Anda di halaman 1dari 38

Makalah

Proses Keperawatan padaPasien Parkinson


DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuTugasMata Kuliah Sistem Neurobehaviour I

Dosen : Anastasia Anna, S.Kp, M.Kep

Dosen Tutor : Urip Rahayu, S.Kp, M.Kep

Disusunoleh :

Kelompok 1

Nida Amalia 220110130009

Hilman Saiful Islam 220110130109

Asih Siti Sundari 220110130133

Fika Apriandini 220110130149

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I ......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 2
1.2 Tujuan............................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian ......................................................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi .................................................................................................................... 4
2.3 Etiologi ............................................................................................................................. 5
2.4 Klasifikasi......................................................................................................................... 6
2.5 Anatomi Fisiologi ............................................................................................................. 7
2.6 Patofisiologi ..................................................................................................................... 8
2.6.1 Manifestasi Klinis ...................................................................................................... 9
2.6.2 Faktor Risiko ........................................................................................................... 11
2.6.3 Komplikasi............................................................................................................... 11
2.7 Proses Keperawatan pada Pasien Parkinson .................................................................. 13
2.7.1 Pengkajian Keperawatan ......................................................................................... 13
2.7.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................ 19
2.7.3 Intervensi Keperawatan ........................................................................................... 19
BAB III .................................................................................................................................... 36
PENUTUP................................................................................................................................ 36
3.1 Simpulan......................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 37

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Parkinsonmerupakan suatu syndrom yang memiliki tanda dan gejala utama
yang khas denganresting-tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot, dan hilangnya
refleks-refleks postural. Tanda gejala tersebut menyebabkan berbagai masalah pada
pasien seperti resiko tinggi cedera pada pasien, terganggunya aktifitas sehari hari,
terganggunya pemenuhan KDM pasien.
Penyakit Parkinson dapat menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial
ekonomi. Penyakit parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang indonesia dari total
jumlah penduduk sebesar 238.452.952. total kasus kematian akibat penyakit parkinson di
Indonesia menempati peringkat ke 12 di dunia atau peringkat ke 5 di Asia dengan
prevalasi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002 (Noviani, 2010).
Penyakit Parkinson paling banyak dialami pada usia lanjut yang berkisar antara usia
40-70 tahun, rata-rata pada usia 58-62 tahun dan sekitar 5% muncul pada usia dibawah
40 tahun (PERDOSSI, 2008). Insiden lebih tinggi pada laki-laki, ras kulit putih dan
didaerah industry tertentu, insidensi terendah terdapat pada populasi Asia dan kulit hitam
Afrika. Faktor lingkungan memiliki peranan penting dalam menimbulkan penyakit ini
(Sharma, 2008).
Walau penyebabnya belum diketahui atau bersifat idiopatik, gejala-gejala yang
mungkin muncul pada penyakit ini merupakan akibat dari degenerasi sel dopaminergik
atau sel syaraf pada substansia nigra, yang berfungsi mengatur gerakan tubuh.Sehingga
penyakit ini tidak dapat disembuhkan, hanya bisa dikendalikan gejalanya.

Penyakit ini bersifat menahun dan berlangsung progresif atau dengan kata lain
semakin lama akan memburuk. Tingginya pervalasi parkinson di Indonesia dan
kemungkinan masalah yang akan dialami pasien sangat penting untuk diketahui.
Ditambah dengan ketidaktahuan masyarakat tentang pankinson dan penanganaan
penyakit yang tidak tepat dari tim medis juga dapat memperburuk kondisi yang di alami
pasien. Maka dari itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana pendekatan proses
keperawatan yang tepat pada pasien Parkinson.

2
1.2 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan paper ini adalah mahasiswa mampu mengetahui prosess
keperawatan pada pasien Parkinson secara umum dan mampu menjelaskan kembali :
1. Pengertian dari Penyakit Parkinson
2. Etiologi dari Penyakit Parkinson
3. Faktor Risiko dari Penyakit Parkinson
4. Patofisiologi dari Penyakit Parkinson
5. Manifestasi Klinis dari Penyakit Parkinson
6. Proses Keperawatan yang tepat pada pasien Parkinson

3
BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Pengertian

Penyakit parkinson (paralysis agitans)juga merupakan gangguan


neurodegeneratif yang berhubungan dengan penurunan mobilitas disebabkan oleh
berkurangnya dopamin dan sentral nervus sistem saraf pusat (In Koo Chun et all,
2011). Penyakit parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif terbanyak ke-dua
yang diderita manusia setelah penyakit Alzheimer (Iskandar, 2002)
Istilah parkinsonismeyakni suatu sindrom yang ditandai dengan resting-tremor
ritmik, bradikinesia (perlambatan gerakan), kekakuan otot, dan hilangnya refleks-
refleks postural.Kelainan pergerakan ini diakibatkan oleh defek jalur dopaminergik
(produksi dopamine) yang meghubungkan substansia nigra dengan korpus
striatum.Pada penyakitParkinson, sel-sel saraftertentu(neuron) di otaksecara
bertahapmemecahatau mati.Banyak gejalayangdisebabkan olehhilangnyaneuronyang
menghasilkandopamin. Ketikatingkat dopaminmenurun, hal itu
menyebabkanaktivitas otak yang abnormal, menyebabkan tanda-tanda
penyakitParkinson.

2.2 Epidemiologi

Beberapa studi terbarumengkonfirmasi bahwaPRlebih sering terjadi


padakeluarga pasienPDdibandingkanmereka yang tidakkerabatterpengaruh
denganPD. StudidariPDpada kembartelahmenyimpulkan bahwafaktor genetiktidak
memainkanperan penting dalamkasusmereka denganonsetdimulaidiatas usia 50;
Namun, faktor genetikmungkin di tempat kerjadalam kasusonset awal.
Sementarapenelitian genetiktelah menghubungkanmutasi padaalpha-synuclein
danparkingenuntukPD, hanya sekitar1% darikasusyangjelasgenetic (Schapira, 2006;
Tenner et all., 1999).

Penyakit Parkinson paling banyak dialami pada usia lanjut yang berkisar antara
usia 40-70 tahun, rata-rata pada usia 58-62 tahun dan sekitar 5% muncul pada usia
dibawah 40 tahun (PERDOSSI, 2008). Insiden lebih tinggi pada laki-laki, ras kulit

4
putih dan didaerah industry tertentu, insidensi terendah terdapat pada populasi Asia
dan kulit hitam Afrika. Faktor lingkungan memiliki peranan penting dalam
menimbulkan penyakit ini (Sharma, 2008).

2.3 Etiologi

Penyakit Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel saraf di bagian otak yang
meproduksi dopamine.Dopamine berfungsi mengontrol dan mengkoordinasikan
gerakan tubuh.Penyebab rusaknya sel-sel saraf penghasil dopamine ini belum
diketahui jelas penyebabnya atau idiopatik, tidak ditemukan sebab genetic yang
jelas dan tidak, tetapi beberapa faktor yang berperan antara lain :

a. Genetik
Para peneliti telah mengidentifikasi mutasi genetik tertentu yang dapat
menyebabkan penyakit Parkinson, tetapi ini jarang terjadi kecuali pada kasus
dalam keluarga sebagai akibat dari gen yang rusak yang dapat diwariskan
b.Penggunaan Obat
Penggunaan obat yang berlebihan atau dalam jangka waktu yang lama, seperti
antipsikotis dan antihipertensi methyldopa dan reserpine serta penggunaan obat-
obatan terlarang.
c. Paparan Racun Lingkungan

Paparan racun tertentu atau faktor lingkungan dapat meningkatkan risiko


penyakit Parkinson kemudian, tapi risikonya relatif kecil.Paparan pestisida dan
herbisida yang digunakan dalam pertanian dan polusi industry atau lalu lintas
dapat menyebabkan kondisi tersebut.Zat kimia yang dapat sangat berisiko
manyebabkan penyakit ini seperti (1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine
(MPTP), CO, Mn, Mg, CS2, methanol, etanol, dan sianida), penggunaan
herbisida dan pestisida.

e. Penyakit

Berbagai kondisi penyakit yang dapat mencetuskan Parkinson, yakni:

1. Encephalitis virus,peradangan otak langkayang diikuti infeksi (Flu)


2. Trauma kepala berulang (misalnya, trauma terkait dengan tinju).

5
3. Gangguan penurunanlain, seperti demensia,multiple system
athropy,penurunan corticobasalganglionic, dan progressive supranuclear
palsy.
4. Gangguan struktur otak, seperti tumor otak dan stroke
5. Kelebihan cairan di sekitar otak (disebut hidrosefalus).
6. Tiroid dan gangguan paratiroid.
7. Tekanan emosional.

