Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BLOK REPRODUKSI

ANALISIS SPERMA

OLEH

Muhammad Zaky Ibadurrahman


NIM. H1A012007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015
BAB I
PENDAHULUAN

Analisis Sperma adalah suatu pemeriksaan yang penting untuk menilai fungsi organ
reproduksi pria (untuk mengetahui apakah seorang pria fertil atau infertil). Semen harus
diperiksa dari seluruh ejakulat. Karena itu mengambilnya dari tubuh harus dengan masturbasi
atau coitus interuptus ( bersetubuh dan waktu ejakulasi,persetubuhan dihentikan dan mani
ditampung semua). Ada juga bersetubuh dengan menggunakan kondom khusus. Sebelum
melakukan pemeriksaan disarankan untuk berpuasa bersetubuh (abstinensi) terbaik sekitar 3-5
hari. Pemeriksaan semen terbaik selambatnya sejam sesudah ejakulasi.
Menurut WHO, berikut adalah empat kriteria yang dilihat dalam pengujian semen:
1. Volume
Pria subur rata-rata mengeluarkan 2 hingga 5 cc semen dalam satu kali ejakulasi. Secara
konsisten mengeluarkan kurang dari 1,5 cc (hypospermia) atau lebih dari 5,5 cc (hyperspermia)
dikatakan abnormal. Volume lebih sedikit biasanya terjadi bila sangat sering berejakulasi,
volume yang lebih banyak terjadi setelah lama berpuasa.
2. Konsentrasi sperma
Pria subur memiliki konsentrasi sperma di atas 20 juta per cc atau 40 juta secara keseluruhan.
Jumlah di bawah 20 juta/cc dikatakan konsentrasi sperma rendah dan di bawah 10 juta/cc
digolongkan sangat rendah. Istilah kedokteran untuk konsentrasi sperma rendah adalah
oligospermia. Bila sama sekali tidak ada sperma disebut azoospermia. Semen pria yang tidak
memiliki sperma secara kasat mata terlihat sama dengan semen pria lainnya, hanya
pengamatan melalui mikroskoplah yang dapat membedakannya.
3. Morfologi Sperma
Sperma normal memiliki bentuk kepala oval beraturan dengan ekor lurus panjang di
tengahnya. Sperma yang bentuknya tidak normal (disebut teratozoospermia) seperti kepala
bulat, kepala pipih, kepala terlalu besar, kepala ganda, tidak berekor, dll, adalah sperma
abnormal dan tidak dapat membuahi telur. Hanya sperma yang bentuknya sempurna yang
disebut normal. Pria normal memproduksi paling tidak 30% sperma berbentuk normal.
4. Motilitas (Pergerakan) Sperma
Sperma terdiri dari dua jenis, yaitu yang dapat berenang maju dan yang tidak. Hanya sperma
yang dapat berenang maju dengan cepatlah yang dapat mencapai sel telur. Sperma yang tidak
bergerak tidak ada gunanya. Menurut WHO, motilitas sperma digolongkan dalam empat
tingkatan:
Kelas a : sperma yang berenang maju dengan cepat dalam garis lurus seperti peluru
kendali.
Kelas b : sperma yang berenang maju tetapi dalam garis melengkung atau bergelombang,
atau dalam garis lurus tetapi lambat.
Kelas c : sperma yang menggerakkan ekornya tetapi tidak melaju.
Kelas d : sperma yang tidak bergerak sama sekali.
Sperma kelas c dan d adalah sperma yang buruk. Pria yang subur memproduksi paling tidak
50% sperma kelas a dan b. Bila proporsinya kurang dari itu, kemungkinan akan sulit memiliki
anak. Motilitas sperma juga dapat terkendala bila sperma saling berhimpitan secara kelompok
sehinga menyulitkan gerakan mereka menuju ke sel telur.

Penghitungan Sperma (Sperm Count)


Kesuburan pria ditentukan oleh kombinasi keempat kriteria di atas, yaitu jumlah sperma
berbentuk sempurna dalam semennya yang dapat bergerak agresif. Misalnya, seorang pria yang
memproduksi 20 juta sperma per ml, 50% -nya bermotilitas bagus dan 60% -nya berbentuk
sempurna, maka dia dikatakan memiliki hitungan sperma 20 x 0,5 x 0,6 = 6 juta sperma bagus
per ml. Bila volume ejakulasinya adalah 2 ml, maka total sperma bagus dalam sampelnya adalah
12 juta.
BAB II
PEMERIKSAAN PARAMETER SPERMA

Parameter-parameter sperma dapat dinyatakan sebagai berikut:


1. Kuantitatif, misalnya volume, jumlah spermatozoa/ml, kadar fruktosa.
2. Semi kuantitatif, misalnya viskositas sperma, motilitas spermatozoa.
3. Kuantitatif, misalnya bau dan warna sperma.

Analisis sperma dasar dilakukan menurut tahapan sebagai berikut :


1. Pemeriksaan makroskopis.
Segera setelah sperma diejakulasikan, hendaknya diamati dalam wadah penampung :
a) Ada/tidaknya koagulum
b) Warna sperma
c) Bau sperma
d) Proses likuefaksi sperma
Setelah proses likuefaksi selesai, ditentukan parameter sebagai berikut :
a) Volume sperma
b) pH sperma
c) Kekerasan dan warna sperma
d) Viskositas sperma

2. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah proses likuefaksi selesai. Pemeriksaan ini
meliputi :
1. Pergerakan spermatozoa
2. Kepadatan spermatozoa
3. Morfologi spermatozoa
4. Ada/tidaknya aglutinasi spermatozoa
5. Adanya sel bundar (Round cells)
6. Mikroorganisme
7. Partikel lepasan dan kristal

