Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

NUTRISI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Oleh :
1. Bambang Yuli K. (180103070)
2. Dina (180103025)
3. Indria Sri Utari (180103042)
4. Khairin Wanda A. (180103048)
5. Nurinnisa Shiddiqiyah (180103073)
6. Sayogi Priambodo (180103090)
7. Silviyana. (180103093)
8. Wahyu Nida Q. (180103102)

Fakultas Kesehatan
Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas Harapan Bangsa Purwokerto
Tahun 2020
Satuan Acara Penyuluhan
Nutrisi Pada Anak Berkebutuhan Khusus

I. Topik Pendidikan Kesehatan

Nutrisi Nutrisi bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme


Retardasi Mental)
II. Sasaran

20 orang tua dari anak yang berkebutuhan khusus yang bersekolah di SLB Kroya

III. Tujuan Pendidikan Kesehatan

- Tujuan Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan, sasaran mengetahui informasi mengenai nutrisi
bagi anak berkebutuhan khusus.
- Tujuan Khusus :
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran dapat menyebutkan kembali apa yang
dibahas dalam pemaparan materi mengenai nutrisi bagi anak berkebutuhan khusus
(C2).

IV. Pelaksanaan Kegiatan

No. Waktu Alokasi Kegiatan Kegiatan Metode Media


Pemberi Peserta
waktu Utama
materi
1. 08.30 - 5 menit Pembuka Menyambut Memasuki - -
08.35 an peserta ruangan
penyuluhan penyuluhan
dan dan
mengabsen menandatan
peserta gani absen
2. 08.35 2 menit Memberi Menjawab Tanya -
-08.37 salam dan salam jawab
memperkenal
kan diri
3. 08.37- 23 Isi Memaparkan Menyimak Ceramah Leaflet
09.00 menit materi dengan
mengenai seksama
nutrisi pada materi yang
anak disampaikan
berkebutuhan
khusus
4. 09.00- 10 Memberi Mengajukan Tanya -
09.10 menit kesempatan pertanyaan jawab
kepada kepada (diskusi)
peserta untuk pemateri
bertanya
tentang
materi yang
disampaikan
5. 09.10- Memberikan Menjawab Tanya -
09.20 0 pertanyaan prtanyaan Jawab
akhir sebagai yang (diskusi)
evaluasi diberikan
pemateri

6. 09.20- 4 menit Penutupa Menyimpulk Mendengark Diskusi -


09.24 n an bersama an dengan
materi seksama
penyuluhan
7. 09.24- 1 menit Menutup Menjawab Tanya -
09.25 penyuluhan salam Jawab
dan
mengucapka
n salam
8. 09.25- 5 menit Mempersilah Meninggalk - -
09.30 kan peserta an ruangan
meninggalka penyuluhan
n ruangan
penyuluhan

V. Materi

NUTRISI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Makanan sangat penting untuk kelangsungan kehidupan, setiap makanan yang


dikonsumsi akan memberikan pengaruh pada status gizi dan kesehatan. Makanan
mengandung berbagai zat gizi yang penting yang dibutuhkan tubuh untuk
kecukupan energi, pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku normal,
terhindar dari berbagai macam penyakit, dan untuk perbaikan jaringan tubuh.
Konsumsi harian zat gizi yang penting dipengaruhi oleh variasi makanan yang
dikonsumsi dan jumlahnya (Marotz et al  2004).

Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah


pangan  pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (keluarga atau
rumah tangga) pada waktu tertentu. Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi
pangan dapat ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Pola
konsumsi pangan merupakan susunan jenis pangan yang dikonsumsi  berdasarkan
kriteria tertentu (Hardinsyah&Martianto 1992).

