Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Laporan

ANALISA HASIL PENGELASAN SMAW BUTT JOINT PADA BAJA AISI


1020 DENGAN VARIASI TEBAL PLAT
Kusmayadi 1, Budi Agung K., ST., M.Sc.2, Ir. Rochman Rochiem, M.Sc2
1. Mahasiswa jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
2. Dosen jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

ABSTRAK

Kegagalan pada logam hasil pengelasan bisa disebabkan banyak faktor antara lain karena
adanya tegangan sisa yang terjadi pada benda uji sebelum diaplikasikan. Tegangan ini dapat disebabkan
karena selama proses pengelasan, panas yang diterima logam tidak merata. Perambatan panas selama
pengelasan salah satunya dipengaruhi oleh ketebalan plat.
Dalam penelitian ini digunakan baja AISI 1020 sebagai spesimen yang dilas dengan sambungan
tumpul (butt joint). Teknik las yang digunakan adalah Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dengan
variasi ketebalan 5mm ,10mm dan 15mm
Pada sampel uji dilakukan pengujian dengan menggunakan XRD (X-Ray Difraction) serta
analisa lanjut pengukuran melalui permodelan rietveld dengan menggunakan program rietica.Pengujian
dilakukan pada tiap variasi ketebalan.
Dari penelitian ini diketahui tegangan sisa tertinggi hasil pengelasan diperoleh pada ketebalan
plat 15 dan 15 mm, yaitu sebesar 103,2 Mpa (variasi ketebalan sama), dan pada ketebalan plat 5 dan 15
mm, yaitu 88,5 Mpa (variasi ketebalan berbeda). Selanjutnya, data yang diperoleh dapat digunakan
sebagai acuan untuk menganalisa kegagalan material pada aplikasi konstruksi

Kata Kunci : SMAW,Baja Karbon Rendah,Tebal Plat,XRD, Tegangan Sisa.

ABSTRACT

Failure on the weld metal could be due to many factors, for example a residual stresses that
occur in the specimens after welding process. This stresses can be caused during the welding process,
metal heat unevenly received. Propagation of heat during welding could be influenced by the thickness of
the plate.
In this study, AISI 1020 steel used as the welded specimens with butt joint. Welding techniques
used are shielded Metal Arc Welding (SMAW) with various thickness 5mm, 10mm and 15mm
After welding, samples were tested by using XRD (X-Ray Difraction) and further analysis
through modeling rietveld measurement using rietica program Test carried out for each variation of
thickness.
From this study show that highest residual stress on welding result obtained at the 15 and 15 mm
thickness of the plate, that is equal 103,2 Mpa (same thickness Variations),and on 5 and 15 mm, , that is
equal 88,5 Mpa(different thickness variation). Furthermore, the data obtained can be used as reference to
analyze the materials failure in construction applications.

Keywords : SMAW, Low Carbon Steel, Plate Thickness, XRD, Residual Stress.

PENDAHULUAN pembangunan suatu konstruksi dengan logam


melibatkan unsur pengelasan. [17]
Seiring dengan perkembangan teknologi Salah satu jenis pengelasan yang banyak
dibidang konstruksi, pengelasan merupakan dipakai untuk mengelas baja karbon adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan Shielded Metal Arc Welding (SMAW).
dan peningkatan industri, karena mempunyai Kelebihan pengelasan dengan SMAW, antara
peranan yang sangat penting dalam rekayasa dan lain dapat diandalkan untuk mengelas berbagai
reparasi produksi logam. Hampir pada setiap tipe sambungan, posisi, serta lokasi yang sulit
dikerjakan, biaya pengoperasian yang relatif

