Anda di halaman 1dari 5

Jump 7 : Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang

diperoleh
4. Pemeriksaan Lanjutan :
a. Apusan Darah Tebal
Untuk menemukan parasit malaria karena jumlah darah lebih besar
dengan melihat lapang pandang pada apusan darah tiap 5 menit 100
lapang pandang, hasil negatif apabila tidak ditemukan parasit dalam
200 lapang pandang.
Rumus : Jumlah = Parasit/ 200 leukosit x 10000
b. Apusan Darah Tipis
Untuk identifikasi jenis plasmodium.
Rumus : Eritrosit Parasit / 1000 sel darah merah, bila jumlah >100000/
ul darah menandakan infeksi yang berat.
Cat yang sering digunakan adalah Giemsa untuk melihat prognosis dan
komplikasi.
1. Plasmodium falciparum
- Trofozoit muda : sitoplasma berbentuk cincin, tercat biru, titik
kromatin berwarna merah atau ungu di tepi, titik kromatin
terlihat ganda, terlihat infeksi yang multipel, terkadang terdapat
bentuk accole.
- Trofozoit tua : jarang ditemukan kecuali pada infeksi berat,
bentuk masih berup cincin dengan ukuran ¼ diameter eritrosit,
sitoplasma tercat biru, kromatin berupa titik atau sudah berubah
menjadi bentuk benang, pigmen malaria jarang didapat bila ada
berupa granula kasar berwarna hitam dan kasar, terdapat titik –
titik basofil tercat biru disebut titik Maurer.
- Skizon muda : jarang ditemukan, bentuk oval mengisi hampir
seluruh eritrosit, membentuk inti sebanyak 8 – 12, sitoplasma
biru, pigmen malaria berupa granula kasar irreguler yang
tersebar dan berwarna hitam.
- Skizon tua : jarang ditemukan, terjadi segmentasi membentuk
merozoit sebnyak 8-36 merozoit biasanya 16-24 merozoit,
sitoplasma biru, pigmen malaria di tengah warna hitam atau
tengguli.
- Mikrogametosit : bentuk ginjal yang lebar dengan ujung
membulat, sitoplasma biru, kromatin di tengah warna merah
tersebar diffuse, pigmen malaria irreguler tersebar warna
cokelat.
- Makrogametosit : bentuk crescent atau bulan sabit dengan ujung
runcing, kromatin compact dan eksentris, sitoplasma biru tua,
pigmen malaria warna tengguli berupa granula kasar di sekitar
kromatin.
2. Plasmodium vivax
- Trofozoit muda : ukuran ¼ - 1/3 sel darah merah, sitoplasma
bentuk cincin tipis halus warna biru muda, lromatin berupa titik
kecil warna merah, pigmen malaria belum tampak, ditemukan
betuk accole.
- Trofozoit tua : sitoplasma besar dengan bentuk amoeboid,
warna biru, kromatin berupa titik-titik atau benang, pigmen
malaria kuning kecoklatan, tersebar, terdapat titik Schuffner.
- Skizon muda : bentuk amoeboid, mengisi hampir seluruh
eritrosit, kromatin membentuk inti sebanyak 2-10, sitoplasma
biru muda, pigmen malaria tersebar berupa granula halus warna
kuning kecoklatan, bergerombol tidak teratur.
- Skizon tua : terjadi segmentasi membentuk 12-24 merozoit
biasanya 16-18 buah, tersusun 2 buah cincin tidak teratur,
pigmen malaria bergerombol berwarna kuning kecoklatan, tepat
di tengah.
- Mikrogametosit : bentuk sferis, sitoplasma biru pucat, kromati
berupa serabut – serabut di tengah nampak diffuse dikelilingi
daerah jernih.
- Makrogametosit : bentuk sferis, sitoplasma biru tua, kromatin
compact dan eksentris, pigmen malaria warna kuning
kecoklatan di tepi.
3. Plasmodium ovale
- Eritrosit membesar
- Jumlah merozoit di hati : sekitar 15.000
- Jumlah merozoit di eritrosit : 8-10
- Eritrosit yang ditempati : retikulosit dan normosit muda
- Pigmen : tengguli tua
4. Plasmodium malariae
- Trofozoit muda : eritrosit tidak membesar, umumnya tidak
ditemukan infeksi yang multipel, sitoplasma biru dan compact
dengan kromatin merah terletak di dalam cincin, hanya satu
butir kromatin
- Trofozoit tua : eritrosit tetap tidak membesar, sitoplasma oval
atau pita, tercat biru dan compact, pigmen malaria warna
tengguli atau hitam, berbentuk granula bergerombol jadi satu, di
tepi, kormatin sebagai titik-titik merah dan tersusun sebagai
benang.
- Skizon muda : bentuk oval atau bulat dan compact, pigmen
malaria kasar warna hitam atau tengguli, kromatin membentuk
inti sebanyak 6-8 butir, sitoplasma biru tua.
- Skizon tua : terjadi segmentasi membentuk 6-12 buah biasanya
8-10 buah merozoit tersusun sebagai cincin tunggal, di tepi dari
eritrosit yang memberikan gambaran khas yaitu rosette, pigmen
malaria di tengah warna tengguli atau hitam.
- Mikrogametosit : ukuran kecil dan sferis, kromatin banyak dan
tersebar diffuse, sitoplasma pucat hijau kebiru-biruan, pigmen
