Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PENUGASAN

Semester Pendek
Basic Science 2

Oleh

Nima Nabila Putri

1618011111

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITA LAMPUNG

2017
Kata Pengantar
Daftar Isi
Tinjauan Pustaka

1.1. Menjelaskan Anatomi Dinding Abdomen (Peritoneum dan Otot-Otot Abdomen)


Anatomi dinding abdomen tersusun atas lapisan lapisan, dimana lapisan paling
luar terdapat kulit kemudian kearah profunda terdapat otot-otot abdomen dan juga
peritoneum yang melapisi organ dalam pencernaan. Otot-otot abdomen tersebut jika di
urutkan dari supervicial akan di urutkan sebagai berikut3

1.1.1. Gambar otot abdomen 1


Pada otot-otot dinding Thorax dan abdomen terdapat Mm. thoracis dan
Mm. abdominis, lapisan superfisial dilihat dari ventral. V.cephalica berjalan di
antara tepi M. deltoideus dan M. pectoralis major ke Trigonum clavipectorale
(fossa MOHRENHEIM) tempat pembuluh ini masuk ke dalam untuk menyatu
dengan V. axillaris. Pinggir bawah M. pectoralis major membentuk lipatan aksila
anterior, pinggir anterior M. latissimus dorsi membentuk lipatan aksila posterior
M. serratus anterior membentuk dasar aksila.

M. pectoralis major secara fungsional berperan dalam anteversi (= fleksi)


lengan di sendi bahu dan merupakan aduktor dan rotator medial yang kuat. Selain
itu, otot ini dapat menarik bahu ke depan dan ke bawah dengan lengan dalam
posisi tetap dan membantu inspirasi.

Di daerah abdomen, Vagina musculi recti abdominis dibentuk oleh


aponeurosis otot abdomen oblik. Otot abdomen oblik paling luar M. obliquus
externus abdominis, mengirim aponeurosisnya ke lapisan luar Vagina musculi
recti abdominis. Di garis tengah, aponeurosis-aponeurosis menyatu di Linea alba.
Tampak ligamen suspensi kaudal untuk penis, Ligg. fundiforme dan
suspensorium penis. Di sebelah lateralnya terlihat Funiculus spermaticus dan di
kontralateral Anulus inguinalis superficialis dengan Crus mediale, Fibrae
intercrurales, dan Lig. reflexum.1

1.1.2. Gambar otot abdomen 2


Pada otot-otot dinding Thorax dan abdomen terdapat Mm. thoracis dan
Mm. Abdominis jika dilihat dari sisi kanan. Bagian lateral memperlihatkan
payudara wanita (Mamma) yang terletak di atas M. pectoralis major. Dinding
abdomen lateral memperlihatkan posisi tumpang-tindih bergerigi origo M.
obliquus externus abdominis dengan origo M. serratus anterior. M. latissimus
dorsi menutup gerigi otot-otot ini dari dorsal.

M. obliquus externus abdominis terbentang dari lateral posterior kranial ke


medial anterior kaudal. Serat-serat otot yang berasal dari iga-iga bawah berjalan
hampir vertikal menuju Labium externum Crista iliaca. Serat-serat otot lainnya
masuk ke dalam aponeurosis berbentuk lembaran yang ikut serta membentuk
Vagina musculi recti abdominis. Di paha, terlihat Fascia glutea dan Mm. gluteus
maximus serta tensor fasciae Iatae berjalan radial menjadi Tractus iliotibialis.1

1.1.3. Gambar otot abdomen 3


Lapisan superfisal dan tengah otot-otot abdomen, Mm. abdominis dilihat
dari ventral. Di sisi kanan, lapisan superfisial (Lamina anterior) Vagina musculi
recti abdominis telah dibuka dan terlihat M. rectus abdominis. Otot ini dipisahkan
menjadi tiga sampai empat intersectiones tendineae membentuk yang disebut
sebagai kontur six-pack jika dilatih dengan baik. M. rectus abdominis berungsi
untuk menekuk badan ke depan dan ke samping.

Bagian kaudal Vagina musculi recti abdominis mengandung M.


pyramidalis berbentuk segitiga kecil yang berorigo di Os pubis serta berproyeksi
ke linea alba. M. pyramidalis merupakan otot kantong rudimenter (menurut
anatomi komparati, kanguru memiliki M. pyramidalis yang sangat berkembang).

Di sisi kiri pada gambar tersebut, M. obliquus externus abdominis telah


dilepas dan dilipat ke medial melewati Vagina musculi recti abdominis. Bagian
yang lebih besar dari otot ini berakhir di aponeurosis yang ikut membentuk
lapisan superfisial (Lamina anterior) Vagina musculi recti abdominis. Secara
fungsional, otot ini ikut serta dalam gerakan menekuk ke depan dan ke samping
serta rotasi lateral torso bagian atas. Otot ini merupakan elemen dari otot gelang
abdomen oblik dan transversal, dan menciptakan suatu unit fungsional dengan
otot-otot sisi yang berlawanan serta Mm. obliqui interni dan transversi
abdominis.1

1.1.4. Gambar otot abdomen 4


Lapisan tengah otot-otot abdomen, Mm. abdominis dilihat dari ventral.
Pada gambar di sisi kanan sebagian besar M. obliquus externus abdominis telah
diangkat dan di bagian bawahnya terletak M. obliquus internus abdominis.
Aponeurosisnya ikut serta membentuk lamina superfisial (Lamina anterior) dan
profunda (Lamina posterior) Vagina musculi recti abdominis.

M. obliquus internus abdominis berproyeksi dari lateral kaudal ke medial


kranial dan, seperti M. obliquus externus abdominis, ikut serta dalam otot gelang
abdomen oblik dan transversal serta membantu gerakan menekuk ke depan dan
ke samping serta rotasi lateral torso bagian atas.1

1.1.5. Gambar otot abdomen 5


Lapisan dalam otot-otot abdomen, Mm. abdominis; dilihat dari ventral.
Pada gambar di sisi kanan abdomen diperlihatkan M. transversus abdominis.
Selain itu, Lamina anterior Vagina musculi recti abdominis dan M. rectus
abdominis telah diangkat. Transisi serat-serat otot M. transversus abdominis
menjadi aponeurosis membentuk suatu garis semilunar (Linea semilunaris).
Aponeurosis ini merupakan bagian utama Lamina posterior Vagina musculi recti
abdominis. Di sebelah kaudal dari Linea (Zona) arcuata, aponeurosis M.
transversus abdominis ikut serta membentuk Lamina anterior Vagina musculi
recti abdominis.

Aponeurosis membentang sampai ke Linea alba. M. transversus abdominis


terutama menghasilkan gaya konstriktif yang menyebabkan peningkatan tekanan
intra-abdomen dan membantu ekspirasi paksa. Di bagian atasnya (dari Sternum
hingga Linea [Zona] arcuata), lamina dalam (Lamina posterior) Vagina musculi
recti abdominis terbentuk oleh aponeurosis dari M. obliquus internus abdominis
dan M. transversus abdominis. Di bawah (dari Linea [Zona] arcuata hingga Os
pubis), Lamina posterior hanya terdiri dari Fascia transversalis dan Peritoneum
parietale.1

1.1.6. Gambar otot abdomen 6

Pada gambar tersebut menjelaskan mengenai aspek posterior dinding


abdomen anteriordilihat dari dorsal. Di sisi kanan, Fascia dan Peritoneum yang
menutupi Dia-phragma serta M. transversus abdominis telah disingkirkan. Di
aspek posterior dinding abdomen ventral dapat terlihat beberapa lipatan (Plicael,
lubang (Fossae), dan Ligamenta yang berbeda-beda.

Lig. falciforme hepatis (pita hati berbentuk sabit) terbentang antara


Diaphragma dan hati serta berinsersi dalam sudut tegak di aspek posterior dinding
abdomen ventral. Ligamentum ini meluas ke Umbilicus dan mencerminkan sisa
perkembangan mesenterium V. umbilicalis. Vena umbilicalis menutup segera
setelah lahir dan tetap terlihat sebagai tali ligamentosa bulat (Lig. teres hepatis) di
ujung bebas Lig. falciforme hepatis.

Di bawah Umbilicus terlihat Plica umbilicalis mediana (mengandung sisa


Urachus sisa fibrosa dari allantois yang terbentang dari puncak kandung kemih
ke Umbilicus), di sebelah lateralnya terdapat Plicae umbilicales mediales
(mengandung sisa Aa. umbilicales), dan lebih jauh ke lateral terdapat Plicae
umbilicales laterales (mengandung Vasa epigastrica inferior).

