Oleh :
G99122079
Pembimbing :
dr. Amru Sungkar,Sp.B, Sp.BP-RE
A. Definisi
Combustio atau Luka bakar adalah trauma yang disebabkan oleh panas,
arus listrik, bahan kimia dan radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan
jaringan yang lebih dalam. Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan
karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh
yang memiliki resistensi paling rendah, dalam hal ini cairan. Kerusakan
terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh
dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground.
B. Karakteristik Luka Bakar Listrik
Karakteristik listrik serta sifat berbagai jaringan menentukan derajat
kerusakan dan memberikan prediksi mengenai kemungkinan morbiditas yang
bahkan mortalitas. Beberapa karakteristik listrik yang perlu diketahui antara
lain adalah tegangan (voltage), arus listrik, resistensi dan konduksi
1. Tegangan
Tegangan adalah gaya elektromotif atau perbedaan potensial
listrik. Semakin besar tegangan listrik yang dialirkan ke jaringan yang
memiliki resistensi relatif tetap, semakin besar arus yang dialirkan.
2. Arus Listrik
Arus listrik (electric current) adalah aliran litrik yang dibagi
menjadi dua yaitu arus bolak balik (alternating current, AC) dan satu arah
(direct current, DC).
Arus DC tegangan tinggi menimbulkan spasme muscular,
menyebabkan korban terpental menjauhi sumber arus. Hal ini
mengakibatkan waktu paparan dengan arus relatif singkat, namun diikuti
kemungkinan timbulnya trauma tumpul. Sedangkan, arus AC lebih
berbahaya, karena menyebabkan kontraksi muskular kontinu, tetani, dan
timbul bila serat-serat otot mendapat stimulasi 40-110 kali per detik.
Biasanya semakin tinggi tegangan dan kekuatannya, maka semakin
besar kerusakan yang ditimbulkan oleh kedua jenis arus listrik tersebut.
Kekuatan arus listrik diukur dalam ampere. 1 miliampere (mA) sama
dengan 1/1,000 ampere. Pada arus serendah 60-100 mA dengan tegangan
rendah (110-220 volt), AC 60 hertz yang mengalir melalui dada dalam
waktu sepersekian detik bisa menyebabkan irama jantung yang tidak
beraturan, yang bisa berakibat fatal. Arus bolak-balik lebih dapat
menyebabkan aritmia jantung dibanding arus searah. Arus dari AC pada
100 mA dalam seperlima detik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel dan
henti jantung.
Efek yang sama ditimbulkan oleh DC sebesar 300-500 mA.
Jika arus langsung mengalir ke jantung, misalnya melalui sebuah
pacemaker, maka bisa terjadi gangguan irama jantung meskipun arus
listriknya jauh lebih rendah (kurang dari 1 mA).
3. Resistensi dan Konduksi.
Resistensi adalah tahanan jaringan atau oposisi terhadap aliran
listrik, sedangkan konduksi adalah kapasitas jaringan menyampaikan
(mengalirkan arus listrik). Tahanan yang terbesar terdapat pada kulit
tubuh, akan menurun besarnya pada tulang, lemak, urat saraf, otot, darah
dan cairan tubuh. Tahanan kulit rata-rata 500-10.000 ohm. Di dalam
lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini bergantung
pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar
keringat dan lemak. Kulit yang berkeringat lebih jelek daripada kulit yang
kering. Menurut hitungan Cardieu, bahwa berkeringat dapat menurunkan
tahanan sebesar < 1,000 ohm.
Arus listrik banyak yang melewati kulit, karena itu energinya
banyak yang dilepaskan di permukaan. Jika resistensi kulit tinggi, maka
permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi pada titik masuk dan
keluarnya arus, disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik masuk
dan titik keluarnya arus listrik. Tergantung kepada resistensinya, jaringan
dalam juga bisa mengalami luka bakar.
Tahanan tubuh terhadap aliran listrik juga akan menurun pada
keadaan demam atau adanya pengaruh obat-obatan yang mengakibatkan
produksi keringat meningkat. Pertimbangkan tentang transitional
resistance, yaitu suatu tahanan yang menyertai akibat adanya bahan-
bahan yang berada di antara konduktor dengan tubuh atau antara tubuh
dengan bumi, misalnya baju, sarung tangan karet, sepatu karet, dan lain-
lain.
