03 Roda Gigi Miring
03 Roda Gigi Miring
Dalam analisa gaya pada roda gigi lurus, gaya-gaya dianggap bekerja pada
satu bidang datar. Pada bab ini kita akan mempelajari roda-roda gigi di mana gaya-
gaya mempunyai tiga dimensi. Alasan akan hal ini adalah bahwa, dalam kasus roda
gigi miring, gigi-gigi tidak sejajar dengan sumbu putaran. Dan dalam kasus roda gigi
kerucut, putaran poros-porosnya tidak saling sejajar satu terhadap lainnya. Juga ada
beberapa alasan yang lain, seperti yang akan kita pelajari dalam bab ini.
Dalam bab ini kita akan tergantung sepenuhnya pada dasar-dasar yang
diperkenalkan pada bab I, terutama tabel-tabel, dan grafik-grafik yang ada. Dan
untuk setiap jenis roda gigi ini suatu pola penyajian umum yang sama akan
dipakai kinematika, analisa gaya, kekuatan lentur, dan kekuatan permukaan,
secara berurutan.
55
tersebut masuk lebih jauh ke dalam persekutuan gigi-gigi tersebut. Pada roda gigi
lurus garis persinggungan adalah sejajar dengan sumbu putaran; pada roda gigi
miring garis tersebut membentuk diagonal pada muka gigi tersebut. Persekutuan
gigi secara bertahap ini dan pemindahan beban secara mulus dari satu gigi ke gigi
yang lainlah yang memberi roda gigi miring kemampuan untuk memindahkan
beban yang besar pada putaran yang tinggi. Karena sifat persinggungan antara
roda-roda gigi miring tersebut, maka perbandingan kontak hanya kecil keguna-
annya, dan adalah luas kontak, yang berbanding lurus dengan lebar muka dari
roda gigilah, yang menjadi sangat penting.
56
beban aksial tinggi atau mempengaruhi hal-hal yang lain, maka sebaiknya dipakai
roda gigi miring secara ganda. Roda gigi miring yang ganda (bercorak tulang ikan
atau berringbone) adalah ekivalen dengan dua roda gigi miring yang berlawanan,
dipasang berdampingan pada poros yang sama. Mereka menghasilkan reaksi aksial
yang berlawanan arah dan karenanya saling meniadakan beban aksial tersebut.
Bila dua atau lebih roda gigi miring yang tunggal dipasang pada poros
yang sama, arah kemiringan roda-roda gigi tersebut haruslah dipilih sedemikian
agar menghasilkan beban aksial yang minimum.
Gambar 2-3 menyajikan sebagian pandangan atas dari sebuah rak bergigi miring.
Garis ab dan cd adalah garis tengah dua gigi miring yang berdekatan yang diambil
pada bidang puncaknya (pitch plane). Sudut adalah sudut kemiringan (helic angle).
Pt
Pn = (2-3)
cos
Sudut tekan n pada arah normal berbeda dengan sudut tekan t pada arah
57
putaran, karena kemiringan gigi-gigi tersebut. Sudut-sudut ini dihubungkan dengan
persamaan
tan n
cos = (2-4)
tan t
Gambar 2-4 menggambarkan sebuah silinder yang dipotong oleh suatu
bidang miring ab pada sudut ke penampang sebelah kanan. Bidang miring ini
membentuk potongan berbentuk arkus yang mempunyai jari-jari
kelengkungan sebesar R. Untuk kondisi di mana =0, jari-jari kelengkungan
adalah R = D/2. Kalau kita bayangkan sudut pelan-pelan dinaikkan dari nol
sampai 90, kita melihat bahwa R mulai dari D/2 dan membesar sampai, bila
=90, R = .
Gambar 2.4 Sebuah silinder yang dipotong oleh suatu bidang yang miring
Jari-jari R adalah jari-jari puncak yang nyata dari suatu gigi roda gigi miring
bila dilihat pada arah elemen gigi. Suatu roda gigi dengan puncak yang sama dan
dengan jari-jari R akan mempunyai jumlah gigi yang besar, karena jari-jarinya
yang membesar. Dalam perencanaan roda gigi miring ini disebut jumlah gigi yang
sebenarnya (virtual number of teeth). Dengan analisa geometri dapat dilihat bahwa
jumlah gigi ini sebenarnya berhubungan dengan jumlah yang nyata (actual) de-
ngan persamaan
N
N'= (2-5)
cos 3
di mana N' adalah jumlah gigi virtual dan N adalah jumlah gigi aktual. Perlu
58
diketahui bahwa jumlah gigi virtual dipakai pada persamaan Lewis dan juga, kadang-
kadang, pada pemotongan gigi miring. Ternyata bahwa jari-jari kelengkungan
yang lebih besar berarti bahwa gigi yang bisa dipakai lebih sedikit, karena di sana
terdapat kurang-potong (undercutting) yang lebih kecil.
