Anda di halaman 1dari 49

Bab II

RODA GIGI MIRING (HELICAL),


KERUCUT (BEVEL),
CACING (WORM)

Dalam analisa gaya pada roda gigi lurus, gaya-gaya dianggap bekerja pada
satu bidang datar. Pada bab ini kita akan mempelajari roda-roda gigi di mana gaya-
gaya mempunyai tiga dimensi. Alasan akan hal ini adalah bahwa, dalam kasus roda
gigi miring, gigi-gigi tidak sejajar dengan sumbu putaran. Dan dalam kasus roda gigi
kerucut, putaran poros-porosnya tidak saling sejajar satu terhadap lainnya. Juga ada
beberapa alasan yang lain, seperti yang akan kita pelajari dalam bab ini.
Dalam bab ini kita akan tergantung sepenuhnya pada dasar-dasar yang
diperkenalkan pada bab I, terutama tabel-tabel, dan grafik-grafik yang ada. Dan
untuk setiap jenis roda gigi ini suatu pola penyajian umum yang sama akan
dipakai kinematika, analisa gaya, kekuatan lentur, dan kekuatan permukaan,
secara berurutan.

2-1 RODA GIGI MIRING YANG SEJAJAR KINEMATIKA


Roda gigi miring, dipakai untuk memindahkan gerakan antara poros-poros yang
sejajar, seperti yang terlihat, pada Gambar 2-1. Sudut kemiringan (helix-angle)
adalah sama pada setiap roda gigi, tetapi satu roda gigi harus mempunyai
kemiringan ke sebelah kanan dan yang lain ke arah kiri. Bentuk gigi adalah
suatu involut yang miring dan digambarkan pada Gambar 2-2. Kalau selembar
kertas dipotong seperti jajaran genjang dan digulungkan pada sebuah silinder,
sudut kemiringan dari kertas membentuk sebuah kemiringan yang disebut helix.
Kalau kertas ini kita buka, semua titik pada kemiringan ini membentuk kurva
involut. Permukaan yang didapat bila setiap titik pada kemiringan tersebut
membentuk suatu involut disebut involut miring (involute helicoid).
Persinggungan awal dari gigi-gigi roda gigi lurus adalah sebuah garis di
sepanjang permukaan gigi tersebut. Persinggungan awal dari gigi-gigi roda gigi
miring adalah sebuah titik yang berubah menjadi sebuah garis begitu gigi-gigi

55
tersebut masuk lebih jauh ke dalam persekutuan gigi-gigi tersebut. Pada roda gigi
lurus garis persinggungan adalah sejajar dengan sumbu putaran; pada roda gigi
miring garis tersebut membentuk diagonal pada muka gigi tersebut. Persekutuan
gigi secara bertahap ini dan pemindahan beban secara mulus dari satu gigi ke gigi
yang lainlah yang memberi roda gigi miring kemampuan untuk memindahkan
beban yang besar pada putaran yang tinggi. Karena sifat persinggungan antara
roda-roda gigi miring tersebut, maka perbandingan kontak hanya kecil keguna-
annya, dan adalah luas kontak, yang berbanding lurus dengan lebar muka dari
roda gigilah, yang menjadi sangat penting.

Gambar 2-1 Sepasang roda gigi miring.


(Atas kebaikan The Falk Corporation, Milwaukee, Wis.).

Gambar 2-2 Involut miring


Roda gigi miring memberi bantalan poros beban-beban radial dan aksial. Bila

56
beban aksial tinggi atau mempengaruhi hal-hal yang lain, maka sebaiknya dipakai
roda gigi miring secara ganda. Roda gigi miring yang ganda (bercorak tulang ikan
atau berringbone) adalah ekivalen dengan dua roda gigi miring yang berlawanan,
dipasang berdampingan pada poros yang sama. Mereka menghasilkan reaksi aksial
yang berlawanan arah dan karenanya saling meniadakan beban aksial tersebut.
Bila dua atau lebih roda gigi miring yang tunggal dipasang pada poros
yang sama, arah kemiringan roda-roda gigi tersebut haruslah dipilih sedemikian
agar menghasilkan beban aksial yang minimum.
Gambar 2-3 menyajikan sebagian pandangan atas dari sebuah rak bergigi miring.
Garis ab dan cd adalah garis tengah dua gigi miring yang berdekatan yang diambil
pada bidang puncaknya (pitch plane). Sudut adalah sudut kemiringan (helic angle).

Gambar 2.3 Tata nama roda gigi miring


Jarak ac adalah jarak normal lengkung puncak (normal circular pitch) P t dan
berhubungan dengan jarak melintang (tranverse) lengkung puncak sebagai berikut:
Pn = Pt cos (2-1)
Jarak ad disebut jarak aksial puncak (axial pitch) Px dan dihubungkan oleh persamaan
Pt
Px = (2-2)
tan
Karena Pn Pn = , puncak diametral normal (normal diametral pitch) adalah

Pt
Pn = (2-3)
cos
Sudut tekan n pada arah normal berbeda dengan sudut tekan t pada arah

57
putaran, karena kemiringan gigi-gigi tersebut. Sudut-sudut ini dihubungkan dengan
persamaan
tan n
cos = (2-4)
tan t
Gambar 2-4 menggambarkan sebuah silinder yang dipotong oleh suatu
bidang miring ab pada sudut ke penampang sebelah kanan. Bidang miring ini
membentuk potongan berbentuk arkus yang mempunyai jari-jari
kelengkungan sebesar R. Untuk kondisi di mana =0, jari-jari kelengkungan
adalah R = D/2. Kalau kita bayangkan sudut pelan-pelan dinaikkan dari nol
sampai 90, kita melihat bahwa R mulai dari D/2 dan membesar sampai, bila
=90, R = .

Gambar 2.4 Sebuah silinder yang dipotong oleh suatu bidang yang miring
Jari-jari R adalah jari-jari puncak yang nyata dari suatu gigi roda gigi miring
bila dilihat pada arah elemen gigi. Suatu roda gigi dengan puncak yang sama dan
dengan jari-jari R akan mempunyai jumlah gigi yang besar, karena jari-jarinya
yang membesar. Dalam perencanaan roda gigi miring ini disebut jumlah gigi yang
sebenarnya (virtual number of teeth). Dengan analisa geometri dapat dilihat bahwa
jumlah gigi ini sebenarnya berhubungan dengan jumlah yang nyata (actual) de-
ngan persamaan
N
N'= (2-5)
cos 3
di mana N' adalah jumlah gigi virtual dan N adalah jumlah gigi aktual. Perlu

58
diketahui bahwa jumlah gigi virtual dipakai pada persamaan Lewis dan juga, kadang-
kadang, pada pemotongan gigi miring. Ternyata bahwa jari-jari kelengkungan
yang lebih besar berarti bahwa gigi yang bisa dipakai lebih sedikit, karena di sana
terdapat kurang-potong (undercutting) yang lebih kecil.

2-2 RODA GIGI MIRING PERBANDINGAN GIGI


Kecuali untuk roda,gigi yang berpuncak halus (puncak diametral 20 atau lebih
halus), tidak ada standar untuk perbandingan gigi roda gigi miring. Satu alasan
akan hal ini adalah bahwa adalah lebih murah merubah perencanaan sedikit
daripada menyediakan peralatan yang khusus. Karena roda gigi miring jarang
dipakai secara saling-dapat-dipertukarkan (interchangeably), dan karena banyak
rencana yang berbeda yang masih dapat dipakai bersama, maka sebetulnya
adalah kecil keuntungan yang diperoleh untuk memilikinya dalam susunan yang
saling-dapat-dipertukarkan.
Sebagai petunjuk umum, perbandingan gigi haruslah didasarkan pada
sudut tekan normal 20. Banyak perbandingan yang terdaftar pada Tabel 13-1
dapat dipakai. Dimensi gigi haruslah dihitung dengan menggunakan puncak
diametral normal. Perbandingan ini cocok untuk sudut kemiringan dari 0 sampai
30, dan semua sudut kemiringan bila dipotong dengan alat pemotong hobbing
yang sama. Tentu saja puncak diametral normal dari alat pemotong hobbing dan
roda gigi tersebut haruslah sama.
Suatu susunan perbandingan khusus bisa didasarkan pada sudut tekan
melintang 20 dan memakai puncak diametral melintang. Untuk ini sudut
kemiringan umumnya dibatasi untuk 15, 23, 30, atau 450 . Sudut yang lebih besar
dari 45 tidak disarankan. Puncak diametral normal masih harus dipakai untuk
menghitung ukuran-ukuran gigi.
Banyak pengarang menyarankan bahwa lebar muka dari roda gigi miring
paling tidak dua kali jarak puncak aksial (F = 2px) untuk mendapatkan aksi roda gigi
miring. Pengecualian atas aturan ini adalah roda gigi otomotif, yang mempunyai
lebar muka gigi yang sedikit lebih kecil, dan roda gigi reduksi kapal laut, yang
mempunyai lebar muka gigi lebih besar.