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS Page 1


Jurnal Laporan

rendah dan dapat dipakai untuk mengelas pemanasan dan pendinginan yang relative lebih
didalam maupun diluar ruangan. Tidak lambat. Daerah yang berada jauh dari logam las
diperlukannya hose untuk gas pelindung ataupun akan mengalami temperatur puncak yang paling
air pendingin, serta dapat dioperasikan pada rendah dengan laju pemanasan dan pendinginan
tempat yang jauh dari sumber tenaga, dan yang lebih rendah lagi.
kualitas sambungan dapat dirancang sedemikian
rupa dengan menggunakan berbagai jenis
elektroda. Kegagalan pada logam hasil
pengelasan bisa disebabkan banyak faktor antara
lain karena adanya tegangan sisa yang terjadi
pada benda uji sebelum diaplikasikan. Tegangan
ini dapat disebabkan karena selama proses
pengelasan, panas yang diterima logam tidak
merata. Perambatan panas selama pengelasan
salah satunya dipengaruhi oleh ketebalan plat.
Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai tegangan sisa pada pengelasan plat
dengan berbagai ketebalan.
Pada penelitian ini, dilakukan
perhitungan tegangan sisa tiap variasi ketebalan.
Pengujian yang dilakukan menggunakan X-RD
(X-Ray Difraction) serta analisa lanjut Gambar 2.1 Siklus Termal Pengelasan Arc
pengukuran melalui permodelan rietveld dengan Welding [13]
menggunakan program rietica.
Pada saat pengelasan telah mencapai
TINJAUAN PUSTAKA temperatur puncak maka temperatur akan
berangsur-angsur turun. Kecepatan turunnya
Siklus termal las adalah proses temperatur (cooling rate) akan memiliki efek
pemanasan dan pendinginan pada daerah las. yang berarti pada terbentuknya struktur mikro
Lamanya pendinginan dalam suatu daerah dan sifat mekanik dari daerah lasan termasuk
temperatur tertentu dari suatu siklus termal las berpengaruh terhadap tegangan sisa yang ada
sangat berpengaruh terhadap kualitas pada daerah lasan dan sekitarnya. Sehingga yang
sambungan lasan. Proses pengelasan melibatkan terpenting dari siklus termal las adalah kurva
panas yang diperoleh dari energi listrik maupun pendinginan dari masing-masing lokasi, dimana
dari energi reaksi pembakaran gas dan lain-lain. semakin ke kanan kecepatan pendinginan las
Dengan pemberian panas ini, maka akan terjadi semakin kecil. [16]
siklus panas pada logam yang menunjukkan Kecepatan pendinginan juga dipengaruhi
perubahan fungsi temperatur terhadap fungsi oleh tebalnya pelat, dimana kecepatan
waktu. Siklus termal suatu pengelasan bisa pendinginan pada pelat tebal didekati dengan
dilihat pada gambar 2.1. Siklus panas ini dialami persamaan :
oleh daerah lasan, logam induk dan daerah
sekitar lasan yang besarnya berbeda-beda sesuai
dengan jaraknya terhadap sumber panas. ....... ( 2.1 )
Perbedaan siklus panas tersebut akan dimana :
berhubungan dengan temperatur puncak atau
peak temperatur yang dicapai, serta kecepatan R = Kecepatan pendinginan dari pusat
pemanasan dan pendinginan dari masing-masing
daerah las (C/s)
daerah. Temperatur puncak yang paling tinggi
k = Konduktifitas panas logam (J/mm s C)
dialami oleh daerah yang berada dekat dengan
logam las ( fushion line ), laju pemanasan dan To = Temperatur Pelat (C)
pendinginan terjadi dengan cepat pula. Daerah = Densitas material ( gr / mm3 )
yang berada sedikit lebih jauh akan berada pada c = Panas spesifik dari logam ( J/gC)
temperatur puncak yang medium dengan laju t = Tebal pelat (mm)