59
2-3 RODA GIGI MIRING ANALISA GAYA
Gambar 2-5 adalah sebuah pandangan tiga dimensi dari gaya-gaya yang bekerja
pada gigi roda gigi miring. Titik kerja gaya adalah pada bidang puncak dan pada pusat
muka
Gambar 2-5 Gaya-gaya gigi yang bekerja pada roda gigi miring ke kanan
roda gigi. Dari geometri pada gambar, ketiga komponen dari gaya gigi total
(normal) W adalah
Wr = W sin n
Wt = W cos n cos (2-6)
Wa = W cos n sin
di mana W = gaya total
W r = komponen radial
W t = komponen tangensial; juga disebut beban yang
dipindahkan
Wa = komponen aksial; juga disebut gaya aksial
Biasanya Wt diketahui dan gaya-gaya yang lain dicari. Dalam hal ini, tak sulit untuk
menemukan bahwa
Wr = Wt tan t
Wa = Wt tan (2-7)
Wt
W =
cos n cos
60
Contoh 2-1 Pada Gambar 2-6 sebuah motor listrik 1 hp bekerja pada 1800
rpm pada arah putaran jarum jam, seperti yang terlihat dari sumbu x positif.
Terkunci pada poros motor adlaah sebuah pinion miring bergigi 18 yang
mempunyai sudut tekan 200, sudut kemiringan 300, dan puncak diametral
normalnya adalah 12 gigi/in. Arah kemiringan gigi terlihat pada gambar.
Buatlah sketsa berdimensi tiga dari poros motor dan pinion dan tunjukkanlah
gaya-gaya yang bekerja pada pinion dan reaksi bantalan di A dan B. Gaya
aksial harus dilawan di A.
Gambar 2-6
Penyelesaian Dari persamaan (2-4) kita mendapatkan
tan n tan 20
t = tan 1 = tan 1 = 22.8
cos cos 30
Juga Pt = Pn cos = 12 cos 30 = 10.4 gigi/in. Maka diameter puncak dari pinion
61
Wt 40.5
W = = = 49.8 lb
cos n cos (0.940)(0.866)
Gambar 2-7
Ketiga gaya-gaya ini, Wr ada;ah pada arah y, Wa pada arah x, dan Wt pada arah +z,
terlihat bekerja pada titik C pada Gambar 2-7. Kita mengandaikan reaksi bantalan di
A dan B seperti yang terlihat pada gambar. Maka Fax = Wa = 23.4 lb. Dengan
mengambil momen terhadap sumbu z,
1.73
(17.1)(13) + (23.4) + 10 FB = 0
y
2
Atau FBy = 20 lb. Dengan menjumlahkan gaya-gaya pada arah y maka memberi
10 FBz (40.5)(13) = 0
Atau FBz = 52.6 lb. Dengan menjumlahkan gaya-gaya pada arah z dan
62
harga-harga, memberi
10ix( FBy j FBz k ) Ti + (13i + 0.865 j ) x(23.4i 17.1 j + 40.5k ) = 0
Bila perkalian silang terbentuk, kita mendapatkan
10 FBy k + 10 FBz j ) Ti + (35i 526 j 200k ) = 0
Wt
H = C p (2-9)
C v Fd p I
78
K v = Cv = (2-10)
78 + V
di mana V adalah kecepatan garis puncak dalam fpm.
Faktor geometri untuk roda gigi miring harus memperhitungkan kenyataan
bahwa persinggungan terjadi di sepanjang suatu garis diagonal pada muka gigi dan
kita biasanya berurusan dengan jarak puncak melintang justru bukan dengan
63
jarak puncak normal. Pembebanan terburuk terjadi bila garis persinggungan
tersebut memotong ujung gigi, walaupun ujung yang tak-berbeban akan
memperkuat gigi.
Gambar 2-8
Faktor J untuk n = 20 bisa didapat pada Gambar 2-8. AGMA juga
64
p N = p n cos n (2-13)
Besaran Z adalah panjang dari garis kerja pada bidang melintang. Harga ini
sebaiknya didapat dari denah dua roda gigi, tetapi juga bisa didapat dari
persamaan*
Z= (r p + a ) rbP2
2
(rG + a )2 rbG2 (rP + rG )sin t (2-14)
di mana rp dan rG adalah jari-jari puncak dan rbp dan rbG adalah jari-jari lingkaran dasar,
masing-masing untuk pinion dan roda gigi. Perhatian tertentu harus diambil dalam
menggunakan Persamaan (2-14). Profil gigi di bawah lingkaran dasar tidak
berkonjugasi, dan karena itu, bila (rP + a )2 rbP2 atau (rG + a )2 rbG2 lebih
65
Gambar 2-9 Faktor perbandingan kekerasan CH untuk roda gigi miring.
Faktor K adalah kekerasan Brinell dari roda gigi.(AG-MA information sheet 215.01)
66
Gambar 2-10 Pandangan dari silinder puncak dari sepasang roda gigi miring yang
bersilangan.
Dalam menetapan ukuran gigi; puncak normal harus selalu dipakai. Alasan
akan ini adalah bahwa, bila sudut kemiringan yang berbeda dipakai untuk
penggerak dan yang digerakkan, puncak melintangnya tidak sama. Hubungan antara
sudut poros dan sudut kemiringan gigi adalah
= 1 2 (2-15)
di mana adalah sudut poros. Tanda plus dipakai bila kedua sudut kemiringan
berada pada arah yang sama, dan tanda minus bila mereka mempunyai arah yang
berlawanan. Roda gigi miring yang bersilangan dengan kemiringan yang
berlawanan dipakai bila sudut porosnya adalah kecil.
67
Gambar 2-11. Hubungan gaya aksial, putaran dan arah kemiringan gigi pada
roda gigi miring yang bersilangan.(atas kebaikan Boston Gear Work, Inc.)
