Non-Ekstraksi Ekstraksi
Anamnesis Pemeriksaan Rekam
Klinis Diagnostik
Analisis
Model
No :
Nama :
Umur : tahun
Perempuan
- Sesudah :
80 80
= x100 = mm (setelah)
80
64 64
= x100 = mm (setelah)
64
160 160
= x100 = mm (setelah)
160
Korkhaus
Panjang Lengkung Maksila
Panjang Lengkung Mandibula
Korkhaus
Panjang Lengkung Maksila
Panjang Lengkung Mandibula
Rerata Lebar Interpremolar dan Intermolar Pont pada Maksila antara Sebelum
dan Sesudah Perawatan (dalam satuan mm)
Rerata Lebar Panjang Lengkung Pont antara Sebelum dan Sesudah Perawatan
(dalam satuan mm)
Hasil uji statistik Lebar dan Panjang Lengkung Gigi sebelum dan sesudah
perawatan ortodonti
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
*
SelisihIMmaksilasebelum .121 30 .200 .964 30 .386
*
SelisihIPmandibulasebelum .104 30 .200 .975 30 .688
*
SelisihIMmandibulasebelum .127 30 .200 .934 30 .063
F Sig. t df
Std. Error
Sig. (2-tailed) Mean Difference Difference
Lower Upper
SelisihIMmaksila
Mann-Whitney U 444.000
Wilcoxon W 909.000
Z -.089
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
Selisihmaksila Selisihmandibula
Z -1.175 -2.166
Hasil uji statistik Lebar dan Panjang Lengkung Gigi antara Laki-laki dan
Perempuan Sebelum dan Sesudah Perawatan Ortodonti
F Sig. t
Std. Error
Difference Lower Upper
Test Statisticsb
maksilamodelses mandibulamodel
udah sesudah
Z -.563 -.281
Daftar Pustaka
13. Williams P,Harry DR, Sandy J. Fact and fantasy in orthodontics.British Dent
J 2004;196(3):145.
14. Faisal SS, Sakrani MH, Rizvi BE, Siddique H.Change in arch width after
extraction and non-extraction treatment. ASH & KDC 2014;19(1):32.
15. Goutham B,Manjeni A,Sigamani KR. A comparative evaluation of arch width
changes in extraction ang non-extraction cases. IJCD 2011:2(6):11-7.
16. Arthadini VD, Anggani HS. Perubahan lengkung gigi dalam perawatan
ortodonti. Maj Ked Gi 2008;23(4)199-204.
17. Kriel EAM. Changes in arch dimension extraction and non-extraction
orthodontic treatment.Thesis.university of the western cape,2008.
18. Al-Sayagh NM. Maxillary arch dimensional changes in the extraction and non
extraction orthodontic treatment. Al-Rafidain Dent J 2008: 8(1):26-7.
19. Zafarmand AH, Zafarmand MM. Stability of changes in dental arch
dimension with orthodontic treatment: a comparative study between
extraction and non-extraction cases. IJONS 2015:5 (28):2706-9.
20. Paramesthi GAMDH, Farmasyanti CA, KArunia D. Hubungan antara lebar
dan panjang lengkung gigi terhadap tinggi palatum pada suku Jawa dengan
metode Pont dan Korkhaus. Maj Ked Gi 2011; 18(1):6-10.
21. Terrez YC, Fitzmaurice OS. Tejada HEP. Ponts index in study models of
patients who finished a non-extraction orthodontic treatment at the
Orthodontic Clinic of the Postgraduate Studies and Research Division of the
National University of Mexico. Revista Mexicana de Ortodonsia 2013;1(1):7-
12.
22. Frindel C. Practical Orthodontic Rubric: Clear thinking about interproximal
stripping. JDAO 2010; 13:187-8.
23. Moyers RE. Handbook of orthodontics. 4th eds., London: Year Book Medical
Publisher, INC 1998:121-4,186,233.
24. Ram KJ. Evaluation of Crowding in relation to tooth size, arch size, and arch
form in North-east Indian population. J Pharm Biomed Sci 2013;31(31):1199-
200.
25. Poosti M, Jalali T. Tooth size and arch dimension in uncrowded versus
crowded class I malocclusion. Journal of contemporary dental practice 2007;
8(3):3.
26. Mahmood AD. A Comparative study of tooth size and dental arch dimension
between Iraqi Arabs and Kurds with Class I normal occlusion. Al-Rafidan
Dent J 2012; 12(1):71-9.
27. Rieuwpassa IE, Toppo S, Haerawati SD. Perbedaan ukuran dan bentuk
lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan suku Bugis, Makasar, dan
Toraja. Dentofasial 2012;11(3): 156-60.
28. Kareem FA, Rasheed TA, Rauf AM. Longitudinal changes indental arch
circumference in Sulaimani city. J Eur Scientific 2013;9(18):109-19.
29. Alpiah DRA, Anindita PS, Juliatri. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang
bawah pada suku minahasa. J eG 2015; 3(2): 373-8.
30. Al-Zubair NM. Dental arch asymmetry. Eur J Dent 2014;8(2):224-8.
31. Begum M, Goje SK, Karra A, Mohan S. Tooth size and arch parameter
discrepancies among different malocclusions in young permanent dentition of
13-15 year old school children of Nalgonda District-South Indian population.
Jorthodr 2014;2(1):4-10.
32. Rakosi T. Jonas I. Graber TM. Color Atlas of Dental Medicine: Orthodontic
Diagnosis. 1 th eds. New York: Thieme Medical Publisher, INC 1993:211.
33. Thu KM, Winn T, Abdullah N, Jayasinghe JAP, Chandima GL. The maxillary
arch and its relation ship to cephalometric landmarks of selected malay ethnic
group. Malaysian journal of Medical Science 2005; 12(1):31.
34. Fitriana A. Perbedaan kadar matriks metalloproteinase 8 cairan sulkus
gingival pada pemakaian alat ortodonti cekat yang bertujuan terapi dan
aksesoris(Tesis).Padang;UniversitasAndalas:2013.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
n= (Z+Z)S 2
X1-X2
Keterangan:
n : besar sampel
Z : derajat kepercayaan 95%, maka Z=1,96
Z : derajat kepercayaan 10%, maka Z= 1,284
S :Simpangan baku dari penelitian sebelumnya, yaitu sebesar 1,88
X1-X2 : selisih minimal rerata yang dianggap bermakna, yaitu sebesar 1,18
2
n= (1,96+1,284)1,88
1,18
n= 26,71
Maka besar sampel minimum adalah 27 model studi. Penambahan 10% untuk
mempertimbangkan kriteria eksklusi menjadi 30 model studi untuk masing-masing
kelompok, yaitu sebelum dan sesudah perawatan ortodonti.
6. Lebar intermolar maksila Pont adalah jarak yang diukur dari titik cekung
mesial pada permukaan oklusal pada gigi molar pertama maksila ke titik yang sama
pada sisi yang berlainan.6,20
7. Lebar intermolar mandibula Pont adalah jarak yang diukur dari titik puncak
cusp mesiobukal molar satu permanen ke titik yang sama pada sisi yang berlainan.32
8. Lebar lengkung dengan rumus Pont adalah dengan melakukan pengukuran
terhadap ke empat gigi insisivus maksila dengan menggunakan caliper digital yang
kemudian angka hasil pengukuran dimasukkan ke dalam rumus mencari lebar
interpremolar dan intermolar. 1,6,20,21
9. Panjang lengkung maksila adalah jarak dari kontak mesial gigi insisivus
sentralis maksila tegak lurus dengan garis yang menghubungkan titik lebar
interpremolar Pont yang diukur menurut analisis Korkhaus dalam satuan millimeter.
