MODUL 02_GEOREFERENSI
Tanggal : 18 September 2017
1. Pendahuluan
1.1 Tujuan praktikum
1.1.1 Mengetahui manfaat georeferensi
1.1.2 Mengetahui perbedaan dari dua jenis metode georeferensi; memasukan nilai koordinat titik
kontrol dan mencocokan tanda-tanda alam
1.1.3 Mengetahui pengaruh nilai residu hasil georeferensi
Sistem referensi koordinat penting untuk diketahui agar semua pendefinisian suatu posisi dalam
koordinat dapat dijelaskan secara seragam dan lebih mudah. Sistem referensi koordinat terbagi
menjadi dua, yaitu: sistem referensi koordinat geografis dan sistem referensi koordinat
proyeksi. Sistem referensi kooordinat geografis menyatakan koordinat dalam bentuk lintang
dan bujur. Sedangkan sistem referensi koordinat proyeksi menyatakan koordinat dalam satuan
unit meter misalnya.
Georeferensi dilakukan akibat sumber data raster seperti hasil scan peta analog, foto udara, dan
citra satelit tidak memiliki informasi spasial. Informasi spasial tersebut adalah nilai koordinat
yang bereferensi pada suatu sistem koordinat tertentu agar data raster tersebut dapat ditampilkan
dengan lokasi yang benar pada GIS. Namun sering kali data raster tidak memiliki informasi
spasial tersebut sehingga diperlukan georeferensi agar sumber data spasial memiliki sistem
referensi koordinat.
Dalam melakukan georeferensi, dibutuhkan beberapa koordinat titik kontrol (titik ikat yang
diketahui koordinatnya) sebagai titik sekutu di image. Titik kontrol ini kemudian akan dipakai
untuk proses transformasi koordinat pada citra menjadi koordinat acuan. Koordinat titik kontrol
biasa didapatkan dari grid peta scan, peta yang akurat dan bereferensi, atau hasil GPS di
lapangan. Banyaknya titik kontrol dipilih tergantung pada kompleksitas metode
transformasinya. Misalnya metode transformasi affine membutuhkan minimal tiga titik kontrol
untuk image yang tidak memiliki distorsi signifikan. Selain kompleksitas, pemilihan titik
kontrol harus memerhatikan topografi luas area dan sebarannya. Kalau landai maka kebutuhan
titik kontrol dibutuhkan sedikit.
2 Pembahasan
2.1 Tahapan Praktikum
2.1.1 Metode Memasukan Nilai Koordinat
1. Buka aplikasi ArcMap dan koneksikan folder data georeferensi yang terdiri dari data jawa,
data jawa bali dan data kerta mulya.
Buka catalog pilih icon connect to folder pilih folder data georeferensi Ok
2. Aktifkan fungsi georeferensi dengan cara klik kiri di bagian kanan atas hingga muncul
pilihan dan check list georeferencing.
Selain cara tersebut pilih customize di menu bar toolbars check list georeferencing.
Jika telah selesai maka toolbar georeferencing akan muncul.
3. Buka data Kerta Mulya di catalog, kemudian overlay data tersebut ke layar sehingga muncul
gambar dan layer Kerta Mulya pada Table of Contents.
Saat melakukan overlay, akan muncul tabel peringatan yang menunjukan bahwa data Kerta
Mulya tidak memiliki sistem koordinat referensi.
4. Untuk menambahkan sistem koordinat referensi maka klik kanan layer di table of contents
properties
5. Pada jendela Data Frame Properties pilih tab Coordinate System pilih koordinat
geographic world WGS 1984 Ok.
8. Jika telah memilih sistem koordinat referensi dan memilih data yang akan di georeferensi,
proses georeferensi sudah dapat dilakukan.
Proses georeferensi dapat dilakukan dengan memilih minimal 3 titik namun pada praktikum
ini gunakan 4 titik kontrol. Titik kontrol tersebut sebar di setiap pojokan peta.
9. Titik kontrol dipilih di perpotongan garis gratikul. Klik choose point di toolbar georeferensi
dan zoom agar pemilihan titik dapat dilakukan sepresisi mungkin. Setelah dipilih, klik
kanan input DMS Lon and Lat masukan nilai koordinat pada tabel Enter Coordinate.
10. Informasi nilai koordinat yang digunakan didapatkan dari Peta RBI Kerta Mulya yang
dipakai. Pada peta RBI tersebut sudah terkandung nilai koordinat geografis di setiap pojok
dan gridnya. Karena pemilihan titik kontrol dilakukan pada perpotongan grid, informasi
koordinat pun dapat diperoleh.
Titik kontrol
yang dipilih
11. Lakukan pemilihan titik kontrol selanjutnya seperti poin 9 di setiap pojok kanan atas, pojok
kiri bawah, dan pojok kanan bawah.
12. Jika telah memilih empat titik kontrol, informasi titik kontrol tersebut akan muncul di link
tabel.
15. Selanjutnya akan muncul jendela Save As, beri nama dengan format data .tif, pilih metode
resample Neighbor, dan pilih directory penyimpanannya.
16. Jika sudah selesai, simpan hasil georeferensi tersebut. File Save beri nama
4. Sebelum mereferensikan koordinat Jawa Bali terhadap Jawa, cek sistem koordinat referensi
data Jawa terlebih dulu.
Klik kanan layer data Jawa Bali properties
5. Pada Jendela Layer Properties, pilih tab Source untuk melihat informasi Spatial Reference.
6. Setelah mengetahui sistem koordinat referensi data Jawa Bali, atur sistem koordinat referensi
data jawa dengan klik kanan di layer properties.
Kemudian akan muncul jendela Data Frame Properties pilih tab Coordinate System
Geographic Coordinate System world WGS 1984 Ok.
7. Kemudian, pada toolbar Georeferencing, Pilih Data Jawa sebagai image yang akan di
georeferensi.
8. Setelah memilih layer yang akan di georeferensi pilih kenampakan alam pada layer Jawa,
misalnya daerah cirebon lalu pilih kenampakan alam yang sama pada layer Jawa Bali. Jika
sudah memilih titik maka titik tersebut akan muncul pada link view tabel.
9. Lakukan hal yang sama untuk lima titik kontrol selanjutnya. Jika sudah memilih kelima titik
kontrol maka save data nilai koordinatnya dan lakukan rektifikasi.
Pada toolbar georeferencing rectify simpan hasil georeferencing dengan format data .tif
di folder georeferensi.
10. Setiap nilai koordinat akan menghasilkan nilai residu. Nilai residu tersebut menunjukan
seberapa akurat pemilihan titik kontrol yang dipilih.
2.2 Analisis
Pelaksanaan praktikum Modul 02 menjelaskan mengenai proses georeferensi. Georeferensi
adalah proses penempatan objek data raster atau image yang belum memiliki sistem koordinat
referensi ke dalam sistem koordinat. Georeferensi dilakukan karena data raster atau image yang
digunakan untuk ditampilkan pada GIS tidak memiliki informasi spasial sehingga tampilan data
raster atau image tersebut tidak berada di lokasi yang benar dan tidak mengacu pada sistem
koordinat referensi tertentu. Oleh karena itu diperlukan georeferensi agar citra atau image dapat
ditampilkan secara benar dan mengacu pada sistem referensi koordinat tertentu.
Pada praktikum ini, digunakan tiga data raster yaitu Kertamulya.tif, jabar.tif, dan jawabali.tif.
Data raster jawabali.tif sudah memiliki sistem koordinat referensi sehingga dijadikan sebagai
image acuan sedangkan data kertamulya.tif dan jabar.tif adalah dua image yang akan di
georeferensi. Terdapat dua cara georeferensi yaitu dengan memasukan nilai koordinat titik
kontrol dan dengan mencocokan tanda-tanda alam.
Pada cara memasukan nilai koordinat titik kontrol digunakan data raster kertamulya.tif. Untuk
melakukan cara ini maka diperlukan nilai titik kontrol sebagai titik sekutu di image. Titik kontrol
yang digunakan adalah minimal tiga buah namun agar mendapatkan ukuran lebih maka titik
kontrol yang digunakan sebanyak empat buah. Titik kontrol disebar secara merata di setiap
perpotongan grid pojok image. Hal ini dilakukan agar hasil rektifikasi yang diperoleh baik. Nilai
koordinat titik kontrol tersebut didapatkan dari grid peta scan. Setelah memasukan nilai koordinat
titik kontrol kemudian direktifikasi untuk mendapatkan citra yang sudah mengacu kepada sistem
referensi koordinat. Terdapat perbedaan antara image hasil sebelum dan sesudah georeferensi,
sesudah georeferensi image kertamulya.tif bergeser dari yang sebelumnya. Hal ini menunjukan
bahwa koordinat image telah mengacu pada sistem referensi koordinat.
