Anda di halaman 1dari 13

Pedoman Penatalaksanaan Syok di Puskesmas

BAB I DEFINISI
1.1 Pengertian
Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam mencukupi
kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Syok terjadi akibat penurunan perfusi jaringan vital
atau menurunnya volume darah secara bermakna. Syok juga dapat terjadi akibat
dehidrasi jika kehilangan cairan tubuh lebih 20% BB (berat badan) atau kehilangan
darah 20% EBV (estimated blood volume).dengan kata lain adalah suatu sindrom
klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi
jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis.

1.2 Macam-macam Syok

1.2.1 Syok Hipovolemik

Hipovolemik berarti berkurangnya volume intravaskuler. Sehingga syok


hipovolemik berarti syok yang di sebabkan oleh berkurangnya volume intravaskuler. Di
Indonesia shock pada anak paling sering disebabkan oleh gastroenteritis dan dehidrasi,
dan shock perdarahan paling jarang, begitupun shock karena kehilangan plasma pada
luka bakar dan shock karena translokasi cairan.

Penyebab

Penurunan volume intravaskular yang terjadi pada syok hipovolemik dapat


disebabkan oleh hilangnya darah, plasma atau cairan dan elektrolit, antara lain:

1. Kehilangan darah
a. Hematom subkapsular hati
b. Aneurisma aorta pecah
c. Perdarahan gastrointestinal
d. Trauma
2. Kehilangan plasma
a. Luka bakar luas
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom Dumping
3. .Kehilangan cairan ekstraselular
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
d. Terapi diuretik yang agresif
e. Diabetes insipidus
f. Insufisiensi adrenal
Gambaran Klinis

Secara klinis, syok hipovolemik diklasifikasikan menjadi ringan, sedang dan


berat. Pada syok ringan, yaitu kehilangan volume darah 20%, vasokonstriksi dimulai dan
distribusi aliran darah mulai terhambat. Pada syok sedang, yaitu kehilangan volume
darah 20 - 40%, terjadi penurunan perfusi ke beberapa organ seperti ginjal, limpa, dan
pankreas. Pada syok berat, dengan kehilangan volume darah lebih dari 40%, terjadi
penurunan perfusi ke otak dan jantung

Ringan :
Ekstremitas dingin
Waktu pengisian kapiler
meningkat
Diaporesis
Vena kolaps
Cemas

Sedang :
Sama, ditambah:
Takikardia
Takipnea
Oliguria
Hipotensi ortostatik

Berat :
Sama, ditambah:
Hemodinamik tidak stabil
Takikardia bergejala
Hipotensi
Perubahan kesadaran

Perubahan dari syok hipovolemik ringan menjadi berat dapat terjadi bertahap
atau malah sangat cepat, terutama pada pasien lanjut dan yang memiliki penyakit berat

Diagnosis
Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa ketidakstabilan
hemodinamik dan ditemukan adanya sumber perdarahan Ketidakstabilan hemodinamik
yang terjadi pada kondisi syok hipovolemik berupa penurunan curah jantung, penurunan
tekanan darah, peningkatan tahanan pembuluh darah,dan penurunan tekanan vena
sentral
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya syok
hipovolemik tersebut dapat berupa pemeriksaan pengisian dan frekuensi nadi, tekanan
darah, pengisian kapiler yang dilakukan pada ujung - ujung jari, suhu dan turgor kulit.
Pemeriksaan laboratorium awal yang mungkin
ditemukan pada keadaan syok hipovolemik, antara lain
1. Complete Blood Count(CBC), mungkin terjadi penurunan hemoglobin, hematokrit dan
platelet.
2.Blood Urea Nitrogen
(BUN), mungkin meningkat menandakan adanya disfungsi ginjal.
3. Kadar elektrolit dalam serum mungkin menunjukkan abnormalitas.
4. Produksi urin, mungkin <400 ml/hari atau tidak ada sama sekali.

1.2.2 Syok kardiogenik

Syok yang disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang


mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi
ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran
oksigen ke jaringan.

Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan curah
jantung yang memadai untuk mempertahankan perfusi jaringan. Syok kardiogenik dapat
didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda syok dan dijumpai adanya penyakit
jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah
torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat
jantung.Masalah yang ada adalah kurangnya kemampuan jantung untuk berkontraksi.
Tujuan utama pengobatan adalah meningkatkan curah jantung.

