Anda di halaman 1dari 17

Statika dan Tegangan

1. Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang kesetimbangan benda, termasuk gaya-
gaya yang bekerja pada sebuah benda agar benda tersebut dalam keadaan setimbang.
a) Gaya
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan benda diam menjadi bergerak atau
sebaliknya dari bergerak menjadi diam. Gaya dapat digambarkan sebagai sebuah vektor,
yaitu besaran yang mempunyai besar dan arah. Gaya biasanya disimbolkan dengan huruf
F.

Gambar 1.1 Perpindahan benda dari A ke B akibat gaya F

Gaya yang bekerja pada benda di atas antara lain:


Gaya berat (W) yang selalu berpusat pada titik beratnya dan arahnya selalu ke
pusat gravitasi bumi. Gaya (F) dapat sejajar dengan permukaan benda atau membentuk
sudut α dengan permukaan tumpuan. Gaya F dapat menyebabkan masa (m) dari diam
menjadi bergerak hingga memiliki percepatan sebesar a (m/s2),
dapat dituliskan:

F = m (Kg) · a (m/s2) = Kg · m/s2 = Newton (N)

Bila gaya F dihilangkan benda (m) akan mengalami perlambatan hingga setelah
waktu t detik benda akan berhenti (kecepatan v = 0). Hal ini karena benda melewati
permukaan kasar yang memiliki gaya gesek (f) yang arahnya selalu berlawanan dengan
arah gerak benda.
Besarnya f tergantung pada harga koefisien geseknya (µ). Semakin kasar
permukaan benda maka koefisien geseknya (µ) akan semakin besar. Bila gaya gesek
lebih besar dari gaya tarik (F), maka benda akan berhenti (v = 0). Gaya gesek (f)
berbanding lurus dengan gaya normal (N) benda atau dapat dituliskan:

f = u · N Newton
di mana:
N = gaya normal yang selalu tegak lurus permukaan benda (Newton)
µ (mu) = koefisien gesek permukaan benda (tanpa satuan)

Aplikasi dari gaya gesek dapat diilustrasikan pada contoh: roda yang masih baru
akan memiliki cengkeraman yang lebih kuat dibanding dengan roda yang aus/halus.
Pengereman di permukaan aspal lebih baik bila dibandingkan dengan di permukaan
lantai keramik, karena µ aspal lebih besar dari µ permukaan keramik.

Gambar 1.2 Gaya gesek antara roda mobil dan aspal jalan

1) Menentukan besarnya gaya


Besarnya gaya dapat ditentukan oleh skala tertentu, misalnya 1 cm mewakili 1
Newton atau kelipatannya. Satuan gaya ditentukan oleh sistem satuan SI (standar
internasional) yang dinyatakan dengan Newton (N).
Garis lukisan gaya itu dapat diperpanjang sesuai besarnya gaya F. Titik tangkap
gaya (A) dapat dipindahkan sepanjang lintasannya, asalkan besar, dan panjangnya
tetap sama sesuai dengan gaya F.

Gambar 1.3 Titik tangkap gaya (A) pada garis kerja gaya

Tegangan
b. Pengertian Tegangan
Hukum Newton pertama tentang aksi dan reaksi. Jika sebuah balok terletak di
atas lantai, balok akan memberikan aksi pada lantai, demikian pula sebaliknya lantai
akan memberikan reaksi yang sama, sehingga benda dalam keadaan setimbang.
Gaya aksi sepusat (F) dan gaya reaksi (F") dari bawah akan bekerja pada setiap
penampang balok tersebut. Jika kita ambil penampang A-A dari balok, gaya sepusat (F)
yang arahnya ke bawah, dan di bawah penampang bekerja gaya reaksinya (F") yang
arahnya ke atas. Pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan di bawah
bidang penampang A-A saling tekan menekan, maka setiap satuan luas penampang
𝐹
menerima beban sebesar: 𝐴
Gambar 1.4 Tegangan yang timbul pada penampang A-A

Beban yang diterima oleh molekul-molekul benda setiap satuan luas penampang
disebut tegangan. Tegangan biasanya dinyatakan dengan huruf Yunani σ (baca: thau).

