Anda di halaman 1dari 21

BAB 7

PERPAJAKAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

KOMPETENSI DASAR
3.7 Menganalisis perpajakan dalam pembangunan ekonomi
4.7 Menyajikan hasil analisis fungsi dan peran pajak dalam pembangunan ekonomi

PETA KONSEP
Dengan mengamati peta konsep dapat memudahkan mempelajari dari bab ini tentang perpajakan
dalam pembangunan ekonomi dari macam pajak sampai perhitungan pajak PPN, PPh dan PBB

Subyek Domisili Yuridis Pihak pemungut pajak


Obyek Sumber Adil Penanggung pajak
Tarif Kebangsaan Ekonomis Sifat pajak
Finansial sederhana

Asas Pemungutan Syarat Pemungutan

Unsur pajak PAJAK Penjenisan pajak

Peranan Pajak Manfaat Pajak Fungsi Pajak Cara pemungutan pajak

Ditinjau dari Membiayai


Meliputi Dilakukan dengan cara

Pembiayaan Selft Liquiditing Pendapatan Negara Official Assessment


pembangunan Reproduktif Alokasi Selft Assessment
Urat nadi Tidak selt liquiditing Distribusi With Holding
persekonomian negara & Reproduktif Regulasi/Stabilisasi
Landasan Kebijakan Tidak produktif
Penentu
kemajuan/kemunduran
Menciptakan
masyarakat adil dan
makmur

1
Kata Kunci:
1. Wajib pajak 4. Tarif pajak 7. Sistem pemungutan pajak
2. . Subyek pajak 5. Pajak Pertambahan Nilai 8. Fungsi pajak
3. Obyek pajak 6. Pajak Bumi dan Bangunan 9. Penerimaan lain bukan pajak
10. pajak terutang 11. Pendapatan tidak kena pajak 12. Official assesment

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan dapat:
1. Mendiskripsikan pengertian pajak.
2. Mengidentifikasi unsur-unsur pajak.
3. Mengidentifikasi jenis-jenis pajak.
4. Menjelaskan sistem pemungutan pajak.
5. Mendiskripsikan fungsi pajak.
6. Mendiskripsikan asas pemungutan pajak
7. Mendiskripsikan syarat pemungutan pajak
8. Mendiskripsikan peranan pajak dalam perekonomian
9. Menjelaskan manfaat pajak dalam perekonomian
10. Mengidentifikasi pungutan resmi selain pajak.
11. Menghitung pajak pertambahan nilai.
12. Menghitung pajak penghasilan.
13. Menghitung pajak bumi dan bangunan.

PENDAHULUAN
Gambar 7.1

Gambar orang-orang yang sedang antri di depan kantor pelayanan pajak

Membayar pajak adalah merupakan kewajiban setiap wajib pajak, sebab pajak merupakan unsur
utama sebagai penerimaan negara untuk membiayai pembangunan. Coba anda amati gambar di
atas dari sekelompok orang yang sedang antri di depan kantor pelayanan pajak. Setelah
mengamati berilah suatu simpulan atau diskripsi menurut anda apa yang terpikir oleh anda.
Pertanyaan-pertanyaan apakah yang akan muncul dari diri anda dari hasil pengamatan gambar
tersebut ?. Dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari diri anda cobalah anda jawab menurut
anda sendiri.Jika anda ingin lebih mengetahui tentang masalah tersebut pelajarilah
pengembangan konsep berikut ini!

2
PENGEMBANGAN KONSEP
Jika kita bicara soal pajak maka kita harus memahami terlebih dahulu tentang
kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka memperbaiki kondisi perekonomian yang lebih baik dengan mengubah
penerimaan dan pengeluaran negara atau juga kebijakan yang terkait dengan anggaran. Pajak
merupakan salah satu instrumen dalam kebijakan fiskal.
Ada pepatah yang mengatakan orang yang bijak adalah orang yang taat membayar
pajak. Jika kita perhatikan APBN tahun anggaran 2013 maka pajak merupakan sumber
penerimaan yang terbesar dibandingkan sumber penerimaan yang lainnya.
Dalam bab ini kita akan membahas tentang pajak yang lebih rinci tentang pengertian
pajak,unsur-unsur pajak, jenis-jenis pajak, sistem pemungutan pajak, fungsi pajak, pungutan
resmi lain selain pajak serta bagaimana menghitung pajak pertambahan nilai, pajak
penghasilan dan pajak bumi dan bangunan.

Gambar : 7.2.

Gambar iklan dalam bentuk bill board oleh kementerian keuangan.

keterangan Gambar : Hari gini tidak membayar pajak apa kata dunia

A. PENGERTIAN PAJAK
Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara
berdasarkan undang-undang tanpa adanya balas jasa secara langsung yang diterima oleh
pembayar pajak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara.
2. Pajak yang dipungut oleh negara harus dilandasi undang-undang, hal ini berarti
pemerintah harus menyiapkan undang-undang terlebih dahulu sebelum memungut
pajak dari masyarakat.
3. Masyarakat yang membayar pajak tidak diberikan imbalan balas jasa secara langsung
oleh negara, tetapi masyarakat dapat menikmati infrastruktur yang dibangun oleh
negara.
4. Membayar pajak dapat dipaksakan kepada wajib pajak, artinya jika ada wajib pajak
yang tidak membayar pajak dapat dituntut hukum karena melanggar undang-undang.