Berikut ini beberapa hal yang akan diperiksa saat analisis sperma di lakukan:
1. Hitungan sperma (sperm count).
Angka yang normal untuk ini adalah 200 juta per sentimeter kubik.
2. Kelincahan gerak (motilitas).
Uji ini diberi nilai dari buruk sampai istimewa, menyatakan tingkat aktivitas sperma. Jika
sperma tidak bergerak, mereka tidak dapat sampai ke telur.
3. Morfologi.
Memberi informasi tentang bentuk sperma. Sperma dapat berukuran normal, mikro
(terlalu kecil), dan makro (terlalu besar).
4. pH.
Semen harus bersifat sedikit basa -7,0 hingga 8,5.
5. Viskositas.
Semen harus mudah dituang.
6. Volume.
Normal volume 2-5 cm3 (kira-kira 1/2 hingga 1 sendok teh).
BAB III
INTERPRETASI SPERMIOGRAM

Interprestasi spermiogram sampai saat ini adalah berdasarkan pada 3 parameter pokok, yakni :
1. Jumlah spermatozoa/ml
2. Persentase spermatozoa motil
3. Persentase spermatozoa berbentuk normal
Dengan kata lain, penilaian dititik beratkan pada spermatozoa. Walaupun demikian, parameter-
parameter sperma yang lain tidak selalu dapat kita abaikan nilainya. Misalnya sperma yang tidak
mengandung spermatozoa dengan volume kecil dan pH asam, memberikan dugaan suatu
kelainan kongenital tertentu dari sistem reproduksi pria.

Standar nilai pemeriksaan analisis sperma yang telah ditetapkan WHO adalah:
Volume : 2 ml atau lebih
pH : 7,2 sampai dengan 8,0
Konsentrasi spermatozoa : 20 juta spermatozoa / ml atau lebih
Jumlah total spermatozoa : 40 juta spermatozoa per ejakulasi atau lebih
Motilitas spermatozoa : Dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi, sebanyak 50% dari
jumlah total spermatozoa yang hidup, masih bergerak
secara aktif.
Morfologi permatozoa : 30% atau lebih memiliki bentuk yang normal
Vitalitas spermatozoa : 75% atau lebih dalam keadaan hidup
Jumlah sel darah putih : lebih sedikit dari 1 juta sel/ml

Dari standar yang telah disebutkan tersebut, dokter akan membuat suatu simpulan yang akan
diterima oleh Anda sebagai hasil analisis sperma. Adapun macam dan definisi dari kesimpulan
tersebut adalah:
1. Normozoospermia : Karakteristik normal.
2. Oligozoospermia : Konsentrasi spermatozoa kurang dari 20 juta per ml.
3. Asthenozoospermia : Jumlah sperma yang masih hidup dan bergerak secara
aktif, dalam waktu 1 jam setelah ejakulasi, urang dari
50%.
4. Teratozoospermia : Jumlah sperma dengan morfologi normal kurang dari
30%.
5. Oligoasthenoterato- : Kelainan campuran dari 3 variabel yang telah disebutkan
zoospermia sebelumnya.
6. Azoospermia : Tidak adanya spermatozoa dalam sperma
7. Aspermia : Sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma

1. Jumlah spermatozoa/ml
Jumlah spermatozoa/ml yang menjadi pegangan untuk dikatakan cukup, kurang ataupun
berlebih adalah 20 juta/ml. Istilah yang dipakai adalah sbb :
0 Juta/ml disebut Azoospermia
0 - 5 juta/ml disebut Ekstrimoligozoospermia
< 20 juta disebut oligozoospermia > 250 Juta/ml disebut Polizoospermia
Jumlah spermatozoa 20 250 juta/ml sudah dianggap masuk dalam batas-batas yang normal.

2. Persentase spermatozoa motil


Kualitas pergerakan spermatozoa disebut baik bila 50% atau lebih spermatozoa
menunjukkan pergerakan yang sebagian besar adalah gerak yang cukup baik atau sangat baik
(grade II/III). Gradasi menurut W.H.O. untuk pergerakan spermatozoa adalah sebagai
berikut:
0 = spermatozoa tidak menunjukkan pergerakan
1 = spermatozoa bergerak ke depan dengan lambat
2 = spermatozoa bergerak ke depan dengan cepat
3 = spermatozoa bergerak ke depan sangat cepat
Bila spermatozoa yang motil kurang dari 50%, maka spermatozoa disebut astenik. Istilah
yang digunakan adalah Astenozoospermia. Bila sperma immotil > 50 % maka dilakukan uji
viabilitas (vitality test)
3. Persentase spermatozoa bentuk normal
Spermatozoa disebut mempunyai kualitas bentuk yang cukup baik bila 50% spermatozoa
mempunyai morfologi normal. Pemeriksaan morfologi men-cakup bagian kepala, leher dan
ekor dari spermatozoa.
Bila > 50% spermatozoa mempunyai morfologi abnormal, maka keadaan ini di sebut
teratozoospermia.
Dengan pegangan ketiga parameter pokok tersebut di atas, maka didapat kesan atau
diagnosis spermatologis dalam istilah-istilah sbb :
1. Oligozoospermia
2. Extrimoligozoospermia
3. Astenozoospermia
4. Ekstrimoligoastenozoospermia
5. Oligoastenozoospermia
6. Oligoastenoteratozoospermia
7. Astenoteratozoospermia
8. Poliastenozoospermia
9. Azoospermia

Apabila hasil analisis sperma menyatakan nilai normal, kemungkinan besar penyebab
ketidaksuburan terdapat pada sang wanita. Oleh karena itu, analisis kesuburan wanita dapat
dijalankan sebagai langkah lanjut.

Anda mungkin juga menyukai