GEAR (GEAR TUNGGAL)


Pada suatu penggerak biasanya menggunakan gear yang fungsinya adalah merubah
putaran dari maju menjadi mundur ataupun sebaliknya, fungsi gear juga bisa merubah
kecepatan dari lambat menjadi kencang dan sebaliknya.
Seperti kita ketahui bahwa kapasitas mesin juga berbeda-beda yang tak lepas dari prinsip
kerja dari mesin itu sendiri. Kapasitas berhubungan erat dengan speed (kecepatan) mesin
tersebut, sedangkan speed mesin tergantung suatu sistim ’Penggerak’ (Drive). ’Penggerak’
ini lebih identik dengan ’Putaran’ seperti pada Motor Induksi.
Dari Putaran inilah suatu mesin yang menggunakan gear dapat kita ketahui speednya,
tentunya pembaca sudah pernah mengetahui bagaimana caranya !. Di sini saya mengulas
dengan sangat sederhana cara mengetahui ”Speed” dengan mengambil contoh ’Mesin
Conveyor’, dimana mesin tersebut lebih banyak mengutamakan ”Rasio Gir” sebagai acuan
menentukan Maksimum speednya.

RUMUS :

nz1 x z1 = nz2 x z2

nz1 = putaran gir pemutar : Rpm


nz2 = putaran gir yang diputar : Rpm
z1 = jumlah gigi pd gir pemutar :Z
z2 = jumlah gigi pd gir yg diputar :Z
CONTOH :
”Motor induksi + reducer” dipasang gir rantai dan dihubungkan dengan gir ”Roll” pada
”Conveyor belt”.Dimana gir pada ”Motor induksi + reducer” jumlah gigi girnya = 20 Z, putaran
= 70 Rpm, Sedangkan jumlah gigi gir pada ”Roll conveyor belt” = 16 Z. Berapa Rpm pada ”Roll
conveyor belt” tsb.
Penyelesaian :

nz1 = 70 Rpm
nz2 = ? Rpm
z1 = 20 Z
z2 = 16 Z
nz2 = ( nz1 x z1 ) / z2
= (70 x 20) / 16
= 1400 / 16
= 87,5 Rpm (Rotation per menit) atau putaran per menit.
Dari contoh soal diatas bahwa putaran (rpm) roll pengerak adalah 87,5 artinya roll
tersebut akan menarik sabuk dengan kecepatan 87,5 putaran dalam 1 menitnya.

B.RATIO GEAR

Gear ratio/Reduction ratio dapat kita definisikan sebagai perbandingan


antara jumlah putaran yang dihasilkan oleh gear input (drive gear)
terhadap jumlah putaran gear output (driven gear) yang berbeda ukuran.
Contoh, jika gear input berputar sebanyak 3 putaran, sedangkan gear
output berputar sebanyak 1 putaran, maka gear rationya adalah 3:1.
Artinya jumlah putaran gear output "direduksi" sebanyak 3 kali,
sehingga putaran gear output "berkurang" sebanyak 3 kali putaran gear
input.

Formula yang dapat digunakan untuk mengitung gear ratio antara dua
buah gear, adalah:
N1 x Z1 = N2x Z2

Dimana:
N1 = Jumlah putaran gear input
Z1 = Jumlah teeth gear input
N2 = Jumlah putaran gear output
Z2 = Jumlah teeth gear output

Contoh perhitungan, apabila diketahui jumlah teeth pada gear input


(Z1) = 25 teeth, jumlah teeth gear output (Z2) = 100 teeth dan putaran
gear input (N1) diputar sebanyak 100 putaran. Berapakah gear rationya
?

Jawab:
N1 x Z1 = N2 x Z2
100 x 25 = N2 x 100
25000 = N2 x 100
N2 = 2500 : 100
N2 = 25
Sehingga gear rationya kita dapatkan N1 : N2 = 100 : 25 = 4 : 1, atau
bisa juga dituls 4 nya saja.