B. FUNGSI , MANFAAT, DAN TARIF PAJAK.

FUNGSI PAJAK

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, untuk APBN tahun 2013
sebesar Rp.1193,0 T dari total penerimaan negara sebesar Rp.1529,7 T. Sumber
penerimaan ini akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan selama satu
tahun anggaran. Oleh sebab itu agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaannya
perlu diperhatikan sesuai dengan fungsinya antara lain:
1. Sumber Pendapatan Negara (Fungsi Budgeter)

3
Fungsi ini menunjukan bahwa pajak sebagi sumber penerimaan negara akan digunakan
untuk membiayai seluruh pengeluaran negara termasuk untuk membiayai
pembangunan.
2. Sarana Pemerataan Pendapatan (Fungsi Distribusi)
Fungsi ini terlihat bahwa pajak yang dipungut dari wajib pajak sesuai dengan
kemampuan wajib pajak artinya wajib pajak yang mampu akan membayar pajak yang
lebih tinggi dibandingkan yang kurang mampu, bahkan kalau yang tidak mampu bebas
dari membayar pajak. Kemudian hasil dari pajak akan digunakan untuk membangun
sarana umum yang bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat baik yang mampu maupun
tidak mampu hal inilah yang menunjukan fungsi distribusi.
3. Fungsi Alokasi
Pajak yang dibayarkan masyarakat digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh negara, oleh sebab itu pemerintah sudah mengalokasikan anggaran
tersebut kepada seluruh Kementerian dan Lembaga Tinggi Negara, sehingga masing-
masing Kementerian dan Lembaga Tinggi Negara dapat menggunakan sesuai dengan
aturan yang berlaku.
4. Pengatur Kegiatan Ekonomi (Fungsi Regulasi)
Pajak merupakan alat untuk mengatur kegiatan ekonomi melalui kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi dan sosial, tujuannya adalah untuk menciptakan kesejahteraan
masyarakat yang semakin meningkat. Fungsi regulasi ini dalam rangka menciptakan
kondisi stabilitas ekonomi sehingga fungsi regulasi disebut juga fungsi stabilisasi
ekonomi .Dapat diberikan beberapa contoh penerapan fungsi ini misalnya:
a. Jika negara sedang mengalami inflasi untuk mengatasinya pemerintah dapat
mengeluarkan kebijakan fiskal yaitu dengan menaikan pajak sehingga dapat
mengurangi pengeluaran masyarakat sehingga terjadi penurunan permintaan
secara agregat dengan demikian harga akan turun kembali. Sebaliknya jika negara
sedang mengalami deflasi maka pemerintah dapat menurunkan pajak sehingga
kebijakan ini mengakibatkan harga turun dan permintaan agregat naik kembali.
b. Jika masyarakat terlihat konsumtif maka pemerintah dapat mengambil kebijakan
untuk menaikkan pajak penjualan barang mewah, sehingga dapat mengurangi sikap
hidup konsumtif.
c. Jika suatu negara sedang mengalami defisit neraca pembayarannya karena sektor
ekspor yang sangat tersendat, maka pemerintah dapat mengenakan pajak ekspor
0% dengan demikian harga barang ekspor sangat murah sehingga dapat bersaing
dengan produk luar negeri yang akhirnya dapat meningkatkan ekspor.

Gambar : 7.3.

Gambar bandara Suta dengan segala aktivitasnya


Keterangan gambar: Pembangunan bandara Suta dibiayai dengan dana APBN
dibawah kewenangan Kementrian perhubungan sesuai dengan fungsi alokasi
pajak.

MANFAAT PAJAK

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar di Indonesia. Tentunya sangat
besar manfaatnya untuk membiayai seluruh kegiatan kenegaraan. Adapun manfaat pajak
dapat diuraikan sebagai berikut:

4
1. Membiayai pengeluaran-pengeluaran negara seperti pengeluaran yang bersifat self
liquiditing (contohnya adalah pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor)
2. Membiayai pengeluaran reproduktif (pengeluaran yang memberikan keuntungan
ekonomis bagi masyarakat seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian)
3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan tidak reproduktif
(contohnya adalah pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi)
4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif (contohnya adalah pengeluaran untuk
membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di
masa yang akan datang yaitu pengeluaran untuk anak yatim piatu).

Gambar : 7.4

Gambar gedung milik kementrian keuangan dengan segala aktifitasnya


Keterangan gambar : Hasil pembangunan ini merupakan salah satu manfaat dari
pajak.

TARIF PAJAK

Tarif pajak biasanya ditentukan dengan % (prosentase) yang besarnya sesuai dengan
ketentuan undang-undang. Macam-macam tarif pajak yang kita kenal antara lain:
1. Tarif tetap yaitu tarif pajak yang dikenakan terhadap obyek pajak yang jumlahnya tetap
dengan jumlah rupiah tertentu yang tidak tergantung pada jumlah obyek pajak.
Misalnya bea meterai sebesar Rp.6.000,00
Contoh
No Obyek Pajak Jumlah pajak
1 Rp.3.000.000,00 Rp.500.000,00
2 Rp.4000.000,00 Rp.500.000,00
3 Rp.5.000.000,00 Rp.500.000,00

2. Tarif pajak proporsional yaitu tarif pajak yang dikenakan dengan % yang tetap terhadap
jumlah obyek pajak tertentu. Misalnya PPN
Contoh
No Obyek pajak % Tarif Besarnya pajak
1 Rp.5.000.000,00 10% Rp.500.000,00
2 Rp.6.000.000,00 10% Rp.600.000,00
3 Rp.7.000.000,00 10% Rp.700.000,00
4 Rp.8.000.000,00 10% Rp.800.000,00
5 Rp.9.000.000,00 10% Rp.900.000,00

3. Tarif pajak progresif yaitu tarif pajak yang dikenakan dengan % yang semakin tinggi jika
obyek pajaknya juga tinggi. Atau dengan istilah lain semakin tinggi obyek pajak maka
tarif pajak juga semakin tinggi. Misalnya Pajak penghasilan PPh

5
Contoh
Tarif Pajak Penghasilan sesuai UU NO. 36 TAHUN 2008 (Pribadi)
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Pajak
1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
2 Di atas Rp.50.000.000,00 Rp.250.000.000,00 15%
3 Di atas Rp.250.000.000,00 Rp.500.000.000,00 25%
4 Di atas Rp.500.000.000,00 30%

4. Tarif pajak regresif/degresif yaitu tarif pajak yang dikenakan semakin turun jika obyek
pajaknya semakin tinggi.
Contoh
No Obyek pajak % Tarif Besarnya pajak
1 Rp.5.000.000,00 10% Rp.500.000,00
2 Rp.6.000.000,00 9% Rp.540.000,00
3 Rp.7.000.000,00 8% Rp.560.000,00
4 Rp.8.000.000,00 7% Rp.560.000,00
5 Rp.9.000.000,00 6% Rp.540.000,00
Gambar : 7.5.

Gambar gedung kantor pelayanan pajak


Ket gambar: Pajak merupakan pendapatan negara yang terbesar

C. PERBEDAAN PAJAK DENGAN PUNGUTAN RESMI LAINNYA.

Selain pemerintah memungut pajak juga memungut pungutan resmi lainya selain pajak.
Pungutan resmi lain juga merupakan sumber penerimaan bagi negara diantaranya:
1. Retribusi.
Retribusi merupakan pungutan resmi yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Retribusi ini biasanya didasarkan oleh peraturan daerah (Perda) dimana masyarakat
mempunyai kewajiban membayarnya dengan imbalan secara langsung dari
pemerintah, Misalnya retribusi kebersihan, parkir, jalan tol,jasa pelabuhan dsb.
Imbalan yang diterima oleh masyarakat yang membayar retribusi kebersihan adalah
dengan dilayaninya tentang pengambilan sampah oleh pemerintah daerah sehingga
lingkungannya menjadi bersih.
2. Iuran
Yaitu pungutan resmi yang dilakukan oleh pemerintah yang mendapatkan balas jasa
imbalan secara langsung yang diberikan oleh pemerintah, misalnya iuran keamanan.
3. sumbangan Wajib
yaitu sumbangan yang dibayarkan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga tertentu
dimana pihak yang membayar tidak mendapatkan balas jasa secara langsung, misalnya
sumbangan PMI, sumbangan PON dsb.
4. Bea Ekspor dan Impor
Yaitu pungutan yang dikenakan terhadap barang ekspor maupun impor melalui pabean
di seluruh Indonesia pada saat barang tersebut diimpor atau diekspor.
5. Cukai

6
Yaitu iuran yang ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah terhadap barang-
barang tertentu, misalnya cukai tembakau, cukai minuman beralkohol.

Perbedaan Pajak dengan pungutan resmi lainnya


No. Pajak Pungutan resmi lainnya
1 Berdasarkan Undang-undang Berdasarkan peraturan daerah (Perda)
2. Iuran wajib kepada negara Pungutan resmi oleh pemerintah daerah
3 Tanpa diberikan imbalan kepada Mendapatkan imbalan secara langsung
wajib pajak
4 Pelanggaran wajib pajak bisa Pelanggar dapat dituntut hukum perdata
dituntut hukum pidana karena karena melanggar perda
melanggar UU

Gambar : 7.6
Gambar pos penjagaan parkir kendaraan
Keterangan gambar: parkir merupakan salah satu contoh pungutan resmi selain
pajak.

D. ASAS DAN SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK

ASAS PEMUNGUTAN PAJAK


Dalam pemungutan pajak terdapat beberapa asas yang harus diperhatikan yaitu:
1. Asas Domisili, yaitu cara pemungutan pajak yang didasarkan pada domisili (tempat
tinggal) wajib pajak. Wajib pajak yang bertempat tinggal di Indonesia, dikenakan pajak
atas segala pendapatan yang diperoleh di dalam maupun diluar negeri.
2. Asas Sumber, yaitu cara pemungutan pajak yang didasarkan pada sumber pendapatan.
misalnya, bila di Indonesia diadakan pertunjukan musik artis luar negeri, maka
pemerintah memungut pajak pendapatan tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib
pajak.
3. Asas Kebangsaan, yaitu cara pemungutan pajak yang tidak tergantung kepada
kebangsaan wajib pajak. Misalnya, pajak bangsa asing di Indonesia menetapkan bahwa
setiap orang yang tidak berkebangsaan Indonesia tetapi bertempat tinggal di Indonesia
dipungut pajak.

SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK


Agar dalam pemungutan pajak tidak terjadi hambatan-hambatan, maka pemungutan pajak
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Syarat Yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang, hal ini agar dapat memberikan
jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi negara maupun warganya.
2. Syarat Keadilan
Syarat keadilan dalam pemungutan pajak artinya sebagai berikut:
a). Adil dalam perundang-undangan, yaitu adil dalam pengenaan pajak secara umum
dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
b). Adil dalam pelaksanaannya yaitu dengan memberikan hak kepada wajib pajak
untuk mengajukan keberatan dan penundaan dalam pembayaran dan mengajukan
banding.
7
3. Syarat Ekonomis
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak tidak diperbolehkan memberatkan wajib pajak.
4. Syarat Finansial
Biaya pemungutan pajak harus efisien berarti lebih rendah dari pada hasil pemungutan
pajaknya.
5. Syarat Kesederhanaan
Sistem pemungutan pajak yang sederhana dan mudah akan mendorong masyarakat
untuk memenuhi kewajiban pajaknya.

Gambar : 7.7.

Gambar orang asing sedang membayar pajak di kantor pajak


Keterangan gambar: Orang asing yang bekerja di Indonesia dipungut pajak
sesuai azas kebangsaan dalam pemungutan pajak.

E. JENIS-JENIS PAJAK
Banyak sekali jenis pajak yang kita ketahui, namun jika kita golongkan berdasarkan sudut
pandang yang berbeda-beda pajak dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Menurut Pihak Yang Memungut Pajak.
Menurut pihak mana yang berwenang memungut pajak maka pajak dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Pajak negara atau sering disebut pajak pemerintah pusat yaitu pajak yang dipungut
oleh pemerintah pusat melalui kantor pelayanan pajak dibawah Direktorat Jendral
pajak Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Yang termasuk pajak negara
antara lain:
1). Pajak Penghasilan (PPh)
2). Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3). Pajak Penjualan (PPn)
4). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang akhir-akhir ini pengelolaannya diserahkan
kepada pemerintah daerah.
5). BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)

Gambar : 7.8

Gambar seseorang yang sedang mengisi format pajak penghasilan

Keterangan gambar: Setiap orang menjual tanah atau bangunan wajib


membayar pajak penghhasilan

b. Pajak daerah yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah misalnya PKB (Pajak
Kendaraan Bermotor), Pajak restoran dan lainnya.

