Anda di halaman 1dari 11

REPTILIA

A. Pengertian Reptilia
Hewan Reptil atau yang sering disebut dengan hewan melata merupakan kelompok
hewan vertebrata berdarah dingin dan biasanya memiliki sisik pada kulitnya. Reptil adalah
salah satu hewan tetrapoda (bertungkai empat). Meskipun saat ini ada beberapa jenis reptil,
seperti ular, yang tidak memiliki kaki, namun ular merupakan keturunan dari hewan
tetrapoda. Hal tersebut didasarkan pada sejarah evolusi yang berlangsung selama ratusan
tahun (Modesto, 2004).

B. Ciri Umum Reptilia


Reptil memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut :

1. Hewan reptil tergolong ke dalam jenis hewan vertebrata (bertulang belakang). Setiap
reptil pasti memiliki empat kaki yang digunakan untuk melata, meskipun tidak semua
reptil bisa kita lihat langsung kakinya. Ukuran tubuh yang dimiliki pengelompokan
hewan reptil tergolong bervariasi. Anggota tubuh yang dimiliki oleh reptil tergolong
lengkap, yang terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Otak reptil biasanya memiliki
benjolan yang berada di bagian belakang kepalanya. Setiap reptil akan memiliki dua
pasang kaki dengan jumlah jari lima, kecuali pada ular.
2. Hewan reptil juga memiliki kelenjar bau yang berada di dekat kloaka. Pada kura-kura,
kelenjar bau dapat ditemukan di antara perisai dorsal (karapaks) dan perisai ventral
(plastron).
3. Kulit tubuh reptil terlindungi oleh perisai epidermal atau yang sering kita sebut sebagai
sisik. Pada sisik reptil tersebut terdapat protein keratin yang membuat kulit reptil
menjadi kedap air dan juga mencegah reptil mengalami dehidrasi pada saat udara di
lingkungannya kering.
4. Reptil adalah salah satu jenis hewan berdarah dingin. Reptil mengatur suhu tubuhnya
dengan cara adaptasi tingkah laku, bukan dengan sistem metabolismenya. Suhu tubuh
reptil biasanya akan sama atau menyesuaikan dengan suhu lingkungan tempat ia
berada.
5. Alat pencernaan yang dimiliki oleh reptil tergolong lengkap. Alat pencernaan yang
dimiliki oleh reptil meliputi mulut, faring, esogagus, lambung, usus halus, usus besar,
dan kloaka. Di bagian mulut terdapat gigi dan juga lidah.
6. Peredaran darah pada hewan reptil adalah peredaran darah tertutup ganda. Reptil
memiliki 4 ruang pada jantungnya, 2 ruang serambi (atrium) dan dua ruang bilik
(ventrikel). Akan tetapi sekat yang membatasi kedua bilik tersebut belum sempurna.
7. Alat ekskresi yang dimiliki oleh reptil adalah ginjal yang berbentuk pipih.
8. Alat indera yang dimiliki oleh reptil ada 3, yaitu mata, hidung, dan telinga.
9. Sistem saraf pada reptil adalah otak dengan 12 pasang saraf kranial.
10. Alat kelamin pada reptil terpisah. Fertilisasi pada hewan reptil biasanya terjadi secara
internal di dalam tubuh reptil betina. Sebagian besar reptil memiliki cara
berkembangbiak hewan dengan cara bertelur (ovipar), namun ada juga sebagian reptil
yang berkembang biak dengan cara bertelur melahirkan (ovovivipar).
11. Reptil dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama. Penyu dan kura-kura dapat
bertahan hidup selama 20 hingga 100 tahun. Buaya dan juga ular yang berukuran besar
dapat bertahan hidup selama 25 sampai 40 tahun. Sedangkan untuk jenis ular yang
berukuran kecil dapat bertahan hidup selama 20 tahun (Modesto, 2004).