C. Penilaian Luka Bakar Listrik
Berdasarkan American Burn Associations, Luka bakar diklasifikasikan
berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat berat ringannya luka
bakar.
1. Berdasarkan Kedalaman
a) Luka bakar derajat I (superficial burns)
Luka bakar derajat ini terbatas hanya sampai lapisan epidermis.
Gejalanya berupa kemerahan pada kulit akibat vasodilatasi dari
dermis, nyeri, hangat pada perabaan dan pengisian kapilernya cepat.
Pada derajat ini, fungsi kulit masih utuh. Contoh dari luka bakar
derajat 1 adalah bila kulit terpapar oleh sinar matahari terlalu lama atau
tersiram air panas. Proses penyembuhan terjadi sekitar 5-7 hari. Luka
bakar derajat ini tidak menghasilkan jaringan parut, dan
pengobatannya bertujuan agar pasien merasa nyaman dengan
mengoleskan soothing salves dengan atau tanpa gel lidah buaya (Yasti
et al., 2015).
b) Luka bakar derajat II (partial thickness burns)
Luka bakar derajat ini merupakan luka bakar yang kedalamannya
mencapai batas dermis. Bila luka bakar ini mengenai sebagian
permukaan dermis (superficial partial thickness).Luka bakar derajat II
superficial ini tampak eritema, nyeri, pucat jika ditekan, dan ditandai
adanya bulla berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah
karena permeabilitas dindingnya meningkat. Luka ini mereepitelisasi
dari struktur epidermis yang tersisa pada rete ridge, folikel rambut dan
keringat dalam 7-14 hari secara spontan. Setelah penyembuhan, luka
bakar ini dapat memiliki sedikit perubahan warna kulit dalam jangka
waktu yang lama. Luka bakar derajat II yang mengenai bagian reticular
dermis (deep partial thickness) tampak lebih pucat, tetapi masih terasa
nyeri jika di tusuk dengan jarum (pin prick test). Luka bakar ini
sembuh dalam 14-35 hari dengan reepitelisasi dari folikel rambut, dan
keratinosit kelenjar keringat, seringkali parut berat muncul sebagai
akibat dari hilangnya dermis (Yasti et al., 2015).
c) Luka bakar derajat III (full-thickness)
Kedalaman luka bakar ini mencapai seluruh dermis dan epidermis
sampai ke lemak subkutan. Luka bakar ini ditandai dengan eskar yang
keras, tidak nyeri, dan warnanya hitam, putih atau merah ceri. Tidak
ada sisa epidermis ataupun dermis sehingga luka harus sembuh dengan
reepitelisasi dari tepi luka. Full thickness memerlukan eksisi dengan
skin grafting (Yasti et al., 2015).
d) Luka bakar derajat IV
Luka bakar derajat ini hingga mencapai organ di bawah kulit seperti
otot, dan tulang (Yasti et al., 2015).
2. Luas Luka Bakar Listrik
Wallace membagi tubuh atas bagian nagian 9 % atau kelipatan
dari 9 terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.
Kepala dan leher - 9%
3.
Lengan - 18 %
4.
Badan Depan - 18 %
5.
Badan Belakang - 18 %
6.
Tungkai - 36 %
7.
Genitalia/perineum - 1%
8.
Total - 100 %
9.
Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak
tangan penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak
anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu
ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
3. Kriteria Berat-ringannya
Kriteria berat-ringannya suatu luka bakar menurut American Burn
Association adalah
a) Luka bakar ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
b) Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 20 5 pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
c) Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan
genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
D. Penatalaksanaan
1. Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemuikan pasien luka
bakar di tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran.
Maksudnya adalah membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan
memperhatikan keselamatan diri sendiri. Kemudian lepaskan semua bahan
yang dapat menahan panas (pakaian, perhiasan, logam), hal ini untuk
mencegah luka yang semakin dalam karena tubuh masih terpajan dengan
sumber. Bahan yang meleleh dan menempel pada kulit tidak boleh
dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiramkan ke atas luka dalam waktu 15
menit sejak kejadian, namun air dingin tidak boleh diberikan untuk
mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi.