(AISI 1020) ITS-Undergraduate-12582-Paper PDF
(AISI 1020) ITS-Undergraduate-12582-Paper PDF
ABSTRAK
Kegagalan pada logam hasil pengelasan bisa disebabkan banyak faktor antara lain karena
adanya tegangan sisa yang terjadi pada benda uji sebelum diaplikasikan. Tegangan ini dapat disebabkan
karena selama proses pengelasan, panas yang diterima logam tidak merata. Perambatan panas selama
pengelasan salah satunya dipengaruhi oleh ketebalan plat.
Dalam penelitian ini digunakan baja AISI 1020 sebagai spesimen yang dilas dengan sambungan
tumpul (butt joint). Teknik las yang digunakan adalah Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dengan
variasi ketebalan 5mm ,10mm dan 15mm
Pada sampel uji dilakukan pengujian dengan menggunakan XRD (X-Ray Difraction) serta
analisa lanjut pengukuran melalui permodelan rietveld dengan menggunakan program rietica.Pengujian
dilakukan pada tiap variasi ketebalan.
Dari penelitian ini diketahui tegangan sisa tertinggi hasil pengelasan diperoleh pada ketebalan
plat 15 dan 15 mm, yaitu sebesar 103,2 Mpa (variasi ketebalan sama), dan pada ketebalan plat 5 dan 15
mm, yaitu 88,5 Mpa (variasi ketebalan berbeda). Selanjutnya, data yang diperoleh dapat digunakan
sebagai acuan untuk menganalisa kegagalan material pada aplikasi konstruksi
ABSTRACT
Failure on the weld metal could be due to many factors, for example a residual stresses that
occur in the specimens after welding process. This stresses can be caused during the welding process,
metal heat unevenly received. Propagation of heat during welding could be influenced by the thickness of
the plate.
In this study, AISI 1020 steel used as the welded specimens with butt joint. Welding techniques
used are shielded Metal Arc Welding (SMAW) with various thickness 5mm, 10mm and 15mm
After welding, samples were tested by using XRD (X-Ray Difraction) and further analysis
through modeling rietveld measurement using rietica program Test carried out for each variation of
thickness.
From this study show that highest residual stress on welding result obtained at the 15 and 15 mm
thickness of the plate, that is equal 103,2 Mpa (same thickness Variations),and on 5 and 15 mm, , that is
equal 88,5 Mpa(different thickness variation). Furthermore, the data obtained can be used as reference to
analyze the materials failure in construction applications.
Keywords : SMAW, Low Carbon Steel, Plate Thickness, XRD, Residual Stress.
rendah dan dapat dipakai untuk mengelas pemanasan dan pendinginan yang relative lebih
didalam maupun diluar ruangan. Tidak lambat. Daerah yang berada jauh dari logam las
diperlukannya hose untuk gas pelindung ataupun akan mengalami temperatur puncak yang paling
air pendingin, serta dapat dioperasikan pada rendah dengan laju pemanasan dan pendinginan
tempat yang jauh dari sumber tenaga, dan yang lebih rendah lagi.
kualitas sambungan dapat dirancang sedemikian
rupa dengan menggunakan berbagai jenis
elektroda. Kegagalan pada logam hasil
pengelasan bisa disebabkan banyak faktor antara
lain karena adanya tegangan sisa yang terjadi
pada benda uji sebelum diaplikasikan. Tegangan
ini dapat disebabkan karena selama proses
pengelasan, panas yang diterima logam tidak
merata. Perambatan panas selama pengelasan
salah satunya dipengaruhi oleh ketebalan plat.
Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai tegangan sisa pada pengelasan plat
dengan berbagai ketebalan.
Pada penelitian ini, dilakukan
perhitungan tegangan sisa tiap variasi ketebalan.
Pengujian yang dilakukan menggunakan X-RD
(X-Ray Difraction) serta analisa lanjut Gambar 2.1 Siklus Termal Pengelasan Arc
pengukuran melalui permodelan rietveld dengan Welding [13]
menggunakan program rietica.