Selain cara memasukan koordinat titik kontrol, dilakukan pula georeferensi dengan cara
mencocokan tanda-tanda alam. Pada cara ini dibutuhkan dua data, yaitu data yang belum
memiliki informasi spasial dan data yang dijadikan acuan. Pada praktikum ini, data yang belum
memiliki informasi spasial adalah data jabar.tif dan data yang dijadikan acuan adalah data
jawabali.tif. Untuk mendapatkan informasi spasial, dilakukan pencarian atau pencocokan tanda-
tanda alam yang mudah diidentifikasi pada kedua data; jabar.tif dan jawabali.tif. Cocokan titik
kontrol pada jabar.tif ke data jawabali.tif sebanyak minimal lima titik. Kemudian lakukan
rektifikasi maka image jabar.tif akan bertampalan dengan jawabali.tif di lokasi yang benar.
Pada cara pencocokan tanda-tanda alam, sebelumnya data jabar.tif dan jawabali.tif ini tidak
berada dalam satu frame. Data jabar.tif yang belum memiliki sistem referensi koordinat terletak
jauh dari data jawabali.tif, namun setelah dilakukan georeferensi data jabar.tif mengikuti
informasi spasial jawabali.tif. Hal ini menunjukan bahwa georeferensi telah berhasil dilakukan
mengikuti image acuan.
Untuk menyatakan proses georeferensi ini menghasilkan nilai yang akurat dan tidak dapat dilihat
dari nilai rms. Nilai rms ini dapat dihitung dari nilai residual yang didapat dari proses
transformasi koordinat. Nilai residu ini adalah selisih anatar koordinat titik kontrol hasil
transformasi dengan koordinat titik kontrol. Semakin kecil nilai residu maka nilai rms pun akan
kecil dan menunjukan bahwa hasil georeferensi ini akurat dilakukan. Besar dan kecil nilai residu
tergantung pada pemilihan titik kontrol dan penyebaran titik kontrol. Pemilihan titik kontrol pada
cara mencocokan tanda-tanda alam sangat berpengaruh karena jika pemilihan titik kontrol pada
image yang ingin di georeferensi dengan image acuan berbeda maka nilai residu akan menjadi
besar. Penyebaran titik kontrol yang tidak seimbang dan merata pun akan memengaruhi nilai
residu.
Pada praktikum ini nilai residu yang diperoleh masih bisa masuk toleransi, meskipun masih ada
beberapa yang besar. Hal ini diakibatkan karena saat mencocokan tanda-tanda alam antara dua
data tidak sama persis.
3 Penutup
3.1 Kesimpulan
Manfaat dari georeferensi adalah untuk memberi referensi spasial atau informasi spasial kepada
data raster yang belum memiliki sistem koordinat referensi. Dalam melakukan georeferensi
terdapat dua metode yaitu dengan memasukan nilai koordinat titik kontrol dan dengan
mencocokan tanda-tanda alam. Perbedaan kedua metode tersebut terletak pada data raster yang
dipakai. Pada metode memasukan titik kontrol data raster yang diperlukan hanya satu namun
dibutuhkan informasi koordinat titik kontrol. Nilai koordinat titik kontrol ini dapat didapatkan
dari grid peta scan. Sedangkan metode mencocokan tanda-tanda alam membutuhkan dua data,
data acuan dan data yang ingin di georeferensi.
Nilai residu hasil georeferensi dapat digunakan untuk mencari nilai rms. Dimana nilai rms ini
dapat digunakan untuk mengetahui keakuratan hasil georeferensi. Semakin kecil nilai residu
maka semakin akurat hasil georeferensi.
Daftar Referensi :
Bappeda Province NTB. (t.thn.). Diambil kembali dari Tutorial Arcgis10 Tingkat Dasar:
http://bappeda.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2013/09/Bab08b_Georeferencing.pdf
Prahasta, E. (2009 ). Sistem Informasi Geografis . Bandung: INFORMATIKA .