Anda di halaman 1dari 9

RP102

Self Driving: Are You a Driver or a Passenger?

Transkrip
Minggu 3: Myelin: Pentingnya Muscle Memory
Video 1: No Pain, No Gain
Video 2: Memanusiakan Manusia
Video 3: Pentingnya Keterikatan dengan Alam
Video 4: From a Passenger to a Driver

Video 1: No Pain, No Gain

Kita masih di Rumah Perubahan membahas Self Driving, sebuah konsep yang kami
kembangkan untuk menyambut era dimana Indonesia tengah mengalami perubahan yang
sangat dahsyat, dimana dulu kita hidup dalam kemiskinan, sekarang juga masih ada
kemiskinan tetapi harus kita akui hidup kita menjadi lebih baik. Walaupun kita lebih baik tentu
saja kita juga makin banyak memiliki complaint.

Mengucapkan banyak hal yang kita rasakan kok jadi semakin berat. Tapi seperti itulah ketika
kita melangkah naik ke atas, kita akan ngos-ngosan. Kalau Anda sedang ngos-ngosan,
tandanya Anda sedang naik ke atas. Dan dalam perjalanan naik ke atas itu banyak orang yang
juga complain.

Tetapi dalam kehidupan ini kita harus melatih diri kita. Berani menghadapi berbagai situasi
dan jangan cepat menyerah. Dalam situasi yang berubah banyak orang yang tidak siap.
Ekonomi turun orang complain, susah. Padahal pada waktu dia senang dia lupa
mempersiapkan diri menghadapi masa-masa susah.

Ketika masa-masa pun membaik, banyak orang juga mengalami kesulitan. Dan di dalam
kamus kita, krisis itu diartikan adalah sesuatu yang genting, sesuatu yang gawat, dan
berbahaya. Padahal di Tiongkok, krisis itu diartikan dengan dua kata, ada bahaya, ada
kesempatan. Ada kesempatan dalam bahaya bagi orang-orang yang optimis.

Tapi bagi orang-orang yang pesimis, itu adalah bahaya dalam kesempatan. Yang satu
mengatakan kesempatan dalam bahaya. Dan kita menyaksikan ketika kemudian Indonesia
dilanda pertumbuhan ekonominya mulai turun, walaupun tidak negatif, baru turun saja,
sudah banyak sekali berita yang mengatakan terjadi PHK. Dan PHK itu adalah riil, sesuatu
yang tidak bisa kita hindari.

Karena pada saat-saat terjadi kesulitan, kegentingan, kita juga menyaksikan banyak orang
yang sudah letih untuk menjalani kehidupan yang lebih berat. Kalau lagi jalannya enak,
arusnya kencang kita diam saja kan sampai. Dan akibatnya kita menyenangkan. Tapi begitu
kita dituntut lebih keras banyak orang yang menyerah.

Halaman 1 dari 9
RP102
Josemara Escriv pernah mengatakan, ketika angin kencang bertiup setelah musim kering
begitu lama, maka daun-daun yang kering dan ranting-ranting yang kering itu pun
berguguran. Jatuh berguguran. Jadi yang jatuh berguguran itu memang adalah mereka yang
sudah kering yang sudah tak bergairah.

Sedangkan Anda lihat daun-daun yang hijau di area Rumah Perubahan ini, bunga-bunga yang
segar, tetap akan bertahan walaupun angin itu begitu kencang. Tetapi ketika badai datang,
yang pertama-tama jatuh adalah yang kering-kering terlebih dahulu.

Dan ini adalah, terutama mereka yang tidak siap menghadapi suasana yang berubah apalagi
kalau mereka bermental passengers. Mereka yang bermental drivers perusahaannya ditutup
terkena PHK, dia segera bergerak. Tidak menunggu, tidak wait and see.

Mereka mengatakan, Eh ini cuma bisa buat hidup 4-5 bulan ke depan. Maka besok kita sudah
harus melakukan sesuatu. Tapi, bagi sebagian orang lain dia terperangkap di dalam gaya
hidup yang lama. Income-nya sudah turun, mobilnya masih lima, gaya hidupnya masih pergi
clubbing, gaya hidupnya masih berpakaian mewah, tinggal di tempat-tempat yang mahal,
spending terus, dan akhirnya bulan keempat pun habis benaran, dan barulah kemudian dia
berubah.

Pepatah mengatakan Sebelum rasa sakit sesorang melebihi dari rasa takutnya, maka
manusia belum mau berubah. Maka seringkali memang kita bikin situasi di mana orang harus
dibikin tidak hanya cukup takut, tetapi juga harus sakit.

Dan celakanya bangsa kita ini seringkali takut iya, tapi sakit tidak mau. Pepatah yang lain
mengatakan No pain, no gain, Tidak ada sakit-sakit, tidak bisa dapat kesenangan,
Berakit-rakit ke hulu, bersenang-senang kemudian. Nah kalau ini dikatakan bahwa kita
harus menenggaknya sebagai suatu kesatuan, Anda menenggak teh manis. Ya manis, tapi itu
ada pahit-pahitnya. Tidak bisa Anda pisahkan, Ah saya enggak mau minum yang pahitnya.
Yang manisnya saja.

Tidak bisa, itu bukan the namanya. Teh manis ada pahit, ada manis. Kopi juga begitu, ada
bagian pahitnya, ada manisnya. Hidup ini ada pahit, ada manisnya. Anda tidak bisa
mendapatkan gain-nya, kalau Anda tidak mau pain-nya.

Saya mempunyai banyak sekali cerita yang sering saya baca mengenai atlet-atlet
internasional. Salah satunya adalah seorang atlet yang tinggal di Meksiko, di daerah tropis
yang tidak ada saljunya.

Tetapi kemudian dia ingin menjadi juara dunia dalam seluncur es dengan menggunakan
papan, ya, kemudian seluncur es. Dan itu perlu latihan yang luar biasa. Padahal alamnya tidak
memungkinkan dia di Meksiko. Kemudian dia memutuskan di usia yang sangat muda pindah
ke Kanada, di sana banyak es dan dia berlatih.

Pada waktu dia baru datang saja sudah ditertawakan, Kamu dari mana? Dari Meksiko.
Ngapain kamu ke sini? Tidak pernah ada orang Meksiko yang bisa menggunakan seluncur es
ini. Sudahlah, kamu pulang saja. Dia mendengar begitu, dia tidak patah semangat. Dia bilang,
Ya selama ini tidak pernah ada tapi saya akan buktikan saya akan bisa.

Halaman 2 dari 9
RP102
Dia berlatih. Baru saja dia mulai berlatih, dia bertemu lagi dengan orang yang mengatakan,
Kamu sudah berapa kali kaki kamu patah? Belum pernah. Kalau kamu tidak mau kakimu
patah, jangan datang ke tempat ini. Ternyata setiap orang yang ditanya, ternyata pernah
patah kakinya tiga kali. Tangannya pernah patah empat kali. Dan ketika dia coba, ternyata
benar. Dia patah satu kali kakinya. Tapi dia teringat, orang-orang yang menjadi juara dunia itu
patah 3-4 kali.

Dan dia biarkan patah, dia biarkan tumbuh sendiri, sehat kembali, setelah itu dia berlatih lagi.
Setelah itu, berlatih lagi. Patah lagi. Bahkan punggungnya sampai mengalami retak beberapa
kali. Dan akhirnya dunia tersenyum karena suatu ketika ternyata ada orang Meksiko yang
menjadi juara dunia dalam seluncur es yang sebelumnya tidak pernah orang dari negara
tropis yang bisa menjuarai kejuaraan tersebut.

Artinya apa? No pain, no gain. Siapapun yang ingin mendapatkan kesejahteraan,


kebahagiaan, semuanya harus bekerja keras. Kita tidak bisa dengan serta-merta kemudian
menganut asas atau yang kita diajarkan waktu kecil, Hemat pangkal kaya.

Siapa bilang kalau Anda terus berhemat Anda akan kaya? Yang membuat seseorang menjadi
kaya itu adalah kerja keras. Dan Anda jangan, jangan terperangkap dengan orang-orang yang
mengatakan bahwa kalau mau berhasil tidak perlu kerja keras, yang penting kerja cerdas.

Ini sebuah jargon yang menurut saya agak sedikit menipu ya. Ya betul, kita harus kerja cerdas.
Tetapi itu bukan berarti Anda kemudian menihilkan kerja keras. Sampai hari ini saya pun tetap
bekerja keras. Saya tidak pernah membiarkan badan saya lumpuh. Saya pada dasarnya
adalah orang yang selalu mau kalau diberi tugas walaupun saya harus pontang-panting.
Walaupun saya harus banting tulang, walaupun saya harus tidur lebih lama.

Tetapi saya menikmatinya. Anda barangkali pernah melihat buku-buku saya dan di dalamnya
saya tunjukkan foto-foto dimana saya juga menulis dalam perjalanan. Di pesawat terbang,
istri saya di sebelah sedang tertidur, saya sedang menulis. Tapi kalau sudah waktunya tidur,
saya pun juga akan tidur. Dan tidur saya nyenyak sekali.

Pramugari yang memasangkan selimut kepada saya mengatakan, Kok Bapak tidurnya
tersenyum? Saya begitu bahagia menjalankan kehidupan ini karena saya bukanlah
passenger. I try to be a good driver.

Video 2: Memanusiakan Manusia

Kita masih di Rumah Perubahan dan saya masih membahas buku yang pernah saya tulis
beberapa waktu yang lalu yang berjudul Self Driving. Ini untuk menyambut munculnya kelas
menengah dan sekaligus untuk menyambut juga revolusi mental di negeri kita.

Mental, sebuah kekuatan untuk menghadapi situasi yang sulit atau juga barangkali situasi
yang baik. Karena seringkali orang juga tidak siap untuk menghadapi situasi yang baik. Self
Driving mengandalkan kekuatan kemandirian, mempunyai kemampuan untuk mandiri dalam
hidup ini. Dan itu harus menjadi mandiri yang baik tentunya, bukan sekadar mandiri.

Dan di dalam buku ini saya juga bercerita tentang banyak sekali tokoh-tokoh yang berubah.
Tokoh-tokoh yang tidak mau terbelenggu. Dan salah satunya adalah tokoh dari Sulawesi

Halaman 3 dari 9
RP102
Utara yang bernama Sam Ratulangi. Kalau Anda pergi ke Manado, Anda akan mengajar, dan
saya pernah mengajar di sana, di Universitas Sam Ratulangi.

Sam kecil tentu saja harus merantau dari kota di daerah Tomohon. Dari Tomohon, kemudian
harus ke Manado, dari Manado kemudian juga harus ke Jakarta. Jakarta kemudian dia sekolah
setingkat SMA, SLTA, semacam SMK begitu di Jakarta. Kemudian dia harus mengambil master
di Belanda. Dari Belanda dia merantau lagi, pergi terus sampai ke Swiss untuk mengambil
doktor. Dia adalah doktor ilmu pasti pertama yang dilahirkan di Indonesia yang sekolahnya
juga di luar negeri.

Itu adalah situasi pada tahun 1940-an, pada saat Indonesia sedang dijajah oleh Belanda, 1930-
1940-an. Dan Sam Ratulangi ini terkenal dengan kalimatnya yang begitu memukau perhatian
saya, dia mengatakan, dan quote ini sangat penting. Dia menyebutnya, Si tou timou tumou
tou. Yang artinya adalah manusia baru dapat disebut sebagai manusia jika sudah dapat
memanusiakan manusia.

Dalam sekali. Banyak sekali orang yang merasa sudah menjadi manusia walaupun mereka
belum bisa memanusiakan orang lain. Kita sebagai manusia dituntut untuk turut membantu
orang lain. Pada waktu kita kecil, kita bayi, kita ditolong orang. Orangtua kita. Bagaimana
kalau mereka tidak ada?

Bagaimana ibu-ibu yang harus melahirkan di dalam kereta api, dalam bus kota, di tempat
umum yang tidak ada keluarganya? Maka ibu itu pun juga dibantu orang lain. Orang yang
membantu itu adalah orang yang baru kita sebut sebagai manusia karena bisa memanusiakan
orang lain. Tidak membiarkan orang yang sedang mengalami penderitaan sebagai seorang
yang bukan manusia.

Dan itulah karakter yang disebut dengan good driver, not just a driver. Bukan sekadar seorang
pengemudi. Tetapi bisa membantu mengemudikan untuk orang lain mencapai tujuan dalam
kehidupan ini.

Itulah antara lain yang kita bahas dalam buku Self Driving. Saya akan mengajak Anda untuk
melihat bagaimana kita melatih anak-anak dari kecil dengan menggunakan produk lokal,
kekayaan alam kita. Produk yang diwariskan oleh nenek moyang kita, yang sayangnya tidak
banyak kita kembangkan belakangan ini. Dengan melatih ini maka anak-anak bisa,
diharapkan bisa menjadi a good driver in the future.

