Felicia Utorod ewo dan kawan-kawannya, dalam bukunya yang berjudul Bahasa Indonesia:
Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, menulis, "macam-macam plagiarisme misalnya
mengakui tulisan, gagasan, temuan, atau karya kelompok sebagai karyanya sendiri,
menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan
sumber dan asal usulnya, ataupun memparafrasekan atau merangkum tanpa sumber atau
menyebut sumbernya, namun pilihan katanya sangat mirip dengan sumber aslinya." [1
Utorodewo, Felicia, dkk. 2007. "Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah".
Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
sumber perpustakaan universitas gajah mada :
(Purwani Istiana dan Purwoko .PANDUAN ANTI PLAGIARISME. 2016 : perpustakaan
universitas gajah mada)
Menurut Oxford American Dictionary dalam Clabaugh (2001) plagiarisme adalah to take
and use another persons ideas or writing or inventions as ones own.
(Claubaugh, G.K. & Rozycki, E.G. (2001). The Plagiarism Book: A Students Manual. )
Menurut Reitz dalam Online Dictionary for Library and Information Science
(http://www.abcclio.com/ODLIS/odlis_p.aspx) plagiarisme adalah : Copying or closely
imitating the work of another writer, composer etc. without permission and with the
intention of passing the result of as original work
(Reitz, Joan M. Online Dictionary for Library and Information Science. Dalam
http://www.abcclio.com/ODLIS/odlis_p.aspx )
Definisi di atas dapat kita cermati, sehingga kita paham apa yang dimaksud dengan
plagiarisme. Dengan demikian, pemahaman ini sebagai pegangan bagi kita untuk tidak
melakukan tindakan plagiat.
1. Ruang Lingkup Plagiarisme
Berdasarkan beberapa definisi plagiarisme di atas, berikut ini diuraikan ruang lingkup
plagiarisme:
1. Mengutip katakata atau kalimat orang lain tanpa menggunakan tanda kutip dan
tanpa menyebutkan identitas sumbernya.
2. Menggunakan gagasan, pandangan atau teori orang lain tanpa menyebutkan identitas
sumbernya.
3. Menggunakan fakta (data, informasi) milik orang lain tanpa menyebutkan identitas
sumbernya.
4. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri.
5. Melakukan parafrase (mengubah kalimat orang lain ke dalam susunan kalimat sendiri
tanpa mengubah idenya) tanpa menyebutkan identitas sumbernya.
6. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh
pihak lain seolaholah sebagai karya sendiri.
3. scopus index
Scopus merupakan laman produk dari Elsivier yang menyediakan database absttrak dan sitasi
puluhan juta literatur ilmiah di bidang Ilmu Hayati (life sciences), Ilmu Sosial (social sciences),
Ilmu Fisik (physical sciences), dan Ilmu Kesehatan (health sciences). Dengan Scopus kita dapat
melihat peringkat perguruan tinggi atau lembaga penelitian, mutu penelitian, peer review,
artikel per fakultas dan sitasi per artikel. Situs pencarian database Scopus bisa di cari
berdasarkan kata kuncinya. seperti judul, pengarang, tahun, topik, dan banyak lag
dalam menilai jurnal, Scopus membuat klusterisasi mutu jurnal dengan istilah quartile (Q),
yang terbagi menjadi 4, yaitu Q1, Q2, Q3, dan Q4. Q1 adalah kluster tertinggi atau paling
utama dari sisi mutu jurnal dikuti oleh Q2, Q3, dan Q4.
Q (quartile) journal merupaakan peringkat dari Impact Factor setiap jurnal di masing-masing
kategori subjek yang terindeks oleh Scopus.
Q1 menunjukkan 75- 100% dari distribusi IF,
Q2 untuk posisi tengah-tinggi (antara 50% dan 75%),
Q3 menengah ke posisi teratas (25% ke 50%), dan
Q4 posisi terendah (kurang dari 25% distribusi IF)
Jurnal internasional bereputasi adalah terbitan berkala ilmiah yang memenuhi kriteria jurnal
internasional pada butir 3, dengan kriteria tambahan terindeks oleh pangkalan data
internasional bereputasi (Scopus, Web of Science), dan memiliki faktor dampak (impact
factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters), atau Scimago Journal Rank (SJR), atau
memunyai faktor dampak (SJR) dari SCImago Journal and Country Rank serendah-rendahnya
Q3 (kuartil tiga).
