KOMPETENSI DASAR
3.7 Menganalisis perpajakan dalam pembangunan ekonomi
4.7 Menyajikan hasil analisis fungsi dan peran pajak dalam pembangunan ekonomi
PETA KONSEP
Dengan mengamati peta konsep dapat memudahkan mempelajari dari bab ini tentang perpajakan
dalam pembangunan ekonomi dari macam pajak sampai perhitungan pajak PPN, PPh dan PBB
1
Kata Kunci:
1. Wajib pajak 4. Tarif pajak 7. Sistem pemungutan pajak
2. . Subyek pajak 5. Pajak Pertambahan Nilai 8. Fungsi pajak
3. Obyek pajak 6. Pajak Bumi dan Bangunan 9. Penerimaan lain bukan pajak
10. pajak terutang 11. Pendapatan tidak kena pajak 12. Official assesment
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan dapat:
1. Mendiskripsikan pengertian pajak.
2. Mengidentifikasi unsur-unsur pajak.
3. Mengidentifikasi jenis-jenis pajak.
4. Menjelaskan sistem pemungutan pajak.
5. Mendiskripsikan fungsi pajak.
6. Mendiskripsikan asas pemungutan pajak
7. Mendiskripsikan syarat pemungutan pajak
8. Mendiskripsikan peranan pajak dalam perekonomian
9. Menjelaskan manfaat pajak dalam perekonomian
10. Mengidentifikasi pungutan resmi selain pajak.
11. Menghitung pajak pertambahan nilai.
12. Menghitung pajak penghasilan.
13. Menghitung pajak bumi dan bangunan.
PENDAHULUAN
Gambar 7.1
Membayar pajak adalah merupakan kewajiban setiap wajib pajak, sebab pajak merupakan unsur
utama sebagai penerimaan negara untuk membiayai pembangunan. Coba anda amati gambar di
atas dari sekelompok orang yang sedang antri di depan kantor pelayanan pajak. Setelah
mengamati berilah suatu simpulan atau diskripsi menurut anda apa yang terpikir oleh anda.
Pertanyaan-pertanyaan apakah yang akan muncul dari diri anda dari hasil pengamatan gambar
tersebut ?. Dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari diri anda cobalah anda jawab menurut
anda sendiri.Jika anda ingin lebih mengetahui tentang masalah tersebut pelajarilah
pengembangan konsep berikut ini!
2
PENGEMBANGAN KONSEP
Jika kita bicara soal pajak maka kita harus memahami terlebih dahulu tentang
kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka memperbaiki kondisi perekonomian yang lebih baik dengan mengubah
penerimaan dan pengeluaran negara atau juga kebijakan yang terkait dengan anggaran. Pajak
merupakan salah satu instrumen dalam kebijakan fiskal.
Ada pepatah yang mengatakan orang yang bijak adalah orang yang taat membayar
pajak. Jika kita perhatikan APBN tahun anggaran 2013 maka pajak merupakan sumber
penerimaan yang terbesar dibandingkan sumber penerimaan yang lainnya.
Dalam bab ini kita akan membahas tentang pajak yang lebih rinci tentang pengertian
pajak,unsur-unsur pajak, jenis-jenis pajak, sistem pemungutan pajak, fungsi pajak, pungutan
resmi lain selain pajak serta bagaimana menghitung pajak pertambahan nilai, pajak
penghasilan dan pajak bumi dan bangunan.
Gambar : 7.2.
keterangan Gambar : Hari gini tidak membayar pajak apa kata dunia
A. PENGERTIAN PAJAK
Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara
berdasarkan undang-undang tanpa adanya balas jasa secara langsung yang diterima oleh
pembayar pajak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara.
2. Pajak yang dipungut oleh negara harus dilandasi undang-undang, hal ini berarti
pemerintah harus menyiapkan undang-undang terlebih dahulu sebelum memungut
pajak dari masyarakat.
3. Masyarakat yang membayar pajak tidak diberikan imbalan balas jasa secara langsung
oleh negara, tetapi masyarakat dapat menikmati infrastruktur yang dibangun oleh
negara.
4. Membayar pajak dapat dipaksakan kepada wajib pajak, artinya jika ada wajib pajak
yang tidak membayar pajak dapat dituntut hukum karena melanggar undang-undang.
