Anda di halaman 1dari 128

KELOMPOK 5

BAB I
KEHILANGAN TINGGI TEKAN PADA ALIRAN MELALUI PIPA

I.1 PENDAHULUAN

Dalam fluida yang mengalir tersimpan sejumlah energi. Besarnya energi yang
tersimpan ini tergantung pada tempat fluida tersebut mengalir. Tempat aliran
tersebut dapat merupakan saluran terbuka maupun saluran tertutup. Saluran terbuka
contohnya ialah selokan atau parit, sungai, saluran, gorong-gorong dan lain
sebagainya.
Tata pipa merupakan salah satu contoh penyelesaian dalam masalah aliran
fluida pada saat ini. Aliran dalam pipa ini adalah contoh aliran fluida dalam saluran
tertutup.Banyak aplikasi dari saluran fluida berdasarkan pada tata pipa yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, seperti pipa penyaluran air minum dan
saluran pembuangan air kotor pada rumah. Prinsip aliran fluida pada beberapa
aplikasi tersebut sama dengan tata pipa yang digunakan untuk percobaan di
laboratorium, tetapi dalam kenyataannya ada perbedaan perhitungan secara teoritis
bila ditinjau secara praktis lapangan. Hal-hal demikian mengharuskan digunakannya
beberapa parameter dalam keadaan khusus.
Dalam suatu aliran fluida melalui saluran tertutup atau pipa, masalah yang
timbul adalah masalah beda tinggi tekan atau dengan kata lain, kehilangan tinggi
tekan yang disebabkan oleh berbagai keadaan. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya
perbedaan tinggi tekan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu major losses dan
minor losses. Yang disebut major losses adalah kehilangan tinggi tekan yang
disebabkan oleh adanya faktor gesekan pada pipa di mana fluida mengalir. Sedangkan
yang disebut minor losses adalah adanya kehilangan tinggi tekan akibat adanya
perubahan bentuk geometri pipa, seperti pembesaran atau penyempitan luas
penampang pipa, tikungan pipa, dan sambungan pipa.
Kehilangan tinggi tekan yang akan dipelajari pada modul ini adalah kehilangan
tinggi tekan akibat tikungan pada pipa.
Dalam analisis percobaan aliran pada pipa kecil ini, digunakan berbagai acuan
dasar rumus yang diambil dari :
1. Persamaan kontinuitas
2. Persamaan Bernoulli
3. Persamaan Darcy-Weisbach
4. Persamaan Blassius
5. Bilangan Reynolds

I.2 TUJUAN PRAKTIKUM

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 1


KELOMPOK 5

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung besarnya kehilangan tinggi
tekan akibat gesekan pada pipa lurus, ekspansi tiba-tiba, konstraksi tiba-tiba,
tikungan dan katup.

I.3 ALAT-ALAT PERCOBAAN DAN GAMBAR

1. Suatu sistem jaringan pipa yang terdiri dari dua sirkuit yang terpisah, masing-
masing
terdiri dari komponen pipa yang dilengkapi selang piezometer. Dua sirkuit ini
adalah
sirkuit biru dan sirkuit abu-abu.

Gambar 1.1 Sirkuit Jaringan pipa

2. Bangku hidraulik.
3. Thermometer.
4. Pompa udara untuk mengkalibrasikan alat serta untuk menghilangkan gelembung
udara yang masuk ke dalam jaringan pipa.

I.4 TEORI DASAR DAN PENURUNAN RUMUS

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 2


KELOMPOK 5

I.4.1 Prinsip Kerja Bangku Hidrolik

Gambar 1.2 Bangku Hidraulik

Bangku hidrolik digunakan untuk memudahkan perhitungan debit air yang melalui
suatu alat percobaan pada suatu percobaan sederhana dalam hidrolika. Bangku
hidrolik yang digunakan dalam praktikum Mekanika Fluida ini ialah Hydraulics Bench,
Hl Mklll. Diagram bangku hidrolik ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

F
V

D
W
B

S
P

Gambar 1.3 Representasi Diagram Bangku Hidraulik

Keterangan gambar:
P : pompa pemasok air ke alat
S : bak penyimpan air
V : katup pengatur suplai air
W : bak penimbang air dari alat percobaan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 3


