Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MANDIRI

PRAKTIKUM ANATOMI HEWAN

Latihan IB: Pengukuran Dimensi Tulang (Osteomtri)

Disusun oleh:
Fidelis Aritona
(13/352164/BI/9195)

LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
Latihan IB: Pengukuran Dimensi Tulang (Osteomtri)

A. Pendahuluan

Anatomi (berasal dari bahasa Yunani = anatomia, dari =


anatemnein, yang berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan
dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup. Salah satu bagian tubuh mahluk hidup
yang dapat digunakan untuk pembelajaran anatomi hewan adalah tulang. Tulang atau
kerangka adalah penopang tubuh Vertebrata. Tulang merupakan ciri yang membedakan
mahluk hidup vertebrata dengan mahluk hidup lainnya. Jika mahluk hidup vertebrata mati,
tulang adalah jejak bukti kehidupan yang paling baik digunakan untuk menggali informasi
yang lebih mendalam dari sejarah mahluk hidup tersebut. Pengukuran tulang yang
dilakukan dengan metode yang benar merupakan bagian penting pada dokumentasi data
tentang tulang. Pengukuran tulang dalam dimensi panjang dan lebar disebut juga
osteometri. Penelitian mengenai osteometri tulang dapat memberikan banyak informasi
mengenai rekonstruksi kehidupan mahluk hidup tersebut. Hasil dari penelitian osteometri
dapat memberikan berbagai gambaran serta analisis terkait dengan hewan yang
bersangkutan, antara lain informasi mengenai jenis hewan, seberapa besar ukuran tubuh
hewan saat masih hidup, bentuk tubh hewan, pergerakan hewan, penentuan garis evolusi,
sexual dimorphism, umur hewan, status gizi selama hewan tersebut hdiup, sejarah hewan
terdomestifikasi, dan dapat diketahui pula kemungkinan adanya kelainan yang ada pada
hewan tersebut jika dibandingkan dengan mahluk hidup yang normal.
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari dan mempraktekkan metode pengukuran
dimensi tulang.
B. Metode

1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah caliper atau jangka sorong,
penggaris, medline, millimeter blok, serta alat tulis.
Bahan yang dipergunakan dalam praktikum osteometri kali ini antara lain adalah
berbagai macam tulang komodo, ikan arapaima, dan kucing.

2. Cara Kerja
Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pengukuran tulang kucing yang
mewakili mammalia, tulang komodo yang mewakili reptilia, dan tulang ikan arapaima
yang mewakili pisces. Bagian distal / proksimal atau cranial / caudal tulang sudah
diamati, pengukuran tulang dapat dilakukan. Pengukuran tulang dapat menggunakan
caliper, penggaris, medline, atau milimeterblok tergantung ukuran tulang yang
didapatkan. Adapun prosedur pengukuran tulang dikelompokkan sebagai berikut:

a. Pengukuran tulang panjang


Tulang panjang diposisikan sebagaimana pada system skeleton sehingga
dapat siketahui bagian proksimal maupun distal dan dapat ditentukan garis
tengahnya.
Panjang tulang maksimal diukur dari bagian ujung proksimal epiphysis
proksimal sampai bagian ujung proksimal epiphysis distal berorientasi
dengan garis tengah tulang yang telah ditentukan sebelumnya.
Panjang tulang minimum diukur dari bagian ujung distal epiphysis
proksimal sampai bagian paling proksimal epiphysis distal.
Lebar diaphysis minimum diukur pada diaphysis di bagian yang memiliki
diameter palng kecil.
Lebar ujung proximal dan ujung distal tulang diukur pada bagian yang
paling lebar.
Kedalaman tulang juga diukur baik pada diaphysis maupun ujung proximal
dan distal tulang.
Apabila terdapat struktur tambahan pada tulang, missal olecranon pada
ulna, maka struktur tersebut juga diukur panjang, lebar dan kedalamannya.

b. Pengukuran scapula
Scapula diposisikan vertical dengan processus glenoidalis berada di
bawah.
Ketinggian spina scapula diukur dengan membuat dua garis imajiner yang
sejajar dengan kelengkungan spina di ujung dorsal spina dan ujung ventrl
processus glenoidalis. Jarak antara kedua garis tersebut diukur.
Ketinggian diagonal scapuladiukur dari ujung ventral processus glenoidalis
sampai ujung dorsal scapula mengikuti kemiringan scapula.
Lebar processus glenoidalis juga diukur.
c. Pengukuran vertebra
Vertebra diposisikan horizontal sebagaimana posisi aslinya pada skeleton
utuh.
Ketinggian vertebra diukur dari centrum bagian paling ventral tegak lurus
sampai bagian paling dorsal spina neuralis.
Panjang arcrus neuralis maupun centrum diukur dari bagian palinng cranial
sampai bagian paling caudal masing-masing.
Lebar vertebra diukur dari bagian paling lateral processus transversus
sinister sampai dexter.
Lebar centrum, baik cranial maupun caudal, juga diukur.