6,20,33
10. Panjang lengkung mandibula adalah jarak dari kontak mesial gigi insisivus
sentralis mandibula tegak lurus dengan garis yang menghubungkan titik kontak antara
gigi premolar satu dengan gigi premolar dua.32
11. Panjang lengkung dengan rumus Korkhaus adalah dengan melakukan
pengukuran terhadap ke empat gigi insisivus maksila dengan menggunakan caliper
digital yang kemudian angka hasil pengukuran dimasukkan ke dalam rumus
Korkhaus. 1,6,20,21,32
12. Jenis kelamin adalah laki-laki atau perempuan yang tercatat di keterangan
pada model study pasien yang datang ke klinik PPDGS ortodonsia FKG USU tahun
2006-2011 sebelum dan sesudah perawatan.
a. Kaliper digital
b. Pensil mekanik untuk penandaan titik kontak gigi pada model
c. Penghapus
d. Pulpen
e. Form pemeriksaan model
f. Kalkulator
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu:
Model studi sebelum dan sesudah perawatan ortodontik rahang atas dan rahang
bawah yang ada di Klinik PPDGS Ortodonsia FKG USU.
(a) (b)
Gambar 7. Pengukuran lebar interpremolar maksila dari titik terdistal cekung mesial
pada oklusal gigi premolar pertama ke titik yang sama pada sisi yang
berlainan (a), pengukuran lebar intermolar maksila dari titik cekung
mesial pada permukaan oklusal pada gigi molar pertama maksila ke titik
yang sama pada sisi yang berlainan (b), pengukuran lebar interpremolar
mandibula dari titik kontak antara gigi premolar satu dan gigi premolar
dua mandibula ke titik yang sama pada sisi yang berlainan (c),
pengukuran lebar intermolar mandibula dari titik puncak cusp
mesiobukal molar satu permanen ke titik yang sama pada sisi yang
berlainan. (d)
4. Dilakukan pengukuran panjang lengkung gigi pada model studi sebelum dan
sesudah perawatan ortodontik dengan menggunakan analisis Korkhaus. Panjang
lengkung diperoleh dengan melakukan pengukuran secara langsung (Gambar 9) dan
dengan rumus Korkhaus yaitu menghitung lebar mesiodistal ke empat gigi insisivus
maksila dengan menggunakan kaliper digital. Setelah diperoleh lebar mesiodistal ke
empat gigi insisivus tersebut, kemudian angka dimasukkan ke dalam rumus
Korkhaus. (Gambar 8)
(a) (b)
Gambar 9. Pengukuran panjang lengkung maksila dari kontak mesial gigi
insisivus sentralis maksila tegak lurus dengan garis yang
menghubungkan titik lebar interpremolar Pont (a), pengukuran
Panjang lengkung mandibula adalah jarak dari kontak mesial gigi
insisivus sentralis mandibula tegak lurus dengan garis yang
menghubungkan titik kontak antara gigi premolar satu dengan gigi
premolar dua.(b)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Rerata umur sebelum perawatan dan lama perawatan pada maloklusi Klas I
Angle non-ekstraksi.
Tabel 2. Rerata dan standar deviasi lebar lengkung berdasarkan indeks Pont pada
maksila dan mandibula sebelum dan setelah perawatan ortodonti.
Selisih rerata lebar interpremolar model dan Pont sebelum perawatan pada
maksila sebesar -2,23 sedangkan setelah perawatan -2,45. Selisih rerata lebar
intermolar model dan Pont sebelum perawatan pada maksila sebesar -1,97 sedangkan
setelah perawatan -2,35. Selisih rerata lebar interpremolar model dan Pont sebelum
perawatan pada mandibula sebesar -4,71 sedangkan setelah perawatan -0,49. Selisih
rerata lebar intermolar model dan Pont sebelum perawatan pada mandibula sebesar -
4,71 sedangkan setelah perawatan -2,89.