malaria di tengah berupa suatu massa warna hitam atau tengguli.
- Makrogametosit : ukuran kecil dan sferis, sitoplasma biru tua,
kromatin compact dan eksentris, pigmen malaria banyak sekali
berupa granula warna hitam atau tengguli.
c. Antigen Test
HRPI (Histidine Rich Protein I) untuk antigen Plasmodium falciparum.
ICT digunakan untuk deteksi antigen Plasmodium vivax.
d. Test Serologi
Memakai teknik indirect flourescent antibody test sudah tidak
digunakan karena pembentukan antibodi butuh beberapa hari
semisalkan ELISA.
e. Immunochromatography Test
Untuk mendeteksi pLDH (Lactate Dehidrogenase), sensitivitas dan
spesifisitas 95%, rapid test
Ada yang combo untuk deteksi Plasmodium falciparum dan
plasmodium lain, dan single untuk mendeteksi satu jenis.
f. PCR
Amplifikasi DNA yang mempunyai spesifisitas dan sensitivitas yang
tinggi namun harganya mahal tetapi dapat mendeteksi jenis parasit.
5. Imunitas terhadap malaria sangat kompleks, melibatkan hampir seluruh
komponen sistem imun baik yang spesifik maupun non spesifik, imunitas
humoral maupun selular, yang timbul secara alami maupun didapat akibat
infeksi. Bentuk imunitas atas malaria dapat dibedakan atas :
a. imunitas alamiah non imunologis berupa kelainan genetik polimorfisme
yang dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria. Misalnya : hemoglobin S
(sickle cell trait), hemoglobin C, hemoglobin E, talasemia a/b, defisiensi
glukosa- 6 fosfat dehidrogenase (G6PD), ovalositosis herediter, golongan
darah Duffy negatif kebal terhadap infeksi Plasmodium vivax, individu
dengan human leucocyte antigen (HLA) tertentu misalnya HLA Bw 53
lebih rentan terhadap malaria dan melindungi terhadap malaria berat.
b. Imunitas didapat non spesifik
Sporozoit yang masuk ke dalam darah akan segera dihadapi oleh respon
imun non spesifik yang terutama dilakukan oleh makrofag dan monosit,
yang menghasilkan sitokin – sitokin seperti TNF, IL-1, IL-2, IL-4, IL-6, IL-
8, IL-10 secara langsung menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik),
membunuh parasit (sitotoksik).
c. Imunitas didapat spesifik
Tanggapan sistem imun terhadap infeksi malaria mempunyai sifat spesies
spesifik, strain spesifik, dan stage spesifik.
Imunitas terhadap stadium siklus parasit dibagi menjadi :
a. Imunitas terhadap stadium eksoeritrositer
- Eksoeritrositer ekstrahepatal (stadium sporozoit)
Respon imun dengan cara mengeluarkan antibodi yang menghambat
masuknya sporozoit ke hepatosit dan mengeluarkan antibodi yang
membunuh sporozoit melalui opsonisasi.
Contoh : sirkumsporozoid protein, sporozoid threonin and asparagin
rich protein, sporozoid dan liver stage antigen, Plasmodium falciparum
sporozoite surface protein-2
- Eksoeritrositer intrahepatik
Respon imun pada stadium ini yaitu Limfosit T sitotoksik CD8+,
antigen/ antibodi pada stadium hepatosit Liver Stage Antigen – 1, LSA-
2, LSA-3.
b. Imunitas pada stadium aseksual eritrositer berupa antibodi yang
mengaglutinasi merozoit, antibodi yang menghambat cytoadherance,
antibodi yang menghambat pelepasan atau menetralkan toksin – toksin
parasit. Contoh : Merozoit Surface Antigen/Protein (MSA/MSP-1), MSA-
2, MSP-3, Apical Membrane Antigen (AMA-1), Eritrocyte Binding
Antigen – 175 (EBA-175), Rhoptry Associated Protein-1 (RAP-1),
Glutamine Rich Protein (GLURP).
Antigen pada stadium aseksual eritrositer : Pf- 155/ Ring Eritrocyte Surface
Antigen (RESA), Serine Repeat Antigen (SERA), Histidine Rich Protein –
2 (HRP-2), Plasmodium falciparum Membrane Protein-1/Pf-EMP-1, Pf-
EMP-2, Mature Parasit Infective Erytrocyte Surface Antigen (MESA), Pf-
EMP-3, Heat Shock Protein- 70 (HSP-70).
c. Imunitas pada stadium seksual berupa antibodi yang membunuh gametosit,
antibodi yang menghambat fertilisasi, antibodi yang menghambat
transformasi zigot menjadi ookinet, antigen/ antibodi pada stadium seksual
perfertilisasi : Pf-230 (Transmission blocking antibody), Pf-48/45, Pf-7/25,
Pf-16, Pf-320, dan antigen/ antibodi pada stadium seksual post fertilisasi,
misal Pf-25, Pf-28.
6. Prevalensi pada tahun 2013 sekitar 6% insidensi 19%, lalu pada tahun 2007
insidensi sebanyak 29,7%. Prevalensi tinggi di NTT, NTB, Papua Barat,
sebagian besar di Indonesia Timur, pada orang dengan usia 25-34 tahun laki –
laki lebih banyak daripada perempuan, profesi kebanyakan petani, nelayan dan
buruh. Proporsi pengobatan efektif sebesar 45,5%.

Anda mungkin juga menyukai