Anda di halaman 1dari 6

Syalom semua. Apa kabar bapak dan ibu hari ini? Baik?

Kita, saya dan bapak ibu, mungkin ada yang baru


pertama kali bertemu ... boleh nanya lagi gak? Kalau tadi saya nanya tentang apa kabarnya, lalu bapak
dan ibu menjawabnya dengan kata: baik ... Masih inget gak kapan terakhir kalinya bapak dan ibu dan
teman-teman muda berhadapan dengan situasi di mana ketika ada orang yang nanya kabar kita, untuk
menjawab: baik ... itu susahnya minta ampun. Maksudnya keadaan yang sedang kita alami memang lagi
berat-beratnya ...

- Bergumul

- Terbeban

- Sakit

- Seperti gak ada jalan keluar

- Ngerasa sedih banget

- (buat anak-anak muda): kapan terakhir galau?

Masih ingat? Pasti masih ingat peristiwa itu. Sudah ingat? Berat ya kalau kita mengingat di mana kita
tahu bahwa bebannya memang gak ringan banget.

Boleh nanya sekali lagi gak?

Jika waktu itu kita memang sedang berat-beratnya punya beban ... Apa yang membuat bapak dan ibu
dan teman-teman muda hari ini mampu tetap bertahan dan melanjutkan hidup kita sampai sekarang?
Ada yang mau share?

Sewaktu orang lain dengan mudahnya menasihati:

- Move on
- Let it go

- Life Must Go On

Dalam hati kecil kita sewaktu berbeban berat itu pun berteriak:

“Lw gak tahu aja apa yang gw alamin dan rasain sekarang!!”

Saya suka nonton film. Ada satu scene di film 3 Idots, seorang mahasiswa bernama Joy Lobo berjuang
untuk lulus jadi insinyur. Tapi dia gak lulus-lulus ... penelitian di skripsinya terhambat. Dan ketika dia
merasa dia sudah mentok sementok-mentoknya, gak bisa ngapa-ngapain lagi ... akhirnya dia ambil
keputusan: I Quit! (Kalau bapak dan ibu nonton filmnya, pasti tahu ending nya kawan kita yang bernama
Joy Lobo ini)

Saya mau ajak kita share tentang hal ini, bahwa pengalaman berada di masa-masa paling berat ... itu
pasti akan kita alami dalam perjalanan hidup kita ... kapan saja, di mana saja ... itu bisa terjadi, di rumah
– di lingkungan – di gereja ... waktu kuliah – di tempat kerja – di tempat pelayanan ... Kita bisa bertemu
dengan hal-hal yang berat itu.

Bagian Alkitab yang kita baca hari ini menceritakan tentang keadaan seorang anak muda yang bernama
Timotius, yang waktu itu memang lagi berat-beratnya. Dalam teks kita dikatakan:

- Menderita aniaya (ayat 11-12, lihat juga Pasal 2)

- Ada orang-orang yang jahat, menipu dan menyesatkan (ayat 13)


Dan jangan lupakan bahwa Firman Tuhan yang hari ini kita baca adalah kali keduanya dituliskan untuk
menguatkan Timotius. Ini surat Rasul Paulus yang kedua untuk Timotius. Bayangkan, sampai dua kali
disuratin, itu artinya pasti yang sedang dihadapi oleh Timotius sungguh tidak mudah.

Baca Juga:

II Timotius 3:10-16 | Tidak Sendirian

II Timotius 3:1-17 | Termotivasi

II Timotius 3:14-15 | Spon Bukan Bob

Yang mau kita sharingkan hari ini adalah tentang bagaimana sebenarnya Firman Tuhan menunjukkan
kepada kita bahwa seharusnya kita mampu bertahan dan bahkan melampaui masa-masa tersulit yang
kita alami ... mungkin hari ini.

1. Ayat 10

Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan
ketekunanku.

Menemukan model-model yang mungkin pergumulannya mirip dengan kita.