Fossae supravesicales, inguinales mediales, dan inguinales laterales terletak


di antara lipatan-lipatan tersebut. Fossa inguinalis lateralis berse-suaian dengan
Anulus inguinalis profundus yang terletak di bawahnya; Fossa inguinalis medialis
terletak setinggi Anulus inguinalis superficialis.1

1.1.7. Gambar otot abdomen 7

Gambar tesebut menerangkan tentang diaphragma dan otot-otot dinding


abdomen Mm. abdominis dilihat dari ventral. Diaphragma terdiri dari suatu
lempeng tendon sentral (Centrum tendineum) disertai otot-otot yang melekat
yang memiliki origo di Sternum (Pars sternalis), Costae (Pars costalis), dan
Columna Vertebralis regio lumbal (Pars lumbalis). Jika retroperitoneum diangkat
maka terlihat daerah paravertebra yaitu Mm. iliopsoas (masing-masing terdiri dari
M. psoas major dan M. iliacus), M. quadratus lumborum, dan, sebagai varian, M.
psoas minor. Kedua M. psoas major berorigo di Fossa iliaca, dan M. iliacus
berinsersi di Trochanter minor Femur.
M. psoas major merupakan fleksor terkuat paha. M. psoas major dapat
menggerakkan torso bagian atas dari posisi berbaring ke posisi duduk tegak dan
ikut serta dalam gerakan rotasi badan. M. quadratus lumborum berorigo di
Labium internum Crista iliaca dan berinsersi di Costa XII dan di Procc. costales
vertebrarum lumbales I-IV. Otot ini mampu menurunkan Costa XII dan ikut serta
dalam gerakan fleksi ke depan badan.1

1.1.8. Peritoneum

Peritoneum adalah suatu membrana tipis (peritoneum) melapisi dinding


cavitas abdominalis dan melingkupi sebagian besar viscera. Peritoneum parietale
melapisi dinding-dinding cavitas dan peritoneum viscerale melingkupi viscera. Di
antara peritoneum parietale dan viscerale terdapat suatu ruang potensial (cavitas
peritonealis).
Cavitas peritonealis terbagi menjadi saccus major dan saccus minor (bursa
omentali). Saccus major menempati sebagian besar ruang di cavitas peritonealis,
dimulai di superior pada diaphragma dan berlanjut di inferior sampai ke dalam
cavitas pelvis. Saccus ini dimasuki ketika peritoneum parietale telah ditembus.
Bursa omentalis adalah subdivisi yang lebih kecil pada cavitas peritonealis, di
posterior dari gaster dan hepar dan berhubungan dengan saccus major melalui
suatu lubang, foramen omentale (epiploicum).
Omentum terdiri dari dua lapisan peritoneum, yang berjalan dari gaster dan
bagian pertama duodenum menuju viscera lain. Ada dua jenis yaitu Omentum
majus yang berasal dari mesenterium dorsalis, dan Omentum minus yang berasal
dari mesenterium ventralis

Omentum majus adalah suatu lipatan peritoneum yang luas, seperti apron,
dan melekat ke curvatura gastrica/ventriculi major dan bagian pertama duodenum
(pars superior). Struktur ini menggantung ke inferior di atas colon transversum
dan gelunggelung jejunum dan ileum. Berbalik ke posterior, omentum ini naik
untuk berhubungan dengan, dan melekat pada, peritoneum pada permukaan
superior colon transversum dan lapisan anterior mesocolon transversum sebelum
tiba pada dinding posterior abdomen.

Omentum minus Dua lapis omentum peritoneum lainnya adalah omentum


minus. Omentum ini terbentang dari curvatura gastrica/ ventriculi minor dan
bagian pertama duodenum (pars superior) menuju facies inferior hepar. Omentum
ini adalah suatu membrana tipis yang bersinambungan dengan penutup
peritoneum permukaan anterior dan posterior gaster dan bagian pertama
duodenum, dan terbagi menjadi ligamentum hepatogastricum di medial, yang
melintas di antara gaster dan hepar, dan ligamentum hepatoduodenale di lateral,
yang melintas di antara duodenum dan hepar.2
1.1.9. Topografi Permukaan
topografis abdomen digunakan untuk menggambarkan lokasi organ-organ
abdomen dan rasa nyeri yang terkait dengan keluhan di abdomen. Dua skema
yang paling sering digunakan adalah antara lain pola empat (4) kuadran, dan Pola
sembilan (9) regio. Pola 4 kuadran Suatu bidang horizontalis transumbilicalis
melewati umbilicus dan discus intervertebralis di antara vertebrae LIII dan LIV
dan memotong bidang verticalis median, membagi abdomen menjadi 4 kuadran
kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.
Pola sembilan-regio didasarkan pada dua bidang horizontalis dan dua
bidang verticalis. Yang akan di jelaskan sebagai berikut:
a. Bidang medianus Bidang horizontalis superior (planum subcostale) berada
tepat di inferior arcus costafis, yang terletak di batas bawah cartilago
costalislis 10 dan melewati corpus vertebrae LIII.
b. Bidang horizontalis inferior (planum intertuberculare) menghubungkan
tuberculum crista iliaca, yang merupakan struktur yang dapat dipalpasi, 5 cm
posterior dari SIAS, dan melewati bagian atas corpus vertebra LV.
c. Bidang verticalis melintas dari titik tengah clavicula disebelah inferior menuju
titik pertengahan antara SIAS dan symphysis pubica.

Keempat bidang ini membentuk divisi topografis pengelompokan 9


(sembilan) regio. Penamaan berikut digunakan untuk setiap regio: bagian superior
adalah hypochondrium dextra, epigastrium dan hypochondrium sinistra; bagian
inferior adalah inguinalis dextra, pubicum, inguinalis sinistra; di tengah-tengah
adalah lateralis dextra, umbilicalis, lateralis sinistra.2
1.2. Menjelaskan Sistem Pencernaan Bagian Atas Meliputi Rongga Mulut, Gigi, Faring,
Esofagus, Gaster, Duodenum Dan Kelenjar Ludah.
1.2.1. Rongga mulut

Pada gambar di atas menjelaskan tentang bagian rongga mulut (Cavitas


oris) sisi kanan yang dilihat dari sisi kiri. Batas-batas Cavitas oris adalah bibir
(anterior), pipi (lateral), otot dasar mulut (bawah, kaudal), dan Palatum (atas,
kranial).1
Pada gambar tersebut menjelaskan bagian rongga mulut (Cavitas oris) jika
dilihat dari frontal mulut terbuka. Lubang mulut (Rima oris) merupakan pintu
masuk ke saluran cerna dan Cavitas oris. Cavitas oris dibagi menjadi Vestibulum
oris dan rongga mulut sebenarnya (Cavitas oris proprial. Batas-batas Vestibulum
oris adalah bibir dan pipi di bagian luar serta, Processus alveolaris dan gigi di
bagian dalam. Jika gigi menutup, maka terdapat ruang di belakang gigi
geraham/molar terakhir di kedua sisi (Spatium retromolare) yang memungkinkan
akses ke rongga mulut/Cavitas oris. Di daerah Isthmus faucium, Cavitas oris
menjadi Pars oralis dari Pharynx (Oropharynx). Saluran-saluran ekskretorik dari
banyak kelenjar liur kecil dan saluran dari tiga pasang kelenjar liur besar
bermuara ke Vestibulum oris dan Cavitas oris propria. Badan lidah (Corpus
linguae) mengisi sebagian besar dari bagian dalam Cavitas oris.1

1.2.2. Gigi
Gigi-geligi (dentes) tersusun dalam dua lengkung gigi, lengkung gigi
atas(arcus dentalis maxillaris superior) dan bawah (arcus dentalis mandibula
inferior), dan melekat ke maxilla dan mandibula. Gigipada manusia bersifat
heterodon, gigi memiliki bentuk bentuk khas sebagai gigi seri (incisivi),
taring(canini), premolar (premolares), dan geraham (molares). Gigi seri dan tering
juga di namai gigi depan, sementara premolar dan molar adalah gigi lateral.
Pada lengkung gigi bawah (arcus dentalis mandibularis inferior)
susunannya sama denga lengkung gigi atas. Untuk menunjukkan secara tepat
hubungan topografik oral digunakan istilah palatinal untuk rahang atas dan
lingual untuk rahang bawah. Gingiva atau gusi adalah bagian dari lapisan mukosa
mulut yang menutupi processus alveolaris tulang dan sekat tulang antar gigi
(gingival embrasure).1

Perbedaan gigi dewasa dan gigi anak-anak

Dewasa Anak-anak
Incicus 2 pasang 2 pasang
Caninus 1 pasang 1 pasang
Premolar 2 pasang -
Molar 3 pasang 2 pasang
1.2.3. Lidah
Terdiri dari Corpus Linguae dan Radix Linguae yang dipisahkan oleh Sulcus
Terminalis Linguae. Terdapat 4 jenis Papilla Linguae:
1. Papilla Circumvallata
2. Papilla Folliata
3. Papilla Fungiformis
4. Papilla Viliformis
Terdapat otot-otot instrinsik pada lidah yang mengubah bentuk lidah antara lain:
1. M. Longitudinalis superior
2. M. Verticalis liguae
3. M. Tranversus linguae

Dan terdapat otot-otot ekstrinsik lidah, antaralain:

1. M. Genioglosus
2. M.hyoglosus
3. M. Palatoglosus
4. M. Styloglosus1

1.2.4. Kelenjar ludah (Glandula Salivaria)


Terdapat 3 Glandula Saliva Major:
1. Glandula Parotidea Terletak di depan telinga luar dan ditutupi oleh Fascia
Parotidea. Glandula Protidea me ngekskresikan saliva melalui Ductus
Parotideus (Stensen) ke Papilla Ductus Parotidea yang terletak berhadapan
dengan Molar ke-2 dalam vestibulum oris.
2. Glandula Submandibularis Terletak di Trigonum Submandibulare. Glandula
Submandibularis mengekskresikan sa liva melalui Ductus Submandibularis
(Ductus Whartons) dan bergabung dengan Ductu s Sublingualis Major dari
Glandula Submandibularis ke Caruncula Sublingualis di kedu a sisi Frenulum
Linguae di belakang Incicus dalam Cavum Oris.
3. Glandula Sublingual Terletak di atas M. Mylohyoideus dan lateral dari M.
Genioglossus.2