Firing Order Dan Diagram Kerja Motor Pada Kendaraan


Firing order dan diagram kerja motor biasanya berfungsi untuk mengetahui bagaimana tiap silinder
harus melakukan langkah isap-kompresi-usaha-buang secara urut dan tetap.untuk mencapai proses
pembakaran pada tiap-tiap silinder tidak dibuat serentak melainkan dibuat bergantian.Urutan dari
proses kerja tiap silinder ini disebut firing order.Firing order ini akan mempengaruhi bentuk poros
engkol,poros cam dan pompa injeksi,Misalnya diketahui suatu kendaraan mempunyai firing order 1-3-4-
2,pengertiannya adalah setelah silinder 1 melakukan langkah kompresi maka selanjutnya akan disusul
langkah kompresi pada silinde 3,kemudian silinder 4 dan kemudian silinder 2. Firing order biasanya
ditentukan dengan mempertimbangkan jumlah silinder dan getaran yang mungkin timbul. Firing order
tiap-tiap mesin berbeda tergantung dari masing-masing produsen mesin.Firing order ini tidak perlu
dirubah-rubah firin order yang umum digunakan adalah sebagai berikut

Jumlah Silinder Firing Order


3 1-3-2 dan 1-2-3
4 1-3-4-2 dan 1-2-4-3
6 1-4-2-6-3-5-6 dan 1-5-3-6-2-4
8 1-8-4-3-6-5-7-2

Diagram kerja motor adalah penggambaran kerja langkah-langkah motor secara keseluruhan yang
ditampilkan dalam satu diagram. Semua kerja motor digambarkandalam satu garis tegak lurus. Sumbu
mendatar menggambarkan kerja dari silinder sedangkan sumbu tegak menggambarkan masing-masing
silindernya.karena dalam dalam satu proses kerja motor 4 tak memerlukan 2 kali putaran poros engkol
atau 720' poros engkol,maka panjang diagaram adalah 720',sedangkan tinggi diagram tergantung dari
jumlah silindernya . Faktor lain yang mempengaruhi diagram kerja adalah firing order,karena itu motor
yang jumlah silindernya sama tetapi firing ordernya lain maka diagram kerjanya pun akan lain.
Dibawah ini ditunjukakan contoh gambar daigram kerja motor 4 tak 4 siinder dengan fo 1-3-4-2.
karena proses kerja motor 4 tak adalah 2 kali peros enkol,maka jarak pengapian tiap silindernya
adalah 720:4= 180 artinya kompresi antara silinder satu dengan urutan berikutnya adalah 180' dan juga
dengan silinder seterusnya
Silinder 0' (TMA) 180' 360' 720'
1 ISAP KOMPRESI USAHA BUANG
2 KOMPRESI USAHA BUANG ISAP
3 BUANG ISAP KOMPRESI USAHA
4 USAHA BUANG ISAP KOMPRESI
Dari diagaram diatas dapat dilihat bahwa saat silinder 1 pada langkah kompresi ,silinder 2 sedang
langkah usaha, silinder 3 sedang langkah hisap, silinder 4 sedang langkah buang
SISTEN TRANSMISI DAN
PENJELASANNYA
PENGERTIAN

Sistem transmisi, dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi


untuk konversi torsi dankecepatan (putaran) dari mesin menjadi
torsi dan kecepatan yang berbeda-beda untuk diteruskan
ke penggerak akhir. Konversi ini mengubah kecepatan putar yang
tinggi menjadi lebih rendah tetapi lebih bertenaga, atau
sebaliknya.

FUNGSI TRANSMISI
Secara umum transmisi sebagai salah satu komponen sistem pemindah
tenaga (power train) mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Meneruskan tenaga / putaran mesin dari kopling ke poros propeler.
2. Merubah momen yang dihasilkan mesin sesuai dengan kebutuhan
(beban mesin dan kondisi jalan).
3. Merubah momen yang dihasilkan mesin sesuai dengan kebutuhan
(beban mesin dan kondisi jalan).
KOMPONEN TRANSMISI

TIPE

Transmisi otomatis

adalah transmisi yang melakukan perpindahan gigi percepatan secara otomatis.


