Anda di halaman 1dari 17

Marasmus Kwasiorkhor

A. Definisi

Marasmus-Kwashiorkor adalah salah satu kondisi dari kurang gizi berat yang gejala
klinisnya merupakan gabungan dari marasmus, yaitu kondisi yang disebabkan oleh
kurangnyaasupan energi, dan kwashiorkor, yaitu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya
asupan protein sehingga gejalanya disertai edema (Tanto,C, dkk, 2014).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan gizi
sebagai"ketidakseimbangan seluler antara asupan nutrisi dan energi dan kebutuhan tubuh
untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi khusus. Malnutrisi protein-
energi (KEP) berlaku untuk sekelompok gangguan yang berhubungan seperti marasmus,
kwashiorkor,dan marasmus-kwashiorkor. Istilah marasmus berasal dari kata Yunani
marasmos, yang berarti layu atau kurang tenaga. Marasmus berhubungan dengan asupan
yang tidak memadai protein dankalori dan ditandai oleh kekurusan. Istilah kwashiorkor ini
diambil dari bahasa Ga dari Ghanadan berarti "penyakit dari penyapihan.". Kwashiorkor
mengacu pada asupan protein yang tidak memadai dengan asupan kalori dan energiyang
wajar. Edema adalah karakteristik dari kwashiorkor namun tidak ada dalam marasmus
(Depkes RI 2011).
Studi menunjukkan bahwa marasmus merupakan respon adaptif/penyesuaian terhadap
kelaparan, sedangkan kwashiorkor merupakan respon maladaptive terhadap kelaparan.
Anak-anak mungkin datang dengan gambaran beragam antara marasmus dan kwashiorkor,
dan anak-anak dapat datang dengan bentuk yang lebih ringan dari malnutrisi (Depkes RI,
2011).

B. Etiologi

Menurut Nurarif, A.H. & Kusuma, H (2015) menyatakan Marasmus Kwashiorkor disebabkan
oleh:

1. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan dalam susunan
makanan.
2. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada hubungan orang
tua-anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan metabolism atau malformasi
bawaan.
3. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan terjadinya malnutrisi.
4. Disebabkan oleh pengaruh negative faktor-faktor sosioekonomi dan budaya yang
berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negative
dapat pula disebabkan oleh diare kronik malabsorpsi protein, hilangnya protein air kemih
(sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati

C. Patofisiologi

Banyak manifestasi dari KEP merupakan respon penyesuaian pada kurangnya asupan
energi dan protein. Untuk menghadapi asupan yang kurang, maka dilakukannya pengurangan
energi dan aktifitas. Namun, meskipun ini respon penyesuaian, deposit lemak dimoilisasi
untuk memenuhi kebutuhan energi yang sedang berlangsung meskipun rendah. Setelah
deposit lemk habis, katabolisme protein harus menyediakan substrat yang berkelanjutan untuk
menjaga metabolisme basal (Wong. D.L, et al., 2008).

Alasan mengapa ada anak yang menderita edema dan ada yang tidak mengalami
edema pada KEP masih belum diketahui. Meskipun tidak ada faktor spesifik yang ditemukan,
beberapa kemungkinan dapat dipikirkan. Salah satu pemikiran adalah variabilitas antara bayi
yang satu dengan yang lainnya dalam kebutuhan nutrisi dan komposisi cairan tubuh saat
kekurangan asupan terjadi. Hal ini juga telah dipertimbangkan bahwa pemberian karbohidrat
berlebih pada anak-anak dengan non-edematous KEP membalikkan respon penyesuaian untuk
asupan protein rendah, sehingga deposit protein tubuh dimobilisasikan. Akhirnya, sintesis
albumin menurun, sehingga terjadi hipoalbuminemia dengan edema. Fatty liver juga
berkembang secara sekunder, mungkin, untuk lipogenesis dari asupan karbohidrat berlebih
dan mengurangi sintesis apoliprotein. Penyebab lain KEP edematous adalah keracunan
aflatoksin serta diare, gangguan fungsi ginjal dan penurunan aktivitas NA K ATPase.
Akhirnya, kerusakan radikal bebas telah diusulkan sebagai faktor penting dalam munculnya
KEP edematous. Kejadian ini didukung dengan konsentrasi plasma yang rendah akan
metionin, suatu precrusor dari sistein, yang diperlukan untuk sintesis dari faktor antioksidan
major, glutathione. Kemungkinan ini juga didukung oleh tingkat yang lebih rendah dari
sintesis glutathione pada anak-anak dengan pembengkakan dibandingkan dengan non-
edematous KEP (Wong. D.L, et al., 2008).