1.2.5. Faring

Faring merupakan rongga di belakang tenggorokan, sebagai saluran


bersama dalam sistem pernafasan dan pencernaan. Di dinding samping faring
terdapat tonsil dimana jaringan linfoid yang merupakan sistem pertahanan tubuh.
Faring dibagi menjadi 3 pars, yaiyu pars naso pharing (atas), oro pharing
(tengah), dan laringo pharing (bawah). Isthmus Pharyngis adalah batas antara
Nasopharynx dan Oropharynx. Isthmus Faucium adalah batas antara Cavum Oris
Propria dan Oropharynx. 2
1.2.6. Esofagus
Esophagus merupakan pipa penghubung dari Pharynx ke Gaster, berada
tepat di belakang Trachea. Esophagus terdiri dari 3 bagian:
1. Pars cervicalis, terdapat otot rangka.
2. Pars thoracalis, terdapat otot rangka dan otot polos.
3. Pars abdominis, terdapat otot polos.
Esofagus divaskularisasikan oleh A. Thyroidea inferior, A. Esophagica, A.
Bronchialis, dan cabang dari A. Gastrica sinistra. Aliran drainase vena peda
esofagus mengikuti arterinya. Bagian tengah menuju V. Azygos dan V.
Hemiazyg os. Bagian akhir menuju V. Porta Hepatica melalui V. Gastrica
sinistra. V. Azygos dan V. Gastrica beranastomosis di Plexus Esophagus. Inervasi
pada esofagus pada saraf Simpatis oleh Rr. Esophagus dan N. Splanchnicus
Mayor, dan pada parasimpatis oleh Plexus Esophagus (N. Vagus).1

1.2.7. Gaster
Gaster terletak di Hypocondrium sinistra sampai Epigastrium.
Bagian-bagian Gaster:
1. Cardiac: bagian dekat Esophagus, terdapat Sfingter Esophageal inferior
2. Fundus: puncak Gaster, terletak dibawah Diafragma
3. Corpus: terletak diantara Fundus dan Pylorus Antrum Pyloric
4. Pylorus: bagian dekat Duodenum, terdapat Sfingter Pylorus
Inervasi pada gaster yaitu pada saraf simpatis oleh Ganglia Coeliaca, N.
Splanchnicus Mayor dan pada parasimpatis: N. Vagus. Vaskularisasinya pada
bagian curvatura mayor divaskularisasi oleh A. Gastrica dekstra dan sinistra, dan
pada bagian curvatura minor di perdarahi oleh A. Gastroepiploica dextra dan
sinistra. Dan vena di alirkan dalam sistem portal.1

1.2.8. Duodenum
Bagian pertama dari intestinum tenue adalah duodenum. Struktur ini
berbentuk seperti huruf C. bersebelahan dengan caput pancreas, panjangnya
sekitar 20-25 cm dan berada di atas umbilicus: lumennya adalah yang terlebar
dibandingkan bagian intestinum tenue yang lain. Struktur ini terletak
retroperitoneale kecuali bagian awalnya, yang dihubungkan dengan hepar oleh
suatu ligamenturn hepatoduodenale, yang merupakan bagian dari omentum
minus.1
Duodeni terbagi menjadi 4 bagian antara lain:
1. Pars superior (bagian pertama) terbentang dari ostium pyloricum gaster
sampai collum vesicae fellea, berada tepat di sisi kanan corpus vertebrae LI,
dan berjalan di anterior ductus choledochus, arteria gastroduodenalis, vena
portae hepatis, dan vena cava inferior. Secara klinis, permulaan bagian ini
disebut sebagai ampulia atau duodenal cap, dan ulcus duodenalis paling
sering ditemui.
2. Pars descendens (bagian kedua) duodeni berada tepat di sisi kanan garis
tengah tubuh dan terbentang dari collum vesica fellea sampai ke tepi bawah
vertebra LIII. Permukaan anteriornya disilang oleh colon transversum,
diposteriornya terdapat ren dextra, dan di medialnya terdapat caput pancreas.
Bagian duodeni ini berisi papilla duodeni major, yang merupakan pintu
masuk bersama bagi ductus choledochus dan ductus pancreaticus, dan papilla
duodeni mijor, yang merupakan pintu masuk bagi ductus pancreaticus
accessorius, dan pertemuan dari pre-enteron dan mesenteron tepat di bawah
papilla duodeni major.
3. Pars inferior/horizontalis (bagian ketiga) duodeni adalah bagian yang
terpanjang, menyilang vena cava inferior, aorta, dan columna vertebralis.
Bagian ini disilang di anteriornya oleh arteria dan vena mesenterica superior.
4. Pars ascendens (bagian keempat) duodeni berjalan naik pada, atau di sisi kiri
dari, aorta sampai kira-kira di tepi atas vertebra LII dan berakhir sebagai
flexura duodenojejunalis.1
1.3. Menjelaskan Anatomi Sistem Pencernaan Bagian Bawah (Jejunum Ileum, Colon
Sigmoid, Rektum), Sistem Hepatobilier (Hepar dan Vesica Felea), serta Pankreas, Serta
Inervasi dan Vascularisasi Utama Sistem Pencernaan.
1.3.1. Jejunum dan Ileum
a. Jejunum
Struktur Jejunum sangat mirip dengan Duodenum tetapi tidak mengandung
Glandulae duodenales (kelenjar BRUNNER).

b. Ileum
Plicae circulares (lipatan KERCKRING) jauh lebih sedikit pada Ileum bila
dibandingkan dengan usus halus bagian atas.
Perbatasan antara jejunum dan ileum di dalam rongga peritoneal letaknya
tidak pasti namun dari keduanya dapat di bedakan dengan karakteristiknya antara
lain sebgai berikut :

Vaskularisasi:
a. Jejunum: Suplai arterial jejunum termasuk arteriae jejunales dari arteria
mesenterica superior.
b. Ileum: Arteriae ileales dari arteria mesenterica superior, dan suatu cabang dari
arteria ileocolica (dari arteria mesenterica superior)2

1.3.2. Intastinum crassum


Intestinum crassum terbentang dari ujung distal ileum hingga anus,
panjangnya sekitar 1.5 meter pada orang dewasa. Intestinum crassum
mengabsorbsi cairan dan garam-garam dariisi lumen intestinum, dengan demikian
membentuk fcces, dan terdiri dari caccum, appendix vermiformis, colon, rectum,
dan canalis analis.
Intestinum crassum memasuki bagian atas cavitas pelvis sebagai colon
sigmoideum, dan berlanjut pada dinding posterior cavitas pelvis sebagai rectum,
dan berakhir sebagai canalis analis. Karakteristik umum sebagian besar
intestinum crassum adalah:
1. memiliki diameter lumen yang lebih besar
2. dibandingkan diameter lumen intestinum tenue, peritoneum colon tertutupi
akumulasi lemak (appendices epiploicae/ appendices omentales)
3. pemisahan musculus longitudinalis pada dindingnya menjadi 3 pita sempit
(taeniae coli), yang mula-mula terdapat di caecum dan colon dan kurang
terlihat pada rectum
4. terdapat sacculasi pada colon (haustra coli).
Vascularisasi: cabang A. Mesentrica superior et Inferior2

1.3.3. Rectum
Rectum berhubungan dengan Colon Sigmoideum di proximal dan Canalis Anal di
distal. Terdapat Ampula Rectii yang merupakan temoat penyimpanan feses
sementara. Vaskularisasi: - A. Rectalis superior, A. Rectalis media, dan A. Rectalis
inferior. Drainase: - V. Rectalis superior bermuara ke V. Porta Hepatica - V. Rectalis
media et inferir bermuara ke V. Sistemik 1
1.3.4. Canalis Analis
Merupakan terminal dari Intestinum Crassum. Canalis Anal di lingkari oleh
Sfingter Ani Internus et Externus. Terdapat penanda bagian luar dan bagian
dalam Anal yang disebut Linea Pectinata. Vaskularisasi: - A. Rectalis superior, A.
Rectalis media, dan A. Rectalis inferior2
1.3.5. sistem hepatobilier
a. Hepar
Hepar merupakan organ viscera terbesar pada tubuh manusia dan
terutama terletak di regio hypochondrium dextra dan epigastrium, meluas ke
dalam regio hypochondrium sinistra (atau di dalam kuadran kanan atas,
terbentang hingga kuadran kiri atas). Facies hepar meliputi: facies
diaphragmatica ke arah anterior, superior, dan posterior, dan facies visceralis
ke arah inferior.
Hepar melekat pada dinding anterior abdomen oleh suatu ligamentum
falciforme dan, kecuali pada sebagian kecil hepar yang berhadapan langsung
dengan diaphragma (area nuda/ bare area), hepar hampir seluruhnya
dikelilingi oleh peritoneum viscerale.
Hepar dibagi menjadi lobus dexter hepatis dan sinister oleh fossae
vesicaebiliaris dan vena cava inferior. Lobus dexter hepatis adalah yang lebih
besar, sedangkan lobus sinister hepatis yang lebih kecil. Lobus caudatus dan
lobus quadratus terletak di lobus dexter hepatis, tetapi secara fungsi berbeda.