2.4 Klasifikasi

Penyakit parkinson dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu: (Kathleen, 2010
dan Donna D, 2009)

Tingkat I (awal) a. Kerusakan pada sebelah tungkai dan lengan


b. Sedikit kelemahan
c. Tangan dan kaki bergetar
Tingkat II (ringan) a. Kerusakan pada kedua belah tungkai dan
lengan
b. Wajah seperti berkedok
c. Gaya berjalan di serat dan pelan
Tingkat III Gangguan jalan makin meningkat
(sedang)
Tingkat IV (berat) a. Akinesia
b. Rigidity
Tingkat V (lanjut) Ketergantungan penuh

Parkinsonisme dapat di klasifikasikan sebagai berikut: (Sudoyo W, dkk, 2006).


1. Primer atau idiopatik atau paralysis agitans
a. Penyebab tidak diketahui
b. Ada peran toksik yang berasal dari lingkungan
c. Ada peran faktor genetik, bersifat sporadis
2. Sekunder atau akuisita
a. Timbul setelah terpajan suatu penyakit/zat
b. Infeksi dan pasca infeksi otak (ensefalitis)

6
c. Terpapar kronis oleh toksin
3. Sindroma parkinson plus
Gejala parkinson timbul bersama gejala neurologi lain seperti: Progressive
Supraneural Palsy, Multiple System Atrophy, Cortical-Basal Ganglionic
Degeneration, Parkinson-Dementia-ALS Compleks of Gunam, Progressive
Palidal Atrophy, Diffuse Lewy Body Disease (DBLD)
4. Kelainan Degeneratif diturunkan (heredodegenerative disorder)
Gejala parkinsonism menyertai penyakit-penyakit yang diduga
berhubungan dengan penyakit neurologi lain yang faktor keturunan memegang
peranan peran sebagai etiologi.

2.5 Anatomi Fisiologi

Basal Ganglia
Basal Ganglia adalah kumpulan subcortical nucley pada forebain yang terletak
di bagian anterior dari ventrikel lateral. Secara umum Basal Ganglia terlibat dalam
proses pengendalian gerakan. Contohnya penyakit Parkinsons yang disebabkan oleh
proses degenerasi neuron-neuron yang terletak pada midbrain yang mengirim axson
ke bagian Basal Ganglia. Penyakit tersebut memiliki symptom seperti munculnya
kelemahan otot, tremor (gemetaran), hambatan keseimbangan dan kesulitan dalam
melakukan gerak (kaku).
Basal Ganglia terdiri dari globus pallidus yang terletak di bagian lateral dari
thalamus di setiap sisi hemisphere, putamenyang terletak di bagian lateral globus
pallidus, caudate yang merupakan bagian yang panjang dan melingkar di bagian
ujung anterior putamen, serta amygdala yang juga merupakan bagian dari sistem
limbic. Caudate dan putamen di kenal pula sebagai striatum yang berfungsi
memproduksi dopamin.

7
2.6 Patofisiologi (Manifestasi Klinis, Faktor Risiko, Komplikasi)

8
2.6.1 Manifestasi Klinis
Sejalan dengan berlangsungnya penyakit,tanda dan gejala ini biasanya
semakin memburuk dan mempengaruhi kemampuan pasien untuk bekerja dan
menjalankan fungsinya.Tanda dan gejala primer yakni tremor pada saat istirahat,
kekakuan otot, bradikinesia dan hilangnya reflek postural.Gejala sekunder dan
otonom juga dapat terjadi.

a. Gejala Primer

Gejala primer ini terdiri dari 4 gejala utama atau biasa disebut TRAP (Tremor,
Rigidity, Akinesia/Bradykinesia, Postural Instability).

1. Tremor

Pada pasien Parkinson gejala yang paling khas terjadi adalah tremor istirahat
(Rest Tremor). Tremorbiasanyahadirhanya padasatu sisitubuhdalam
tahapawalParkinson, tetapi dapat menyebar kesisi lainsebagaipenyakit
berkembang. A"pil-bergulir" tremorsangatkarakteristik
danmunculmeskipunseseorangbergulirpilantaraibu jari dan telunjuk. (National
Institute of Neurological Disorders and Stroke[NINDS], 2006).

Tremor dapat menghilang jika otot berelaksasi total ataupun dengan melakukan
gerakan. Faktor fisik dan emosi dapat mencetuskan timbulnya tremor ini.

2. Kekakuan OtotatauRigidity

Kekakuan otot, dapatdirasakan di seluruhrentangsaat


melakukangerakan.Biasanya,
kekakuanParkinsoniditandaisebagaihipertonisitasototyang
mengakibatkankekakuangerakdansering dikaitkan dengannyeri (aching)dan
ketidaknyamanan(Nutt & Wooten, 2005).

3. Pergerakkan melambat atau Akinesia/Bradykinesia

Mengacu padalambatnyagerakan, hal ini seringtehyang paling menonjoldan


melumpuhkangejala, menyebabkan kesulitandalamberjalan, saat mengubahposisi,
berbicara dan menelan(NINDS, 2006).

9
4. Hilangnya Refleks Postural atauPostural Instability

Hilangnya refleks postural mengacu padakesulitanbalancingyang dihasilkan


dariberkurangnyarefleksyang memungkinkanseseoranguntuk
menjagakeseimbangan(NINDS, 2006).Pasienakanmengalami
kesulitantinggalseimbangdan bahkandapat jatuhketika mengubahposisi.

b. Gejala Sekunder

Gejala sekunder sering terjadi dari kombinasi gejala primer.

1. Hipomimia

Disebut juga penurunan ekspresi wajah (masked face) yang dihasilkan dari
gangguang otot wajah dengan bardikinesia.

2. Hipokinetik Disartria

Ditandai adanya ketidakmampuan proses produksi bunyi bicara akibat


penurunan gerak dari otot-otot organ bicara terhadap ransangan dari saraf
pusat.

3. Hipoponia

Suara tidak jelas(teredam), yang dihasilkan darikurangnya


koordinasidalamototvokal. Sama dengan otot-ototyang
digunakanuntukmenelanmenjadi kaku, menyebabkan disfagia

4. Micrographia

Tulisan tanganmengecil, hasildarikekakuan danbradikinesiadi tangan.

(Jankovic, 2006)

c. Gejala Otonom

Gejala otonom bisa terjadi, dan gejala ini tidak berhubungan dengan
pergerakkan, seperti konstipasi, hipotensi orthostatic, disfungsi seksual, keringat
berlebihan, inkontinensia dan gejala umum lainnya.(Jankovic, 2006)

d. Gejala Neuropsikiatrik

10
Perubahanneuropsikiatridangangguankognitiftermasukdimentiadiperkirak
anterjadi pada30% pasien. Sampai dengan60% orang dengan PDmungkin
menderitadepresi. Depresipada populasi inimungkin sulituntuk mendeteksi,
karena banyakgejalayangmirip denganPD, seperti kehilanganekspresi wajah,
motor dan perlambatanmental,dan kesulitankognitif(Calne, 2003).