D. Klasifikasi
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut (Ngastiyah, 1997):
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema: Kurang gizi (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema: Kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% standar tanpa edema: Marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% standar dengan edema: Marasmus kwashiorkor (MEP berat)

E. Manifestasi Klinis

Gambaran klinik antara Marasmus dan Kwasiorkhor sebenarnya berbeda walaupun dapat
terjadi bersama-sama (Nurarif, A.H. & Kusuma, H., 2015):

1. Kwasiorkhor:

a. Penampilan

Penampilannya seperti anak yang gemuk (suger baby) bilamana dietnya mengandung
cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun di bagian tubuh lainnya, terutama
di pantatnya terlihat adanya atrofi.

b. Gangguan Pertumbuhan

Pertumbuhan terganggu, berat badan di bawah 80% dari baku Harvard persentil 50
walaupun terdapat edema, begitu pula tinggi badannya terutama jika KEP sudah
berlangsung lama.

c. Perubahan Mental

Perubahan mental sangat mencolok. Pada umummnya mereka banyak menangis, dan
pada stadium lanjut bahkan sangat apatis. Perbaikan kelainan mental tersebut
menandakan suksesnya pengobatan.
d. Edema

Edema baik yang ringan maupun berat ditemukan pada sebagian besar penderita
kwashiorkor. Walaupun jarang, asites dapat mengiringi edema.

e. Atrofi otot

Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah dan berbaring terus-menerus,
walaupun sebelum menderita penyakit demikian sudah dapat berjalan.

f. Sistem gastro-intestinum

Gejala saluran pencernaan merupakan gejala penting. Pada anoreksia yang berat
penderita menolak segala macam makanan, hingga adakalanya makanan hanya dapat
diberikan melalui sonde lambung. Diare tampak pada sebagian besar penderita, dengan
feses yang cair dan mengandung banyak asam laktak karena mengurangnya produksi
lactase dan enzim disakaridase lain. Adakalanya diare demikian disebabkan pula oleh
cacing dan parasit lain.

g. Perubahan rambut

Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture) maupun


warnanya. Sangat khas bagi penderita kwashiorkor ialah rambut yang mudah dicabut.
Pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala yang kusam, kering,
halus, jarang, dan berubah warnanya. Warna rambut yang hitam menjadi merah, coklat,
kelabu, maupun putih. Rambut alispun menunjukkan perubahan demikian, akan tetapi
tidak demikian dengan rambut matanya yang justru memanjang.

h. Perubahan kulit

Perubahan kulit yang oleh Williams, dokter wanita pertama yang melaporkan adanya
penyakit kwashiorkor, diberi nama crazy pavement dermatosis merupakan kelainan kulit
yang khas bagi penyakit kwashiorkor. Kelainan kulit tersebut dimulai dengan titik-titik
merah menyerupai ptechiae, berpadu menjadi bercak yang lambat-laun menghitam.
Setelah bercak hitam mengelupas, maka terdapat bagian-bagian yang merah dikelilingi
oleh batas-batas yag masih hitam. Bagian tubuh yang sering membasah dikarenakan
keringat atau air kencing, dan yang terus-menerus mendapat tekanan merupakan
predileksi crazy pavement dermatosis,seperti di punggung, pantat, sekitar vulva, dan
sebagainya. Perubahan kulit lainnya seperti kulit kering dengan garis kulit yang
mendalam, luka yang mendalam tanpa tanda-tanda inflamasi. Kadang-kadang pada kasus
yang sangat lanjut ditemui petechiae tanpa trombositopenia dengan prognosis yang buruk
bagi si penderita.

i. Pembesaran hati

Termasuk gejala yang sering ditemukan. Kadang-kadang batas hati terdapat setinggi
pusar. Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal pada rabahan
dengan permukaan yang lici dan pinggir yang tajam. Sediaan hati demikian jika dilihat
dibawah mikroskop menunjukkan, bahwa banyak sel hati terisi dengan lemak. Pada
kwashiorkor yang relatif ringan infiltrasi lemak itu terdapat terutama di segi taga Kirnan,
lebih berat penyakitnya lebih banyak sel hati yang terisi dengan lemak, sedangkan pada
yang sangat berat perlemakan terdapat pada hamper semua sel hati. Adakalanya terlihat
juga adanya fibrosis dan nekrosis hati.

j. Anemia

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita demikian. Bilamana kwashiorkor disertai
oleh penyakit lain, terutama ankylostomiasis, maka dapat dijumpai anemia yang berat.
Jenis anemia pada kwashiorkor bermacam-macam, seperti normositik normokrom,
mikrositik hipokrom, makrositik hiperkrom, dan sebagainya. Perbedaan macam anemia
pada kwashiorkor dapat dijelaskan oleh kekurangan berbagai faktor yang mengiringi
kekurangan protein, seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, tembaga,
insufisiensi hormone, dan sebagainya. Macam anemia yang terjadi menunjukkan faktor
mana yang lebih dominan. Pada pemeriksaan sumsum tulang sering ditemukan
mengurannya sel system eripoitik. Hipoplasia atau aplasia sumsum tulang demikian
disebabkan terutama oleh kekurangan protein dan infeksi menahun.

k. Kelainan biokimiawi darah

Ada hipotesis mengatakan bahwa pada penyakit kwashiorkor tubuh tidak dapat
beradaptasi terhadap keadaan baru yang disebabkan oleh kekurangan protein maupun
energi. Oleh sebab itu banyak perubahan biokimiawi dapat ditemukan pada penderita
kwashiorkor
2. Marasmus:

a. Penampilan

Muka seorang penderita marasmus menunjukkan wajah seorang tua. Anak terlihat sangat
kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya. 2

b. Perubahan mental

Anak menangis, juga setelah mendapat makan oleh sebab masih merasa lapar. Kesadaran
yang menurun (apati) terdapat pada penderita marasmus yang berat.

c. Kelainan pada kulit tubuh

Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor disebabkan kehilangan banyak lemak
dibawah kulit serta otot-ototnya.

d. Kelainan pada rambut kepala

Walaupun tidak sering seperti pada penderita kwashiorkor, adakalanya tampak rambut
kering, tipis dan mudah rontok.

e. Lemak dibawah kulit

Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit mengurang.

f. Otot-otot

Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas.

g. Saluran pencernaan

Penderita marasmus lebih sering menderita diare atau konstipasi.

h. Jantung

Tidak jarang terdapat bradikardi.

i. Tekanan darah

Pada umummnya tekanan darah penderita lebih rendah dibandingkan dengan anak sehat
seumur.

j. Saluran nafas

Terdapat pula frekuensi pernafasan mengurang.


k. Sistem darah

Pada umummnya ditemukan kadar hemoglobin yang agak rendah.

3. Marasmus Kwasiorkhor

Penyakit marasmus-kwashiorkor memperlihatkan gejala campuran antara penyakit


marasmus dan kwashiorkor. Makanan sehari-harinya tidak cukup mengandung protein dan
juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian, disamping
menurunnya berat badan di bawah 60% dari normal memperlihatkan gejala-gejala
kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi
terlihat pula.

F. Pemeriksaan Penunjang

Marasmus Kwasiorkhor memiliki pemeriksaan penunjang sebagai berikut (Nurarif, A.H. &
Kusuma, H., 2015):

1. Pemeriksaan darah: albumin, globulin, protein total, elektrolit serum, biakan darah
2. Pemeriksaan urine: urine lengkap dan kultur urin
3. Uji faal hati
4. EKG
5. X foto paru
6. Konsul THT: adanya otitis media
7. Pemeriksaan fisik, ukur TB dan BB
8. Hitung IMT

G. Penatalaksanaan Medis

Menurut Depkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 fase yang harus dilalui
yaitu fase stabilisasi ( Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 14), fase rehabilitasi (Minggu ke 3
6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 26). Dimana tindakan pelayanan terdiri dari 10 tindakan
pelayanan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Buku Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi
Buruk. Departemen Kesehatan RI, 2011.

Ngastiyah.(1997).Perawatan Anak Sakit.EGC:Jakarta.