Suplai arterial hepar berasal dari: arteria hepatica dextra dari arteria
hepatica propria (cabang dari arteria hepatica communis dari truncus
coeliacus), dan arteria hepatica sinistra dari arteria hepatica propria (sebuah
cabang dari arteria hepatica communis dari truncus coeliacus).2
1.4. menjelaskan struktur mikriskopis rongga mulut, gigi, faring, esophagus, kelenjar ludah.
1.4.1. Rongga mulut
a. Labium oris
Rongga mulut sebagian dibentuk oleh bibir (labia oris) dan pipi. Bibir
dilapisi oleh kulit yang sangat tipis yang ditutupi olrh epitel berlapis gepeng
dengan lapisan tanduk. Pembuluh darah terletak dekat dengan permukaan
bibir sehingga bibir berwarna merah. Permukaan luar bibir mengandung
folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar keringat. Bibir juga mengandung
otot rangka yang disebut orbicularis oris. Di sebelah dalam batas bebas bibir,
lapisan luar berubah menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang
lebih tebal. Di bawah epitel mulut terdapat kelenjar labialis (glandula labialis)
penghasilmukus.4

b. Lingua
Lidah adalah organ berotot di rongga mulut. Bagian tengah lidah terdiri
atas jaringan ikat dan berkas-berkas serat otot rangka. Penyebaran dan
orientasi masing-masing serat otot rangka lidah yang acak memungkinkan
lidah bergerak bebas selama mengunyah, menelan, dan berbicara.
Epitel permukaan dorsal lidah tidak teratur dan kasar akrena adanya
banyak tonjolan atau proyeksi yang disebut papila. Papila ini terindentasi oleh
jaringan ikat dibawahnya yaitu lamina propria. Semua papila lidah dilapisi
oleh epitel berlapis gepeng yang memperlihatkan keratinisasi parsial atau
inkomplit. Sebaliknya, epitel permukaan ventral lidah tampak licin. Terdapat
4 jenis papila lidah, antaralain:
1. Papila filiformes adalah papila terbanyak dan terkecil pada permukaan
lidah adalah papila filiformis (papillae filiformes) bentuk-kerucut lancip.
Papila ini menutupi seluruh permukaan dorsal lidah.
2. Papila fungiformis adalah papila yang berbentuk jamur dan terdapat
banyak di anterior lidah, terselip di antara papila filiformes
3. Papila sircumfalata terletak di posterior lidah, berbenuk lebih besar dari
papila lainnya.
4. Papila foliata berkembang baik pada hewan, dan kurang berkembang baik
pada manusia.4

1.4.2. Gigi
Setiap gigi memiliki :
1. Mahkota : yang menonjol diatas gigi dan ditutupi oleh email
2. Leher
3. Akar gigi : dibawah gingiva yang menahan gigi pada kantung tulang yang
disebut alveoli dna dilapisi sementum
4. Dentin adalah jaringan berkapur yang terdiri dari 70% hidroksiapatit.
5. Dihasilkan sel-sel ectodermal dan merupakan komponen tubuh paling keras
6. Pulpa terdiri atas jaringan ikat longgar menyerupai mesenkim
7. Periodonsium adalah struktur yang berguna untuk mempertahankan gigi di
dalam tulang maksila dan mandibular.4
1.4.3. Faring
Bagian fariny yang berlanjut dengan esophagus dilapisi oleh epitel berlapis
gepeng tak bertanduk dan yang berlanjut dekat rongga hidung dilapisi oleh epitel
bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet.
1.4.4. Esofagus
1. Esophagus 1/3 superior : otot rangka
2. 1/3 media : otot rangka dan otot polos
3. 1/3 inferior : otot polos 5
1.4.5. Kelenjar ludah
Sel-sel utama kelenjar ludah:
a. Sel serosa :penghasil protein terpolarisasi, biasanya berbentuk pyramid,
membentuk masa sferis disebut asinus
b. Sel mukosa : berbentuk kuboid / kolumnar sampai silindris dengan inti
terdesar ke basal dan hasilkan mucus
c. Sel sel mioepitel : ditemukan di bagian dalam lamina basal Kelenjar parotis :
sel serosa lebih banyak.

Kelenjar parotis : sel serosa lebih banyak

Kelenjar Submandibula : terdapat sel serosa dan sel mukosa dengan sel serosa
dominan

Kelenjar sublingual : terdapat sel serosa dan sel mukosa dengan sel mukosa yang
dominan. Dengan produk utamanya adalah mucus4
1.5. Menjelaskan Stuktur Mikroskopis Gaster, Usus Halus, Usus Besar, dan Anus.
1.5.1. Gaster (lambung)
Mukosa dan submukosa memperlihatkan lipatan memanjang yang disebut
rugae, lamina propria mengandung sel otot polos dan sel limfoid. Diantara
mukosa dan submukosa terdapat muscularis mucosae. Jenis sel sekretorik
lambung:
1. Sel eksokrin
a. Mucous cell : mukus basa, melindungi mukosa dari cederan mekanis,
pepsin, asam
b. Chief cell : pepsinogen, diaktifkan oleh asam klorida menjadi pepisn yang
memutus ikatan peptida dari protein (menjadi peptida kecil) memulai
pencernaan protein
c. Sel parietal : asam klorida, mengaktifkan pepsinogen
2. Sel endokrin
a. Sel ECL : histamin, merangsang sel parietal
b. Sel G : gastrin, merangsang sel parietal, chief cell, dan sel ECL
c. Sel D : somatostatin, menghambat sel perietal, G, dan sel ECL 4
1.5.2. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak diantara lambaung dan usus besar. Usua halus terdiri atas tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong ( jejenum), dan usus
penyerapan (ileum).
a. Duodenum
Duodenum panjangnya sekitar 25 cm Duodenum, yang dimulai dari
pyloric sphincter di perut sampai jejunum.Berbentuk sepatu kuda melengkung
ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas dan duodenal papilla, tempat
bermuaranya pancreas dan kantung empedu.Usus dua belas jari bertanggung
jawab untuk menyalurkan makanan ke usus halus.Secara histologis, terdapat
kelenjar Brunner yang menghasilkan lendir. Dinding usus dua belas jari
tersusun atas lapisan-lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa
otot.Usus dua belas jari dibagi menjadi empat bagian untuk mempermudah
pemaparan.Bagian pertama, yaitu pars suoerior dimulai dari akhir pilorus.
Kemudian saluran akan membelok ke lateral kanan. Bagian ini memiliki
panjang 5 cm.Bagian terakhir, pars ascendens berbentuk saluran menaik dan
berakhir pada awal usus kosong (jejunum). Yang memebedakan duodenum
denagn usus lainnya adalah adanya kelenjar brunner.4

b. Usus kosong ( jejenum)


Usus kosong terletak di antara usus 12 jari dan usus penyerapan.
Panjangnya sekitar 2,5 m. Di dalam usus kosong masih terjadi proses
pencernaan kimiawi. Dinding usus kosong mempunyai kelenjar yang
menghasilkan getah pencernaan, tetapi tidak sebanyak di usus 12 jari.Berikut
adalh histologi jejenum.4

c. Usus penyerapan ( ileum )


Sari makanan adalah makanan yang telah dicerna secara sempurna.Usus
penyerapan sari- sari makanan.Terdapat ujung-ujung pembuluh darah pada
seluruh permukaan dinding usus. Sari makanan diserap oleh pembuluh darah
sehingga masuk ke dalam aliran darah. Kemudiaan, darah membawa sari
makanan tersebut ke seluruh bagian tubuh.5
1.5.3. Usus besar
Usus besar memiliki tiga regio utama: sekum pendek, dengan appendiks;
kolon panjang, dengan asendens, transversal, desendens, dan bagian sigmoid;
serta rektum. Sekitar seluruh panjang, dari mukosa usus besar memiliki jutaan
dari kelenjar usus tubular pendek sederhana, dilapisi oleh lubrikan sel-sel goblet
dan sel absorptif untuk penyerapan dari air dan elektrolit. Muskularis dari kolon
memiliki lapisan luar longitudinal dibagi menjadi tiga pita pada otot polos yang
disebut teniae coli, yang beraksi dalam gerakan peristaltik dari feses ke rektum.4

