Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis media dan mastoiditis akut merupakan masalah utama sebelum antibiotik
ditemukan pada pertengahan 1930-an. Besarnya rasa khawatir pada infeksi kavum
timpanomastoid disebabkan komplikasi yang mungkin ditimbulkan terhadap telinga
tengah, telinga dalam, diekstradural dan pada sistem saraf pusat. Perkembangan ilmu
kedokteran saat ini tidak hanya dapat memberikan terapi farmakologi, tetapi juga mampu
untuk melakukan berbagai teknik pembedahan di bidang otologi, salah satunya
mastoidektomi.
Mastoidektomi adalah prosedur pembedahan untuk menghilangkan proses infeksi
pada tulang mastoid. Tujuan mastoidektomi adalah menghindari kerusakan lebih lanjut
terhadap organ telinga dan sekitarnya. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebuah
pendekatan baru diperkenalkan oleh William dan Howard Otologic DPR Medical Group.
Bedah anatomi wajah digambarkan dan dijelaskan oleh William House, MD, seorang
perintis ahli penyakit telinga dari abad ke-20. Operasi melalui reses wajah menghasilkan
akses ke telinga tengah melalui tulang mastoid tanpa menghapus dinding kanal posterior.
(Pearce, 2004)
Seiring waktu, semakin banyak ahli bedah berusaha untuk membiarkan dasar-
dasar struktur anatomi telinga dan tulang temporal tetap utuh dengan menjaga keutuhan
dinding kanal. Paham yang berupaya untuk menjaga anatomi di dekat telinga tetap
normal mengundang kontroversi besar. Para ahli bedah cenderung untuk memilih antara
teknik lama canal wall-down atau filosofi baru yaitu, canal wall-up. Selama dua dekade
terakhir, sebagian besar ahli bedah otologi mengambil jalan tengah. Kebanyakan ahli
bedah otologi di Amerika Serikat sekarang melakukan kedua teknik tersebut, memilih
satu atau yang lain dari operasi ini tergantung pada keadaan individual pasien masing-
masing. (Pearce, 2004)
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Mastoidektomi merupakan salah satu prosedur pembedahan yang mengangkat
bagian tulang mastoid yang terinfeksi saat terapi obat tidak lagi efektif. Mastoidektomi
dilakukan untuk mengangkat rongga udara pada bagian tulang mastoid yang terinfeksi
akibat infeksi telinga, seperti mastoiditis atau otitis kronis, atau akibat penyakit inflamasi
pada telinga tengah (kolesteatoma). Rongga udara pada mastoid merupakan sebuah
ruangan yang berisi udara yang terlokalisasi di sepanjang tulang mastoid, penonjolan
tulang yang berlokasi di belakang telinga yang berasal dari tulang temporal. Rongga
udara tersebut terhubung dengan sebuah kavitas pada bagian atas tulang yang
berhubungan dengan telinga tengah. (Lambert, 2010)
Infeksi agresif pada telinga tengah kadang dapat menyebar hingga tulang mastoid.
Ketika terapi antibiotik tidak mampu mengeliminasi infeksi itu, tindakan pengangkatan
area yang terinfeksi melalui tindakan pembedahan mungkin diperlukan. Tujuan utama
dari pembedahan ini adalah untuk mengangkat seluruh infeksi sehingga dicapai kondisi
telinga yang terbebas dari infeksi. Kadang, mastoidekstomi juga dilakukan untuk
memperbaiki saraf fasialis yang mengalami kelumpuhan. (Bennett dkk, 2006)

Gambar 1. Rongga udara pada tulang mastoid


3

2.2 Jenis Tindakan Mastoidektomi


Mastoidektomi dilakukan dengan kondisi pasien di bawah pengaruh anestesi
sepenuhnya (anestesi umum). Terdapat beberapa jenis tipe prosedur mastoidektomi,
berdasarkan jumlah infeksi yang diderita:
1. Mastoidektomi sederhana (tertutup). Operasi ini dilakukan melalui telinga atau
dengan pemotongan (insisi) di belakang telinga. Operator membuka tulang mastoid
dan mengangkat rongga udara yang terinfeksi. Membran timpani diinsisi untuk
membersihkan dan mengeringkan telinga tengah. Antibiotik topikal kemudian
dioleskan pada area telinga tersebut.
2. Mastoidektomi radikal. Prosedur ini mengangkat hampir seluruh tulang mastoid dan
biasanya dilakukan pada kolesteotoma dengan penyebaran yang luas. Membran
timpani dan struktur telinga tengah mungkin diangkat seluruhnya. Biasanya, jika
memungkinkan, tulang stapes dipertahankan untuk membantu mempertahankan
fungsi pendengaran.
3. Mastoidektomi radikal modifikasi. Pada prosedur ini, sebagian tulang telinga tengah
dipertahankan dan membran timpani dibuat kembali dengan menggunakan prosedur
timpanoplasti. (Cristobal, 2000)

