FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
Satuan Acara Pengajaran
Nutrisi Pada Anak Berkebutuhan Khusus
Kegiatan Kegiatan
No Waktu Alokasi waktu Metode Media
utama Pemberi materi Peserta didik
Menyambut peserta Memasuki ruangan
1. 08.30-08.35 5 penyuluhan dan penyuluhan dan - -
Pembukaan mengabsen peserta menandatangani absen
Memberi salam dan Menjawab salam
2. 08.35-08.36 1 Tanya jawab -
memperkenalkan diri
Memaparkan materi Menyimak dengan
mengenai nutrisi pada seksama materi yang
3. 08.36-09.00 24 Ceramah Power point
anak berkebutuhan disampaikan
khusus
Memberi kesempatan Mengajukan pertanyaan
Isi
kepada peserta untuk kepada pemateri Tanya jawab
4. 09.00-09.10 10 -
bertanya tentang materi (diskusi)
yang disampaikan
Memberikan pertanyaan Menjawab prtanyaan Tanya jawab
5. 09.10-09.20 10 -
akhir sebagai evaluasi yang diberikan pemateri (diskusi)
Menyimpulkan bersama Mendengarkan dengan
6. 09.20-09.24 4 Diskusi -
materi penyuluhan seksama
Menutup penyuluhan dan Menjawab salam
7. 09.24-09.25 1 Tanya jawab -
Penutupan mengucapkan salam
Mempersilahkan peserta Meninggalkan ruangan
8. 09.25-09.30 5 meninggalkan ruangan penyuluhan - -
penyuluhan
EVALUASI:
1. Evaluasi Proses
2. Evaluasi Isi
Setiap anak membutuhkan asupan zat gizi yang baik untuk menunjang
pertumbuhan dan energinya. Zat gizi yang cukup diperlukan untuk
keberlangsungan fungsi tubuh. Gizi yang baik bergantung pada kombinasi dari
makanan yang dikonsumsi. Makanan perlu dikonsumsi secara bervariasi, agar
berbagai zat gizi dapat masuk ke dalam tubuh (Marotz et al 2004).
Makanan yang diberikan kepada anak ASD agak berbeda dengan anak
normal, ketika bayi, makanan yang diberikan tidak terlalu sulit, tetapi ketika
anak beranjak besar, makanan yang diberikan harus makanan tertentu yang
disesuaikan dengan dietnya (yaitu diet bahan makanan yang mengandung
gluten dan casein) (Spreen et al 1984 diacu dalam Kanarek&Kaufman 1991).
Gluten adalah sejenis protein yang didapatkan pada wheat (gandum),
oats, barley, rye, dan derivatnya. Casein adalah protein yang terdapat pada air
susu hewani dan mempunyai struktur mirip gluten. Seseorang yang berada
dalam keadaan normal, yang mengkonsumsi makanan yang mengandung
gluten dan casein akan dicerna secara sempurna oleh proses kimia dan fisik
menjadi asam amino tunggal dan diserap oleh usus. Bahan makanan yang
banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dan mengandung gluten dan casein
antara lain mie, roti, makaroni, susu sapi, dan keju (Sjambali 2003).
Penderita ASD memiliki gangguan enzim pencernaan dan leaky gut,
peptida jenis ini tidak dapat dicerna dengan baik, peptida akan beredar dalam
darah bentuk gluteo dan casomorphin dan terikat pada reseptor opioid di otak
yang menimbulkan gejala kelainan perilaku. Penderita ASD yang diet bebas
gluten dan casein terjadi kemajuan yang menakjubkan (Sjambali 2003).
Studi ilmiah menunjukkan terjadinya inflamasi lambung disebabkan
gluten, casein, kedelai dan beberapa makanan lainnya. Ahli alergi tradisional
menyatakan bahwa keadaan tersebut bukanlah alergi, tetapi disebut respon
inflamasi T-cells terhadap makanan-makanan ini. Penelitian menunjukkan
bahwa 75% dari anak ASD memiliki reaktivitas T-cells pada makanan
(McCandless 2003).