1.5.4. Anal Kanal


Pada anal kanal epitel kolumnar sederhana lapisan rektum bergeser secara
tiba-tiba ke epitel skuamosa berlapis dari kulit di anus. Dekat anus lapisan
sirkular dari muskularis rektum ini membentuk sfingter anal internal dengan
kontrol lebih lanjut diberikan oleh otot lurik dari sfingter anal eksternal.4
1.6. Menjelaskan struktur mikroskopis hepar, vesicafelea dan pankreas.
1.6.1. Hati (hepar)
Hepatosit hati adalah sel epitel besar dengan inti sentral besar pusat
(poliploid dan sering binukleat), banyak ER halus dan kasar, dan banyak
kompleks Golgi kecil. Hepatosit memiliki banyak fungsi, termasuk endokrin
(sekresi protein plasma), eksokrin (sekresi empedu), penyimpanan glukosa
(granula glikogen), dan detoksifikasi (menggunakan SER dan peroksisom).
Dalam hati hepatosit akan disusun dalam lempeng iregular untuk membentuk
lobulus hati poligonal di mana lempeng hepatosit terarah menuju vena sentral
kecil.
Setiap lobulus hati dikelilingi oleh jaringan ikat jarang yang lebih banyak di
daerah portal pada sudut-sudut. Daerah portal atau saluran mengandung limfatik
kecil dan trias porta: cabang venula portal dari vena portal, cabang arteri hepatik
dari arteri hepatika, dan cabang empedu duktus dari percabangan empedu. Dalam
lobulus venula portal dan arteriol hati kedua cabang menuju ke sinusoid iregular
antara lempeng hati yang mana kaya nutrisi dan kaya O2, melewati hepatosit, dan
mengalir ke vena sentral.
Endotelium dari sinusoid hati diskontinu dan venestralis; di antara
endotelium ini dan hepatosit adalah perisinusoidal yang (Disse) dimana
pertukaran terjadi antara hepatosit dan plasma darah. Endotelium sinusoidal
mencakup banyak stellata makrofag khusus seperti bintang atau sel Kupffer, yang
mengenal dan menghancurkan eritrosit tak berguna, melepaskan besi dan
bilirubin untuk penyerapan oleh hepatosit. Juga hadir dalam ruang perisinusoid
adalah sel stellata hepatik (sel Ito) yang mengandung banyak tetesan lemak kecil
untuk penyimpanan vitamin A dan vitamin yang larut dalam lemak lainnya.
Antara hepatosit patuh dalam lempengan hepatik yang melekuk disebut
kanalikuli empedu, disegel oleh tautan ketat, di mana hepatosit mengeluarkan air
dan komponen empedu, termasuk bilirubin dan asam empedu. Dalam setiap
lobulus hati, semua kanalikuli empedu berkumpul di kanal empedu (dari Hering),
yang bergabung dengan duktus empedu di daerah portal dan akhirnya semua
5
bergabung untuk membentuk kiri dan kanan duktus hati.
1.6.2. Kantng empedu (vesicafelea)
Semua saluran empedu-bekerja setelah kanalikuli empedu dilapisi oleh sel
kuboid atau kolumnar sederhana yang disebut kolangiosit. Duktus hepatik umum
mengarah pada duktus kistik yang membawa cairan empedu ke kantong empedu
untuk penyimpanan empedu sementara dan konsentrasi empedu. Mukosa dari
cairan empedu memiliki banyak lipatan dengan permukaan yang luas, sebuah
lamina propria baik vascularized, dan lapisan kolangiosit kolumnar khusus untuk
penyerapan air dari empedu. Kontraksi muskularis kandung empedu
mengeluarkan empedu ke usus duodenum melalui saluran empedu dan diinduksi
oleh kolesistokinin (CCK) dari sel enteroendokrin di duodenum ketika terdapat
makanan.4
1.6.3. pankreas
Pulau-pulau pankreas sel endokrin yang tertanam di eksokrin jaringan asinar
serosa, yang sebagian besar terdiri dari pankreas dan di mana sel-sel
mensekresikan enzim pencernaan hidrolitik untuk disalurkan ke duodenum.
Setiap sel asinar pankreas adalah berbentuk piramida, dengan granula sekretori
(zimogen) dalam ujung apikal sempit dan kompleks Golgi, banyak ER kasar, dan
inti besar di ujung basal. Duktus interkalasi mengosongkan asinus pankreas,
termasuk selsel sentroasinar awal yang memasukkan ke dalam lumen asinar,
mensekresi ion bikarbonat (HCO3 - ) untuk menetralisir yang dimasukkan ke
duodenum dari lambung.4
1.7. Menjelaskan Proses Ingesti Makanan, Fungsi Motorik Lambung, Pergerakan Usus
Halus, Pergerakan Kolon dan Refleks Otonom yang Mempengaruhi Aktivitas Usus
Besar.

1.7.1. Ingesti makanan


Ingesti adalah proses masuknya makanan kedalam tubuh. Terdapat empat
proses pencernaan dasar, antara lain:
1. Motilitas Kontraksi otot polos mencampur dan mendorong isi saluran cerna
Tonus : kontraksi otot polos tingkat rendah yang tetap.
2 tipe dasar motilitas tonus :
Gerakan propulsive yaitu gerakan mendorong maju isi saluran cerna
dengan kecepatan yang bervariasi tergantung pada fungsi saluran cerna
masing-masing. Contoh: pada esofagus, gerakan mendorong makanan
cendrung cepat karena fungsinya hanya sebagai saluran. Sedangkan pada
usus halus, gerakan mendorong makan cendrung lambat karena fungsinya
untuk penguraian dan penyerapan makanan.
Gerakan mencampur yaitu gerakan mencampurkan isi saluran cerna
dengan getah pencernaan, memudahkan proses penyerapan makanan pada
permukaan serap
2. Sekresi kelenjar eksokrin mensekresikan getah pencernaan berupa air,
elektrolit, enzim, garam empedu atau mucus. Kelenjar endokrin
mensekresikan hormone pencernaan dalam fungsi regulator motilitasdan
sekresi kelenjar eksokrin. Sekresi dibebaskan ke dalam lumen saluran cerna.
3. Pencernaan (digesti) merupakan penguraian biokimia struktur kompleks
makanan menjadi material yang lebih sederhana sehingga mampus diserap
oleh sel-sel tubuh. Dibantu oleh katalisator berupa enzim dalam proses
pemecahan atau penguraian makanan tuntas pada usus halus
Karbohidrat : diserap dalam monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa).
Protein : diserap dalam asam amino.
Lemak : diserap dalam monogliserida dan asam lemak bebas. Makanan
berupa trigliserida (3 asam lemak yang melekat pada 1 molekul gliserol).
4. Penyerapan (absorpsi) Banyak dilakukan pada usus halus. Hasil
penyerapan bersama dengan air, vitamin, dan eletrolit dibawa dari lumen ke
7
dalam darah atau limfe
1.7.2. Fungsi motorik lambung
Fungsi motoric lambung ada 3, yaitu:
1. Penyimpanan makanan sampai dapat dicerna atau diproses di dalam lambung,
duodenum dan traktus intestinal bawah
2. Pencampuran makanan dengan sekresi dari lambung hingga membentuk
cuatu campuran setengah cair disebut kimus
3. Pengosongan kimus dengan lambat dari lambung ke usus halus dengan
7
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbs usus halus.
1.7.3. Pergerakan usus halus