Penilaian keadaan gizi masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
penilaian secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan mengetahui keadaan konsumsi pangan seseorang. Metode
penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan baik pada tingkat individu, keluarga,
maupun masyarakat. Survei konsumsi tingkat individu dapat menggunakan
metode berikut, yaitu: penimbangan (weighed methode), metode mengingat-ingat
(recall methode), riwayat makan (dietary history), frekuensi  pangan ( food
frequency), dan metode kombinasi ( ), dan metode kombinasi
(Kusharto&Saddiyah 2006). Kusharto&Saddiyah 2006).
Setiap anak membutuhkan asupan zat gizi yang baik untuk menunjang
pertumbuhan dan energinya. Zat gizi yang cukup diperlukan diperlukan untuk
keberlangsungan fungsi tubuh. Gizi yang baik bergantung pada kombinasi dari
makanan yang dikonsumsi. Makanan perlu dikonsumsi secara bervariasi, agar
berbagai zat gizi dapat masuk ke dalam tubuh (Marotz et al  2004).

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang


berbeda dengan anak normal pada umumnya. Menurut Efendi yang dikutip oleh
Abdullah (2013), istilah berkebutuhan khusus secara eksplisit ditujukan kepada
anak yang dianggap mempunyai kelainan atau penyimpangan dari kondisi rata-
rata anak normal umumnya yaitu dalam hal fisik, mental maupun karakteristik
perilaku sosialnya.
1. Autism Spectrum Disorder (ASD)  
Autism Spectrum Disorder (ASD) dianggap sebagai gangguan
perkembangan yang ditandai ditandai dengan gangguan interaksi sosial dan
komunikasi sosial (Hadeel et al., 2010). Berdasarkan kriteria dari  Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-V), gambaran
klinis anak-anak dengan ASD ditandai oleh defisit interaksi sosial dan
komunikasi, serta oleh ketertarikan dan aktivitas yang berulang.
Anak ASD biasanya hanya menyukai makanan yang sangat terbatas
jenis dan nilai gizinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa casein  yang
ditemukan pada susu sapi dan  gluten yang ditemukan pada bahan makanan
yang berasal dari tepung-tepungan perlu dihindari oleh anak ASD
(McCandless 2003). Salah satu penyebab ASD adalah gangguan metabolisme,
maka pengaturan konsumsi pangan merupakan hal yang penting yang untuk
dilakukan. Makanan juga berguna untuk menghindari timbulnya
penyimpangan metabolisme selain untuk proses tumbuh kembang
(Wirakusumah, 2003 dalam Latifah, 2004).
Anak ASD mayoritas menderita gangguan kesehatan saluran cerna.
Penelitian menunjukkan bahwa 60-70% dari keseluruhan sistem imun manusia
terletak di saluran usus dan organ-organ pencernaan. Kenyataan ini membuat
saluran cerna sebagai organ sistem imun terbesar dalam tubuh manusia.
(Mc.Candless 2003). Pemberian diet kepada anak ASD dapat membantu
menyehatkan keadaan kesehatan saluran cerna. Berikut diet yang diterapkan
kepada anak ASD:

- Diet GFCF (G luten F ree Casein Free)

Makanan yang diberikan kepada anak ASD agak berbeda dengan anak
normal, ketika bayi, makanan yang diberikan tidak terlalu sulit, tetapi ketika
anak beranjak besar, makanan yang diberikan harus makanan tertentu yang
disesuaikan dengan dietnya (yaitu diet bahan makanan yang mengandung
gluten dan casein) (Spreen et al 1984 diacu dalam Kanarek&Kaufman 1991).

Gluten adalah sejenis protein yang didapatkan pada  wheat (gandum),


oats, barley, rye, dan derivatnya. Casein adalah protein yang terdapat pada air
susu hewani dan mempunyai struktur mirip  gluten. Seseorang yang berada
dalam keadaan normal, yang mengkonsumsi makanan yang mengandung
gluten dan casein akan dicerna secara sempurna oleh proses kimia dan fisik
menjadi asam amino tunggal dan diserap oleh usus. Bahan makanan yang
banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia mengandung gluten dan casein
antara lain mie, roti, makaroni, susu sapi, dan keju (Sjambali 2003).

Penderita ASD memiliki gangguan enzim pencernaan dan leaky gut,


peptida jenis  peptida jenis ini tidak dapat dicerna dengan baik, peptida engan
baik, peptida akan beredar akan dalam darah bentuk gluteo dan
casomorphin dan terikat pada reseptor opioid  di otak yang menimbulkan
gejala kelainan perilaku. Penderita ASD yang diet bebas  gluten dan casein
terjadi kemajuan yang menakjubkan (Sjambali 2003).

