A. Definisi
Marasmus-Kwashiorkor adalah salah satu kondisi dari kurang gizi berat yang gejala
klinisnya merupakan gabungan dari marasmus, yaitu kondisi yang disebabkan oleh
kurangnyaasupan energi, dan kwashiorkor, yaitu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya
asupan protein sehingga gejalanya disertai edema (Tanto,C, dkk, 2014).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan gizi
sebagai"ketidakseimbangan seluler antara asupan nutrisi dan energi dan kebutuhan tubuh
untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi khusus. Malnutrisi protein-
energi (KEP) berlaku untuk sekelompok gangguan yang berhubungan seperti marasmus,
kwashiorkor,dan marasmus-kwashiorkor. Istilah marasmus berasal dari kata Yunani
marasmos, yang berarti layu atau kurang tenaga. Marasmus berhubungan dengan asupan
yang tidak memadai protein dankalori dan ditandai oleh kekurusan. Istilah kwashiorkor ini
diambil dari bahasa Ga dari Ghanadan berarti "penyakit dari penyapihan.". Kwashiorkor
mengacu pada asupan protein yang tidak memadai dengan asupan kalori dan energiyang
wajar. Edema adalah karakteristik dari kwashiorkor namun tidak ada dalam marasmus
(Depkes RI 2011).
Studi menunjukkan bahwa marasmus merupakan respon adaptif/penyesuaian terhadap
kelaparan, sedangkan kwashiorkor merupakan respon maladaptive terhadap kelaparan.
Anak-anak mungkin datang dengan gambaran beragam antara marasmus dan kwashiorkor,
dan anak-anak dapat datang dengan bentuk yang lebih ringan dari malnutrisi (Depkes RI,
2011).
B. Etiologi
Menurut Nurarif, A.H. & Kusuma, H (2015) menyatakan Marasmus Kwashiorkor disebabkan
oleh:
1. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan dalam susunan
makanan.
2. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada hubungan orang
tua-anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan metabolism atau malformasi
bawaan.
3. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan terjadinya malnutrisi.
4. Disebabkan oleh pengaruh negative faktor-faktor sosioekonomi dan budaya yang
berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negative
dapat pula disebabkan oleh diare kronik malabsorpsi protein, hilangnya protein air kemih
(sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati
C. Patofisiologi
Banyak manifestasi dari KEP merupakan respon penyesuaian pada kurangnya asupan
energi dan protein. Untuk menghadapi asupan yang kurang, maka dilakukannya pengurangan
energi dan aktifitas. Namun, meskipun ini respon penyesuaian, deposit lemak dimoilisasi
untuk memenuhi kebutuhan energi yang sedang berlangsung meskipun rendah. Setelah
deposit lemk habis, katabolisme protein harus menyediakan substrat yang berkelanjutan untuk
menjaga metabolisme basal (Wong. D.L, et al., 2008).
Alasan mengapa ada anak yang menderita edema dan ada yang tidak mengalami
edema pada KEP masih belum diketahui. Meskipun tidak ada faktor spesifik yang ditemukan,
beberapa kemungkinan dapat dipikirkan. Salah satu pemikiran adalah variabilitas antara bayi
yang satu dengan yang lainnya dalam kebutuhan nutrisi dan komposisi cairan tubuh saat
kekurangan asupan terjadi. Hal ini juga telah dipertimbangkan bahwa pemberian karbohidrat
berlebih pada anak-anak dengan non-edematous KEP membalikkan respon penyesuaian untuk
asupan protein rendah, sehingga deposit protein tubuh dimobilisasikan. Akhirnya, sintesis
albumin menurun, sehingga terjadi hipoalbuminemia dengan edema. Fatty liver juga
berkembang secara sekunder, mungkin, untuk lipogenesis dari asupan karbohidrat berlebih
dan mengurangi sintesis apoliprotein. Penyebab lain KEP edematous adalah keracunan
aflatoksin serta diare, gangguan fungsi ginjal dan penurunan aktivitas NA K ATPase.
Akhirnya, kerusakan radikal bebas telah diusulkan sebagai faktor penting dalam munculnya
KEP edematous. Kejadian ini didukung dengan konsentrasi plasma yang rendah akan
metionin, suatu precrusor dari sistein, yang diperlukan untuk sintesis dari faktor antioksidan
major, glutathione. Kemungkinan ini juga didukung oleh tingkat yang lebih rendah dari
sintesis glutathione pada anak-anak dengan pembengkakan dibandingkan dengan non-
edematous KEP (Wong. D.L, et al., 2008).
D. Klasifikasi
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut (Ngastiyah, 1997):
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema: Kurang gizi (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema: Kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% standar tanpa edema: Marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% standar dengan edema: Marasmus kwashiorkor (MEP berat)
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik antara Marasmus dan Kwasiorkhor sebenarnya berbeda walaupun dapat
terjadi bersama-sama (Nurarif, A.H. & Kusuma, H., 2015):
1. Kwasiorkhor:
a. Penampilan
Penampilannya seperti anak yang gemuk (suger baby) bilamana dietnya mengandung
cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun di bagian tubuh lainnya, terutama
di pantatnya terlihat adanya atrofi.
b. Gangguan Pertumbuhan
Pertumbuhan terganggu, berat badan di bawah 80% dari baku Harvard persentil 50
walaupun terdapat edema, begitu pula tinggi badannya terutama jika KEP sudah
berlangsung lama.
c. Perubahan Mental
Perubahan mental sangat mencolok. Pada umummnya mereka banyak menangis, dan
pada stadium lanjut bahkan sangat apatis. Perbaikan kelainan mental tersebut
menandakan suksesnya pengobatan.
d. Edema
Edema baik yang ringan maupun berat ditemukan pada sebagian besar penderita
kwashiorkor. Walaupun jarang, asites dapat mengiringi edema.
e. Atrofi otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah dan berbaring terus-menerus,
walaupun sebelum menderita penyakit demikian sudah dapat berjalan.
f. Sistem gastro-intestinum
Gejala saluran pencernaan merupakan gejala penting. Pada anoreksia yang berat
penderita menolak segala macam makanan, hingga adakalanya makanan hanya dapat
diberikan melalui sonde lambung. Diare tampak pada sebagian besar penderita, dengan
feses yang cair dan mengandung banyak asam laktak karena mengurangnya produksi
lactase dan enzim disakaridase lain. Adakalanya diare demikian disebabkan pula oleh
cacing dan parasit lain.
g. Perubahan rambut
h. Perubahan kulit
Perubahan kulit yang oleh Williams, dokter wanita pertama yang melaporkan adanya
penyakit kwashiorkor, diberi nama crazy pavement dermatosis merupakan kelainan kulit
yang khas bagi penyakit kwashiorkor. Kelainan kulit tersebut dimulai dengan titik-titik
merah menyerupai ptechiae, berpadu menjadi bercak yang lambat-laun menghitam.
Setelah bercak hitam mengelupas, maka terdapat bagian-bagian yang merah dikelilingi
oleh batas-batas yag masih hitam. Bagian tubuh yang sering membasah dikarenakan
keringat atau air kencing, dan yang terus-menerus mendapat tekanan merupakan
predileksi crazy pavement dermatosis,seperti di punggung, pantat, sekitar vulva, dan
sebagainya. Perubahan kulit lainnya seperti kulit kering dengan garis kulit yang
mendalam, luka yang mendalam tanpa tanda-tanda inflamasi. Kadang-kadang pada kasus
yang sangat lanjut ditemui petechiae tanpa trombositopenia dengan prognosis yang buruk
bagi si penderita.
i. Pembesaran hati
Termasuk gejala yang sering ditemukan. Kadang-kadang batas hati terdapat setinggi
pusar. Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal pada rabahan
dengan permukaan yang lici dan pinggir yang tajam. Sediaan hati demikian jika dilihat
dibawah mikroskop menunjukkan, bahwa banyak sel hati terisi dengan lemak. Pada
kwashiorkor yang relatif ringan infiltrasi lemak itu terdapat terutama di segi taga Kirnan,
lebih berat penyakitnya lebih banyak sel hati yang terisi dengan lemak, sedangkan pada
yang sangat berat perlemakan terdapat pada hamper semua sel hati. Adakalanya terlihat
juga adanya fibrosis dan nekrosis hati.
j. Anemia
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita demikian. Bilamana kwashiorkor disertai
oleh penyakit lain, terutama ankylostomiasis, maka dapat dijumpai anemia yang berat.
Jenis anemia pada kwashiorkor bermacam-macam, seperti normositik normokrom,
mikrositik hipokrom, makrositik hiperkrom, dan sebagainya. Perbedaan macam anemia
pada kwashiorkor dapat dijelaskan oleh kekurangan berbagai faktor yang mengiringi
kekurangan protein, seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, tembaga,
insufisiensi hormone, dan sebagainya. Macam anemia yang terjadi menunjukkan faktor
mana yang lebih dominan. Pada pemeriksaan sumsum tulang sering ditemukan
mengurannya sel system eripoitik. Hipoplasia atau aplasia sumsum tulang demikian
disebabkan terutama oleh kekurangan protein dan infeksi menahun.
Ada hipotesis mengatakan bahwa pada penyakit kwashiorkor tubuh tidak dapat
beradaptasi terhadap keadaan baru yang disebabkan oleh kekurangan protein maupun
energi. Oleh sebab itu banyak perubahan biokimiawi dapat ditemukan pada penderita
kwashiorkor
2. Marasmus:
a. Penampilan
Muka seorang penderita marasmus menunjukkan wajah seorang tua. Anak terlihat sangat
kurus (vel over been) karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya. 2
b. Perubahan mental
Anak menangis, juga setelah mendapat makan oleh sebab masih merasa lapar. Kesadaran
yang menurun (apati) terdapat pada penderita marasmus yang berat.
Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor disebabkan kehilangan banyak lemak
dibawah kulit serta otot-ototnya.
Walaupun tidak sering seperti pada penderita kwashiorkor, adakalanya tampak rambut
kering, tipis dan mudah rontok.
f. Otot-otot
g. Saluran pencernaan
h. Jantung
i. Tekanan darah
Pada umummnya tekanan darah penderita lebih rendah dibandingkan dengan anak sehat
seumur.
j. Saluran nafas
3. Marasmus Kwasiorkhor
F. Pemeriksaan Penunjang
Marasmus Kwasiorkhor memiliki pemeriksaan penunjang sebagai berikut (Nurarif, A.H. &
Kusuma, H., 2015):
1. Pemeriksaan darah: albumin, globulin, protein total, elektrolit serum, biakan darah
2. Pemeriksaan urine: urine lengkap dan kultur urin
3. Uji faal hati
4. EKG
5. X foto paru
6. Konsul THT: adanya otitis media
7. Pemeriksaan fisik, ukur TB dan BB
8. Hitung IMT
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Depkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 fase yang harus dilalui
yaitu fase stabilisasi ( Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 14), fase rehabilitasi (Minggu ke 3
6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 26). Dimana tindakan pelayanan terdiri dari 10 tindakan
pelayanan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA