KOMPETENSI DASAR
3.7 Menganalisis perpajakan dalam pembangunan ekonomi
4.7 Menyajikan hasil analisis fungsi dan peran pajak dalam pembangunan
ekonomi
PETA KONSEP
Mengamati peta konsep dapat memudahkan mempelajari dari bab ini tentang
perpajakan dalam pembangunan ekonomi dari macam pajak sampai perhitungan
pajak PPN, PPh dan PBB
1
Kata Kunci:
1. Wajib pajak 4. Tarif pajak 7. Sistem pemungutan pajak
2. . Subyek pajak 5. Pajak Pertambahan Nilai 8. Fungsi pajak
3. Obyek pajak 6. Pajak Bumi dan Bangunan 9. Penerimaan lain bukan pajak
10. pajak terutang 11. Pendapatan tidak kena pajak 12. Official assesment
TUJUAN PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Gambar 7.1
Membayar pajak adalah merupakan kewajiban setiap wajib pajak, sebab pajak
merupakan unsur utama sebagai penerimaan negara untuk membiayai
pembangunan. Coba anda amati gambar di atas dari sekelompok orang yang
sedang antri di depan kantor pelayanan pajak. Setelah mengamati berilah suatu
simpulan atau diskripsi menurut anda apa yang terpikir oleh anda. Pertanyaan-
pertanyaan apakah yang akan muncul dari diri anda dari hasil pengamatan gambar
tersebut ?. Dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari diri anda cobalah anda
jawab menurut anda sendiri.Jika anda ingin lebih mengetahui tentang masalah
tersebut pelajarilah pengembangan konsep berikut ini!
2
PENGEMBANGAN KONSEP
Jika kita bicara soal pajak maka kita harus memahami terlebih dahulu
tentang kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memperbaiki kondisi perekonomian
yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran negara atau juga
kebijakan yang terkait dengan anggaran. Pajak merupakan salah satu instrumen
dalam kebijakan fiskal.
Ada pepatah yang mengatakan orang yang bijak adalah orang yang taat
membayar pajak. Jika kita perhatikan APBN tahun anggaran 2013 maka pajak
merupakan sumber penerimaan yang terbesar dibandingkan sumber penerimaan
yang lainnya.
Dalam bab ini kita akan membahas tentang pajak yang lebih rinci tentang
pengertian pajak,unsur-unsur pajak, jenis-jenis pajak, sistem pemungutan pajak,
fungsi pajak, pungutan resmi lain selain pajak serta bagaimana menghitung pajak
pertambahan nilai, pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan.
Gambar : 7.2.
keterangan Gambar : Hari gini tidak membayar pajak apa kata dunia
A. PENGERTIAN PAJAK
Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada
negara berdasarkan undang-undang tanpa adanya balas jasa secara langsung
yang diterima oleh pembayar pajak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak kepada
negara.
2. Pajak yang dipungut oleh negara harus dilandasi undang-undang, hal ini
berarti pemerintah harus menyiapkan undang-undang terlebih dahulu
sebelum memungut pajak dari masyarakat.
3. Masyarakat yang membayar pajak tidak diberikan imbalan balas jasa
secara langsung oleh negara, tetapi masyarakat dapat menikmati
infrastruktur yang dibangun oleh negara.
4. Membayar pajak dapat dipaksakan kepada wajib pajak, artinya jika ada
wajib pajak yang tidak membayar pajak dapat dituntut hukum karena
melanggar undang-undang.
3
B. FUNGSI , MANFAAT, DAN TARIF PAJAK.
FUNGSI PAJAK
4
c. Jika suatu negara sedang mengalami defisit neraca pembayarannya
karena sektor ekspor yang sangat tersendat, maka pemerintah dapat
mengenakan pajak ekspor 0% dengan demikian harga barang ekspor
sangat murah sehingga dapat bersaing dengan produk luar negeri yang
akhirnya dapat meningkatkan ekspor.
Gambar : 7.3.
MANFAAT PAJAK
Gambar : 7.4
5
TARIF PAJAK
2. Tarif pajak proporsional yaitu tarif pajak yang dikenakan dengan % yang
tetap terhadap jumlah obyek pajak tertentu. Misalnya PPN
Contoh
No Obyek pajak % Tarif Besarnya pajak
1 Rp.5.000.000,00 10% Rp.500.000,00
2 Rp.6.000.000,00 10% Rp.600.000,00
3 Rp.7.000.000,00 10% Rp.700.000,00
4 Rp.8.000.000,00 10% Rp.800.000,00
5 Rp.9.000.000,00 10% Rp.900.000,00
3. Tarif pajak progresif yaitu tarif pajak yang dikenakan dengan % yang
semakin tinggi jika obyek pajaknya juga tinggi. Atau dengan istilah lain
semakin tinggi obyek pajak maka tarif pajak juga semakin tinggi.
Misalnya Pajak penghasilan PPh
Contoh
Tarif Pajak Penghasilan sesuai UU NO. 36 TAHUN 2008 (Pribadi)
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Pajak
1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
2 Di atas Rp.50.000.000,00 – Rp.250.000.000,00 15%
3 Di atas Rp.250.000.000,00 – Rp.500.000.000,00 25%
4 Di atas Rp.500.000.000,00 30%
6
4. Tarif pajak regresif/degresif yaitu tarif pajak yang dikenakan semakin
turun jika obyek pajaknya semakin tinggi.
Contoh
No Obyek pajak % Tarif Besarnya pajak
1 Rp.5.000.000,00 10% Rp.500.000,00
2 Rp.6.000.000,00 9% Rp.540.000,00
3 Rp.7.000.000,00 8% Rp.560.000,00
4 Rp.8.000.000,00 7% Rp.560.000,00
5 Rp.9.000.000,00 6% Rp.540.000,00
Gambar : 7.5.
7
5. Cukai
Yaitu iuran yang ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah terhadap
barang-barang tertentu, misalnya cukai tembakau, cukai minuman
beralkohol.
Gambar : 7.6
8
1. Syarat Yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang, hal ini agar dapat
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi negara
maupun warganya.
2. Syarat Keadilan
Syarat keadilan dalam pemungutan pajak artinya sebagai berikut:
a). Adil dalam perundang-undangan, yaitu adil dalam pengenaan pajak
secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing.
b). Adil dalam pelaksanaannya yaitu dengan memberikan hak kepada
wajib pajak untuk mengajukan keberatan dan penundaan dalam
pembayaran dan mengajukan banding.
3. Syarat Ekonomis
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak tidak diperbolehkan memberatkan
wajib pajak.
4. Syarat Finansial
Biaya pemungutan pajak harus efisien berarti lebih rendah dari pada hasil
pemungutan pajaknya.
5. Syarat Kesederhanaan
Sistem pemungutan pajak yang sederhana dan mudah akan mendorong
masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajaknya.
Gambar : 7.7.
E. JENIS-JENIS PAJAK
Banyak sekali jenis pajak yang kita ketahui, namun jika kita golongkan
berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda pajak dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Menurut Pihak Yang Memungut Pajak.
Menurut pihak mana yang berwenang memungut pajak maka pajak dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pajak negara atau sering disebut pajak pemerintah pusat yaitu pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui kantor pelayanan pajak
dibawah Direktorat Jendral pajak Kementrian Keuangan Republik
Indonesia. Yang termasuk pajak negara antara lain:
1). Pajak Penghasilan (PPh)
2). Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3). Pajak Penjualan (PPn)
9
4). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang akhir-akhir ini
pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah daerah.
5). BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)
Gambar : 7.8
10
karena tinggal melakukan pembayaran, misalnya PBB wajib pajak tinggal
membayar pajak kalau SPPT sudah dibagikan oleh kantor pelayanan
pajak.
2. Self Assessment System
Yaitu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak diberikan kewenangan
untuk menentukan dan menghitung sendiri besarnya pajak yang terutang.
disini wajib pajak bersifat aktif untuk menghitung, melaporkan dan
menyetor sendiri pajak yang terutang, misalnya pajak penghasilan.
3. With Holding System
Yaitu sistem pemungutan pajak dimana untuk menghitung besarnya pajak
terutang dilakukan oleh pihak ketiga (bukan pemerintah dan bukan wajib
pajak)
11
dengan sistem withholding yang pada saat itu dikenal dengan sebutan tata
cara MPS MPO withholding yaitu suatu sistem dimana wewenang dalam
menentukan besarnya pajak yang terutang diserahkan kepada pihak ketiga
dan bukan pemerintah maupun wajib pajak. Pada masa ini besarnya
angsuran pajak ditentukan oleh wajib pajak bersama pihak ke tiga
berdasarkansuatu anggapan sedangkan pihak pemerintah melalui kantor
pelayanan pajak menentukan besarnya pajak terutang. Yang dimaksud
pihak ke tiga disini adalah Kantor Konsultan Pajak. Sistem ini diterapkan
dalam penyampaian SPT tahunan PPh baik untuk wajib pajak badan
maupun pribadi. Sedangkan withholding tex system diterapkan dalam
mekanisme pemotongan/pemungutan PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh
pasal 23, PPh pasal 26, PPH final pasal 4 (ayat 2), PPh pasal 15, dan PPN
3. Sistem Full Assessment System
Sistem ini di Indonesia dilaksanakan secara efektif pada tahun 1984
sampai sekarang, atas dasar perombakan perundang-undangan perpajakan
pada tahun 1983.
Sistem Full Assessment System adalah suatu sistem di mana wajib pajak
menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang yang harus
dilaporkan. Sistem ini dilakukan dalam rangka memberi kepercayaan
kepada wajib pajak, sehingga terjadi peningkatan kesadaran dan peran
serta wajib pajak dalam menyetorkan pajaknya.
Konsekwensi diberlakukan sistem ini berarti wajib pajak harus benar-
benar mengetahui tentang tata cara perpajakan seperti halnya bagaimana
menghitung pajak, di mana tempat membayar pajak, kapan harus
membayar pajak, bagaimana jika terjadi kesalahan dalam menghitung
pajak dan sanksi apa yang akan diterima jika terjadi pelanggaran-
pelanggaran.
Dari berbagai jdonesia yang akan dipelajari yang akan dibahas hanya pajak
pertambahan nilai, pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan.
1. Pajak Pertambahan Nilai
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap pertambahan nilai
suatu barang yang telah melalui proses produksi.
a. Obyek Pajak Pertambahan Nilai
Yang termasuk obyek pajak pertambahan nilai antara lain:
(1) Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang
dilakukan oleh pengusaha kena pajak.
(2) Impor barang kena pajak
(3) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang
dilakukan oleh pengusaha kena pajak
(4) Pemanfaatan barang tidak berwujud kena pajak dari luar daerah
pabean ke dalam daerah pabean.
(5) Ekspor barang-barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
12
Gambar : 7.9.
2. Pajak Penghasilan
Yaitu pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib pajak orang pribadi
atau badan dalam negeri yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lainnya dengan nama apapun.
a. Subyek Pajak Penghasilan
Subyek pajak penghasilan yaitu orang pribadi dan warisan yang belum
dibagi serta badan usaha yang berbentuk Firma, CV, PT, koperasi baik
milik swasta maupun BUMN.
13
(1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
(a). penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam
bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang ini;
(b). hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
(c). laba usaha;
(d). keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
(e). keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, perse
kutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
(f). keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya;
(g). keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
(h). keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan,
atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihakpihak yang bersangkutan; dan
(i). keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam
pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan;
(j). penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak;
(k). bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
14
(l). dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
(m). royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
(n). sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
(o). penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
(p). keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah;
(r). keuntungan selisih kurs mata uang asing;
(s). selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
(t). premi asuransi;
(u). iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas;
(v). tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak;
(w). penghasilan dari usaha berbasis syariah;
(x). imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata
cara perpajakan; dan
(y). surplus Bank Indonesia.