Pada saat pengelasan telah mencapai
TINJAUAN PUSTAKA temperatur puncak maka temperatur akan
berangsur-angsur turun. Kecepatan turunnya
Siklus termal las adalah proses temperatur (cooling rate) akan memiliki efek
pemanasan dan pendinginan pada daerah las. yang berarti pada terbentuknya struktur mikro
Lamanya pendinginan dalam suatu daerah dan sifat mekanik dari daerah lasan termasuk
temperatur tertentu dari suatu siklus termal las berpengaruh terhadap tegangan sisa yang ada
sangat berpengaruh terhadap kualitas pada daerah lasan dan sekitarnya. Sehingga yang
sambungan lasan. Proses pengelasan melibatkan terpenting dari siklus termal las adalah kurva
panas yang diperoleh dari energi listrik maupun pendinginan dari masing-masing lokasi, dimana
dari energi reaksi pembakaran gas dan lain-lain. semakin ke kanan kecepatan pendinginan las
Dengan pemberian panas ini, maka akan terjadi semakin kecil. [16]
siklus panas pada logam yang menunjukkan Kecepatan pendinginan juga dipengaruhi
perubahan fungsi temperatur terhadap fungsi oleh tebalnya pelat, dimana kecepatan
waktu. Siklus termal suatu pengelasan bisa pendinginan pada pelat tebal didekati dengan
dilihat pada gambar 2.1. Siklus panas ini dialami persamaan :
oleh daerah lasan, logam induk dan daerah
sekitar lasan yang besarnya berbeda-beda sesuai
dengan jaraknya terhadap sumber panas. ....... ( 2.1 )
Perbedaan siklus panas tersebut akan dimana :
berhubungan dengan temperatur puncak atau
peak temperatur yang dicapai, serta kecepatan R = Kecepatan pendinginan dari pusat
pemanasan dan pendinginan dari masing-masing
daerah las (C/s)
daerah. Temperatur puncak yang paling tinggi
k = Konduktifitas panas logam (J/mm s C)
dialami oleh daerah yang berada dekat dengan
logam las ( fushion line ), laju pemanasan dan To = Temperatur Pelat (C)
pendinginan terjadi dengan cepat pula. Daerah = Densitas material ( gr / mm3 )
yang berada sedikit lebih jauh akan berada pada c = Panas spesifik dari logam ( J/gC)
temperatur puncak yang medium dengan laju t = Tebal pelat (mm)
5 mm
150 mm
8 mm
10mm
2 10 dan 10 5 5 dan 15
3 15 dan 15 6 10 dan 15
Hal yang menarik adalah selisih lebar HAZ pada Untuk menunjukkan lebih jelas
variasi ketebalan berbeda tidaklah terlalu konsentrasi jumlah ferit dan perlit antara weld
signifikan bila dibandingkan dengan variasi metal dan HAZ dapat dilihat pada gambar 4.3
ketebalan sama. Hal ini menunjukkan semakin yang juga disusun berurutan dari a hingga f.
tebal plat semakin lebar pula daerah HAZ Disitu menunjukkan bahwa daerah HAZ terlihat
karena plat yang lebih tebal memerlukan layer lebih gelap dari weld metal karena perlit yang
las lebih banyak sehingga mengalami dimiliki lebih banyak.
pengelasan berulang.
(b)
5mm 5mm
(b)
Weld metal HAZ
5mm 10mm
15mm 15mm
(d
Base Metal (c) HAZ
214
Weld metal HAZ 208
202
196
Kekerasan HV
190
5 dan 5 mm
184
5mm 15mm 178 10 dan 10mm
172 15 dan 15mm
166
160
154
(e) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Titik
208
202
10mm 15mm 196
Kekerasan HV
190
184 5 dan 10mm
178 5 dan 15mm
(f) 172
10 dan 15mm
166
160
Gambar 4.3 struktur mikro fusion line ketebalan 154
5-5mm (a), 10-10mm (b), 15-15mm (c), 5-10mm (d), 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5-15mm (e), 10-15mm (f) perbesaran 15X Titik
1 3 5 7 9
puncak ini menandakan adanya parameter untuk pengisian filler pada sambungan
bentuk yang berubah pula, ini dapat disebabkan las.Sehingga memungkinkan atom-atom
karena semakin tebal spesimen maka terdapat bergerak bebas dan bertransformasi. Namun
tegangan yang diakibatkan gaya tarik menarik karena mengalami pendinginan cepat pada
antara weld metal dan base metal. Selain media udara,maka atom-atom tersebut tidak
digunakan untuk identifikasi fasa, pengujian dapat menempati posisinya semula dan
XRD ini juga dapat digunakan untuk terperangkap dalam struktur baru yang
mendapatkan parameter regangan dan tegangan menyebabkan distorsi pada plat tipis atau
sisa yang terjadi pada material. tegangan sisa pada plat tebal.Tegangan yang
lebih tinggi pada sambungan 5-15m untuk
sambungan beda ketebalan juga disebabkan
karena adanya perbedaan koefesien ekspansi
thermal antara plat 5mm dan 15 mm yang
berakibat pada perbedaan muai volume antara
keduanya, sehingga bekumpulah kedua tegangan
di daerah batas .
Nilai tegangan sisa yang diperoleh
dalam perhitungan pada tabel 4.1 masih jauh
tergolong rendah bila dibandingkan penelitian
yang dilakukan oleh J.T. Assis dkk yaitu sekitar
Gambar 4.8 Kurva hasil uji XRD variasi ketebalan 230 Mpa.Sementara itu Michaleris dan
pada sudut pendek. DeBiccari dalam penelitiannya memperoleh
angka tegangan sisa sekitar 60.7 MPa dan
4.5 Analisa Rietveld dan Kuantitatif menyebutkan bahwa nilai tegangan sisa yang
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari diperoleh pada umumnya unuk pengelasan baja
analisa Rietveld dilakukan analisa kuantitatif AH 36 yang ekivalen kadar karbonnya dengan
untuk mendapatkan nilai regangan, yang AISI 1020 sekitar 55,9 Mpa.
kemudian digunakan untuk menghitung
tegangan sisa yang terdapat pada spesimen. Kesimpulan
Hasil perhitungan tegangan dan regangan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Berdasarkan data yang telah dianalis
didapatkan kesimpulan penelitian yaitu:
Tabel 4.1 Hasil perhitungan regangan dan
tegangan sisa 1. Berdasarkan hasil pengukuran lebar HAZ,
Ketebalan
spesimen (regangan)
(tegangan sisa) peningkatan ketebalan (variasi ketebalan
(MPa) sama) akan menaikkan lebar HAZ. Pada
(milimeter)
5 dan 5 0,0003553 75 variasi ketebalan berbeda,lebar HAZ lebih
10 dan 10 0,0004140 87.4 besar diperoleh pada plat yang lebih tebal.