68
2-6 RODA GIGI CACING KINEMATIKA
Gambar 2-12 menunjukkan sebuah cacing dan sebuah roda gigi cacing. Perhatikan
bahwa ini adalah sudut poros yang biasa, walaupun sudut yang lain bia dipakai.
cacing adalah dipakai anggota yang seperti ulir pada gambar, dan anda dapat melihat
bahwa cacing ini mempunyai, mungkin lima atau enam gigi (ulir). Suatu cacing
bergigi satu akan sangat mirip dengan bentuk ulir Acme.
Susunan roda gigi cacing bisa mempunyai penutup tunggal atau ganda.
Suatu susunan roda gigi berpenutup tunggal adalah sesuatu di mana roda gigi
dibungkus penuh atau sebagian oleh cacing, seperti terlihat pada Gambar 2-12.
Sebuah susunan roda gigi di mana setiap elemen ditutup sebagian oleh yang lain,
tentu saja, adalah sebuah susunan roda gigi cacing berpenutup ganda. Perbedaan
yang penting antara keduanya adalah bahwa persinggungan bidang (area contact) terjadi
antara gigi-gigi roda gigi berpenutup ganda dan hanya persinggungan garis (line contact)
yang terjadi antara gigi-gigi daripada roda gigi yang berpenutup tunggal.
Tata-nama dari cacing dan roda gigi cacing terlihat pada Gambar 2-13.
Cacing dan roda gigi cacing dari suatu pasangan mempunyai arah kemiringan yang
sama seperti pada roda gigi miring yang bersilangan, tetapi sudut kemiringannya
biasanya agak berbeda. Sudut kemiringan pada cacing umumnya agak besar, dan
pada roda giginya sangat kecil. Karena hal ini, adalah biasa menetapkan sudut
masuk pada cacing dan sudut kemiringan G pada roda gigi; kedua sudut
adalah sama untuk sudut poros 90. Sudut masuk cacing adalah komplemen
dari sudut kemiringan cacing, seperti terlihat pada Gambar 2-13.
Dalam menetapkan puncak dari susunan roda gigi cacing, adalah biasa
menyatakan puncak aksial (axial pitch) p x dari cacing dan jarak lengkung puncak
pada arah melintang (tranverse circular pitch) P t, yang sering disederhanakan dengan
sebutan puncak lengkung, dari roda gigi pasangannya. Harga ini adalah sama
bila sudut porosnya 90o. Diameter puncak dari roda gigi adalah diameter yang
diukur pada suatu bidang yang melalui sumbu cacing, seperti yang terlihat pada
Gambar 2-13; ini adalah sama seperti
69
Gambar 2-12 Roda gigi cacing dan cacing berpenutup tunggal. (Atas kebaikan
Horburgh and Scott Company, Cleve-
Gambar 2-13 Tata nama dari suatu susunan roda gigi cacing berpenutup tunggal
70
C 0.875 C 0.875
dW (2-18)
3.0 1.7
di mana C adalah jarak pusatnya. Perbandingan ini muncul untuk menghasilkan
kapasitas daya susunan roda gigi yang optimum.
Jarak maju (lead) L dan sudut masuk (lead angle) dari cacing mempunyai hubungan
berikut
L = px N w (2-19)
71
2-7 RODA GIGI CACING ANALISA GAYA
Kalau gesekan diabaikan, maka gaya yang timbul dari roda gigi adalah gaya W,
terlihat pada Gambar 2-15, yang mempunyai tiga komponen ortogonal Wx , Wy,
dan W z . Dari geometri pada gambar kita melihat
W x = W cos n sin
W y = W sin n (2-21)
W z = W cos n cos
Gambar 2-14
Gambar 2-15 Gambar dari silinder puncak dari suatu cacing, yang menunjukkan
gaya-gaya yang bekerja dari roda gigi cacing.
72
sudut poros 90. Gaya aksial pada cacing adalah Wz, dan pada roda gigi adalah,
Wx. Karena gaya roda gigi adalah berlawanan dengan gaya-gaya cacing, kita dapat
menyimpulkan hubungan ini dengan menuliskan
W Wt= WGa = W x
W Wr= WGr = W y (2-22)
W Wa= WGt = W z
Adalah sangat menolong dalam menggunakan Persamaan (2-21) dan juga
Persamaan (2-22) untuk mengamati bahwa sumbu roda gigi adalah sejajar dengan arch
x dan sumbu cacing adalah sejajar dengan arah z dan bahwa kita menggunakan sistem
koordinat positif.
Pada pelajaran kita mengenai gigi roda gigi lurus telah kita pelajari
bahwa gerakan dari satu gigi relatif terhadap gigi pasangannya terutama
adalah gerakan gelindingan (rolling); pada kenyataannya, bila persinggungan
terjadi pada titik puncak, gerakan betul-betul gelindingan murni. Sebaliknya,
gerakan relatif yang terjadi antara gigi-gigi cacing dan roda gigi adalah luncuran
(sliding) murni, dan maka kita harus.memperkirakan bahwa gesekan
memainkan suatu peranan yang penting dalam perilaku roda gigi cacing.
