BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mastoidektomi merupakan salah satu prosedur pembedahan yang mengangkat
bagian tulang mastoid yang terinfeksi saat terapi obat tidak lagi efektif. Mastoidektomi
dilakukan untuk mengangkat rongga udara pada bagian tulang mastoid yang terinfeksi
akibat infeksi telinga, seperti mastoiditis atau otitis kronis, atau akibat penyakit inflamasi
pada telinga tengah (kolesteatoma). Rongga udara pada mastoid merupakan sebuah
ruangan yang berisi udara yang terlokalisasi di sepanjang tulang mastoid, penonjolan
tulang yang berlokasi di belakang telinga yang berasal dari tulang temporal. Rongga
udara tersebut terhubung dengan sebuah kavitas pada bagian atas tulang yang
berhubungan dengan telinga tengah. (Lambert, 2010)
Infeksi agresif pada telinga tengah kadang dapat menyebar hingga tulang mastoid.
Ketika terapi antibiotik tidak mampu mengeliminasi infeksi itu, tindakan pengangkatan
area yang terinfeksi melalui tindakan pembedahan mungkin diperlukan. Tujuan utama
dari pembedahan ini adalah untuk mengangkat seluruh infeksi sehingga dicapai kondisi
telinga yang terbebas dari infeksi. Kadang, mastoidekstomi juga dilakukan untuk
memperbaiki saraf fasialis yang mengalami kelumpuhan. (Bennett dkk, 2006)
Sebuah prosedur mastoidektomi juga sering dilakukan sebagai langkah awal untuk
mengangkat neoplasma pada dasar tengkorak lateral, termasuk schwanoma vestibuler,
meningioma, paraganglioma tulang temporal dan epidermoid. Komplikasi otitis media,
termasuk supurasi intratemporal atau intrakranial dan thrombosis sinus venus lateral,
sering membutuhkan tindakan mastoidektomi. (AAOO, 1995)
(PERHATI-KL, 2015)
b. Mastoidektomi Radikal
Mastoidektomi radikal adalah operasi pada penyakit atau infrksi kronik
mukosa telinga tengah disertai kolesteatoma yang bertujuanmembersihkan jaringan
patologi, menggangkat sisa tulang pendengaran dan meninggalkan footplate stapes,
menjadikan rongga mastoid, kavum timpani dan liang telinga menjadi satu rongga
mastoid, kavum timpani dan liang telinga menjadi satu rongga dengan meruntuhkan
dinding posterior liang telinga dan menutup tuba eustachius.
6
(PERHATI-KL, 2015)
c. Canal wall down tymapnopalsty/ mastoidektomy
Operasi pada penyakit /infeksi kronik pada mukosa telinga tengah disertai
koleteatoma yang bertujaun membersihkan jaringan patologi, mempertahankan
mukosa telinga tengah dan fungsi tuba eustachius, menjadikan rongga mastoid,
kavum timpani dan liang telinga menjadi satu rongga dengan meruntuhkan dinding
7
posterior liang telinga, dengan usaha menutup perforasi, membran timpani sehingga
tercapai telinga kering, mencegah komplikasi serta memperbaiki fungsi pendengaran
bila memungkinkan.
(PERHATI-KL, 2015)
mengeluarkan cairan. Pasien diberikan antibiotik selama beberapa hari. (Bennett dkk,
2006)
Selain itu, biasanya juga diberikan tampon di dalam kedua telinga (pada
permukaan membran timpani yang baru) dan juga di saluran telinga. Tampon ini
dipasang dengan periode yang berbeda, biasanya antara 1 hingga 6 minggu. Selama
periode ini, pasien harus menjaga lubang telinga agar tidak terkena air. Jika mandi atau
keramas, pasien disarankan untuk menggunakan cotton ball yang dilapisi dengan vaselin.
Pasien dapat keramas setelah 48 jam pasca operasi untuk membiarkan luka insisi tetap
kering selama periode tersebut. (Shrestha, 2008)
Pasien juga diedukasi untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika ditemukan
gejala-gejala seperti:
1. Darah segar pada pembalut luka
2. Leher kaku atau disorientasi (yang mungkin merupakan tanda dari meningitis)
3. Kelumpuhan pada wajah, mulut jatuh atau kesulitan untuk menelan
dilakukan melalui liang telinga ataupun insisi di belakang telinga. Timpanoplasti dengan
mastoidektomi merupakan serangkaian tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengkoreksi masalah pada telinga tengah yang meliputi membran timpani dan tulang
mastoid.
Prosedur ini sering digunakan untuk mengatasi masalah baik kesehatan dan
pendengaran. Kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit akibat infeksi kronis
pada telinga akan menyebar melalui membran timpani hingga ke telinga tengah dan
tulang mastoid. Pertumbuhan ini berpotensi untuk terus tumbuh dan akhirnya akan
menghancurkan tulang mastoid. Pada prosedur timpanoplasti dan mastoidektomi, bagian
tulang mastoid yang terinfeksi dan telinga tengah akan diangkat dan membran
timpaninya direkonstruksi. (AAOO, 1995)
2.10 Audiometri
Audiometri merupakan prosedur yang dilakukan untuk menilai kemampuan
pendengaran terhadap suara. Suara yang diperdengarkan bervariasi berdasarkan
kekerasan (intensitas) dan kecepatan perambatan gelombang suaranya (nada).
Pendengaran terjadi pada saat gelombang suara merangsang saraf di telinga bagian
dalam. Lalu segera suara itu menjalar sepanjang jalur saraf hingga sampai ke otak.
(Kileny dan Zwolan, 2010)
Suara dapat menjalar hingga ke telinga bagian dalam melalui saluran telinga dan
tulang-tulang di telinga tengah (konduksi udara), atau melalui tulang di sekitar dan di
belakang telinga (konduksi tulang). Audiometri memberikan pengukuran pendengaran
yang lebih presisi dibandingkan dengan tes pendengaran dengan garpu tala. Untuk
menguji konduksi udara, pasien diminta mengenakan earphone yang disambungkan ke
audiometer. Nada yang dihasilkan dari intensitas yang dikontrol disampaikan ke salah
satu telinga dalam satu waktu. Pasien diminta untuk mengangkat tangan, menekan
tombol atau cara lainnya untuk memberitahukan saat ia mendengar suara. Untuk
memeriksa konduksi tulang digunakan osilator tulang yang ditempelkan pada tulang di
masing-masing telinga (tulang mastoid). Pasien yang menjalani mastoidektomi memiliki
kecenderungan untuk mengalami penurunan pendengaran. Penilaian penurunan
pendengaran ini dapat dilakukan dengan audiometri. Biasanya, telinga sembuh setelah 3
bulan pasca operasi, dan pada saat inilai audiogram postoperative dilakukan. (Norton
dkk, 2010)
10
DAFTAR PUSTAKA