Video 3: Pentingnya Keterikatan dengan Alam

Kita masih di kawasan Rumah Perubahan dan saya akan ajak Anda semua peserta IndonesiaX,
peserta kursus, untuk melihat bagaimana kami melatih anak-anak, dan ini kawasan untuk
melatih anak-anak membuat tempe. Local wisdom, kekayaan lokal kita. Dan ini konsepnya
adalah buku Myelin: Muscle Memory.

Ini adalah sebuah kawasan hijau, kami dedikasikan untuk anak-anak kita agar mereka bisa
berlatih dan merasakan sendiri apa yang ada di alam ini. Ada suara burung dan di sini ada
kerbau. Ada anak kerbau, dan biasanya anak-anak senang sekali dengan anak kerbau ini.
Anda lihat, coba lihat ini, anak kerbau ini sedang datang mendekati kita. Inilah kerbau.

Halaman 4 dari 9
RP102
Dan banyak yang, orangtua yang datang ke sini juga tidak tahu, apa bedanya sapi dengan
kerbau. Dan sebagian kita menyangkanya ini adalah sapi. Sebagian anak-anak kelas
menengah.

Coba lihat ini, kerbaunya. Ini adalah anak kerbau di sini yang baru berusia kira-kira 3-4 bulan,
ya. Dia sedang mencari makanan, ya. Masuk ke dalam, kira-kira seperti itu. Ini adalah anak
kerbau, biasa kami mandikan di sini. Ini untuk melatih anak-anak, melatih muscle memory
mereka. Ini konsepnya adalah myelin. Kita akan masuk ke dalam Rumah Tempe. Kita akan
masuk ke dalam. Dan kita melihat bagaimana anak-anak membuat tempe di tempat ini.

Kita sudah berada di dalam area Rumah Tempe. Dan ini adalah sebuah tempat untuk melatih
anak-anak agar terbiasa membuat, mempertahankan kekayaan alam kita, produksi hasil
karya cipta anak bangsa yang sangat terkenal di dunia yaitu tempe. Dan di tempat inilah
tempe dihasilkan dan kita gunakan untuk melatih anak-anak agar mereka mempunyai myelin
yang juga bagus.

Saya ingin menyapa anak-anakku sekalian, selamat pagi anak-anakku. / Pagi Pak Rhenald. /
Wah, suasananya kaya di Taman Kanak-kanak, ya. Oke, kita semua sekarang standarnya
semua harus pakai masker. Semua sudah siap maskernya belum? Ya. Coba dibagikan dulu.
Bagikan dulu maskernya. Kita semua pakai. Ini membuatnya semua harus pakai ini ya. Kita
jaga kebersihan karena ini makanan, ya. Yuk semuanya pakai. Yang putih di bagian dalam ya.
Yang putih di bagian dalam. Semua ke telinganya. Masih bisa bernafas kan? / Masih. / Masih.
Ok, ananda bisa? Ya. Sarung tangan semua sudah dipakai? / Sudah. / Ya. Ok. Ya.

Jadi seperti inilah, anak-anak pun harus merasa. Dan kemudian mengikuti tahapan-tahapan
berikutnya. Ya. Memang proses pembuatan tempe seperti ini. Ini kedelainya sudah direbus,
kulitnya sudah dilepaskan. Sudah direndam. Dan sekarang mereka berada pada tahapan
awal.

Di Rumah Tempe ini kita biasa melakukan aktivitas bersama dengan anak-anak. Anak-anak
dari berbagai sekolah, dari perorangan atau bersama dengan orangtuanya, berlatih di sini
mengenal cara membuat tempe. Dan tempe ini kita jadikan alat juga untuk melatih myelin
atau muscle memory anak-anak agar mereka tidak menjadi passengers. Silakan dilanjutkan
Mas Yudo.

Anak-anak adalah sumber kebahagiaan dan kalau mereka dilatih dengan baik, mereka akan
memiliki perasaan yang peka tapi baik. Hewan-hewan seperti ini adalah hewan-hewan yang
melatih manusia untuk memiliki perasaan, rasa tanggung jawab. Mereka tidak hanya
memberikan kita pangan, tapi mereka juga bisa bekerja buat kita. Tetapi yang lebih penting
lagi, walaupun mereka adalah pangan, mereka juga adalah hewan yang punya perasaan.