KELOMPOK 5

D : pipa pengarah ke bak penampung


F : corong pipa
B : dasar bak penampung

Air disuplai dari pompa air P melalui selang penghubung menuju katup V.
Suplai air diatur dengan mengatur besar kecil bukaan katup V. Air kemudian masuk
ke dalam alat percobaan dan kemudian keluar melalui corong F dan terus ke pipa D.
Air tersebut masuk ke bak penimbang air W. Bak penampung ini ditahan dengan balok
penimbang, pada ujung balok lainnya terdapat pemberat yang digantung.
Pada saat bak penampung kosong maka berat bak sama dengan pemberat.
Dengan prinsip keseimbangan gaya, maka didapat rumus untuk menghitung debit air,
yaitu:
W
Q
t
dimana: Q = debit air (m3/detik)
W = berat air yang dikumpulkan (kg)
t = interval waktu keseimbangan beban (detik)

Prosedur Pengukuran Debit :


1. Kosongkan bak penimbang dengan jalan memutar tuas pada bangku hidrolik. Tuas
ini
berguna untuk membuka dan menutup saluran pembuang pada bak penimbang.
Setelah dikosongkan, pastikan tuas dalam posisi menutup bak penimbang dan
balok penopang dalam keadaan tak seimbang.
2. Pastikan alat percobaan sudah dikalibrasikan dan siap digunakan.
3. Jalankan pompa dan atur debit sesuai dengan yang diinginkan dengan jalan
memutar katup V.
4. Air yang keluar dari alat percobaan masuk ke dalam bak penimbang hingga t
waktu. Pada saat tersebut balok penopang akan naik (setimbang lagi). Tepat pada
saat balok penimbang mulai naik, mulailah menyalakan stopwatch, kemudian
masukkan beban ke dalam penggantung beban sehingga balok tak seimbang.
5. Saat balok penimbang mulai naik (setimbang), hentikan stopwatch dan catat
waktu tersebut sebagai t. Catat juga massa beban yang sebanding dengan massa
air (W).
6. Untuk pengukuran debit selanjutnya, ulangi langkah 1 sampai 5. Perlu diingat
untuk tiap percobaan sediakan interval waktu 1 menit setelah langkah 1 agar
diperoleh pengukuran yang cermat.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 4


KELOMPOK 5

I.4.2 Rumus Bernoulli

Energi aliran terdiri dari tiga macam komponen, yaitu :


1. Energi tekan : yaitu sejumlah energi yang diperlukan oleh elemen fluida
untuk
bergerak dengan jarak tempuh tertentu.
Ep = p . A . d
Di mana : p= tekanan dalam fluida
A = luas cross-section dalam pipa
d = jarak
W
A . d = volume elemen =

.W
Sehingga : Ep =

dengan : W = berat fluida
= berat volume fluida

2. Energi potensial : yaitu bergantung dari elevasi elemen fluida ( z )


Ez = W . z

3. Energi kinetis : yaitu bergantung dari kecepatan fluida ( v )


1 W
Ek = m. v2 = . V2
2 2. g
Dimana : m = massa fluida g = percepatan gravitasi
Jadi, besar energi total yang dimiliki oleh fluida yang mengalir adalah :
W W
E = p. + W. z + . V2
2. g
Tinggi energi adalah total energi aliran yang dinyatakan dengan satuan tinggi (
m) yang didapat dari energi total dibagi berat W, yaitu :
E p v2
= +z+
W 2. g
E
dengan = H = konstan
W
sehingga didapat :
2 2
p1 v p2 v
+ z1 + 1 = + z2 + 2
2. g 2. g

I.4.3 Rumus Darcy-Weisbach


1 2

Laporan Praktikum Mekanika V


Fluida dan Hidraulika 5
P1


KELOMPOK 5

P2

Gambar 1.4 Aliran Dalam Pipa

dari hukum kekekalan momentum :

F = (P1 - P2)A - LK = 0

= ( h1-h2 )A - LK, sehingga : hfA = LK (1)

menurut Chezy : = /2*v2 (2)

bila harga ini disubstitusi ke persamaan (1), akan didapat :