Studi ilmiah menunjukkan terjadinya inflamasi lambung disebabkan


gluten, casein, kedelai dan beberapa makanan lainnya. Ahli alergi tradisional
menyatakan bahwa keadaan tersebut bukanlah “alergi”, tetapi disebut respon
inflamasi T-cells  terhadap makanan-makanan ini. Penelitian menunjukkan
bahwa 75% dari anak ASD memiliki reaktivitas reaktivitas T-cells  pada
makanan (McCandless 2003).

- Diet rendah gula sederhana


Gula sederhana adalah makanan utama dari jamur yang ada dalam usus
penderita  penderita ASD, hasil metabolit dari jamur ini sering menimbulkan
kelainan  perilaku, sehingga di sehingga diet rendah gula sederhana akan
mengurangi gejala ASD. Dianjurkan untuk mengkonsumsi hidrat arang
kompleks sebagai pengganti gula sederhana (Sjambali 2003). Gula dapat
meningkatka pertumbuhan jamur  pada saluran pencernaan anak ASD, untuk
itu sebaiknya konsumsi gula sederhana dibatasi penggunaannya. Jenis gula
yang perlu dihindari anak ASD adalah sukrosa, fruktosa, galaktosa, madu,
gula merah, sirup, dan makanan lain yang mengandung gula yang tinggi,
seperti coklat. Gula yang terbaik dan masih banyak direkomendasikan adalah
stevia  dan  xylitol   (McCandless 2003).

Jenis Gula Gula yang Diberikan Gula Pengganti


Gula murni Syrup, minuman minuman Jus buah alami, gula palem
yang  berkarbonasi, jus buah namun  jumlah sedikit,
dalam kemasan gula buah( fruktosa)
namun tidak sering
Gula Buatan Gula dan saccarine, Gula jagung (gula sorbitol)
aspartame aspartame seperti
tropikana slim dan equal

Diet Makanan yang tidak dibeikan Makanan pengganti


Bebas gluten Biskuit, mie, roti, kue, snack, Makanan yang
dan segala jenis makanan yang mengandung tepung
mengandung tepung terigu dan beras, tepung tapioka,
beras ketan singkong  beras, tepung
tapioka, singkong, ubi
talas, jagung, bihun
Bebas casein Makanan atau minuman yang Susu kedele, daging dan
mengandung susu sapi, seperti ikan segar, unggas, telur,
keju, mozzarella butter, permen udang, kerang, cumi, tahu,
susu, es krim, yogart, kacang hujau, kacang
merah, kacang tolo,
kacang mete, kacang kapri

Zat Adikif Makanan yang dihindari Makanan pengganti


Pengawet Pewarna Makanan olahan sosis, Gunakan makanan yang
Penyedap kornet, nuget, bakso olahan dimasak secara alami.
Pengemulsi dan makanan olahan lainnya Gunakan bahan makanan
secara alami sebagai
pengganti pewarna
makanan seperti daun
pandan, daun suji dan
kunyit

Jenis diet Makanan yang tidak Makanan pengganti


diberikan
Diet bebas fenol Terkandung dalam buah- Pepaya, mangga,kiwi,
buahan  berwarna cerah nanas dan wortel.
seperti anggur, ceri, plum, Perbanyak makan sayuran
apel sebagai penambah serat
agar tidak susah bab
karena keterbatasan
konsumsi buah
Diet bebas salisilat Terdapat pada jeruk dan -
tomat

2. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh
kembang seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri
merupakan proses utama hakiki dan khas pada anak serta merupakan sesuatu
yang terpenting pada anak tersebut (Sularyo & Kadim, 2000).

Diet yang dianjurkan adalah pantangan berbagai macam makanan,


termasuk makanan yang mengandung zat pewarna atau penyedap rasa tiruan
yang dapat menyebabkan hiperaktif. Juga disarankan agar dihindari
menggunakan obat kumur yang mengandung zat pewarna. Hal yang perlu
dijaga adalah kemungkinan menurunnya perilaku hiperaktif bukan karena
hilangnya berbagai zat dari tubuh anak, tetapi karena kebiasaan diet ini
memaksa anak belajar mengendalikan dirinya.