Penyebab

Infark miokard akut dengan kerusakan otot jantung

Kerusakan katup jantung: stenosis mitral, insufisiensi mitral, stenosis katup aorta,
insufisiensi katup aorta

Gangguan irama jantung: atrial fibrilasi, ventrikular fibrilasi, ventrikular takhikardi

Gangguan sistem konduksi hantaran listrik jantung: atrioventrikular blok,


sinoaurikular blok.

Gejala Klinis

Syok kardiogenik ditandai oleh hal-hal berikut :

Tekanan arteri sistolik < 90 mmHg atau 30-60 mmHg dibawah batas bawah
sebelumnya

Adanya bukti penurunan aliran darah ke sistem organ-organ utama :

Keluaran urin < 20 ml/jam, biasanya disertai penurunan kadar natrium


dalam urin

Vasokonstriksi perifer yang disertai gejala kulit dingi dan lembab

Gangguan fungsi mental

Indeks jantung < 2,1 L/menit/m2


Bukti gagal jantung kiri dengan LVEDP/tekanan baji kapiler paru (PCWP) 18-21
mmHg Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan:

Keluhan Utama Syok Kardiogenik


Oliguri (urin < 20 mL/jam).
Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
Nyeri substernal seperti IMA.

Diagnosis

Ditemukannya Gejala penting sebagai berikut :


1. Tensi turun < 80-90 mmHg.
2. Takipneu dan dalam.
3. Takikardi.
4. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
7. Sianosis.
8. Diaforesis (mandi keringat).
9. Ekstremitas dingin.
10. Perubahan mental.

1.2.3 Syok Septik

Sepsis merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh kuman-kuman atau


bahan-bahan yang berasal dari atau dibuat oleh kuman-kuman. Organism yang paling
sering menyebabkan shock septic dalah kuman gram negative. Tetapi shock juga bias
disebabkn oleh kuman gram positif bahkan jamur, rickettsia dan bermacam-macam virus
dapat menimbulkan shock yang sifatnya tidak banyak berbeda.

Respon penderita terhadap pencetus yaitu masuknya kuman kedalam tubuh


ditentukan oleh keadaan penderita sebelumnya.

Penyebab

Syok sepsik dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70%
(Pseudomonas auriginosa, Klebsiella, Enterobakter, E. choli, Proteus). Infeksi bakteri
gram positif 20-40% (Stafilokokus aureus, Stretokokus, Pneumokokus), infeksi jamur
dan virus 2-3% (Dengue Hemorrhagic Fever, Herpes viruses), protozoa (Malaria
falciparum). Sedangkan pada kultur yang sering ditemukan adalah Pseudomonas,
disusul oleh Stapilokokus dan Pneumokokus. Syok sepsik yang terjadi karena infeksi
gram negatif adalah 40% dari kasus, sedangkan gram positif adalah 5-15% dari kasus
(Japardi, 2002). Syok septik sering terjadi pada:

1. Bayi baru lahir,

2. Usia diatas 50 tahun,

3. Penderita gangguan sistem kekebalan.


Gambaran Klinis

Karena terdapat banyak jenis syok septik, maka sulit untuk menggolongkan
keadaan tersebut. Beberapa gejala antara lain:

1. Demam tinggi
2. Seringkali vasodilatasi nyata di seluruh tubuh, terutama pada jaringan yang
terinfeksi.
3. Curah jantung yang tinggi pada sekitar separuh penderita, disebabkan oleh
adanya vasodilatasi di jaringan yang terinfeksi dan oleh derajat metabolik
yang tinggi dan vasodilatasi di tempat lain dalam tubuh, akibat dari
rangsangan toksin bakteri terhadap metabolisme sel dan dari suhu tubuh
yang tinggi.
4. Melambatnya aliran darah, mungkin disebabkan oleh aglutinasi sel darah
merah sebagai respons terhadap jaringan yang mengalami degenerasi.
5. Pembentukan bekuan kecil di daerah yang luas dalam tubuh, keadaan yang
disebut koagulasi intravaskular menyebar. Hal ini juga menye-babkan faktor-
faktor pembekuan menjadi habis terpakai sehingga timbul perdarahan di
banyak jaringan, terutama dinding usus dan traktus intestinal.
Pada tahap dini dari syok septik, biasanya pasien tidak memperlihatkan
tanda-tanda kolaps sirkulasi tetapi hanya tanda-tanda infeksi bakteri. Setelah
infeksi menjadi lebih hebat, sistem sirkulasi biasanya ikut terlibat baik secara
langsung ataupun sebagai akibat sekunder dari toksin bakteri. Akhirnya
sampailah pada suatu titik di mana kerusakan sirkulasi menjadi progresif
serupa dengan yang terjadi di seluruh jenis syok lainnya. Tahap akhir dari
syok septik tidak banyak berbeda dengan tahap akhir syok hemoragik,
meskipun faktor-faktor pencetusnya sangat berlainan pada kedua macam
syok tersebut.