Mereka pernah ada di situasi berat yang kita alami, dan mereka sukses melewati itu semua (makanya
ada banyak orang juga kan yang suka baca buku biografi). Biasanya orang yang sedang bergumul berat
akan selalu berpikir bahwa pergumulannya adalah yang paling berat sedunia. Padahal itu salah pasti.
Sebab akan selalu ada orang-orang yang bergumulnya jauh jauh lebih lebih berat dibandingkan dengan
apa yang kita alami hari ini. Dan mereka sukses melewati pergumulan mereka itu.
Beberapa hari ini saya lagi ngobrol dengan seorang teman yang merasa dirinya itu paling menderita
sedunia. Gara-garanya ... putus sama pacarnya. Katanya sudah dua tahun lalu mereka putus. Kemudian
kawan saya itu bercerita tentang keheranannya bahwa ada temannya yang lain yang bercerita
kepadanya bahwa “itu belum ada apa-apanya”. Ternyata ada satu temannya lagi yang sudah lama juga
pacaran, bahkan mereka sudah mau bertunangan, tapi bubar juga kok. Dan dia bisa keluar dari masa-
masa sulitnya itu.

Menemukan model yang sukses, itu bisa menjadi salah satu kekuatan kita pastinya. “Tuhan aja
menolong dia, masa Tuhan gak mau nolong saya.”

2. Ayat 11

Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di
Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya.

Mengingat pengalaman Tuhan yang telah melepaskan kita.

Kalau hari ini kita sedang ada di masa terberat dalam hidup kita, mari kita mengingat bahwa, saya
percaya, ini bukan kali pertamanya kita berada di situasi yang berat. Dulu mungkin kita pernah ada di
situasi berat juga ... mungkin masalah yang berbeda, tetapi bebannya sama berat.

Jika Tuhan sanggup melepaskan dan menyelamatkan kita di masa paling berat dahulu yang telah kita
lewati ... tanyakan saja pada diri kita, “Jika dahulu Tuhan telah melepaskan dan menyelamatkan
hidupku, mengapa aku berpikir Tuhan gak sanggup melakukan hal yang sama juga sekarang ini?” Tuhan
yang sama yang dahulu pernah mengizinkan kita berada dalam situasi berat dan telah menyelamatkan
dan membebaskan kita dari pusaran beban itu, Tuhan yang sama akan melakukannya sekali lagi dan lagi
dan lagi ketika hari ini (atau nanti) kita berada dalam situasi berat dalam hidup kita. Dia sanggup untuk
melakukannya lagi untuk kita: membebaskan dan menyelamatkan kita.
3. Ayat 15-17

Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu
dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia
kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

Senjata yang paling ampuh yang kita miliki sebenarnya adalah meneliti apa yang sudah Tuhan kerjakan
bagi kita dan bagi orang percaya di sepanjang zaman di Alkitab.

Di dalam Alkitab kita seharusnya bisa bertemu dengan pengalaman iman ribuan orang percaya. Kita bisa
meneliti bagaimana kesaksian mereka tentang cara Tuhan menyelamatkan hidup orang yang percaya.
Tetapi bagaimana bisa seseorang bertemu dan dikuatkan oleh Firman Tuhan kalau orangnya juga pada
jarang dateng ke gereja – bersekutu dengan saudara seimannya?

Jika kita mau lari dari persoalan dan pergumulan yang kita hadapi hari ini, pastikan saja bahwa pelarian
kita bukanlah pelarian yang sia-sia. Berlarilah kepada Tuhan, ceritakan semuanya kepada-Nya ... Biarkan
Dia punya kesempatan untuk memulihkan diri kita.

Saya pernah kesel membaca tulisan seorang yang bernama Anthony Robbins, dia berkata di salah satu
bukunya, “Jika suatu hari nanti ketika kita menengok ke belakang dan kemudian kita menertawakan apa
yang terjadi hari ini ... Kenapa kita tidak mulai tertawa sekarang saja? Ini semua hanya masalah
perspektif”. Awalnya kesel karena mikir, ini orang gak empati banget sih.
Tetapi ... jika Tuhan telah berkarya untuk memulihkan diri kita yang hancur hari ini ... bukankah memang
benar bahwa kita punya kesempatan untuk “menertawakan” (baca: bersukacita) peristiwa berat yang
kita alami sekarang di kemudian hari? Karena Tuhan pada akhirnya sanggup untuk menunjukkan selalu
bahwa ada berkat yang terselubung di balik pergumulan-pergumulan yang kita hadapi hari ini. Hanya
jika kita mau Tuhan menolong dan memulihkan diri kita ... Mau?

Anda mungkin juga menyukai