Dengan memperkenalkan koefisien gesekan , kita dapat menurunkan
susunan persamaan yang lain mirip dengan yang ada pada Persamaan (2-21). Pada
Gambar 2-15 kita melihat bahwa gaya W yang bekerja tegak lurus pada profil
gigi cacing menghasilkan gaya gesek W f = W, yang mempunyai
komponen W cos pada arah x negatif dan komponen yang lain W sin
pada arah z positif. Persamaan (2-21) karenanya menjadi
W x = W (cos n sin + cos )
W y = W sin n (2-23)
W z = W (cos n cos sin )
Persamaan (2-22), tentu saja, masih terpakai.
Kalau kita memasukkan harga W z ke dalam bagian ketiga dari
Persamaan (2-22) dan mengalikan kedua sisi dengan , kita mendapatkan gaya
gesekan sebesar
73
WGt
W f = W = (2-24)
sin cos n cos
Hubungan penting lainnya bisa didapat dengan menyelesaikan bagian
pertama dan ketiga dari Persamaan (2-22) sekaligus untuk mendapatkan
hubungan antara kedua gaya tangensial tersebut. Hasilnya adalah
cos n sin + cos
WWt = WGt (2-25)
sin cos n cos
Efisiensi bisa ditetapkan dengan menggunakan persamaan
= WWt(tanpa gesekan) (a)
WWt(tanpa gesekan)
74
Banyak percobaan yang telah menunjukkan bahwa koefisien gesekan
tergantung pada kecepatan luncur relatif. NO. Gambar 2-16, VG adalah kecepatan
pada garis puncak dari roda gigi dan Vw kecepatan garis puncak dari cacing.
Secara vektorial, Vw = VG + VS ; karenanya
Vw
Vs = (2-27)
cos
75
Gambar 2-17 Harga-harga yang mewakili koefisien gesek untuk roda gigi cacing.
Harga-harga ini didasarkan pada pelumasan yang baik.
Penyelesaian (a) Puncak aksial adalah sama dengan jarak lengkung puncak
pada arah melintang dari roda gigi, yaitu
Pt = = = 0.5236 in Jawab
P 6
Gambar 2-18
Diameter puncak dari roda gigi adalah d G = d G / P = 30 / 6 = 5 in. Maka jarak pusat-
pusatnya adalah
dW + d G 2 + 5
C= = = 3.5 in Jawab
2 2
Dari Persamaan (2-19) jarak maju adalah
L = p x N W = (0.5236)(2) = 1.0472 in Jawab
Juga, dengan menggunakan Persamaan (2-20), mendapatkan
76
L 1.0472
= tan 1 = tan 1 = 9.47 Jawab
d W (2)
(b) Dengan menggunakan hukum tangan kanan untuk putaran cacing, anda
akan melihat bahwa ibu jari anda menunjuk pada arah z positif. Sekarang pakailah
analogi mur dari baut (cacing berputaran ke kanan, seperti ulir sekrup pada baut),
dan putarlah baut searah dengan jarum jam dengan tangan kanan sambil menjaga
perputaran mur dengan tangan kiri. Mur akan bergerak secara aksial sepanjang baut
menuju ke arah tangan kanan anda. Karenanya permukaan dari roda gigi (Gambar 2-
18) bersinggungan dengan cacing akan bergerak pada arah z negatif. Jadi roda gigi
berputar searah jarum jam terhadap sumbu x, dengan ibu jari tangan kanan anda
menunjuk ke arah x negatif.
Kecepatan garis puncak dari cacing adalah
d W nW (2)(1200)
VW = = = 628 fpm
12 12
Kecepatan dari roda gigi adalah nG = ( 303 )(1200) = 80 rpm. Maka kecepatan garis
puncaknya adalah
d G nG (5)(80)
VG = = = 105 fpm
12 12
77
menggunakan bagian pertama dari Persamaan (2-23), selanjutnya kita mendapatkan
Wx
W=
cos n sin + cos
52.5
= = 278 lb
cos14.3 sin 9.47 + 0.03 cos 9.47
Juga, dari Persamaan (2-23)
W y = W sin n = 278 sin 14.3 = 68.6 lb
WGr = W y = 68.6 lb
WGt = W z = 264 lb
Pada titik ini suatu gambar garis tiga dimensi harus dibuat untuk
menyederhanakan kerja yang akan kita lakukan. Suatu sketsa isometrik, seperti
yang terdapat pada Gambar 2-19, mudah dibuat dan akan membantu anda
untuk menghindarkan kesalahan-kesalahan. Perhatikan bahwa sumbu y adalah
vertikal, sementara sumbu x dan z membentuk sudut 300 dengan horizontal.
Bayangan dari kedalaman dipertinggi dengan menggambarkan garis-garis
sejajar dengan semua sumbu koordinat melalui setiap titik yang kita inginkan.
Gambar 2-19
78
Kita akan membuat B suatu bantalan aksial untuk menahan roda gigi
sehingga poros mengalami gaya tekan. Jadi, penjumlahan gaya-gaya pada arah x
memberi
FBx = 52.5 lb Jawab
Dengan mengambil momen terhadap sumbu z.
(52.5)(2.5) (68.6)(1.5) + 4 FBy = 0 FBy = 58.6 lb Jawab
Dengan mengambil momen terhadap sumbu y.
(264)(1.5) 4 FBz = 0 FBz = 99 lb Jawab
Ketiga komponen ini sekarang dimasukkan ke dalam gambar seperti terlihat
pada B pada Gambar 2-19, Dengan menjumlahkan gaya-gaya pada arah y,
68.6 + 58.6 + FAy = 0 FAy = 10 lb Jawab
Dengan cara yang sama, penjumlahan gaya-gaya pada arah z,
264 + 99 + FAz = 0 FAz = 165 lb Jawab
Kedua komponen ini sekarang dapat diletakkan pada A dalam gambar. Kita
masih mempunyai satu persamaan lagi untuk diluliskan. Penjumlahan momen
terhadap x :
(264)(2.5) + T= 0 T= 660-lb in Jawab
Ini karena kerugian gesekan maka daya putar keluar ini kurang dari hasil
perbandingan roda gigi dan daya putar masuk.
79
Bila perkalian silang terbentuk, kita mendapatkan
660i + 396 j 234k ) + Ti + (4 FBz j + 4 FBy k ) = 0 (2)
Jadi
T = 660i lb in Jawab
FBy = 58.6 lb FBz = 99 lb
Dengan mengambil penjumlahan gaya-gaya berikutnya menghasilkan atau
memasukkan harga-harga yang diketahui
( FAy j + FAz k ) + ( FBx i + 58.6 j + 99k ) + (52.5i 68.6 j 264k ) = 0 (4)
Sehingga
FBx = 52.5 lb
dan
FB = 52.5i + 58.6 j + 99k lb Jawab
Juga, dari Persamaan (4)
FA =10j + 165k lb Jawab
p n = Px cos (2-29)
Dimana = tegangan lentur, psi
WGt = beban yang dipindahkan, lb
80
Pn = puncak lengkung normal, in
81
mG = perbandingan roda gigi, NG/NW
Vs = kecepatan luncur pada diameter rata-rata cacing, fpm
Wf = gaya gesekan, lb
Ks = faktor koreksi bahan dan ukuran
Fe = lebar muka efektif dari roda gigi; lebar muka efektif adalah lebar
muka dari roda gigi atau dua pertiga dari diameter puncak cacing,
yang mana saja yang paling kecil.
Km = faktor koreksi perbandingan
Kv = faktor kecepatan
Harga dari faktor bahan untuk baja yang diperkeras untuk cacing yang
berpasangan dengan roda gigi perunggu terdaftar pada tabel 2-5. Perhatikan
pengaruh dari faktor koreksi ukuran sementara lebar muka bertambah,
82
Tabel 2-6 FAKTOR KOREKSI PERBANDINGAN Km
83
Penyelesaian (a) Dari Tabel 2-5 kita mendapatkan KS = 700.
Diameter puncak dari roda gigi adalah
N G 24
dG = = = 6 in
Pt 4
Diameter puncak dari cacing diketahui 3 in; dua pertiga dari ini adalah 2
in. Tetapi karena lebar muka roda gigi adalah 1 1 2 in, F e = 1.5 in.
Berikutnya, dengan menggunakan mG = N G / N W = 24 / 1 = 24 dan
Tabel 2-6, kita mendapatkan Km = 0.823 dengan interpolasi. Kecepatan
garis puncak dari cacing adalah
d W n (3)(1800)
VW = = = 1414 fpm
12 12
Kemudian, dengan menggunakan Persamaan (2-27), kecepatan luncur adalah
VW 1414
VS = = = 1419 fpm
cos cos 4.767
Maka, dari Tabel 2-7, KV = 0.215. Dengan menggunakan Persamaan (2-
31) kita sekarang mendapat beban yang dipindahkan sebagai
WGt = K s d G0.8 Fe K m K v = (700)(6) 0.8 (1.5)(0.823)(0.215) = 779 lb
Selanjutnya, kalau kita memasuki Gambar 2-17 dengan Vs
=
1419 fpm dan menggunakan kurva B, kita mendapatkan suatu koefisien
gesekan = 0.023. Maka dengan menggunakan Persamaan (2-24) kita
mendapatkan beban gesekan sebesar
WGt 0.023(779)
Wf = = = 18.6 lb
sin cos n cos (0.023) sin 4.767 cos14.5 cos 4.767
Persamaan (2-30) memberi daya kuda masukan pada cacing sebagai
WGt d G nW VS W f 779(6)(1800) 1419(18.6)
H= + = + Jawab
126000mG 33000 (126000)(24) 33000
= 2.78 + 0.800 = 3.58 hp
Daya keluaran dari roda gigi adalah bagian pertama yaitu 2.78 hp.
(b) Dari Tabel 2-4 kita mendapatkan faktor bentuk sebesar y = 0.100.
Puncak diametral normal adalah
84
Pt 4
Pn = = = 4.014
cos cos 4.767
Maka Pn = / 4.014 = 0.783 in. Dengan memasukkan harga ini dan FG = 1.5 in ke
dalam Persamaan (2-28) memberi tegangan lentur pada gigi roda gigi sebesar
WGt 779
= = = 6630 psi Jawab
Pn FG y 0.783(1.5)(0.100)
85
NP NG
tan = tan = (2-32)
NG NP
di mana notasi-bawah P dan G, masing-masing, menyatakan pinion dan
roda gigi, dan di mana dan , masing-masing, adalah sudut puncak dari
pinion dan roda gigi.
86
kekuatan dari pinion. Tabel 2-8 mencatat perbandingan gigi yang standar
pada ujung gigi.yang besar.
87
radial W r, dan gaya aksial Wa. Dari ilmu ukur sudut dari gambar
Wr = Wt tan cos (2-35)
Contoh 2-7 Pinion kerucut pada Gambar 2-23 berputar pada 600
rpm pada arah seperti terlihat pada gambar dan memindahkan 5 hp
kepada roda gigi. Jarak pemasangan, letak semua bantalan, dan jari-jari
puncak rata-rata dari pinion dan roda gigi terlihat pada gambar. Untuk
penyederhanaan, gigi telah diganti dengan kerucut puncak. Bantalan A
dan C harus menerima beban aksial. Carilah gaya-gaya bantalan pada
poros roda gigi tersebut.
Penyelesaian Sudut Puncak adalah
= tan 1 ( 93 ) = 18.4 = tan 1 ( 93 ) = 71.6
88
Kecepatan garis puncak sesuai dengan jari-jari puncak rata-rata adalah
2rP n 2 (1.293)(600)
V = = = 406 lb
12 12
Maka beban yang dipindahkan adalah
33000 H (33000)(5)
Wt = = = 406 lb
V 406
yang bekerja pada arah z positif, seperti pada Gambar 2-24. Selanjutnya kita
Gambar 2-23
Gambar 2-24
89
mempunyai
Wr = Wt tan cos = 406 tan 20 cos 71.6 = 46.6 lb
dari mana
T = 1580 j lb in FCx = 118 lb FCz = 246 lb (3)
Sekarang jumlahkan gaya-gaya ke nol. Jadi
FD + FC + W = 0
Bila bagian-bagiannya dimasukkan, Persamaan (4) menjadi
( FDx i + FDz k ) + (118i + FCy j 246k ) + (46.6i 140 j + 406k ) = 0 (5)
90
Semua ini terlihat pada Gambar 2-24 pada arah yang tepat. Analisa untuk poros
pinion adalah hampir sama.
91
Gambar 2-25 Faktor geometri J untuk roda gigi kerucut lurus; untuk 900 sudut poros
200 sudut tekan dan jarak kebebasan C=0.240/P in. (AGMA Information sheet 225.01)
92
Wt
H = C p (2-38)
C v Fd p I
di mana, lagi, semua harga berkaitan dengan ujung gigi yang besar.
Karena persinggungan gigi roda gigi kerucut cenderung setempat, koefisien
elastis Cp haruslah didasarkan pada analisa Hertzian tentang persinggungan bola
daripada mendasarkan pada persinggungan silinder. Ini memberi harga yang
sedikit berbeda. Jadi, pakailah Tabel 2-10.
Gambar 2-26 adalah sebuah peta dari faktor geometri I untuk roda gigi
kerucut. Semua faktor lainnya bisa didapat dengan menggunakan metoda dari Bab I.
Contoh 2-8 Sepasang roda gigi kerucut yang sama terdaftar pada suatu
katalogus mengenai puncak diametral 5, jumlah gigi 25, lebar muka 1.10
in, sudut tekan 200, dan terbuat dari baja karbon biasa berkadar 0.20
karbon dengan gigi yang diperkeras. Dalam contoh ini bahwa kekerasan
permukaannya adalah 500 Bhn. Roda gigi ini diharapkan untuk dipakai
pada industri umum, dan tampaknya pemakaiannya akan terjadi di mana
kedua roda gigi harus dipasang di luar bantalan.
(a) Tetapkanlah nilai daya kuda didasarkan pada kekuatan lentur
dengan menggunakan faktor keamanan 1.8 dan putaran 600 rpm.
(b) Sama seperti (a), didasarkan pada daya tahan permukaan dan faktor
keamanan
1.20.
93
Tabel 2-10 HARGA-HARGA KOEFISIEN ELASTIS Cp UNTUK RODA GIGI
KERUCUT DAN LAINNYA YANG MEMPUNYAI FUNGSI
PERSINGGUNGAN SETEMPAT.
Gambar 2-26 Faktor geometri I untuk roda gigi kerucut lurus dengan sudut tekan
200 dipasang dengan sudut poros 900
(Sumber AGMA Information Sheet 212.02)
Penyelesaian (a) Diameter puncak pada ujung gigi yang besar adalah d = 25/5 = 5 in.
Karena lebar muka sama dengan 1.10 in, dan sudut puncak dari roda gigi kerucut.
yang sama adalah 45, diameter puncak rata-rata adalah
d av = d F sin = 5 1.10 sin 45 = 4.22 in
Kecepatan garis puncak pada diameter rata-rata adalah
d av n (4.22)(600)
V = = = 663 fpm
12 12
Kita memilih Persamaan (13-27) untuk faktor kecepatan. Jadi
50 50
Kv = = = 0.660
50 + V 50 + 663
94
Gambar 2-25 memberi J = 0.21 untuk faktor geometri. Persamaan (2.37) kemudian
memberi.
Wt P 5Wt
= = = 32.8Wt psi (1)
K v FJ (0.660)(1.10)(0.21)
Langkah selanjutnya adalah mencari kekuatan yang bersangkutan.