1.7.4. Refleks otonom usus besar


Refleks otonom usus besar, ketika ada makanan masuk :
Refleks gastrokolon Diperantarai dari lambung ke kolon oleh gastrin dan saraf
otonom ekstrinsik. Merupakan pemicu utama gerakan massa di kolon.
Reflex gastroileum Memindahkan isi usus halus yang masih ada ke usus besar
Reflex gastrokolon Mendorong isi kolon ke dalam rectum, memicu reflex
defekasi.7
1.8. Menjelaskan Fungsi Sekresi Sistem Pencernan (Sekresi Saliva, Sekresi Enzim dan
Hormon Pada Gaster, Pankreas, Kantung Empedu, Usus Halus dan Usus Besar)
1.8.1. Sekresi saliva
Saliva menyekresi dua jenis protein yang utama, yaitu sekresi serosa yang
mengandung ptialin (suatu a-amilase), yang merupakan enzim untuk
mencernakan karbohidrat, dan sekresi mukus yang mengandung musin untuk
tujuan pelumasan dan perlindungan permukaan.
Fungsi saliva antara lain:
1. aliran saliva sendiri membantu membuang bakteri patogen juga partikel-
partikel makanan yang memberi dukungan metabolik bagi bakteri.
2. saliva mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri. Salah
satunya adalah ion tiosianat dan yang lainnya adalah beberapa enzirn
proteolitik terutama, lisoziYn yang (a) menyerang bakteri, (b) membantu ion
tiosianat memasuki bakteri, tempat ion ini kemudian menjadi bakterisid, dan
(c) mencerna partikel-partikel makanan, jadi membantu menghilangkan
pendukung metabolisme bakteri lebih lanjut.
3. saliva sering mengandung sejumlah besar antibodi protein yang dapat
menghancurkan bakteri rongga mulut, termasuk heberapa yang menyebabkan
karies gigi. Pada keadaan tidak ada saliva, jaringan rongga mulut sering
mengalami ulserasi dan atau menjadi terinfeksi, dan karies gigi dapat meluas.7
1.8.2. Sekresi esofagus
Sekresi esofagus seluruhnya mukus dan terutaina berfungsi sebagai
pelumas pada saat menelan. Bagian utama esofagus dikelilingi oleh beberapa
kelenjar mukus sederhana. Pada bagian ujung lambung, dan dalam jumlah lebih
kecil pada bagian awal esofagus, terdapat juga beberapa kelenjar mukus
campuran. Mukus yang disekresi oleh kelenjar campuran pada esofagus bagian
atas akan mencegah ekskoriasi mukosa akibat makanan yang baru saja masuk,
sedangkan kelenjar campuran yang berada di dekat sambungan esofagogastrik
akan melindungi dinding esofagus dari pencernaan oleh asam getah lambung
yang sering mengalami refluks dari lambung kembali lagi ke bagian bawah
esofagus. Walaupun ada fungsi pelindung, tukak lambung kadang masih dapat
terjadi pada ujung gastrik esofagus.7
1.8.3. Sekresi lambung
Selain sel-sel penyekresi mukus yang mengelilingi seluruh permukaan
lambung, mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting,
yaitu:
1. kelenjar oksintik (disebut juga kelenjar gastrik, pembentuk asam) menyekresi
asam hidroklorida, pepsinogen, faktor intrinsik, dan mukus.
2. Kelenjar pilorus terutama menyekresi mukus untuk melindungi mukosa
pilorus dari asam lambung. Kelenjar tersebut juga menyekresi hormon
gastrin.7
1.8.4. Sekresi pankreas
Enzim-enzim pencernaan pankreas disekresi oleh asini pankreas, dan
sejumlah besar larutan natrium bikarbonat disekresi oleh duktulus kecil dan
duktus lebih besar yang berasal dari asini. Produk kombinasi berupa enzim dan
natrium bikarbonat ini kemudian mengalir melalui duktus pankreatikus yang
panjang, yang normalnya bergabung dengan duktus hepatikus tepat sebelum
mengosongkan isinya ke duodenum. Enzim-enzim sekresi pankreas antara lain
sebagai berikut:
1. Enzim-enzim pankreas yang paling penting untuk mencerna protein adalah
tripsin, kimotripsin, dan karboksipolipeptidase. Sejauh ini, yang paling
banyak adalah tripsin. Tripsin dan kimotripsin memecah seluruh dan sebagian
protein yang dicerna menjadi peptida berbagai ukuran tetapi tidak
menyebabkan pelepasan asam-asam amino.
2. Enzim pankreas untuk mencerna karbohidrat adalah amilase pankreas, yang
akan menghidrolisis pati, glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain
(kecuali selulosa) untuk membentuk sebagian besar disakarida dan beberapa
trisakarida.
3. Enzim utama untuk mencerna lemak adalah (1) lipase pankreas, yang mampu
menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan monogliserida; (2)
kolesterol esterase, yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol; dan (3)
fosfolipase, yang memecah asam lemak dari fosfolipid.7
1.8.5. Sekresi kantung empedu
empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengekskresi beberapa produk
buangan yang penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu
produk akhir penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol7
1.8.6. Sekresi usus halus
Suatu susunan yang sangat rapat dari kelenjar mukus campuran, yang
disebut kelenjar Brunner, terletak pada dinding beberapa sentimeter pertama dari
duodenum, terutama antara pilorus lambung dan papila Vateri, tempat sekresi
pankreas dan empedu dikeluarkan ke dalam duodenum. Kelenjarkelenjar ini
menyekresi mukus alkalis dalam jumlah besar sebagai respons terhadap (1)
rangsang taktil atau rangsang iritasi mukosa duodenum, (2) rangsang vagus, yang
menyebabkan sekresi kelenjar Brunner meningkat bersaing dengan meningkatnya
sekresi lambung, dan (3) hormon gastrointestinal, khususnya sekretin.
Pada seluruh permukaan usus halus, di atasnya terdapat cerukceruk kecil
yang disebut kripta Lieberkuhn. Kripta-kripta ini terletak di antara vili usus.
Permukaan keduanya baik kripta maupun vili ditutupi oleh suatu epitel yang
terdiri dari dua jenis sel: (1) sel-sel goblet dalam jumlah sedang yang menyekresi
mukus untuk melumasi dan melindungi permukaan usus, dan (2) sejumlah besar
enterosit, di dalam kripta, yang menyekresi sejumlah besar air dan elektrolit dan,
di atas permukaan vili yang berdekatan, mereabsorbsi air dan elektrolit bersama
dengan produk akhir pencernaan.7
1.8.7. Sekresi usus besar
Mukosa usus besar, seperti pada usus halus, mempunyai banyak kripta
Lieberkuhn; tetapi, berbeda dengan usus halus, mukosa usus besar tidak memiliki
vili. Sekresi sel-sel epitelnya hampir tidak mengandung enzim pencernaan.
Sebaliknya, sel ini mengandung sel-sel mukus yang hanya menyekresi mukus.
Mukus ini mengandung ion bikarbonat dalam jumlah sedang yang disekresi oleh
beberapa sel epitel yang tidak menyekresi mukus. Kecepatan sekresi mukus
terutama diatur oleh rangsang taktil langsung sel-sel epitel yang melapisi usus
besar, dan oleh refleks saraf setempat terhadap sel-sel mukus pada kripta
Lieberkizhn.7
1.9. Mengetahui Fungsi Hormon Ghrelin Dan Leptin Dalam Proses Pencernaan
1.9.1. Ghrelin
Ghrelin adalah enzim yang diproduksi oleh sel-sel selaput lambung yang
merangsang nafsu makan, sebuah hormon yang dibuat oleh lambung yang
meningkatkan keinginan untuk makan. Ghrelin adalah peptida asam amino 28
dan hormon yang diproduksi terutama oleh sel-sel yang melapisi fundus lambung
manusia dan sel-sel pankreas yang merangsang hun.6
fungsi Hormon Grelhin :
1. berfungsi sebagai stimulant sekresi GH. Hormone ini diproduksi
dalam kelenjar-kelenjar oxyntic mukosa yang tersebar di dalam
lambung. Selain di dalam lambung ternyata di dalam saraf neutron
antara nucleus-nukleus di sekitar vertrikel III juga didapati bisa
memproduksi hormone ghrelin ini.
2. Hormone ini merupakan senyawa peptide yang memberikan sinyal
kepada otak mengenai kondisi asupan makanan di dalam tubuh
apakah masih mencukupi (kenyang) ataukah sudah perlu
mendapatkan asupan makanan (lapar). Hormone grhelin yang ada
di dalam lambung akan menuju hipotalamus melalui saluran darah.
3. Dengan adanya kedua obat tersebut, mungkin memang belum
diketahui efek sampingnya namun obat tersebut akan lebih optimal
dan efektif menurunkan atau menaikkan berat badan.6
1.9.2. Leptin
Hormon leptin merupakan hormon yang disekresikan jaringan adiposa.
Selain di jaringan adiposa, leptin juga diproduksi di perut, mammary epithelium,
plasenta dan jantung. Hormon ini dapat menjadikan otak menangkap sinyal
betapa banyak jumlah lemak di dalam tubuh. Hormon leptin diregulasikan dalam
metabolisme pemecahan lemak. Peningkatan hormon leptin akan meningkatkan
laju metabolisme ini dan laju metabolisme ini akan menurun jika jumlah leptin
berkurang.
Fungsi hormone leptin memberikan sinyal kepada otak mengenai berapa
banyak jumlah lemak yang ada di dalam tubuh. Hormon ini juga bisa dipecah
menjadi zat metabolisme tubuh.
Semakin banyak jumlah hormone ini di dalam tubuh dapat mengakibatkan
naiknya metabolisme tubuh sedangkan jika hormone leptin ini mengalami
penurunan akan menyebakan metabolisme tubuh menurun
Jumlah kadar leptin di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor
termasuk persediaan energi, asupan makanan dalam tubuh, umur, gender dan
kadar gula darah dalam tubuh. semakin besar energi yang tersimpan di dalam
tubuh akan membuat kadar leptin juga semakin besar.6
1.10. Menjelaskan Digesti, Absorbsi Dan Reabsorbsi Traktus Gastrointastinal (Absorbsi Di
Ileum Dan Colon, Serta Reabsobsi Di Colon)
1.10.1. Digesti
a. Karbohidrat
1. Pencernaan Karbohidrat Makanan Karbohidrat dalam Diet.
Dalam diet normal manusia hanya ada tiga sumber utama
karbohidrat. Ketiganya yaitu sukrosa yang merupakan disakarida yang
dikenal sebagai gula tebu; laktosa, suatu disakarida yang terdapat dalam
susu; dan tepung, yang merupakan polisakarida besar yang terdapat pada
hampir semua bahan makanan bukan hewani dan terutama terdapat pada
kentang-kentangan dan beragam jenis padi-padian. Karbohidrat lain
yang dicerna lebih sedikit yaitu amilase, glikogen, alkohol, asam laktat,
asam piruvat, pektin, dekstrin, dan sejumlah kecil derivat karbohidrat
dalam daging.7
2. Pencernaan Karbohidrat di dalam Mulut dan Lambung.
Ketika makanan dikunyah, makanan bercampur dengan saliva,
yang terdiri atas enzim pencernaan ptialin (suatu a-amilase) yang
terutama disekresikan oleh kelenjar parotis. Enzim ini menghidrolisis
tepung menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya
yang mengandung tiga sampai sembilan molekul glukosa.7
3. Pencernaan Karbohidrat di dalam Usus Halus Pencernaan oleh Amilase
Pankreas.
Sekresi pankreas, seperti saliva, mengandung sejumlah besar a-
amilase yang fungsinya hampir mirip dengan a-amilase saliva tetapi
beberapa kali lebih kuat. Oleh karena itu, dalam waktu 15 sampai 30
menit setelah kimus dikosongkan dari lambung ke dalam duodenum dan
bercampur dengan getah pankreas, sebenarnya, semua karbohidrat telah
dicernakan.7
b. Protein
1. Protein dalam Diet.
Protein dalam makanan merupakan rantai panjang kimiawi dan asam-
asam amino yang diikat bersama oleh ikatan peptida. Karakteristik masing-
masing protein ditentukan oleh jenis asam aminonya dalam molekul protein
dan oleh susunan urutan asamasam amino ini.7
2. Pencernaan Protein dalam Lambung.
Pepsin, enzim peptik lambung yang penting, paling aktif pada pH 2,0
sampai 3,0 dan tidak aktif pada pH kira-kira di atas 5. Akibatnya, agar
enzim ini dapat melakukan pencernaan protein, getah lambung harus
bersifat asam.7
3. Sebagian Besar Pencernaan Protein merupakan Hasil Kerja Enzim-Enzim
Proteolitik Pankreas.
Sebagian besar pencernaan protein terjadi di dalam usus halus bagian
atas, di dalam duodenum dan yeyunum, di bawah pengaruh enzimenzim
proteolitik dari sekresi pankreas. Segera setelah masuk dari lambung ke usus
halus, produk yang sebagian sudah dipecahkan dari makanan berprotein
diserang oleh enzim-enzim proteolitik utama pankreas: tripsin, kimotripsin,
karboksipolipeptidase, dan proelastase.7
4. Pencernaan Peptida oleh Peptidase-Peptidase di dalam Enterosit yang
Melapisi Vili Usus Halus.
Tahap terakhir pencernaan protein di dalam lumen usus dicapai oleh
enterosit yang melapisi vili usus halus, terutama di dalam duodenum dan
yeyunum. Sel-sel ini memiliki suatu brush border yang mengandung
beratus-ratus mikrovili yang menonjol dari permukaan masing-masing sel.
Pada membran sel masing-masing mikrovili ini terdapat banyak peptidase
yang menonjol keluar melalui membran, tempat peptidase berkontak dengan
cairan usus. 7
c. Lemak
1. Lemak dalam Diet.
Sejauh ini lemak yang paling banyak dalam diet adalah lemak netral,
yang dikenal sebagai trigliserida, yang setiap molekulnya tersusun dari
sebuah inti gliserol dan rantai samping tiga asam lemak. Lemak netral
merupakan unsur utama dalam bahan makanan yang berasal dari hdwan dan
sangat sedikit ada dalam makanan berasal dari tumbuhan. 7
2. Pencernaan Lemak di dalam Usus.
Sejumlah kecil trigliserida dicerna di dalam lambung oleh lipase
lingual yang disekresi oleh kelenjar lingual di dalam mulut dan ditelan
bersama dengan saliva. Jumlah pencernaan ini kurang dari 10 persen dan
umumnya tidak penting. Sebaliknya, pada dasarnya semua pencernaan
lemak terjadi di dalam usus halus sebagai berikut.7
3. Tahap Pertama dalam Pencernaan Lemak adalah Emulsifikasi oleh Asam
Empedu dan Lesitin.
Tahap pertama dalam pencernaan lemak secara fisik memecah butir
(globule) lemak menjadi ukuran yang kecil, sehingga enzim pencernaan
yang larut air dapat bekerja pada permukaan butir lemak. Proses ini disebut
emulsifikasi lemak, dan dimulai melalui pengadukan di dalam lambung
untuk mencampur lemak dengan produk pencernaan lambung. Lalu,
kebanyakan proses emulsifikasi tersebut terjadi di duodenum di bawah
pengaruh empedu, sekresi dari hati yang tidak mengandung enzim
pencernaan apapun. Akan tetapi, empedu mengandung sejumlah besar
garam empedu juga fosfolipid lesitin. 7
1.10.2. Absorbsi
a. Absorpsi dalam Usus Halus
1. Absorpsi Air secara Osmosis
2. Absorpsi lon Natrium secara Aktif Ditranspor melalui Membran Usus.
3. Absorpsi lon Klorida dalam Usus Halus.
4. Absorpsi lon Bikarbonat dalam Duodenum dan Yeyunum.
5. Absorpsi Aktif Kalsium, Besi, Kalium, Magnesium dan Fosfat.
6. Absorpsi Zat-Zat Nutrisi Karbohidrat Terutama Diabsorpsi sebagai
Monosakarida
7. Absorpsi Protein sebagai Dipeptida, Tripeptida, atau Asam Amino
8. Absorpsi Lemak
9. Absorpsi Langsung Asam Lemak ke dalam Darah Portal.7