Untuk mengubah tingkat kecepatan pada sistem transmisi otomatis ini digunakan
mekanisme gesek dan tekanan minyak transmisi otomatis. Pada transmisi otomatis
roda gigi planetari berfungsi untuk mengubah tingkat kecepatan dan torsi seperti
halnya pada roda gigi pada transmisi manual.
Kecendenderungan masyarakat untuk menggunakan transmisi otomatis semakin
meningkat dalam beberapa tahun belakangan ini, khususnya untuk mobil-mobil
mewah, bahkan type-type tertentu sudah seluruhnya menggunakan transmisi
otomatis. Kenderungan yang sama terjadi juga pada sepeda motor sepertiYamaha
Mio, Honda Vario.

CARA KERJA SISTEM TRANSMISI OTOMATIS PADA MOTOR MATIC


CVT (Continuous Variable Transmission)
CVT adalah sistem perpindahan kecepatan secara full otomatis sesuai dengan putaran mesin.
sistem ini tidak memakai gigi transmisi, tetapi sebagai gantinya menggunakan 2 buah pulley
(depan dan belakang) yang dihubungkan oleh sabuk (V-BELT) dengan sistem ini nantinya
pengendara tidak perlu mengoperasikan perpindahan gigi sehingga lebih mudah. Hanya dengan
memutar handle gas untuk menambah kecepatan dan mengendurkan gas untuk mengurangi
kecepatan.
Pulley depan berhubungan langsung dengan kruk as sedangkan pulley belakang berhubungan
dengan final gear langsung ke roda belakang. Kedua pulley ini dapat melebar dan mengecil
sehingga akan mendesak sabuk kearah luar. lebar kecilnya pulley depan tergantung dari putaran
mesin berdasarkan gaya, sentrifugal, pulley belakang lebih kecilnya tergantung dari tarikan
pulley depan.
Pada saat langsam posisi sabuk pulley depan kecil sedangkan pulley belakang besar, sehingga
jika diibaratkan gigi maka perbandingannya ringan. Saat putaran menengah posisi sabuk pulley
depan dan belakang sama besar, dan saat putaran tinggi sabuk pulley depan besar sedangkan
sabuk pulley belakang kecil sehingga perbansingannya berat.
Keunggulan CVT ini selain pengoperasiannya mudah. perawatannya juga relatif murah. Yang
perlu diperhatikan kondisi sabuk (V-BELT) harus selalu diperiksa setiap 20.000 km. Tergantung
cara pemakaian dan kondisi medan jalan. Jika V-BELT sudah retak-retak atau memanjang maka
sebaiknya diganti baru.

TRANSMISI MANUAL

Transmisi manual adalah sistem transmisi otomotif yang memerlukan pengemudi sendiri
untuk menekan/menarik seperti pada sepeda motor atau menginjak kopling seperti
pada mobildan menukar gigi percepatan secara manual. Gigi percepatan dirangkai di
dalam kotak gigi/gerbox untuk beberapa kecepatan, biasanya berkisar antara 3 gigi
percepatan maju sampai dengan 6 gigi percepatan maju ditambah dengan 1 gigi
mundur (R). Gigi percepatan yang digunakan tergantung kepada kecepatan
kendaraan pada kecepatan rendah atau menanjak digunakan gigi percepatan 1 dan
seterusnya kalau kecepatan semakin tinggi, demikian pula sebaliknya kalau
mengurangi kecepatan gigi percepatan diturunkan, pengereman dapat dibantu dengan
penurunan gigi percepatan.

PRINSIP KERJA TRANSMISI MANUAL


Transmisi bekerja berdasarkan prinsip Perubahan Momen.
Saat mobil menempuh jalan yang rata, momen mesin cukup untuk menggerakkan mobil.
Transmisi digunakan untuk merubah momen dengan cara memindah perbandingan roda
gigi sehingga dihasilkan momen yang sesuai dengan beban mesin dan kondisi jalan , dan
memindahkan momen tersebut keroda – roda. Bila kendaraan harus mundur, arah putaran
dibalik oleh transmisi sebelum dipindah keroda-roda.
KOMBINASI RODA GIGI (Gear Combination).
Kombinasi dasar roda gigi transmisi.
Bila dua roda gigi dikombinasikan seperti pada gambar di bawah ini, maka arah putaran
dari input shaft (A : Sisi mesin dengan poros input) akan berbalik arah pada poros output
( B : Sisi proppeler shaft ).
Gerak Maju.
Dua pasang roda gigi pad transmisi dikombinasikan seperti pada gambar di bawah, untuk
memperoleh putaran output shaft searah dengan input shaft.Perbandingan roda gigi
dalam suatu kombinasi ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
Gerak Mundur.
Mesin tidak dapat berputar pada arah kebalikannya karena terbatas keadaan, roda gigi
idle (idler gear) dipasang diantara roda gigi A dan B untuk merubah arah putaran, dengan
demikian mobil dapat berjalan mundur.
MACAM_MACAM TRANSMISI MANUAL
Berdasarkan cara pemindahan gigi maka transmisi manual dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Tipe Sliding mesh.
2. Tipe Constant mesh.
3. Tipe Sincromesh.
Transmisi Tipe Sliding Mesh.
Transmisi Tipe Sliding Mesh adalah jenis transmisi manual yang cara kerja dalam
pemindahan gigi dengan cara menggeser langsung roda gigi input dan out putnya.
Transmsi jenis ini jarang digunakan, karena mempunyai kekurangan–kekurangan :
1. Perpindahan gigi tidak dapat dilakukan secara langsung/memerlukan waktu beberapa
saat untuk melakukan perpindahan gigi.
2. Hanya dapat menggunakan salah satu jenis roda gigi.
3. Suara yang kasar saat terjadi perpindahan gigi.
Transmisi Tipe Constant Mesh.
Transmisi tipe constant mesh adalah jenis transmisi manual yang cara kerja dalam
pemindahan giginya memerlukan bantuan kopling geser agar terjadi perpindahan tenaga
dari poros input ke poros out put. Transmisi jenis constant mesh antara roda gigi input
dan out put nya selalu berkaitan, tetapi roda gigi out put tidak satu poros dengan poros
out put transmisi. Tenaga akan diteruskan ke poros out put melalui mekanisme kopling
geser. Transmisi jenis ini memungkinkan untuk menggunakan roda gigi lebih dari satu
jenis.
Transmisi Semi-Otomatis
Transmisi semi-otomatis merupakan tranmisi yang perpindahan gigi percepatannya tanpa
menginjak/menekan kopling, sistem ini menggunakan
sensor elektronik, prosesor dan aktuator untuk memindahkan gigi percepatan atas perintah
pengemudi. Sistem ini dikembangkan untuk mengantisipasi kemacetan lalu
lintas didaerahperkotaan. Transmisi semi otomatis juga digunakan pada mobil-mobil sport
mewah seperti digunakan Porsche, Maserati, Ferrari yang kadang-kadang ditempatkan
pada setir untuk mempermudah perpindahan gigi percepatan.

Pemakaian lain
Motor bebek yang beredar di Indonesia pada awal tahun 1970an sampai sekarang umumnya
menggunakan transmisi semi-otomatis yang sederhana, motor bebek sangat populer pada waktu
itu baru belakangan ini mulai diproduksi dan dipasarkan motor transmisi otomatis seperti
digunakan pada Yamaha Mio, Honda Vario.
Gambar-gambar transmisi
Transmisi pada kendaraan berfungsi untuk menyesuaikan putaran dan momen puntir (torsi) yang dihasilkan
engine agar sesuai untuk kecepatan kendaraan dan beban kendaraan pada suatu kondisi tertentu. Contoh rasio
transmisi:

Gear
Ratio
1
3.307
2
1.750
3
1.171
4
0.923
5
0.767

Final Reduction
4.625

Final reduction adalah perbandingan antara putaran input dan output pada differential, sebelum daya putaran
diberikan ke roda. Final reduction akan menurunkan putaran dan meningkatkan torsi. Pada sepeda motor, final
reduction adalah perbandingan roda gigi rantai (sprocket) yang besar pada roda belakang, dibagi dengan
sprocket yang kecil pada output transmisi. Beberapa kendaraan didesain dengan beberapa rasio, seperti rasio
primer dan sekunder, low, high, dan lain-lain. Jika rasio-rasio transmisi tersebut bekerja pada kecepatan
tertentu, maka rasio-rasio tersebut harus juga dicantumkan dalam kalkulasi untuk kecepatan yang
bersangkutan.

Ukuran roda akan mempengaruhi kecepatan kendaraan. Karena roda (velg) dan ban sering dimodifikasi, maka
pengukuran kecepatan kendaraan dengan speedometer akan menjadi kurang akurat. Untuk menghitung
kecepatan dengan berpatokan pada RPM engine, maka dibutuhkan data keliling ban. Pengukuran keliling ban
dilakukan dengan mengukur tinggi roda dari tanah ke titik pusat as roda (tire rolling radius). Perlu diketahui
bahwa tinggi roda dari tanah akan sedikit lebih kecil dari radius ban, hal ini karena adanya bagian yang
flexibel dari ban dan akibat berat kendaraan maka tingginya sedikit menjadi lebih rendah. Harap lihat gambar
roda dibawah, panah merah menunjukkan tire rolling radius.

Jika anda mengendarai kendaraan dengan putaran engine 3000 RPM dan menggunakan persneling gigi 5
dengan rasio seperti pada tabel diatas, dan diketahui tyre rolling radius adalah 270 mm. Maka untuk
menghitung kecepatan kendaraan adalah:

Putaran roda = putaran engine / rasio transmisi / final reduction

Putaran roda = 3000 RPM / 0.767 / 4.625 = 846 RPM

Keliling ban = 270 mm x 2 x 22/7 = 1697 mm

Kecepatan = Putaran roda x Keliling ban x 60 / 1.000.000

Kecepatan = 846 x 1697 x 60 / 1.000.000 = 86 kmh

Jika kecepatan kendaraan diketahui dengan speedometer, tapi tidak ada RPM gauge. Maka putaran engine
dapat diketahui dengan cara kebalikan kalkulasi diatas.

Misal: anda sering mengganti perseneling gigi 1 ke gigi 2 pada kecepatan 30 kmh, dan perlu memastikan pada
putaran engine berapakah kecepatan 30 kmh untuk gigi 1 dan 2 tersebut. Dengan menggunakan tabel contoh di
atas untuk rasio persneling, dan tyre rolling radius misalnya adalah 270 mm, maka:

Keliling ban = 270 mm x 2 x 22/7 = 1697 mm

Putaran roda = kecepatan x 1.000.000 / 60 / keliling ban

Putaran roda = 30 x 1.000.000 / 60 / 1697 = 295 RPM

Putaran engine pada gigi 1 = putaran roda x rasio transmisi gigi satu x final reduction

Putaran engine pada gigi 1 = 295 x 3,307 x 4,625 = 4512 RPM

Putaran engine pada gigi 2 = 295 x 1,750 x 4,625 = 2388 RPM


Jika modifikasi kendaraan hanya dilakukan pada roda dan ban, tanpa modifikasi pada rasio transmisi, maka
hasil pengukuran speedometer dapat dikoreksi dengan perbandingan tire rolling radius hasil modifikasi dibagi
dengan tire rolling radius standard (orisinal). Contoh: tire rolling radius yang orisinal dari pabrikan adalah 270
mm, lalu roda (velg) dan ban diganti sehingga tire rolling radius menjadi 300 mm, jika speedometer mengukur
100 kmh, maka kecepatan sebenarnya adalah:

Kecepatan sebenarnya = kecepatan speedometer x tire rolling radius modifikasi / tire rolling radius standard