2.6.2 Faktor Risiko


Faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit Parkinson, antara lain :

a. Usia

Dewasa mudajarangmengalamipenyakit Parkinson. Inibiasanyadimulaipada usia


pertengahanatau akhir, danrisikomeningkat dengan usia. Orang
biasanyamengembangkanpenyakitsekitar usia>50.

b. Jenis Kelamin

Pria lebihmungkin untuk mengembangkan penyakitParkinson dibandingkanwanita.


Merokok juga dapat mempercepat Parkinson semakin berprogresif buruk,sehingga
dapat dikaitkan dengan pria yang cenderung lebih sering merokok dari wanita.
Insiden lebih tinggi pada laki-laki, ras kulit putih dan didaerah industry
tertentu(Sharma, 2008).

c. Ras

Dimana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson, insidensi
terendah terdapat pada populasi Asia dan kulit hitam Afrika(Sharma, 2008).

d. Lingkungan

Paparanberkelanjutanterhadap herbisidadan pestisidadapatmenempatkan


seseorangpada risikoyang lebih besar. polusi industry atau lalu lintas dapat
menyebabkan kondisi tersebut. Di lihat dari sisi Pekerjaan, khususnya petani
karena risiko terpapar pestisida/herbisida lebih besar.. Faktor lingkungan
memiliki peranan penting dalam menimbulkan penyakit ini (Sharma, 2008).

2.6.3 Komplikasi
1. Cedera Akibat Jatuh

11
Pada penderita parkinson, pasien mengalami gangguan mobilitas, rigiditas dsb,
sehingga sangat beresiko untuk jatuh dan akhirnya menimbulkan cedera yang
cukup serius.

2. Aspirasi Makanan (Tersedak)

Kemampuan menelan pada pasien Parkinson menurun, sehingga jika diberikan


makanan dalam bentuk padat perlu pengawasan ekstra karena beresiko tersedak
dan jika terjadi tersedak pada pasien ini sangat berbahaya karena pasien
Parkinson juga mengalami kesulitan bernapas.

3. Infeksi Saluran Kemih

Pasien Parkinson mengalami inkontinensia (tidak bisa mengontrol kandung


kemih) sehingga kencing tidak bisa dikontrol, oleh sebab itu diperlukan kateter
untuk membantu pengeluaran kemih yang terkontrol. Penggunaan kateter dalam
jangka waktu yang panjang, beresiko menimbilkan infeksi akibat bakteri sehingga
menimbulkan infeksi saluran kemih.

4. Kerusakan Kulit
Pasien Parkinson memiliki kulit yang lembab dan berkeringat, ditambah dengan
gerakan yang kaku yang dapat menimbulkan luka goresan dan juga mudah
diinfeksi bakteri karena medianya yang lembab, oleh sebab itu perlu diperhatikan
kebersihan dari kulit pasien agar tidak terjadi kerusakan kulit akibat gesekan dan
infeksi.
5. Depresi
Depresi merupakan satu masa tergantungnya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan
pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,
putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).
6. Dimensia
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektualdan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -
hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan
dayaingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan

12
sehari-hari(Nugroho, 2008).Demensia terjadi pada sekitar 20% gingga 60% orang
yang menderita penyakit Parkinson (Parkinson disease) (APA,2000).

2.7 Proses Keperawatan pada Pasien Parkinson

2.7.1 Pengkajian Keperawatan


1. Anamnesa

a. Identitas Pasien
Nama :
Umur : Lebih sering pada usia lanjut, pada rentang usia 50-60
tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki lebih beresiko terkena penyakit Parkinson
daripada Perempuan
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :
Suku Bangsa : Ras kulit hitam jarang terkena penyakit Parkinson.
Tanggal/Jam MRS :
Nomor Register :
Diagnosa Medis :

A. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama yang sering dirasakan oleh pasien yang
mengidap penyakit Parkinson yaitu gangguan gerakan, kaku otot, tremor
menyeluruh, kelemahan otot dan hilangnya refleks postural.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien yang mengidap penyakit Parkinson biasanya pasien sering
mengeluhkan adanya tremor unilateral pada tangan, lengan dan bagian lain
seperti kepala. Karakteristik tremor biasanya berupa : Gerakan lambat,
gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan,
serta gerakan pada ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil

13
diantara jari-jari. Keadaan ini meningkat apabila pasien sedang berkonsentrasi
atau merasa cemas dan keadaan ini muncul pada saat pasien istirahat.
Keluhan lain pada pasien dengan penyakit Parkinson meliputi perubahan pada
sensasi wajah, sikap tubuh dan gaya berjalan, rigiditas deserebrasi,
berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit
menelan, konstipasi dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-
obatan antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Untuk mengkaji riwayat kesehatan pasien, dapat dikaji menggunakan PQRST
:
(Contoh Keluhan Utama : Kaku otot)
P (Palliative/Provocative) : Mengapa bisa terjadi kaku otot? / Apa yang
menyebabkan terjadinya kaku pada otot? /
Upaya apa yang dilakukan pada saat timbul
kaku otot?
Q (Quality/Quantities) : Seberapa berat kekakuan otot dirasakan? /
Seberapa banyak aktivitas yang terganggu akibat
kaku otot?
R (Region/Radiation) : Di daerah mana kaku otot dirasakan?
S (Scale/Severity) : Berapa skala terberat yang ditimbulkan kaku
otot terhadap aktivitas?
T (Time) : Sejak kapan gejala kaku otot dirasakan? /
Berapa lama gejala kaku otot dirasakan?

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya tidaknya riwayat
Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit Jantung, Anemia, penggunaan obat-
obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan Penggunaan obat-obat
antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Walaupun penyakit Parkinson tidak ditemukan hubungan sebab genetik
yang jelas tetapi pengkajian riwayat penyakit keluarga terdahulu yang
menderita penyakit hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk melihat

14
adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya
penyakit.

B. Data Biologis
a. Pola Kehidupan Sehari-hari
Pengkajian pola kehidupan meliputi nutrisi cairan dan elektrolit, eliminasi,
istirahat, dan tidur serta personal hygiene. Data ini diperlukan untuk
melihat kebutuhan dasar mana yang terganggu pada pasien dengan
penyakit Parkinson.
b. Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan penyakit Parkinson pada umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan tanda-tanda vital, meliputi bradikardia, hipotensi,
dan penurunan frekuensi pernapasan. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan
mengelompokkan persistem
1. B1 (Breathing)

Gangguan fungsi pernapasan : berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivasi,


aspirasi makanan atau saliva, berkurangya fungsi pembersihan saluran napas.

Inspeksi Umum : Didapatkan pasien batuk atau penurunan kemampuan


batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas, dan penggunaan
obat bantu napas.

Palpasi : Taktil premitus seimbang kanan dan kiri.

Perkusi : Adanya suara resonan pada seluruh lapang paru.

Auskultasi : Bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronki


pada pasien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada pasien dengan inaktivitas.

2. B2 (Blood)

Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri : otot-otot lelah karena rigiditas.

15
3. B3 (Brain)

Inspeksi Umum : didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara


umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.

Pengkajian Tingkat Kesadaran : Tingkat kesadaran pasien biasanya


compos mentis dan juga bergantung pada aliran darah serebral regional
menurun yang mengakibatkan perubahan pada status kognitif pasien.

Pengkajian Fungsi Sereberal : Status mental pasien mengalami perubahan


yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi,
penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Pemeriksaan Saraf Kranial : Pengkajian saraf kranial meliputi pemeriksaan


saraf kranial I-XII.

Saraf I : Biasanya pada pasien cedera tulang belakang tidak ada kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.

Saraf II : Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, dimana sesuai


tingkat usia yang tua biasanya pasien dengan penyakit Parkinson
mengalami penurunan ketajaman penglihatan.

Saraf III, IV, dan VI : Gangguan saraf okulomotorius, sewaktu melakukan


konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata. Gerakan kedua bola matau
untuk menatapkan mata pada sesuatu tidak selalu berjalan searah, melainkan
bis juga berjalan ke arah yang berlawanan.

