Anda di halaman 1dari 3

Pengaturan Pencernaan dan Absorbsi

Proses pencernaan dan absorsi berlangsung dengan cara sangat terkoordinasi. Struktur
saluran cerna dan cara kerjanya memungkinkan pemecaha makanan menjadi unit-unit sangat
halus dan pengantaran produknya ke dalam tubuh.

1. Hormon-hormon Saluran Cerna dan Sistem Saraf


Terdapat 2 sistem yang mengatur proses pencernaan dan penyerapan, yaitu :
a. Sistem hormon (endokrin)
b. Sistem saraf

Isi saluran cerna merangsang atau menghambat sekresi pencernaan dengan


memberi pesan yang disampaikan hormon dan sisten saraf dari satu bagian saluran
cerna ke bagian lain. Pengaturannya dilakukan melalui mekanisme umpan balik.

2. Pengaturan pH lambung
Pemeliharaan pH lambung pada nilai 1,5-1,7 dilakukan oleh hormon gastrin
yang dikeluarkan oleh sel-sel dinding lambung. Masuknya makanan ke dalam
lambung merangsang sel-sel kelenjar lambung lain untuk mengeluarkan cairan
hidroklorida.
Bila pH mencapai 1,5 asam klorida menghentikan pengeluaran gastrin,
sehingga produksi hidrokarbon ikut terhenti, dan lambung tidak menjadi terlalu
asam. Jad sistem cairan lambung dapat menyesuaikan tingkat keasaman lambung.
Pengatur lain adalah reseptor saraf di dalam dinding lambung. Reseptor ini
bereaksi terhadap kehadiran mekanan dengan cara merangsang kelenjar lambung
untuk mengeluarkan cairannya dan otot untuk melakukan kontraksi. Pada waktu
lambung mengosongkan diri, reseptor tidak lagi terangsang, pengeluaran cairan
lambung diperlambat dan kontraksi lambung diperlambat.

3. Pengaturan Pembukaan Sfingter Pilorus


Pengaturan pembukaan dan penutupan sfingter pilorus dilakukan sebagai berikut :
1. Bila sfingter pilorus rileks, kimus yang bersifat asam masak dari lambung
ke usus halus. Sel otot pilorus di bagian usus halus merasakan keasaman
ini yang berakibat menutupnya sfingter dengan rapat.
2. Setelah sfingter kimus yang telah masuk dinetralisir oleh bikarbonat yang
dikeluarkan pankreas sehingga medium di sekitar sfingter pilorus menjadi
basa, otot sfingter akan rileks kembali.
3. Proses ini menjamin kimus masuk ke dalam usu halus secara perlahan
sehingga sambil bergerak dapat dinetralisir. Hal ini penting karena dinding
usus halus tidak terlalu tahan terhadap asam.

4. Pengaturan Pengeluaran Bikarbonat oleh Pankreas

Pada saat kimus masuk ke usus halus, pankreas mengeluarkan bikarbonat,


sehingga pH isi usus halus selalu sedikit basa. Cara mengatur pengeluaran bikarbonat
adalah :

1. Kimus merangsang sel-sel dinding duodenum mengeluarkan hormon sekretin


ke dalam darah, pada pankreas hormon ini merangsang pengeluaran
bikarbonat. Bila kebutuhan telah terpenuhi, sel-sel dinding duodenum tidak
terangsang lagi untuk mengeluarkan hormon ini, dan pankreas tidak lagi
menerima pesan untuk mengeluarkan bikarbonat. Urat saraf juga mengatur
sekresi pankreas.
2. Pankreas mengeluarkan pula campuran enzim untuk untuk mencernakan
karbohidrat, lemak, dan protein. Pankreas dapat mengatur campuran enzim
yang sesuai dengan susunan makanan yang dikonsumsi. Komposisi enzim-
enzim diatur oleh hormon-hormon yang dikeluarkan oleh sel-sel dinding
saluran cerna.
3. Bila lemak masuk ke dalam usus halus, kantung empedu berkontraksi dan
mengeluarkan empedu guna menghancurkan lemak menjadi emulsi. Lemak
dalam hal ini merangsang sel-sel dinding usus untuk mengeluarkan hormon
kolesistokinin. Hormon inilah yang merangsang kantung empedu untuk
berkontraksi dan mengeluarkan empedu. Setelah lemak dipecah menjadi
emulsi dan enzim bekerja untuk mencernakannya, lemak berhenti merangsang
pengeluaran kolesistokinin, sehingga kantung empedu berhenti berkontraksi.
4. Pencernaan lemak memakan waktu lebih lama daripada pencernaan
karbohidrat. Untuk memberi kesempatan pada pencernaan lemak, gerakan
usus menjadi lebih lama berada di dalam lambung. Dengan memperlambat
proses pencernaan, lemak membantu kecepatan gerakan usus yang
memungkinkan semua reaksi pencernaan dapat diselesaikan. Peptida lambung
juga mencegah sekresi asam lambung.

Anda mungkin juga menyukai