Anda di halaman 1dari 15

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif. Menurut Straus dan Juliet

Corbin (2003: 7) terdapat 3 unsur utama dalam pendekatan kualitatif. Pertama, data

bisa berasal dari bermacam sumber, biasanya dari wawancara dan pengamatan.

Kedua, prosedur analisis dan interpretasi yang digunakan untuk mendapatkan temuan

atau teori. Ketiga, laporan tertulis dan lisan.

Azis S.R. (dalam Bungin, 2003:37) menjelaskan sebuah rancangan akan

memberikan gambaran awal yang jelas dan terarah kepada peneliti tentang proses

kegiatan penelitian. Dengan mengutip Black and Champion (1992), lebih lanjut Aziz

S.R. (2007: 37-38) menjelaskan fungsi rancangan penelitian, yaitu: (1) memberikan

kepada peneliti sebuah cetak biru (blue print) untuk mempelajari pertanyaan-

pertanyaan sosial; (2) menetapkan batas-batas kegiatan dan memungkinkan peneliti

menyalurkan energinya di dalam arah yang spesifik; dan (3) memungkinkan peneliti

mengantisipasi masalah-masalah yang muncul di dalam melaksanakan penelitian.

Ditegaskan pula oleh Aziz S.R. (2003: 39) bahwa rancangan penelitian

dengan pendekatan kualitatif bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim

mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan

manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna di

lapangan. Namun, Aziz S.R. (2003: 39-40) memaparkan dalam konteks pendekatan

49
50

kualitatif, elemen utama sebagai isi dari rancangan penelitian pada umumnya ada 6

elemen, yaitu: (1) konteks penelitian; (2) fokus kajian; (3) tujuan penelitian; (4) ruang

lingkup dan setting penelitian; (5) perspektif teoretik dan kajian pustaka; dan (6)

metode yang digunakan. Dari 6 elemen rancangan penelitian kualitatif tersebut, pada

bagian ini hanya dibahas 3 elemen, yaitu konteks penelitian, fokus penelitian, serta

ruang lingkup dan setting penelitian. Tiga elemen yang lain akan dibahas tersendiri.

Konteks penelitian ini didasarkan atas fenomena bahwa profesi guru yang

telah mengalami perubahan pemaknaan dari guru sebagai pengabdi menjadi guru

sebagai profesi. Tuntutan dari seorang pengabdi adalah pendalaman nilai melalui

proses transformasi dan transfer dari guru ke siswa untuk menuju kedewasaan yang

memanusiakan manusia. Guru sebagai pengabdi lebih memfokuskan perhatian pada

pemenuhan kebutuhan batin (humanisasi), sedangkan tuntutan guru sebagai profesi

adalah memenuhi kebutuhan material biologis (homonisasi).

Fokus penelitian ini adalah citra dan perjuangan guru dalam dinamika

kehidupan sosial budaya yang berproses dalam perubahan yang serba cepat dan

berimplikasi pada budaya instan. Dengan fokus itu, penelitian ini mengkaji cerpen

dan novel pengarang Bali baik dalam SIM maupun SBM. Citra guru yang

digambarkan oleh para pengarang Bali melalui puisi dan drama baik dalam SIM

maupun SBM, tidak menjadi data primer dalam pembahasan, sehingga posisinya

ditempatkan pada posisi penunjang untuk memperkuat data utama.

Setting penelitian mengacu kepada tempat penelitian dilakukan. Dalam

penelitian kualitatif, setting sosial tertentu tidak dimaksudkan untuk mewakili latar
51

tertentu, sebab penelitian kualitatif kontekstual dan lebih berupaya menelaah

fenomena sosial pada level mikro dan tidak dimaksudkan melakukan generalisasi

(Asiz S.R., 2003: 45). Namun, setting penelitian ini dilakukan secara keseluruhan di