Saraf V : Pada pasien dengan penyakit Parkinson umumnya didapatkan


perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah maka terlihat
ekspresi wajah mengalami penurunan dimana saat bicara wajah seperti
topeng (sering mengedipkan mata).

Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal.

Saraf VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis dan penurunan aliran darah regional.

16
Saraf IX dan X : Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan.

Saraf XI : Tidak ada atrofi otot stenokleidomastoideus dan trapezius.

Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecap normal.

Pengkajian Sistem Motorik : Inspeksi umum, didapatkan perubahan pada


gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh
gerakan, pasien sering mengalami rigiditas desebresi.

- Tonus otot : dapat meningkat.


- Keseimbangan dan Koordinasi : didapatkan mengalami gangguan karena
adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
Manifestasi utama penyakit Parkinson yaitu gangguan gerakan, kaku otot,
tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.
Tanda awal adalah kaku ekstremitas dan kaku pada semua gerakan.
Kesuliatan dalam memulai, mempertahankan, dan membentuk aktivitas
motorik dan lambat dalam menghasilkan aktivitas normal. Berlanjutnya
penyakit ditandai dengan adanya tremor. Seringkali pada salah satu tangan
dan lengan, kemudian dibagian yang lain, dan akhirnya dibagian kepala,
walaupun tremor ini tetap unilatera.
Karakteristik tremor dapat berupa : lambat, gerakan membalik (Pronasi-
Supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, serta gerakan ibu jari
terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari.

Pengkajian Refleks : Terdapat kehilangan refleks postural, jika pasien


mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan
dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan
hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan dan kebelakang) dapat
menimbulkan sering jatuh.

Pengkajian Sistem Sensorik : Karena usia yang sudah lanjut, pasien dengan
penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi semsorik secara
progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati.

17
4. B4 (Bladder)

Penurunan refleks kandung kemih area perifer yang dihubungkan dengan


disfungsi kognitif dan persepsi pasien secara umum. Pasien mungkin
mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, serta ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril.

5. B5 (Bowel)

Pemenuhan nutrisi berkurang sehubungan dengan intakenutrisi yang kurang


karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot, dan adanya tremor
menyeluruh. Penurunan aktivitas umum pasien sering mengalami konstipasi.

6. B6 (Bone)

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, serta


tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-
hari. Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh
gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.

C. Data Psikologis
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien untuk menilai respons
emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Apakah ada dampak yang
ditimbulkan seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, tanda depresi, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan
terahdap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Lihat juga manifestasi yang
muncul seperti penurunan kognitif, persepsi, dan penurunan memori (ingatan),
manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi (akut)
yang umumnya terjadi pada lansia.

18
D. Data Sosial dan Spiritual
Mengkaji adanya perubahan peran dan hubungan karena pasien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi akibat gangguan bicara, serta
respon dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga
ataupun dalam kehidupan masyarakat.
E. Data Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium atau pencitraan yang dapat memastikan
diagnosis Penyakit Parkinson. Tujuan pemeriksaan tersebut untuk menyingkirkan
diagnosis banding. Pemeriksaan pencitaraan yang dipakai untuk membantu
mengadakan diagnosis penyakit Parkinson adalah Positron Emission Tomography
(PET) dan Signal Photon Emission CT (SPECT) tetapi tidak dianjurkan sebagai
standar (George D, 2009).

2.7.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koodinasi.
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor,
perlambatan dalam prosesmakan, serta kesulitan mengunyah dan menelan.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,
perlambatan bicara, ketidakmampun menggerakkan otot-otot wajah.
5. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsu
karena perkembangan penyakit.

2.7.3 Intervensi Keperawatan


1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot.
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam pasien mampu melaksanakan aktifitas fisik
sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria :Pasien dapat ikut serta dalam program pelatihan, tidak terjadi kontraktur
sendi, bertambahnya kekuatan otot, dan pasien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas.

19
Intervensi Rasional
Lakukan program latihan meningkatkan Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,
kekuatan otot. menurunkan kekuatan otot, dan mencegah
kontraktur bila otot tidak digunakan.
Lakukan latihan postural. Latihan postural untuk melawan
kecenderungan kepala dan leher tertarik ke
depan dan ke bawah.
Ajarkan teknik berjalan khusus: Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari
Ajarkan untuk berkonsentrasi pada untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret
berjalan tegak, memandang lurus ke dan kecenderungan tubuh condong ke depan.
depan,dan menggunakan cara berjalan
dengan dasar lebar (misalnya berjalan
dengan kaki terpisah).
Pasien dianjurkan untuk latihan berjalan
serupa dengan barisan musik marching
atau suara birama lagu, karena hal ini
memberikan rangsangan sensori;
Latihan bernafas sambil berjalan
membantu untuk menggerakkan rangka
tulang rusuk dan transpor oksigen untuk
mengisi bagian paru-paru yang miskin
oksigen;
Periode istirahat yang sering untuk
membantu pencegahan frustasi dan
kelelahan.
Anjurkan mandi hangat dan masase otot. Mandi hangat dan masase membantu otot-
otot rileks pada aktifitas pasif dan aktif serta
mengurangi nyeri otot akibat spasme yang
mengakibatkan kekakuan.
Bantu pasien melakukan latihan ROM, Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
perawatan diri sesuai toleransi. kemampuan.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk Peningkatkan kemampuan dalam mobilisasi
latihan fisik pasien. ektremitas dapat ditingkatkan dengan latihan

20
fisik dari tim fisioterapi.

2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,


menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koodinasi.
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam keperawatan diri pasien terpenuhi.
Kriteria :Pasien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat
diri, pasien mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuannya,dan mengidentifikasi /personal/masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi Rasional
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan Pasien dalam keadaan cemas dan tergantung
pasien dan bantu bila perlu. hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi
dan harga diri klen.
Ajarkan dan dukung pasien selama aktifitas. Dukungan pada pasien selama aktifitas
kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan
perawatan diri.
Rencanakan tindakan untuk defisit Pasien akan mampu melihat dan memakan
penglihatan seperti tempatkan mkanan dan makanan, akan mampu melihat keluar
peralatan dalam suatu tempat, dekatkan masuknya orang ke ruangan.
tempat tidur ke dinding.
Modifikasi lingkungan. Modifikasi lungkungan diperlukan untuk
mengompensasi ketidakmampuan fungsi.
Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur. Penggunaan pagar di sekeliling tempat tidur,
baik tempat tidur dirumah sakit maupun
dirumah, atau sebuah tali yang diikatkan pada
kaki tempat tidur, agar pasien mendorong diri
untuk bangun tanpa bantuan orang lain.
Kaji kemampuan komunikasi untuk BAK, Ketidakmampuan komunikasi dengan
kemampuan menggunakan pispot, urinari. perawat dalam pengosongan urinari dapat
Antarkan pasien jika kondisi tidak menimbulkan masalah neurogenik.
memungkinkan.
Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum Meningkatkan latihan dan menolong
dan meningkatkan aktifitas. pencegahan konstipasi

21
Kolaborasi : Pertolongan utama terhapad fungsi usus atau
Pemberian supositoria dan pencahar; defekasi
Konsul ke dokter terapi okupasi. Untuk mengembangkan terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus.