59
2-3 RODA GIGI MIRING ANALISA GAYA
Gambar 2-5 adalah sebuah pandangan tiga dimensi dari gaya-gaya yang bekerja
pada gigi roda gigi miring. Titik kerja gaya adalah pada bidang puncak dan pada pusat
muka

Gambar 2-5 Gaya-gaya gigi yang bekerja pada roda gigi miring ke kanan

roda gigi. Dari geometri pada gambar, ketiga komponen dari gaya gigi total
(normal) W adalah
Wr = W sin n
Wt = W cos n cos (2-6)
Wa = W cos n sin
di mana W = gaya total
W r = komponen radial
W t = komponen tangensial; juga disebut beban yang
dipindahkan
Wa = komponen aksial; juga disebut gaya aksial
Biasanya Wt diketahui dan gaya-gaya yang lain dicari. Dalam hal ini, tak sulit untuk
menemukan bahwa
Wr = Wt tan t
Wa = Wt tan (2-7)
Wt
W =
cos n cos

60
Contoh 2-1 Pada Gambar 2-6 sebuah motor listrik 1 hp bekerja pada 1800
rpm pada arah putaran jarum jam, seperti yang terlihat dari sumbu x positif.
Terkunci pada poros motor adlaah sebuah pinion miring bergigi 18 yang
mempunyai sudut tekan 200, sudut kemiringan 300, dan puncak diametral
normalnya adalah 12 gigi/in. Arah kemiringan gigi terlihat pada gambar.
Buatlah sketsa berdimensi tiga dari poros motor dan pinion dan tunjukkanlah
gaya-gaya yang bekerja pada pinion dan reaksi bantalan di A dan B. Gaya
aksial harus dilawan di A.

Gambar 2-6
Penyelesaian Dari persamaan (2-4) kita mendapatkan
tan n tan 20
t = tan 1 = tan 1 = 22.8
cos cos 30
Juga Pt = Pn cos = 12 cos 30 = 10.4 gigi/in. Maka diameter puncak dari pinion

adalah d P = 18 / 10.4 = 1.73 in. Kecepatan garis puncak adalah


dn (1.73)(1800)
V = = = 815 fpm
12 12
Beban yang dipindahkan adalah
330000 H (33000)(1)
Wt = = = 40.5 lb
V 815
Dari persamaan (2-7) kita mendapatkan
Wr = Wt tan t = (40.5)(0.422) = 17.1 lb

Wa = Wt tan = (40.5)(0.577) = 23.4 lb

61
Wt 40.5
W = = = 49.8 lb
cos n cos (0.940)(0.866)

Gambar 2-7
Ketiga gaya-gaya ini, Wr ada;ah pada arah y, Wa pada arah x, dan Wt pada arah +z,
terlihat bekerja pada titik C pada Gambar 2-7. Kita mengandaikan reaksi bantalan di
A dan B seperti yang terlihat pada gambar. Maka Fax = Wa = 23.4 lb. Dengan
mengambil momen terhadap sumbu z,
1.73
(17.1)(13) + (23.4) + 10 FB = 0
y

2
Atau FBy = 20 lb. Dengan menjumlahkan gaya-gaya pada arah y maka memberi

FAy = 2.9 lb. Dengan mengambil momen terhadap sumbu y, selanjutnya,

10 FBz (40.5)(13) = 0

Atau FBz = 52.6 lb. Dengan menjumlahkan gaya-gaya pada arah z dan

menyelesaikannya memberi FAz = 12.1 lb. Juga, daya putar adalah


T = Wt d P / 2 = (40.5)(1.73 / 2) = 35 lb in.

Contoh 2-2 Selesaikanlah Contoh 2-1 dengan menggunakan vektor.


Penyelesaian Gaya pada C adalah
W = 23.4i 17.1 j + 40.5k
Vektor posisi B dan C dari titik awal A adalah
R B = 10i RC = 13i + 0.865 j
Dengan mengambil momen terhadap A, kita mendapat
R B xFB + T + RC xW = 0
Dengan menggunakan arah yang diandaikan pada Gambar 2-7 dan memasukkan

62
harga-harga, memberi
10ix( FBy j FBz k ) Ti + (13i + 0.865 j ) x(23.4i 17.1 j + 40.5k ) = 0
Bila perkalian silang terbentuk, kita mendapatkan
10 FBy k + 10 FBz j ) Ti + (35i 526 j 200k ) = 0

Sehingga T = 35 lb. In, FBy = 20 lb, dan FBz = 52.6 lb.


Selanjutnya, FA = FB W , dan kemudian FA = 23.4i 2.9 j + 12.1k lb

2-4 RODA GIGI MIRING ANALISA KEKUATAN


Kita ulangi di sini persamaan untuk tekanan lentur dan permukaan pada roda gigi
lurus karena persamaan tersebut juga berlaku pada roda gigi miring.
Wt Pt
= (2-8)
K v FJ

Wt
H = C p (2-9)
C v Fd p I

di mana = tegangan lentur, psi


H = tegangan tekan permukaan, psi
Wt = beban yang dipindahkan, lb.
Pt = puncak diametral melintang, gigi/in
Kv = Cv = faktor dinamis, atau faktor
kecepatan
dp = diameter puncak dari pinion, in
J = faktor geometri (lenturan)
I = faktor geometri (daya, tahan permukaan).
Untuk roda gigi miring faktor kecepatan biasanya diambil berupa

78
K v = Cv = (2-10)
78 + V
di mana V adalah kecepatan garis puncak dalam fpm.
Faktor geometri untuk roda gigi miring harus memperhitungkan kenyataan
bahwa persinggungan terjadi di sepanjang suatu garis diagonal pada muka gigi dan
kita biasanya berurusan dengan jarak puncak melintang justru bukan dengan

63
jarak puncak normal. Pembebanan terburuk terjadi bila garis persinggungan
tersebut memotong ujung gigi, walaupun ujung yang tak-berbeban akan
memperkuat gigi.

Gambar 2-8
Faktor J untuk n = 20 bisa didapat pada Gambar 2-8. AGMA juga

menerbitkan faktor J untuk n =15 dan n = 22.


Faktor geometri I untuk roda gigi miring dan herringbone dihitung dari
persamaan*
sin t cos t mG
I= (2-11)
2m N mG + 1
untuk roda gigi luar. (Pakailah tanda minus pada penyebut bagian kedua untuk
roda gigi dalam). Pada persamaan ini t adalah sudut tekan melintang dan mN adalah
perbandingan pembagian beban dan didapat dari persamaan
pN
mN = (2-12)
0.95Z
Di sini pN adalah puncak dasar normal; yang berkaitan dengan jarak lengkung
puncak normal (normal circular pitch) p n dengan persamaan

64
p N = p n cos n (2-13)
Besaran Z adalah panjang dari garis kerja pada bidang melintang. Harga ini
sebaiknya didapat dari denah dua roda gigi, tetapi juga bisa didapat dari
persamaan*

Z= (r p + a ) rbP2
2
(rG + a )2 rbG2 (rP + rG )sin t (2-14)

di mana rp dan rG adalah jari-jari puncak dan rbp dan rbG adalah jari-jari lingkaran dasar,
masing-masing untuk pinion dan roda gigi. Perhatian tertentu harus diambil dalam
menggunakan Persamaan (2-14). Profil gigi di bawah lingkaran dasar tidak

berkonjugasi, dan karena itu, bila (rP + a )2 rbP2 atau (rG + a )2 rbG2 lebih

b e s a r d a r i ( rp + r G ) sin t , maka bagian itu harus diganti dengan ( rp

+ r G ) sin t . Sebagai tambahan, jari-jari luar yang efektif kadang-kadang


kurang dari r + a memberi pengurangan atau pelengkungan ujung gigi tersebut.
Bila hal ini terjadi, selalulah pakai jari-jari luar yang efektif sebagai pengganti r + a.
Faktor modifikasi dan koreksi untuk roda gigi miring adalah sama
seperti untuk roda gigi lurus, kecuali untuk faktor distribusi beban Km dan Cm
(Tabel 2-1) dan faktor perbandingan kekerasan C H (Gambar 2-9). Dengan
perubahan ini Persamaan (13-31) memberi batas ketahanan dalam lenturan,
Persamaan (13-45) faktor keamanan, dan Persamaan (13-45) dan (13-46) kekuatan
lelah permukaan.
Tabel 2-1 FAKTOR DISTRIBUSI BEBAN Cm DAN Km UNTUK RODA GIGI
MIRING

65
Gambar 2-9 Faktor perbandingan kekerasan CH untuk roda gigi miring.
Faktor K adalah kekerasan Brinell dari roda gigi.(AG-MA information sheet 215.01)

2-5 RODA GIGI MIRING YANG BERSILANGAN


Rolla gigi miring, atau spiral, yang bersilangan adalah roda-roda gigi di mana garis tengah
sumbunya tidak sejajar ataupun tidak berpotongan. Pada dasarnya roda-roda gigi ini
bukanlah roda gigi cacing yang terselubung, karena benda kerja roda gigi tersebut
mempunyai bentuk silinder. Jenis roda gigi ini digambarkan pada Gambar 2-10.
Gigi dari roda gigi miring yang bersilangan mempunyai persinggungan titik
(point contact) satu sama lain, yang berubah menjadi persinggungan garis (line contact)
karena keausan gigi. Karena alasan ini roda gigi ini hanya akan membawa beban
yang sangat kecil. Roda gigi miring yang bersilangan dipakai untuk
instrumental, dan roda gigi ini jelas tidak disarankan untuk dipakai dalam
memindahkan daya.
Tak ada perbedaan antara roda gigi miring yang bersilangan dengan roda gigi
miring biasa sebelum roda-roda gigi ini dipasangkan satu sama lain. Mereka dibuat
dengan cara yang sama. Sepasang roda gigi miring yang bersilangan biasanya
mempunyai arah kemiringan yang sama; yaitu, penggerak dengan kemiringan
kanan berpasangan dengan roda gigi yang digerakkan berkemiringan ke kanan.
Hubungan antara gaya aksial, arah kemiringan gigi, dan putaran pada roda gigi
miring yang bersilangan diperlihatkan pada Gambar 2-11.