2.3 Indikasi Mastoidektomi


Otitis media kronis, dengan atau tanpa kolesteatoma, merupakan salah satu indikasi
yang biasanya ditemukan pada prosedur mastoidektomi. Pasien dengan otitis media
kronis sering kali datang dengan otorea dan penurunan pendengaran massif.
Mastoidektomi akan mengangkat matriks kolesteatoma atau rongga udara yang sakit.
Selain itu, masoidektomi sering kali membuat akses hingga tulang temporal yang lebih
tervisualisasi melalui kanalis auditorius eksternus (antara lain, terowongan supratuba,
epitimpanum, terowongan fasialis, rongga udara perilabirintin, rongga udara
retrofasialis). (AAOO, 1995)
Mastoidektomi merupakan salah satu langkah utama untuk menempatkan implant
koklear untuk merehabilitasi hilangnya pendengaran kongenital atau didapat.
Mastoidektomi memungkinkan operator untuk mengakses telinga tengah melalui
terowongan fasialis. Rangkaian elektroda implant ditempatkan di sepanjang terowongan
fasialis hingga ke kokleostomi, yang dibor di inferior dan sedikit anterior dari lubang.
(Kronenberg dan Migirov, 2003)
4

Sebuah prosedur mastoidektomi juga sering dilakukan sebagai langkah awal untuk
mengangkat neoplasma pada dasar tengkorak lateral, termasuk schwanoma vestibuler,
meningioma, paraganglioma tulang temporal dan epidermoid. Komplikasi otitis media,
termasuk supurasi intratemporal atau intrakranial dan thrombosis sinus venus lateral,
sering membutuhkan tindakan mastoidektomi. (AAOO, 1995)

2.4 Kontraindikasi Mastoidektomi


Kontraindikasi dilakukannya mastoidektomi antara lain:
1. Pasien dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan anestesi umum.
2. Pasien dengan rongga udara mastoid yang lebih sedikit (sklerotik) yang dapat
membuat pembedahan menjadi lebih sulit, karena adanya perbedaan struktur anatomi
yang lebih sulit untuk diidentifikasi (kapsul otik, saraf fasialis).
3. Operator harus lebih berhati-hati pada pasien dengan pergeseran sinus sigmoid
anterior dan mastoid atau dinding telinga tengah yang rendah. varian anatomis ini
dapat diidentifikasi sebelum pembedahan dengan CT scan tulang temporal. (AAOO,
1995)

2.5 Persiapan Mastoidektomi


Sebelum melakukan indakan mastoidektomi, seorang dokter harus melakukan
pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorokan secara cermat dan menyeluruh dan
menggunakan uji diagnostic yang detail, termasuk audiogram dan imaging pada tulang
mastoid menggunkan x ray atau CT scan. Pasien yang disiapkan untuk menjalani
prosedur ini dicukur rambut di belakang telinga pada tulang mastoidnya. Larutan sabun
dan air biasanya digunakan untuk membersihkan daerah luar telinga dan kulit di
sekitarnya. (Yates dkk, 2002)

2.6 Prosedur Tindakan


a. Timpanopalsti mastoidektomi
Timpanomastoidektomi adalah operasi pada penyakit kronik mukosa telinga
tengah yang bertujuan membersihkan jaringan patologi, memperbaiki drainase dan
ventilasi telinga tengah, menutup perforasi membran timpani sehingga tercapai telinga
kering, mencegah komplikasi, serta memperbaiki fungsi pendengaran (bila
memungkinkan)
5

Prosedur tindakan yang dilakukan:

(PERHATI-KL, 2015)

b. Mastoidektomi Radikal
Mastoidektomi radikal adalah operasi pada penyakit atau infrksi kronik
mukosa telinga tengah disertai kolesteatoma yang bertujuanmembersihkan jaringan
patologi, menggangkat sisa tulang pendengaran dan meninggalkan footplate stapes,
menjadikan rongga mastoid, kavum timpani dan liang telinga menjadi satu rongga
mastoid, kavum timpani dan liang telinga menjadi satu rongga dengan meruntuhkan
dinding posterior liang telinga dan menutup tuba eustachius.
6

Prosedur tindakan yang dilakukan:

(PERHATI-KL, 2015)
c. Canal wall down tymapnopalsty/ mastoidektomy
Operasi pada penyakit /infeksi kronik pada mukosa telinga tengah disertai
koleteatoma yang bertujaun membersihkan jaringan patologi, mempertahankan
mukosa telinga tengah dan fungsi tuba eustachius, menjadikan rongga mastoid,
kavum timpani dan liang telinga menjadi satu rongga dengan meruntuhkan dinding
7

posterior liang telinga, dengan usaha menutup perforasi, membran timpani sehingga
tercapai telinga kering, mencegah komplikasi serta memperbaiki fungsi pendengaran
bila memungkinkan.

Prosedur tindakan yang dilakukan:

(PERHATI-KL, 2015)

2.7 Perawatan Pasca Mastoidektomi


Selang drainase yang dipasang selama prosedur dilakukan biasanya dilepas pada
hari berikutnya atau dua hari kemudian. Biasanya dibutuhkan pain killer pada hari
pertama hingga dua hari pasca operasi. Setelah jahitan diangkat, pembalut luka mastoid
yang besar dapat diganti dengan pembalut yang lebih kecil jika telinga masih
8

mengeluarkan cairan. Pasien diberikan antibiotik selama beberapa hari. (Bennett dkk,
2006)
Selain itu, biasanya juga diberikan tampon di dalam kedua telinga (pada
permukaan membran timpani yang baru) dan juga di saluran telinga. Tampon ini
dipasang dengan periode yang berbeda, biasanya antara 1 hingga 6 minggu. Selama
periode ini, pasien harus menjaga lubang telinga agar tidak terkena air. Jika mandi atau
keramas, pasien disarankan untuk menggunakan cotton ball yang dilapisi dengan vaselin.
Pasien dapat keramas setelah 48 jam pasca operasi untuk membiarkan luka insisi tetap
kering selama periode tersebut. (Shrestha, 2008)
Pasien juga diedukasi untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika ditemukan
gejala-gejala seperti:
1. Darah segar pada pembalut luka
2. Leher kaku atau disorientasi (yang mungkin merupakan tanda dari meningitis)
3. Kelumpuhan pada wajah, mulut jatuh atau kesulitan untuk menelan

2.8 Risiko Mastoidektomi


Jarang sekali terjadi komplikasi, namun beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Discharge telinga yang persisten
2. Infeksi, termasuk meningitis atau abses otak
3. Kehilangan pendengaran
4. Cedera saraf fasialis (komplikasi yang sangat jarang)
5. Pusing yang hilang timbul
6. Hilang rasa pada salah satu sisi lidah
Normalnya, hasil dari mastoidektomi bersih, sehat dan bebas dari infeksi. Namun
demikian, baik metode radikal modifikasi maupun mastoidektomi radikal biasanya
menyebabkan penurunan fungsi pendengaran. Setelah pembedahan, dapat
dipertimbangkan untuk menggunakan alat bantu dengar jika pasien menghendaki.
(Bennett dkk, 2006)

2.9 Mastoidektomi Dan Timpanoplasti


Timpanoplasti merupakan tindakan operasi yang dilakukan untuk menghilangkan
penyakit/rekonstruksi telinga tengah baik dengan maupun tanpa tindakan mastoidektomi.
Tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki mekanisme pendengaran dengan memasang
graft untuk menutup membran timpani yang robek/perforasi. Timpanoplasti dapat
9

dilakukan melalui liang telinga ataupun insisi di belakang telinga. Timpanoplasti dengan
mastoidektomi merupakan serangkaian tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengkoreksi masalah pada telinga tengah yang meliputi membran timpani dan tulang
mastoid.
Prosedur ini sering digunakan untuk mengatasi masalah baik kesehatan dan
pendengaran. Kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit akibat infeksi kronis
pada telinga akan menyebar melalui membran timpani hingga ke telinga tengah dan
tulang mastoid. Pertumbuhan ini berpotensi untuk terus tumbuh dan akhirnya akan
menghancurkan tulang mastoid. Pada prosedur timpanoplasti dan mastoidektomi, bagian
tulang mastoid yang terinfeksi dan telinga tengah akan diangkat dan membran
timpaninya direkonstruksi. (AAOO, 1995)