3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


tremor, perlambatan dalam prosesmakan, serta kesulitan mengunyah dan
menelan.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria : Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. Memperlihatkan kenaikan
berat badan sesuia dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
Intervensi Rasional
Evaluasai kemampuan makan pasien. Pasien mengalami kesulitan untuk
mempertahankan berat badan, mulut pasien
kering dengan obat obatan yang di konsumsi
dan mengalami kesulitan mengunyak dan
menelan.
Observasi/timbang berat badan jika Agar pasien tidak mengalami kehilangan
memungkinkan. berat badan (7-10%) dan kekurangan intek
nutrisi katabolisme, kandungan glikogen
dalam otot dan kepekaan terhadap
rangsangan.
Menejeman mencapai kemampuan menelan. Meningkatkan kemampuan pasien dalam
Gangguan tremor disebabkan oleh tremor menelan dan dapat membantu pemenuhan
pada lidah, ragu-ragu dalam memulai nutrisi pasien via oral
menelan, kesulitan dalam membentuk Mencegah terjadinya kelelahan,
makanan dalam bentuk bolus. memudahkan masuknya makanan dan
Makanan setengah padat dengan sedikit mencegah gangguan pad lambung.
air memudahkan untuk menelan.
Pasien di ajurkan menelan secara
berurutan.
Pasien di ajarkan untuk meletakkan

22
makanan di atas lidah, menutup bibir dan
gigi dan menelan.
Pasien di anjurkan untuk mengunyah
pertama kali pada satu sisi mulut dan
kemudian ke sisi lain.
Untuk mengontrol saliva, pasien
dianjurkan untuk menahan kepala tetap
tegak dan membantu keadaan sadar untuk
menelan.
Masase otot wajah dan leher sebelum
makan dapat membantu.
Berikan makanan kecil dan lunak.
Anjurkan pemberian cairan 2.500 cc/hari Mencegah terjadinya dehidrasi akibat
selama tidak terjadi gangguan jantung. penggunaan ventilator selama tidak sadar dan
mencegah terjadinya konstipasi.
Monitoring pemakaian alat bantu. Penggunaan piring stabil, cangkir yang tidak
pecah bila jatuh, dan alat-alat makan yang
dapat digenggam sendiri di gunakan sebagai
alat bantu.
Kolaborasi lakukan pemeriksaan Memberi infiormasi yang tepat tentang
labolatorium yang diindikasikan seperti ; keadaan nutrisi yang di butuhkan pasien.
serum, transferin, BUN/kreasinin dan
glukosa.

4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume


bicara, perlambatan bicara, ketidakmampun menggerakkan otot-otot wajah.
Tujuan : Dalam waktu 2x 24 jam pasien mampu membuat teknik/metode komunikasi
yang dapat dimengerti suseai kebutuhan dan meiningkatkan kemampuan
berkomunikasi.
Kriteria :Pasien dapat berkomunikasi dengan sumber kemampuan yang ada.
Intervensi Rasional
Menentukan cara cara komunikasi, seperti Mempertahankan kontak mata agar pasien

23
mempertahankan kontak mata, pertanyaan interes selamat komunikasi. Jika pasien dapat
dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan menggelengkan kepala dan memberikan
kertas dan pensil/bolpoin, gambar atau isyarat sederhana lebih baikdengan
papan tulis, bahasa isyarat, penjelas arti dari menggunakan pertanyaan ya/tidak.
komunikasi yang disampaikan. Kemampuan menulis kadang-kadang
melelahkan pasien, selain itu dapat membuat
frustasi dalam upaya memenuhi kebutuhan
komunikasi. Keluarga dapat bekerja sama
membantu kebutuhan pasien.
Letakkan bel/lampu panggilan di tempat Ketergantukan pasien dalam ventilator akan
yang mudah dijangkau, dan berikan lebih baik dan rileks, perasaan aman, dan
penjelasan cara menggunakannya. Jawab mengerti bahwa selama menggunakan
panggilan tersebut dengan segera.penuhi ventilator perawat akan memenuhi segala
kebutuhan pasien. Katakan pada pasien kebutuhannya dan ada setiap saat ketika
bahwa perawat siap membantu setiap saat. pasien membutuhkan bantuan.
Buatlah catatan di kantor perawatan tentang Meningkatkan staf perawatan untuk berespon
keadaan pasien yang tidak dapat berbicara. dengan pasien selama memberikan
perawatan.
Buat rekaman pembicaraan pasien. Rekaman pembicaraan pasien membantu
perawat dalam memantau perkembangan
pasien. Amplifier kecil membantu bila
pasien mengalami kesulitan mendengar.
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat Keluarga dapat merasakan akrab dengan
dengan pasien untuk berbica dengan pasien, pasien berada dekat pasien selama berbicara,
memberikan informasi tentang keluarganya dengan ini pasien merasakan kontak nyata
dan keadaan yang sedang terjadi. seperti merasakan kehadiran anggota
keluarga yang dapat mengurangi perasaan
kaku.
Kolaborasi dengan alhi wicana bahas. Ahli terapi wacana bahas dapat membantu
dalam membentuk peningkatan latihan
percakapan dan membantu petugas kesehatan
untuk mengembangkan metode komunikasi
untuk memenuhi kebutuhan pasien.

24
5. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi
karena perkembangan penyakit.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam koping individu menjadi efektif.
Kriteria : Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi mampu menyatakan
penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menghubungkan
perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri
yang negatif.

Intervensi Rasional
Dukung kemampuan koping. Kepatuhan terhadap program latihan berjalan,
membantu memperlambat kemajuan
penyakit.
Catat ketika pasien menyatakan terpengaruh Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh
seperti sekarat atau mengingkaridan atau perasaan negatif terhadap gambaran
menyatakan inilah kematian. tubuh dan kemampuan yang menunjukkan
kebutuhan dan intervensi serta dukungan
emosional.
Monitoring gangguan tidur pasien. Mengindikasikan terjadinya depresi
umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
stroke dimana memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut.
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh. Mengurangi perasaan pasien yang sering
merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan
dam merasa sendiri dengan di bantu dan di
dukung untuk mencapai tujuan yang di
tetapkan (meningkatnya mobilitas).
Bentuk dan anjurkan perawatan yang baik Membantu meningkatkan perasaan harga diri.
dengan memperbaiki kebiasaan nya dan Membantu mencegah waktu tidur yang
berikan program aktivitas pada keseluruhan terlalu banyak yang dapat mengarah pada
hari. tidak adanya keinginan dan apatis. Upaya ini

25
dibuat untuk mendukung pasien keluar dari
tugas tugas yang termasuk koping dengan
kebutuhan mereka setiaphari dan untuk
membentuk pasien mandiri.
Anjurkan orang yang terdekat untuk Menghidupkan kembali perasan kemandirian
mengizinkan dan mendukung pasien dan membantu perkembangan harga diri serta
melakukan sebanyak banyaknya hal-hal memengaruhi proses rehabilitasi. Pasien
untuk dirinya seperti peningkatan minat atau dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
partisipasi dalma aktivitas rehabilitas. pngertian tentang peran individu masa
mendatang.
Kolaborasi : rujukan pada ahli Memfasilitasi pasien perubahan peran yang
neuropsikologi dan konseling bila ada penting untuk perkembangan perasaannya.
indikasi. Dukungan dan partisipasi kelompok dapat
menolong mengurangi depresi yang juga
sering muncul.

Catatan :

Berikut ini merupakan penatalaksanaan pasien Parkinson, baik dari aspek farrmakologi dan
non-farmakologi.

A. Farmakologi pada Parkinson disease (PD)

1. Levodopa

Dopa adalah senyawa asam amino yang mirip dengan dopamine dan norepinefrin,
levodopa merupakan salah satu turunan dopa. Pada penderita Parkinson, dimana
terdapat deficit dopamine di dalam otak, pemberian dopamine dari luar tidak dapat
masuk ke sawar otak, tetapi senyawa yang mirip yaitu levodopa dapat masuk ke dalam
otak melalui pengangkut asam l-amino. Levodopa diserap secara cepat di usus halus,
dimetabolisme perifer dan diubah menjadi senyawa lain sehingga 70% dari levodopa
yang konsumsi di metabolisme di usus, 30% berhasil masuk ke plasma darah dan hanya
1-3% levodopa yang berhasil masuk ke dalam otak. Penggunaan levodopa akan lebih
efektif jika dikombinasikan dengan inhibitor yang menurunkan metabolisme levodopa
di perifer yaitu karbidopa, dengan kombinasi levodopa-karbidopa persentase levodopa

26
dimetabolisme di usus menurun menjadi 40%, yang berhasil masuk plasma darah 60%
dan yang berhasil masuk ke dalam otak adalah 10%. Levodopa dapat menghilangkan
semua gejala klinis dari Parkinson.

Cara Pemberianlevodopa-karbidopa yaitu saat 30-60 menit sebelum makan, terapi


dimulai dengan dosis rendah kemudian ditinggikan (mis. 25mg /100mg karbidopa-
levodopa menjadi 25mg/250mg karbidopa-levodopa) diberikan 3 kali dalam sehari.

Efek samping dari obat ini diantaranya anoreksia, mual muntah, aritmia, depresi,
cemas, agitasi, insomnia, somnolen, kebingungan, waham, halusinasi, mimpi buruk,
euphoria, perubahan suasana hati dan kepribadian, dyskinesia, glaucoma akut, kelainan
pengecapan dan penghidu, kecoklatan pada air liur, urin dan cairan vagina dan
semuanya bersifat sementara.

2. Agonis Reseptor Dopamin

Merupakan obat yang bekerja langsung pada reseptor dopamine tanpa perlu
dimetabolisme dan tidak bersaing dengan zat lain ketika transport aktif ke dalam sawar
otak.

a. Pramipeksol
Obat ini agonis dopamine yang masuk melalui reseptor D3, digunakan untuk
mengobati Parkinson ringan, diberikan secara oral tiga kali sehari, dosis awal rendah
kemudian secara bertahap dinaikkan.
b. Ropinirol
Merupakan agonis dari reseptor D2, digunakan untuk Parkinson ringan dan cara
untuk memperlancar respons terhadap levodopa pada pasien penyakit Parkinson
tahap lanjut. Diberikan secara oral, tiga kali sehari, dosis awal rendah dan dinaikkan
secara bertahap (0,25mg/hari kemudian naik 0,75mg di minggu selanjutnya sampai
naik 1,5mg).
c. Rotigotin
Agonis ini diberikan dengan menempelkannya di kulit, diberikan pada Parkinson
stadium dini, manfaat dan efek sampingnya sama seperti agonis dopamine lainnya,
tetapi menimbulkan Kristal di tempat tempelan.
d. Bromokriptin

27
Agonis reseptor D2, dosis harian antara 7,5mg hingga 30mg per hari, dosis
ditingkatkan secara bertahap, sudah tidak lagi dipakai sebab digantikan oleh
berbagai jenis agonis dopamine yang lebuh baru.
e. Pergolid

Agonis reseptor D1 dan D2, sudah lama tidak dipakai dikarenakan efek sampingnya
yang menimbulkan penyakit katup jantung.

Efek samping dari penggunaan agonis dopamine diantaranya anoreksia, mual


muntah, konstipasi, dyspepsia, hipotensi postural, vasospasme pada jari tangan,
edema perifer, dyskinesia, gangguan mental; kekacauan berpikir, waham, halusinasi,
perilaku kompulsif, nyeri kepala, hidung tersumbat, meningkatnya kewaspadaan,
semuanya bersifat sementara sampai obat dihentikan.

3. Inhibitor Monoamin Oksidase

Merupakan suatu inhibitor yang memperlambat penguraian dopamine, sehingga


memperlama efek dari obat levodopa, dan juga dapat digunakan untuk terapi terhadap
pasien yang respons terhadap levodopa menururn atau fluktuatif.
Ada dua jenis inhibitor, yang pertama adalah selegilin, diberikan 5mg saat sarapan dan
5mg saat makan siang, Yang kedua adalah rasagilin, diberikan 1mg per hari. Rasagilin
lebih poten daripada selegilin. Pemberian obat ini haris dihindari pada kombinasi
levodopa-karbidopa karena dapat menimbulkan krisis hipertensi.

4. Inhibitor Katekol-O-Metiltransferase

Kerja obat ini adalah mengurangi metabolisme levodopa pada perifer, sehingga dapat
mencapai otak dalam kadar yang lebih besar. ada dua jenis obat ini yaitu tolkapon dan
entekapon, tolkapon memiliki efek sentral dan perifer sementara entekapon hanya berefek
pada perifer, oleh karenanya penggunaan entekapon lebih disukai. Dosis tolkapon 100mg
tiga kali sehari, dan entekapon 200mg diminum bersama levodopa diminum 5 kali sehari.

5. Apomorfin

Merupakan suatu agonis dopamine poten, meredakan secara temporer (rescue"),


diberikan secara subkutis, cepat diserap ke dalam darah dan ke dalam otak, dosis 3-6mg
per pemberian, maksimal 10mg/hari. Menimbulkan mual yang mengganggu sehingga

28
dianjurkan praterapi antiemetic trimetobenzamid 300mg/ hari selama tiga hari
sebbelum pemberian apomorfin.

6. Amantadin

Suatu antivirus yang secara kebetulan memiliki efek antiparkinsonisme karena


mengantagonisasi reseptor A2A, yang menghambat fungsi reseptor D2.

7. Obat Penghambat Asetilkolin

Obat antimuskarinik digunakan untuk mengatasi tremor dan rigiditas pada penderita
parkinsonisme.

Obat Dosisharianlazim (mg)


Benztropinmesilat 1-6
Biperiden 2-12
Orfenadrin 150-400
Prosiklidin 7,5-30
Triheksifenidil 6-20
Tabel 1. Obat antimuskarinik yang digunakan pada parkisonisme

Penghentian obat ini harus diturunkan dosisnya secara bertahap, efek nya merugikan
susunan saraf pusat dan perifer, sulit ditoleransi oleh pasien lansia.

8. Antidepresan Trisiklik

Merupakan salah satu obat yang bekerja sebagai inhibitor penyerapan ulang serotonin
dan norephineprin, digunakan dalam depresi yang tidak berespons terhadap obat jenis
SSRI, untuk menghilangkan Nyeri, enuresis, dan insomnia. Popularitas pemakaiannya
berkurang disebabkan oleh munculnya antidepresan jenis baru yaitu SSRI dan juga
karena tolerabilitasnya kurang dibanding obat baru, sulit dipakai, dan sifatnya yang
letal jika overdosis.

9. Antikolinergik

Merupakan obat yang bekerja sebagai inhibitor asetilkolin dengan jalan menghambat
resptor muskarin yang terdapat di SSP dan organ perifer.

29
B. Non-Farmakologi

1. Latihan
Latihan yang meningkatkan kekuatan otot dan latihan postural
Latihan yang dapat dilakukan pada pasien dengan Parkinsons Disease ada berbagai
macam jenis, namun tetap harus dikonsultasikan dengan dokter dan therapist. Tujuan
yang diharapkan dari latihan pada Parkinsons Disease adalah untuk menambah
kekuatan, keseimbangan, koordinasi, dan fleksibilitas. Pilih olahraga yang
mampudimulai, dipertahankandandapattercapaitujuannya, sesuai dengan
kemampuan dari pasien tersebut.Contoh dari aktifitas fisik ringan yang bias
dilakukan oleh pasien dengan Parkinsons Disease adalah:
a. Stretching atau peregangan
Peregangan yang ringan mampu membuat badan lebih bergerak. Pasien juga
bias melakukan peregangan walaupun sedang berada diatas Kasur. Pastikan untuk
melakukan peregangan pada setiap waktu senjang. Pada setiap peregangan tahan 3
sampai 5 hitungandengannapasdalam.
b. Latihan kekuatan
Menguatkan otot dan membantu berdiri lebih tegak, membantu koordinasi
tubuh. Latihan ini juga dapat membuat tulang lebih kuat, resisten pada fraktur dan
mengurangi resiko jatuh.Latihan juga dapat meningkatkan masa otot pada pasien
dengan Parkinsons Disease terlihat dari peningkatan kecepatan berjalan,
kemampuan untuk menaiki tangga, dan mengatur keseimbangan. Pasien bias
melakukan latihan ini dirumah dengan menggunakan beban yang ringan atau bahkan
menggunakan berat badan tubuh. Bila akan menggunakan beban yang lebih berat
harus dengan pengawasan trainer atau fisioterapis.