C. Struktur Tubuh Reptilia

Tubuh reptil pada umumnya memiliki sisik yang berguna menutupi seluruh
tubuhnya. Di tubuh reptil memiliki kaki-kaki pendek dan juga ekor yang panjang berada di
tubuhnya. Akan tetapi ada pula yang diantaranya tidak memiliki kaki sebagai guna untuk
berjalan sehingga mereka berjalan dengan menggeliatkan tubuh dan ekornya secara
beriringan. Cara untuk dapat menggerakkannya adalah dengan cara mengerutkan seluruh
otot yang berada di antara kedua sisi tulang belakangnya secara bergantian dengan teratur.

Ular adalah merupakan hewan reptil yang tidak memiliki kaki dan menggunakan
otot sebagai cara agar mereka dapat berjalan. Mereka juga memiliki senjata atau racun yang
mematikan untuk dapat mematikan musuh-musuhnya dan untuk dapat menangkap
mangsanya. Alat atau senjata yang dia miliki adalah bisa atau racun dan lilitan dari tubuh
yang akan di pertujukan kepada para musuh dan juga mangsanya.

Beberapa contoh dari ular yang dapat menggunakan bisa atau racun sebagai alat
untuk dapat melumpuhkan para mangsa dan musuhnya adalah king cobra serta viper dan
masih ada lagi. Dan ketika mereka melihat ada musuh atau mangsanya yang mendekat
maka mereka akan memberikan bisanya atau racunnya dengan cara mematuk atau
menggigit pada bagian tubuh musuh atau mangsanya serta beberapa dapat menyemburkan
bisa atau racun mematikannya.

Bisa dari ular memiliki kadar racun yang sangat kuat bahkan di katakana dapat
mematikan seekor gajah sekalipun. Cara kerja racun ini tidak butuh waktu lama untuk
dapat melumpuhkan mangsanya di karenakan bisa atau racun yang di berikan akan dapat
langsung bekerja walau hanya dalam hitungan detik dan dapat langsung menyerang
jaringan syaraf pada mangsanya.

Selain ular berbisa ada pula ular yang menggunakan bagian tubuhnya atau lilitan
untuk dapat mematikan atau menangkap para musuh dan mangsanya yaitu contohnya
adalah ular boa dan phyton. Kedua jenis ini menggunakan bagian tubuhnya untuk dapat
mematikan mangsa dan musuhnya dengan cara melilitkan tubuhnya kepada para korbannya
karena tidak memiliki bisa atau racun mematikan seperti cobra atau viper. Tetapi lilitan
tubuh ini tidak dapat di remehkan karena kuat dan bahkan dapat meremukkan setiap tubuh
dari musuh dan mangsa-mangsanya dan hanya dalam hitungan detik saja (Klein, 2003).

Gambar 1. Struktur Tubuh Ular Cobra (Klein, 2003)


D. Beberapa Sistem pada Reptilia
1. Sistem Kerangka
Pada reptilia dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu endoskeleton dan
eksoskeleton. Endoskeleton terdiri dari skeleton aksial dan apendikular. Skeleton aksial
terdiri dari tengkorak, kolumna vertebralis, sternum, dan rusuk. Sedangkan skeleton
apendikular terdiri dari gelang bahu, alat gerak bagian anterior (humerus, radius dan ulna,
karpal dan falang, dan pada ujung akhir terdapat cakar). Pada bagian posterior terdiri dari
femur, tibia dan fibula, tarsal dan metatarsal (terdapat pada bagian proksimal), juga terdapat
falang dan berakhir dengan cakar.
2. Sistem Otot
Sangat banyak macamnya karena diperlukan untuk pergerakan di darat dan di air.
Otot yang terdapat pada bagian kepala, leher, dan alat gerak sangat berbeda.
3. Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan hewan reptil terdiri dari satu saluran dan satu kelenjar
pencernaan. Saluran tersebut ialah mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka.
Sedangkan sistem kelenjar terdiri dari kelenjar ludah, pancreas dan hati. Setiap makanan
yang masuk ke dalam saluran mulut akan dilumasi oleh kelenjar ludah. Lalu masuk
melewati kerongkongan dan terakhir ke lambung. Saat di lambung makan akan dicerna
kembali dan disalurkan lagi ke usus untuk diserap nutrisnya. Dan proses terakhir sisa
makanan akan dibunag melalui kloaka dalam bentuk tinja atau feses.