FUNGSI PAJAK
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, untuk APBN tahun 2013
sebesar Rp.1193,0 T dari total penerimaan negara sebesar Rp.1529,7 T. Sumber
penerimaan ini akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan selama satu
tahun anggaran. Oleh sebab itu agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaannya
perlu diperhatikan sesuai dengan fungsinya antara lain:
1. Sumber Pendapatan Negara (Fungsi Budgeter)
3
Fungsi ini menunjukan bahwa pajak sebagi sumber penerimaan negara akan digunakan
untuk membiayai seluruh pengeluaran negara termasuk untuk membiayai
pembangunan.
2. Sarana Pemerataan Pendapatan (Fungsi Distribusi)
Fungsi ini terlihat bahwa pajak yang dipungut dari wajib pajak sesuai dengan
kemampuan wajib pajak artinya wajib pajak yang mampu akan membayar pajak yang
lebih tinggi dibandingkan yang kurang mampu, bahkan kalau yang tidak mampu bebas
dari membayar pajak. Kemudian hasil dari pajak akan digunakan untuk membangun
sarana umum yang bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat baik yang mampu maupun
tidak mampu hal inilah yang menunjukan fungsi distribusi.
3. Fungsi Alokasi
Pajak yang dibayarkan masyarakat digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh negara, oleh sebab itu pemerintah sudah mengalokasikan anggaran
tersebut kepada seluruh Kementerian dan Lembaga Tinggi Negara, sehingga masing-
masing Kementerian dan Lembaga Tinggi Negara dapat menggunakan sesuai dengan
aturan yang berlaku.
4. Pengatur Kegiatan Ekonomi (Fungsi Regulasi)
Pajak merupakan alat untuk mengatur kegiatan ekonomi melalui kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi dan sosial, tujuannya adalah untuk menciptakan kesejahteraan
masyarakat yang semakin meningkat. Fungsi regulasi ini dalam rangka menciptakan
kondisi stabilitas ekonomi sehingga fungsi regulasi disebut juga fungsi stabilisasi
ekonomi .Dapat diberikan beberapa contoh penerapan fungsi ini misalnya:
a. Jika negara sedang mengalami inflasi untuk mengatasinya pemerintah dapat
mengeluarkan kebijakan fiskal yaitu dengan menaikan pajak sehingga dapat
mengurangi pengeluaran masyarakat sehingga terjadi penurunan permintaan
secara agregat dengan demikian harga akan turun kembali. Sebaliknya jika negara
sedang mengalami deflasi maka pemerintah dapat menurunkan pajak sehingga
kebijakan ini mengakibatkan harga turun dan permintaan agregat naik kembali.
b. Jika masyarakat terlihat konsumtif maka pemerintah dapat mengambil kebijakan
untuk menaikkan pajak penjualan barang mewah, sehingga dapat mengurangi sikap
hidup konsumtif.
c. Jika suatu negara sedang mengalami defisit neraca pembayarannya karena sektor
ekspor yang sangat tersendat, maka pemerintah dapat mengenakan pajak ekspor
0% dengan demikian harga barang ekspor sangat murah sehingga dapat bersaing
dengan produk luar negeri yang akhirnya dapat meningkatkan ekspor.
Gambar : 7.3.
MANFAAT PAJAK
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar di Indonesia. Tentunya sangat
besar manfaatnya untuk membiayai seluruh kegiatan kenegaraan. Adapun manfaat pajak
dapat diuraikan sebagai berikut:
4
1. Membiayai pengeluaran-pengeluaran negara seperti pengeluaran yang bersifat self
liquiditing (contohnya adalah pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor)
2. Membiayai pengeluaran reproduktif (pengeluaran yang memberikan keuntungan
ekonomis bagi masyarakat seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian)
3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan tidak reproduktif
(contohnya adalah pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi)
4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif (contohnya adalah pengeluaran untuk
membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di
masa yang akan datang yaitu pengeluaran untuk anak yatim piatu).
Gambar : 7.4
TARIF PAJAK
Tarif pajak biasanya ditentukan dengan % (prosentase) yang besarnya sesuai dengan
ketentuan undang-undang. Macam-macam tarif pajak yang kita kenal antara lain:
1. Tarif tetap yaitu tarif pajak yang dikenakan terhadap obyek pajak yang jumlahnya tetap
dengan jumlah rupiah tertentu yang tidak tergantung pada jumlah obyek pajak.
Misalnya bea meterai sebesar Rp.6.000,00
Contoh
No Obyek Pajak Jumlah pajak
1 Rp.3.000.000,00 Rp.500.000,00
2 Rp.4000.000,00 Rp.500.000,00
3 Rp.5.000.000,00 Rp.500.000,00
2. Tarif pajak proporsional yaitu tarif pajak yang dikenakan dengan % yang tetap terhadap
jumlah obyek pajak tertentu. Misalnya PPN
Contoh
No Obyek pajak % Tarif Besarnya pajak
1 Rp.5.000.000,00 10% Rp.500.000,00
2 Rp.6.000.000,00 10% Rp.600.000,00
3 Rp.7.000.000,00 10% Rp.700.000,00
4 Rp.8.000.000,00 10% Rp.800.000,00
5 Rp.9.000.000,00 10% Rp.900.000,00
3. Tarif pajak progresif yaitu tarif pajak yang dikenakan dengan % yang semakin tinggi jika
obyek pajaknya juga tinggi. Atau dengan istilah lain semakin tinggi obyek pajak maka
tarif pajak juga semakin tinggi. Misalnya Pajak penghasilan PPh
5
Contoh
Tarif Pajak Penghasilan sesuai UU NO. 36 TAHUN 2008 (Pribadi)
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Pajak
1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
2 Di atas Rp.50.000.000,00 Rp.250.000.000,00 15%
3 Di atas Rp.250.000.000,00 Rp.500.000.000,00 25%
4 Di atas Rp.500.000.000,00 30%
4. Tarif pajak regresif/degresif yaitu tarif pajak yang dikenakan semakin turun jika obyek
pajaknya semakin tinggi.
Contoh
No Obyek pajak % Tarif Besarnya pajak
1 Rp.5.000.000,00 10% Rp.500.000,00
2 Rp.6.000.000,00 9% Rp.540.000,00
3 Rp.7.000.000,00 8% Rp.560.000,00
4 Rp.8.000.000,00 7% Rp.560.000,00
5 Rp.9.000.000,00 6% Rp.540.000,00
Gambar : 7.5.
Selain pemerintah memungut pajak juga memungut pungutan resmi lainya selain pajak.
Pungutan resmi lain juga merupakan sumber penerimaan bagi negara diantaranya:
1. Retribusi.
Retribusi merupakan pungutan resmi yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Retribusi ini biasanya didasarkan oleh peraturan daerah (Perda) dimana masyarakat
mempunyai kewajiban membayarnya dengan imbalan secara langsung dari
pemerintah, Misalnya retribusi kebersihan, parkir, jalan tol,jasa pelabuhan dsb.
Imbalan yang diterima oleh masyarakat yang membayar retribusi kebersihan adalah
dengan dilayaninya tentang pengambilan sampah oleh pemerintah daerah sehingga
lingkungannya menjadi bersih.
2. Iuran
Yaitu pungutan resmi yang dilakukan oleh pemerintah yang mendapatkan balas jasa
imbalan secara langsung yang diberikan oleh pemerintah, misalnya iuran keamanan.
3. sumbangan Wajib
yaitu sumbangan yang dibayarkan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga tertentu
dimana pihak yang membayar tidak mendapatkan balas jasa secara langsung, misalnya
sumbangan PMI, sumbangan PON dsb.
4. Bea Ekspor dan Impor
Yaitu pungutan yang dikenakan terhadap barang ekspor maupun impor melalui pabean
di seluruh Indonesia pada saat barang tersebut diimpor atau diekspor.
5. Cukai
6
Yaitu iuran yang ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah terhadap barang-
barang tertentu, misalnya cukai tembakau, cukai minuman beralkohol.
Gambar : 7.6
Gambar pos penjagaan parkir kendaraan
Keterangan gambar: parkir merupakan salah satu contoh pungutan resmi selain
pajak.
Gambar : 7.7.
E. JENIS-JENIS PAJAK
Banyak sekali jenis pajak yang kita ketahui, namun jika kita golongkan berdasarkan sudut
pandang yang berbeda-beda pajak dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Menurut Pihak Yang Memungut Pajak.
Menurut pihak mana yang berwenang memungut pajak maka pajak dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Pajak negara atau sering disebut pajak pemerintah pusat yaitu pajak yang dipungut
oleh pemerintah pusat melalui kantor pelayanan pajak dibawah Direktorat Jendral
pajak Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Yang termasuk pajak negara
antara lain:
1). Pajak Penghasilan (PPh)
2). Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3). Pajak Penjualan (PPn)
4). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang akhir-akhir ini pengelolaannya diserahkan
kepada pemerintah daerah.
5). BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)
Gambar : 7.8
b. Pajak daerah yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah misalnya PKB (Pajak
Kendaraan Bermotor), Pajak restoran dan lainnya.
Menurut sejarah sistem pemungutan pajak yang pernah berlaku di Indonesia diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Sistem Official Assessment
Sistem ini dilaksanakan sampai tahun 1967. Pada sistem ini pemerintah atau negara
dalam hal ini Dirjen Perpajakan melalui kantor pelayanan pajak memiliki wewenang
untuk melakukan pemungutan pajak serta menentukan besarnya jumlah pajak
terutang baik untuk pribadi maupun badan usaha. Dalam sistem ini pemerintah melalui
kantor pelayanan pajak mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang merupakan
bukti timbulnya utang pajak bagi pribadi maupun badan usaha. Sistem ini diterapkan
dalam hal pelunasan PBB, dimana KPP akan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (STP)
mengenai besarnya PBB terutang setiap tahunnya.Sistem Official Assessment
mengakibatkan wajib pajak bersifat pasif sehingga menimbulkan kelemahan sebagai
berikut:
a). Wajib pajak sangat bergantung pada negara atau pemerintah melalui kantor
pelayanan pajak, sehingga menimbulkan kecenderungan wajib pajak kurang
9
bertanggung jawab dalam memikul beban negara yang pada hakekatnya adalah
untuk kepentingan sendiri dalam bermasyarakat dan bernegara.
b). Adanya kelemahan perundang-undangan yang lama karena memuat terlalu banyak
peraturan perpajakan yang justru membingungkan sistem pemungutannya.
c). Sistem pemungutan pajak yang sangat berbelit-belit.
d). Terlalu banyak ragam dan jenis pajak yang ada
2. Sistem Semi self Assessment System dan Whitholding System
Sistem ini pernah diberlakukan di Indonesia dari periode tahun 1968 1983. Sistem
Semi self Assessment System dilakukan dengan cara bahwa kewenangan dalam
menentukan besarnya pajak yang terutang ditentukan bersama oleh kedua belah pihak
yaitu wajib pajak dengan pihak negara melalui kantor pelayanan pajak. Dalam sistem
ini wajib pajak akan menghitung besarnya pajak terutang pada akhir tahun pajak,
kemudian pemerintah atau negara melalui kantor pelayanan pajak menetapkan
besarnya pajak terutang pada akhir tahun pajak. Sistem ini diterapkan dengan sistem
withholding yang pada saat itu dikenal dengan sebutan tata cara MPS MPO withholding
yaitu suatu sistem dimana wewenang dalam menentukan besarnya pajak yang
terutang diserahkan kepada pihak ketiga dan bukan pemerintah maupun wajib pajak.
Pada masa ini besarnya angsuran pajak ditentukan oleh wajib pajak bersama pihak ke
tiga berdasarkansuatu anggapan sedangkan pihak pemerintah melalui kantor
pelayanan pajak menentukan besarnya pajak terutang. Yang dimaksud pihak ke tiga
disini adalah Kantor Konsultan Pajak. Sistem ini diterapkan dalam penyampaian SPT
tahunan PPh baik untuk wajib pajak badan maupun pribadi. Sedangkan withholding tex
system diterapkan dalam mekanisme pemotongan/pemungutan PPh pasal 21, PPh
pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 26, PPH final pasal 4 (ayat 2), PPh pasal 15, dan PPN
3. Sistem Full Assessment System
Sistem ini di Indonesia dilaksanakan secara efektif pada tahun 1984 sampai sekarang,
atas dasar perombakan perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983.