Hasil pengukuran masing-masing tulang kemudian ditabulasikan dalam tabel. Masing-


masing tulang digambarkan pada kertas millimeter blok sesuai hasil pengukuran
dengan arah penampakan. Apabila ukuran gambar terlalu besar atau kecil, dapat
menggunakan skala. Hasil pengukuran dan gambar tulang yang telah ditunjukkan
kepada asisten untuk disahkan sebagai laporan sementara.
C. Hasil dan Pembahasan

Dalam praktikum ini, diamati dan dianalisis 4 tulang yang terdiri atas tulang kucing,
tulang komodo dan tulang ikan arapaima. Dari praktikum ini diperoleh hasil sebagai
berikut.
Yang pertama adalah scapula dexter kucing.

2cm

a.Dorsal b.Costal

c.Lateral d.Ventral
Scapula dexter kucing

Tulang ini ditentukan sebagai tulang scapula karena memiliki bentuk yang melebar,
pipih dan memiliki bentuk nyaris menyerupai bentuk segitiga. Ciri-ciri dari tulang scapula
adalah Scapula membentuk bagian posterior dari gelang bahu. Berbentuk pipih dan
seperti segitiga. Secara anatomis, memiliki dua permukaan (fascia), 3 pinggir (margo),
dan 3 sudut (angulus). Pada bagian anterior, terdapat fossa (alur) subscapularis, di mana
tempat melekatnya otot subscapularis. Bagian permukaan posterior dibagi oleh spina
scapula menjadi fossa suprapinosus dan fossa infraspinosus. Pada manusia dan
beberapa karnivora, pada ujung spina scapula terdapat bagian acromion. Bagian khas
lainnya yaitu processus coracoideus yakni tonjolan yang berasal dari bagian utama
scapula sendiri (bukan spina). Ujung dari processus ini dilekati oleh banyak otot seperti
otot coracobrachialis. Di dekat bagian bawah processus coracoideus terdapat angulus
lateralis, dan sebuah bagian seperti cekungan yang disebut cavitas glenoidales. Di cavitas
inilah tempat melekatnya bonggol kepala dari humerus. Scapula bersendi dengan
clavicula pada acromion (Marieb, 2005; Gray, 1918). Tulang ini dapat dikatakan sebagai
bagian dexter karena jika ditarik garis lurus mulai dari spina munuju acromion dan
diarahkan ke muka, serta posisi acromion diarahkan ke atas, sisi supraspinosus berada
pada sisi kiri garis spina-acromion, dan infraspinosus berada pada sisi kanan.
Kemudian tulang kedua dapat diketahui sebagai tulang femur sinister belakang
kucing.

2cm

Anterior Posterior

Femur terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian proksimal dan dua condylus
pada bagian distal. Kepala tulang paha akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian
proksimal lainnya yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan
otot. Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar
tempat melekatnya otot gluteus maximus. Di dekatnya terdapat bagian linea aspera,
tempat melekatnya otot biceps femoris. Salah satu fungsi penting kepala tulang paha
adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal
tulang paha terdapat condylus yang akan membuat sendi condylar bersama
lutut.Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus lateralis. Di antara
kedua condylus terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris (Feldesman et al., 1990;
Harasen. 2009).
Selanjutnya merupakan bagian vertebra arapaima. Ikan arapaima adalah salah satu
ikan air tawar terbesar di dunia. Salah satu bagian vertebranya sendiri memiliki ukuran
yang cukup besar.