66
Gambar 2-10 Pandangan dari silinder puncak dari sepasang roda gigi miring yang
bersilangan.

Dalam menetapan ukuran gigi; puncak normal harus selalu dipakai. Alasan
akan ini adalah bahwa, bila sudut kemiringan yang berbeda dipakai untuk
penggerak dan yang digerakkan, puncak melintangnya tidak sama. Hubungan antara
sudut poros dan sudut kemiringan gigi adalah
= 1 2 (2-15)
di mana adalah sudut poros. Tanda plus dipakai bila kedua sudut kemiringan
berada pada arah yang sama, dan tanda minus bila mereka mempunyai arah yang
berlawanan. Roda gigi miring yang bersilangan dengan kemiringan yang
berlawanan dipakai bila sudut porosnya adalah kecil.

67
Gambar 2-11. Hubungan gaya aksial, putaran dan arah kemiringan gigi pada
roda gigi miring yang bersilangan.(atas kebaikan Boston Gear Work, Inc.)

Diameter puncak didapat dari persamaan


N
d= (2-16)
Pn cos
di mana N = jumlah gigi
Pn = p u n c a k d i a m e t r a l n o r m a l
= sudut kemiringan
Karena diameter puncak tidak langsung berhubungan dengan jumlah gigi, maka
diameter tersebut tidak dapat dipakai untuk mendapatkan perbandingan
kecepatan sudut. Perbandingan ini harus didapat dari perbandingan jumlah gigi.
Dalam perencanaan roda gigi miring yang bersilangan, kecepatan luncur
minimum didapat bila sudut kemiringannya sama. Begitupun, bila sudut
kemiringan tidak sama, roda gigi dengan sudut kemiringan yang lebih besar harus
dipakai sebagai penggerak bila kedua roda gigi mempunyai arah kemiringan yang
sama.
Tidak ada standar perbandingan gigi roda gigi miring yang bersilangan.
Banyak perbandingan yang berbeda-beda memberi aksi gigi yang baik. Karena
gigi bersinggungan titik, usaha harus dilakukan untuk mendapatkan
perbandingan kontak 2 atau lebih. Untuk ini, gigi miring yang bersilangan
biasanya dipotong dengan suatu sudut tekan yang rendah dan gigi yang dalam.

68
2-6 RODA GIGI CACING KINEMATIKA
Gambar 2-12 menunjukkan sebuah cacing dan sebuah roda gigi cacing. Perhatikan
bahwa ini adalah sudut poros yang biasa, walaupun sudut yang lain bia dipakai.
cacing adalah dipakai anggota yang seperti ulir pada gambar, dan anda dapat melihat
bahwa cacing ini mempunyai, mungkin lima atau enam gigi (ulir). Suatu cacing
bergigi satu akan sangat mirip dengan bentuk ulir Acme.
Susunan roda gigi cacing bisa mempunyai penutup tunggal atau ganda.
Suatu susunan roda gigi berpenutup tunggal adalah sesuatu di mana roda gigi
dibungkus penuh atau sebagian oleh cacing, seperti terlihat pada Gambar 2-12.
Sebuah susunan roda gigi di mana setiap elemen ditutup sebagian oleh yang lain,
tentu saja, adalah sebuah susunan roda gigi cacing berpenutup ganda. Perbedaan
yang penting antara keduanya adalah bahwa persinggungan bidang (area contact) terjadi
antara gigi-gigi roda gigi berpenutup ganda dan hanya persinggungan garis (line contact)
yang terjadi antara gigi-gigi daripada roda gigi yang berpenutup tunggal.
Tata-nama dari cacing dan roda gigi cacing terlihat pada Gambar 2-13.
Cacing dan roda gigi cacing dari suatu pasangan mempunyai arah kemiringan yang
sama seperti pada roda gigi miring yang bersilangan, tetapi sudut kemiringannya
biasanya agak berbeda. Sudut kemiringan pada cacing umumnya agak besar, dan
pada roda giginya sangat kecil. Karena hal ini, adalah biasa menetapkan sudut
masuk pada cacing dan sudut kemiringan G pada roda gigi; kedua sudut
adalah sama untuk sudut poros 90. Sudut masuk cacing adalah komplemen
dari sudut kemiringan cacing, seperti terlihat pada Gambar 2-13.
Dalam menetapkan puncak dari susunan roda gigi cacing, adalah biasa
menyatakan puncak aksial (axial pitch) p x dari cacing dan jarak lengkung puncak
pada arah melintang (tranverse circular pitch) P t, yang sering disederhanakan dengan
sebutan puncak lengkung, dari roda gigi pasangannya. Harga ini adalah sama
bila sudut porosnya 90o. Diameter puncak dari roda gigi adalah diameter yang
diukur pada suatu bidang yang melalui sumbu cacing, seperti yang terlihat pada
Gambar 2-13; ini adalah sama seperti

69
Gambar 2-12 Roda gigi cacing dan cacing berpenutup tunggal. (Atas kebaikan
Horburgh and Scott Company, Cleve-

Gambar 2-13 Tata nama dari suatu susunan roda gigi cacing berpenutup tunggal

pada roda gigi lurus, yaitu


N G pt
dG = (2-17)

Karena ini tidak berkaitan dengan jumlah gigi, cacing bisa mempunyai,
diameter puncak yang mana saja; begitupun, diameter ini, harus sama seperti
diameter puncak dari alat hobbing yang dipakai untuk memotong gigi roda gigi
cacing tersebut. Pada umumnya, diameter puncak dari cacing harus dipilih sehingga
jatuh dalam daerah

70
C 0.875 C 0.875
dW (2-18)
3.0 1.7
di mana C adalah jarak pusatnya. Perbandingan ini muncul untuk menghasilkan
kapasitas daya susunan roda gigi yang optimum.
Jarak maju (lead) L dan sudut masuk (lead angle) dari cacing mempunyai hubungan
berikut

L = px N w (2-19)

Tabel 2-2 SUDUT TEKAN DAN KEDALAMAN GIGI YANG


DISARANKAN UNTUK RODA GIGI CACING

Bentuk gigi untuk roda gigi cacing belumlah distrandarisasikan secara


luas, mungkin karena kebutuhan akan hal ini tidaklah banyak. Sudut tekan yang
dipakai tergantung pada sudut masuk dan haruslah cukup besar untuk
menghindarkan kurang-potong dari gigi roda gigi cacing tersebut pada sisi di
mana persinggungan berakhir. Kedalaman gigi yang memuaskan, yang tetap kira-
kira pada berbanding lurus dengan sudut masuk bisa didapat dengan membuat
kedalaman yang berbanding lurus dengan puncak lengkung aksial. Tabel 2-2
menyimpulkan apa-apa yang dianggap sebagai pemakaian praktis yang baik
untuk sudut tekan dan kedalaman gigi.
Lebar muka gigi (face width) FG dari roda gigi cacing haruslah dibuat sama
dengan panjang dari garis singgung pada lingkaran puncak gigi cacing antara titik-
titik perpotongannya dengan lingkaran addendum, seperti terlihat pada Gambar 2-
14.

71
2-7 RODA GIGI CACING ANALISA GAYA
Kalau gesekan diabaikan, maka gaya yang timbul dari roda gigi adalah gaya W,
terlihat pada Gambar 2-15, yang mempunyai tiga komponen ortogonal Wx , Wy,
dan W z . Dari geometri pada gambar kita melihat
W x = W cos n sin
W y = W sin n (2-21)
W z = W cos n cos

Gambar 2-14

Gambar 2-15 Gambar dari silinder puncak dari suatu cacing, yang menunjukkan
gaya-gaya yang bekerja dari roda gigi cacing.

