusat Survei Geologi, 2017. Petunjuk
Planers a Portfolio. Halaman 4. Teknis Asesmen Sumber Daya
Volume 060 Januari 2012. Warisan Geologi. Bandung.
Bandung: HMP Pangripta Loka ITB
Saptadji, Miryani Nenny.1992. Teknik
Hermawan, Dudi.dkk. 2011. Kajian Panas Panas Bumi. Departemen Teknik
Bumi Non Vulkanik Daerah Perminyakan Fakultas Ilmu
Sulawesi Bagian Tenggara. Kebumian dan Teknologi Mineral
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat ITB.
Sumber Daya Geologi Tahun 2011.
Simandjuntak,. 1993, Lembar geologi
Hochstein, M.P. dan P.R.L. Browne. 2000. Lasusua Kendari, Pusat Penelitian
Surface Manifestations of dan
Geothermal PengembanganGeologi, Bandung.
System with Volcanic Heat Sources.
in Encyclopedia of Volcanoes. Surono, 2010, Geologi Lengan Tenggara
Sulawesi, Badan Geologi,
Http://landspatial.bappenas.go.id/km/files/ Kementrian Energi dan Sumber
20141113161357_geopark-dan- Daya Mineral, Bandung
tata-ruang. Diakses pada tanggal 30
Juni 2018. Pukul 20.00 WITA.

https://www.science.org.au/curious/techno
logy-future/feeling-heat-
geothermal-energy. Diakses pada

xiv

Anda mungkin juga menyukai