Pedoman Syok
Pedoman Syok
BAB I DEFINISI
1.1 Pengertian
Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam mencukupi
kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Syok terjadi akibat penurunan perfusi jaringan vital
atau menurunnya volume darah secara bermakna. Syok juga dapat terjadi akibat
dehidrasi jika kehilangan cairan tubuh lebih 20% BB (berat badan) atau kehilangan
darah 20% EBV (estimated blood volume).dengan kata lain adalah suatu sindrom
klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi
jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis.
Penyebab
1. Kehilangan darah
a. Hematom subkapsular hati
b. Aneurisma aorta pecah
c. Perdarahan gastrointestinal
d. Trauma
2. Kehilangan plasma
a. Luka bakar luas
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom Dumping
3. .Kehilangan cairan ekstraselular
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
d. Terapi diuretik yang agresif
e. Diabetes insipidus
f. Insufisiensi adrenal
Gambaran Klinis
Ringan :
Ekstremitas dingin
Waktu pengisian kapiler
meningkat
Diaporesis
Vena kolaps
Cemas
Sedang :
Sama, ditambah:
Takikardia
Takipnea
Oliguria
Hipotensi ortostatik
Berat :
Sama, ditambah:
Hemodinamik tidak stabil
Takikardia bergejala
Hipotensi
Perubahan kesadaran
Perubahan dari syok hipovolemik ringan menjadi berat dapat terjadi bertahap
atau malah sangat cepat, terutama pada pasien lanjut dan yang memiliki penyakit berat
Diagnosis
Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa ketidakstabilan
hemodinamik dan ditemukan adanya sumber perdarahan Ketidakstabilan hemodinamik
yang terjadi pada kondisi syok hipovolemik berupa penurunan curah jantung, penurunan
tekanan darah, peningkatan tahanan pembuluh darah,dan penurunan tekanan vena
sentral
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya syok
hipovolemik tersebut dapat berupa pemeriksaan pengisian dan frekuensi nadi, tekanan
darah, pengisian kapiler yang dilakukan pada ujung - ujung jari, suhu dan turgor kulit.
Pemeriksaan laboratorium awal yang mungkin
ditemukan pada keadaan syok hipovolemik, antara lain
1. Complete Blood Count(CBC), mungkin terjadi penurunan hemoglobin, hematokrit dan
platelet.
2.Blood Urea Nitrogen
(BUN), mungkin meningkat menandakan adanya disfungsi ginjal.
3. Kadar elektrolit dalam serum mungkin menunjukkan abnormalitas.
4. Produksi urin, mungkin <400 ml/hari atau tidak ada sama sekali.
Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan curah
jantung yang memadai untuk mempertahankan perfusi jaringan. Syok kardiogenik dapat
didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda syok dan dijumpai adanya penyakit
jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah
torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat
jantung.Masalah yang ada adalah kurangnya kemampuan jantung untuk berkontraksi.
Tujuan utama pengobatan adalah meningkatkan curah jantung.
Penyebab
Kerusakan katup jantung: stenosis mitral, insufisiensi mitral, stenosis katup aorta,
insufisiensi katup aorta
Gejala Klinis
Tekanan arteri sistolik < 90 mmHg atau 30-60 mmHg dibawah batas bawah
sebelumnya
Diagnosis
Penyebab
Syok sepsik dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70%
(Pseudomonas auriginosa, Klebsiella, Enterobakter, E. choli, Proteus). Infeksi bakteri
gram positif 20-40% (Stafilokokus aureus, Stretokokus, Pneumokokus), infeksi jamur
dan virus 2-3% (Dengue Hemorrhagic Fever, Herpes viruses), protozoa (Malaria
falciparum). Sedangkan pada kultur yang sering ditemukan adalah Pseudomonas,
disusul oleh Stapilokokus dan Pneumokokus. Syok sepsik yang terjadi karena infeksi
gram negatif adalah 40% dari kasus, sedangkan gram positif adalah 5-15% dari kasus
(Japardi, 2002). Syok septik sering terjadi pada:
Karena terdapat banyak jenis syok septik, maka sulit untuk menggolongkan
keadaan tersebut. Beberapa gejala antara lain:
1. Demam tinggi
2. Seringkali vasodilatasi nyata di seluruh tubuh, terutama pada jaringan yang
terinfeksi.
3. Curah jantung yang tinggi pada sekitar separuh penderita, disebabkan oleh
adanya vasodilatasi di jaringan yang terinfeksi dan oleh derajat metabolik
yang tinggi dan vasodilatasi di tempat lain dalam tubuh, akibat dari
rangsangan toksin bakteri terhadap metabolisme sel dan dari suhu tubuh
yang tinggi.
4. Melambatnya aliran darah, mungkin disebabkan oleh aglutinasi sel darah
merah sebagai respons terhadap jaringan yang mengalami degenerasi.
5. Pembentukan bekuan kecil di daerah yang luas dalam tubuh, keadaan yang
disebut koagulasi intravaskular menyebar. Hal ini juga menye-babkan faktor-
faktor pembekuan menjadi habis terpakai sehingga timbul perdarahan di
banyak jaringan, terutama dinding usus dan traktus intestinal.
Pada tahap dini dari syok septik, biasanya pasien tidak memperlihatkan
tanda-tanda kolaps sirkulasi tetapi hanya tanda-tanda infeksi bakteri. Setelah
infeksi menjadi lebih hebat, sistem sirkulasi biasanya ikut terlibat baik secara
langsung ataupun sebagai akibat sekunder dari toksin bakteri. Akhirnya
sampailah pada suatu titik di mana kerusakan sirkulasi menjadi progresif
serupa dengan yang terjadi di seluruh jenis syok lainnya. Tahap akhir dari
syok septik tidak banyak berbeda dengan tahap akhir syok hemoragik,
meskipun faktor-faktor pencetusnya sangat berlainan pada kedua macam
syok tersebut.
Diagnosis
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang banyak atau sedikit,
dan jumlah faktor pembekuan yang menurun.
Jika terjadi gagal ginjal, kadar hasil buangan metabolik (seperti urea nitrogen) dalam
darah akan meningkat.
Penyebab
Syok anafilaksis paling sering disebabkan oleh pemberian obat secara suntikan,
tetapi dapat pula disebabkan oleh obat yang diberikan secara oral atau oleh makanan.
Obat suntik yang paling sering menimbulkan syok anafilaksis antaralain penisilin,
streptomisin, tiamin, ekstrak bali dan kombinasi vitamin neurotropik.
Gambaran Klinis
Gejala-gejala pertama : Eritema, rasa terbakar pada kulit, rasa tersengat, takikardi,
rasa tebal di faring dan dada, batuk, mungkin mual dan muntah.
Gejala-gejala sekunder : Pembengkakan kulit (khususnya palpebra danbibir),
urtikaria, Edema laring, serak, wheezing, serangan batuk, Nyeriabdomen, mual,
muntah, diare, Hipotensi, berkeringat, pucat
ada kasus-kasus berat, spasme laring, shock, henti nafas dan henti jantung
Diagnosis
Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi
dengan pemberian morfin.
Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
1. penilaian ABC, yaitu pada airway dan breathing, pastikan jalan napas paten dengan
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. Pemberian oksigen tambahan dapat diberikan
untuk mempertahankan saturasi oksigen di atas 95%.
2. Pada circulation, hal utama yang perlu diperhatikan adalah kontrol perdarahan yang
terlihat, lakukan akses intravena, dan nilai perfusi jaringan Akses intravena dilakukan
dengan memasang 2 kateter intravena ukuran besar (minimal nomor 16) pada vena
perifer. Lokasi terbaik untuk intravena perifer pada orang dewasa adalah vena di lengan
bawah atau kubiti. Namun, bila keadaan tidak memungkinkan pada pembuluh darah
perifer, maka dapat digunakan pembuluh darah sentral. Bila kaketer intravena sudah
terpasang, contoh darah diambil untuk pemeriksaan golongan darah dan
crossmatch,pemeriksaan laboratorium yang sesuai, dan tes kehamilan pada semua
wanita usia subur.
3. Setelah akses intravena terpasang, selanjutnya dilakukan resusitasi cairan. Tujuan
resusitasi cairan adalah untuk mengganti volume darah yang hilang dan mengembalikan
perfusi organ .
4. Tahap awal terapi dilakukan dengan memberikan bolus cairan secepatnya. Dosis
umumnya 1-2 liter untuk dewasa. Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan
isotonik NaCl 0,9% atau Ringer Laktat. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan
dengan pemantauan tanda vital dan hemodinamik
5. Jumlah darah dan cairan yang diperlukan untuk resusitasi sulit diprediksi dalam evaluasi
awal pasien. Namun, Tabel 2.2 dapat menjadi panduan untuk menentukan kehilangan
volume darah yang harus digantikan.
6. Adalah sangat penting untuk menilai respon pasien terhadap resusitasi cairan dengan
adanya bukti perfusi dan oksigenasi yang adekuat, yaitu produksi urin, tingkat
kesadaran, dan perfusi perifer serta kembalinya tekanan darah yang normal
7. Jika setelah pemberian cairan tidak terjadi perbaikan tanda-tanda hemodinamik, maka
dapat dipersiapkan untuk memberi transfusi darah
Tujuan utama transfusi darah adalah untuk mengembalikan kapasitas angkut oksigen di
dalam intravaskular
8. Untuk melakukan transfusi, harus didasari dengan jumlah kehilangan perdarahan,
kemampuan kompensasi pasien, dan ketersediaan darah.
9. Evaluasi harus dilakukan untuk melihat perbaikan pasien syok hipovolemik. Jumlah
produksi urin merupakan indikator yang cukup sensitif dari perfusi ginjal karena
menandakan aliran darah ke ginjal yang adekuat. Jumlah produksi urin yang normal
sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi
dengan pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
5. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.
3. Obat-obat vasoaktif bila curah jantung tetap rendah walaupun pemberian cairan
sudah adekuat atau bila ada edema paru diberikan:
Glucagon
Hiperventilasi
Hipoksemia berat
Hiperkapnea
3.4 Penatalaksanaan Syok Anafilaktik
BAB IV DOKUMENTASI
Suatu berkas yang berbentuk rekam medis yang isinya menjadi sumber ingatan
yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban. Dengan
melihat dari berbagai aspek tersebut pedoman penatalaksanaan syok mempunyai
kegunaan yg sangat luas karena menyangkut pelayanan yang diberikan petugas kepada
pasien