(SAP) Anak Kebutuhan Khusus Kelomok 6
(SAP) Anak Kebutuhan Khusus Kelomok 6
Disusun Oleh :
1. Bambang Yuli K. (180103070)
2. Dina (180103025)
3. Indria Sri Utari (180103042)
4. Khairin Wanda A. (180103048)
5. Nurinnisa Shiddiqiyah (180103073)
6. Sayogi Priambodo (180103090)
7. Silviyana. (180103093)
8. Wahyu Nida Q. (180103102)
Fakultas Kesehatan
Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas Harapan Bangsa Purwokerto
Tahun 2020
Satuan Acara Penyuluhan
Nutrisi Pada Anak Berkebutuhan Khusus
20 orang tua dari anak yang berkebutuhan khusus yang bersekolah di SLB Kroya
- Tujuan Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan, sasaran mengetahui informasi mengenai nutrisi
bagi anak berkebutuhan khusus.
- Tujuan Khusus :
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran dapat menyebutkan kembali apa yang
dibahas dalam pemaparan materi mengenai nutrisi bagi anak berkebutuhan khusus
(C2).
V. Materi
Penilaian keadaan gizi masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
penilaian secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan mengetahui keadaan konsumsi pangan seseorang. Metode
penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan baik pada tingkat individu, keluarga,
maupun masyarakat. Survei konsumsi tingkat individu dapat menggunakan
metode berikut, yaitu: penimbangan (weighed methode), metode mengingat-ingat
(recall methode), riwayat makan (dietary history), frekuensi pangan ( food
frequency), dan metode kombinasi ( ), dan metode kombinasi
(Kusharto&Saddiyah 2006). Kusharto&Saddiyah 2006).
Setiap anak membutuhkan asupan zat gizi yang baik untuk menunjang
pertumbuhan dan energinya. Zat gizi yang cukup diperlukan diperlukan untuk
keberlangsungan fungsi tubuh. Gizi yang baik bergantung pada kombinasi dari
makanan yang dikonsumsi. Makanan perlu dikonsumsi secara bervariasi, agar
berbagai zat gizi dapat masuk ke dalam tubuh (Marotz et al 2004).
Makanan yang diberikan kepada anak ASD agak berbeda dengan anak
normal, ketika bayi, makanan yang diberikan tidak terlalu sulit, tetapi ketika
anak beranjak besar, makanan yang diberikan harus makanan tertentu yang
disesuaikan dengan dietnya (yaitu diet bahan makanan yang mengandung
gluten dan casein) (Spreen et al 1984 diacu dalam Kanarek&Kaufman 1991).
2. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh
kembang seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri
merupakan proses utama hakiki dan khas pada anak serta merupakan sesuatu
yang terpenting pada anak tersebut (Sularyo & Kadim, 2000).
Zat gizi makro maupun zat gizi mikro sangat dibutuhkan anak usia
sekolah untuk proses pertumbuhan dan perkembangan, mempertahankan
tubuh terhadap serangan infeksi, dan meningkatkan kemampuan belajar serta
membantu konsentrasi. Menurut Ingtyas yang dikutip oleh Rahmawati (2013),
anak dengan disabilitas intelektual (tunagrahita) mengalami defisit asupan gizi
yaitu diantaranya energi, protein, zat besi (fe), vitamin A, vitamin B, dan
vitamin C. Marthur (2007) menambahan anak tunagrahita juga mengalami
defisit kalsium.
Menurut Rao yang dikutip oleh Rahmawati (2013), pada anak
tunagrahita, rendahnya asupan karbohidrat dapat berpengaruh pada
neurotransmiter (pengantar saraf) otak, produksi serotonin dan triptofan. Asam
amino yang terdapat dalam makanan berprotein tinggi dapat memengaruhi
fungsi otak dan kesehatan mental. Hal ini berkaitan dengan dengan
neurotransmiter otak. Asam amino merupakan bahan pembentuk dari
beberapa beberapa neurotransmiter dopamin yang tebentuk dari asam amino
tirosin. Asupan asam amino yang kurang dapat menyebabkan terganggunya
sintesis dari masing-masing neurotransmiter, yang mana berhubungan dengan
suasana hati (mood ) dan sifat agresif anak. Akan tetapi, penambahan asam
amino yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan otak dan disabilitas
intelektual.
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam
tubuh. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan penurunan kemampuan
belajar belajar karena fungsi neurotransmiter tidak bekerja bekerja dengan
optimal, anemia gizi besi, dan menurunkan appetite. Vitamin B6 (piridoksin)
berfungsi mencerna protein, sintesis antibodi, dan berperan pembentukan sel
darah merah. Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan gangguan protein
seperti lemah, mudah tersinggu, perubahan hati (mood), dan sukar tidur.
Kekurangan vitamin C akan menyebabkan perbaikan jaringan menjadi lambat.