Hasil analisa uji T dengan confidence interval 95% menunjukkan selisih
lebar interpremolar dan intermolar sebelum dan setelah perawatan pada maksila tidak
terdapat perbedaan yang bermakna atau signifikan dikarenakan nilai p= 0,752 dan
0,929 (p>0,05). Sedangkan pada mandibula terdapat perbedaan yang bermakna atau
signifikan dikarenakan nilai p= 0,000 dan 0,048 (p<0,05).
Tabel 3. Rerata dan standar deviasi panjang lengkung berdasarkan indeks Korkhaus
pada maksila dan mandibula sebelum dan setelah perawatan ortodonti.
Tabel 2 menunjukkan rerata dan standar deviasi panjang lengkung model pada
maksila sebelum perawatan sebesar 18,822,32 sedangkan setelah perawatan sebesar
19,611,58. Rerata panjang lengkung model pada mandibula sebelum perawatan
sebesar 15,672,21 sedangkan setelah perawatan sebesar 16,651,43. Rerata panjang
lengkung Korkhaus pada maksila sebesar 19,761,17 dan mandibula sebesar
17,761,17.
Selisih rerata panjang lengkung model dan Korkhaus sebelum perawatan pada
maksila sebesar -0,94 sedangkan setelah perawatan -0,15. Selisih rerata panjang
lengkung model dan Korkhaus sebelum perawatan pada mandibula sebesar -2,09
sedangkan setelah perawatan -1,11.
Hasil analisa uji T dengan confidence interval 95% menunjukkan selisih
rerata panjang lengkung model dan Korkhaus antara sebelum dan setelah perawatan
pada maksila tidak terdapat perbedaan yang bermakna atau signifikan dikarenakan
nilai p= 0,240 (p>0,05). Sedangkan pada mandibula terdapat perbedaan yang
bermakna atau signifikan dikarenakan nilai p= 0,030 (p<0,05).
Tabel 4. Rerata dan standar deviasi lebar dan panjang lengkung antara laki-laki dan
perempuan sebelum dan sesudah perawatan.
BAB 5
PEMBAHASAN
Pont menyarankan bahwa lengkung maksila dapat diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih
besar dari idealnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya relaps.21 Selama
perawatan ortodonti, dapat terjadi perubahan pada lengkung gigi.15,16 Tergantung
pada jenis perawatan, akan ada peningkatan atau penurunan lebar lengkung dan
panjang lengkung.11 Tabel 2 menunjukkan setelah perawatan ortodonti terjadi
penurunan lebar interpremolar dan intermolar pada maksila yang tidak berbeda jauh
dengan sebelum perawatan sedangkan lebar pada mandibula meningkat setelah
perawatan ortodonti Hasil uji statistik menunjukkan bahwa lebar interpremolar dan
lebar intermolar pada maksila tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
sebelum dan setelah perawatan ortodonti sedangkan pada mandibula terdapat
perbedaan yang bermakna atau signifikan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Little, dkk.,
(1981) yang menyimpulkan bahwa terlepas dari pemeliharaan intercanina, ekspansi
dan kontriksi selama perawatan, lebar lengkung biasanya berkurang setelah retensi.
Weinberg dan Sadowsky, melakukan penelitian tentang perawatan non-ekstraksi pada
maloklusi Klas I, menemukan adanya peningkatan yang signifikan pada lebar
intermolar mandibula dan menyatakan bahwa pilihan terapi non-ekstraksi untuk gigi
yang berjejal pada penelitiannya adalah dengan ekspansi pada segmen bukal di
lengkung mandibula.3 Goutham B, dkk., (2011) yang menunjukkan bahwa adanya
peningkatan yang signifikan pada lebar lengkung maksila dan mandibula setelah
perawatan ortodonti non-ekstraksi.11
Penelitian-penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan Be Gole, dkk., (1988) yang menunjukkan bahwa ada peningkatan yang
signifikan pada lebar premolar maksila selama perawatan non-ekstraksi.18 Menurut
Cross, dkk., (2002) di awal perawatan Klas I non-ekstraksi, lebar intermolar maksila
tidak berbeda secara signifikan namun di akhir perawatan lebar intermolar maksila
meningkat secara signifikan.18 Muge dan Ilken (2005) dalam penelitiannya,
membandingkan perubahan lebar lengkung pada pasien Klas I dengan perawatan
ekstraksi dan non-ekstraksi, menemukan bahwa lebar intermolar maksila meningkat
tetapi tidak ada perubahan yang signifikan pada lebar intermolar mandibula pada
perawatan maloklusi Klas I non-ekstraksi.3 Hasil penelitian ini bisa berbeda karena
mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis alat ukur, teknik pengukuran,
kesalahan perhitungan atau pemilihan analisis yang tidak sesuai dengan kasus. Selain
itu, kriteria penelitian juga mempengaruhi hasil penelitian.
Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata panjang lengkung
Korkhaus pada maksila lebih besar dibandingkan dengan mandibula karena panjang
lengkung gigi mandibula menurut Korkhaus adalah 2 mm lebih pendek dari lengkung
maksila.32 Banyak klinisi yang menghubungkan perubahan bentuk lengkung gigi
dalam perawatan ortodonti dengan perubahan inklinasi gigi insisivus yang
mempengaruhi panjang lengkung gigi. Panjang lengkung gigi cenderung bertambah
selama perawatan pada kasus non-ekstraksi dan berkurang setelah perawatan selesai.
Kemungkinan besar penyebab berkurangnya panjang lengkung gigi pada kasus non-
ekstraksi adalah akibat retroklinasi kembali dari gigi insisivus yang mengalami
proklinasi pada saat perawatan.16 Namun, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan
hasil penelitian pada Tabel 3 yang menunjukkan panjang lengkung maksila dan
mandibula meningkat setelah perawatan ortodonti.
Maloklusi Klas I pada umumnya memiliki gigi yang normal dari arah
anteroposterior yang dikombinasi dengan adanya suatu penyimpangan antara ukuran
gigi dengan lengkung gigi. Penyimpangan yang biasa terjadi adalah crowded dan
untuk kasus diastema antar gigi jarang ditemukan.6 Pasien maloklusi Klas I dengan
crowded memiliki gigi yang lebih besar dengan panjang lengkung gigi yang lebih
kecil.24 Kemungkinan distribusi maloklusi Klas I gigi yang crowded pada penelitian
ini lebih banyak daripada penyimpangan yang lainnya. Perubahan panjang lengkung
antara gigi yang berjejal dengan gigi yang diastema pada regio anterior tentu akan
berbeda hasilnya setelah perawatan ortodonti. Selain itu, dilihat dari kebutuhan ruang
pada masing-masing lengkung antara sebelum dan setelah perawatan dapat
disimpulkan bahwa ditribusi gigi yang crowded di regio mandibula lebih banyak
dibandingkan pada regio maksila sehingga setelah perawatan terjadi peningkatan
yang signifikan atau bermakna pada lebar dan panjang lengkung mandibula.
ras, jenis kelamin, kondisi sistemik, kesehatan, dan variasi individu juga dapat
terjadi.28,29 Faktor ras dipercaya lebih berpengaruh daripada jenis kelamin, hal ini
didukung oleh penelitian yang menjumpai panjang lengkung gigi tidak berbeda
bermakna antara laki-laki dengan perempuan namun berbeda bermakna antara
populasi Amerika berkulit hitam dengan berkulit putih, bentuk lengkung gigi pada
populasi Amerika berkulit hitam cenderung lebih lebar dan kurang meruncing
dibandingkan populasi Amerika berkulit putih.14
Beberapa ahli melaporkan, perubahan lengkung gigi mempengaruhi stabilitas
hasil perawatan. Stabilitas dalam jangka waktu yang lama pada perawatan ortodonti
adalah tujuan para ortodontis bagi pasiennya.19 Angle mengatakan, hal terbaik yang
dapat dilakukan ortodontis adalah mendapatkan suatu oklusi normal pada akhir
perawatan dengan posisi gigi geligi berada pada lengkungnya yang ideal secara
harmonis. Selain itu, perubahan bentuk lengkung dapat mengakibatkan
ketidakstabilan berupa kerusakan periodontal, gigi kembali berjejal, peningkatan gigi
berjejal di daerah segmen labial khususnya jika lebar interkaninus diekspansi.16
BAB 6
6.1 Kesimpulan
1. Terjadi penurunan lebar interpremolar dan intermolar pada maksila yang
tidak berbeda jauh dengan sebelum perawatan sedangkan lebar pada mandibula
meningkat setelah perawatan ortodonti. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa lebar
interpremolar dan lebar intermolar pada maksila tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara sebelum dan setelah perawatan ortodonti sedangkan pada mandibula
terdapat perbedaan yang bermakna.
