FISIOLOGI
Respon seksual laki-laki terbagi dalam 5 siklus yaitu :
1. Exitement/Arousal
Terjadi vasocongesti pada vena di penis sehingga penis ereksi, diameter uretra
membesar, skrotum tertarik ke sumbu tubuh, tekanan darah dan nadi meningkat.
2. Plateau
Penis masih ereksi, testis membesar hingga 50% atau lebih, tertarik kearah sumbu
tubuh, tonus otot meningkat, nadi berkisar antara 100-175x/menit.
3. Orgasm
Fase klimaks dalam siklus seksual, biasanya ditandai dengan ejakulasi semen. Disertai
dengan kontraksi otot secara involunter di tangan dan kaki.
4. Resolution
Segera setelah ejakulasi tubuh akan kembali ke tahap pre-arousal secara bertahap
melalui fase resolusi. Tonus otot akan kembali relaksasi dalam waktu 5 menit setelah
orgasme. Fase resolusi biasanya terjadi selama 2 jam.
5. Refractory Period
Merupakan periode resolusi dimana seorang pria tidak dapat distimulasi untuk
ejakulasi atau mempertahankan ereksi. Biasanya berlangsung 30 menit atau lebih.
Desire disorder
1. Hyperactive sexual desire
Memiliki motivasi seksual yang tidak terkontrol
Sering melakukan hubungan seksual, dan mengalami orgasme beberapa
kali dalam sehari
Perilaku dan keinginan seksual bersifat kompulsif, intens, dan spontan
2. Hypoactive sexual desire
Defisiensi bahkan tidak adanya keinginan untuk aktivitas seksual
Menyebabkan stress dan gangguan kepribadoan
Penyebab : stress, kecemasan, obat-obatan, alkohol, ketidakseimbangan
hormon, sexual arousal disorder, penyakit endokrin (hipotiroid, Cushing
sindrom), deadly quartet metabolic syndrome (diabetes, obesity,
hypertension, dyslipidemia)
Penanganan tergantung faktor penyebab
3. Sexual aversion
Keengganan untuk kontak seksual genital dengan pasangan
Penyebab : sexual trauma (perzinahan, perkosaan, kekerasan seksual),
KDRT, faktor agama, sakit saat hubungan seksual pertama
Penanganan : konseling psikososial, obat untuk menghilangkan serangan
panik
Arousal Disorder
1. Erectile dysfunction
Ketidakmampuan dalam mencapai atau mempertahankan ereksi hingga
aktivitas seksual selesai
Penyebab : depresi, penyakit metabolik, gangguan psikologis seperti
cemas dan takut, fisik tidak bugar, istri yang pasif atau dominan, vagina
terlalu lentur, obat-obatan (alkohol, estrogen, NSAID, obat-obat diuretik,
antidepresan), blokade arteri, dll.
Terapi
1st line
o Obat-obatan : Eksitatorik-> Sidenafil/Viagra, mekanisme kerja dengan
menghambat enzim PDE tipe V di corpus cavernosum. Karena enzim
ini dihambat maka cGMP bisa bekerja dalam merelaksasiikan otot dan
melancarkan aliran darah menuju corpus cavernosum. Efek samping :
sakit kepala, flushing, dispepsia, efek pada jantung
o Vacuum Constriction Device atau alat untuk menarik penis
o Terapi kognitif dan perilaku
2nd line
o Terapi via supositoria intrauretra atau IV
3rd line
o Implan penis, tipe : inflarable dan non-inflatable
2. Erectile dyspareunia
Peyronies disease/Penile Induration : pengerasan penis karena ada
inflamasi atau perlukaan di tunica albuginea. Membuat penis menjadi
melengkung. Penanganan dengan operasi dan obat antiinflamasi
Balanitis : inflamasi pada foreskin/kulit kepala penis, biasanya terjadi
pada laki-laki yang tidak disirkumsisi
Balanoposthtis : inflamasi pada glans penis dan preputium
Frenular tethering : perlukaan pada frenulum preputii yang menyebabkan
hilangnya elastisitas frenulum
Paraphimosis : lubang foreskin terlalu kecil
Chordee : congenital curvature of penis
Neurologic damage
Ejaculatory Disorder
1. Premature ejaculation
Orgasme dan ejakulasi terjadi dengan sedikit stimulasi sebelum, saat,
atau segera setelah penetrasi dan sebelum pria tersebut
menginginkannya.
Penyebab : kecemasan dan masalah psikologis, pasangan baru, terburu-
buru
Penanganan : SSRI/Antidepresan, terapi kognitif, terapi perilaku :
desensitisasi (squeeze technique), senam Kegel
2. Retarded ejaculation
Tidak terjadi orgasme atau orgasme terlambat setelah fase exxitement
Jarang terjadi
Penyebab : kerusakan saraf pada penis atau saraf yang mentransmisikan
sinyal sensasi ke otak, masalah dengan partner seksual, masalah
psikologis
Penanganan : Increase pressure to perform (could be too relaxed),
Coutnerbypassing
3. Ejaculatory incompetence
Ketidakmampuan orgasme tanpa dipengaruhi durasi dan tipe stimulasi
Penyebab : kelainan neurologis, trauma, komplikasi bedah
Penanganan : jika kerusakan saraf tidak parah, refleks ejakulasi dapat
distimulasi oleh vibrator dengan frekuensi dan amplitudo tertentu. Jika
kerusakan cukup parah dapat ditangani dengan stimulasi elektrik pada
prostat.
4. Retrograde ejaculation
Saat ejakulasi semen tertarik kembali ke arah VU karena otot sphincter di
VU tidak tertutup
Tidak mempengaruhi fungsi seksual namun berdampak psikologis karena
tidak melihat semen yang keluar
Penyebab : kerusakan akibat bedah misal bedah kanker prostat, bedah
VU, atau bedah diskus vertebralis bagian bawah, kerusakan saraf, efek
samping obat : Amitriptyline (Elavil), Amoxapine (Asendin),
Chlorpromazine (Thorazine), Thioridazine (Mellaril), Guanethidine
(Ismelin), Reserpine (Serpasil)
Penanganan : hentikan penggunaan obat yang memicunya, jika tidak
parah bisa diberikan obat untuk memperkuat tonus otot sphincter seperti
Pseudoephedrine dan Imipramine (Tofranil). Jika kerusakan saraf parah,
sperma yang ada di VU dapat diambil oleh spesialis lalu dibersihkan dan
dibantu proses fertilisasinya dengan ovum.
5. Ejaculatory dyspareunia
Prostatitis : infeksi akut atau kronis prostat, biasanya bakteri masuk lewat
uretra. Diatasi dengan antibiotik
Urethritis : infeksi akut atau kronis uretra, diatasi dengan antibiotik
Kerusakan saraf
Obat-obatan antidepresan seperti Amoxapine, imipramine, and
clomipramine