Bali.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini lebih difokuskan

pada pemaknaan teks karya sastra, baik SIM maupun SBM. Pemilihan teks karya

sastra dari dua bahasa yang berbeda dimaksudkan untuk mendapatkan cara pengarang

merepresentasikan tokoh guru dalam karya-karyanya. Dengan demikian, karya para

pengarang Bali dengan tokoh guru dapat dibandingkan baik secara sinkronik

(sezaman) maupun secara diakronik (tak sezaman) untuk menentukan makna karya

sastra dalam proses yang terus berkembang.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Marzuki (1989: 55) menjelaskan ada dua jenis data dalam penelitian, yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah teks cerpen

dan novel karya pengarang Bali. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui

wawancara dengan sejumlah informan terutama dari pengarang Bali. Sumber data

primer adalah lima cerpen dan dua novel SIM serta dua cerpen dan empat novel

SBM yang semuanya karya pengarang Bali. Secara keseluruhan, sumber data primer

dalam penelitian ini berjumlah 13 karya sastra terdiri atas 7 cerpen dan 6 novel,

yang disajikan dalam tabel berikut.


52

Tabel 3.1 Data Cerpen dengan Tokoh Guru karya Pengarang Bali

No. Judul Pengarang Tahun


1. SPP Gde Aryantha 1972
2. Gamia Gamana *) Djelantik Santha 1979
3. Ibu Guru Anakku Gde Aryantha 1993
4. Guru Made *) I Nyoman Manda 1995
5. Guru (1) Putu Wijaya 1995
6. Guru (2) Putu Wijaya 1995
7. Guru Putu Wijaya 2001
*) dalam bahasa Bali

Dari tabel di atas, cerpen tertua dan termuda yang menjadi sumber data

adalah cerpen SIM. Cerpen tertua berjudul SPP terbit pada 1972 karya Gde

Aryantha Soethama, kemudian dibukukan dalam kumpulan cerpen berjudul Daerah

Baru (1984; 2009) oleh penerbit Arti Foundation Denpasar. Cerpen termuda berjudul

Guru karya Putu Wijaya (2001). Rentang waktu antara cerpen tertua dan termuda

adalah 29 tahun. Rentang waktu itu cukup signifikan untuk melihat perubahan sosial

yang terjadi pada tokoh guru dalam konteks hidup bermasyarakat.

Novel tertua dan termuda dalam penelitian ini adalah SBM, yaitu Mlantjaran

ka Sasak yang terbit pertama kali di Majalah Djatajoe (1935-1939) dan Bukit Buung

Bukit Mentik karya Agung Wiyat S. Ardhi (2004) diterbitkan oleh Sanggar Bhadrika

Ashrama Keramas Gianyar. Rentang waktu antara novel tertua dan termuda adalah 69

tahun. Rentang waktu itu signifikan untuk melihat perubahan sosial masyarakat dari

sudut pandang tokoh guru dalam novel, dalam zaman berbeda, yaitu zaman kolonial

Belanda dan masa kemerdekaan. Untuk lebih jelasnya, novel pengarang Bali yang

diteliti akan disajikan dalam tabel berikut.


53

Tabel 3.2 Data Novel Pengarang Bali dengan Tokoh Guru

No. Judul Pengarang Tahun


1. Mlantjaran ka Sasak Gde Srawana 1939
2. Tiba-Tiba Malam Putu Wijaya 1977
3. Tresnane Lebur Ajur Djelantik Santha 1981
Satonden Kembang
4. Senja di Candi Dasa Gde Aryantha 1992
5. Manah Bungah Lenyah di I Nyoman Manda 2002
Toyobungkah
6. Bukit Buung Bukit Mentik Agung Wiyat S Ardhi 2004

Dari kedua tabel di atas, karya cerpen dan novel ada yang mula-mula terbit

di koran lalu dibukukan. Cerpen Ibu Guru Anakku awalnya terbit di harian Nusa

(19 Januari 1997) lalu dibukukan dalam kumpulan Mandi Api dan memperoleh

penghargaan Khatulistiwa Literary Award (2006). Begitu juga cerpen Guru (1),

Guru (2) awalnya juga cerpen Koran yang kemudian dibukukan dalam kumpulan

Protes [1994;1995]. Novel Senja di Candi Dasa juga bermula dari koran Bali Post

yang sebelumnya ditetapkan sebagai juara 1 lomba penulisan novel. Tidaklah

berlebihan, sastra pengarang Bali adalah sastra yang bermula dari koran. Hal serupa

juga terjadi pada sastra pengarang Indonesia pada umumnya, bahkan dengan label

sastra sayembara.