Zat gizi makro maupun zat gizi mikro sangat dibutuhkan anak usia
sekolah untuk proses pertumbuhan dan perkembangan, mempertahankan
tubuh terhadap serangan infeksi, dan meningkatkan kemampuan belajar serta
membantu konsentrasi. Menurut Ingtyas yang dikutip oleh Rahmawati (2013),
anak dengan disabilitas intelektual (tunagrahita) mengalami defisit asupan gizi
yaitu diantaranya energi, protein, zat besi (fe), vitamin A, vitamin B, dan
vitamin C. Marthur (2007) menambahan anak tunagrahita juga mengalami
defisit kalsium.
Menurut Rao yang dikutip oleh Rahmawati (2013), pada anak
tunagrahita, rendahnya asupan karbohidrat dapat berpengaruh pada
neurotransmiter (pengantar saraf) otak, produksi serotonin dan triptofan. Asam
amino yang terdapat dalam makanan berprotein tinggi dapat memengaruhi
fungsi otak dan kesehatan mental. Hal ini berkaitan dengan dengan
neurotransmiter otak. Asam amino merupakan bahan pembentuk dari
beberapa  beberapa neurotransmiter dopamin yang tebentuk dari asam amino
tirosin. Asupan asam amino yang kurang dapat menyebabkan terganggunya
sintesis dari masing-masing neurotransmiter, yang mana berhubungan dengan
suasana hati (mood ) dan sifat agresif anak. Akan tetapi, penambahan asam
amino yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan otak dan disabilitas
intelektual.

Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam
tubuh. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan penurunan kemampuan
belajar  belajar karena fungsi neurotransmiter tidak bekerja bekerja dengan
optimal, anemia gizi besi, dan menurunkan appetite.  Vitamin B6  (piridoksin)
berfungsi mencerna protein, sintesis antibodi, dan berperan pembentukan sel
darah merah. Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan gangguan protein
seperti lemah, mudah tersinggu, perubahan hati (mood), dan sukar tidur.
Kekurangan vitamin C akan menyebabkan perbaikan jaringan menjadi lambat.
Dampak lainnya adalah gangguan saraf yang diikuti oleh gangguan
psikomotor. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak di dalam tubuh
dan jumlah  paling  paling banyak tersimpan tersimpan pada tulang dan gigi.
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Contoh Pola Makanan Anak Umur 7-12 Tahun
Umur 7-9 tahun 10-12 tahun
BB 23kg (1900 kkal) BB 30 kg (2100 kkal)
Jam pemberian makan G Urt G Urt
06.00 : susu + gula 200 1 gelas 200 1 gelas
07:00 : Nasi,telur 100,50 ¾ piring, 150,50 1 piring,1
1 butir butir
10:00 :Kue 50 1 potong 50 1 potong
12:00 : Nasi 150 1gelas 150 1gelas
Hewani 50 1potong 50 1potong
Nabati 25 1potong 25 1potong
Sayuran 50 1/2gelas 75 3/4gelas
Buah 50 1potong 50 1potong
21:00 : susu + gula 200 1gelas 200 1gelas
Biskuit 20 2buah 20 2buah

Sumber : Subbagian Gizi anak FKUI/RSCM


Keterangan :
1) Dapat diganti dengan makanan penukarnya seperti roti, jagung, kentang,
sagu.
2) Diartikan sumber protein hewani : daging, telur, hati, ikan laut, ikan tawar.
3) Diartikan sumber protein nabati : tahu, tempe, kacang-kacangan.
4) Dapat diganti dengan makanan penukar sebanyak 25 gram.
5) Berat biskuit “ Regal ” : 8-10 gr/buah
6) Berat biskuit “ Farley” : 15-16 gr/buah
7) urt : ukuran rumah tangga
8) g : gram