c. Aerobic conditioning
Latihan aerobic ini dapat membantu pasien untuk menjaga keseimbangan dan
kekuatan cardio dan paru-paru dan meningkatkan stamina. Contoh olahraga aerobic
adalah berjalan, bersepeda, menari, berenang, dan lain-lain. Tujuan yang harus
dicapai pasien adalah melakukan olahraga selama 20 menit minimal 3 kali dalam
satu minggu. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter bila akan melakukan
olahraga yang baru.
d. Latihan dalam air/ aquatic exercise

30
Latihan dalam air yang dilakukan dalam air hangatakan memberikan manfaat
yang besar bagi pasien dengan Parkinsons Disease. Tekanan dalam air mampu
membantu otot yang lemah, memperbaiki postur tubuh dan keseimbangan, serta
membuat pasien bebas bergerak tanpa adanya resiko jatuh. Latihan dalam air juga
mampu meningkatkan gerak, memperbaiki tonus otot, dan mengurangi nyeri pada
area otot.
e. Range-of-motion therapy
Latihan ini dapat membantu pasien untuk meningkatkan fleksibilitas dan
mobilitas. Pada latihan ini, pasien dianjurkan untuk mengangkat tangan secara
maksimal untuk membuat otot dan sendi bergerak. Jika pasien sudah kehilangan
fleksibilitasnya, harus dilakukan terapi dengan mesinoleh teraphist untuk membantu
dalam latihan ini.
f. Latihan Treadmill
g. Alternative forms of exercise (Yoga)
h. Practice of movement strategies

2. Edukasi
Pendidikan Kesehatan menurut Smeltzer tahun 2008 adalah sebagai berikut
1. Menjelaskan penyakit parkinson dan mendiskusikan efek jangka panjang.

2. Mengidentifikasi regimen medikasi dan menjelaskan efek dari medikasi dan


bagaimana cara penggunaan obat.
3. Mendiskusikan dengan pasien mengenai resiko cedera, cegah jatuh dan
bagaimana cara mengimplementasikan di rumah.

4. Deskripsikan kebutuhan nutrisi, pembatasan diet, manajemen dyspagia, dan cara


untuk mencegah aspirasi.

5. Memanage konstipasi : asupan cairan, dan bowel routines

6. Memanage masalah berkemih : fungsi inkontinensia, retensi (perawatan kateter


urin, perawatan kateter suprapubik)

7. Jelaskan mengenai keuntungan dari program latihan harian

8. Ajarkan cara berjalan dan menjaga keseimbangan yang aman.

31
9. Menjelaskan bagaimana cara berkomunikasi dan berbicara : latihan berbicara,
teknik komunikasi dan latihan bernapas.

10. Jelaskan mengenai tanda dan gejala infeksi agar pasien dapat mengidentifikasi
sendiri (Smeltzer Suzane, 2008).
Selain pendidikan kesehatan diatas terdapat beberapa penkes lain yaitu:
a. Meningkatkan aktiftas self-care
Ajari dan dorong pasien untuk meningkatkan self care pada kehidupan sehari-
harinya, pastikan pasien untuk berpartisipasi secara maksimal dalam hal ini.
Modifikasi lingkungan yang aman dan bebas stress juga diperlukan untuk
mengatasi keterbatasan fungsional tubuh. Misalnya di rumah sakit mungkin akan
digunakan bedside rails atau mungkin diikatkan tali pada bagian bawah tempat
tidur agar pasien dapat bangun dari tempat tidur sendiri tanpa bantuan. Therapist
akan mengkaji kebutuhan lain pasien apabila dibutuhkan alat-alat khusus untuk di
rumah.

b. Meningkatkan Nutrisi
Pada pasien dengan Parkinsons Disease ini akan sulit untuk menjaga berat
badan karena kalori dibakar pada karena kekakuan otot. Dan juga ada beberapa
hal yang menyulitkan pasien untuk makan, misalnya karena otot leher pasien
yang melemah jadi pasien akan sulit menelan dan mengunyah, sehingga pasien
beresiko untuk tersedak dan adanya penumpukan saliva di dalam mulut. Efek dari
medikasi juga akan menyebabkan mulut kering yang bisa menurunkan nafsu
makan.
Monitor berat badan pasien secara rutin setiap minggunya dengan asupan kalori
yang adekuat. Anjurkan makanan yang semisolid, dalam porsi kecil tapi sering.
Pada saat menelan anjurkan pasien sambil mengangkat sedikit untuk
mempermudah menelan dan menghindari terjadinya tersedak. Bila penyakit
sudah lebih lanjut, maka perlu dilakukan nasogastric tube atau percutaneous
endoscopic gastroscopy untuk menjaga agar nutrisi tetap adekuat. Lakukan
kolaborasi dengan ahli gizi bila diperlukan.
c. Meningkatkan kemampuan menelan
Kesulitan menelan sering terjadi pada pasien dengan Parkinsons Disease, ini
bisa terjadi karena beberapa hal karena buruknya kontrol kepala, sulitnya

32
mengunyah makanan menjadi bolus, tremor pada lidah, dan gangguan pada
motilitas kerongkongan. Untuk mengatasi masalah ini pasien dianjurkan untuk
duduk dan mengangkat sedikit kepala pada saat makan untuk mempermudah
proses menelan. Anjurkan makanan yang bertekstrur semisolid akan lebih mudah
untuk ditelan. Pastikan pasien untuk mengunyah, lalu menaruh makanan ditengah
lidah, tutup bibir dan gigi, gerakkan lidah kearah atas dan belakang, lalu telan.
Untuk mengurangi banyaknya saliva yang berkumpul dimulut, anjurkan pasien
untuk menelan secara sadar sambil menaikkan kepala. Massage otot muka dan
otot leher sebelum makan akan memberikan stimulus yang baik bagi otot.

d. Meningkatkan kemampuan komunikasi


Kerusakan pada kemampuan berbicara juga sering terjadi ada pasien dengan
Parkinsons Disease. Suaranya low-pitched, suaranya melembut, dan
berbicaranya sangat pelan. Pasien dianjurkan untuk melihat jelas bibir lawan
berbicara, berbicara dengan pengucapan semaksimal mungkin yang ia bisa,
berbicara dengan kata yang singkat, menarik naas dalam sebelum memulai
berbicara. Kolaborasi dengan speech-language pathologist (SLP)/ therapist bicara
bila diperlukan. Namun bila pasien sudah tidak bisa komunikasi secara verbal
maka therapist untuk menggunakan alat/ metode komunikasi lain seperti papan,
mechanical voice synthesizer, computer, personal digit assistant (PDA).
Terkadang pada pasien yang lansia tidak ingin memakai alat-alat elektronik.

e. Dukungan psikososisal
Pasien dengan Parkinsons Disease akan mengalami penurunan kemampuan
fisiologis tubuh dan juga perubahan penampilan tubuh, sehingga pasien akan
cenderung untuk merasa malu, bosan, kesepian. Perlu dilakukan kolaborasi
dengan psikotheraist, atau medikasi bila sudah sampai ada taha depresi. 24
Untuk menghindati hal ini terjadi bantu pasien atau keluarganya untuk terus
mendampingi pasien mencari kekuatan pasien, memberikan terus semangat
positif, pasien ikut sertakan dalam kegiatan sosialisai misalnya dengan bertemu
pasien lain dengan penyakit yang sama sebagai rehabilitasi satu sama lain, dan
adakan rekreasi sebagai salah satu hiburan bagi pasien. Semua tindakan yang
dilakukan mamu membuat pasien merasa lebih baik dan meningkatkan
kemampuan koping pasien (Smeltzert S, 2008 dan Missouri St, 2010)

33
3. Nutrisi
Status nutrisi harus dioptimalkan, hal ini ditujukkan untuk menyeimbangkan asupan
nutrisi dengan energi yang digunakan dalam fungsi motorik. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
1. Ajarkan klien untuk berpikir saat menelan-menutup bibir dan gigi bersama-sama,
mengangkat lidah dengan makanan di atasnya, kemudian menggerakkan lidah ke
belakang dan menelan sambil mengangkat kepala ke belakang. Instruksikan klien
untuk mengunyah dan menelan, menggunakan kedua dinding mulut.
3. Beritahu klien untuk mengontrol akumulasi saliva secara sadar dengan
memegang kepala dan menelan secara periodik.
4. Berikan rasa aman pada klien, makan dengan stabil dan menggunakan peralatan.
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil dan tambahkan makanan selingan (snack).
6. Monitor berat badan.