Nurarif, A.H. & Kusuma, H.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC . Edisi Revisi 2. Jogajakarta: Penerbit Medication
Tanto, C, dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Wong. D.L, et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit NOC: NIC:
Definisi : Perubahan/gangguan Tissue Integrity : Skin and Mucous Pressure Management
epidermis dan/atau dermis Membranes - Anjurkan pasien untuk menggunakan
Batasan Karakteristik : Hemodyalis akses
pakaian yang longgar
Kerusakan lapisan kulit Kriteria Hasil :
(dermis) Integritas kulit yang baik bisa - Hindari kerutan pada tempat tidur
Gangguan permukaan dipertahankan - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
kulit (epidermis) (sensasi,elastisitas,temperatur, dan kering
Invasi struktur tubuh hidarasi,pigmentasi) - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
Faktor yang berhubungan : Tidak ada luka/lesi pada kulit setiap dua jam sekali
Eksternal : Perfusi jaringan baik
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
Zat kimia,Radiasi Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit - Oleskan lotion atau minyak/baby oil
Usia yang ekstrim
dan mencegah terjadinya pada derah yang tertekan
Kelembapan
Hipertemia, sedera berulang - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Hiportemia Mampu melindungi kulit dan - Monitor status nutrisi pasien
mempertahankan kelembapan
Faktor mekanik - Memandikan pasien dengan sabun dan
kulit dan perawatan alami
(mis..gaya air hangat
gunting(shearing - Kaji lingkungan dan peralatan yang
forces) menyebabkan tekanan
Medikasi
- Observasi luka : lokasi, dimensi,
Lembab
kedalaman luka, karakteristik,warna
Imobilitas fisik
Internal : cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
Perubahan status tanda-tanda infeksi lokal, formasi
cairan traktus
Perubahan - Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
pigmentasi perawatan luka
Perubahan turgor
Faktor
perkembangan
Kondisi ketidak
seimbangan nutrisi
(mis,obesitas,emasi
asi)
Penurunan
imunologis
Penurunan sirkulasi
Kondisi gangguan
metabolic
Gangguan sensasi
Tonjolan tulang

2. Intoleransi aktifitas NOC: NIC:


Definisi : ketidakcukupan energy Energy conservation Activity Therapy
psikologis atau fisiologis untuk Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
melanjutkan atau menyelesaikan Self Care : ADLs medik dalam merencanakan program
aktifitas kehidupan sehari hari Kriteria Hasil : terapi yang tepat
yang harus atau yang ingin Berpatisipasi dalam aktivitas - Bantu klien untuk mengidentifikasi
dilakukan. fisik tanpa disertai peningkatan aktivitas yang mampu dilakukan
Batasan karakteristik : tekanan darah nadi dan RR - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
Respon tekanan darah Mampu melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik,
abnormal terhadap sehari hari (ADLS) secara psikologi dan social
aktivitas mandiri - Bantu untuk mengidentifikasi dan
Respon frekuensi Tanda tanda vital normal mendapatkan sumber yang diperlukan
jantung abnormal Energy psikomotor untuk aktivitas yang diinginkan
terhadap aktivitas Level kelemahan - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
Perubahan EKG yang Mampu berpindah dengan atau aktivitas seperti kursi roda, krek
mencerminkan aritmia tanpa batuan alat - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
Perubahan EKG yang Status kardiopulmurari adekuat yang disukai
mencerminkan iskemia Sirkulasi status baik - Bantu klien untuk membuat jadwal
Ketidaknyamanan Status respirasi pertukaran gas latihan diwaktu luang
setelah beraktivitas dan ventilasi adekuat - Bantu pasien/keluarga untuk
Dipsnea setelah mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas beraktivitas
Menyatakan merasa
letih
Menyatakan merasa
lemah