4. Sistem Peredaran Darah

Sistem sirkulasi atau peredarahan darah reptil lebih maju dibandingkan dengan
amfibi. Setiap jantung pada hewan reptil dibagi menjadi 4 ruang yakni atrium kanan, atrium
kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri serta sebuah sinus venosus. Sistem sirkulasi pada
reptil dikenal juga dengan sistem peredaran darah ganda. Artinya darah yang kekurangan
oksigen akan masuk ke jantung lalu melewati sinus venosus menuju atrium kanan dan
selanjutnya ke ventrikel kanan. Darah akan dipompa menuju paru-paru lalu masuk ke
atrium kiri dan lalu menuju ventrikel kiri. Selanjutnya darah dari ventrikel kiri akan keluar
melalui aorta menuju seluruh tubuh.

5. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi pada hewan reptil berupa ginjal, paru-paru, kulit dan kloaka. Sebagaimana
diketahui bahwa ekskresi merupakan sistem pembuangan hasil sisa metabolism. Ginjal
pada hewan reptil berfungsi menyaring setiap zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan
mengeluarkannya dalam bentuk urine melalui kloaka. Namun beda halnya dengan jenis
reptil yang hidup di darat, hasil sisa metabolismenya berupa asam urat yang berwarna putih
dan berbentuk padat.

6. Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan reptil ialah paru-paru. Udara yang masuk melalui hidung atau
mulut akan dialirkan melalui trakea lalu ke bronkus dan terakhir singgah ke paru-paru
untuk diproses. Namun setiap jenis reptil memiliki anatomi paru-paru yang berbeda.
Contohnya paru-paru buaya, kura-kura dan kadal memiliki paru-paru yang lebih kompleks
sehingga seolah-olah berbentuk seperti spons. Namun untuk jensi kadal seperti bunglon
memiliki kantung hawa di bagian paru-parunya sehingga membuatnya bisa melayang
sesaat di udara.

7. Sistem Saraf
Sistem syaraf, terdiri dari otak dan sistem syaraf tepi.
Otak, bagian-bagiannya terdiri dari:
a. Dua buah bulbus olfaktorius yang panjang dan keduanya dihubungkan dengan tractus
opticus ke hemisfere.
b. Hemisfere serebral
c. Dua buah lobus optikus yang berbentuk oval, terletak di sebelah belakang hemisfer
serebral
d. Traktus optikus dan syaraf optik, terletak di ventral hemisfere
e. Serebelum, berbentuk seperti buh pir terletak di belakang lobus optikus.
f. Medula oblobgata, terletak di ventro lateral serebelum, berdekatan dengan tali saraf
spinal, yang selanjutnya dilanjutkan dengan
g. Infundibulum
h. Hipofisis.
Sistem syaraf tepi, terdiri dari:
a. 12 pasang saraf kranial
b. Saraf kranial berpasangan terdapat pada setiap ruas tubuh
8. Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi hewan reptil terbilang unik. Hal ini disebabkan karena reptil
sendiri terbagi menjadi 2 sifat. Yakni bersifat ovipar (bertelur) dan ovovivipar (bertelur
beranak). Contoh hewan yang ovovivipar adalah kadal dan ular. Telur menetas dalam perut
induknya. Agar si bayi bisa memperoleh makanan maka ia mengambil protein atau nutrisi
dari cangkang telur berupa kuning telur. Saat musim kawin, penis dari jantan akan masuk
ke dalam organ kelamin betina. Apabila ovum telah dibuahi melaui oviduct maka akan
dikelilingi oleh cangkang yang tahan terhadap air. Beberapa jenis reptil umumnya akan
meninggalkan telur di tempat yang aman dan hangat. Mereka hanya akan memantau telur
dari kejauhan. Di dalam cangkar telur sudah tersedia persediaan makanan yang melimpah
buat anak-anaknya (Gauthier, 1988).