2. Menurut Yang Menanggung Pajak


Menurut siapa yang menaggung pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pajak langsung yaitu pajak yang langsung ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain berdasarkan perundang-undangan pajak
8
yang berlaku. Pajak langsung misalnya Pajak penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang dapat dilimpahkan kepada pihak lain misalnya
PPN, pajak penjualan maupun cukai dari ketiga contoh tersebut pembayaran pajak
dilimpahkan kepada konsumen.
3. Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pajak subyektif yaitu pajak yang melihat dari subyeknya yaitu wajib pajak, misalnya
pajak penghasilan melihat siapa yang punya penghasilan, pajak bumi dan
bangunanmelihat siapa yang punya bumi dan bangunannya.
b. Pajak obyektif yaitu pajak yang melihat dari obyek pajaknya, misalnya pajak
pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan (PPn) yang menjadi obyek pajak adalah
pertambahan nilai suatu barang/jasa dan penjualan siapapun wajib pajaknya.

F. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DI INDONESIA


Secara umum sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara-negara di dunia dapat
menganut beberapa sistem yang ada. Ada tiga sistem yang dapat digunakan dalam
pemungutan pajak yaitu:
1. Official Assessment System
Yaitu merupakan sistem pemungutan pajak dimana perhitungan besarnya pajak
dihitung dan ditetapkan oleh pemerintah melalui kantor pelayanan pajak sampai
pembuatan surat pemberitahuan pajak terutang , sehingga wajib pajak tinggal
membayar.Dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif karena tinggal melakukan
pembayaran, misalnya PBB wajib pajak tinggal membayar pajak kalau SPPT sudah
dibagikan oleh kantor pelayanan pajak.
2. Self Assessment System
Yaitu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak diberikan kewenangan untuk
menentukan dan menghitung sendiri besarnya pajak yang terutang. disini wajib pajak
bersifat aktif untuk menghitung, melaporkan dan menyetor sendiri pajak yang
terutang, misalnya pajak penghasilan.
3. With Holding System
Yaitu sistem pemungutan pajak dimana untuk menghitung besarnya pajak terutang
dilakukan oleh pihak ketiga (bukan pemerintah dan bukan wajib pajak)

Menurut sejarah sistem pemungutan pajak yang pernah berlaku di Indonesia diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Sistem Official Assessment
Sistem ini dilaksanakan sampai tahun 1967. Pada sistem ini pemerintah atau negara
dalam hal ini Dirjen Perpajakan melalui kantor pelayanan pajak memiliki wewenang
untuk melakukan pemungutan pajak serta menentukan besarnya jumlah pajak
terutang baik untuk pribadi maupun badan usaha. Dalam sistem ini pemerintah melalui
kantor pelayanan pajak mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang merupakan
bukti timbulnya utang pajak bagi pribadi maupun badan usaha. Sistem ini diterapkan
dalam hal pelunasan PBB, dimana KPP akan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (STP)
mengenai besarnya PBB terutang setiap tahunnya.Sistem Official Assessment
mengakibatkan wajib pajak bersifat pasif sehingga menimbulkan kelemahan sebagai
berikut:
a). Wajib pajak sangat bergantung pada negara atau pemerintah melalui kantor
pelayanan pajak, sehingga menimbulkan kecenderungan wajib pajak kurang
9
bertanggung jawab dalam memikul beban negara yang pada hakekatnya adalah
untuk kepentingan sendiri dalam bermasyarakat dan bernegara.
b). Adanya kelemahan perundang-undangan yang lama karena memuat terlalu banyak
peraturan perpajakan yang justru membingungkan sistem pemungutannya.
c). Sistem pemungutan pajak yang sangat berbelit-belit.
d). Terlalu banyak ragam dan jenis pajak yang ada
2. Sistem Semi self Assessment System dan Whitholding System
Sistem ini pernah diberlakukan di Indonesia dari periode tahun 1968 1983. Sistem
Semi self Assessment System dilakukan dengan cara bahwa kewenangan dalam
menentukan besarnya pajak yang terutang ditentukan bersama oleh kedua belah pihak
yaitu wajib pajak dengan pihak negara melalui kantor pelayanan pajak. Dalam sistem
ini wajib pajak akan menghitung besarnya pajak terutang pada akhir tahun pajak,
kemudian pemerintah atau negara melalui kantor pelayanan pajak menetapkan
besarnya pajak terutang pada akhir tahun pajak. Sistem ini diterapkan dengan sistem
withholding yang pada saat itu dikenal dengan sebutan tata cara MPS MPO withholding
yaitu suatu sistem dimana wewenang dalam menentukan besarnya pajak yang
terutang diserahkan kepada pihak ketiga dan bukan pemerintah maupun wajib pajak.
Pada masa ini besarnya angsuran pajak ditentukan oleh wajib pajak bersama pihak ke
tiga berdasarkansuatu anggapan sedangkan pihak pemerintah melalui kantor
pelayanan pajak menentukan besarnya pajak terutang. Yang dimaksud pihak ke tiga
disini adalah Kantor Konsultan Pajak. Sistem ini diterapkan dalam penyampaian SPT
tahunan PPh baik untuk wajib pajak badan maupun pribadi. Sedangkan withholding tex
system diterapkan dalam mekanisme pemotongan/pemungutan PPh pasal 21, PPh
pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 26, PPH final pasal 4 (ayat 2), PPh pasal 15, dan PPN
3. Sistem Full Assessment System
Sistem ini di Indonesia dilaksanakan secara efektif pada tahun 1984 sampai sekarang,
atas dasar perombakan perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983.
Sistem Full Assessment System adalah suatu sistem di mana wajib pajak menghitung
dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang yang harus dilaporkan. Sistem ini
dilakukan dalam rangka memberi kepercayaan kepada wajib pajak, sehingga terjadi
peningkatan kesadaran dan peran serta wajib pajak dalam menyetorkan pajaknya.
Konsekwensi diberlakukan sistem ini berarti wajib pajak harus benar-benar mengetahui
tentang tata cara perpajakan seperti halnya bagaimana menghitung pajak, di mana
tempat membayar pajak, kapan harus membayar pajak, bagaimana jika terjadi
kesalahan dalam menghitung pajak dan sanksi apa yang akan diterima jika terjadi
pelanggaran-pelanggaran.