Sekarang kita memakai notasi bawah W dan G untuk menyatakan gaya-gaya


yang bekerja terhadap cacing dan roda gigi, secara berurutan. Kita lihat bahwa
W adalah gaya pemisah atau radial, untuk kedua cacing dan roda gigi. Gaya
tangensial pada cacing adalah Wx dan Wz pada roda gigi, dengan mengandaikan

72
sudut poros 90. Gaya aksial pada cacing adalah Wz, dan pada roda gigi adalah,
Wx. Karena gaya roda gigi adalah berlawanan dengan gaya-gaya cacing, kita dapat
menyimpulkan hubungan ini dengan menuliskan
W Wt= WGa = W x
W Wr= WGr = W y (2-22)
W Wa= WGt = W z
Adalah sangat menolong dalam menggunakan Persamaan (2-21) dan juga
Persamaan (2-22) untuk mengamati bahwa sumbu roda gigi adalah sejajar dengan arch
x dan sumbu cacing adalah sejajar dengan arah z dan bahwa kita menggunakan sistem
koordinat positif.
Pada pelajaran kita mengenai gigi roda gigi lurus telah kita pelajari
bahwa gerakan dari satu gigi relatif terhadap gigi pasangannya terutama
adalah gerakan gelindingan (rolling); pada kenyataannya, bila persinggungan
terjadi pada titik puncak, gerakan betul-betul gelindingan murni. Sebaliknya,
gerakan relatif yang terjadi antara gigi-gigi cacing dan roda gigi adalah luncuran
(sliding) murni, dan maka kita harus.memperkirakan bahwa gesekan
memainkan suatu peranan yang penting dalam perilaku roda gigi cacing.
Dengan memperkenalkan koefisien gesekan , kita dapat menurunkan
susunan persamaan yang lain mirip dengan yang ada pada Persamaan (2-21). Pada
Gambar 2-15 kita melihat bahwa gaya W yang bekerja tegak lurus pada profil
gigi cacing menghasilkan gaya gesek W f = W, yang mempunyai
komponen W cos pada arah x negatif dan komponen yang lain W sin
pada arah z positif. Persamaan (2-21) karenanya menjadi
W x = W (cos n sin + cos )
W y = W sin n (2-23)
W z = W (cos n cos sin )
Persamaan (2-22), tentu saja, masih terpakai.
Kalau kita memasukkan harga W z ke dalam bagian ketiga dari
Persamaan (2-22) dan mengalikan kedua sisi dengan , kita mendapatkan gaya
gesekan sebesar

73
WGt
W f = W = (2-24)
sin cos n cos
Hubungan penting lainnya bisa didapat dengan menyelesaikan bagian
pertama dan ketiga dari Persamaan (2-22) sekaligus untuk mendapatkan
hubungan antara kedua gaya tangensial tersebut. Hasilnya adalah
cos n sin + cos
WWt = WGt (2-25)
sin cos n cos
Efisiensi bisa ditetapkan dengan menggunakan persamaan
= WWt(tanpa gesekan) (a)
WWt(tanpa gesekan)

Masukkan Persamaan (2-25) dengan = 0 pada pembilang dari Persamaan


(a) dan persamaan yang sama pada penyebut. Setelah menyusun kembali,
anda akan mendapatkan efisiensi berupa
cos n tan
= (2-26)
cos n + cot
Dengan memilih harga koefisien gesekan tertentu, misalnya = 0.05, dan
sudut tekan yang seperti terlihat pada Tabel 2-2, kita dapat memakai
Persamaan (2-26) untuk mendapatkan beberapa informasi perencanaan
yang berguna. Dengan menyelesaikan persamaan ini untuk sudut kemiringan
antara 1 sampai 30 memberi hasil yang menarik, terlihat pada Tabel 2-3.

Tabel 2-3 EFISIENSI SUSUNAN RODA GIGI CACING UNTUK = 0,05

74
Banyak percobaan yang telah menunjukkan bahwa koefisien gesekan
tergantung pada kecepatan luncur relatif. NO. Gambar 2-16, VG adalah kecepatan
pada garis puncak dari roda gigi dan Vw kecepatan garis puncak dari cacing.
Secara vektorial, Vw = VG + VS ; karenanya

Vw
Vs = (2-27)
cos

Harga-harga koefisien gesekan yang telah diterbitkan bervariasi sampai 20


persen, yang tak perlu mengherankan karena perbedaan pada pengerjaan akhir dari
permukaan, bahan, dan pelumasan. Harga pada grafik pada Gambar 2-17
mewakili dan menunjukan , kecenderungan yang umum.
Contoh 2-4 Sebuah cacing putaran kanan bergigi 2 memindahkan 1 hp
pada 1200 rpm pada roda gigi cacing bergigi 30. Roda gigi tersebut
mempunyai puncak diametral melintang 6 gigi/in dan lebar muka 1 in.
Cacing tersebut mempunyai diameter puncak 2 in dan lebar muka 2 1 2 in.
Sudut tekan normal adalah 141/2o. Bahan dan pengerjaannya adalah
sedemikian rupa sehingga kurva B dari Gambar 2-17 harus dipakai
untuk mendapatkan koefisien gesekan.
(a) Carilah puncak aksial, jarak pusat, jarak maju, dan sudut masuk.
(b) Gambar 2-18 adalah gambar dari roda gigi cacing yang berorientasi
pada sistem koordinat yang diutarakan sebelumnya pada pasal di atas;
roda gigi ditumpu oleh bantalan A dan B. Carilah gaya yang diberikan
oleh bantalan terhadap poros roda gigi cacing, dan daya putar (torque)
yang keluar.

Gambar 2-16 Komponen kecepatan pada roda gigi cacing

75
Gambar 2-17 Harga-harga yang mewakili koefisien gesek untuk roda gigi cacing.
Harga-harga ini didasarkan pada pelumasan yang baik.

Penyelesaian (a) Puncak aksial adalah sama dengan jarak lengkung puncak
pada arah melintang dari roda gigi, yaitu

Pt = = = 0.5236 in Jawab
P 6

Gambar 2-18
Diameter puncak dari roda gigi adalah d G = d G / P = 30 / 6 = 5 in. Maka jarak pusat-
pusatnya adalah
dW + d G 2 + 5
C= = = 3.5 in Jawab
2 2
Dari Persamaan (2-19) jarak maju adalah
L = p x N W = (0.5236)(2) = 1.0472 in Jawab
Juga, dengan menggunakan Persamaan (2-20), mendapatkan

76
L 1.0472
= tan 1 = tan 1 = 9.47 Jawab
d W (2)
(b) Dengan menggunakan hukum tangan kanan untuk putaran cacing, anda
akan melihat bahwa ibu jari anda menunjuk pada arah z positif. Sekarang pakailah
analogi mur dari baut (cacing berputaran ke kanan, seperti ulir sekrup pada baut),
dan putarlah baut searah dengan jarum jam dengan tangan kanan sambil menjaga
perputaran mur dengan tangan kiri. Mur akan bergerak secara aksial sepanjang baut
menuju ke arah tangan kanan anda. Karenanya permukaan dari roda gigi (Gambar 2-
18) bersinggungan dengan cacing akan bergerak pada arah z negatif. Jadi roda gigi
berputar searah jarum jam terhadap sumbu x, dengan ibu jari tangan kanan anda
menunjuk ke arah x negatif.
Kecepatan garis puncak dari cacing adalah
d W nW (2)(1200)
VW = = = 628 fpm
12 12
Kecepatan dari roda gigi adalah nG = ( 303 )(1200) = 80 rpm. Maka kecepatan garis
puncaknya adalah
d G nG (5)(80)
VG = = = 105 fpm
12 12

Kemudian, dengan menggunakan Persamaan (2-27), kecepatan luncur Vs didapat


sebesar
VW 628
VS = = = 638 fpm
cos cos 9.47
Dengan menggunakan Gambar 2-17, kita mendapat = 0.03: Kita juga akan
memerlukan sudut tekan normal n . Karena sudut kemiringan dari roda gigi adalah
sama dengan sudut masuk cacing, kita dapat menggunakan Persamaan (2-14). Jadi
n = tan 1 (tan i cos ) = tan 1 (tan 14.5 cos 9.47) = 14.3
Untuk mendapatkan gaya-gaya sekarang, kita mulai dengan rumus daya
33000 H (33000)(1)
WWt = = = 52.5 lb
VW 628
Gaya.ini bekerja pada arah x negatif, sama seperti pada Gambar 2-15. Dengan

77
menggunakan bagian pertama dari Persamaan (2-23), selanjutnya kita mendapatkan
Wx
W=
cos n sin + cos
52.5
= = 278 lb
cos14.3 sin 9.47 + 0.03 cos 9.47
Juga, dari Persamaan (2-23)
W y = W sin n = 278 sin 14.3 = 68.6 lb

W z = W (cos n cos sin )


= 278(cos14.3 cos 9.47 0.03 sin 9.47) = 264 lb
Sekarang kita menyatakan komponen-komponen yang bekerja pada roda gigi sebagai
WGa = W x = 52.5 lb

WGr = W y = 68.6 lb

WGt = W z = 264 lb
Pada titik ini suatu gambar garis tiga dimensi harus dibuat untuk
menyederhanakan kerja yang akan kita lakukan. Suatu sketsa isometrik, seperti
yang terdapat pada Gambar 2-19, mudah dibuat dan akan membantu anda
untuk menghindarkan kesalahan-kesalahan. Perhatikan bahwa sumbu y adalah
vertikal, sementara sumbu x dan z membentuk sudut 300 dengan horizontal.
Bayangan dari kedalaman dipertinggi dengan menggambarkan garis-garis
sejajar dengan semua sumbu koordinat melalui setiap titik yang kita inginkan.

Gambar 2-19

78
Kita akan membuat B suatu bantalan aksial untuk menahan roda gigi
sehingga poros mengalami gaya tekan. Jadi, penjumlahan gaya-gaya pada arah x
memberi
FBx = 52.5 lb Jawab
Dengan mengambil momen terhadap sumbu z.
(52.5)(2.5) (68.6)(1.5) + 4 FBy = 0 FBy = 58.6 lb Jawab
Dengan mengambil momen terhadap sumbu y.
(264)(1.5) 4 FBz = 0 FBz = 99 lb Jawab
Ketiga komponen ini sekarang dimasukkan ke dalam gambar seperti terlihat
pada B pada Gambar 2-19, Dengan menjumlahkan gaya-gaya pada arah y,
68.6 + 58.6 + FAy = 0 FAy = 10 lb Jawab
Dengan cara yang sama, penjumlahan gaya-gaya pada arah z,
264 + 99 + FAz = 0 FAz = 165 lb Jawab
Kedua komponen ini sekarang dapat diletakkan pada A dalam gambar. Kita
masih mempunyai satu persamaan lagi untuk diluliskan. Penjumlahan momen
terhadap x :
(264)(2.5) + T= 0 T= 660-lb in Jawab
Ini karena kerugian gesekan maka daya putar keluar ini kurang dari hasil
perbandingan roda gigi dan daya putar masuk.

Contoh 2-5 Selesaikanlah (b) dari Contoh 2-4 dengan menggunakan


vektor.
Penyelesaian Dengan menggunakan Gambar 2-19, tuliskan
WG = 52.5i 68.6 j 264k
Kemudian tetapkan vektor-vektor posisi tersebut
RG = 1.5i + 2.5 j R B = 4i
Dengan menuliskan persamaan momen terhadap A memberi
RG xWG + T + RB xFB = 0 (1)
Dengan memasukkan harga-harga yang diketahui
(1.5i + 2.5 j ) x(52.5i 68.6 j 264k ) + Ti + (4i ) x( FBx i + FBy j + FBz k ) = 0

79
Bila perkalian silang terbentuk, kita mendapatkan
660i + 396 j 234k ) + Ti + (4 FBz j + 4 FBy k ) = 0 (2)
Jadi
T = 660i lb in Jawab
FBy = 58.6 lb FBz = 99 lb
Dengan mengambil penjumlahan gaya-gaya berikutnya menghasilkan atau
memasukkan harga-harga yang diketahui
( FAy j + FAz k ) + ( FBx i + 58.6 j + 99k ) + (52.5i 68.6 j 264k ) = 0 (4)
Sehingga
FBx = 52.5 lb
dan
FB = 52.5i + 58.6 j + 99k lb Jawab
Juga, dari Persamaan (4)
FA =10j + 165k lb Jawab

2-8 NILAI DAYA DARI RODA GIGI CACING


Bila susunan roda gigi cacing dipakai terputus-putus atau pada kecepatan roda
gigi yang rendah, kekuatan lentur dari gigi roda gigi tersebut bisa menjadi
suatu faktor perencanaan yang utama. Karena gigi cacing mengandung
kekuatan yang lebih besar dari gigi roda gigi, maka gigi cacing tersebut
biasanya tidak dipertimbangkan, walaupun metoda sebelumnya bisa dipakai
untuk menghitung tegangan gigi cacing. Gigi-gigi dari roda gigi cacing adalah
tebal dan pendek pada kedua sisi dari muka gigi tersebut dan tipis pada
bidang tengah, dan ini menyulitkan untuk mencari tegangan lentur.
Buckingham* menyesuaikan persamaan Lewis sebagai berikut:
WGt
= (2-28)
Pn FG y

p n = Px cos (2-29)
Dimana = tegangan lentur, psi
WGt = beban yang dipindahkan, lb

80
Pn = puncak lengkung normal, in

Px = puncak lengkung aksial, in

FG = lebar muka dari roda gigi, in


y = faktor bentuk Lewis sesuai dengan jarak lengkung puncak
= sudut masuk

Karena persamaan tersebut hanyalah suatu pendekatan kasar, pemusatan


tegangan tidak dipertimbangkan. Juga, untuk alasan ini, faktor bentuk tidak
disesuaikan dengan jumlah gigi, tetapi hanya terhadap sudut tekan normal.
Harga y terdaftar pada Tabel 4-4.
Persamaan AGMA Untuk nilai daya-kuda masukan (input horsepower rating) dari
roda gigi cacing adalah
WGt d G nW VS W f
H= + (2-30)
126000mG 33000
Bagian pertama pada sebelah kanan adalah daya-kuda keluaran (output horsepower),
dan bagian kedua adalah kerugian daya (power loss). Beban yang dipindahkan yang
diizinkan (permissible) WGt dihitung dari persamaan
WGt = K 3 d G0.8 Fe K m K v (2-31)

Tabel 2-4 HARGA y UNTUK RODA GIGI CACING

Notasi pada Persamaan (2-30) dan (2-31) adalah sebagai berikut


WGt = beban yang dipindahkan, lb
dG = diameter puncak roda gigi, in
nW = kecepatan cacing, rpm.

81
mG = perbandingan roda gigi, NG/NW
Vs = kecepatan luncur pada diameter rata-rata cacing, fpm
Wf = gaya gesekan, lb
Ks = faktor koreksi bahan dan ukuran
Fe = lebar muka efektif dari roda gigi; lebar muka efektif adalah lebar
muka dari roda gigi atau dua pertiga dari diameter puncak cacing,
yang mana saja yang paling kecil.
Km = faktor koreksi perbandingan
Kv = faktor kecepatan

Tabel 2-5 FAKTOR BAHAN Ks UNTUK RODA GIGI CACING YANG


SILINDRIS

* Untuk roda gigi perunggu tembaga-timah dan tembaga-timah-nikel yang


berpasangan dengan cacing baja diperkeras selubung sampai kekerasan minimal
Rockwell 58C.

Harga dari faktor bahan untuk baja yang diperkeras untuk cacing yang
berpasangan dengan roda gigi perunggu terdaftar pada tabel 2-5. Perhatikan
pengaruh dari faktor koreksi ukuran sementara lebar muka bertambah,

82
Tabel 2-6 FAKTOR KOREKSI PERBANDINGAN Km

Sumber: Darle W. Dudley (ed.), Gear Handbook,


McGraw-Hill, New York, 1962, pp. 13-38.

Harga dari faktor koreksi perbandingan Km dan faktor kecepatan Kv


terdaftar pada Tabel 2-6 dan 2-7, secara berurutan.
Contoh 2-6 Suatu Katalogus roda gigi mendaftarkan gigi cacing dari
baja yang diperkeras dengan puncak 4, sudut tekan 14 1 2 , berulir
tunggal, yang berpasangan dengan roda gigi bergigi 24. Roda gigi
tersebut mempunyai lebar muka 1 1 2 in. Spesifikasi dari cacing adalah:
jarak maju 0.7854 in, sudut masuk 4.767, lebar muka 4 1 2 in, diameter
puncak 3 in. Bahan roda gigi adalah perunggu yang dituang pada tuangan
pasir. Bahan cacing adalah baja karbon berkadar 0.40 persen karbon yang
diperkeras.
(a) Perkirakanlah nilai daya yang aman dari susunan roda gigi ini bila
kecepatan cacingnya 1800 rpm.
(b) Berapakah tegangan lentur pada gigi roda gigi pada nilai daya di atas?