5cm

Posterolateral kiri Superior

Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung yang mudah digerakkan. Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni
bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior
yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus
dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis,
procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang
yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan
membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di
antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale
(Gdyczynski and Manbachi, 2014).
Ikan adalah vertebrata. Semua vertebrata dibangun di sepanjang chordate body plan:
batang kaku yang ada pada sepanjang tulang belakang hewan (kolom vertebral atau
notochord), dengan tabung berongga dari jaringan saraf (sumsum tulang belakang) di
atasnya dan saluran gastrointestinal di bawah. Karakteristik yang menentukan dari
vertebrata adalah kolom vertebral, di mana notochord yang ditemukan di semua chordata
telah digantikan oleh serangkaian elemen stiffer tersegmentasi (vertebra) yang dipisahkan
oleh sendi bergerak (disk intervertebralis, diturunkan secara embrional dan evolusioner
dari notochord). Namun, beberapa ikan telah kehilangan anatomi ini, mempertahankan
notochord sampai dewasa, seperti sturgeon. Kolom vertebral terdiri dari centrum (pusat
tubuh atau tulang belakang vertebra), lengkungan vertebral yang menonjol dari atas dan
bawah centrum, dan berbagai proses yang diproyeksikan dari centrum atau lengkungan.
Sebuah lengkungan yang membentang dari atas centrum disebut lengkungan saraf,
sedangkan lengkungan rongga atau chevron ditemukan di bawah centrum di ekor
vertebra ikan. Centrum ikan biasanya cekung pada setiap ujungnya (amphioelous), yang
membatasi gerak ikan. Hal ini dapat dikontraskan dengan centrum mamalia, yang rata
pada setiap ujungnya (acoelous), dibentuk dengan cara yang dapat mendukung dan
mendistribusikan kekuatan tekan. Vertebra ikan Sarcopterygii terdiri dari tiga elemen
tulang yang berbeda. Lengkungan vertebra mengelilingi sumsum tulang belakang, dan
bentuknya mirip dengan yang ditemukan pada kebanyakan vertebrata lainnya. Tepat di
bawah lengkungan terdapat pleurocentrum piring kecil, yang melindungi permukaan atas
notochord, dan di bawahnya, lengkungan berbentuk lengkung yang lebih besar untuk
melindungi perbatasan bagian bawah. Kedua struktur ini tertanam dalam satu massa
silinder tulang rawan. Pengaturan serupa ditemukan pada tetrapoda primitif, namun, pada
garis evolusioner yang menyebabkan reptil (dan karenanya, juga pada mamalia dan
burung), intercentrum menjadi sebagian atau seluruhnya digantikan oleh pleurosentrum
yang membesar, yang pada gilirannya menjadi tubuh vertebra yang kurus. Pada
kebanyakan ikan kelompok Actinopterygii, termasuk Arapaima, kedua struktur ini menyatu
dengan, dan tertanam di dalamnya, sepotong tulang yang padat secara dangkal
menyerupai tubuh vertebra mamalia (Liem and Walker, 2001; Romer and Parsons, 1977).
Selanjutnya, analisa terhadap tulang ulna sinister komodo. Ulna adalah tulang
panjang yang ditemukan di lengan bawah yang membentang dari siku ke jari paling kecil,
dan ketika berada dalam posisi anatomis, ditemukan di sisi medial lengan bawah. Tulang
ini dekat dengan siku, dan menyempit saat mendekati pergelangan tangan. Dekat dengan
siku, ulna memiliki proses penulangan, yaitu proses olekranon, struktur seperti kait yang
sesuai dengan fosa olekranon humerus. Hal ini mencegah hiperekstensi dan membentuk
sendi engsel dengan trochlea humerus. Ada juga nada radial untuk kepala radius, dan
tuberositas ulnaris yang melekat pada otot. Dekat pergelangan tangan, ulna memiliki
proses styloid (Gray, 1918).

5 cm

Anterolateral Paterolateral
D. Simpulan

Praktikum pengukuran dimensi tulang atau osteometri ini diperoleh analisa dari tulang
scapula dexter kucing, femur sinister kucing, vertebra ikan arapaima, ulna sinister
komodo.

E. Daftar Pustaka

Feldesman, M.R., J.G. Kleckner, and J.K. Lundy. 1990. The femur/stature ratio and
estimates of stature in mid-and late-pleistocene fossil hominids. American Journal
of Physical Anthropology. 83 (3): 359372.
Gdyczynski, C.M. and A. Manbachi. 2014. On estimating the directionality distribution in
pedicle trabecular bone from micro-CT images. Journal of Physiological
Measurements. 35 (12): 24152428.
Gray, H. 1918. Anatomy of the Human Body, 20th ed. / thoroughly rev. and re-edited by
Warren H. Lewis. Lea & Febiger. Philadelphia.
Harasen, G. 2009. Feline orthopedics. Can Vet J. 50(6): 669670.
Liem, K.F. and Walker, W.F. 2001. Functional anatomy of the vertebrates: an evolutionary
perspective. Harcourt College Publishers. San Diego, CA.
Marieb, E. (2005). Anatomy & Physiology (2nd ed.). Pearson Benjamin Cummings. San
Francisco, CA.
Romer, A.S., and T.S. Parsons. 1977. The Vertebrate Body. Holt-Saunders International.
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai