Tuhan menciptakan segala sesuatu tidak ada yang persis serupa, bahkan tidak luput
manusia pun dijadikanNya demikian. Berapa ratus juta jiwa masyarakat Indonesia yang
memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan suku, ras, dan agama tentunya menjadi
sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia terdiri dari 34 Provinsi
dengan kisaran 400-an suku. Ras terdiri atas atas 4 macam ada Ras Melayu Mongoloid,
Ras Wedoid, Ras Negroid, dan Ras Papua Melanesoid. Agama di Indonesia yang telah
diakui adalah 6 agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu,
dimana agama mayoritas adalah Islam. Namun, Indonesia tetap negara beragama bukan
negara agama dimana setiap orang berhak memeluk agama apapun yang sudah menjadi
hak warga negara.
Perbedaan yang begitu mencolok tidak seharusnya menjadi alasan kita untuk
memecahkan negara ini, Indonesia tentu dibangun oleh seluruh warganya. Dahulu
perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan begitu sulit, setiap orang Indonesia
mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia. Semua
golongan tanpa pandang bulu baik berbeda secara suku, ras, maupun agama menjadi satu
demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sumpah Pemuda pun menjadi saksi
bahwa masyarakat Indonesia dengan latar belakang yang berbeda mampu berjuang
bersama.
Hal yang menjadi menarik pemikiran saya sekarang adalah bagaimana bisa sekarang
kondisi Indonesia begitu memanas hanya dengan mengungkit masalah perbedaan di
zaman kemerdekaan ini? Begitu miris ketika melihat aksi-aksi yang mencoba
memprovokasikan untuk mendominasikan negara Indonesia menjadi hak kepunyaan satu
golongan dimana dahulunya tidak terpandang demikian. Lalu, bagaimana juga tindakan
saya sebagai umat Kristiani yang dimana masih termasuk umat minoritas di negara ini
bertindak atau menyikapi tentang hal perbedaan ini? Menjadi sebuah renungan bagi saya
pada masa-masa ini.
Saya terlahir di suatu keluarga yang satu suku dan agama yang sama, Suku Batak
yang beragama Kristen, keluarga saya tinggal dipemukiman yang didominasi suku
berbeda yang beragama Islam, namun hal tersebut bukanlah menjadi masalah sebab kami
semua hidup saling menghargai dan menjalin silahturahmi satu sama lain dengan baik.
Saya sejak SD sampai dengan saat ini kuliah di Perguruan Tinggi Negeri terbaik di
Indonesia, yang tentunya saja jika mendengar kata sekolah negeri pasti akan terdiri dari
berbagai macam golongan yang bermacam-macam adanya. Saya memiliki teman suku
Minang, Bugis, Jawa, ras Tionghoa pun juga ada, agama saya dan mereka pun tentunya
berbeda. Perbedaan bukan menjadi penghalang bagi kami untuk menjalankan hubungan
pertemanan, toleransi yang begitu erat terasa contoh sederhana ketika saya mengingatkan
mereka untuk sholat bagi yang muslim, menghargai mereka berpuasa, datang berkunjung
ketika lebaran tiba dan hal yang sama mereka lakukan kepada saya dimana mengingatkan
untuk beribadah pada hari minggu, memaklumi ketika ada tugas kelompok tidak bisa
hadir karena ada acara kerohanian, datang berkunjung ketika natal bahkan ketika saya
tidak pergi ke gereja mereka menegur keras. Itu merupakan pengalaman yang saya
rasakan mengenai hidup ditengah perbedaan, tentu ada beberapa penghalang juga dari
mereka yang intoleran terhadap perbedaan.
Ketika mendapatkan tugas untuk mengajak setiap orang meyakinkan bahwa apapun
perbedaannya kita tetap satu Indonesia, saya berpikir ini adalah hal yang baik mengingat
sekarang mulai terasa isu-isu perpecahan, sebagai seorang mahasiswi yang berkuliah dan
menemukan banyaknya perbedaan adalah sangat penting kita bertindak sebagaimana
orang berpendidikan. Tuhan mengajarkan kepada kita tentang mengasihi, bukan hanya
sesama tetapi juga yang berbeda (Lukas 6:27-36) dan apabila kita merenungi kitab 1
Korintus 12:12-31 disana kita akan memahami betapa Allah menginginkan kita
mengharga setiap anggota tanpa adanya menjadikan suatu perbedaan sebuah masalah
besar supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota
yang berbeda itu saling memperhatikan.
Respon daripada setiap orang yang saya temui untuk menyetujui hal Kita Indonesia
membuat semakin tersadar bahwa dari hal kecil oleh orang-orang yang seperti ini
menjadikan semangat baru untuk menjalankan hidup mengasihi tanpa mengenal
perbedaan, bahkan Alkitab pun menuliskan perintah Tuhan ini, sejak dahulu perbedaan
itu ada dimana diperkiran perbedaan bangsa muncul pada saat beberapa manusia bersatu
melawan Allah dan ingin membangun Menara Babel sebagai bentuk penyembahan yang
melawan Allah namun digagalkan tentunya oleh Allah dengan membuat mereka
bercakap-cakap dengan bahasa berbeda yang tidak mereka pahami satu sama lain,
akhirnya mereka pergi dan menjalankan kehidupan masing-masing dari kota itu. Apa
yang dapat direnungkan tentunya Allah ingin kita hidup dengan perbedaan agar tidak
terjadi gerakan yang satu untuk melawan Ia melainkan dengan perbedaan itu kita bisa
hidup saling menghargai dengan satu perantara yang sama melalui Bahasa Alkitab, berisi
Firman Allah yang suci dan benar adanya.
Allah tidak menginginkan kita membela Ia dengan cara manusia karena Ia tidak perlu
dibela, Ia menginginkan kita menunjukkan gambaran Kristus didalam hidup kita yang
menjadi saksi bagi Dia, membawa damai sejahtera yang memulihkan bangsa ini. Kristus
menyatakan kasihNya dengan mati di kayu salib demi menebus semua manusia yang
berbeda suku bangsa dan kepercayaan, lantas sekarang kita juga harus melakukan hal
yang sama dalam diri kita, dimana harus menyatakan kasih terhadap bukan hanya sesama
tetapi semua orang yang ada di dunia ini terutama Indonesia. Tuhan memilih saya sebagai
anakNya yang ditempatkan di Indonesia bahkan itulah rencanaNya jauh sebelum saya
dibentuk dikandungan ibu, begitu juga masyakarat Indonesia lainnya. Tuhan Allah
mempercayakan kita anak-anakNya yang merupakan garam dan terang dunia untuk
menjalankan setiap kehidupan ini secara keseluruhan, baik secara berbangsa dan
bernegara untuk membangun bangsa Indonesia serta memulihkan NKRI dengan damai
sukacita daripada Allah, caranya ialah dengan menyatakan kasihNya melalui tindakan
nyata untuk saling mengasihi dan menghargai perbedaan secara suku, ras, dan agama.
Amin. Tuhan memberkati.
Kesan Terhadap 20 Orang
1. Juson (Farmasi 2016)
Ethnis Tionghoa menganut agama Buddha merupakan perbedaan yang terjadi antara
saya dan dia, namun hal yang dapat dipelajari adalah kami tidak mencela satu sama
lain bahkan melakukan pertemanan yang baik, karena menurut dia perbedaan bukanlah
penghalang untuk menjalin pertemanan mengingat bahwa kami adalah satu
kewarganegaraan yaitu Indonesia, ada baiknya untuk membangun Indonesia dengan
persatuan daripada perpecahan sesuai dengan ajaran Buddha untuk membawa damai,
katanya.