Sistem Full Assessment System adalah suatu sistem di mana wajib pajak menghitung
dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang yang harus dilaporkan. Sistem ini
dilakukan dalam rangka memberi kepercayaan kepada wajib pajak, sehingga terjadi
peningkatan kesadaran dan peran serta wajib pajak dalam menyetorkan pajaknya.
Konsekwensi diberlakukan sistem ini berarti wajib pajak harus benar-benar mengetahui
tentang tata cara perpajakan seperti halnya bagaimana menghitung pajak, di mana
tempat membayar pajak, kapan harus membayar pajak, bagaimana jika terjadi
kesalahan dalam menghitung pajak dan sanksi apa yang akan diterima jika terjadi
pelanggaran-pelanggaran.
Dari berbagai jenis pajak di Indonesia yang akan dipelajari yang akan dibahas hanya pajak
pertambahan nilai, pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan.
1. Pajak Pertambahan Nilai
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap pertambahan nilai suatu barang
yang telah melalui proses produksi.
a. Obyek Pajak Pertambahan Nilai
Yang termasuk obyek pajak pertambahan nilai antara lain:
(1) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak.
(2) Impor barang kena pajak
10
(3) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak
(4) Pemanfaatan barang tidak berwujud kena pajak dari luar daerah pabean ke
dalam daerah pabean.
(5) Ekspor barang-barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
Gambar : 7.9.
2. Pajak Penghasilan
Yaitu pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib pajak orang pribadi atau badan
dalam negeri yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya
dengan nama apapun.
a. Subyek Pajak Penghasilan
Subyek pajak penghasilan yaitu orang pribadi dan warisan yang belum dibagi serta
badan usaha yang berbentuk Firma, CV, PT, koperasi baik milik swasta maupun
BUMN.
Gambar : 7.10.
Gambar karyawan perusahaan sedang mengisi format pajak
Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut UU No. 36/2008 Menurut Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 162/KMK.011/2012 yang mulai
diberlakukan mulai bulan januari 2013
No Keterangan PTKP
1 Wajib Pajak Rp.24.300.000,00 Tidak kawin
2 WP Kawin Rp.2.025.000,00 Istri tidak bekerja
3 Anak/orang Rp.2.025.000,00 Maksimal 3 anak
13
d. Tarif Pajak Penghasilan
1). Tarif pajak penghasilan menurut UU No 36 tahun 2008 untuk pribadi adalah
sebagi berikut:
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
2 Di atas Rp.50.000.000,00 Rp.250.000.000,00 15%
3 Di atas Rp.250.000.000,00 Rp.500.000.000,00 25%
4 Di atas Rp.500.000.000,00 30%
Gambar : 7.11.
14
2. Pak Didin bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan penghasilan bersih
Rp.300.000.000,00 pertahun. Ia memiliki istri yang bekerja dengan penghasilan
Rp250.000.000,00 setahun dan 2 orang anak. Hitunglah besarnya pajak terutang
Pad Didin jika penghasilan istri digabung !
JAWAB:
Penghasilan suami Rp.300.000.000,00
Penghasilan istri Rp.250.000.000,00 +
Total penghasilan Rp.550.000.000,00
PTKP:
- Wajib pajak Rp.24.300.000,00
- Kawin Rp.2.025.000,00
- Anak (2 orang) Rp.4.050.000,00
- Pendapatan istri digabung Rp.24.300.000,00
Total PTKP Rp.54.675.000,00 (-)
Pendapatan Kena Pajak Rp.495.325.000,00
Pajak Terutang:
5% x Rp.50.000.000,00 = Rp.2.500.000,00
15% x Rp.200.000.000,00 = Rp.30.000.000,00
25% x Rp.245.325.000,00 = Rp.61.331.250,00 +
Pajak Terutang = Rp.93.831.250,00
Dengan diberlakukan undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah per 1 Januari 2010. Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan
perkotaan atau (P2) menjadi pajak daerah yang kewenangan pemungutannya berada
pada pemerintah daerah. Sementara PBB sektor perkebunan, perhutanan dan
pertambangan (P3) masih tetap menjadi pajak pusat. Pajak Bumi dan Bangunan
pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki atau
dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan.
a. Nilai Jual Obyek Pajak
Yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli nilai jual obyek pajak
ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek yang sejenis, atau nilai
perolehan baru, atau nilai jual obyek pajak pengganti. Karena PBB sektor pedesaan
dan perkotaan sudah menjadi pajak daerah maka kewenangan dalam menentukan
besarnya NJOP ada pada pemerintah daerah.