Faktor dampak (impact factor, IF) diciptakan oleh Eugene Garfield dari Institute of Scientific
Information (ISI, kini bagian dari Thomson Scientific) pada tahun 1960 dengan menghitung
indeks sitasi (citation index) dari jurnal-jurnal yang diindeks oleh Thomson ISI dan dilaporkan
setiap tahun dalam JCR (Journal Citation Report). IF saat ini dijadikan indikator untuk
mengevaluasi mutu jurnal, semakin tinggi IF semakin bermutu jurnal tersebut. Dalam memilih
jurnal target, penulis bisa melihat apakah jurnal tersebut terakreditasi nasional atau
bereputasi internasional yang ditandai oleh nilai IF (Lukman & Swistien 2012).
impact factor merupakan Metode pemeringkatan pengaruh jurnal dan pembandingannya
secara numeris dengan jurnal lain. ; mengukur banyaknya sitasi ke artikel yang pernah dimuat
di jurnal tersebut dalam 2 tahun ke belakang; kemudian angka ini dibagi dengan jumlah total
artikel dalam periode yang sama; semakin tinggi angka, semakin besar impact yang
diasumsikan mengenai jurnal tsb. Impact factor merupakan indikator banyaknya sitasi dan
bukan mutunya sehingga tidak dapat digunakan untuk menilai mutu penelitian.
4. authorship
bagian terpadu yang berkaitan dengan penanggung jawab dan penempatan urutan nama
penulis dalam suatu karya tulis atau artikel ilmiah berdasarkan pada kesepakatan.
Penempatan urutan nama penulis dalam suatu artikel ilmiah sangat bergantung pada
kesepakatan yang dibangun oleh tim peneliti.
Perlu dihindari pencantuman nama pada naskah selain yang memiliki sumbangan pada
penelitian yang bersangkutan.
sumber : pedoman publikasi ilmiah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan 2017
7. QUARTILE
Q (quartile) journal merupaakan peringkat dari Impact Factor setiap jurnal di masing-masing
kategori subjek yang terindeks oleh Scopus.
Q1 menunjukkan 75- 100% dari distribusi IF,
Q2 untuk posisi tengah-tinggi (antara 50% dan 75%),
Q3 menengah ke posisi teratas (25% ke 50%), dan
Q4 posisi terendah (kurang dari 25% distribusi IF)
8. predator jurnal
Istilah jurnal predator mulai dikenal pada 2012 setelah dipopulerkan oleh Jeffry Beal di
majalah Nature dan bisa diakses melalui laman http://scholarlyoa.com/. Jurnal predator
dibuat untuk tujuan memperoleh keuntungan dan mengabaikan proses penelaahan oleh
pakar di bidangnya untuk setiap artikel yang diterima penerbit (Mart 2013).
Jurnal yang diterbitkan secara profesional harus mematuhi standar etika penerbitan seperti
yang telah ditetapkan dalam Beal (2012):
Jeffry Beal telah menetapkan kriteria penerbit yang masuk ke dalam kategori jurnal predator
yang intinya antara lain:
1. Jurnal terbit relatif masih baru dengan volume yang belum banyak, bahkan memiliki
ISSN maupun DOI palsu;
3. Rekam jejak editor in chief beserta editorial board tidak jelas, bahkan tidak ada rekam
jejak karyanya;
sumber : pedoman publikasi ilmiah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan 2017
9. artikel :
Tulisan yang sudah melalui proses penyuntingan dan penelaahan dan dinyatakan layak terbit,
sehingga akan diberikan volume nomor dan tahun terbit
manuskrip :
karya tulis dalam bentuk tulisan tangan, ketikan, atau salinannya yang dibuat oleh penulisnya
sendiri,
submit :
submission :