4. Pembedahan
Dilakukan pada pasien stadium lanjut yang kurang responsif terhadap
farmakoterapi.Berikut ini merupakan beberapa penatalaksanaan operasi bagi pasien
Parkinson
a. Stereotactic procedure
Thalamotomy dan pallidotomy efektif untuk mengurangi beberapa gejala dari
Parkinsons Disease.
a. Thalamotomy
Thalamotomymenghancurkanbagian darithalamusuntuk memblokiraktivitas
otakyang abnormaldari mencapaiototdan menyebabkantremor.
Diperkirakanbahwaaktivitas otakyang abnormalyang
menyebabkantremordiproses melaluithalamus. KarenaTalamotomihanya
digunakanuntuk mengontroltremor, tidak umumnya direkomendasikansebagai
pengobatan untukpenyakit Parkinson. Pada thalamotomy diberikan stimulus
stereotactic elektrik untuk menghancurkan bagian thalamus tertentu untuk
mengurangi tremor.
b. Pallidotomy
OperasiPallidotomysecara permanenmenghancurkanglobuspallidusterlalu
aktifuntuk mengurangigejala penyakitParkinson. Diperkirakanbahwa bagianotak

34
yang disebutglobus pallidusmenjadi terlalu aktifpada penyakitParkinson.
Overactivityinibertindak sepertiremdanmemperlambatataumengurangigerakan
tubuh. Perawatan inidapat menghilangkankekakuandan secara signifikan
mengurangitremor, bradikinesia, danmasalah keseimbangan.
Pallidotomyjugadapatmeningkatkan efekobatpada orangdenganbentuk
lanjutandari penyakit.Pada pallidotomy diberikan stimulus stereotactic elektrik
untuk menghancurkan bagian ventral medial globus pallidus pada penyakit yang
sudah lanjut.
Kedua tindakan ini dapat dipilih sesuai kebutuhan pasien, dan hanya dapat dilakukan
pada pasien yang sudah resisten terhadap obat antiparkinson walaupun sudah
diberikan dalam dosis yang tinggi. Kontraindikasi dari tindakan ini adalah pada
pasien dengan dementia atau atypical Parkinsons Disease.

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk memutuskan rantai saraf yang membuat
adanya tremor, kekakuan otot, bradikinesia, dan meningkatkan fungsi motorik
dan ADL dari pasien.Komplikasi dari tindakan ini yaitu hemiparesis dan stroke,
penurunan kognitif, berbicara, menelan, dan pengelihatan. Dilakukan CT scan,
MRI, x-ray atau angiogram unuk memastikan area bedah benar. Prosedur ini
hanya bisa dilakukan pada salah satu bagian otak saja, bila terjadi gangguan
bilateral dianjurkan untuk ada interval 6 bulan baru bisa melakukan tindakan
yang sama.
b. Neural Transplantation
Masih dalam pengembangan, transplantasi dilakukan dari sel neural, dari sel fetal,
atau dari sum-sum tulang belakang.
c. Deep Brain Stimulation
Stimulasi ini dinilai lebih berpengaruh daripada tindakan lain, stimulus dapat
diberikan secara unilateral maupun bilateral. Jadi akan diberikan stimulus yang
dipasang secara langsung di bagian thalamus dan disambungkan ke pulse generator
yang disimpan secara subkutan di area subclavicula atau bagian perut. Dari
generator tersebut akan mengirimkan impulse elektrik berfrekuensi tinggi ke area
thalamus sehingga elektroda tersebut dapat menghalangi alur syaraf yang
menyebabkan tremor. Komplikasi dapat terjadi pada saat implantasi alat tersebut
(Smeltzer S, 2008).

35
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Penyakit Parkinsonmerupakan suatu syndrom yang memiliki tanda dan gejala


utama yang khas denganresting-tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot, dan
hilangnya refleks-refleks postural. Penyakit Parkinson belum dapat disembuhkan
secara total, pengobatan yang dilakukan oleh pasien pernyakit Parkinson hanya
untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan.Kelainan pergerakan ini diakibatkan oleh
defek jalur dopaminergik (produksi dopamine) yang meghubungkan substansia nigra
dengan korpus striatum khususnya pada sel-sel saraftertentu(neuron) di otaksecara
bertahappecahatau mati.
Manifestasi primer yang muncul terdiri dari 4 gejala utama atau biasa disebut
TRAP (Tremor, Rigidity, Akinesia/Bradykinesia, Postural Instability).Diagnosa
utama yang sering muncul pada penyakit Parkinson : Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kendali otot. Intervensi utama :
Melakukan program pelatihan kekuatan otot (latihan postural, teknik berjalan,
ROM), selain itu juga dilakukan kolaborasi dengan phisioterapi untuk memperbaiki
fungsi motorik klien. Disertai juga dengan dilakukannyalatihan, program nutrisi dan
pembedahan yang tepat sesuai kondisi klien.Kolaborasi pemberian terapi
Farmakologi sesuai dengan instruksi dokter antara lain : Levodopa, Agonis reseptor
dopamin, Inhibitor monoamin oksidase, Antidepresan, Antihistamin.
Penyakit ini bersifat menahun dan berlangsung progresif,ketidaktahuan
masyarakat tentang pankinson dan penanganaan penyakit yang tidak tepat dari tim
medis juga dapat memperburuk kondisi yang di alami pasien.Oleh karena itu, pasien
dengan penyakit Parkinson diperlukan perawatan secara intensif disertai support
system dari keluarga, kerabat, dan tim medis. Hal ini untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien

36
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2007. BukuSakuPatofisiologi. Jakarta: EGC.

In Koo Chun et all. 2011. Design & Evaluation of Levodopa Methyl Ester Intranasal
Delivery System. Korea: Jurnal of Parkinsons Disease.

Katzung, Betram G. 2013. Farmakologi Dasar & Klinik / Editor, Betram G. Katzung, Susan
B. Masters, Anthony J. Trevor; Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika. Hal 180-192

Osborn, Kathleen S. 2010. Medical-Surgical Nursing : Preparation For Practice. USA :


Pearson Education. Inc.

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2003. Patofisiologi: KonsepKlinis Proses-proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Schapira, Anthony et. all. 2014. Movement Disorder, Vol 384. Slowing of
neurodegeneration in parkinsons disease and Huntington disease: future therapeutic
perspectives.Diaksespadatanggal 2 Oktober 2015.

Syaifudin.2009. AnatomiTubuhManusiauntukMahasiswaKeperawatan, Ed. 2. Jakarta:


SalembaMedika.

Wilkinson, Judith M.dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
diagnosis NANDA, intervensi NIC, Kriteria hasil NOC, Ed. 9. Jakarta: EGC.

Williams Lippincotdan Wilkins. 2011. KapitaSelektaPenyakit:


denganImplikasiKeperawatan/Editor. Kimberly A. J Bilotta, Ed. 2. Jakarta:EGC.

37

Anda mungkin juga menyukai