Kecepatan sebenarnya = 100 kmh x 300 / 270 = 111 kmh

Pompa Oli…
jika ingin modif spesies Gl juga harus mengganti pompa olinya…jumlah geranya pun berbeda, di tiger ada 34
mata sedangkan di GL pro ada 37 mata…tentu hitungan modulnya menyesuaikan gigi primer/sekunder
masing2…..
Perbandingan Gear Ratio GL vs Tiger
dikalangan CB/GL mania…pencangkokan 6speed gear tiger terkesan menjadi sebuah keharusan setelah
menjalani serangkaian modif..apalagi kalo sudah naik stroke…dengan mencangkok kruk-as
tiger….weh..weh…weh….
Rasio GL pro/neotech Rasio Tiger
gigi 1 14/32 gigi 1 14/34
gigi 2 16/31 gigi 2 16/27
gigi 3 19/24 gigi 3 25/32
gigi 4 22/22 gigi 4 24/25
gigi 5 31/26 gigi 5 31/28
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>gigi 6 27/22
nah dihitung sendiri……dan bandingkan…mirip kan???!!! so dari data yang ada…ke-2 varian ini cuma
memiliki perbedaan mencolok di final gear dan perbandingan gigi primer/sekunder…..so kelihatan sekali
bahwa pada Tiger..perbandingan gear primer/sekunder memiliki perbandingan lebih berat untuk mengimbangi
torsi gede akibat langkah yang panjang 62.2mm……………….

Cara ngitung kecepatan motor!! rpm sangat berpengaruh broo..

perbandingan gigi primer/sekunder, gigi rasio, juga final gear…me ngitung kecepatan motor berapa
Rumus dasar
Power = Torsi x 2 π x Rpm…..
Rpm = Power/torsi * 2π
jika rasio primer/sekunder tiger adalah 68/22 = 3.09
reduksi gigi rasio di gigi 5 28/31 = 0.903
final gear pake 44/15 = 2.933
karna memakai ring 18 dengan profil ban 110/80 didapat keliling ban = 1,7meter
maka pada rpm 8000 honda tiger memiliki kecepatan 8000/3.09*0.903*2.933 = 977.53 putaran roda/menit
atau 16.29 putaran roda/detik
jika keliling roda adalah 1.7 meter maka didapat 1.7*16.29 = 27.69 meter/detik = 99.7 km/jam
Transmisi pada kendaraan berfungsi untuk menyesuaikan putaran dan momen puntir (torsi) yang
dihasilkan engine agar sesuai untuk kecepatan kendaraan dan beban kendaraan pada suatu kondisi
tertentu. Contoh rasio transmisi:

Gear Ratio
1 3.307
2 1.750
3 1.171
4 0.923
5 0.767

Final
Reduction 4.625

Final reduction adalah perbandingan antara putaran input dan output pada differential, sebelum daya
putaran diberikan ke roda. Final reduction akan menurunkan putaran dan meningkatkan torsi. Pada
sepeda motor, final reduction adalah perbandingan roda gigi rantai (sprocket) yang besar pada roda
belakang, dibagi dengan sprocket yang kecil pada output transmisi. Beberapa kendaraan didesain
dengan beberapa rasio, seperti rasio primer dan sekunder, low, high, dan lain-lain. Jika rasio-rasio
transmisi tersebut bekerja pada kecepatan tertentu, maka rasio-rasio tersebut harus juga dicantumkan
dalam kalkulasi untuk kecepatan yang bersangkutan.

Ukuran roda akan mempengaruhi kecepatan kendaraan. Karena roda (velg) dan ban sering dimodifikasi,
maka pengukuran kecepatan kendaraan dengan speedometer akan menjadi kurang akurat. Untuk
menghitung kecepatan dengan berpatokan pada RPM engine, maka dibutuhkan data keliling ban.
Pengukuran keliling ban dilakukan dengan mengukur tinggi roda dari tanah ke titik pusat as roda (tire
rolling radius). Perlu diketahui bahwa tinggi roda dari tanah akan sedikit lebih kecil dari radius ban, hal
ini karena adanya bagian yang flexibel dari ban dan akibat berat kendaraan maka tingginya sedikit
menjadi lebih rendah. Harap lihat gambar roda dibawah, panah merah menunjukkan tire rolling radius.