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS Page 2


Jurnal Laporan

f EI Analisis regangan () sebuah fasa dapat


Hnet = Input Panas = dihitung menggunakan keluaran analisis
V
Rietveld melalui ekspresi :
(E = Tegangan; I = Arus; f = Efisiensi
perpindahan panas; V = Kecepatan pengelasan )
(U U s )
Sedangkan kecepatan pendinginan pada
rms ..(2.3)
32 ln 2
pelat tipis dapat dirumuskan dengan persamaan :
Sedangkan analisis tegangan menggunakan nilai
regangan yang telah diperoleh melalui ekspresi :
(2.2)
= x modulus elastisitas . (2.4)
Baja karbon rendah memiliki sifat mampu
las yang baik. Baja jenis ini dapat dilas dengan
semua cara pengelasan yang ada di dalam METODOLOGI PENELITIAN
praktek dan hasilnya akan baik bila persiapan Alur pengerjaan penelitian sesuai
dan semua persyaratannya terpenuhi. Baja flowchart dibawah ini :
karbon rendah memiliki kepekaan retak las yang
Start
rendah bila dibandingkan dengan baja karbon
lainnya atau baja paduan. Tetapi retak las pada
baja ini dapat terjadi dengan mudah pada Persiapan
pengelasan pelat tebal atau bila didalam baja
tersebut terkandung belerang bebas yang cukup
tinggi.
Proses Pengelasan SMAW Buttjoint
Tegangan sisa adalah gaya elastis yang dengan variasi Tebal Plat
dapat mengubah jarak antar atom dalam bahan
tanpa adanya beban dari luar. Tegangan sisa
ditimbulkan karena adanya deformasi plastis
Uji X-RD Uji Metalografi Uji Hardness
yang tidak seragam dalam suatu bahan, antara
lain akibat perlakuan panas yang tidak merata
atau perbedaan laju pendinginan pada bahan Analisa Rietveld
yang mengalami proses pengelasan.
Analisis Rietveld adalah sebuah metode
pencocokan tak linier kurva pola difraksi
Analisa Data dan
terhitung (model) dengan pola difraksi terukur Pembahasan
yang didasarkan pada data struktur kristal
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil
(least squares). [8]. Analisis Rietveld dengan Kesimpulan
Rietica sebagai programnya merupakan alat
bantu untuk analisis kuantitatif atau komposisi
fasa. End
Pada prinsip analisis Rietveld, pola
difraksi terhitung (model) dicocokkan dengan
pola difraksi terukur. Parameter-parameter yang Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
digunakan dalam penyusunan pola terhitung
disimpan dalam sebuah file. Pola difraksi Pada penelitian ini bahan yang
terukur disimpan dalam file yang lain. digunakan adalah Baja karbon rendah AISI
Pencocokan dilakukan dengan mengubah 1020 dengan komposisi kimia dan sifat
parameter-parameter dalam model pola difraksi mekanik sesuai tabel 3.1 dan 3.2
terhitung yang dinyatakan dalam ekspresi
intensitas difraksi. Tabel 3.1 Komposisi kimia AISI 1020
element C Mn P S
Weight % 0.18-0.23 0.3-0.6 0.04 0.05

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS Page 3


Jurnal Laporan

Tabel 3.2 Sifat mekanik AISI 1020


200 mm

5 mm

150 mm
8 mm

10mm

Gambar 3.3 Preparasi Spesimen untuk uji XRD


(merah), metalografi dan kekerasan (hijau)

Cutting, yaitu prosedur proses


pemotongan sampel dan menetukan teknik
Bentuk spesimen yang akan dilas
pemotongan yang tepat dalam pengambilan
berukuran panjang 200mm, lebar 75 mm, dan
sampel metalografi sehingga didapat benda uji
variasi tebal sesuai gambar 3.2
yang representatif. spesimen dipotong
Elektroda jenis E7016 dan E7018
menggunakan gergaji mesin sesuai ukuran yang
dengan diameter 2,6 mm dan 3,2 mm. Adapun
telah ditetapkan.
klasifikasi dan sifat mekanik elektroda sesuai
Uji Metalografi dilakukan untuk melihat
standard AWS : ASME SF A5.1
terjadinya perubahan metalografi pada objek
penelitian sebagai akibat dari proses-proses
eksperimen yang telah diterimanya. Pada
spesimen las metalografi yang diamati adalah
pada parent metal, daerah HAZ, dan weld metal-
nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Foto Makro dan pengukuran


lebar HAZ
Dari hasil pengukuran lebar HAZ yang
Gambar 3.2 Spesimen Baja AISI 1020 ditunjukkan pada gambar 4.1 diketahui bahwa
lebar HAZ hasil proses las SMAW paling tinggi
dan variasi ketebalan sebagai berikut : diperoleh pada variasi ketebalan 15 dan 15mm
Tabel 3.3 Ketebalan plat Spesimen sebesar 4 mm, sedangkan paling rendah
diperoleh pada variasi ketebalan 5 dan 5mm
Spesimen Tebal plat ,t Tebal plat ,t
ke- (mm)
Spesimen ke-
(mm) sebesar 1mm
1 5 dan 5 4 5 dan10

2 10 dan 10 5 5 dan 15

3 15 dan 15 6 10 dan 15

Spesimen hasil pengelasan diukur pada


daerah tengah dengan ukuran 10 X 80 mm dan
5 X 80 mm seperti pada gambar.daerah
berwarna merah dan hijau masing-masing akan
digunakan untuk uji metalografi dan kekerasan Gambar 4.1 Perbandingan lebar HAZ tiap spesimen
(hijau) serta XRD (merah).