Pengarang SBM yang menulis novel dan cerpen adalah I Nyoman Manda,

Djelantik Santha, dan Agung Wiyat S. Ardhi. Hal yang sama juga dilakukan oleh

pengarang Bali yang menulis SIM, seperti: Putu Wijaya dan Aryantha Soethama.

Bahkan, kedua pengarang SIM ini juga menulis esai tentang guru.
54

Dalam penelitian ini, data sekunder dikumpulkan melalui wawancara, surat-

menyurat melalui email, komunikasi melalui telepon dengan pengarang dan orang-

orang yang dekat dengan pengarang untuk mendapatkan gambaran tentang proses

kreatifnya. Dengan metode ini, peneliti mendapatkan gambaran yang lebih

komprehensif tentang kepengarangan para pengarang Bali yang karyanya dijadikan

objek penelitian.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi

pustaka. Metode studi pustaka menurut Herdiansyah (2010: 143) disebut studi

dokumentasi. Bungin (2007: 125) mengatakan metode dokumenter adalah metode

pengumpulan data/informasi yang disimpan atau didokumentasikan baik berupa

otobiografi, surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial, kliping,

dokumen pemerintah/swasta, cerita roman, cerita rakyat, data di server dan flashdisk,

data tersimpan di web site, dan lain-lain.

Peneliti menggunakan metode studi pustaka dengan membaca, membaca, dan

membaca lalu memahami dan membandingkan tokoh guru dalam karya pengarang

Bali, yang didahului dengan melakukan observasi terhadap sejumlah karya pengarang

Bali. Dari hasil studi pustaka dan observasi itu ditentukan karya-karya pengarang Bali

yang berjumlah 13 karya (tujuh cerpen dan enam novel), seperti tertera dalam tabel

3.1 dan 3.2 di atas.


55

Teknik pengumpulan data dalam penelitian sastra menurut Ratna (2004: 39)

meliputi teknik catat/kartu dan teknik perekaman. Teknik pencatatan dalam penelitian

ini menggunakan sistem kartu terbuka buatan peneliti. Teknik perekaman

menggunakan handphone untuk melengkapi data yang diperoleh melalui pencatatan.

Rekaman hasil wawancara dengan pengarang ditranskripsikan untuk

menyempurnakan data biografi pengarang digunakan sebagai bahan pendukung

analisis. Wawancara dengan para pengarang dilakukan paling sedikit dua kali dalam

waktu yang berbeda-beda. Hasil wawancara diolah untuk melengkapi biografi

pengarang dan digunakan untuk membantu analisis karyanya. Data biografi

pengarang yang diteliti dilampirkan pada bagian akhir disertasi.

3.4 Analisis Data

Salah satu hal yang menarik dalam menggunakan metode bagi penelitian

sastra adalah adanya distansi, kerja yang objektif, dan terhindarnya unsur prasangka

Jabrohim, ed. (2002:12). Dengan pemahaman itu, Jabrohim, ed. (2002:13)

menyarankan langkah yang bisa dilakukan pembaca sebagai peneliti adalah

transferabilitas sebagaimana dijelaskan Guba yang dikutip Noeng Muhajir (1989).

Dalam hal ini, tugas pembaca menghubungkan berbagai pangsa dan strata yang

berbeda-beda pada tempatnya yang betul. Karya adalah sesuatu yang sejak mulanya

mengandung unsur yang kabur. Pembacalah bertugas memperjelas (Jabrohim, ed.