G. OBYEK DAN CARA PENGENAAN PAJAK.

Dari berbagai jenis pajak di Indonesia yang akan dipelajari yang akan dibahas hanya pajak
pertambahan nilai, pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan.
1. Pajak Pertambahan Nilai
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap pertambahan nilai suatu barang
yang telah melalui proses produksi.
a. Obyek Pajak Pertambahan Nilai
Yang termasuk obyek pajak pertambahan nilai antara lain:
(1) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak.
(2) Impor barang kena pajak
10
(3) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak
(4) Pemanfaatan barang tidak berwujud kena pajak dari luar daerah pabean ke
dalam daerah pabean.
(5) Ekspor barang-barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

Gambar : 7.9.

Gambar suasana bongkar muat di pelabuhan laut Tanjung Perak Surabaya

Keterangan gambar: Ekspor barang-barang dikenakan pajak pertambahan nilai


sesuai obyek pajak

b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai


Besarnya PPN adalah sebesar 10% dan besarnya PPN dapat diubah serendah-
rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%. Tarif barang ekspor adalah 0%. Tarif
PPnBM berdasarkan peraturan pemerintah ditetapkan10% dan setinggi-tingginya
75%. Tarif PPnBM yang berlaku saat ini adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 75%.
c. Contoh menghitung Pajak Pertambahan Nilai
Seorang pengusaha Bapak Tri Wahono mengimpor barang kena pajak dengan nilai
impor Rp.25.000.000,00. Barang impor tersebut dikenakan pajak atas penjualan
barang mewah dengan tarif 20 %. Barang tersebut diolah menjadi barang lain dan
dijual dengan harga Rp.75.000.000,00 kepada pihak lain dengan tarif atas 10% PPN
dan 30% atas PPnBM. Hitunglah pajak yang harus dibayar Pengusaha Tri Wahono!
Jawab:
Dasar pengenaan pajak Rp25.000.000,00
PPN = 10% x Rp.25.000.000,00 Rp.2.500.000,00
PPnBM = 20% x Rp.25.000.000,00 Rp.5.000.000,00
Pajak atas barang olahan yang telah terjual
Dasar pengenaan pajak Rp.75.000.000,00
PPN = 10% x Rp75.000.000,00 Rp.7.500.000,00
PPnBM = 30% x Rp.75.000.000,00 Rp.22.500.000,00

2. Pajak Penghasilan
Yaitu pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib pajak orang pribadi atau badan
dalam negeri yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya
dengan nama apapun.
a. Subyek Pajak Penghasilan
Subyek pajak penghasilan yaitu orang pribadi dan warisan yang belum dibagi serta
badan usaha yang berbentuk Firma, CV, PT, koperasi baik milik swasta maupun
BUMN.

b. Obyek Pajak Penghasilan


Sesuai dengan pasal 4 UU No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan yang
detentukan sebagai obyek pajak penghasilan adalah penghasilan-penghasilan
sebagi berikut:
(1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
11
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
(a). penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
(b). hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
(c). laba usaha;
(d). keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
(e). keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, perse kutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
(f). keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
(g). keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
(h). keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihakpihak yang bersangkutan; dan
(i). keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan;
(j). penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
(k). bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
(l). dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
(m). royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
(n). sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
(o). penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
(p). keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
(r). keuntungan selisih kurs mata uang asing;
(s). selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
(t). premi asuransi;
(u). iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
(v). tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
(w). penghasilan dari usaha berbasis syariah;
(x). imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
12
(y). surplus Bank Indonesia.

Gambar : 7.10.
Gambar karyawan perusahaan sedang mengisi format pajak

Keterangan gambar: Laba usaha termasuk obyek pajak penghasilan

(2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:


(a). penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
(b). penghasilan berupa hadiah undian;
(c). penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal ventura;
(d). penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha

c. Penghasilan Tidak Kena pajak (PTKP)


Penghasilan tidak kena pajak adalah sejumlah penghasilan yang dibebaskan darin
pungutan pajak. Menurut UU No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan PTKP
nya adalah sebagai berikut:
No Keterangan PTKP Keterangan
1 Wajib Pajak Rp.15.840.000,00 WP ybs
2 WP Kawin Rp.1.320.000,00 Istri
3 Anak (mak 3) Rp.1.320.000,00 Per anak

Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut UU No. 36/2008 Menurut Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 162/KMK.011/2012 yang mulai
diberlakukan mulai bulan januari 2013

No Keterangan PTKP
1 Wajib Pajak Rp.24.300.000,00 Tidak kawin
2 WP Kawin Rp.2.025.000,00 Istri tidak bekerja
3 Anak/orang Rp.2.025.000,00 Maksimal 3 anak

Pada tahun 2015 dikeluarkan Peraturan Mentreri Keuangan RI nomor


122/PMK.010/2015 tentang berlakunya PTKP yang baru mulai tahun 2015 sebzgzi
berikut:
No Keterangan PTKP
1 Wajib Pajak Rp.36.000.000,00 Tidak kawin
2 WP Kawin Rp.3.000.000,00 Istri tidak bekerja
3 Anak/orang Rp.3.000.000,00 Maksimal 3 anak
4 Istri bekerja Rp.36.000.000,00

13
d. Tarif Pajak Penghasilan
1). Tarif pajak penghasilan menurut UU No 36 tahun 2008 untuk pribadi adalah
sebagi berikut:
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
2 Di atas Rp.50.000.000,00 Rp.250.000.000,00 15%
3 Di atas Rp.250.000.000,00 Rp.500.000.000,00 25%
4 Di atas Rp.500.000.000,00 30%

2). Tarif pajak badan.


o Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar
28% (dua puluh delapan persen).
o Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh
lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
o Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang
paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham
yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat
memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur
dengan atauberdasarkan Peraturan Pemerintah.