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS Page 4


Jurnal Laporan

Hal yang menarik adalah selisih lebar HAZ pada Untuk menunjukkan lebih jelas
variasi ketebalan berbeda tidaklah terlalu konsentrasi jumlah ferit dan perlit antara weld
signifikan bila dibandingkan dengan variasi metal dan HAZ dapat dilihat pada gambar 4.3
ketebalan sama. Hal ini menunjukkan semakin yang juga disusun berurutan dari a hingga f.
tebal plat semakin lebar pula daerah HAZ Disitu menunjukkan bahwa daerah HAZ terlihat
karena plat yang lebih tebal memerlukan layer lebih gelap dari weld metal karena perlit yang
las lebih banyak sehingga mengalami dimiliki lebih banyak.
pengelasan berulang.

4.2 Foto struktur mikro Weld metal HAZ


. Pengamatan yang dilakukan pada
struktur mikro dilakukan dengan mengambil
gambar pada daerah base metal,HAZ, weld
5mm 5mm
metal dan daerah batas antara HAZ dengan weld
metal.Gambar 4.2 menunjukkan struktur mikro
base metal pada semua ketebalan didominasi (a
kristal ferit yang tampak berwarna putih atau
terang, banyaknya struktur ferit ini akan
membuat material mempunyai sifat kekerasan
yang rendah, sedangkan kristal perlit yang Weld metal HAZ
tampak berupa butiran berwarna hitam atau
gelap tidak dominan.

Base Metal HAZ 10mm 10mm

(b)
5mm 5mm

Weld metal HAZ


(a)

Base Metal HAZ


15m 15mm
m
10mm 10mm
(c)

(b)
Weld metal HAZ

5mm 10mm

15mm 15mm
(d
Base Metal (c) HAZ

Gambar 4.2 struktur mikro base metal variasi


ketebalan 5mm (a), 10mm (b) dan 15mm(c) pada
perbesaran 500X

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS Page 5


Jurnal Laporan

214
Weld metal HAZ 208
202
196

Kekerasan HV
190
5 dan 5 mm
184
5mm 15mm 178 10 dan 10mm
172 15 dan 15mm
166
160
154

(e) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Titik

Gambar 4.5 Kurva kekerasan spesimen dengan


ketebalan sama
Weld metal HAZ

208
202
10mm 15mm 196

Kekerasan HV
190
184 5 dan 10mm
178 5 dan 15mm
(f) 172
10 dan 15mm
166
160
Gambar 4.3 struktur mikro fusion line ketebalan 154
5-5mm (a), 10-10mm (b), 15-15mm (c), 5-10mm (d), 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5-15mm (e), 10-15mm (f) perbesaran 15X Titik

Gambar 4.6 Kurva kekerasan spesimen dengan


ketebalan berbeda
4.5 Hasil uji Kekerasan
Dari hasil uji kekerasan diketahui bahwa 4.4 Hasil pengujian Difraksi Sinar-X
nilai kekerasan tertinggi diperoleh pada daerah Pengujian difraksi sinar X dilakukan
HAZ dan nilai kekerasan terendah diperoleh pada tiap spesimen. Hasil pengujian ditunjukkan
pada daerah base metal. Hal ini menunjukkan pada Gambar 4.7, secara keseluruhan pengujian
bahwa daerah weld metal dan base metal lebih difraksi menunjukkan pola yang hampir sama.
ulet daripada daerah HAZ,karena nilai keuletan Namun hasil analisis pola puncak difraksi
sebanding dengan jumlah ferit. Tingginya nilai menunjukkan pelebaran kurva seperti
kekerasan daerah HAZ bila dibandingkan ditunjukkan pada Gambar 4.8
dengan daerah base metal disebabkan karena
daerah HAZ adalah bagian logam yang terkena
panas langsung secara berulang-ulang dari
proses pengelasan dan mengalami pendinginan
cepat dengan media udara,sehingga
mengakibatkan tegangan sisa. Tegangan sisa
inilah yang meningkatkan nilai kekerasan pada
daerah HAZ.