15
Gambar : 7.12.
Gambar : 7.13.
Keterangan gambar: Menentukan nilai jual obyek pajak dslsm PBB dilakukan oleh
pemerintah.
Contoh:
Bapak Sucahyo mempunyai sebidang tanah beserta bangunannya dengan luas
tanah 400 m2 dan luas bangunan 150 m2 . NJOP tanah Rp.800.000,00 per m2 dan
bangunan Rp.250.000,00 per m2 . Jika NJOP-TKP ditetapkan sebesar
Rp.12.000.000,00 maka hitunglah besarnya PBB terutang Bapak Sucahyo !
Jawab:
NJOP tanah = 400 x Rp.800.000,00 = Rp.320.000.000,00
NJOP bangunan = 150 x Rp.250.000,00 = Rp. 37.500.000,00
NJOP sebagi dasar perhitungan pajak = Rp.357.500.000,00
Nilai Jual Tidak Kena Pajak (NJOP-TKP) = Rp. 12.000.000,00 (-)
= Rp.345.500.000,00
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) = 20% x Rp.345.500.000,00 = Rp.69.100.000,00
PBB terutang = 0,5% x Rp.69.100.000,00 = Rp.345.500,00
16
Keterangan:
1. Dalam perhitungan PBB karena untuk sektor pedesaan dan sektor perkotaan sudah
menjadi pajak daerah maka ketentuan tarif pajak maupun NJOP-TKP harus
menyesuaiakan dengan peraturan daerah masing-masing
2. Cara perhitungan masih sama dengan ketentuan dalam perhitungan PBB yang
terdahulu.
3. PPHTB yang diberlakukan sekarang adalah 2,5%
17
EKONOMIKA
18
H. RANKUMAN
1. Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada negara
berdasarkan undang-undang tanpa adanya balas jasa secara langsung yang diterima
oleh pembayar pajak.
2. Unsur pajak terdiri dari subyek pajak, obyek pajak dan tarif pajak.
3. Jenis pajak bisa dibedakan menurut pihak yang memungut, yang menanggung pajak
dan menurut sifatnya.
4. Sistem pemungutan pajak terdapat 3 sistem yaitu official assessment sistem, self
assessment sistem dan with holding sistem
5. Fungsi pajak terdapat 4 yaitu fungsi anggaran/budgeter, distribusi, alokasi dan fungsi
regulasi atau stabilisasi.
6. Asas pemungutan pajak ada 3 yaitu asas domisili, asas sumber dan asas kebangsaan.
7. Syarat pemungutan pajak terdiri dari syarat yuridis, keadilan,ekonomis, finansial, dan
syarat kesederhanaan.
8. Manfaat pajak adalah merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar di
Indonesia. Tentunya sangat besar manfaatnya untuk membiayai seluruh kegiatan
kenegaraan.
9. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan (contoh: pembayaran pajak reklame,
pajak banner, pajak billboard, dan lain-lain) karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan.
10. Selain pemerintah memungut pajak juga memungut pungutan resmi lainya selain
pajak. Pungutan resmi lain juga merupakan sumber penerimaan bagi negara
diantaranya: retribusi, iuran, sumbangan wajib, bea ekspor dan impor serta cukai.
11. Ada beberapa istilah yang terkait dengan pajak yang harus dipahami antara lain: wajib
pajak, masa pajak, nomor pokok wajib pajak, surat setoran pajak, surat pemberitahuan,
dan surat tagihan pajak
12. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap pertambahan nilai suatu barang yang
telah melalui proses produksi
13. Obyek dari pajak pertambahan nilai antara lain: penyerahan barang kena pajak, impor
barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak dan ekspor barang kena pajak
14. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Besarnya PPN adalah sebesar 10% dan besarnya PPN dapat diubah serendah-rendahnya
5% dan setinggi-tingginya 15%.