2.10 Audiometri
Audiometri merupakan prosedur yang dilakukan untuk menilai kemampuan
pendengaran terhadap suara. Suara yang diperdengarkan bervariasi berdasarkan
kekerasan (intensitas) dan kecepatan perambatan gelombang suaranya (nada).
Pendengaran terjadi pada saat gelombang suara merangsang saraf di telinga bagian
dalam. Lalu segera suara itu menjalar sepanjang jalur saraf hingga sampai ke otak.
(Kileny dan Zwolan, 2010)
Suara dapat menjalar hingga ke telinga bagian dalam melalui saluran telinga dan
tulang-tulang di telinga tengah (konduksi udara), atau melalui tulang di sekitar dan di
belakang telinga (konduksi tulang). Audiometri memberikan pengukuran pendengaran
yang lebih presisi dibandingkan dengan tes pendengaran dengan garpu tala. Untuk
menguji konduksi udara, pasien diminta mengenakan earphone yang disambungkan ke
audiometer. Nada yang dihasilkan dari intensitas yang dikontrol disampaikan ke salah
satu telinga dalam satu waktu. Pasien diminta untuk mengangkat tangan, menekan
tombol atau cara lainnya untuk memberitahukan saat ia mendengar suara. Untuk
memeriksa konduksi tulang digunakan osilator tulang yang ditempelkan pada tulang di
masing-masing telinga (tulang mastoid). Pasien yang menjalani mastoidektomi memiliki
kecenderungan untuk mengalami penurunan pendengaran. Penilaian penurunan
pendengaran ini dapat dilakukan dengan audiometri. Biasanya, telinga sembuh setelah 3
bulan pasca operasi, dan pada saat inilai audiogram postoperative dilakukan. (Norton
dkk, 2010)
10

DAFTAR PUSTAKA

Bennett M, Warren F, Haynes D. Indications and technique in


mastoidectomy. Otolaryngology Clinics of North America. 2006/12;39(6):1095-
1113.
Committee on Conservation of Hearing of the American Academy of Ophthalmology and
Otolaryngology: Standard classification for surgery of chronic ear
infection. Archives of Otolaryngology Head and Neck Surgery. 1965;81:204-205
Cristobal, F., Gomez-Ullate, R., Cristobal, I., Arcocha, A., and R. Arroyo. "Hearing results in
the second stage of open mastoidectomy: A comparison of the different
techniques." Otolaryngology - Head and Neck Surgery 122 (May 2000): 350-351
Kileny PR, Zwolan TA. Diagnostic audiology. In: Cummings CW, Flint PW, Haughey BH,
et al, eds.Otolaryngology: Head & Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia, Pa: Mosby
Elsevier; 2010:chap 133
Kronenberg, J., and L. Migirov. "The role of mastoidectomy in cochlear implant
surgery." Acta Otolaryngologica 123 (January 2003): 219-222
Lambert PR. Mastoidectomy. In: Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al,
eds. Otolaryngology: Head & Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia, Pa: Mosby
Elsevier; 2010:chap 142.
Norton SJ, Bhama PK, Perkins JA. Early detection and diagnosis of infant hearing
impairment. In: Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al, eds. Otolaryngology:
Head & Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2010:chap 190
Pearce, Evelyn C.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia. 2004
PERHATI-KL. 2015. Panduan Praktik Klinis Panduan Praktis Klinis Prosedur Tindakan
Clinical Pathways Di Bidang Telinga Hidung Tenggrok- Kepala Leher Vol 1. Jakarta,
PERHATI-KL
Shrestha BL, Bhusal CL, Bhattarai H. Comparison of Pre and Post-operative Hearing Results
in Canal Wall Down Mastoidectomy with Type III Tympanoplasty. J Nepal Med
Assac. 2008;47(172):224-7
Yates PD, Flood LM, Banerjee A, Clifford A. CT scanning of middle ear cholesteatoma:
what does the surgeon want to know?. The British Journal of Radiology.
2002;75:847-852

Anda mungkin juga menyukai