Berdasarkan
pada HB=500, kekuatan tarik dalam hal ini adalah
S ut = 500 H B = 500(500)(10) 3 = 250 kpsi seperti yang ditunjukkan oleh
Persamaan (4-16). Kemudian Gambar 2-25 memberi faktor pengerjaan akhir
permukaan sebagai k a = 0.60 , kira-kira. Berdasarkan faktor ukuran pada ujung
gigi yang dasar, yang paling aman, kita mendapat kb = 0.909 dari Tabel 13-9. Dengan
memilih keandalan yang sedang, katakanlah R = 0.90, memberi k c = 0.897 dari Tabel
13-9. Kedua k d dan k e adalah satu. Dengan memisalkan lenturan searah, kita
mendapatkan kf = 1.43 dari Tabel 2-11. Kemudian, karena S e' = 100 kpsi, kita
mendapat
S e = k a k b k c k d k e k f S e' = (0.60)(0.909)(0.897)(1)(1)(1.43)(100) = 70.0 kpsi
Selanjutnya, kita memilih Ko = 1.50 dari Tabel 13-12 dan K m = 1.40 dari Tabel 2-9.
Dengan menggunakan faktor keamanan 1.80, seperti yang diketahui, sekarang kita
mendapatkan
nG = K o K m n = (1.50)(1.40)(1.80) = 3.78
Jadi, dari Persamaan (1), tegangan yang diizinkan didapat sebesar
P = nG = 32.8(3.78)Wt = 124Wt psi
Membuat persamaan tegangan yang diizinkan dengan kekuatan, dan memecahkan
Wt, memberi
70.0(10) 3
Wt = = 565 lb
124
Daya kuda yang bersangkutan adalah
WtV 565(663)
H= 3
= = 11.4 hp Jawab
33(10) 33(10) 3
95
(b) Kekuatan kontak adalah
S C = 0.4 H B 10 = 0.4(500) 10 = 190 kpsi
Dengan menggunakan Tabel 13-15 kita memilih CL = 1.0 dan CR = 0.80. Juga
CH =CT = 1. Maka, dari Persamaan (13.46) kita mendapatkan kekuatan Hertzian
sebagai
CLCH (1)(1)
SH = SC = (190) = 237.5 kpsi
CT C R (1)(0.8)
Karena faktor keamanan terhadap daya tahan permukaan diketahui sama dengan n
= 1.20, kita mempunyai n G = (1.50)(1.40)(1.20) = 2.52. Juga, dari Tabel 2-10,
C p = 2800. Dan Cv = Kv= 0.660. Gambar 2-26 memberi I = 0.065.
Sekarang kita menulis Persamaan (2-38) dalam bentuk
Wt . p
S H = CP
C v Fd P I
2.52Wt
237.5(10) 3 = 2800
(0.660)(1.10)(5)(0.065)
Dengan menyelesaikan persarnaan ini memberi Wt = 674 lb. Maka
WtV 674(663)
H= 3
= = 13.5 hp Jawab
33(10) 33(10) 3
96
Arah putaran (hand) dari spiral didapat dengan menggunakan hukum tangan
kanan, dengan ibu jari menunjuk ke arah sumbu putaran. Pada Gambar 2-27,
sebuah pinion putaran kiri berpasangan dengan roda gigi putaran kanan.
Gigi roda-gigi-kerucut-spiral berkonjugasi dengan rak mahkota dasar
( 2 = 180 ) yang dibentuk, seperti terlihat pada Gambar 2-28, dengan menggunakan
alat pemotong melingkar. Sudut spiral diukur pada jari-jari rata-rata dari roda
gigi. Seperti halnya pada roda gigi miring, roda gigi kerucut spiral memberi aksi
gigi yang lebih mulus dibanding dengan roda gigi kerucut lurus, dan karenanya
sangat berguna di mana ditemui kecepatan yang tinggi. Bantalan anti gesekan
harus dipakai untuk menerima beban aksial, karena beban ini lebih besar
dibanding pada roda-gigi-kerucut lurus. Perbandingan muka-persinggungan (face contact
ratio), yaitu adalah kemajuan muka gigi dibagi dengan jarak lengkung puncak
(Gambar 2-28), paling tidak harus 1.25 untuk mendapatkan aksi gigi spiral yang
sebenarnya.
Gambar 2-27 roda gigi kerucut spiral (atas kebaikan gleason works, rochester, n. Y)
Sudut tekan yang dipakai pada roda gigi kerucut spiral biasanya antara
14 1 2 sampai 20, sementara sudut spiral biasanya 35. Arah putaran spiral haruslah
dipilih sedemikian rupa agar bisa memisahkan roda gigi tersebut satu terhadap lainnya
dan tidak saling berdesakan, yang dapat menyebabkan kemacetan.
97
Gambar 2-28 Pemotongan gigi roda gigi spiral pada rak mahkota dasar
Sebagai contoh, pinion putaran kiri pada Gambar 2-27 akan dipaksa
masuk ke dalam gigi-gigi roda gigi bila ia berputar searah dengan telunjuk tangan
kanan anda bila ibu jari anda menunjuk dari kiri ke kanan. Pada setiap keadaan,
bantalan penumpu harus selalu direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak
longgar atau tidak bergerak dalam arah aksial.
Perbandingan gigi untuk roda gigi kerucut spiral yang mempunyai sudut
tekan 20, sudut spiral 35, dan tinggi potongan diberikan dalam Tabel 2-11.
Untuk-ini ketinggian kerja adalah 1.700/P dan jarak-kebebasan 0.188/ P.
