Anda di halaman 1dari 3

Rehabilitasi, Restorasi, dan Konservasi

Hutan Hujan Tropis


Rehabilitasi hutan hujan tropis merupakan suatu usaha memperbaiki, memulihkan

kembali dan meningkatkan kondisi hutan hujan tropis yang rusak agar dapat berfungsi

secara optimal baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai

unsur perlindungan alam dan lingkungannya (Wahono, 2002 : 3).

Wahono, 2002, Budidaya Tanaman Jati (Tectona grandis L. F), Dinas Kehutanan Dan

Perkebunan Kabupaten Kapuas Hulu, Putussibau

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999,

Rehabilitasi Hutan dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan

meningkatan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan

peranannya dalam mendukung sistem keidupan tetap terjaga. Kegiatan Rehabilitasi

Hutan dan Lahan diselengaarakan melalui kegiatan Reboisasi , Penghijauan ,

Pemeliharaan , Pengayan tanaman, atau Penerapan teknik konservasi tanah secara

vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis da tidak produktif.

Restorasi hutan hujan tropis adalah suatu upaya mengembalikan kondisi hutan hujan tropis
dengan tujuan memperoleh kembali keanekaragaman hayati, struktur, dan lainnya di hutan
hujan tropis (https://burung.org/restorasi-ekosistem/, 2017)
Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari
bahasa Inggris, (Inggris) Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan (Reif, J.A.
Levy, Y. 1993), konservasi hutan hujan tropis merupakan usaha pelestarian dan perlindungan
hutan hujan tropis
Sumber: Reif, J.A. Levy, Y. 1993. Password: Kamus Bahasa Inggris Untuk Pelajar. PT. Kesaint
Blanc Indah Corp. Bekasi. 1993
Berikut ini merupakan kategori tingkat pertumbuhan pohon di hutan tropis.

Tumbuhan bawah: merupakan tumbuhan tidak berpembuluh (tidak berkayu), umumnya


berada di atas lantai hutan.
Semai: anakan pohon yang memiliki tinggi kurang dari 150 cm
Pancang: anakan pohon dengan tinggi lebih dari 150 cm, tetapi memiliki diameter
batang kurang dari 10 cm.
Tiang: pohon dengan ukuran diameter antara 10 cm dan 20 cm.
Pohon: tumbuhan berkayu yang memiliki diameter lebih dari 20 cm.

Selain tingkat pertumbuhan, hutan hujan tropis juga memiliki bentuk kehidupan tumbuhan
lainnya. Berbagai bentuk tingkatan pertumbuhan pohon dan herba di dalam hutan
dikelompokkan menjadi tumbuhan autotrofik yaitu tumbuhan yang dapat memproduksi
makananannya sendiri.

Sementara, ada bentuk pertumbuhan lainnya, dimana suatu tumbuhan memerlukan tumbuhan
lain untuk dapat hidup yang sering disebut sebagai heterotrofik. Hutan hujan menghadirkan
bentuk interaksi tumbuhan yang luar biasa.

Bentuk pertumbuhan heterotrofik diantaranya pemanjat (climber), epipit (epiphytes), pencekik


(strangler), parasit (parasite), dan saprofit (saprophytes). Bermacam bentuk pertumbuhan
vegetasi merupakan bagian dari prosesi interaksi di antara tumbuhan. Jadi apabila tidak ada
tumbuhan pendukung, maka organisme heterotrofik tidak dapat tumbuh dengan baik (Ghazoul,
J. and D. Sheil. 2010)

Sumber : Ghazoul, J. and D. Sheil. 2010. Tropical Rain Forest Ecology, Diversity, and
Conservation. Oxford University Press, New York.

model pertumbuhan pohon-pohon di hutan hujan tropis dapat dilakukan dengan


mengelompokan jenis pohon serta dibagi dalam kelas-kelas diameternya. Pengelompokan jenis
pohon sangat penting dilakukan agar semua jenis pohon dalam hutan hujan tropis di alam dapat
terwakili, karena hutan hujan tropis tersusun oleh lebih dari 3.000 jenis pohon berkayu
termasuk 267 spesies Dipterocarpaceae (Mc Kinnon et al. 2000).

Sumber : MacKinnon, K,. Hatta, G., Hakimah, H. & Arthur, M. 2000. Ekologi Kalimantan.
Seri Ekologi Indonesia, Buku III. Canadian International Development Agency (CIDA),
Prenhallindo, Jakarta.