b. Absorpsi dalam Usus Besar: Pembentukan Feses


Mukosa usus besar seperti juga mukosa usus halus, mempunyai
kemampuan absorpsi aktif natrium yang tinggi, dan gradien potensial listrik
yang diciptakan oleh absorpsi natrium juga menyebabkan absorpsi klorida.
Taut erat di antara sel-sel epitel dan epitel usus besar jauh lebih erat
daripada taut erat di usus halus. Keadaan tersebut mencegah difusi kembali
ion dalam jumlah bermakna melalui taut ini, sehingga memungkinkan
mukosa usus besar untuk mengabsorbsi ion natrium jauh lebih sempurna
yaitu, melawan gradien konsentrasi yang jauh lebih tinggi dari pada yang
terjadi di usus halus. Hal ini terutama terjadi saat terdapat sejumlah besar
aldosteron karena aldosteron sangat meningkatkan kemampuan transpor
natrium. 8
Selain itu, seperti yang berlangsung di bagian distal usus halus, mukosa
usus besar menyekresi ion bikarbonat sementara secara bersamaan
mengabsorbsi ion klorida dalam jumlah yang sama dalam proses transpor
pertukaran yang telah dijelaskan sebelumnya. Bikarbonat membantu
menetralisasi produk akhir asam dan kerja bakteri di dalam usus besar.
Absorpsi ion natrium dan klorida menciptakan gradien osmotik di
sepanjang mukosa usus besar, yang kemudian menyebabkan absorpsi air.8
1.11. Menjelaskan Tentang Pengontrolansistem Saraf Terhadap Sistem Pencernaan
(Simpatis,Parasimpatis,Reflek Muntah dan Mekanisme Defekasi)

1.11.1. Kontrol Saraf terhadap Fungsi Gastrointestinal Sistem Saraf Enterik.

Traktus gastrointestinal memiliki sistem persarafan sendiri yang disebut


sistem saraf enterik. Sistem ini seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari
esofagus dan memanjang sampai ke anus. Jumlah neuron pada sistem enterik ini
sekitar 100 juta, hampir sama dengan jumlah pada keseluruhan medula spinalis.
Sistem saraf enterik yang sangat berkembang ini bersifat penting, terutama
dalam mengatur fungsi pergerak-an dan sekresi gastrointestinal. Sistem saraf
enterik terutama terdiri atas dua pleksus,: (1) satu pleksus bagian luar yang
terletak di antara lapisan otot longitudinal dan sirkular, disebut pleksus
mienterikus atau pleksus Auerbach, dan (2) satu pleksus bagian dalam, disebut
pleksus submukosa atau pleksus Meissner, yang terletak di dalam submukosa.7

Pleksus mienterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal, dan


pleksus submukosa terutama mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah
lokal, terdapat seratseratsimpatis dan parasimpatis ekstrinsik yang berhubungan
ke kedua pleksus mienterikus dan submukosa. Walaupun sistem saraf enterik
dapat berfungsi dengan tidak bergantung kepada saraf-saraf ekstrinsik ini,
perangsangan oleh sistem parasimpatis dan simpatis dapat sangat meningkatkan
atau menghambat fungsi gastrointestinal lebih lanjut, yang akan kita diskusikan
kemudian. 7

Ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epitel gastrointestinal atau


dinding usus dan mengirimkan serat-serat aferen ke kedua pleksus sistem
enterik, dan (1) ke ganglia prevertebra dari sistem saraf simpatis, (2) ke medula
spinalis, dan (3) ke dalam saraf vagus menuju ke batang otak. Saraf-saraf
sensorik ini dapat mengadakan refleks-refleks lokal di dalam dinding usus itu
sendiri dan refleks-refleks lain yang dihantarkan ke usus baik dari ganglia
prevertebra maupun dari daerah basal otak.7
Pleksus mienterikus terutama terdiri atas suatu rantai linier dari banyak
neuron yang saling berhubungan yang membentang di sepanjang traktus
gastrointestinal. Pleksus mienterikus membentang sepanjang dinding usus dan
karena terletak di antara lapisan otot polos longitudinal dan sirkular usus,
pleksus ini terutama berperan pada pengaturan aktivitas otot di sepanjang usus.
Bila pleksus ini dirangsang, efeknya yang utama adalah (1) peningkatan
kontraksi tonik, atau "tonus," dinding usus, (2) peningkatan intensitas kontraksi
ritmis, (3) sedikit peningkatan kecepatan irama kontraksi, dan (4) peningkatan
kecepatan konduksi gelombang eksitatoris di sepanjang dinding usus,
menyebabkan gerakan gelombang peristaltik usus yang lebih cepat.7

Berbeda dengan pleksus mienterikus, pleksus submukosa berperan pada


pengaturan fungsi di dalam dinding sebelah dalam dari tiap bagian kecil segmen
usus. Sebagai contoh, banyak sinyal sensorik berasal dari epitel gastrointestinal
dan kemudian bersatu dalam pleksus submukosa untuk membantu mengatur
sekresi intestinal lokal, absorpsi lokal, dan kontraksi otot submukosa lokal yang
menyebabkan berbagai tingkat pelipatan mukosa gastrointestinal.7

Pada umumnya, perangsangan sistem saraf simpatis menghambat aktivitas


traktus gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan
yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan
pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh
langsung sekresi norepinefrin untuk menghambat otot polos traktus intestinal
(kecuali otot mukosa yang tereksitasi oleh norepinefrin), dan (2) pada tahap
yang besar melalui pengaruh inhibisi norepinefrin pada neuron-neuron seluruh
sistem saraf enterik.7

1.11.2. Defekasi
Pendorongan massa feses yang terus-menerus melalui anus dicegah oleh
konstriksi tonik dari (1) sfingter ani internus, penebalan otot polos sirkular
sepanjang beberapa sentimeter yang terletak tepat di sebelah dalam anus, dan
(2) sfingter ani eksternus, yang terdiri atas otot lurik volunter yang
mengelilingi sfingter internus dan meluas ke sebelah distal. Sfingter eksternus
diatur oleh serat-serat saraf dalam nervus pudendus, yang merupakan bagian
sistem saraf somatis dan karena itu di bawah pengaruh volunter, dalam
keadaan sadar atau setidaknya dalam bawah sadar; secara bawah sadar,
sfingter eksternal biasanya secara terus-menerus mengalami konstriksi kecuali
bila ada impuls kesadaran yang menghambat konstriksi.7
defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi, bila feses memasuki rektum,
distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar
melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristalik di
dalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus.
Pada saat gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus relaksasi
oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus; jika sfingter ani
eksternus juga secara sadar, dan volunter berelaksasi pada waktu yang
bersamaan, terjadilah defekasi.7
Sinyal-sinyal defekasi yang masuk ke medula spinalis menimbulkan
efek-efek lain, seperti mengambil napas dalam, penutupan glotis, dan
kontraksi otot-otot dinding abdomen untuk mendorong isi feses dari kolon ke
bawah dan pada saat yang bersamaan menyebabkan dasar pelvis mengalami
relaksasi ke bawah dan menarik keluar cincin anus untuk mengeluarkan feses.7
1.12. Menjelaskan Enzim Sistem Gastrointestinal Dan Mekanisme Kerjanya
1.12.1. ENZIM SISTEM GASTROINTESTINAL