Gaya total W yang bekerja normal terhadap gigi pinion dan dianggap
terpusat pada jari-jari rata-rata dari kerucut puncak bisa dibagi menjadi tiga
komponen tegak lurus. Yaitu beban yang dipindahkan, akan tangensial, Wt,
beban aksial Wa; dan beban pemisah, atau radial; Wr Gaya Wt, tentu saja, bisa
dihitung dari persamaan
T
Wt = (2-39)
rav
di mana T adalah daya putar masukan dan rav adalah jari-jari rata-rata dari
kerucut puncak pinion. Gaya Wa dan Wr tergantung pada arah putaran spiral dan
98
arah putaran. Jadi ada empat kemungkinan yang harus dipertimbangkan. Untuk
pinion dengan spiral arah kanan dengan putaran pinion searah jarum jam dan untuk spiral
arah kanan dengan
Tabel 2-11 ADDENDUM RODA GIGI UNTUK RODA GIGI KERUCUT
SPIRAL YANG MEMPUNYAI PUNCAK DIAMETRAL 1.
99
(2-40) dan (2-41) menghasilkan gaya yang dihasilkan roda gigi pada pinion.
Tanda positif pada Wa atau Wr, menyatakan bahwa gaya itu bekerja dari arah pusat
kerucut.
Gambar 2-29 Faktor geometri J untuk roda gigi kerucut spiral dengan sudut tekan 200
dan sudut spiral 350(atas izin, dari Gear Handbook, Mc. GrawHill, NewYork,1962,pp.13-36)
Gambar 2-30 Faktor geometri I untuk roda gigi kerucut spiral dengan sudut tekan 200
dan sudut spiral 350(atas izin, dari Gear Handbook, Mc. GrawHill, NewYork,1962,pp.13-27)
100
Gaya yang dikeluarkan oleh pinion pada roda gigi adalah sama dan
berlawanan arah. Tentu saja, lawan dari beban pinion aksial adalah beban radial
pada roda gigi, dan lawan dari beban radial pinion adalah beban aksial pada roda
gigi.
Kecuali untuk faktor geometri I dan J, persamaan tegangan dan
kekuatan yang sama berlaku untuk lenturan dan keausan seperti pada roda gigi
kerucut lurus. Gambar 2-29 dan 2-30 dipakai untuk mendapatkan faktor J dan L
Roda Gigi Zerol (Zerol bevel gear) adalah suatu roda gigi yang dipatenkan
yang mempunyai gigi yang melengkung tetapi dengan sudut spiral nol. Jadi ini
bisa dibentuk dengan menggunakan alat yang sama seperti untuk roda gigi
kerucut spiral biasa. Gigi yang melengkung tersebut agak mempunyai aksi gigi
yang lebih baik daripada yang bisa didapat pada roda gigi kerucut bergigi lurus.
Dalam perencanaannya mungkin sebaiknya mengikuti prosedur perencanaan roda
gigi kerucut bergigi lurus dan kemudian menggantikannya ke roda gigi kerucut Zerol.
Sering diinginkan, seperti pada pemakaian diferensial mobil, untuk
memiliki roda gigi yang sama dengan roda gigi kerucut tetapi dengan poros yang
offset. Roda gigi seperti itu disebut roda gigi hypoid karena permukaan puncaknya
adalah hyperbaloid dari putaran. Aksi gigi antara roda seperti itu adalah
gabungan dari gelondongan dan luncuran di sepanjang suatu garis lurus dan
mempunyai banyak persamaan dengan roda gigi cacing. Gambar 2-31
menunjukkan sepasang roda gigi hypoid yang sedang berlibatan.
Gambar 2-32 disertakan untuk membantu dalam pembagian kelas
roda gigi kerucut jenis spiral. Di sini terlihat bahwa roda gigi hypoid mempunyai
suatu offset
101
Gambar 2-31 Roda Gigi Hypoid.
(Atas kebaikan Gleason Works, Rochester, N. Y.).
poros yang kecil. Untuk offset yang lebih besar pinion mulai membentuk cacing
yang tirus, dan pasangan tersebut disebut roda gigi spiroid.
Gambar 2-32 Perbandingan perpotongan dan offset poros roda gigi jenis
kerucut (Atas ijin dari Gear Handbook, MCGrawnhill, New York, 1962, pp, 2-24)
Contoh 2-9 Katakanlah pinion dari Contoh 2-7 (Gambar 2-23) harus
dipotong dengan spiral arah ke kiri dengan sudut 35. Dengan
menggunakan data lainnya pada contoh tersebut, carilah gaya bantalan C
dan D pada poros.
102
Penyelesaian Dengan menggunakan W t = 406 lb, dari Persamaan (2-41) didapat
406
Wa = (tan 20 sin 18.4 + sin 35 cos18.4) = 326 lb
cos 35
406
Wr = (tan 20 cos18.4 sin 35 cos18.4) = 81 lb
cos 35
Ini adalah gaya-gaya roda gigi yang bekerja pada pinion. Sesuai dengan
Gambar 2-23, W t adalah pada arah -z, W a pada arah +x, dan W r pada arah + y.
Komponen gaya yang berkaitan pada roda gigi adalah sama seperti pada
Gambar 2-24. Maka, untuk roda gigi, kita tulis
W = 326i- 81 j + 406k lb Jawab
Prosedur selanjutnya adalah sama seperti pada Contoh 2-7. Hasilnya adalah
Fc = 252i + 81j 251k lb Jawab
FD = 74i 155k lb Jawab
103