Dampak lainnya adalah gangguan saraf yang diikuti oleh gangguan
psikomotor. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak di dalam tubuh
dan jumlah paling paling banyak tersimpan tersimpan pada tulang dan gigi.
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Contoh Pola Makanan Anak Umur 7-12 Tahun
Umur 7-9 tahun 10-12 tahun
BB 23kg (1900 kkal) BB 30 kg (2100 kkal)
Jam pemberian makan G Urt G Urt
06.00 : susu + gula 200 1 gelas 200 1 gelas
07:00 : Nasi,telur 100,50 ¾ piring, 150,50 1 piring,1
1 butir butir
10:00 :Kue 50 1 potong 50 1 potong
12:00 : Nasi 150 1gelas 150 1gelas
Hewani 50 1potong 50 1potong
Nabati 25 1potong 25 1potong
Sayuran 50 1/2gelas 75 3/4gelas
Buah 50 1potong 50 1potong
21:00 : susu + gula 200 1gelas 200 1gelas
Biskuit 20 2buah 20 2buah
IX. Evaluasi
a. Evaluasi Persiapan
1. Persiapan media dibuat bersama oleh kelompok
2. Media yang digunakan dalam penyuluhan nutrisi bagi anak berkebutuhan
khusus menggunakan leaflet dan ppt
3. Penyebaran undangan kepada Kepala Dusun, Ketua RT, dan masyarakat
Kroya yang mempunyai anak dengan kebutuhan khusus
4. Pengarahan dari pembimbing akademik sebelum penyuluhan nutrisi bagi
anak berkebutuhan khusus dimulai.
b. Evaluasi Proses
- Di 5 menit pertama peserta sudah berkumpul, 20 orang tua peserta didik SLB
Kroya
- Peserta 100% menjawab menjawab salam.
- Pada saat pemberian materi sasaran fokus dan menyimak.
- Pada saat tanya jawab sasaran berantusias dan memiliki inisiatif untuk
bertanya , maksimal 5 orang dari 20 orang.
- Peserta mampu menyebutkan kembali materi yang sudah di jelaskan.
- 100% sasaran menjawab sasaran menjawab salam.
- Peserta bubar dengan tertib
c. Evaluasi Hasil
- Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri min 5
mengenai makanan apa saja yang dianjurkan bagi anak berkebutuhan khusus.
- Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri masing –
masing min 3 mengenai manfaat dari nutrisi yang dianjurkan bagi anak
berkebutuhan khusus.
- Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri masing -
masing min 3 mengenai makanan apa saja yang perlu dihindari untuk
dikonsumsi oleh anak berkebutuhan khusus.
X. Daftar Pustaka
- Ambarwati, Dwi S., Rosidi, Ali., Noor, Yuliana. (2014). Gambaran Mutu
Makanan pada Penderita Autisme di Panti Asuhan Al-Rifdah Semarang.
Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Sema Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang 3(1): 33-39
- American Psychiatric Association. (2015). Diagnostic and Statist Diagnostic
and Statistical Manual ical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-
V)
- Duff, Jacques. (2014). Nutrition for ADHD and Autism. Clinical
Neurotherapy. doi: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-396988-
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-396988- 0.00014-3
- Kałużna-Czaplińska, J., Jóźwik -Pruska, J. (2016). Nutritional Strategies and
Personalized Diet Personalized Diet in Autism-Choice Autism-Choice or
Necessity?. Necessity?. Trends in F ood Science & Te Science & Technology.
doi: 10.1016/j.tifs.2016.01.0 chnology. doi: 10.1016/j.tifs.2016.01.005.
- Strickland, Elizabeth. (2009). Eating for Autism: The 10-Step Nutrition Plan
to Help Treat Your Child’s Autism, Asperger’s, or ADHD. Philadelphia: Da
Capo Press
- Sularyo, Titi S., Kadim, Muzal. (2000). Retardasi Mental. Sari Pediatri
2(03):170-177
- Syafitri, Indria L. (2008). Pengasuhan (Makan, Hidup Sehat, dan Bermain),
Konsumsi dan Status Gizi Penderita Autism Spectrum Disorder (ASD).
Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor ( Published )
- Yusnita, Nina., Ismawati, Rita. (2014). Hubungan Asupan Makanan dengan
Status Gizi dan Perilaku Adaptif Status Gizi dan Perilaku Adaptif Anak Autis
di Paud Anak Autis di Paud ABK Mutiara Kasih ABK Mutiara Kasih
Trenggalek. E-journal boga 03(1):184-191
- Zahra, Zulfa., Warsiki, Endang. (2010). Aspek Biomedik pada Autisme Fokus
pada Diet dan Nutrisi
- Zammit, Susanna. (2013). The Glutten-Free Diet: An Effective Treatment for
Autistic Spectrum Disorder?. Honors Theses. Western Michigan University