VI. Media Pendidikan Kesehatan


- Leaflet
- PPT

VII. Strategi Kegiatan


Ceramah dan Diskusi
VIII. Pelaksanaan Kegiatan

a. Hari dan Tanggal : Rabu, 22 Juli 2020


b. Lama/Waktu Pelaksanaan : 1 jam (60 menit)
c. Tempat : SLB Kroya

IX. Evaluasi

a. Evaluasi Persiapan
1. Persiapan media dibuat bersama oleh kelompok
2. Media yang digunakan dalam penyuluhan nutrisi bagi anak berkebutuhan
khusus menggunakan leaflet dan ppt
3. Penyebaran undangan kepada Kepala Dusun, Ketua RT, dan masyarakat
Kroya yang mempunyai anak dengan kebutuhan khusus
4. Pengarahan dari pembimbing akademik sebelum penyuluhan nutrisi bagi
anak berkebutuhan khusus dimulai.

b. Evaluasi Proses

- Di 5 menit pertama peserta sudah berkumpul, 20 orang tua peserta didik SLB
Kroya
- Peserta 100% menjawab menjawab salam.
- Pada saat pemberian materi sasaran fokus dan menyimak.
- Pada saat tanya jawab sasaran berantusias dan memiliki inisiatif untuk
bertanya , maksimal 5 orang dari 20 orang.
- Peserta mampu menyebutkan kembali materi yang sudah di  jelaskan.
- 100% sasaran menjawab sasaran menjawab salam.
- Peserta bubar dengan tertib

c. Evaluasi Hasil
- Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri min 5
mengenai makanan apa saja yang dianjurkan bagi anak  berkebutuhan khusus.
- Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri masing  –  
masing min 3 mengenai manfaat dari nutrisi yang dianjurkan bagi anak
berkebutuhan khusus.
- Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri masing -
masing min 3 mengenai makanan apa saja yang perlu dihindari untuk
dikonsumsi oleh anak berkebutuhan khusus.

X. Daftar Pustaka

- Ambarwati, Dwi S., Rosidi, Ali., Noor, Yuliana. (2014). Gambaran Mutu
Makanan pada Penderita Autisme di Panti Asuhan Al-Rifdah Semarang.
Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Sema  Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang 3(1): 33-39
- American Psychiatric Association. (2015). Diagnostic and Statist  Diagnostic
and Statistical Manual ical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-
V)
- Duff, Jacques. (2014). Nutrition for ADHD and Autism. Clinical
Neurotherapy. doi: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-396988-
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-396988- 0.00014-3
- Kałużna-Czaplińska, J., Jóźwik -Pruska, J. (2016). Nutritional Strategies and
Personalized Diet Personalized Diet in Autism-Choice Autism-Choice or
Necessity?. Necessity?. Trends in F ood Science & Te Science & Technology.
doi: 10.1016/j.tifs.2016.01.0 chnology. doi: 10.1016/j.tifs.2016.01.005.
- Strickland, Elizabeth. (2009). Eating for Autism: The 10-Step Nutrition Plan
to Help Treat Your Child’s Autism, Asperger’s, or ADHD. Philadelphia: Da
Capo Press
- Sularyo, Titi S., Kadim, Muzal. (2000). Retardasi Mental.  Sari Pediatri
2(03):170-177
- Syafitri, Indria L. (2008). Pengasuhan (Makan, Hidup Sehat, dan Bermain),
Konsumsi dan Status Gizi Penderita Autism Spectrum Disorder (ASD).
Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor ( Published )
- Yusnita, Nina., Ismawati, Rita. (2014). Hubungan Asupan Makanan dengan
Status Gizi dan Perilaku Adaptif Status Gizi dan Perilaku Adaptif Anak Autis
di Paud Anak Autis di Paud ABK Mutiara Kasih ABK Mutiara Kasih
Trenggalek. E-journal boga 03(1):184-191
- Zahra, Zulfa., Warsiki, Endang. (2010). Aspek Biomedik pada Autisme Fokus
pada Diet dan Nutrisi
- Zammit, Susanna. (2013). The Glutten-Free Diet: An Effective Treatment for
Autistic Spectrum Disorder?. Honors Theses. Western Michigan University

Anda mungkin juga menyukai