Gula sederhana adalah makanan utama dari jamur yang ada dalam usus
penderita ASD, hasil metabolit dari jamur ini sering menimbulkan kelainan
perilaku, sehingga diet rendah gula sederhana akan mengurangi gejala ASD.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi hidrat arang kompleks sebagai pengganti
gula sederhana (Sjambali 2003). Gula dapat meningkatka pertumbuhan jamur
pada saluran pencernaan anak ASD, untuk itu sebaiknya konsumsi gula
sederhana dibatasi penggunaannya. Jenis gula yang perlu dihindari anak ASD
adalah sukrosa, fruktosa, galaktosa, madu, gula merah, sirup, dan makanan
lain yang mengandung gula yang tinggi, seperti coklat. Gula yang terbaik dan
masih banyak direkomendasikan adalah stevia dan xylitol (McCandless
2003).
2. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh
kembang seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri
merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu
yang terpenting pada anak tersebut (Sularyo & Kadim, 2000).
Diet yang dianjurkan adalah pantangan berbagai macam makanan,
termasuk makanan yang mengandung zat pewarna atau penyedap rasa tiruan
yang dapat menyebabkan hiperaktif. Juga disarankan agar dihindari
menggunakan obat kumur yang mengandung zat pewarna. Hal yang perlu
dijaga adalah kemungkinan menurunnya perilaku hiperaktif bukan karena
hilangnya berbagai zat dari tubuh anak, tetapi karena kebiasaan diet ini
memaksa anak belajar mengendalikan dirinya.
Zat gizi makro maupun zat gizi mikro sangat dibutuhkan anak usia
sekolah untuk proses pertumbuhan dan perkembangan, mempertahankan
tubuh terhadap serangan infeksi, dan meningkatkan kemampuan belajar serta
membantu konsentrasi. Menurut Ingtyas yang dikutip oleh Rahmawati
(2013), anak dengan disabilitas intelektual (tunagrahita) mengalami defisit
asupan gizi yaitu diantaranya energi, protein, zat besi (fe), vitamin A, vitamin
B, dan vitamin C. Marthur (2007) menambahan anak tunagrahita juga
mengalami defisit kalsium.
Menurut Rao yang dikutip oleh Rahmawati (2013), pada anak
tunagrahita, rendahnya asupan karbohidrat dapat berpengaruh pada
neurotransmiter (pengantar saraf) otak, produksi serotonin dan triptofan.
Asam amino yang terdapat dalam makanan berprotein tinggi dapat
memengaruhi fungsi otak dan kesehatan mental. Hal ini berkaitan dengan
dengan neurotransmiter otak. Asam amino merupakan bahan pembentuk dari
beberapa neurotransmiter dopamin yang tebentuk dari asam amino tirosin.
Asupan asam amino yang kurang dapat menyebabkan terganggunya sintesis
dari masing-masing neurotransmiter, yang mana berhubungan dengan
suasana hati (mood) dan sifat agresif anak. Akan tetapi, penambahan asam
amino yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan otak dan disabilitas
intelektual.
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam
tubuh. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan penurunan kemampuan
belajar karena fungsi neurotransmiter tidak bekerja dengan optimal, anemia
gizi besi, dan menurunkan appetite. Vitamin B6 (piridoksin) berfungsi
mencerna protein, sintesis antibodi, dan berperan pembentukan sel darah
merah. Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan gangguan protein seperti
lemah, mudah tersinggu, perubahan hati (mood), dan sukar tidur. Kekurangan
vitamin C akan menyebabkan perbaikan jaringan menjadi lambat. Dampak
lainnya adalah gangguan saraf yang diikuti oleh gangguan psikomotor.
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak di dalam tubuh dan jumlah
paling banyak tersimpan pada tulang dan gigi. Kekurangan kalsium dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Ambarwati, Dwi S., Rosidi, Ali., Noor, Yuliana. (2014). Gambaran Mutu
Makanan pada Penderita Autisme di Panti Asuhan Al-Rifdah Semarang.
Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang 3(1): 33-39
Strickland, Elizabeth. (2009). Eating for Autism: The 10-Step Nutrition Plan
to Help Treat Your Childs Autism, Aspergers, or ADHD. Philadelphia:
Da Capo Press
Sularyo, Titi S., Kadim, Muzal. (2000). Retardasi Mental. Sari Pediatri
2(03):170-177