1 3 5 7 9

Gambar 4.7 Kurva hasil uji XRD AISI 1020 dengan


variasi ketebalan

2 4 6 8 10 Pada tiap ketebalan terdapat pergeseran


puncak tetapi tidaklah significant,sehingga fasa
Gambar 4.4 Posisi titik pengujian kekerasan yang terbentuk dianggap sama. Tetapi terlihat
adanya perubahan lebar puncak, dapat dilihat
semakin tebal spesimen maka lebar puncak yang
terbentuk semakin besar pula. Perubahan lebar
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS Page 6
Jurnal Laporan

puncak ini menandakan adanya parameter untuk pengisian filler pada sambungan
bentuk yang berubah pula, ini dapat disebabkan las.Sehingga memungkinkan atom-atom
karena semakin tebal spesimen maka terdapat bergerak bebas dan bertransformasi. Namun
tegangan yang diakibatkan gaya tarik menarik karena mengalami pendinginan cepat pada
antara weld metal dan base metal. Selain media udara,maka atom-atom tersebut tidak
digunakan untuk identifikasi fasa, pengujian dapat menempati posisinya semula dan
XRD ini juga dapat digunakan untuk terperangkap dalam struktur baru yang
mendapatkan parameter regangan dan tegangan menyebabkan distorsi pada plat tipis atau
sisa yang terjadi pada material. tegangan sisa pada plat tebal.Tegangan yang
lebih tinggi pada sambungan 5-15m untuk
sambungan beda ketebalan juga disebabkan
karena adanya perbedaan koefesien ekspansi
thermal antara plat 5mm dan 15 mm yang
berakibat pada perbedaan muai volume antara
keduanya, sehingga bekumpulah kedua tegangan
di daerah batas .
Nilai tegangan sisa yang diperoleh
dalam perhitungan pada tabel 4.1 masih jauh
tergolong rendah bila dibandingkan penelitian
yang dilakukan oleh J.T. Assis dkk yaitu sekitar
Gambar 4.8 Kurva hasil uji XRD variasi ketebalan 230 Mpa.Sementara itu Michaleris dan
pada sudut pendek. DeBiccari dalam penelitiannya memperoleh
angka tegangan sisa sekitar 60.7 MPa dan
4.5 Analisa Rietveld dan Kuantitatif menyebutkan bahwa nilai tegangan sisa yang
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari diperoleh pada umumnya unuk pengelasan baja
analisa Rietveld dilakukan analisa kuantitatif AH 36 yang ekivalen kadar karbonnya dengan
untuk mendapatkan nilai regangan, yang AISI 1020 sekitar 55,9 Mpa.
kemudian digunakan untuk menghitung
tegangan sisa yang terdapat pada spesimen. Kesimpulan
Hasil perhitungan tegangan dan regangan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Berdasarkan data yang telah dianalis
didapatkan kesimpulan penelitian yaitu:
Tabel 4.1 Hasil perhitungan regangan dan
tegangan sisa 1. Berdasarkan hasil pengukuran lebar HAZ,
Ketebalan
spesimen (regangan)
(tegangan sisa) peningkatan ketebalan (variasi ketebalan
(MPa) sama) akan menaikkan lebar HAZ. Pada
(milimeter)
5 dan 5 0,0003553 75 variasi ketebalan berbeda,lebar HAZ lebih
10 dan 10 0,0004140 87.4 besar diperoleh pada plat yang lebih tebal.
15 dan 15 0,0004889 103.2 2. Berdasarkan hasil foto mikro diketahui
5 dan 10 0,0004085 86.2 bahwa perlit lebih banyak ditemui pada
5 dan 15 0,0004194 88.5
10 dan 15 0,0004139 87.3
HAZ dan meningkat sebanding dengan tebal
plat.
Dari table 4.1 dapat dilihat bahwa 3. Berdasarkan hasil pengujian kekerasan
peningkatan nilai tegangan seiring dengan menunjukkan bahwa nilai kekerasan
semakin tebalnya spesimen pada sambungan tertinggi terjadi pada HAZ untuk semua
dengan ketebalan yang sama,sementara variasi ketebalan. Nilai kekerasan pada
sambungan dengan beda ketebalan tertinggi sambungan dengan beda ketebalan lebih
yaitu 5-15 mm memiliki nilai tegangan tertinggi tinggi daripada sambungan dengan
bila dibandingkan dengan sambungan lain ketebalan yang sama.
dengan ketebalan berbeda. Hal ini dapat 4. Dari parameter U hasil keluaran analisa
disebabkan karena spesimen yang lebih rietveld dapat diperoleh tegangan sisa yang
tebal,memerlukan waktu yang lebih lama dalam terjadi pada material. Untuk sambungan
pengelasan,waktu yang lebih lama itu digunakan dengan ketebalan yang sama,tegangan