a. Enzim Saliva

Amilase saliva dihasilkan oleh galndula saliva Mengubah polisakarida


menjadi maltosa, maltotriose, alfa-dekstrins
Lipase lingual dihasilkan oleh glandula lingualis Mengubah trigliserida
dan lipid lain menjadi asam lemak dan digliserida

b. Cairan Gastric

Pepsin dihasilkan oleh Chief Cell Menguraikan protein menjadi peptida


Gastric Lipase dihasilkan oleh Chief Cell Menguraikan trigliserida menjadi
asam lemak dan monogliserida

c. Cairan Pancreatic

Amilase Pancreatic Mengubah polisakarida menjadi maltosa, maltotriose,


alfa-dekstrins
Tripsin Mengubah protein menjadi peptida
Elastase Mengubah protein menjadi peptida
Carboxypeptidase Mengubah asam amino pada ujung karboksil peptida
menjadi peptida dan asam amino
Lipase PancreaticMengubah trigliserida yang telah mengemulsikan menjadi
asam lemak dan monogliserida

d. Nuklease

Ribonuklease Mengubah asam ribonuklease menjadi nukleotida


Deoxyribonuclease Mengubah asam deoxyribonuclease menjadi nukleotida

e. Brush Border Enzim Pada Membran Plasma

Alfa-dextrinase Mengubah alfa-dextrins menjadi glukosa


Maltase Mengubah maltosa menjadi glukosa
Sukrase Mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
Laktase Mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
Enterokinase Mengubah tripsinogen menjadi tripsin
Peptidase
Aminopeptidase Mengubah asam amino menjadi peptida
DipeptidaseMengubah dipeptida menjadi asam amino
Nukliosidase dan Fosfatase Mengubah nukleotida menjadi basa nitrogen,
pentosa dan fosfat.7

1.12.2. Mekanisme Kerja Enzim


Enzim berikatan dengan substrat tertentu. Bekerja pada suhu optimum
dan ionisasi asam. Ketika suhu dinaikkan maka enzim menjadi tidak aktif.
Enzim dan substrat membentuk kompleks enzim-substrat yang bekerja.
Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul produk.
Banyak enzim yang dapat bekerja bolak-balik (reversible).9
Enzim dapat mengubah substrat menjadi hasil akhir dan juga dapat
mengubah hasil akhir menjadi substrat jika lingkungannya berubah. Misalnya,
enzim lipase dapat berfungsi katalisator dalam perubahan lemak menjadi asam
lemak dan glilserol. Enzim lipase juga dapat mengubah kembali asam lemak
dan gliserol menjadi lemak (lipid).9
Enzim juga bekerja secara spesifik, artinya enzim mempunyai fungsi
yang khusus. Jika enzim berbeda maka hasilnya akan berbeda pula. Misalnya,
pemecahan rafinosa (suatu trisakarida). Jika dilakukan oleh enzim sukrase
rafinosa akan terurai menjadi melibiosa dan fruktosa, sedangkan jika
dilakukan dengan oleh enzim emulsion rafinosa akan terurai menjadi sukrosa
dan galaktosa.
Ada dua teori mengenai mekanisme kerja enzim, yaitu lock and key
theory dan induced fit theory.9
Lock and Key Theory (Teori Gembok dan Kunci): Teori ini
dikemukakan oleh Fischer (1988). Menurutnya, enzim diumpamakan sebagai
gembok karena memiliki sebuah bagian kecil yang dapat berikatan dengan
substrat yang disebut dengan sisi aktif, sedangkan substrat sebagai kunci
karena dapat berikatan secara pas dengan sisi aktif enzim.
Substrat dapat berikatan dengan enzim jika sesuai dengan sisi aktif enzim. Sisi
aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis
substrat saja, hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Substrat
yang mempunyai bentuk ruang yang sesuai dengan sisi aktif enzim akan
berikatan dan membentuk kompleks transisi enzim-substrat. Senyawa transisi
ini tidak stabil sehingga pembentukan produk berlangsung dengan sendirinya.
Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif akan
berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai
pengaruh yang sama.9
Induced Fit Theory (Teori Ketepatan Induksi): Teori ini dikemukakan
oleh Daniel Koshland. Menurutnya, sisi aktif enzim bersifat fleksibel.
Akibatnya, sisi aktif enzim dapat berubah bentuk menyesuaikan bentuk
substrat. Teori ini sesuai dengan mekanisme kerja enzim yangt sesungguhnya.
Reaksi antara substrat dengan enzim berlangsung karena adanya induksi
molekul substrat terhadap molekul enzim. Menurut teori ini, sisi aktif enzim
bersifat fleksibel dalam menyesuaikan stuktur sesuai dengan struktur substrat.
Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, maka enzim akan terinduksi dan
kemudian mengubah bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan perubahan
sisi aktif yang semula tidak cocok menjadi cocok (fit). Kemudian terjadi
pengikatan substrat oleh enzim yang selanjutnya substrat diubah menjadi
produk. Produk kemudian dilepaskan dan enzim kembali pada keadaan semula
dan siap untuk mengikat substrat baru.9
Inhibitor enzim adalah penghambat kerja enzim, terdapat 2 jenis inhibitor
yaitu inhibitor ireversible (bersifat sementara) dan reversible (merusak enzim
secara permanen). Inhibitor ireversible dapat dibagi menjadi 2, yaitu kompetetif
(melekat pada sisi aktif enzim) dan non kompetetif (di sisi lain enzim, tetapi
mempengaruhi fungsi sisi aktif enzim.9
1.13. Menjelaskan Sistem Transport Zat Makanan Setelah Melalui Proses Rangkaian
Pencernaan

Sistem transport makanan terdiri dari 2 rute berbeda, yaitu :

1. Water, ion, water soluble product hasil pencernaan transpor melalui sistem
porta hepatica

2. Produk pencernaan lipid, traanspor melalui sistem limfatik ke sistem


sirkulatori Transpor Monosakarida Karbohidrat terdiri dari pati, glikogen,
sukrosa, laktosa, glukosa dan fruktosa

a) Polisakarida dipecah menjadi monosakarida

b) Monosakarida diserap oleh sel-sel epitel usus oleh transpor aktif atau difusi
terfasilitasi

c) Monosakarida dibawa ke hati lalu dikonversi menjadi glukosa

d) Glukosa diangkut ke sel-sel yang butuh energi melalui difusi terfasilitasi dan
dibawah pengaruh insulin

1.13.1 Transpor Lipid

a) Lipid yaitu trigliserida, fosfolipid, steroid, dan vitamin yang larut dalam lemak

b) Emulsifikasi adalah transformasi tetesan lipid besar menjadi tetesan kecil


dibantu oleh garam empedu

c) Lipase mengubah lipid menjadi asam lemak dan gliserol

d) Missel merupakan produk pencernaan lipid dan pindah ke sel dengan difusi
sederhana

e) Dalam sel-sel epitel, asam lemak bebas dikombinasikan dengan gliserol


membentuk trigliserida

f) Trigliserida, fosfolipid dan kolesterol diubah mdalam bentuk kilomikron

g) Kilomikron masuk ke vili usus dengan sistem limfatik ke aliran darah


h) Trigliserida disimpan di jaringan adiposa, atau digunakan sebagai energi

Transpor LDL ke Sel

a) Lipoprotein termasuk kilomikron, VDLD, LDL, dan HDL

b) LDL mentranspor kolesterol ke sel, dan HDL ke hati

c) LDL yang dibawa ke sel oleh reseptor endositosis mediated yang dikendalikan
oleh mekanisme feedback negatif

1.13.2. Transpor Asam Amino

a) Pepsin di gaster, mengubah protein menjadi ikatan polipeptida

b) Enzim proteolitik dari pankreas mengubah ke dalam ikatan peptida

c) Peptidase berikatan dengan mikrovili usus kecil, memecah peptida

d) Asam amino di absorbsi oleh cotranspor melalui transpor sodium

e) Asam amino dibawa ke hati lalu dibawa dan dimodifikasi ke dalam pembuluh
darah

f) Asam amino ditranspor ke sel dibawah kontrol Growth Hormon dan Insulin

1.13.3. Transpor Air

Air bergerak ke segala arah pada dinding usus halus tergantung pada gradien
osmotik di epitel

1.13.4. Transpor Ion

a) Natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfat diangkut secara transpor aktif

b) Ion klorida bergerak secara pasif melalui dinding duodenum dan jejunum
namun secara transpor aktif dari ileum

c) Ion kalsium diangkut secara transpor aktif tetapi Vit.D diperlukan untuk
transportasi, transportasinya berada dibawah kontrol hormonal9
Daftar Pustaka

1. Paulsen F,Wasche J. sobotta Atlas Anatomy Manusia. jakarta: EGC;


2010
2. Richard L. Drake, DKK. Grays Basic Anatomy. Canada: Elsevier;
2012
3. Netter F.H. Atlas Anatomy Manusia. singapura: Elsevier;2013
4. Eroschenco, Victor P. Atlas Histologi di Fiore. jakarta: EGC; 2010
5. Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira. Jakarta: EGC; 2011
6. Ganong, William F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC;2008
7. Guyton, A.C., Hall, J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta;EGC
8. Sherwood, L. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC; 2014
9. Murray, R.K., graner D.K, Rodwell V.W. Biokimia Harper.
Jakarta:EGC; 2009

Anda mungkin juga menyukai