15. Tarif barang ekspor adalah 0%. Tarif PPnBM berdasarkan peraturan pemerintah
ditetapkan10% dan setinggi-tingginya 75%. Tarif PPnBM yang berlaku saat ini adalah
10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 75%.
16. Pengertian Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib pajak
orang pribadi atau badan dalam negeri yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lainnya dengan nama apapun.
17. Subyek Pajak Penghasilan yaitu orang pribadi dan warisan yang belum dibagi serta
badan usaha yang berbentuk Firma, CV, PT, koperasi baik milik swasta maupun BUMN.
18. Obyek Pajak Penghasilan sesuai dengan pasal 4 UU No 36 tahun 2008 tentang pajak
penghasilan.
19
19. Tarif Pajak Penghasilan menurut UU No 36 tahun 2008 untuk pribadi adalah sebagi
berikut:
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
2 Di atas Rp.50.000.000,00 Rp.250.000.000,00 15%
3 Di atas Rp.250.000.000,00 Rp.500.000.000,00 25%
4 Di atas Rp.500.000.000,00 30%
20. Tarif pajak badan Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah
sebesar 28% (dua puluh delapan persen).
21. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima
persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
22. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit
40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya
dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan
atauberdasarkan Peraturan Pemerintah.
23. Pajak Bumi dan Bangunan dengan diberlakukan undang-undang nomor 28 tahun 2009
tentang pajak daerah dan retribusi daerah per 1 Januari 2010. Pajak Bumi dan
Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan atau (P2) menjadi pajak daerah yang
kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah daerah.
24. Sementara PBB sektor perkebunan, perhutanan dan pertambangan (P3) masih tetap
menjadi pajak pusat.
25. Tarif Pajak PBB setelah PBB setor pedesaan dan perkotaan (P2) menjadi pajak daerah
maka daerah mempunyai kewenangan dalam menentukan tarif PBB sehingga tarif PBB
antara daerah yang satu dengan daerah lainya akan terjadi perbedaan tarif.
26. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak yaitu NJOP yang terbebas dari pajak sehingga
dipergunakan untuk mengurangi nilai jual obyek pajak sebelum dihitung pajaknya.
NJOP TKP ini ada perbedaan antara daerah yang satu dan daerah lainnya.
I. PENGAYAAN
Jika kita perhatikan dari undang-undang yang mengatur perpajakan ke undang-undang
perpajakan yang lain terdapat perubahan pendapatan tidak kena pajak.
Perkembangan tersebut terkait dengan perkembangan tingkat perekonomian serta adanya
faktor inflasi. Jika kita lihat besarnya pendapatan tidak kena pajak (PTKP) yang terdapat
dalam UU No 17 tahun 2000 besarnya PTKP adalah sebagai berikut:
No Keterangan PTKP Keterangan
1 Wajib Pajak Rp.2.880.000,00 WP ybs
2 WP Kawin Rp.1.440.000,00 Istri
3 Anak (mak 3) RP.1.440.000,00 Per anak
20
Pada tahun 2008 terjadilah perubahan UU perpajakan yaitu UU Nomor 36 tahun 2008
sebagai pengganti UU No. 17 tahun 2000. Dengan perubahan UU tersebut terjadilah
perubahan PTKP sebagai berikut:
Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut UU No. 36/2008
No Keterangan PTKP
1 Wajib Pajak Rp.15.840.000,00 Tidak kawin
2 WP Kawin Rp.17.160.000,00 Rp.15.840.000 + Rp.1.320.000
3 Anak Rp.1.320.000,00 Maksimal 3 orang
Pada tahun 2012 keluarlah Keputusan Mentreri Keuangan Republik Indonesia No.
162/KMK.011/2012 untuk merubah PTKP sebagai berikut:
No Keterangan PTKP
1 Wajib Pajak Rp.24.300.000,00 Tidak kawin
2 WP Kawin Rp.2.025.000,00 Istri tidak bekerja
3 Anak/orang Rp.2.025.000,00 Maksimal 3 anak
21