Gambar : 7.11.

Gamar bangunan pabrik


Keterangan gambar: Perusahaan merupakan salah satu subyek pajak
penghasilan badan usaha

e. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan


1. Pak Didin bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan pengha silan bersih
Rp.300.000.000,00 pertahun Ia memiliki istri dan 2 orang anak. Hitunglah
besarnya pajak terutang Pak Didin berda sarkan tarif pajak UU no 36 tahun 2008
dan KTKP Menurut Kepu tusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
62/KMK.011/2012
JAWAB;
Penghasilan bersih Rp.300.000.000,00
(PTKP)
- Wajib pajak Rp.24.300.000,00
- Kawin Rp.2.025.000,00
- Anak (2 orang) Rp.4.050.000,00 +
Jumlah PTKP Rp.30.375.000,00
Pendapatan Kena Pajak (PKP) Rp.269.625.000,00
Pajak Terutang
5% x Rp.50.000.000,00 = Rp.2.500.000,00
15% x Rp.200.000.000,00 = Rp.30.000.000,00
25% x Rp.19.625.000,00 = Rp4.906.250,00 +
Pajak terutang = Rp.37.406.250,00

14
2. Pak Didin bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan penghasilan bersih
Rp.300.000.000,00 pertahun. Ia memiliki istri yang bekerja dengan penghasilan
Rp250.000.000,00 setahun dan 2 orang anak. Hitunglah besarnya pajak terutang
Pad Didin jika penghasilan istri digabung !
JAWAB:
Penghasilan suami Rp.300.000.000,00
Penghasilan istri Rp.250.000.000,00 +
Total penghasilan Rp.550.000.000,00
PTKP:
- Wajib pajak Rp.24.300.000,00
- Kawin Rp.2.025.000,00
- Anak (2 orang) Rp.4.050.000,00
- Pendapatan istri digabung Rp.24.300.000,00
Total PTKP Rp.54.675.000,00 (-)
Pendapatan Kena Pajak Rp.495.325.000,00
Pajak Terutang:
5% x Rp.50.000.000,00 = Rp.2.500.000,00
15% x Rp.200.000.000,00 = Rp.30.000.000,00
25% x Rp.245.325.000,00 = Rp.61.331.250,00 +
Pajak Terutang = Rp.93.831.250,00

PT A mempunyai laba usaha sebesar Rp.30.000.000.000,00 dalam tahun buku 2012,


Perusahaan tersebut telah menjual sahamnya di BEI sebanyak 50%. Hitunglah
besarnya pajak PTA tahun buku 2012 !
Jawab:
Tarif pajak badan usaha tarif tunggal sebesar 28%.
Mulai tahun 2010 ditetapkan menjadi 25%
Jika perusahaan telah menjual saham di PT Bursa Indonesia minimal 40% maka
diberikan pengurangan 5%.
Dengan demikian besarnya pajak terutang PT A adalah:
(25% - 5%) = 20% x Rp.30.000.000.000,00 = Rp.6.000.000.000,00

3. Pajak Bumi dan Bangunan

Dengan diberlakukan undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah per 1 Januari 2010. Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan
perkotaan atau (P2) menjadi pajak daerah yang kewenangan pemungutannya berada
pada pemerintah daerah. Sementara PBB sektor perkebunan, perhutanan dan
pertambangan (P3) masih tetap menjadi pajak pusat. Pajak Bumi dan Bangunan
pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki atau
dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan.
a. Nilai Jual Obyek Pajak
Yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli nilai jual obyek pajak
ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek yang sejenis, atau nilai
perolehan baru, atau nilai jual obyek pajak pengganti. Karena PBB sektor pedesaan
dan perkotaan sudah menjadi pajak daerah maka kewenangan dalam menentukan
besarnya NJOP ada pada pemerintah daerah.

15
Gambar : 7.12.

Gambar masyarakat yang sedang antri membayar pajak PBB


1. Keterangan Gambar : Pajak Bumi dan Bangunan merupakan contoh sistem
pemungutan pajan Official Assessment System

b. Tarif Pajak PBB


Pada waktu Pajak Bumi dan Bangunan masih menjadi pajak pemerintah pusat maka
tarif pajaknya ditentukan oleh pemerintah pusat yaitu sebesar 0,5% dari nilai jual
kena pajak. Setelah PBB setor pedesaan dan perkotaan (P2) menjadi pajak daerah
maka daerah mempunyai kewenangan dalam menentukan tarif PBB sehingga tarif
PBB antara daerah yang satu dengan daerah lainya akan terjadi perbedaan tarif.
c. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak.
Yaitu NJOP yang terbebas dari pajak sehingga dipergunakan untuk mengurangi nilai
jual obyek pajak sebelum dihitung pajaknya . Nilai Jual Obyek Pajak yang selama ini
berkisar antara Rp.8.000.000,00 sampai dengan Rp.12.000.000,00. Dengan adanya
perubahan PBB dari Pajak pusat menjadi pajak daerah maka tidak tertutup
kemungkinan masing-masing daerah akan menentukan NJOP-TKP masing-masing.
Jika wajib pajak mempunyai beberapa obyek pajak maka yang diberikan
pengurangan NJOP-TKP hanya satu obyek pajak yang nilainya tertinggi.
d. Contoh Perhitungan PBB
Pada prinsipnya perhitungan PBB sama seperti masih menjadi pajak pemerintah
pusat. Jika terjadi perbedaan hanya sebatas pada nilai NJOP-TKP dan tarif pajak
yang ditetukan oleh pemerintah daerah masing-masing. Dalam contoh di sini kita
akan gunakan contoh perhitungan PBB yang lama, sehingga dalam praktiknya nanti
disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

Gambar : 7.13.