Tabel 2-7 FAKTOR KECEPATAN Kp

83
Penyelesaian (a) Dari Tabel 2-5 kita mendapatkan KS = 700.
Diameter puncak dari roda gigi adalah
N G 24
dG = = = 6 in
Pt 4
Diameter puncak dari cacing diketahui 3 in; dua pertiga dari ini adalah 2
in. Tetapi karena lebar muka roda gigi adalah 1 1 2 in, F e = 1.5 in.
Berikutnya, dengan menggunakan mG = N G / N W = 24 / 1 = 24 dan
Tabel 2-6, kita mendapatkan Km = 0.823 dengan interpolasi. Kecepatan
garis puncak dari cacing adalah
d W n (3)(1800)
VW = = = 1414 fpm
12 12
Kemudian, dengan menggunakan Persamaan (2-27), kecepatan luncur adalah
VW 1414
VS = = = 1419 fpm
cos cos 4.767
Maka, dari Tabel 2-7, KV = 0.215. Dengan menggunakan Persamaan (2-
31) kita sekarang mendapat beban yang dipindahkan sebagai
WGt = K s d G0.8 Fe K m K v = (700)(6) 0.8 (1.5)(0.823)(0.215) = 779 lb
Selanjutnya, kalau kita memasuki Gambar 2-17 dengan Vs
=
1419 fpm dan menggunakan kurva B, kita mendapatkan suatu koefisien
gesekan = 0.023. Maka dengan menggunakan Persamaan (2-24) kita
mendapatkan beban gesekan sebesar

WGt 0.023(779)
Wf = = = 18.6 lb
sin cos n cos (0.023) sin 4.767 cos14.5 cos 4.767
Persamaan (2-30) memberi daya kuda masukan pada cacing sebagai
WGt d G nW VS W f 779(6)(1800) 1419(18.6)
H= + = + Jawab
126000mG 33000 (126000)(24) 33000
= 2.78 + 0.800 = 3.58 hp
Daya keluaran dari roda gigi adalah bagian pertama yaitu 2.78 hp.
(b) Dari Tabel 2-4 kita mendapatkan faktor bentuk sebesar y = 0.100.
Puncak diametral normal adalah

84
Pt 4
Pn = = = 4.014
cos cos 4.767
Maka Pn = / 4.014 = 0.783 in. Dengan memasukkan harga ini dan FG = 1.5 in ke
dalam Persamaan (2-28) memberi tegangan lentur pada gigi roda gigi sebesar
WGt 779
= = = 6630 psi Jawab
Pn FG y 0.783(1.5)(0.100)

2-9 RODA GIGI KERUCUT LURUS - KINEMATIKA


Bila roda-roda gigi dipakai untuk miemindahkan gerakan antara poros yang
berpotongan, diperlukan beberapa bentuk roda gigi kerucut. Sebuah susunan roda
gigi kerucut terlihat pada Gambar 2-20, Walaupun roda gigi kerucut biasanya
dibuat untuk sudut poros 90, roda-roda gigi ini bisa dibuat hampir untuk semua
ukuran sudut. Gigi-giginya bisa dituang, dimilling, atau dibentuk. Hanya gigi yang
dibentuk yang bisa digolongkan sebagai yang teliti.
Tata nama dari roda gigi kerucut digambarkan pada Gambar 2-21. Puncak dari
roda gigi kerucut diukur pada ujung besar dari gigi, dan kedua puncak lengkung
dan diameter puncak dihitung dengan cara yang sama seperti pada roda gigi lurus.
Perlu dicatat bahwa jarak kebebasannya adalah merata (uniform).Sudut puncak
ditetapkan oleh pertemuan kerucut puncak pada puncaknya, seperti terlihat pada
gambar. Mereka diperhu bungkan dengan jumlah gigi sebagai berikut:

Gambar 2-20 Roda Gigi Dan Pinion Kerucut Lurus.


(Atas kebaikan Gleason Works, Rochester, N. Y ).

85
NP NG
tan = tan = (2-32)
NG NP
di mana notasi-bawah P dan G, masing-masing, menyatakan pinion dan
roda gigi, dan di mana dan , masing-masing, adalah sudut puncak dari
pinion dan roda gigi.

Gambar 2-21 Tata nama dari roda gigi kerucut


menuniukkan bahwa bentuk gigi, bila diproyeksikan pada punggung kerucut, adalah
sama seperti roda gigi lurus yang mempunyai jari-jari yang sama dengan jarak
punggung kerucut rb. Ini disebut harga pendekatan Tredgold (Tredgold's approxi-
mation). Jumlah gigi pada roda gigi imajiner ini adalah
2rb
N '= (2-33)
p
di mana N ' adalah jumlah gigi virtual (virtual number of the teeth) dan p adalah
puncak lengkung diukur pada ujung besar daripada gigi.
Gigi lurus standar dari roda gigi kerucut dipotong dengan
menggunakan sudut tekan 20o, addenda dan dedenda yang tidak sama, dan
kedalaman gigi yang penuh. Ini menam-
bah perbandingan kontak, menghindari kurang potong, dan menambah

86
kekuatan dari pinion. Tabel 2-8 mencatat perbandingan gigi yang standar
pada ujung gigi.yang besar.

Tabel 2-8 PERBANDINGAN GIGI UNTUK RODA GIGI KERUCUT-


LURUS BERSUDUT 200

2-10 RODA GIGI KERUCUT ANALISA GAYA


Dalam mencari beban poros dan bantalan pada pemakaian roda gigi
kerucut, praktek yang biasa adalah memakai beban tangensial atau yang
dipindahkan atau yang terjadi bila semua gaya terpusat pada titik tengah
gigi.. Walaupun resultants sebenarnya terjadi di suatu tempat antara titik
tengah tersebut dan ujung besar dari gigi, ternyata hanya kecil sekali
penyimpangan yang terjadi dalam membuat pengandaian ini. Untuk
beban yang dipindahkan. ini memberi
T
Wt = (2-34)
rav
di mana T adalah daya putar dan rav adalah jari-jari puncak dari roda gigi
pada titik tengah gigi sesuai dengan pertimbangan di atas.
Gaya-gaya yang bekerja pada pusat gigi tersebut terlihat pada Gambar 2-
22. Gaya resultants W mempunyai tiga komponen, gaya tangensial Wt, gaya

87
radial W r, dan gaya aksial Wa. Dari ilmu ukur sudut dari gambar
Wr = Wt tan cos (2-35)

Wa = Wt tan sin (2-36)


Ketiga,gaya Wt, Wr, dan Wa adalah tegak lurus satu sama lain dan bisa
dipakai untuk mencari beban bantalan dengan menggunakan metoda statika.

Gambar 2-22 Gaya-gaya pada gigi roda gigi kerucut

Contoh 2-7 Pinion kerucut pada Gambar 2-23 berputar pada 600
rpm pada arah seperti terlihat pada gambar dan memindahkan 5 hp
kepada roda gigi. Jarak pemasangan, letak semua bantalan, dan jari-jari
puncak rata-rata dari pinion dan roda gigi terlihat pada gambar. Untuk
penyederhanaan, gigi telah diganti dengan kerucut puncak. Bantalan A
dan C harus menerima beban aksial. Carilah gaya-gaya bantalan pada
poros roda gigi tersebut.
Penyelesaian Sudut Puncak adalah
= tan 1 ( 93 ) = 18.4 = tan 1 ( 93 ) = 71.6

88
Kecepatan garis puncak sesuai dengan jari-jari puncak rata-rata adalah
2rP n 2 (1.293)(600)
V = = = 406 lb
12 12
Maka beban yang dipindahkan adalah
33000 H (33000)(5)
Wt = = = 406 lb
V 406
yang bekerja pada arah z positif, seperti pada Gambar 2-24. Selanjutnya kita

Gambar 2-23

Gambar 2-24

89
mempunyai
Wr = Wt tan cos = 406 tan 20 cos 71.6 = 46.6 lb

Wa = Wt tan sin = 406 tan 20 sin 71.6 = 140 lb

di mana Wr adalah pada arah x dan Wa pada arah y , seperti


tergambar pada sketsa isometrik pada Gambar 2-20.

Dalam menyiapkan pengambilan jumlah momen terhadap


bantalan D, tetapkan dulu vektor posisi dari D ke G.sebagai
RG = 3.88i - (2.5 + 1.293)j = 3.88i - 3.793j
Kita juga akan memerlukan vektor dari D ke C.
Rc = -(2.5 + 3.625)j =-6.125j
Kemudian, penjumlahan momen terhadap D memberi
RG x W + Rc x Fc + T = 0 (1)
Bila kita masukkan bagian-bagiannya pada Persamaan (1), kita mendapatkan
(3.88i 3.793 j ) x(46.6i 140 j + 406k ) + (6.125 j ) x( FCx i + FCy j + FCk k ) + T j = 0
(2)
Setelah pembentukan dua perkalian silang, persamaannya menjadi
(1504i 1580 j 721k ) + (6.125 FCz i + 6.125 FCx k ) + T j = 0

dari mana
T = 1580 j lb in FCx = 118 lb FCz = 246 lb (3)
Sekarang jumlahkan gaya-gaya ke nol. Jadi
FD + FC + W = 0
Bila bagian-bagiannya dimasukkan, Persamaan (4) menjadi
( FDx i + FDz k ) + (118i + FCy j 246k ) + (46.6i 140 j + 406k ) = 0 (5)

Pertama-tama kita melihat bahwa FCy = 140 lb, dan juga

Fc = 118i + 140 j 246k lb


Jawab
Kemudian, dari Persamaan (5)
FD = 71i 160k lb Jawab

90
Semua ini terlihat pada Gambar 2-24 pada arah yang tepat. Analisa untuk poros
pinion adalah hampir sama.

2-11 RODA GIGI KERUCUT TEGANGAN DAN KEKUATAN LENTUR


Pada suatu pemasangan roda gigi kerucut yang khas, misalnya seperti Gambar
2-23, satu di antara roda gigi tersebut sering dipasang di sebelah luar dari
bantalan. Ini berarti bahwa lendutan poros bisa lebih nyata dan mempunyai
pengaruh yang lebih besar pada persinggungan gigi-gigi tersebut. Kesulitan lain
yang timbul dalam memperkirakan tegangan pada gigi roda-gigi kerucut adalah
kenyataan bahwa gigi-gigi tersebut berbentuk tirus. Jadi, untuk mendapatkan
persinggungan garis yang sempurna melalui pusat kerucut, gigi tersebut
haruslah melentur lebih besar pada ujung besar dibanding pada ujung kecil.
Untuk mendapatkan kondisi ini memerlukan adanya kesebandingan yang lebih
besar pada ujung besar. Karena variasi beban di sepanjang muka gigi ini, maka di-
inginkan untuk mempunyai lebar muka yang agak pendek.
Persamaan tegangan lentur pada roda gigi lurus dipakai untuk roda gigi
kerucut, dan untuk memudahkan di sini diulang kembali
Wt P
= (2-37)
K v FJ
di mana semua relasi didasarkan pada ujung besar dari gigi.