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS Page 7


Jurnal Laporan

terbesar terjadi pada 15 dan15 milimeter, powder diffraction patterns. J. Appl. Cryst.
yaitu 103,2 MPa. Dan pada sambungan 14, 149-151.
dengan beda ketebalan, tegangan terbesar 16. Winarno, Agus.2005. Studi Mutu
terjadi pada yaitu 5 dan 15 mm, yaitu Sambungan las Oxyacetylene dan MIG pada
88,5Mpa paduan alumunium 5052. Surabaya :
Jurusan Teknik Material FTI-ITS.
DAFTAR PUSTAKA 17. Wiryosumarto, Harsono dan okumura
Toshie,2000. Teknologi Pengelasan Logam.
1. Asis J.T., Monin V, Teodosio J.R., Gurova2 Jakarta: Pradnya Paramita
T. , 2002, X-Ray Analysis Of Residual 18. http://www.efunda.com/Materials/alloys/car
Stress Distribution In Weld Region bon_steels/show_carbon.cfm?ID=AISI_102
Advances in X-ray Analysis, v 45 pp 225- 0&prop=all&Page_Title=AISI%201020
231 19. http://www.lascentrum.com/en/welding+ele
2. ASM Metal Handbook, 6th Volume. ctrodes/high+tensile+steel/
1971. Welding Brazing and Soldering.
Ohio : American Society of Metal.
3. ASM, 1989, Metallurgy and
Microstructures,.Ohio: ASM Handbook
Committe Metal Park
4. Bintoro, Gatot, 2000. Dasar-dasar
Pengerjaan Las,Yogyakarta: Kanisus
5. Long H., Gery D., Carlier A., Maropoulos
P.G., 2009 Prediction of welding distortion
in butt joint of thin plates Materials and
Design v30 41264135
6. Michaleris P., and DeBiccari A.,
1997,Prediction of Welding Distortion,
Welding Journal, 76,172-s-181-s,
7. Musaikan, Ir.H. 1992. Teknik Pengelasan .
Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
8. Pratapa, S. 2004. Prinsip-prinsip dan
Implementasi Metode Rietveld untuk
Analisis DataDifraksi. Surabaya.
9. Sidney, Avner H. 1974 Introduction to
Physical Metallurgy, New York : McGraw-
Hill Book Co
10. Sonawan Hery dan Suratman Rochim. 2004.
Pengantar untuk Memahami Proses
Pengelasan Logam. Bandung. Alfabeta.
11. Sugondo, 2007. Pengaruh Deformasi pada
Karakteristik Kristalit dan Kekuatan luluh
Zircaloy-4. Batan. Serpong
12. Suharto, 1991. Teknologi Pengelasan
Logam. Jakarta: Rineka Cipta
13. Welding Handbook, 1st Volume.1981.
Fundamental of Welding . Miami Florida :
American Welding Society.
14. Widharto, Sri, 2001. Petunjuk Kerja Las.
Jakarta: Pradnya Paramita.
15. Wiles, Young. 1981. A new computer
program for rietveld analysis of X-ray

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi/FTI-ITS Page 8

Anda mungkin juga menyukai