3. Resiko keterlambatan NOC: NIC:


perkembangan Growth and development delaye
Pendidikan orang tua: masa bayi
Definisi : Berisiko mengalami Family coping
keterlambatan 25% atau lebih pada Breastfeeding ineffective - Ajarkan kepada orang tua tentang
penanda perkembangan normal
satu atau lebih area social atau Nutritional status: nutrient intake
- Demonstrasikan aktivitas yang
perilaku regulasi diri, atau pada Parenting performance
keterampilan kognitif, bahasa, menunjang perkembangan
Kriteria Hasil:
motorik kasar atau halus - Tekankan pentingnya perawatan prenatal
Recovery adanya kekerasan
sejak dini
Recovery : kekerasan emosional
Faktor Resiko: - Ajarkan ibu mengenai pentingnya
Recovery neglect
Prenatal berhenti mengkonsumsi alcohol,
Performance orang tua : pola asuh
Kemiskinan prenatal merokok, dan obat-obatan selama
Gangguan endokrin Pengetahuan orang tua terhadap
kehamilan
Gangguan genetik perkembangan anak meningkat - Ajarkan tentang perilaku yang sesuai
Buta huruf Berat badan = index masa tubuh
dengan usia anak
Nutrisi tidak adekuat Perkembangan anak 1 bulan : penanda
- Ajarkan mainan dan benda yang sesuai
Asuhan prenatal tidak adekuat perkembangan fisik, kognitif, dan dengan usia anak
Infeksi psikososial pada usia 1 bulan - Diskusikan hal-hal terkait kerjasama
Kurang perawatan prenatal Perkembangan anak 2 bufan : penanda
antara orang tua dan anak
Perawatan prenatal yang telat perkembangan fisik, kognitif, dan
Usia ibu < 15 tahun psikososial usia 2 bulan
Usia ibu > 35 tahun Perkembangan anak 4 bulan : penanda
Substance abuse perkembangan fisik, kognitif, dan
Kehamilan yang tidak psikososial usia 4 bulan
direncanakan Penuaan fisik: perubahan normal fisik
Kehamilan yang tidak yang biasanya sering terjadi seiring
diinginkan
Individual penuaan usia
Anak yang diadopsi Kematangan fsik wanita dan pria :
Gangguan perilaku perubahan fisik normal pada wanita
Kerusakan otak (mis : yang terjadi dengan transisi dan masa
perdarahan pada periode kanak-kanak ke dewasa
postnatal, bayi yang diayun, Fungsi gastrointestinal anak adekuat
penganiayaan, kecelakan) Makanan dan asupan cairan bergizi
Penyakit kronis Kondisi gizi dekuat
.Gangguan kongenital
Kegagalan untuk tumbuh
Anak asuh
Sering mengalami otitis media
Gangguan genetik
Gangguan pendengaran
Nutrisi yang tidak adekuat
Keracunan timbale
Bencana alam
Penampisan obat tergolong
positif
Prematuritas
Kejang
Penyalahgunaan zat
Bergantung pada teknologi
Efek samping terkait
pengobatan (mis; kemoterpi,
terapi radiasi, agens
farmaseutikal)
Gangguan penglihatan
Lingkungan
Kemiskinan
Perilaku kekerasaan