2002:13).
56

Senada dengan pandangan di atas, Bungin (2008: 66) menjelaskan tujuan

akhir dari kegiatan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena sosial

yang sedang diteliti. Istilah memahami menjadi kata kunci dalam penelitian

kualitatif seperti sastra karena yang diburu bukanlah faktor penyebab atau

kualitas dari suatu fenomena melainkan alasan-alasan maknawi (reason) dari para

pelaku sesuatu tindakan. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan teknik

analisis nonstatistik sesuai dengan pendapat Marzuki (1989: 87). Sejalan dengan itu,

Ratna (2004:53) menyebutnya metode deskriptif analitik, yaitu cara mendeskripsikan

fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dengan metode ini, peneliti

menguraikan, memberikan pemahaman, menafsirkan, dan memberikan penjelasan,

serta menemukan makna karya sastra yang dikaji.

Analisis data secara deskriptif analitik juga digunakan secara komparatif baik

secara sinkronik maupun diakronik. Analisis deskriptif komparatif sinkronik

digunakan untuk membandingkan karya-karya dalam dekade yang sama, baik cerpen

maupun novel berbahasa Indonesia dan berbahasa Bali. Analisis deskriptif

komparatif diakronik digunakan untuk membandingkan karya-karya sastrawan Bali

tentang guru dalam dekade yang berbeda. Dari analisis data ini, peneliti

mencermati representasi citra guru dalam karya cerpen dan novel pengarang Bali.

Melalui teknik perbandingan, peneliti mengawali analisis data dengan

menampilkan sinopsis novel yang diteliti. Sinopsis ditampilkan untuk melihat

gambaran umum alur cerita sekaligus mencermati hubungan kausalitas yang

terbangun di dalamnya. Di samping itu, sinopsis penting untuk melihat hubungan


57

cerita dengan teori yang digunakan. Sinopsis cerpen yang diteliti tidak ditampilkan.

Analisis cerpen dilakukan secara simultan antara cerpen dan novel berdasarkan

klasifikasinya, SBM dan SIM. Untuk memudahkan cara kerja, objek penelitian yang

diklasifikasikan, pada awalnya dibahas secara terpisah antara SBM dan SIM,

kemudian dilakukan secara terpadu dengan pertimbangan aspek-aspek yang diteliti

dari karya-karya tersebut sama, yaitu citra dan perjuangan guru.

3.5 Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data berkaitan erat dengan proses pembacaan untuk

menemukan makna karya sastra berdasarkan teks cerpen dan novel pengarang Bali

yang diteliti. Oleh karena itu, pengutipan bahan-bahan dari wawancara dan catatan

lapangan serta teks dalam karya sastra yang diteliti tidak dapat diihindari. Kutipan

bahan dari wawancara dan catatan lapangan ini dapat digunakan sebagai sumber data

sekunder (Strauss dan Juliet Corbin, 2003: 43).

Kutipan dalam SBM yang menggunakan bahasa Bali ditampilkan dengan

cetak miring dan langsung diikuti dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Kutipan selalu diawali dan diakhiri dengan komentar yang berelasi dengan hasil

interpretasi sesuai dengan hasil pembacaan. Pemaknaan secara lebih mendalam

karya sastra yang diteliti dianalisis pula berdasarkan biografi masing-masing

pengarang, yang disusun berdasarkan keunggulan dalam menampilkan karya, baik

keungulan daya ungkap (estetis), pelukisan latar sampai hal-hal yang renik, konflik

yang memukau, maupun jalan keluar yang memikat.


58

Pengakuan karya pengarang umumnya berdasarkan penghargaan yang

diterima dari lembaga yang kridibel dan dapat dipertanggungjawabkan reputasinya.

Hal ini termuat dalam biografi pengarang, yang disajikan secara terpisah dalam

lampiran. Panjang biografi pengarang diusahakan seimbang antara pengarang yang

satu dengan yang lain, dengan fokus pada kekuatan yang paling menonjol dan khas

dari masing-masing pengarang.