Gambar format Pajak Bumi dan Bangunan

Keterangan gambar: Menentukan nilai jual obyek pajak dslsm PBB dilakukan oleh
pemerintah.

Contoh:
Bapak Sucahyo mempunyai sebidang tanah beserta bangunannya dengan luas
tanah 400 m2 dan luas bangunan 150 m2 . NJOP tanah Rp.800.000,00 per m2 dan
bangunan Rp.250.000,00 per m2 . Jika NJOP-TKP ditetapkan sebesar
Rp.12.000.000,00 maka hitunglah besarnya PBB terutang Bapak Sucahyo !
Jawab:
NJOP tanah = 400 x Rp.800.000,00 = Rp.320.000.000,00
NJOP bangunan = 150 x Rp.250.000,00 = Rp. 37.500.000,00
NJOP sebagi dasar perhitungan pajak = Rp.357.500.000,00
Nilai Jual Tidak Kena Pajak (NJOP-TKP) = Rp. 12.000.000,00 (-)
= Rp.345.500.000,00
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) = 20% x Rp.345.500.000,00 = Rp.69.100.000,00
PBB terutang = 0,5% x Rp.69.100.000,00 = Rp.345.500,00

16
Keterangan:
1. Dalam perhitungan PBB karena untuk sektor pedesaan dan sektor perkotaan sudah
menjadi pajak daerah maka ketentuan tarif pajak maupun NJOP-TKP harus
menyesuaiakan dengan peraturan daerah masing-masing
2. Cara perhitungan masih sama dengan ketentuan dalam perhitungan PBB yang
terdahulu.
3. PPHTB yang diberlakukan sekarang adalah 2,5%

17
EKONOMIKA

BTN masuk 10 BUN pembayar pajak terbesar

Selasa, 25 Maret 2014 20:27 WIB | 2576 miliar.


Views Maryono menambahkan sumber
Jakarta (ANTARA News) - PT Bank pembayaran pajak Bank BTN tahun 2013
Tabungan Negara Persero Tbk (BTN) terbesar diperoleh dari pungutan PPh Final
mendapat penghargaan sebagai 10 BUMN dengan jumlah pungutan sebesar Rp567
pembayar pajak terbesar di wilayah Kantor miliar.
Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar
IV dengan setoran pajak tahun 2013 sebesar Sumber berikutnya adalah pungutan PPh
Rp1,16 triliun. Badan sebesar Rp398 miliar dan PPh Pasal
21 sebesar Rp139 miliar, sedangkan sisanya
Pemberian penghargaan diserahkan dari pungutan PPh lainnya.
langsung oleh Kepala KPP Wajib Pajak
Besar IV, Suwarno kepada Dirut BTN Sementara itu, Kepala KPP Wajib Pajak
Maryono yang juga disaksikan Kepala Besar IV Suwarno mengatakan BTN
Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, Sigit merupakan Wajib Pajak tahun 2013 yang
Prihadi Pramudito di Kantor Pusat BTN masuk dalam 10 pembayar pajak terbesar.
Jakarta, Selasa.
"BTN berada di urutan kedelapan, dan
Dirut Bank BTN Maryono mengatakan diharapkan di tahun depan setoran pajaknya
penghargaan yang diberikan merupakan meningkat seiring dengan pertumbuhan
kebanggaan bagi perusahaan sebagai kinerja keuangan perusahaan," ujar
korporasi pembayar pajak yang baik dan Suwarno.
benar.
Menurut dia, KPP WP Besar Wilayah IV
"Ini tentu merupakan bukti bahwa BTN mendapat target pemungutan setoran pajak
dalam operasionalnya telah menjalankan sebesar Rp50,4 triliun, namun realisasinya
tata kelola perusahaan (GCG) karena mencapai Rp52,8 triliun.
dilakukan secara transparan dan akuntabel,"
kata Maryono. "Pencapaian KPP WP Besar Wilayah IV
melampaui target sebesar 102,19 persen.
Berdasarkan data per 31 Desember 2013, Tentu pencapaian tersebut terealisasi berkat
Bank BTN menyetor pajak sebesar Rp1,16 perusahaan seperti BTN yang performa
triliun, meningkat dibanding tahun 2012 keuangannya terus meningkat," ujarnya.(*)
sebesar Rp1,01 triliun, sementara tahun
2011 total pajak yang disetor sebesar Rp955