Diagnosis

Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang banyak atau sedikit,
dan jumlah faktor pembekuan yang menurun.

Jika terjadi gagal ginjal, kadar hasil buangan metabolik (seperti urea nitrogen) dalam
darah akan meningkat.

Analisa gas darah menunjukkan adanya asidosis dan rendahnya konsentrasi


oksigen.
Pemeriksaan EKG jantung menunjukkan ketidakteraturan irama jantung,
menunjukkan suplai darah yang tidak memadai ke otot jantung.

Biakan darah dibuat untuk menentukan bakteri penyebab infeksi.

1.2.4 Syok Anafilaktik


Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi
terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang
bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi,
pengeluaran histamin dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan
peningkatanpermeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh.
Terjadi hipovolemia relatif karenavasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan
peningkatan permeabilitaskapiler menyebabkan udem. Pada syok anafilaktik, bisa
terjadi bronkospasme yang menurunkan ventilasi. Syok anafilaktik sering disebabkan
oleh obat, terutamayang diberikan intravena seperti antibiotik atau media kontras.
Sengatan seranggaseperti lebah juga dapat menyebabkan syok pada orang yang
rentan.

Penyebab

Syok anafilaksis paling sering disebabkan oleh pemberian obat secara suntikan,
tetapi dapat pula disebabkan oleh obat yang diberikan secara oral atau oleh makanan.
Obat suntik yang paling sering menimbulkan syok anafilaksis antaralain penisilin,
streptomisin, tiamin, ekstrak bali dan kombinasi vitamin neurotropik.

Gambaran Klinis
Gejala-gejala pertama : Eritema, rasa terbakar pada kulit, rasa tersengat, takikardi,
rasa tebal di faring dan dada, batuk, mungkin mual dan muntah.
Gejala-gejala sekunder : Pembengkakan kulit (khususnya palpebra danbibir),
urtikaria, Edema laring, serak, wheezing, serangan batuk, Nyeriabdomen, mual,
muntah, diare, Hipotensi, berkeringat, pucat
ada kasus-kasus berat, spasme laring, shock, henti nafas dan henti jantung

Diagnosis

Adanya tanda-tanda yang berhubungan dengan syok anafilakti

Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :

Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.

Berikan oksigen 8 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk


mempertahankan PO2 70 120 mmHg

Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi
dengan pemberian morfin.
Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.

Bila mungkin pasang CVP.

Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

BAB II RUANG LINGKUP

2.1 Ruang Lingkup Penatalaksanaan syok di Unit gawat darurat Puskesmas


Suka Makmur meliputi registrasi pasien, managemen petugas dan rekam
medis.
2.1.1 Registrasi Pasien
Proses waktu pasien masuk ke ugd, pendaftaran, pengisiin Informed
consent dan penatalaksanaan pasien.
2.1.2 Managemen Petugas
Tersedianya Petugas medis yang berkopetensi dalam penatalaksanaan
pasien unit gawat darurat
2.1.3 Rekam Medis
Berkas yang berisi catatatn dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Secara singkat merupakan catatan atau
dokumen tantang keadaan pasien secara luas bukan hanya sekedar
catatan biasa karena didalam catatan tersebut sudah tercermin segala
informasi menyangkut seorang pasien yang akan dijadikan dasar
tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis
lainnya.