Analisis karya mengikuti cara kerja teori yang dipakai dikaitkan dengan

biografi pengarang. Teori yang dipakai adalah teori sosiologi sastra, teori

representasi, dan teori interteks. Secara umum, cara kerja ketiga teori itu dimulai dari

kepekaan teoretik pembaca karya sastra sebagai peneliti. Strauss dan Juliet Corbin

(2003: 30) menjelaskan kepekaan teoretik mengacu pada kepemilikan wawasan,

kemampuan memberikan makna bagi data, kemampuan memahami, dan kemampuan

memisahkan data-data yang berhubungan dari data yang tidak berhubungan. Lebih

lanjut, Strauss dan Juliet Corbin (2003: 31) menyebutkan kepekaan teoretik bisa

diperoleh melalui literatur, pengalaman profesi, pengalaman pribadi, dan proses

analisis.

Penelitian ini secara keseluruhan disajikan dalam 9 bab. Bab I Pendahuluan

berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat. Pada latar belakang

dibahas potret guru sejak zaman penjajahan dalam SIM dan SBM dilanjutkan

dengan melihat hubungannya dengan konteks kekinian, serta alasan penelitian ini.

Bab II membahas penelitian sebelumnya yang berisi kajian pustaka, konsep,

landasan teori, dan model penelitian. Kajian pustaka mencakup penelitian terdahulu
59

tentang guru baik artikel, esai, skripsi, maupun tesis. Penelitian ini menggunakan tiga

konsep, yaitu representasi, citra guru, dan pengarang Bali. Teori yang dipakai adalah

teori sosiologi sastra, representasi, dan interteks.

Bab III Metode Penelitian meliputi rancangan penelitian, jenis dan sumber

data, metode dan teknik pengumpulan data, analisis data, dan penyajian analisis data.

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan sumber data 13 karya sastra

pengarang Bali yang baik dalam SBM maupun SIM dalam cerpen dan novel.

Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumenter/studi pustaka

didukung oleh observasi dan wawancara sebagai pelengkap.

Bab IV Kecenderungan tematik dan tokoh guru dalam karya pengarang

Bali dibahas untuk melihat gambaran selintas tentang perkembangan SBM dan SIM

dari pengarang Bali. Hal ini untuk memperkaya wawasan dan mempertajam analisis

data. Bab V Representasi Citra Guru : dari Dilematis sampai Humoris dalam karya

pengarang Bali yang meliputi SIM dan SBM. Dalam bab ini dibahas tujuh citra

guru meliputi citra guru yang dilematis, guru yang lemah, guru yang idealis-

humanis, guru sebagai agen perubahan, dan guru yang pragmatis materialis, citra

guru yang peduli budaya, dan guru yang humoris.

Bab VI Perubahan representasi citra guru dan faktor penyebabnya. Dalam

bab ini dibahas empat faktor penyebab perubahan citra guru, yaitu faktor kejiwaan,

sosial budaya, ekonomi pragmatis, dan faktor kekuasaan.

Bab VII menguraikan kritik sosial melalui tokoh guru, yang meliputi

mengkritisi birokrasi dan mulat sarira, mengkritisi adat, melestarikan budaya Bali
60

dan mengantisipasi perubahan. Bab VIII menguraikan makna perilaku tokoh guru

dalam karya cerpen dan novel pengarang Bali meliputi makna edukatif, sosial,

rekreatif, dan dinamis.

Bab IX Penutup berisi simpulan, temuan, dan saran. Simpulan berisi

jawaban atas permasalahan, temuan mencakup keterhubungan teks sastra dengan

wacana sosial yang berkembang berkaitan dengan wacana guru. Saran ditujukan

kepada pembaca (peneliti, pemerhati) dan pengarang untuk meningkatkan kualitas

karyanya, baik SBM maupun SIM.


61
183

Anda mungkin juga menyukai