18
H. RANKUMAN
1. Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara
berdasarkan undang-undang tanpa adanya balas jasa secara langsung yang diterima
oleh pembayar pajak.
2. Unsur pajak terdiri dari subyek pajak, obyek pajak dan tarif pajak.
3. Jenis pajak bisa dibedakan menurut pihak yang memungut, yang menanggung pajak
dan menurut sifatnya.
4. Sistem pemungutan pajak terdapat 3 sistem yaitu official assessment sistem, self
assessment sistem dan with holding sistem
5. Fungsi pajak terdapat 4 yaitu fungsi anggaran/budgeter, distribusi, alokasi dan fungsi
regulasi atau stabilisasi.
6. Asas pemungutan pajak ada 3 yaitu asas domisili, asas sumber dan asas kebangsaan.
7. Syarat pemungutan pajak terdiri dari syarat yuridis, keadilan,ekonomis, finansial, dan
syarat kesederhanaan.
8. Manfaat pajak adalah merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar di
Indonesia. Tentunya sangat besar manfaatnya untuk membiayai seluruh kegiatan
kenegaraan.
9. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan (contoh: pembayaran pajak reklame,
pajak banner, pajak billboard, dan lain-lain) karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan.
10. Selain pemerintah memungut pajak juga memungut pungutan resmi lainya selain
pajak. Pungutan resmi lain juga merupakan sumber penerimaan bagi negara
diantaranya: retribusi, iuran, sumbangan wajib, bea ekspor dan impor serta cukai.
11. Ada beberapa istilah yang terkait dengan pajak yang harus dipahami antara lain: wajib
pajak, masa pajak, nomor pokok wajib pajak, surat setoran pajak, surat pemberitahuan,
dan surat tagihan pajak
12. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap pertambahan nilai suatu barang yang
telah melalui proses produksi
13. Obyek dari pajak pertambahan nilai antara lain: penyerahan barang kena pajak, impor
barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak dan ekspor barang kena pajak
14. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Besarnya PPN adalah sebesar 10% dan besarnya PPN dapat diubah serendah-rendahnya
5% dan setinggi-tingginya 15%.
15. Tarif barang ekspor adalah 0%. Tarif PPnBM berdasarkan peraturan pemerintah
ditetapkan10% dan setinggi-tingginya 75%. Tarif PPnBM yang berlaku saat ini adalah
10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 75%.
16. Pengertian Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib pajak
orang pribadi atau badan dalam negeri yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lainnya dengan nama apapun.
17. Subyek Pajak Penghasilan yaitu orang pribadi dan warisan yang belum dibagi serta
badan usaha yang berbentuk Firma, CV, PT, koperasi baik milik swasta maupun BUMN.
18. Obyek Pajak Penghasilan sesuai dengan pasal 4 UU No 36 tahun 2008 tentang pajak
penghasilan.

19
19. Tarif Pajak Penghasilan menurut UU No 36 tahun 2008 untuk pribadi adalah sebagi
berikut:
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
2 Di atas Rp.50.000.000,00 Rp.250.000.000,00 15%
3 Di atas Rp.250.000.000,00 Rp.500.000.000,00 25%
4 Di atas Rp.500.000.000,00 30%
20. Tarif pajak badan Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah
sebesar 28% (dua puluh delapan persen).
21. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima
persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
22. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit
40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya
dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan
atauberdasarkan Peraturan Pemerintah.
23. Pajak Bumi dan Bangunan dengan diberlakukan undang-undang nomor 28 tahun 2009
tentang pajak daerah dan retribusi daerah per 1 Januari 2010. Pajak Bumi dan
Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan atau (P2) menjadi pajak daerah yang
kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah daerah.
24. Sementara PBB sektor perkebunan, perhutanan dan pertambangan (P3) masih tetap
menjadi pajak pusat.
25. Tarif Pajak PBB setelah PBB setor pedesaan dan perkotaan (P2) menjadi pajak daerah
maka daerah mempunyai kewenangan dalam menentukan tarif PBB sehingga tarif PBB
antara daerah yang satu dengan daerah lainya akan terjadi perbedaan tarif.
26. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak yaitu NJOP yang terbebas dari pajak sehingga
dipergunakan untuk mengurangi nilai jual obyek pajak sebelum dihitung pajaknya.
NJOP TKP ini ada perbedaan antara daerah yang satu dan daerah lainnya.

I. PENGAYAAN
Jika kita perhatikan dari undang-undang yang mengatur perpajakan ke undang-undang
perpajakan yang lain terdapat perubahan pendapatan tidak kena pajak.
Perkembangan tersebut terkait dengan perkembangan tingkat perekonomian serta adanya
faktor inflasi. Jika kita lihat besarnya pendapatan tidak kena pajak (PTKP) yang terdapat
dalam UU No 17 tahun 2000 besarnya PTKP adalah sebagai berikut:
No Keterangan PTKP Keterangan
1 Wajib Pajak Rp.2.880.000,00 WP ybs
2 WP Kawin Rp.1.440.000,00 Istri
3 Anak (mak 3) RP.1.440.000,00 Per anak

Kemudian beberapa waktu kemudian terjadilah perubahan PTKP sesuai dengan


Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 564/KMK/03/2004
No Keterangan PTKP
1 Wajib Pajak Rp.12.000.000,00 Tidak kawin
2 WP Kawin Rp.17.160.000,00 Istri
3 Anak (mak 3) Rp.1.320.000,00 Per anak

20
Pada tahun 2008 terjadilah perubahan UU perpajakan yaitu UU Nomor 36 tahun 2008
sebagai pengganti UU No. 17 tahun 2000. Dengan perubahan UU tersebut terjadilah
perubahan PTKP sebagai berikut:
Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut UU No. 36/2008
No Keterangan PTKP
1 Wajib Pajak Rp.15.840.000,00 Tidak kawin
2 WP Kawin Rp.17.160.000,00 Rp.15.840.000 + Rp.1.320.000
3 Anak Rp.1.320.000,00 Maksimal 3 orang

Pada tahun 2012 keluarlah Keputusan Mentreri Keuangan Republik Indonesia No.
162/KMK.011/2012 untuk merubah PTKP sebagai berikut:
No Keterangan PTKP
1 Wajib Pajak Rp.24.300.000,00 Tidak kawin
2 WP Kawin Rp.2.025.000,00 Istri tidak bekerja
3 Anak/orang Rp.2.025.000,00 Maksimal 3 anak

Pada tahun 2015 dikeluarkan Peraturan Mentreri Keuangan RI nomor 122/PMK.010/2015


tentang berlakunya PTKP yang baru mulai tahun 2015 sebzgzi berikut:
No Keterangan PTKP
1 Wajib Pajak Rp.36.000.000,00 Tidak kawin
2 WP Kawin Rp.3.000.000,00 Istri tidak bekerja
3 Anak/orang Rp.3.000.000,00 Maksimal 3 anak
4 Istri bekerja Rp.36.000.000,00 Penghasilan digabung
Demikianlah perkembangan PTKP

21

Anda mungkin juga menyukai