4. Resiko aspirasi NOC: NIC:


Definisi : Resiko masuknya Respiratory status: ventilation Aspiration precaution
sekresi gastrointestinal, sekresi Aspirasi control - monitor tingkat kesadaran, reflek batuk
orofaring, kotoran/debu, atau Swallowing status dan kemampuan menelan
cairan kedalam Kriteria Hasil: - monitor status paru pelihara jalan napas
saluran trakeobronkial Klien dapat bernafas dengan mudah, - lakukan suction jika diperlukan
tidak irama, frekuensi pernafasan - cek nasaogastrik sebelum makan
Faktor Resiko : normal - Hindari makan kalau residu masih
Penurunan motolitas Pasien mampu menelan, mengunyah banyak
gastrointestinal tanpa terjadi aspirasi, dan mampu - Potong makanan kecil-kecil
Pengosongan lambung yang melakukan oral hygine - Haluskan obat sebelum pemberian
lambat Jalan nafas paten, mudah bernafas, - Posisi tegak 90 derajat atau sejauh
Penurunan reflek muntah tidak merasa tercekik dan tidak ada mungkin
Penurunan reflek batuk suara nafas abnormal - Jauhkan manset trakea meningkat
Pembedahan wajah - Jauhkan pengaturan hisap yang tersedia
Trauma wajah - Periksa penempatan tabung NG atau
Slang gastrointestinal gastrostomy sebelum menyusui
Sfingter esophagus bawah - Periksa tabung NG atau gastrostomy sisa
Inkompeten sebelum makan
Peningkatan residu lambung - Hindari makan, jika residu tinggi tempat
Peningkatan tekanan pewarna dalam tabung pengisi NG
intragastrik - Hindari cairan atau menggunakan zat
Gangguan menelan pengental
Pemberian medikasi - Penawaran makanan atau cairan yang
Pembedahan leher dapat dibentuk menjadi bolus sebelum
Trauma leher menelan
Pembedahan mulut
Trauma mulut
Adanya slang endotrakeal
Adanya slang trakeostomi
Penurunan tingkat kesadaran
Situasi yang menghambat
elevasi tubuh bagian atas
Pemberian makan melalui
slang
Rahang kaku
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC: NIC:
dari kebutuhan tubuh Nutritional status: food & fluid
Nutrition management:
Definisi : Asupan nutrisi tidak Nutritional status: nutrien intake
cukup untuk memenuhi kebutuhan Weight control - Kaji adanya alergi makananan
metabolic Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kriteria Hasil:
Batasan karakteristik : Adanya peningkatan berat badan menentukan jumlah kalori & nutrisi
Kram abdomen sesuai dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Nyeri abdomen Berat badan ideal sesuai dengan intake Fe, protein, vit C, substansi gula
Menghindari tinggi badan - Diet yang dimakan tinggi serat
makanan Mampu mengindentifikasi - Monitor jumlah nutrisi & kandungan
Berat badan 20 % kebutuhan nutrisi kalori
atau lebih dibawah Tidak ada tanda malnutrisi
berat badan ideal Menunjukan peningkatan fungsi Nutritioning monitoring:
- monitor adanaya penurunan BB
Kerapuhan kapiler pengecapan dari menelan
Diare Tidak terjadi penurunan berat - monitor kulit kering dan perubahan
Kehilangan rambut badan yang berarti pigmentasi
berlebihan - monitor turgor kulit
Bising usus hiperaktif - Monitor mual mmuntah
Kurang makanan - Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
Kurang informasi Ht
Kurang minat pada - Monitor pertumbuhan dan
makanan perkembangan
Penurunan berat - Monitor pucat, kemerahan dan
badan dengan asupan kekeringan konjungtiva
makanan adekuat - Monitor kalori & intake nutrisi
Kesalahan konsepsi - Catat adnaya edema, hiperemik,
Kesalahan informasi hipertonik papila lidah dan cavitas oral
Mambran mukosa - Catat jika lidah bewarna magenta scarlet
pucat -
Ketidakmampuan
memakan makanan
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan
sensasi rasa
Mengeluh asupan
makanan kurang dari
RDA (recommended
daily allowance)
Cepat kenyang
setelah makan
Sariawan rongga
mulut
Steatorea
Kelemahan otot
pengunyah
Kelemahan otot untuk
menelan

6. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC: NIC:


napas Respiratory status: Ventilation
Airway suction
Definisi : Ketidakmampuan Respiratory status: Airway patency
untuk membersihkan sekresi atau - Pasikan kebutuhan oral/tracheal
Kriteria Hasil :
suctioning
obstruksi dari saluran pernafasan Mendemonstrasikan batuk
untuk mempertahankan kebersihan - Auskultasi suara nafas sebelum dan
efektif dan suara nafas yang
jalan nafas. sesudah suctioning
bersih, tidak ada sianosi dan
Batasan Karakteristik : - Informasikan pada klien dan keluarga
dyspneu ( mampu mengeluarkan
Tidak ada batuk tentang suctioning
sputum, mampu bernapas
Minta klien napas dalam sebelum
Suara napas dengan mudah,tidak ada pursep
suctioning dilakukan
tambahan lips)
- Berikan O2 dengan menggunakan nasal
Perubahan frekwensi Menunjukan jalan nafas yang
untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
napas paten (klien tidak merasa
- Monitor status oksigen pasien
Sianosis tercekik, irama nafas,frekuensi
Hentikan suction dan berikan oksigen
-
Kesulitan berbicara pernafasan dalam rentang
atau mengeluarkan normal, tidak ada suara nafas apabila pasien menunjukkan bradikardi,
suara abnormal peningkatan saturasi O2
Penurunan bunyi Mampu mengindentifikasikan Airway Management
napas dan mencegah factor yang dapat - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
Dipsneu menghambat jalan nafas llift atau jaw thrust bila perlu
Sputum dalam jumlah - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
yang berlebihan ventilasi
Batuk yang tidak - Identifikasi pasien perlunya pemasangan
efektif alat jalan nafas buatan
Orthopeneu - Pasang mayo bila perlu
Gelisah - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan secret dengan batuk atau
Mata terbuka lebar
suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2

Anda mungkin juga menyukai