GPP, NPP dan Respirasi


GPP ialah Banyaknya karbon yang diikat selama proses fotosintesis. Dengan kata lain saat
tumbuhan melakukan proses photosintesis, tumbuhan mengikat karbon yang ada di udara
dan beberapa karbon tersebut digunakan untuk proses metabolisme (untuk respirasi)
sehingga beberapa CO2 yang di serap bebrapa dikeluarkan kembali dalam bentuk CO2.
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme sel dan
karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme. Jadi karbon yang digunakan untuk
proses photosintesis secara utuh (setelah dikurangkan respirasi) untuk membentuk biomassa
inilah yang disebut Net Primary production (NPP). (June et al. 2006; Clark. 2001). Namun
perlu untuk kita pahami bahwa NPP bukan hanya sekedar pengurangan antara GPP dengan
R, tetapi yakni banyaknya bahan organik yang diproduksi selama suatu inteval tertentu.
Siklus Hara Hutan Tropis
Menurut Wiryono (2012) yang menyatakan bahwa hutan tropis Indonesia merupakan hutan
yang miskin unsur hara karena jenis tanahnya yang sudah tua (Oxisol dan Ultisol) dan sedikit
tanah mineral terlarut. Ketidak suburan ini disebabkan oleh hujan yang deras yang mencuci
mineral terlarut itu. Tetapi, karena begitu cepat siklus hara yang ada pada hutan ini maka
unsur serasah dapat memenuhi kebutuhan tumbuhan yang ada di tempat ini. Secara umum
hutan tropis sesungguhnya hutan yang memiliki biodibersiti karena unsur utama energi cukup
pada lokasi ini yaitu selalu adanya cahaya matahari sepanjang tahun. Dengan adanya
biodiversitas yang banyak maka akan memudahkan proses dekomposisi pada tempat ini.
Begitu pula karena adanya interaksi antar makluh hidup dengan makhluk hidup, makhluk
hidup dengan tumbuhan yang beroutput pada aliran energi sehingga menjadikan suatu siklus
rantai makanan. Pada hutan primer (virgin) siklus hara umumnya tertutup yang maksudnya
memiliki vegetasi yang begitu padat sehingga hanya akan terdapat sedikit erosi karena hujan.

Regenerasi
Hutan akan lestari apabila proses regenerasi tegakan berjalan baik, dengan melalui
pemudaan alam atau buatan. Pemudaan hutan mutlak dilakukan terhadap setiap kawasan
hutan agar dapat berfungsi secara maksimal dan berkelanjutan (Indriyanto, 2008). Pemudaan
merupakan proses regenerasi tegakan hutan, baik mengandalkan proses alam maupun
penanganan manusia. Setiap tahap proses perkembangannya, mudah tidaknya pemudaan di
suatu kawasan hutan bergantung pada sifat-sifat jenis tegakan, tempat tumbuh, proses-
proses daur air dan hara (Alikodra, 1997, Indriyanto, 2008).
Pohon tumbang merupakan gangguan alami yang terajadi pada hutan tropis.
Adanya pohon tumbang ini merupakan mekanisme untuk menjaga
keanekaragaman di dalam hutan. Proses regenerasi melalui gaps ini bisa bekerja
melalui penyediaan cahaya yang berarti mendorong regenerasi bagi spesies -
spesies intolerant dan semi toleran untuk mencapai produktivitasnya. Kondisi ini
juga mengurangi kompetisi dengan tanaman yang non -toleran. Selain itu spesies
bisa berasosiasi dengan lingkungan di sekitarnya untuk mencari kondisi yang
paling stabil untuk pertumbuhan tanaman.

Beberapa mekanisme regenerasi melalui gap adalah sebagai berikut :


1. Dari benih. Benih-benih yang tersebar melalui angina tau melalui bantuan
dari hewan yang sifatnya intoleran dan memerlukan banyak cahaya serta
temperature yang mendukung untuk perkecambahannya.
2. Dari pertumbuhan spesies-spesies yang cepat akibat terbentukanya gaps,
spesies-spesies ini awalnya tumbuhnya terhambat karena adanya persaingan
cahaya.
3. Dari pertumbuhan vegetativ, Pohon yang tumbang dimungkinkan
memproduksi sejumlah tunas
4. Dari penyebaran lateral, liana atau epifit yang ada di pohon yang bisa terjadi
karena adanya ruang dalam lingkungan hutan tersebu.

Anda mungkin juga menyukai