E. Habitat Reptilia
Reptilia banyak ditemukan hampir di semua tempat, lubang tanah, dan biasanya
lebih suka pada tempat-tempat yang kering, di perairan, di daratan dan di pepohonan
(Modesto, 2004).

F. Klasifikasi Reptilia
1. Ordo Crocodylia
Ordo Crocodylia jenis reptil yag paling besar dibandingkan dengan ordo yang lain.
Ordo Crocodylia biasanya memiliki kulit yang tebal dan liat. Bentuk kulit tersebut
terjadi karena mengandung kepingan tulang yang tersusun berderet dan berlunas
sehingga membentuk perisai dermal yang mengandung sisik dari bahan tanduk. Kepala
reptil ordo Crocodylia berbentuk seperti piramid yang keras dan kuat. Bagian ulut
biasanya disetai gigi yang runcing dengan tipe poliodont.
Untuk bentuk mata biasanya relatif kecil, letaknya di bagian kepala yang menonjol
di bagian dorsal-lateral. Pupil vertikal dilengkapi oleh selaput mata dan tertutup oleh
lipatan kulit yang membungkus tulang, sehingga lubang tersebut hanya terlihat seperti
celah kecil. Lubang hidung pada ordo Crocodylia terlatak pada sisi dorsal ujung
moncong, biasanya dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat melakukan
kontraksi secara otomatis ketika reptil jenis ini melakukan penyelaman di dalam air.
Untuk lubang telinga terdapat di sebelah caudal mata yang tertutup oleh lipatan kulit.
Reptil jenis ini memiliki ekor yang relatif panjang dan sangat kuat.
Reptil jenis ini memiliki empat tungkai yang pendek namun sangat kuat. Tungkai
belakang lebih panjang bila dibandingkan tungkai bagian depan dan memiliki empat jari
yang berselaput. Untuk tungkai bagian depan memiliki lima jari namun tidak berselaput.
Pada bagian jantung terdapat foramen panizza. Pada siang hari, ordo Crocodylia akan
berjemur untuk mempertahankan suhu tubuhnya tetap hangat.

Pada malam hari mereka akan berburu mangsa. Ordo Crocodylia berkembang biak
dengan cara bertelur (ovipar) dan biasanya akan menyimpan telur mereka di dalam lubang
yang mereka buat di tanah. Ordo Crocodyla memiliki 3 jenis famili yaitu Alligatoridae,
Crocodilydae, dan Gavialidae. Beberapa jenis reptil ordo Crocodylia yang dapat ditemui di
Indonesia meliputi buaya siam (Crocodylus siamensis), buaya muara (Crocodylus porosus),
buaya irian (Crocodylus novaeguineae), buaya senyulong (Tomistoma schlegelii), dan
buaya kalimantan (Crocodylus raninus).

Gambar 2. Buaya Siam (Laurin, 1995)

2. Ordo Rhynchocephalia
Ordo ini telah diketahui sejak dahulu melalui catatn fosil pada Era Triasik Akhir
yaitu antara 210 sampai 220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki jenis
tengkorak diapsid dan bentuk tubuhnya ketika dewasa memiliki panjang sekitar 30 cm.
Bentuk morfologinya juga mirip dengan anggota Lacertilia. Semua jenis reptil yang
masuk ke dalam ordo ini adalah hewan karnivora dan akan mencari makan saat malam
hari.
Reptil jenis ini biasanya melakukan reproduksi secara internal dan berkembang biak
dengan cara bertelur (ovipar). Seperti halnya jenis reptil yang lain, telur yang
dikeluarkan oleh tubuh akan disimpan di dalam lubang di tanah dan akan menetas
setelah satu tahun. Untuk habitatnya, reptil pada ordo ini dapat hidup di air dan juga di
daratan. Ordo Rhynchocephalia memiliki satu familia dan satu genus yaitu famili
Sphenodontidae dan genus Sphenodon. Yang termasuk ke dalam genus tersebut hanya
ada dua spesies yaitu Sphenodon punctatus dan Sphenodon guntheri (Tuatara),
keduanya merupakan spesies endemik dari Selandia Baru.