Dan manusia baiknya memang linkages, memiliki keterkaitan, keterikatan dengan alamnya.
Saya sering bicara dengan banyak orang-orang di sekitar sini. Ini tidak jauh dari Jakarta
letaknya, di Rumah Perubahan ini. Masyarakat di sekitar sini memberi tahu kepada saya
bahwa hewan-hewan seperti ini harus disapa dan diajak bicara. Kita, tadi dilihat, anak-anak
bermain, dan dia bisa saja mengamuk tentunya kalau disakiti.

Tapi kalau dielus sekitar tanduknya, kepalanya dielus, dikasih air, dia bisa menjadi seperti
jinak seperti itu. Demikianlah manusia. Dalam pergaulan sehari-hari kita juga bertemu dengan

Halaman 5 dari 9
RP102
orang-orang yang tidak bisa diatur, orang-orang yang menyusahkan kita, tapi kita
mempunyai perasaan. Dan pertalian perasaan ini menjadi sangat penting sekali.

Oleh karena itu maka sejak kecil anak-anak memang harusnya dilatih dengan hewan-hewan
seperti ini sehingga dia tidak hanya meraba, tapi juga merasakan. Ada pertalian. Sama juga
dengan tanaman-tanaman di sekitar sini. Tanaman-tanaman ini juga disapa. Saya dengan
anak-anak ini, ini anak-anak di sekitar sini, anak-anak kampung yang menjadi komunitas
habitat kami hidup. Dan saya tidak pernah merasa bosan tinggal di tengah kampung karena
ini sumber kebahagiaan.

Dan pagi hari kalau kami bertemu mereka, orangtuanya selalu bertanya, Mau ke mana?
Mereka tidak bertanya, Apa kabar?, tapi Mau ke mana? Rasa ingin tahu yang cukup besar.
Tapi anak-anak ini juga sering kemudian kita ajak jalan untuk melihat bandara, melihat
pesawat terbang, melihat puncak, dan lain sebagainya. Sehingga mereka juga bisa merasakan
alam ini.

Ketika pembangunan properti dan sebagainya begitu menekan, tempat bermain anak-anak
semakin kurang, dan ini bukan hanya merugikan kita sebagai bangsa, tapi Anda pun yang
tinggal di daerah perumahan yang elit, yang steril, itu juga kehilangan kesempatan untuk
melatih anak-anak Anda dengan alam. Melatih merasa.

Dan anak-anak kampung juga, juga kehilangan karena tidak ada lagi tempat sebesar ini yang
mereka merasa tidak terhimpit. Kemewahan seperti ini kami hadirkan agar anak-anak bisa
melatih Self Driving mereka. Dan tentu kita waspada juga sebagai sebuah bangsa dimana
bangsa kita sekarang ini mentalnya dapat kita katakan banyak orang yang mentalnya lembek.

Memilih untuk tidak melangkah. Dan setelah pun melangkah, kalau ada orang lain
melangkah, mereka marah. Mereka hanya menjegal orang lain. Kalau melihat peraturan,
peraturan kita ini tumpang-tindih satu sama lain. Ada peraturan yang membolehkan, ada
peraturan yang melarang.

Dan lebih banyak orang yang lebih senang melarang dan akhirnya kita tidak bergerak menjadi
rigid. Tapi begitu ada orang yang melakukannya karena pasalnya berbeda, ketika dia
melakukan, dia adalah tipe orang yang memiliki Self Driving. Kekuatan untuk bergerak dan
melakukan sesuatu.

Tapi ketika dia melakukannya, dia diperangkap dengan peraturan yang lain yang mengatakan
tidak boleh itu. Banyak orang-orang yang sebetulnya berjasa bagi negeri ini kemudian
diperangkap secara politik, secara hukum, secara hukum dunia yang mengakibatkan mereka
akhirnya harus berhenti. Dan sayang sekali kalau orang-orang seperti ini dihambat dan
akhirnya negeri kita kehilangan stok. Kehilangan, kehilangan kemampuan atau kebiasaan
men-drive, menggerakkan bangsa ini.

Bangsa ini memerlukan lebih dari sekadar orang-orang yang berwacana, yang hanya
menghafal, yang hanya membaca. Yang hanya bergerak di belakang mejanya. Kita
memperlukan orang-orang yang men-drive, yang berani keluar dari sangkarnya, yang berani
untuk mengambil langkah-langkah dan mendobrak.

Munculnya generasi pendobrak yang lahir tahun 1970-an ke sini, itu sudah mulai kita rasakan.
Di beberapa provinsi dan kabupaten, mereka muncul sebagai bupati, sebagai walikota, dan

Halaman 6 dari 9
RP102
juga sebagai gubernur. Dan kita juga melihat mereka dengan dobrakan yang, kadang-kadang
rasanya masih kurang smooth. Dan kadang-kadang mereka begitu marah melihat keadaan
yang membelenggu. Tetapi mereka adalah driver.

Dan akan lebih baik lagi kalau sejak kecil, anak-anak ini kita latih seperti ini. Dan mereka
mempunyai suara yang menyatu dengan alam, yang hidupnya harmonis dengan alam. Karena
dunia akan berubah menjadi semakin bergejolak dan semakin menakutkan. Anak-anak kita
perlu ruang untuk men-drive diri mereka sendiri. Men-drive themselves, self mereka, self
driving.

Video 4: From a Passenger to a Driver

Kali ini sapi yang sudah biasa kita lihat. Tadi adalah kerbau. Percaya atau tidak, kelas
menengah kita di daerah perkotaan, sudah tidak bisa membedakan yang mana sapi, yang
mana yang kerbau. Dan tentu saja dengan mudah, kita yang sehari-hari berada di lapangan
bisa membedakan dari warnanya, dari bentuk tubuhnya, dari perilakunya juga berbeda.

Dan kerbau tadi dilepas di alam, sedangkan sapi ini diikat seperti ini. Biasa kita lakukan di sini
untuk melatih anak-anak, selain merasa, itu juga penting sekali adalah mereka juga memiliki,
terbiasa, kebiasaan untuk membaca klasifikasi. Jadi kalau dari kecil orangtua sudah tidak
bisa, tidak bisa membuat klasifikasi yang baik, bagaimana dewasanya mengambil keputusan?

Dalam mengambil keputusan, manusia harus mempunyai klasifikasi yang baik. Kita tidak
menyebut misalnya bajaj dalam klasifikasi barang, kendaraan mewah. Ketika Anda menyebut
nama-nama merek, disebut kata mewah, Anda langsung menyebutkan nama-nama merek
tertentu. Itu adalah klasifikasi.

Dan belakangan memang ada banyak benda-benda di alam semesta ini yang klasifikasinya
tidak jelas sehingga nama merek disebut sebagai nama klasifikasi. Dan itu mengacaukan
sebetulnya. Tetapi belajar melakukan klasifikasi, yang mana sapi, yang mana kerbau; jenisnya
ini apa; klasifikasinya apa, itu menjadi sangat penting untuk melatih anak-anak kita kelak
mereka menjadi pemimpin yang pandai mengambil keputusan dan juga membuat langkah-
langkah, menciptakan perubahan.

Masih di Rumah Perubahan. Kita akan membahas bagaimana kami membangun motorik
anak-anak muda sehingga mempunyai mental yang kuat. Dan kita masih terus membahas
tentang Self Driving. Ini di kawasan Rumah Perubahan. Di sini juga anak-anak juga bisa belajar
berjalan, melewati titian-titian kayu seperti ini.

Ini juga dari kayu-kayu yang kami tanam, yaitu kayu-kayu dari pohon jati sebetulnya. Yang
suatu ketika pohonnya juga mati karena musim kering dan sebagainya. Tapi saya akan
memberikan Anda wrap-up setelah ini mengenai Self Driving. Kita akan membahas di sana
nanti.

Nah ini adalah sayur-sayuran yang ditanam oleh Pak Roib, warga di sekitar sini. Yang ini
adalah kangkung, dan di sana ada terong, nanti kita bisa lihat di situ ada pohon-pohon terong,
ada cabai, dan sebagainya. Hal sederhana, hal kecil sekali, anak-anak datang ke sini dan
mereka berlatih untuk mencabut kangkung. Yang selama ini mereka hanya berteori, hanya
berkonsep, ada di meja makan. Sudah menjadi sayur, cah kangkung, dan sebagainya.

Halaman 7 dari 9
RP102

Tapi mereka tidak tahu ini bagaimana ditanamnya. Ini ada pengorbanan dari orang-orang
yang bertani seperti ini. Bagaimana anak-anak dilatih motoriknya, merasakan, memegang
kangkung ini sejak menjadi tanaman. Kemudian mereka juga mencabutnya. Di Rumah
Perubahan ini, ini didedikasikan untuk anak-anak agar mereka mau belajar. Dan merasa.

Menjadi bangsa yang punya perasaan itu baik. Menjadi punya perasaan yang positif, perasaan
yang menghargai alam semesta. Kita akan bahas dalam wrap-up berikut ini.

Kita akan wrap-up mengenai Self Driving dari suatu bagian yang sudah kita bahas. Kita sudah
bicara tentang passengers dan drivers. Dan kemudian kita juga bicara tentang bad character,
ada winner ada loser. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kita sekarang berubah dari
passenger menjadi driver. Tetapi ketika kita berubah dari passenger menjadi driver, itu
sebetulnya tidak terlalu sulit buat orang-orang aktif.

Dulu anak-anak kita kalau disuruh maju ke depan, tidak bisa ngomong. Sampai di depan
mereka cuma berdiri, diam saja begitu, tidak bisa bicara. Tapi anak sekarang sudah mulai bisa
bicara. Cuma masalahnya adalah, itu bicara yang good atau yang bad?

Kita bisa menyaksikan di social media, di Facebook dan di Twitter, kita menyaksikan banyak
sekali caci maki dan kata-kata yang tidak baik. Ini tentu adalah karakter bad yang harus kita
bersihkan.

Kalau mereka menjadi pemimpin, mereka menjadi bad leader. Menjadi manusia yang tidak
berintegritas, menjadi manusia yang hanya bisa mengacaukan, menciptakan kegaduhan,
mengganggu orang lain yang bekerja, merusak suasana. Padahal yang kita perlukan adalah
orang-orang yang memperbaharui keadaan, yang juga membangun sifat-sifat baik dari
bangsanya.

Di Jepang, orang bisa naik kereta api penuh sekali, tetapi tangannya tidak ada yang
mengganggu orang lain. Matanya juga tidak mengganggu orang lain. Lihat kiri, lihat kanan.
Tangannya tidak bergerak, mengambil, memegang, dan lain sebagainya. Mereka tidak mau
mengganggu orang lain. Mereka taat pada waktu karena dari kecil mereka sudah dibentuk
dengan karakter-karakter baik.

Nah, di Rumah Perubahan, kami juga telah melakukan eksperimen, studi, dan juga kami
menemukan, ternyata banyak sekali orang-orang yang menderita luka batin. Luka batin
karena ada kejadian di masa kecil, atau dalam perjalanan karir. Apakah karena mertua,
orangtua, karena saudara, karena atasan, bawahan, atau kejadian-kejadian sesuatu yang
membuat mereka menjadi tidak baik.

Pengalaman-pengalaman hidup ini akhirnya membentuk dan kemudian akhirnya dicontoh


oleh orang-orang lain. Orang-orang yang memiliki karakter bad tentu harus dibersihkan,
diperbaiki hatinya. Selama mereka hanya melihat dari perspektif mereka, adalah perspektif
kebencian. Tentu saja ini harus disempurnakan.

Ada orang-orang yang bisa mengalami yang disebut dengan self healing, penyembuhan diri
sendiri. Tapi ada orang yang tidak bisa melakukan itu, harus disembuhkan orang lain. Kami
memiliki pengalaman itu dan seringkali memang menggunakan permainan-permainan, bisa

Halaman 8 dari 9
RP102
kita baca, karena orang cenderung menutupi dirinya, bertopeng, memakai masker. Sehingga
kita harus buka dulu.

Kalau orang sudah bisa menerima, mengakui dirinya, itu mudah sekali sebetulnya. Tapi yang
menjadi masalahnya adalah semakin banyak orang yang membuat masker, membuat topeng
pada hidupnya sehingga sulit untuk diperbaiki.

Orang-orang seperti ini cenderung akan menjadi pemimpin yang mengganggu orang lain. Kita
akan teruskan pada segmen berikutnya pada minggu yang akan datang, mudah-mudahan
Anda masih tetap setia dan mau belajar mengenai men-drive diri Anda, diri anak-anak Anda,
anak buah Anda, pegawai Anda, bahkan atasan Anda, dan komunitas Anda.

Halaman 9 dari 9

Anda mungkin juga menyukai