15 dan 15 0,0004889 103.2 2. Berdasarkan hasil foto mikro diketahui
5 dan 10 0,0004085 86.2 bahwa perlit lebih banyak ditemui pada
5 dan 15 0,0004194 88.5
10 dan 15 0,0004139 87.3
HAZ dan meningkat sebanding dengan tebal
plat.
Dari table 4.1 dapat dilihat bahwa 3. Berdasarkan hasil pengujian kekerasan
peningkatan nilai tegangan seiring dengan menunjukkan bahwa nilai kekerasan
semakin tebalnya spesimen pada sambungan tertinggi terjadi pada HAZ untuk semua
dengan ketebalan yang sama,sementara variasi ketebalan. Nilai kekerasan pada
sambungan dengan beda ketebalan tertinggi sambungan dengan beda ketebalan lebih
yaitu 5-15 mm memiliki nilai tegangan tertinggi tinggi daripada sambungan dengan
bila dibandingkan dengan sambungan lain ketebalan yang sama.
dengan ketebalan berbeda. Hal ini dapat 4. Dari parameter U hasil keluaran analisa
disebabkan karena spesimen yang lebih rietveld dapat diperoleh tegangan sisa yang
tebal,memerlukan waktu yang lebih lama dalam terjadi pada material. Untuk sambungan
pengelasan,waktu yang lebih lama itu digunakan dengan ketebalan yang sama,tegangan
terbesar terjadi pada 15 dan15 milimeter, powder diffraction patterns. J. Appl. Cryst.
yaitu 103,2 MPa. Dan pada sambungan 14, 149-151.
dengan beda ketebalan, tegangan terbesar 16. Winarno, Agus.2005. Studi Mutu
terjadi pada yaitu 5 dan 15 mm, yaitu Sambungan las Oxyacetylene dan MIG pada
88,5Mpa paduan alumunium 5052. Surabaya :
Jurusan Teknik Material FTI-ITS.
DAFTAR PUSTAKA 17. Wiryosumarto, Harsono dan okumura
Toshie,2000. Teknologi Pengelasan Logam.
1. Asis J.T., Monin V, Teodosio J.R., Gurova2 Jakarta: Pradnya Paramita
T. , 2002, X-Ray Analysis Of Residual 18. http://www.efunda.com/Materials/alloys/car
Stress Distribution In Weld Region bon_steels/show_carbon.cfm?ID=AISI_102
Advances in X-ray Analysis, v 45 pp 225- 0&prop=all&Page_Title=AISI%201020
231 19. http://www.lascentrum.com/en/welding+ele
2. ASM Metal Handbook, 6th Volume. ctrodes/high+tensile+steel/
1971. Welding Brazing and Soldering.
Ohio : American Society of Metal.
3. ASM, 1989, Metallurgy and
Microstructures,.Ohio: ASM Handbook
Committe Metal Park
4. Bintoro, Gatot, 2000. Dasar-dasar
Pengerjaan Las,Yogyakarta: Kanisus
5. Long H., Gery D., Carlier A., Maropoulos
P.G., 2009 Prediction of welding distortion
in butt joint of thin plates Materials and
Design v30 41264135
6. Michaleris P., and DeBiccari A.,
1997,Prediction of Welding Distortion,
Welding Journal, 76,172-s-181-s,
7. Musaikan, Ir.H. 1992. Teknik Pengelasan .
Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
8. Pratapa, S. 2004. Prinsip-prinsip dan
Implementasi Metode Rietveld untuk
Analisis DataDifraksi. Surabaya.
9. Sidney, Avner H. 1974 Introduction to
Physical Metallurgy, New York : McGraw-
Hill Book Co
10. Sonawan Hery dan Suratman Rochim. 2004.
Pengantar untuk Memahami Proses
Pengelasan Logam. Bandung. Alfabeta.
11. Sugondo, 2007. Pengaruh Deformasi pada
Karakteristik Kristalit dan Kekuatan luluh
Zircaloy-4. Batan. Serpong
12. Suharto, 1991. Teknologi Pengelasan
Logam. Jakarta: Rineka Cipta
13. Welding Handbook, 1st Volume.1981.
Fundamental of Welding . Miami Florida :
American Welding Society.
14. Widharto, Sri, 2001. Petunjuk Kerja Las.
Jakarta: Pradnya Paramita.
15. Wiles, Young. 1981. A new computer
program for rietveld analysis of X-ray