BAB III
METODE PENELITIAN
Corbin (2003: 7) terdapat 3 unsur utama dalam pendekatan kualitatif. Pertama, data
bisa berasal dari bermacam sumber, biasanya dari wawancara dan pengamatan.
Kedua, prosedur analisis dan interpretasi yang digunakan untuk mendapatkan temuan
memberikan gambaran awal yang jelas dan terarah kepada peneliti tentang proses
kegiatan penelitian. Dengan mengutip Black and Champion (1992), lebih lanjut Aziz
S.R. (2007: 37-38) menjelaskan fungsi rancangan penelitian, yaitu: (1) memberikan
kepada peneliti sebuah cetak biru (blue print) untuk mempelajari pertanyaan-
menyalurkan energinya di dalam arah yang spesifik; dan (3) memungkinkan peneliti
Ditegaskan pula oleh Aziz S.R. (2003: 39) bahwa rancangan penelitian
dengan pendekatan kualitatif bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim
manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna di
lapangan. Namun, Aziz S.R. (2003: 39-40) memaparkan dalam konteks pendekatan
49
50
kualitatif, elemen utama sebagai isi dari rancangan penelitian pada umumnya ada 6
elemen, yaitu: (1) konteks penelitian; (2) fokus kajian; (3) tujuan penelitian; (4) ruang
lingkup dan setting penelitian; (5) perspektif teoretik dan kajian pustaka; dan (6)
metode yang digunakan. Dari 6 elemen rancangan penelitian kualitatif tersebut, pada
bagian ini hanya dibahas 3 elemen, yaitu konteks penelitian, fokus penelitian, serta
ruang lingkup dan setting penelitian. Tiga elemen yang lain akan dibahas tersendiri.
Konteks penelitian ini didasarkan atas fenomena bahwa profesi guru yang
telah mengalami perubahan pemaknaan dari guru sebagai pengabdi menjadi guru
sebagai profesi. Tuntutan dari seorang pengabdi adalah pendalaman nilai melalui
proses transformasi dan transfer dari guru ke siswa untuk menuju kedewasaan yang
Fokus penelitian ini adalah citra dan perjuangan guru dalam dinamika
kehidupan sosial budaya yang berproses dalam perubahan yang serba cepat dan
berimplikasi pada budaya instan. Dengan fokus itu, penelitian ini mengkaji cerpen
dan novel pengarang Bali baik dalam SIM maupun SBM. Citra guru yang
digambarkan oleh para pengarang Bali melalui puisi dan drama baik dalam SIM
maupun SBM, tidak menjadi data primer dalam pembahasan, sehingga posisinya
penelitian kualitatif, setting sosial tertentu tidak dimaksudkan untuk mewakili latar
51
fenomena sosial pada level mikro dan tidak dimaksudkan melakukan generalisasi
(Asiz S.R., 2003: 45). Namun, setting penelitian ini dilakukan secara keseluruhan di
Bali.
pada pemaknaan teks karya sastra, baik SIM maupun SBM. Pemilihan teks karya
sastra dari dua bahasa yang berbeda dimaksudkan untuk mendapatkan cara pengarang
pengarang Bali dengan tokoh guru dapat dibandingkan baik secara sinkronik
(sezaman) maupun secara diakronik (tak sezaman) untuk menentukan makna karya
Marzuki (1989: 55) menjelaskan ada dua jenis data dalam penelitian, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah teks cerpen
dan novel karya pengarang Bali. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui
wawancara dengan sejumlah informan terutama dari pengarang Bali. Sumber data
primer adalah lima cerpen dan dua novel SIM serta dua cerpen dan empat novel
SBM yang semuanya karya pengarang Bali. Secara keseluruhan, sumber data primer
dalam penelitian ini berjumlah 13 karya sastra terdiri atas 7 cerpen dan 6 novel,
Tabel 3.1 Data Cerpen dengan Tokoh Guru karya Pengarang Bali
Dari tabel di atas, cerpen tertua dan termuda yang menjadi sumber data
adalah cerpen SIM. Cerpen tertua berjudul SPP terbit pada 1972 karya Gde
Baru (1984; 2009) oleh penerbit Arti Foundation Denpasar. Cerpen termuda berjudul
Guru karya Putu Wijaya (2001). Rentang waktu antara cerpen tertua dan termuda
adalah 29 tahun. Rentang waktu itu cukup signifikan untuk melihat perubahan sosial
Novel tertua dan termuda dalam penelitian ini adalah SBM, yaitu Mlantjaran
ka Sasak yang terbit pertama kali di Majalah Djatajoe (1935-1939) dan Bukit Buung
Bukit Mentik karya Agung Wiyat S. Ardhi (2004) diterbitkan oleh Sanggar Bhadrika
Ashrama Keramas Gianyar. Rentang waktu antara novel tertua dan termuda adalah 69
tahun. Rentang waktu itu signifikan untuk melihat perubahan sosial masyarakat dari
sudut pandang tokoh guru dalam novel, dalam zaman berbeda, yaitu zaman kolonial
Belanda dan masa kemerdekaan. Untuk lebih jelasnya, novel pengarang Bali yang
Dari kedua tabel di atas, karya cerpen dan novel ada yang mula-mula terbit
di koran lalu dibukukan. Cerpen Ibu Guru Anakku awalnya terbit di harian Nusa
(19 Januari 1997) lalu dibukukan dalam kumpulan Mandi Api dan memperoleh
penghargaan Khatulistiwa Literary Award (2006). Begitu juga cerpen Guru (1),
Guru (2) awalnya juga cerpen Koran yang kemudian dibukukan dalam kumpulan
Protes [1994;1995]. Novel Senja di Candi Dasa juga bermula dari koran Bali Post
berlebihan, sastra pengarang Bali adalah sastra yang bermula dari koran. Hal serupa
juga terjadi pada sastra pengarang Indonesia pada umumnya, bahkan dengan label
sastra sayembara.
Pengarang SBM yang menulis novel dan cerpen adalah I Nyoman Manda,
Djelantik Santha, dan Agung Wiyat S. Ardhi. Hal yang sama juga dilakukan oleh
pengarang Bali yang menulis SIM, seperti: Putu Wijaya dan Aryantha Soethama.
Bahkan, kedua pengarang SIM ini juga menulis esai tentang guru.
54
menyurat melalui email, komunikasi melalui telepon dengan pengarang dan orang-
orang yang dekat dengan pengarang untuk mendapatkan gambaran tentang proses
objek penelitian.
pustaka. Metode studi pustaka menurut Herdiansyah (2010: 143) disebut studi
dokumen pemerintah/swasta, cerita roman, cerita rakyat, data di server dan flashdisk,
membaca lalu memahami dan membandingkan tokoh guru dalam karya pengarang
Bali, yang didahului dengan melakukan observasi terhadap sejumlah karya pengarang
Bali. Dari hasil studi pustaka dan observasi itu ditentukan karya-karya pengarang Bali
yang berjumlah 13 karya (tujuh cerpen dan enam novel), seperti tertera dalam tabel
Teknik pengumpulan data dalam penelitian sastra menurut Ratna (2004: 39)
meliputi teknik catat/kartu dan teknik perekaman. Teknik pencatatan dalam penelitian
analisis. Wawancara dengan para pengarang dilakukan paling sedikit dua kali dalam
Salah satu hal yang menarik dalam menggunakan metode bagi penelitian
sastra adalah adanya distansi, kerja yang objektif, dan terhindarnya unsur prasangka
Dalam hal ini, tugas pembaca menghubungkan berbagai pangsa dan strata yang
berbeda-beda pada tempatnya yang betul. Karya adalah sesuatu yang sejak mulanya
2002:13).
56
akhir dari kegiatan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena sosial
yang sedang diteliti. Istilah memahami menjadi kata kunci dalam penelitian
kualitatif seperti sastra karena yang diburu bukanlah faktor penyebab atau
kualitas dari suatu fenomena melainkan alasan-alasan maknawi (reason) dari para
analisis nonstatistik sesuai dengan pendapat Marzuki (1989: 87). Sejalan dengan itu,
fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dengan metode ini, peneliti
Analisis data secara deskriptif analitik juga digunakan secara komparatif baik
digunakan untuk membandingkan karya-karya dalam dekade yang sama, baik cerpen
tentang guru dalam dekade yang berbeda. Dari analisis data ini, peneliti
mencermati representasi citra guru dalam karya cerpen dan novel pengarang Bali.
cerita dengan teori yang digunakan. Sinopsis cerpen yang diteliti tidak ditampilkan.
Analisis cerpen dilakukan secara simultan antara cerpen dan novel berdasarkan
klasifikasinya, SBM dan SIM. Untuk memudahkan cara kerja, objek penelitian yang
diklasifikasikan, pada awalnya dibahas secara terpisah antara SBM dan SIM,
Penyajian hasil analisis data berkaitan erat dengan proses pembacaan untuk
menemukan makna karya sastra berdasarkan teks cerpen dan novel pengarang Bali
yang diteliti. Oleh karena itu, pengutipan bahan-bahan dari wawancara dan catatan
lapangan serta teks dalam karya sastra yang diteliti tidak dapat diihindari. Kutipan
bahan dari wawancara dan catatan lapangan ini dapat digunakan sebagai sumber data
cetak miring dan langsung diikuti dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Kutipan selalu diawali dan diakhiri dengan komentar yang berelasi dengan hasil
keungulan daya ungkap (estetis), pelukisan latar sampai hal-hal yang renik, konflik
Hal ini termuat dalam biografi pengarang, yang disajikan secara terpisah dalam
satu dengan yang lain, dengan fokus pada kekuatan yang paling menonjol dan khas
Analisis karya mengikuti cara kerja teori yang dipakai dikaitkan dengan
biografi pengarang. Teori yang dipakai adalah teori sosiologi sastra, teori
representasi, dan teori interteks. Secara umum, cara kerja ketiga teori itu dimulai dari
kepekaan teoretik pembaca karya sastra sebagai peneliti. Strauss dan Juliet Corbin
memisahkan data-data yang berhubungan dari data yang tidak berhubungan. Lebih
lanjut, Strauss dan Juliet Corbin (2003: 31) menyebutkan kepekaan teoretik bisa
analisis.
berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat. Pada latar belakang
dibahas potret guru sejak zaman penjajahan dalam SIM dan SBM dilanjutkan
dengan melihat hubungannya dengan konteks kekinian, serta alasan penelitian ini.
landasan teori, dan model penelitian. Kajian pustaka mencakup penelitian terdahulu
59
tentang guru baik artikel, esai, skripsi, maupun tesis. Penelitian ini menggunakan tiga
konsep, yaitu representasi, citra guru, dan pengarang Bali. Teori yang dipakai adalah
Bab III Metode Penelitian meliputi rancangan penelitian, jenis dan sumber
data, metode dan teknik pengumpulan data, analisis data, dan penyajian analisis data.
Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan sumber data 13 karya sastra
pengarang Bali yang baik dalam SBM maupun SIM dalam cerpen dan novel.
Bali dibahas untuk melihat gambaran selintas tentang perkembangan SBM dan SIM
dari pengarang Bali. Hal ini untuk memperkaya wawasan dan mempertajam analisis
data. Bab V Representasi Citra Guru : dari Dilematis sampai Humoris dalam karya
pengarang Bali yang meliputi SIM dan SBM. Dalam bab ini dibahas tujuh citra
guru meliputi citra guru yang dilematis, guru yang lemah, guru yang idealis-
humanis, guru sebagai agen perubahan, dan guru yang pragmatis materialis, citra
bab ini dibahas empat faktor penyebab perubahan citra guru, yaitu faktor kejiwaan,
Bab VII menguraikan kritik sosial melalui tokoh guru, yang meliputi
mengkritisi birokrasi dan mulat sarira, mengkritisi adat, melestarikan budaya Bali
60
dan mengantisipasi perubahan. Bab VIII menguraikan makna perilaku tokoh guru
dalam karya cerpen dan novel pengarang Bali meliputi makna edukatif, sosial,
wacana sosial yang berkembang berkaitan dengan wacana guru. Saran ditujukan