BAB III TATALAKSANA

3.1 Penatalaksanaan Syok Hemoragik


Penatalaksanaan awal pada syok hipovolemik meliputi

1. penilaian ABC, yaitu pada airway dan breathing, pastikan jalan napas paten dengan
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. Pemberian oksigen tambahan dapat diberikan
untuk mempertahankan saturasi oksigen di atas 95%.
2. Pada circulation, hal utama yang perlu diperhatikan adalah kontrol perdarahan yang
terlihat, lakukan akses intravena, dan nilai perfusi jaringan Akses intravena dilakukan
dengan memasang 2 kateter intravena ukuran besar (minimal nomor 16) pada vena
perifer. Lokasi terbaik untuk intravena perifer pada orang dewasa adalah vena di lengan
bawah atau kubiti. Namun, bila keadaan tidak memungkinkan pada pembuluh darah
perifer, maka dapat digunakan pembuluh darah sentral. Bila kaketer intravena sudah
terpasang, contoh darah diambil untuk pemeriksaan golongan darah dan
crossmatch,pemeriksaan laboratorium yang sesuai, dan tes kehamilan pada semua
wanita usia subur.
3. Setelah akses intravena terpasang, selanjutnya dilakukan resusitasi cairan. Tujuan
resusitasi cairan adalah untuk mengganti volume darah yang hilang dan mengembalikan
perfusi organ .
4. Tahap awal terapi dilakukan dengan memberikan bolus cairan secepatnya. Dosis
umumnya 1-2 liter untuk dewasa. Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan
isotonik NaCl 0,9% atau Ringer Laktat. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan
dengan pemantauan tanda vital dan hemodinamik
5. Jumlah darah dan cairan yang diperlukan untuk resusitasi sulit diprediksi dalam evaluasi
awal pasien. Namun, Tabel 2.2 dapat menjadi panduan untuk menentukan kehilangan
volume darah yang harus digantikan.
6. Adalah sangat penting untuk menilai respon pasien terhadap resusitasi cairan dengan
adanya bukti perfusi dan oksigenasi yang adekuat, yaitu produksi urin, tingkat
kesadaran, dan perfusi perifer serta kembalinya tekanan darah yang normal
7. Jika setelah pemberian cairan tidak terjadi perbaikan tanda-tanda hemodinamik, maka
dapat dipersiapkan untuk memberi transfusi darah
Tujuan utama transfusi darah adalah untuk mengembalikan kapasitas angkut oksigen di
dalam intravaskular
8. Untuk melakukan transfusi, harus didasari dengan jumlah kehilangan perdarahan,
kemampuan kompensasi pasien, dan ketersediaan darah.
9. Evaluasi harus dilakukan untuk melihat perbaikan pasien syok hipovolemik. Jumlah
produksi urin merupakan indikator yang cukup sensitif dari perfusi ginjal karena
menandakan aliran darah ke ginjal yang adekuat. Jumlah produksi urin yang normal
sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa

3.2 Penatalaksanaan Syok Kardiogenik

Penatalaksanaan pada syok Kardiogenik berupa :

1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.

2. Berikan oksigen 8 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk


mempertahankan PO2 70 120 mmHg

3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi
dengan pemberian morfin.

4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.

5. Bila mungkin pasang CVP.

6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

Pengobatan dengan Medikamentosa

1. Anti ansietas, bila cemas.

2. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.

3. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit.


4. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak
adekuat.
Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.

5. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.

6. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m.

7. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan.

8. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.

3.3 Penatalaksanaan Syok Septik


Langkah langkah yang dilakukaan berupa :
1. Memberantas infeksi :
Meningitis, umur > 1 bulan
Ampiciline 300 400 mg/KgBB/hari dibagi 6 dosis
Chloramphenicol 100 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis
Resiko tinggi infeksi gram negatif kombinasi aminoglikosida dan derivate
penisilin
Moxalactam, cefotaxime, ceftazidime dan cephalosporin generasi III untuk
infeksi gram negatif aerob dan anaerob
Jamur Candida dapat diberikan amphotericin B, Dosis 0.25 0.30 mg/KgBB/hari
dalam waktu 3 6 jam. Dosis dapat dinaikkan perlahan-lahan0.1 0.25
mg/KgBB sampai 0.5 1.0 mg/KgBB/ hari (maksimal 50 mg/hari) dan diberikan
selama 10 14 hari

Pemakaian Antibiotik. Setelah diagnosa sepsis ditegakkan, antibiotik harus


segera diberikan, dimana sebelumnya harus dilakukan kultur darah, cairan
tubuh, dan eksudat. Pemberian antibiotik tak perlu menunggu hasil kultur. Untuk
pemilihan antibiotik diperhatikan dari mana kuman masuk dan dimana lokasi
infeksi, dan diberikan terapi kombinasi untuk gram positif dan gram negatif.
Indikasi terapi kombinasi yaitu:

Sebagai terapi pertama sebelum hasil kultur diketahui.

Pasien yang dapat imunosupresan, khususnya dengan netropeni.

Dibutuhkan efek sinergi obat untuk kuman yang sangat pathogen


(pseudomonas aureginosa, enterococcus).
2. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, diantaranya :

Pemberian cairan & pengaturan keseimbangan asam basa


Ringer laktat 10 20 ml/KgBB/beberapa menit sampai 1 jam untuk
memperbaiki volume cairan intravaskuler
Kadar protein total 4.5 gr/100 ml dapat diberikan FFP
Tekanan vena sentral 5 6 cmH2O dengan hipotensi diberi cairan kristaloid
lagi 10 20 ml/KgBB selama 10 menit
Tekanan vena sentral 6 10 cmH2O cairan kristaloid 5 10 ml/KgBB
sampai tekanan vena sentral mencapai 10 15 cmH2O
Transfusi darah bila Ht 3% untuk mempertahankan Ht antara 35 40 %
Sodium bikarbonat digunakan untuk koreksi gangguan asam basa.
Jika dalam keadaan darurat diberi 1 2 mEq/KgBB dengan kecepatan 1
mEq/kgBB/menit

3. Obat-obat vasoaktif bila curah jantung tetap rendah walaupun pemberian cairan
sudah adekuat atau bila ada edema paru diberikan:

Golongan xanthine (aminophyllin)

Glucagon

Cardiac glucocide, digitalis dan derivatnya

Golongan steroid yang diberikan :

Dexamethasone 1 3 mg/kgBB atau

Methyl prednisolon 30 mg/kgBB setiap 4-6 jam selama 72 jam

4. VentilasiJalan nafas harus bebas Oksigenasi yang adekuat

5. Bila ada tanda-tanda kegagalan pernafasan akut, seperti:

Hiperventilasi

Hipoksemia berat

Hiperkapnea
3.4 Penatalaksanaan Syok Anafilaktik

Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab


penderitaberada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik
tidaklahsulit, asal tersedia obat-obat emerjensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta
dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang
singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. Kalau terjadi
komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral maupun
parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah:
1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala
untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung
dan menaikkan tekanan darah.
2. Segera berikan adrenalin 0,3 0,5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa atau
0,01 g/kgBB untuk penderita anak-anak, i.m. Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit
sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu
adrenalin 2 4 g/menit.
3. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang member
respons, dapat ditambahkan aminofilin 5 6 mg/kgBB i.v dosis awal yang diteruskan 0,4
0,9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
4. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5
10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok
anafilaktik atau syok yang membandel.
5. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
A.
Airway
'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada sumbatan sama
sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak
jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik
mandibula ke depan, dan buka mulut.
B.
Breathingsupport,
segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik
melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem
laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial.
Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-
obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan
jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea,
krikotirotomi, atau trakeotomi.
C.
Circulation support
yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.karotis, atau a. femoralis), segera
lakukan kompresi jantung luar. penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap
kebutuhan bantuan hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol
resusitasi jantung paru.
6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur i.v untuk koreksi
hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan
utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan
tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan
jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan
didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan
permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan
kristaloid, maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume
plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan
cairan 20 40% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid,
dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume
plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau
dextran juga bisa melepaskan histamin.
7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik
dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau
terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah
harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi
penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam
posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.
8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi
harus diawasi / diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan
penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari

BAB IV DOKUMENTASI

Suatu berkas yang berbentuk rekam medis yang isinya menjadi sumber ingatan
yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban. Dengan
melihat dari berbagai aspek tersebut pedoman penatalaksanaan syok mempunyai
kegunaan yg sangat luas karena menyangkut pelayanan yang diberikan petugas kepada
pasien

Anda mungkin juga menyukai