91
Gambar 2-25 Faktor geometri J untuk roda gigi kerucut lurus; untuk 900 sudut poros
200 sudut tekan dan jarak kebebasan C=0.240/P in. (AGMA Information sheet 225.01)

Perhatian: Beban yang dipindahkan Wt harus dihitung dengan


menggunakan jari-jari puncak pada ujung besar dari gigi, dalam Persamaan (2-
37). Perhatikan. bahwa ini tidaklah sama dengan beban yang dipindahkan yang
dipakai pada analisa gaya, walaupun simbolnya sama.
Faktor geometri J adalah berbeda untuk roda gigi kerucut karena dipakainya
sistem addendum panjang-dan-pendek dan karena giginya adalah tirus. Pakailah
Gambar 2-25.
Faktor modifikasi dan koreksi untuk roda gigi kerucut adalah sama
seperti untuk roda gigi lurus kecuali untuk faktor distribusi beban Km (Tabel 2-9)*
* AGMA memakai faktor ukuran yang berbeda untuk roda gigi kerucut
dibanding dengan yang lainnya. Begitupun, hal ini diimbangi dengan menyarankan
suatu rangkaian tegangan yang diperbolehkan yang berbeda. Lihat AGMA
Information Sheet 225.01, 1967.

2-12 RODA GIGI KERUCUT DAYA TAHAN PERMUKAAN


Tegangan kontak Hertzian untuk roda gigi kerucut diberikan oleh persamaan

92
Wt
H = C p (2-38)
C v Fd p I

di mana, lagi, semua harga berkaitan dengan ujung gigi yang besar.
Karena persinggungan gigi roda gigi kerucut cenderung setempat, koefisien
elastis Cp haruslah didasarkan pada analisa Hertzian tentang persinggungan bola
daripada mendasarkan pada persinggungan silinder. Ini memberi harga yang
sedikit berbeda. Jadi, pakailah Tabel 2-10.

Tabel 2-9 HARGA PENDEKATAN FAKTOR DISTRIBUSI BEBAN Km DAN


Cm UNTUK RODA GIGI KERUCUT

Gambar 2-26 adalah sebuah peta dari faktor geometri I untuk roda gigi
kerucut. Semua faktor lainnya bisa didapat dengan menggunakan metoda dari Bab I.

Contoh 2-8 Sepasang roda gigi kerucut yang sama terdaftar pada suatu
katalogus mengenai puncak diametral 5, jumlah gigi 25, lebar muka 1.10
in, sudut tekan 200, dan terbuat dari baja karbon biasa berkadar 0.20
karbon dengan gigi yang diperkeras. Dalam contoh ini bahwa kekerasan
permukaannya adalah 500 Bhn. Roda gigi ini diharapkan untuk dipakai
pada industri umum, dan tampaknya pemakaiannya akan terjadi di mana
kedua roda gigi harus dipasang di luar bantalan.
(a) Tetapkanlah nilai daya kuda didasarkan pada kekuatan lentur
dengan menggunakan faktor keamanan 1.8 dan putaran 600 rpm.
(b) Sama seperti (a), didasarkan pada daya tahan permukaan dan faktor
keamanan
1.20.

93
Tabel 2-10 HARGA-HARGA KOEFISIEN ELASTIS Cp UNTUK RODA GIGI
KERUCUT DAN LAINNYA YANG MEMPUNYAI FUNGSI
PERSINGGUNGAN SETEMPAT.

Sumber AGMA Information Sheet 212.02


* elastisitas modulus = Mpsi

Gambar 2-26 Faktor geometri I untuk roda gigi kerucut lurus dengan sudut tekan
200 dipasang dengan sudut poros 900
(Sumber AGMA Information Sheet 212.02)

Penyelesaian (a) Diameter puncak pada ujung gigi yang besar adalah d = 25/5 = 5 in.
Karena lebar muka sama dengan 1.10 in, dan sudut puncak dari roda gigi kerucut.
yang sama adalah 45, diameter puncak rata-rata adalah
d av = d F sin = 5 1.10 sin 45 = 4.22 in
Kecepatan garis puncak pada diameter rata-rata adalah
d av n (4.22)(600)
V = = = 663 fpm
12 12
Kita memilih Persamaan (13-27) untuk faktor kecepatan. Jadi
50 50
Kv = = = 0.660
50 + V 50 + 663

94
Gambar 2-25 memberi J = 0.21 untuk faktor geometri. Persamaan (2.37) kemudian
memberi.
Wt P 5Wt
= = = 32.8Wt psi (1)
K v FJ (0.660)(1.10)(0.21)
Langkah selanjutnya adalah mencari kekuatan yang bersangkutan.
Berdasarkan
pada HB=500, kekuatan tarik dalam hal ini adalah
S ut = 500 H B = 500(500)(10) 3 = 250 kpsi seperti yang ditunjukkan oleh
Persamaan (4-16). Kemudian Gambar 2-25 memberi faktor pengerjaan akhir
permukaan sebagai k a = 0.60 , kira-kira. Berdasarkan faktor ukuran pada ujung
gigi yang dasar, yang paling aman, kita mendapat kb = 0.909 dari Tabel 13-9. Dengan
memilih keandalan yang sedang, katakanlah R = 0.90, memberi k c = 0.897 dari Tabel

13-9. Kedua k d dan k e adalah satu. Dengan memisalkan lenturan searah, kita

mendapatkan kf = 1.43 dari Tabel 2-11. Kemudian, karena S e' = 100 kpsi, kita

mendapat
S e = k a k b k c k d k e k f S e' = (0.60)(0.909)(0.897)(1)(1)(1.43)(100) = 70.0 kpsi

Selanjutnya, kita memilih Ko = 1.50 dari Tabel 13-12 dan K m = 1.40 dari Tabel 2-9.
Dengan menggunakan faktor keamanan 1.80, seperti yang diketahui, sekarang kita
mendapatkan
nG = K o K m n = (1.50)(1.40)(1.80) = 3.78
Jadi, dari Persamaan (1), tegangan yang diizinkan didapat sebesar
P = nG = 32.8(3.78)Wt = 124Wt psi
Membuat persamaan tegangan yang diizinkan dengan kekuatan, dan memecahkan
Wt, memberi
70.0(10) 3
Wt = = 565 lb
124
Daya kuda yang bersangkutan adalah
WtV 565(663)
H= 3
= = 11.4 hp Jawab
33(10) 33(10) 3

95
(b) Kekuatan kontak adalah
S C = 0.4 H B 10 = 0.4(500) 10 = 190 kpsi
Dengan menggunakan Tabel 13-15 kita memilih CL = 1.0 dan CR = 0.80. Juga
CH =CT = 1. Maka, dari Persamaan (13.46) kita mendapatkan kekuatan Hertzian
sebagai
CLCH (1)(1)
SH = SC = (190) = 237.5 kpsi
CT C R (1)(0.8)
Karena faktor keamanan terhadap daya tahan permukaan diketahui sama dengan n
= 1.20, kita mempunyai n G = (1.50)(1.40)(1.20) = 2.52. Juga, dari Tabel 2-10,
C p = 2800. Dan Cv = Kv= 0.660. Gambar 2-26 memberi I = 0.065.
Sekarang kita menulis Persamaan (2-38) dalam bentuk

Wt . p
S H = CP
C v Fd P I

di mana Wt .P = nGWt . Dengan substitusi memberi

2.52Wt
237.5(10) 3 = 2800
(0.660)(1.10)(5)(0.065)
Dengan menyelesaikan persarnaan ini memberi Wt = 674 lb. Maka
WtV 674(663)
H= 3
= = 13.5 hp Jawab
33(10) 33(10) 3

2-13 RODA GIGI KERUCUT SPIRAL


Roda gigi kerucut lurus adalah mudah direncanakan dan sederhana, pembuatannya
dan memberi hasil yang baik dalam pemakaiannya bila dipasang secara tepat dan
teliti. Begitupun, seperti halnya pada gigi lurus, roda gigi ini menjadi bising
pada harga kecepatan garis puncak yang lebih tinggi. Dalam hal ini praktek
perencanaan yang baik sering beralih ke roda gigi kerucut spiral, yang
merupakan rekan roda gigi miring untuk kerucut. Gambar 2-27 menunjukkan
suatu pasangan dari roda gigi kerucut spiral, dan di sini dapat dilihat bahwa
permukaan puncak dan sifat persinggungannya adalah sama seperti pada roda gigi
kerucut lurus, kecuali pada perbedaan yang terjadi oleh bentuk gigi yang spiral.

96
Arah putaran (hand) dari spiral didapat dengan menggunakan hukum tangan
kanan, dengan ibu jari menunjuk ke arah sumbu putaran. Pada Gambar 2-27,
sebuah pinion putaran kiri berpasangan dengan roda gigi putaran kanan.
Gigi roda-gigi-kerucut-spiral berkonjugasi dengan rak mahkota dasar
( 2 = 180 ) yang dibentuk, seperti terlihat pada Gambar 2-28, dengan menggunakan
alat pemotong melingkar. Sudut spiral diukur pada jari-jari rata-rata dari roda
gigi. Seperti halnya pada roda gigi miring, roda gigi kerucut spiral memberi aksi
gigi yang lebih mulus dibanding dengan roda gigi kerucut lurus, dan karenanya
sangat berguna di mana ditemui kecepatan yang tinggi. Bantalan anti gesekan
harus dipakai untuk menerima beban aksial, karena beban ini lebih besar
dibanding pada roda-gigi-kerucut lurus. Perbandingan muka-persinggungan (face contact
ratio), yaitu adalah kemajuan muka gigi dibagi dengan jarak lengkung puncak
(Gambar 2-28), paling tidak harus 1.25 untuk mendapatkan aksi gigi spiral yang
sebenarnya.

Gambar 2-27 roda gigi kerucut spiral (atas kebaikan gleason works, rochester, n. Y)

Sudut tekan yang dipakai pada roda gigi kerucut spiral biasanya antara
14 1 2 sampai 20, sementara sudut spiral biasanya 35. Arah putaran spiral haruslah
dipilih sedemikian rupa agar bisa memisahkan roda gigi tersebut satu terhadap lainnya
dan tidak saling berdesakan, yang dapat menyebabkan kemacetan.

97
Gambar 2-28 Pemotongan gigi roda gigi spiral pada rak mahkota dasar

Sebagai contoh, pinion putaran kiri pada Gambar 2-27 akan dipaksa
masuk ke dalam gigi-gigi roda gigi bila ia berputar searah dengan telunjuk tangan
kanan anda bila ibu jari anda menunjuk dari kiri ke kanan. Pada setiap keadaan,
bantalan penumpu harus selalu direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak
longgar atau tidak bergerak dalam arah aksial.
Perbandingan gigi untuk roda gigi kerucut spiral yang mempunyai sudut
tekan 20, sudut spiral 35, dan tinggi potongan diberikan dalam Tabel 2-11.
Untuk-ini ketinggian kerja adalah 1.700/P dan jarak-kebebasan 0.188/ P.
Gaya total W yang bekerja normal terhadap gigi pinion dan dianggap
terpusat pada jari-jari rata-rata dari kerucut puncak bisa dibagi menjadi tiga
komponen tegak lurus. Yaitu beban yang dipindahkan, akan tangensial, Wt,
beban aksial Wa; dan beban pemisah, atau radial; Wr Gaya Wt, tentu saja, bisa
dihitung dari persamaan
T
Wt = (2-39)
rav
di mana T adalah daya putar masukan dan rav adalah jari-jari rata-rata dari
kerucut puncak pinion. Gaya Wa dan Wr tergantung pada arah putaran spiral dan

98
arah putaran. Jadi ada empat kemungkinan yang harus dipertimbangkan. Untuk
pinion dengan spiral arah kanan dengan putaran pinion searah jarum jam dan untuk spiral
arah kanan dengan
Tabel 2-11 ADDENDUM RODA GIGI UNTUK RODA GIGI KERUCUT
SPIRAL YANG MEMPUNYAI PUNCAK DIAMETRAL 1.

sumber : dari Gleason Works, Rochester, N.Y


putaran pinion berlawanan arah dengan putaran jarum jam, persamaannya adalah
Wt
Wa = (tan n sin sin cos )
cos
(2-40)
Wt
Wr = (tan n cos + sin sin )
cos
Dua hal yang lain adalah spiral kiri dengan putaran searah jarum jam dan spiral kanan
dengan putaran berlawanan dengan arah jarum jam. Untuk kedua hal ini persamaannya
adalah
Wt
Wa = (tan n sin + sin cos )
cos
(2-41)
Wt
Wr = (tan n cos sin sin )
cos
di mana = sudut spiral
= sudut puncak dari pinion
n = sudut tekan normal
dan putaran tersebut diamati dari ujung masukan pada poros pinion. Persamaan

99
(2-40) dan (2-41) menghasilkan gaya yang dihasilkan roda gigi pada pinion.
Tanda positif pada Wa atau Wr, menyatakan bahwa gaya itu bekerja dari arah pusat
kerucut.

Gambar 2-29 Faktor geometri J untuk roda gigi kerucut spiral dengan sudut tekan 200
dan sudut spiral 350(atas izin, dari Gear Handbook, Mc. GrawHill, NewYork,1962,pp.13-36)

Gambar 2-30 Faktor geometri I untuk roda gigi kerucut spiral dengan sudut tekan 200
dan sudut spiral 350(atas izin, dari Gear Handbook, Mc. GrawHill, NewYork,1962,pp.13-27)

100
Gaya yang dikeluarkan oleh pinion pada roda gigi adalah sama dan
berlawanan arah. Tentu saja, lawan dari beban pinion aksial adalah beban radial
pada roda gigi, dan lawan dari beban radial pinion adalah beban aksial pada roda
gigi.
Kecuali untuk faktor geometri I dan J, persamaan tegangan dan
kekuatan yang sama berlaku untuk lenturan dan keausan seperti pada roda gigi
kerucut lurus. Gambar 2-29 dan 2-30 dipakai untuk mendapatkan faktor J dan L
Roda Gigi Zerol (Zerol bevel gear) adalah suatu roda gigi yang dipatenkan
yang mempunyai gigi yang melengkung tetapi dengan sudut spiral nol. Jadi ini
bisa dibentuk dengan menggunakan alat yang sama seperti untuk roda gigi
kerucut spiral biasa. Gigi yang melengkung tersebut agak mempunyai aksi gigi
yang lebih baik daripada yang bisa didapat pada roda gigi kerucut bergigi lurus.
Dalam perencanaannya mungkin sebaiknya mengikuti prosedur perencanaan roda
gigi kerucut bergigi lurus dan kemudian menggantikannya ke roda gigi kerucut Zerol.
Sering diinginkan, seperti pada pemakaian diferensial mobil, untuk
memiliki roda gigi yang sama dengan roda gigi kerucut tetapi dengan poros yang
offset. Roda gigi seperti itu disebut roda gigi hypoid karena permukaan puncaknya
adalah hyperbaloid dari putaran. Aksi gigi antara roda seperti itu adalah
gabungan dari gelondongan dan luncuran di sepanjang suatu garis lurus dan
mempunyai banyak persamaan dengan roda gigi cacing. Gambar 2-31
menunjukkan sepasang roda gigi hypoid yang sedang berlibatan.
Gambar 2-32 disertakan untuk membantu dalam pembagian kelas
roda gigi kerucut jenis spiral. Di sini terlihat bahwa roda gigi hypoid mempunyai
suatu offset

101
Gambar 2-31 Roda Gigi Hypoid.
(Atas kebaikan Gleason Works, Rochester, N. Y.).

poros yang kecil. Untuk offset yang lebih besar pinion mulai membentuk cacing
yang tirus, dan pasangan tersebut disebut roda gigi spiroid.

Gambar 2-32 Perbandingan perpotongan dan offset poros roda gigi jenis
kerucut (Atas ijin dari Gear Handbook, MCGrawnhill, New York, 1962, pp, 2-24)

Contoh 2-9 Katakanlah pinion dari Contoh 2-7 (Gambar 2-23) harus
dipotong dengan spiral arah ke kiri dengan sudut 35. Dengan
menggunakan data lainnya pada contoh tersebut, carilah gaya bantalan C
dan D pada poros.

102
Penyelesaian Dengan menggunakan W t = 406 lb, dari Persamaan (2-41) didapat
406
Wa = (tan 20 sin 18.4 + sin 35 cos18.4) = 326 lb
cos 35
406
Wr = (tan 20 cos18.4 sin 35 cos18.4) = 81 lb
cos 35
Ini adalah gaya-gaya roda gigi yang bekerja pada pinion. Sesuai dengan
Gambar 2-23, W t adalah pada arah -z, W a pada arah +x, dan W r pada arah + y.
Komponen gaya yang berkaitan pada roda gigi adalah sama seperti pada
Gambar 2-24. Maka, untuk roda gigi, kita tulis
W = 326i- 81 j + 406k lb Jawab
Prosedur selanjutnya adalah sama seperti pada Contoh 2-7. Hasilnya adalah
Fc = 252i + 81j 251k lb Jawab
FD = 74i 155k lb Jawab

103

Anda mungkin juga menyukai