2. Panjang lengkung maksila dan mandibula meningkat setelah perawatan
ortodonti. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa panjang lengkung maksila tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan setelah perawatan sedangkan
pada mandibula terdapat perbedaan yang bermakna.
3. Adanya peningkatan lebar dan panjang lengkung gigi setelah perawatan
ortodonti masih dalam batas normal indeks Pont.
4. Rerata lebar lengkung dan panjang lengkung gigi antara laki-laki dan
perempuan tidak terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah perawatan
dengan jumlah sampel perempuan yang lebih banyak dari laki-laki.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan yang sama besar agar didapatkan tingkat validitas
yang tinggi.
2. Mengingat hasil akhir perawatan ortodonti tidak hanya membuat susunan
gigi menjadi rapi tetapi juga mempengaruhi perubahan inklinasi gigi, estetis pada
profil wajah dan stabilitas dimensi lengkung. Maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut yang melibatkan sefalometri dan pengaruh perubahan dimensi lengkung
terhadap estetis wajah dan stabilitas lengkung gigi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang berjejal, penarikan gigi yang proklinasi, derotasi gigi anterior, dataran kurva
spee yang curam, dan perbaikan gigi molar yang tidak stabil.6 Perkembangan ilmu
dan teknologi di bidang ortodonti memungkinkan banyak pilihan perawatan non-
ekstraksi seperti pengasahan interproksimal, ekspansi rahang serta distalisasi.6,11
Pertama, kondisi gigi geligi seperti fraktur, hipoplastik, gigi dengan karies
yang besar dan restorasi yang besar, semuanya bisa dicabut daripada mencabut gigi
yang sehat.5 Kedua, susunan gigi yang berjejal bisa diperbaiki dengan lebih mudah
jika dilakukan pencabutan pada bagian lengkung tersebut daripada di bagian lain
yang jauh letaknya dari tempat gigi yang berjejal.5,9 Susunan gigi insisivus yang
berjejal biasanya diperbaiki dengan mencabut gigi premolar sehingga bisa diperoleh
penampilan akhir yang memuaskan dan keseimbangan oklusal. Premolar pertama
adalah gigi yang paling sering dicabut karena letaknya ditengah pada setiap kuadran
rahang dan biasanya terletak cukup dekat dengan daerah yang berjejal baik pada
anterior maupun pada posterior. Faktor pertimbagan ketiga adalah posisi gigi geligi
itu sendiri. Gigi geligi yang sangat malposisi dan sulit diperbaiki susunannya adalah
gigi yang paling sering dipilih untuk dicabut. Khususnya, apeks gigi harus
dipertimbangkan karena biasanya lebih sulit menggerakkan apeks daripada
menggerakkan mahkota.5
2. Untuk memperbaiki hubungan lengkung gigi antero-posterior (sagital)
Pencabutan gigi dalam beberapa kasus membantu mempertahahankan
hubungan insisivus dan molar yang normal. Jika ada penyimpangan dalam hubungan
lengkung sagital yang membutuhkan perbaikan dan ditambah dengan letak gigi yang
berjejal, ruang yang dibutuhkan jelas lebih besar daripada jika kedua kondisi ini
berdiri sendiri-sendiri. Kadang-kadang, lebih dari satu gigi perlu dicabut dari tiap
lengkung rahang yang akan dikoreksi.5
