Oleh :
Preseptor:
2017
i
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Sebab Utama
Skema Pedegree
: Wanita : Meninggal
Tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita gangguan jiwa.
1
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36.8 C
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 58 kg
Status Gizi : Normoweight
Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Kelainan Khusus : Tidak ditemukan
V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
2
B. Verbalisasi dan cara berbicara
Arus pembicaraan : cepat
Produktivitas pembicaraan : banyak
Perbendaharaan : banyak
Nada pembicaraan : meninggi
Volume pembicaraan : biasa
Isi pembicaraan : sesuai
Penekanan pada pembicaraan : ada
Spontanitas pembicaraan : spontan
Logorrhea ( +), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ),
gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( - ).
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi ( sempit/luas),
arus emosi (biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek inappropriate/ tidak serasi( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
mood eutim ( - ), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( + ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( + ), euforia ( - ), ectasy (
- ), mood depresi (hipotim) ( - ), anhedonia ( - ), dukacita ( - ),
aleksitimia ( -), elasi ( - ), hipomania ( - ), mania( + ), melankolia ( - ), La
belle indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ),
tension (ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ),
abreaksional ( - ), rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol
impuls ( - ).
3
D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
Mutu proses pikir (jelas/tajam)
E. Persepsi
Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( - ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput (- ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
4
F. Mimpi dan Fantasi
Mimpi : Tidak ada
Fantasi : Tidak ada
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgement :
Judgement tes : tidak terganggu
Judgement sosial : tidak terganggu
5
Dari hasil wawancara didapatkan interpretasi pasien kooperatif dengan
mood meluap-luap dan meninggi, hipertim, afek appropriate, though of
insertion tidak ada, waham referensi (+), , tilikan derajat I dan judgement yang
baik terhadap personal maupun sosial.
X. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
Risperidon 2x2 mg
Merlopam 1x1 mg (malam)
B. Non Farmakoterapi
C. Psikoterapi
Kepada pasien:
Psikoterapi suportif
6
Memberikan dukungan, kehangatan, empati, dan optimistic
kepada pasien, membantu pasien mengendalikan emosinya.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk mengetahui lebih banyak mengenai
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala,
mencegah munculnya gejala dan segera mendapatkan
pertolongan. Menjelaskan kepada pasien untuk menyadari
bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar sembuh.
Kepada keluarga:
Psikoedukasi
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif,
dan edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala,
hubungan antara gejala dan perilaku, perjalanan penyakit, serta
prognosis). Pada akhirnya, diharapkan keluarga bisa
mendukung proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan.
Serta menjelaskan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit
yang membutuhkan pengobatan yang lama dan berkelanjutan.
Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek
samping yang mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu,
juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat
secara teratur.
XIII. PROGNOSIS
Quo et vitam : dubia ad bonam
Quo et fungsionam : dubia ad bonam
7
Quo et sanctionam : dubia ad bonam