Gambar : 7.10.
Gambar karyawan perusahaan sedang mengisi format pajak
15
c. Penghasilan Tidak Kena pajak (PTKP)
Penghasilan tidak kena pajak adalah sejumlah penghasilan yang
dibebaskan darin pungutan pajak. Menurut UU No 36 tahun 2008
tentang pajak penghasilan PTKP nya adalah sebagai berikut:
No Keterangan PTKP Keterangan
1 Wajib Pajak Rp.15.840.000,00 WP ybs
2 WP Kawin Rp.1.320.000,00 Istri
3 Anak (mak 3) Rp.1.320.000,00 Per anak
No Keterangan PTKP
1 Wajib Pajak Rp.24.300.000,00 Tidak kawin
2 WP Kawin Rp.2.025.000,00 Istri tidak bekerja
3 Anak/orang Rp.2.025.000,00 Maksimal 3 anak
16
jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu
lainnya dapat
memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah
daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
ayat (2a) yang diatur dengan atauberdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Gambar : 7.11.
17
JAWAB:
Penghasilan suami
Rp.300.000.000,00
Penghasilan istri
Rp.250.000.000,00 +
Total penghasilan
Rp.550.000.000,00
PTKP:
- Wajib pajak Rp.24.300.000,00
- Kawin Rp.2.025.000,00
- Anak (2 orang) Rp.4.050.000,00
- Pendapatan istri digabung Rp.24.300.000,00
Total PTKP
Rp.54.675.000,00 (-)
Pendapatan Kena Pajak
Rp.495.325.000,00
Pajak Terutang:
5% x Rp.50.000.000,00 = Rp.2.500.000,00
15% x Rp.200.000.000,00 = Rp.30.000.000,00
25% x Rp.245.325.000,00 = Rp.61.331.250,00 +
Pajak Terutang = Rp.93.831.250,00
18
a. Nilai Jual Obyek Pajak
Yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli nilai jual
obyek pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek
yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual obyek pajak
pengganti. Karena PBB sektor pedesaan dan perkotaan sudah menjadi
pajak daerah maka kewenangan dalam menentukan besarnya NJOP
ada pada pemerintah daerah.
Gambar : 7.12.
Gambar : 7.13.
Keterangan:
1. Dalam perhitungan PBB karena untuk sektor pedesaan dan sektor
perkotaan sudah menjadi pajak daerah maka ketentuan tarif pajak
maupun NJOP-TKP harus menyesuaiakan dengan peraturan daerah
masing-masing
2. Cara perhitungan masih sama dengan ketentuan dalam perhitungan
PBB yang terdahulu.
3. PPHTB yang diberlakukan sekarang adalah 2,5%
EKONOMIKA
20
BTN masuk 10 BUN pembayar pajak terbesar
21
H. RANGKUMAN
1. Pajak adalah sumbangan wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak
kepada negara berdasarkan undang-undang tanpa adanya balas jasa secara
langsung yang diterima oleh pembayar pajak.
2. Unsur pajak terdiri dari subyek pajak, obyek pajak dan tarif pajak.
3. Jenis pajak bisa dibedakan menurut pihak yang memungut, yang
menanggung pajak dan menurut sifatnya.
4. Sistem pemungutan pajak terdapat 3 sistem yaitu official assessment
sistem, self assessment sistem dan with holding sistem
5. Fungsi pajak terdapat 4 yaitu fungsi anggaran/budgeter, distribusi, alokasi
dan fungsi regulasi atau stabilisasi.
6. Asas pemungutan pajak ada 3 yaitu asas domisili, asas sumber dan asas
kebangsaan.
7. Syarat pemungutan pajak terdiri dari syarat yuridis, keadilan,ekonomis,
finansial, dan syarat kesederhanaan.
8. Manfaat pajak adalah merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar
di Indonesia. Tentunya sangat besar manfaatnya untuk membiayai seluruh
kegiatan kenegaraan.
9. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan (contoh:
pembayaran pajak reklame, pajak banner, pajak billboard, dan lain-lain)
karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai
semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
10. Selain pemerintah memungut pajak juga memungut pungutan resmi lainya
selain pajak. Pungutan resmi lain juga merupakan sumber penerimaan bagi
negara diantaranya: retribusi, iuran, sumbangan wajib, bea ekspor dan
impor serta cukai.
11. Ada beberapa istilah yang terkait dengan pajak yang harus dipahami
antara lain: wajib pajak, masa pajak, nomor pokok wajib pajak, surat
setoran pajak, surat pemberitahuan, dan surat tagihan pajak
12. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap pertambahan nilai suatu
barang yang telah melalui proses produksi
13. Obyek dari pajak pertambahan nilai antara lain: penyerahan barang kena
pajak, impor barang kena pajak, penyerahan jasa kena pajak dan ekspor
barang kena pajak
14. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Besarnya PPN adalah sebesar 10% dan besarnya PPN dapat diubah serendah-
rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%.
15. Tarif barang ekspor adalah 0%. Tarif PPnBM berdasarkan peraturan
pemerintah ditetapkan10% dan setinggi-tingginya 75%. Tarif PPnBM
yang berlaku saat ini adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 75%.
22
16. Pengertian Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan atas penghasilan
wajib pajak orang pribadi atau badan dalam negeri yang berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya dengan nama
apapun.
17. Subyek Pajak Penghasilan yaitu orang pribadi dan warisan yang belum
dibagi serta badan usaha yang berbentuk Firma, CV, PT, koperasi baik
milik swasta maupun BUMN.
18. Obyek Pajak Penghasilan sesuai dengan pasal 4 UU No 36 tahun 2008
tentang pajak penghasilan.
19. Tarif Pajak Penghasilan menurut UU No 36 tahun 2008 untuk pribadi
adalah sebagi berikut:
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
1 Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
2 Di atas Rp.50.000.000,00 – Rp.250.000.000,00 15%
3 Di atas Rp.250.000.000,00 – Rp.500.000.000,00 25%
4 Di atas Rp.500.000.000,00 30%
20. Tarif pajak badan Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).
21. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua
puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
22. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang
paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham
yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima
persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atauberdasarkan Peraturan
Pemerintah.
23. Pajak Bumi dan Bangunan dengan diberlakukan undang-undang nomor 28
tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah per 1 Januari 2010.
Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan atau (P2)
menjadi pajak daerah yang kewenangan pemungutannya berada pada
pemerintah daerah.
24. Sementara PBB sektor perkebunan, perhutanan dan pertambangan (P3)
masih tetap menjadi pajak pusat.
25. Tarif Pajak PBB setelah PBB setor pedesaan dan perkotaan (P2) menjadi
pajak daerah maka daerah mempunyai kewenangan dalam menentukan
tarif PBB sehingga tarif PBB antara daerah yang satu dengan daerah
lainya akan terjadi perbedaan tarif.
26. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak yaitu NJOP yang terbebas dari
pajak sehingga dipergunakan untuk mengurangi nilai jual obyek pajak
sebelum dihitung pajaknya. NJOP –TKP ini ada perbedaan antara daerah
yang satu dan daerah lainnya.
I. PENGAYAAN
23
Jika kita perhatikan dari undang-undang yang mengatur perpajakan ke
undang-undang perpajakan yang lain terdapat perubahan pendapatan tidak
kena pajak.
Perkembangan tersebut terkait dengan perkembangan tingkat perekonomian
serta adanya faktor inflasi. Jika kita lihat besarnya pendapatan tidak kena
pajak (PTKP) yang terdapat dalam UU No 17 tahun 2000 besarnya PTKP
adalah sebagai berikut:
No Keterangan PTKP Keterangan
1 Wajib Pajak Rp.2.880.000,00 WP ybs
2 WP Kawin Rp.1.440.000,00 Istri
3 Anak (mak 3) RP.1.440.000,00 Per anak
24
25