Pada hubungan sagital yang abnormal seperti maloklusi Klas II dan Klas III,
juga membutuhkan pencabutan gigi untuk mencapai relasi rahang yang normal. Pada
maloklusi Klas I dengan hubungan sagital rahang yang normal, pencabutan gigi
sebaiknya dilakukan pada kedua rahang. Pada kebanyakan kasus maloklusi Klas II
dengan proklinasi rahang atas yang abnormal disarankan untuk mencabut gigi pada
rahang atas sedangkan pada perawatan maloklusi Klas III pencabutan gigi umumnya
dilakukan hanya pada rahang bawah.6
sama untuk menentukan lebar interkaninus.24 Titik pengukuran lebar lengkung gigi
dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini:
4 2
Perimeter Lengkung = 2 2 +
3
Titik pengukuran lebar interpremolar dan lebar intermolar Pont pada maksila
dan mandibula dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini:
Gambar 4. Jarak interpremolar diukur dari titik terdistal cekung mesial pada
oklusal gigi premolar pertama maksila ke titik yang sama pada sisi
yang berlainan (A), jarak intermolar diukur dari titik cekung mesial
pada permukaan oklusal pada gigi molar pertama maksila ke titik
yang sama pada sisi yang berlainan (B), jarak interpremolar diukur
dari titik kontak antara gigi premolar satu dan gigi premolar dua
mandibula ke titik yang sama pada sisi yang berlainan (C), jarak
intermolar diukur dari titik puncak cusp mesiobukal molar satu
permanen mandibula ke titik yang sama pada sisi yang berlainan
(D).32,6,20
Panjang lengkung gigi Korkhaus dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti
dibawah ini:1,6,20,21,32
160
(a) (b)
Gambar 5. Panjang lengkung maksila diukur dari kontak mesial gigi insisivus
sentralis maksila tegak lurus dengan garis Interpremolar Pont (a),
panjang lengkung mandibula diukur dari kontak mesial gigi
insisivus sentralis mandibula tegak lurus dengan garis yang
menghubungkan titik kontak antara gigi premolar satu dengan gigi
premolar dua (b).6,20,32,33
BAB 1
PENDAHULUAN
ekstraksi adalah akibat retroklinasi kembali dari gigi insisivus yang mengalami
proklinasi pada saat perawatan.16
Analisis lebar dan panjang lengkung gigi dapat dilakukan pada model studi.
Analisis Pont dan Korkhaus adalah dua di antara beberapa analisis model studi yang
telah lama digunakan di bidang ortodonsia. Kedua indeks ini menggunakan titik
referensi interpremolar dan titik referensi intermolar yang sama dalam penentuan
besar indeks.20,21
Beberapa penelitian tentang lebar dan panjang lengkung gigi telah dilakukan
sebelumnya. Perubahan lengkung gigi dalam perawatan ortodonti juga sudah pernah
dilaporkan oleh beberapa ahli. Namun, belum ada penelitian mengenai perubahan
lebar dan panjang lengkung kasus non-ekstraksi maloklusi Klas I Angle sebelum dan
sesudah perawatan ortodonti cekat menggunakan analisis Pont dan analisis Korkhaus,
khususnya di Sumatera Utara belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, berdasarkan
masalah yang diuraikan di atas peneliti melakukan penelitian yang berjudul
Perubahan lebar dan panjang lengkung gigi pada kasus non-ekstraksi maloklusi Klas
I Angle di klinik PPDGS Ortodontik FKG USU.
