Teater merupakan sebuah tempat untuk menampilkan sebuah pertunjukkan yang tidak biasa. Oleh
karena itu naskah drama yang digunakan saat teater juga cukup istimewa. Karena pada kesempatan itu
pemain harus menunjukkan kemahirannya dalam berakting. Contoh naskah drama teater memiliki ciri
penulisan yang sama dengan naskah drama biasa. Hal yang membuat naskah drama teater menjadi
lebih berbeda adalah, dialog yang terbilang panjang.
Narator memberi instruksi kepada pemeran Nira, Jim dan Bu Shinta untuk masuk kedalam
setting yang sama. Disini mereka bertiga berada di sebuah rumah besar dan megah milik Bu
Shinta. Nira datang sebagai pembantu baru di rumah Bu Shinta dan menarik perhatian Jim.
Alur Cerita
Nira : Permisi, selamat siang.
B. Shinta : Siang, ada perlu apa?
Nira : Apa benar ini rumah Bu Shinta?
B. Shinta : Ya, betul. Anda siapa ya?
Nira : Perkenalkan saya Nira, pembantu kiriman dari makelar Pak Gusni.
B. Shinta : Oh kirimannya Gusni. Oke, kamu masuk aja ke belakang. Taruh barang-barang
bawaan kamu di kamar dekat taman belakang. Sesudah itu temui saya di ruang tamu.
Nira berjalan perlahan kearah taman belakang. Namun, karena rumahnya sangat besar
maka ia pun tersesat hingga ke sebuah ruangan kerja yang letaknya juga dekat dengan taman
belakang.
Jim terpana begitu Nira menoleh. Ia terpesona dengan paras Nira yang cantik dan lugu.
Nira tersipu-sipu malu ketika Jim menatapnya. Kedua mata Jim seperti tak bisa lepas dari
paras cantik Nira. Tiba-tiba Bu Shinta masuk ke ruangan kerja tersebut.
B. Shinta : Nira! Ngapain kamu disini? Saya tunggu kamu di ruang tamu nggak datang-datang!
Pantes aja, kamu lagi godain anak saya?
Nira : Nggak.. Nggak, Bu. Ini nggak seperti yang Ibu lihat. Saya...
B. Shinta : Sudah diam! Sana pergi ke kamar kamu!
Nira berlalu dari ruangan kerja, sementara Bu Shinta agaknya merasa curiga bahwa putra
tunggalnya terpesona dengan kecantikan Nira.
B. Shinta : Jim, kamu ganti baju, gih! Sebentar lagi akan ada tamu.
Jim : Hah? Siapa, Ma? Aku lagi banyak kerjaan, nih.
B. Shinta : Halah.. Kerjaan apa sih hari Sabtu begini. Sudahlah turuti kata-kata Mama. Lekas
kamu ganti baju.
Jim : Oke oke, Ma.
Babak 2
Tak lama kemudian dua orang perempuan bergaya modis datang ke Rumah Bu Shinta.
B. Bena : Permisi, Jeng Shinta.
B. Shinta : Eh, Jeng Bena! Ayo silahkan masuk. Ini anaknya ya?
B. Bena : Iya, Jeng. Ini anak saya satu-satunya. Pop, kasih salam sama Tante Shinta.
Poppy : Hai, Tante. Salam kenal. Saya Poppy.
B. Shinta : Hai, Poppy. Cantik sekali ya anaknya Jeng Bena ini.
B. Bena : Hehe.. Kan kayak mommynya, Jeng. Oya, mana nih putranya Jeng Shinta? Jadi kan
rencana kita.
Poppy : Ih, Mom! Apaan sih.
B. Shinta : Oh, Poppy sudah tahu ya? Hmm.. Bentar ya saya panggilkan. JIM! Sini, nak!
Jim datang bersama Nira. Karena tadi mereka sedang berbincang-bincang di belakang
tanpa sepengetahuan Bu Shinta.
B. Shinta : Jim, ini Tante Bena dan yang cantik itu Poppy, anaknya. Cantik kan, Jim?
Jim : Siang, Tante Bena. Eh, halo Poppy. Aku Jim.
Poppy langsung bangkit dari duduknya dan terpana melihat ketampanan dan kesantunan
Jim. Ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Jim.
Nira hanya berdiri sambil menunduk. Ia sedih sekali mendapat penghinaan semacam itu.
Nira memang menyukai Jim walau ia baru saja mengenalnya. Ia pun merasa bahwa Jim juga
menyukainya.
Jim : Ma, apa-apaan sih? Kok Nira disalahin? Jim nggak mau dijodoh-jodohkan begini.
Aku mau pilih pasangan hidupku sendiri, Ma!
B. Shinta : Jim sayang, Mama tahu kamu hanya ingin main-main saja dengan pembantu ini.
Tapi tolong sudahi permainan kamu itu. Karena cepat atau lambat kamu akan menikah dengan
Poppy.
Jim : Aku nikah dengan Poppy supaya perusahaan kita bertambah maju karena akan
bergabung dengan perusahaan Tante Bena? Mama dari dulu nggak berubah. Satu lagi, aku nggak
main-main sama Nira. Aku serius ingin kenal dia lebih jauh dan lebih dekat.
Poppy : Jim! Kita udah dijodohin. Apa-apaan sih kamu nggak ngehargai aku yang calon
istrimu ini?
Jim : Dijodohin? Calon istri? Dalam mimpi kamu. Yuk, Nir.
Jim menggandeng tangan Nira dan mereka pergi keluar rumah. Mereka naik mobil Jim dan pergi
entah kemana. Sementara itu Bu Shinta terduduk lemas bingung harus berbuat apa. Bu Bena
menenangkan Poppy yang sedang menangis.