Jika anda mengendarai kendaraan dengan putaran engine 3000 RPM dan menggunakan persneling gigi 5
dengan rasio seperti pada tabel diatas, dan diketahui tyre rolling radius adalah 270 mm. Maka untuk
menghitung kecepatan kendaraan adalah:

Putaran roda = putaran engine / rasio transmisi / final reduction


Putaran roda = 3000 RPM / 0.767 / 4.625 = 846 RPM

Keliling ban = 270 mm x 2 x 22/7 = 1697 mm

Kecepatan = Putaran roda x Keliling ban x 60 / 1.000.000

Kecepatan = 846 x 1697 x 60 / 1.000.000 = 86 kmh

Jika kecepatan kendaraan diketahui dengan speedometer, tapi tidak ada RPM gauge. Maka putaran
engine dapat diketahui dengan cara kebalikan kalkulasi diatas.

Misal: anda sering mengganti perseneling gigi 1 ke gigi 2 pada kecepatan 30 kmh, dan perlu
memastikan pada putaran engine berapakah kecepatan 30 kmh untuk gigi 1 dan 2 tersebut. Dengan
menggunakan tabel contoh di atas untuk rasio persneling, dan tyre rolling radius misalnya adalah 270
mm, maka:

Keliling ban = 270 mm x 2 x 22/7 = 1697 mm

Putaran roda = kecepatan x 1.000.000 / 60 / keliling ban

Putaran roda = 30 x 1.000.000 / 60 / 1697 = 295 RPM

Putaran engine pada gigi 1 = putaran roda x rasio transmisi gigi satu x final reduction

Putaran engine pada gigi 1 = 295 x 3,307 x 4,625 = 4512 RPM

Putaran engine pada gigi 2 = 295 x 1,750 x 4,625 = 2388 RPM

A. Perhitungan berapa lama aki dapat mem-backup beban :


Rumus dasar :
P=VxI
V = P/I
I = P/V
dimana,
I = Kuat Arus (Ampere)
P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt)
Misalnya :
- Beban 50 Watt.
- Aki yang digunakan 12 V/50 Ah.

Maka didapat :
I = 50 W/12 V = 4,167 Ampere
Waktu pemakaian = 50 Ah/4,167 A = 11,99 jam - dieffisiensi Aki sebesar 20 %
= 11,99 jam - 2,398 jam
= 9,592 Jam ( 9 Jam 35 Menit 31,2 Detik )

Kesimpulan :
Lama ketahanan aki ditentukan oleh besarnya Kapasitas Ampere aki dan berapa watt beban.

B. Perhitungan Waktu Pengisian Aki


Untuk menghitung waktu pengisian Aki beberapa hal yang harus diperhatikan adala sebagai berikut:
Misalnya :
1. Voltase Aki 12 Volt.
2. Tentukan berapa banyak aki yang akan diisi ulang, 2 buah misalnya.
3. Berapa kapasitas aki (berapa Ah), misalnya hanya 1 aki 50 Ah
4. Berapa lama waktu pengisian yang dibutuhkan ? (misalnya 2 jam)

I = 50Ah/2 jam = 25 Ampere

NB : Tambahkan 20% untuk diefisiensi aki, Kuat Arus yang dibutuhkan untuk pengisian 2 jam :

25 Ampere + 20% = 30 Ampere

Berapa watt charger yang dibutuhkan untuk mengisi aki 50 Ah selama 2 jam :
Diketahui tegangan standart charger Aki = 13,8 Volt
P=VxI
= 13.8 Volt x 30 Ampere
= 414 Watt

Berarti yang dibutuhkan untuk mengisi aki dengan waktu 2 jam adalah charger dengan spesifikasi:
Arus Output sebesar 30 Ampere dan Output tegangan sebesar 13,8 Volt.

Anda mungkin juga menyukai