Departemen Ortodonsia
Tahun 2016
Donna Ronauli
x + 41 halaman
sehingga dapat mencapai oklusi yang fungsional dan juga mencapai estetika secara
optimal pada dental dan wajah. Selama perawatan ortodonti, dapat terjadi perubahan
pada lengkung gigi. Beberapa peneliti menyatakan bahwa lebar dan panjang lengkung
dapat bertambah atau berkurang pada perawatan non-ekstraksi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perubahan lebar dan panjang lengkung gigi pada kasus non-
sectional yang menggunakan 60 model studi terdiri dari 30 model studi sebelum
perawatan dan 30 model studi setelah perawatan ortodonti. Model studi diambil dari
pasien klinik PPDGS Ortodonti FKG USU dan diukur lebar lengkungnya dengan
ii
maksila dan mandibula sebesar -2,23 dan -4,71 sedangkan setelah perawatan -2,45
dan -0,49. Rerata lebar intermolar maksila dan mandibula sebelum perawatan sebesar
-1,97 dan -4,71 sedangkan setelah perawatan -2,35 dan -2,89. Panjang lengkung
signifikan antara sebelum dan setelah perawatan ortodonti. Rerata lebar lengkung dan
panjang lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan tidak signifikan sebelum dan
setelah perawatan dengan jumlah sampel perempuan yang lebih banyak dari laki-laki.
SKRIPSI
Oleh:
DONNA RONAULI
NIM: 120600111
Departemen Ortodonsia
Tahun 2016
Donna Ronauli
x + 41 halaman
sehingga dapat mencapai oklusi yang fungsional dan juga mencapai estetika secara
optimal pada dental dan wajah. Selama perawatan ortodonti, dapat terjadi perubahan
pada lengkung gigi. Beberapa peneliti menyatakan bahwa lebar dan panjang lengkung
dapat bertambah atau berkurang pada perawatan non-ekstraksi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perubahan lebar dan panjang lengkung gigi pada kasus non-
sectional yang menggunakan 60 model studi terdiri dari 30 model studi sebelum
perawatan dan 30 model studi setelah perawatan ortodonti. Model studi diambil dari
pasien klinik PPDGS Ortodonti FKG USU dan diukur lebar lengkungnya dengan
ii
maksila dan mandibula sebesar -2,23 dan -4,71 sedangkan setelah perawatan -2,45
dan -0,49. Rerata lebar intermolar maksila dan mandibula sebelum perawatan sebesar
-1,97 dan -4,71 sedangkan setelah perawatan -2,35 dan -2,89. Panjang lengkung
signifikan antara sebelum dan setelah perawatan ortodonti. Rerata lebar lengkung dan
panjang lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan tidak signifikan sebelum dan
setelah perawatan dengan jumlah sampel perempuan yang lebih banyak dari laki-laki.
TIM PENGUJI
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua
orang tua tercinta Daulat dan Nurzalia Sibarani berkat doa, kasih sayang serta
dukungan moril dan materil yang terus menerus kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat selesai.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
saran, bantuan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
iii
(Donna Ronauli)
NIM : 120600111
iv
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
LAMPIRAN
vi
Tabel Halaman
2. Rerata dan standar deviasi lebar lengkung berdasarkan indeks Pont pada
maksila dan mandibula sebelum dan setelah perawatan ortodonti. .............. 28
4. Rerata dan standar deviasi lebar dan panjang lengkung antara laki-laki
dan perempuan sebelum dan sesudah perawatan. ......................................... 30
vii
Gambar Halaman
viii
1. Kerangka Teori
2. Kerangka Konsep
5. Rerata Lebar Interpremolar dan Intermolar Model pada Maksila antara Sebelum
7. Rerata Lebar Interpremolar dan Intermolar Pont pada Maksila antara Sebelum
8. Rerata Lebar Interpremolar dan Intermolar Pont pada Mandibula antara Sebelum
9. Rerata Lebar Panjang Lengkung Model antara Sebelum dan Sesudah Perawatan
10. Rerata Lebar Panjang Lengkung Pont antara Sebelum dan Sesudah Perawatan
11. Hasil uji statistik Lebar dan Panjang Lengkung Gigi sebelum dan sesudah
perawatan ortodonti
12. Hasil uji statistik perbedaan rerata lebar lengkung dan panjang lengkung antara
ix