Gambar 3. Sphenodon punctatus (Laurin, 1995)


3. Ordo Squamata
Ordo Squamata disebut juga dengan reptilia bersisik. Sisik reptil pada ordo ini
terbuat dari bahan tanduk dan akan mengalami pergantian secara periodik (sering
disebut dengan molting). Reptil ordo ini memiliki 3 sub ordo yakni Sub ordo Ophidia,
Sub ordo Amphisbaenia, dan Sub Ordo Lacertilia. Hewan reptil yang tergabung ke
dalam ordo Squamata memiliki tulang kuadrat dan ekstrimitas. Reptil pada ordo ini
akan melakukan reproduksi secara internal dan melakukan perkembangbiakan hewan
secara ovovivipar dan ovivipar.
Persebaran reptil ordo Squamata sangat luas di seluruh belahan dunia, kecuali di
wilayah Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania.
Beberapa jenis reptil ordo Squamata yang dapat kita temui di Indonesia ialah komodo
(Varanus komodoensis), tokek dan cicak (famili Gekkonidae), kadal, bunglon, biawak,
ular karung (Acrochordus javanicus), ular king kobra (Ophiophagus hannah), ular
kepala-dua (Cylindrophis ruffus), ular sanca bodo (Python molurus), ular tanah
(Calloselasma rhodostoma), ular tikus (Ptyas korros), dan ular weling (Bungarus
candidus).

Gambar 4. Ular Ptyas korros (Gauthier, 1988)


4. Ordo Testudines
Ordo Testudines merupakan jenis reptil yang memiliki skeleton yang sebagian
termodifikasi menjadi karapaks dan plastron. Rahang-rahang pada reptil ini biasanya
tidak bergigi namun memiliki zat tanduk. Habitat dari reptil ini biasanya di air laut, air
tawar, dan juga di daratan. Reptil ini memiliki karapaks yang keras dan di sisi tubuh
bersatu dengan plastron. Hewan ini memiliki prisai yang tertutup dengan skutum
polygonal. Ordo ini meliputi sekitar 300 spesies dalam 14 famili. Beberapa contoh
reptil yang termasuk ordo testudines yang dapat kita jumpai di Indonesia meliputi kura-
kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi), berbagai jenis kura-kura berleher ular,
penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata),
tuntong (Batagur baska), dan tuntong laut (B. borneoensis).

Gambar 5. Penyu Eretmochelys imbricate (Laurin, 1995)


G. Peranan Reptilia
1. Ular memangsa golongan hewan rodentia dan serangga yang mengganggu (hama).
2. Kulit ular dan buaya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang dan
hiasan lainnya.
3. Kulit keras dari kura-kura/penyu juga dimanfaatka untuk sisir dan macam hiasan yang
lain (sendok, dsb)

Daftar Rujukan:

Gauthier, J.A.; Kluge, A.G.; Rowe, T. 1988. "The early evolution of the Amniota". In Benton, M.J.
The Phylogeny and Classification of the Tetrapods. Oxford: Clarendon Press.

Klein, Wilfied; Abe, Augusto; Andrade, Denis; Perry, Steven. 2003. "Structure of the posthepatic
septum and its influence on visceral topology in the tegu lizard, Tupinambis merianae
(Teidae: Reptilia)". Journal of Morphology 258 (2): 151157.

Laurin, M.; Reisz, R. R. (1995). "A reevaluation of early amniote phylogeny". Zoological Journal
of the Linnean Society. 113 (2): 165223.

Modesto, S.P.; Anderson, J.S. (2004). "The phylogenetic definition of Reptilia". Systematic
Biology. 53 (5): 815821.
RESUME REPTILIA

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Keanekaragaman Hewan

Yang di bina oleh ibu Dr. Sri Endah Indriwati, M. Pd.

Oleh:

Novela Memiasih

160341606093

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

NOVEMBER 2017

Anda mungkin juga menyukai