.hf.A = ( /2*v2)LK
LPv 2
hf *
2A

di mana : R =A/P dan = g


Lv 2
sehingga : hf *
2 Rg

untuk pipa, = f/4 dan R = D/4, akan didapatkan hasil akhir :


Lv 2
hf f *
2 gD

I.4.4 Rumus Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan Pada Pipa


Kehilangan tinggi tekan yang timbul pada aliran dalam pipa akibat tikungan
dibedakan atas dua macam :
1. Akibat geometri pipa ( hLB ) dengan koefisien kehilangan tinggi tekan KB.
2. Akibat geometri dan gesekan pada tikungan lingkaran ( h LL ) dengan
koefisien kehilangan tinggi tekan KL.
Rumus umum kehilangan tinggi tekan pada pipa :
v2
hL = K .
2g

dengan : hL = kehilangan energi akibat tikungan


K = koefisien kehilangan tinggi tekan
v = kecepatan air

g = percepatan gravitasi
Kehilangan tinggi tekan di dalam pipa di tikungan dan sepanjang pipa yang
diamati

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 6


KELOMPOK 5

( hT ) : hT = hLB + hf
f .L.v 2
dengan : hf =
D.2 g

D.2 g .h f
sehingga f=
L.v 2
dimana : hf = kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus
L = panjang lintasan fluida pada pipa lurus
Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan pada tikungan ( hfs ):
f .Ls .v 2
hfs =
D.2 g

dengan : Ls = keliling lingkaran


= . .R

Sehingga :
L.v 2 .h f D.2 g
Hfs = x
L.v
2
D.2 g
Ls .h .R.h f
= =
L 2L

a) Akibat bentuk geometri pipa


HLB = hT - hf
hLB
KB = 2 g .
v2
(hT h f ).2 g
Sehingga : KB =
v2

b) Akibat geometri dan gesekan pada tikungan


HLL = hLB + hfs
= ( h T hf ) + h s
f .L.v 2 f .Ls .v 2
= hT - +
D.2.g D.2.g

R f .L.v 2
= hT - 1 .
2L D.2.g

.R
HLL = hT - 1 . hf
2.L

Koefisien tinggi tekan KL :

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 7


KELOMPOK 5

KL = 2.g. hLL / v2
Dengan mensubstitusikan persamaan di atas, didapatkan :

2.g .R
KL = h 1
2 . T
.h f
v 2.L

I.4.5 Rumus Reynolds


Dalam analisis di saluran tertutup, sangat penting diketahui apakah aliran
tersebut laminer atau turbulen. Penentuan ini atas bilangan Reynold yang didapat
dari hasil perhitungan dan dibandingkan dengan batas-batas yang telah ditentukan,
yaitu :
1. Re < 2000 --> aliran laminer
2. 2000 <Re <4000 --> aliran transisi
3. Re> 4000 --> aliran turbulen
Bilangan Reynold adalah suatu bilangan yang tak berdimensi yang menunjukan
sifat suatu aliran, dimana bilangan tersebut merupakan bilangan yang tak berdimensi
dari parameter-parameter fluida (kecepatan karakteristik v, panjang karakteristik L,
dan viskositas kinematik) yang merupakan perbandingan gaya inersia terhadap gaya
kekentalan yang bekerja pada suatu cairan.
Kecenderungan sifat aliran apakah laminer atau turbulen ditunjukkan oleh
besar kecilnya bilangan Reynold, seperti pada batas-batas yang telah ditentukan
diatas.
Gaya Inersia (Fi) = massa x percepatan
v
Fi = .L .
3

T
L
= .L .v. = . L.v 2
2

Dimana : v = Kecepatan aliran


L = Dimensi panjang
= Kerapatan massa

Gaya gesek (Ft) = gesekan x luas


dv
= . .A
dy

Dimana : = viskositas
dv
= gradien kecepatan
dy

v = kecepatan setempat

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 8


KELOMPOK 5

dv
bila kecepatan sama maka 0 atau v = konstan
dy
v 2
Ff = . .L = .v.L
y

Fi .L2 .v 2
Sehingga
Ff ..v.L
.v.L v, L
= =


Dimana v = ; viskositas kinematis

Bilangan tak berdimensi ini disebut bilangan Reynold (R e), untuk saluran
tertutup bilangan ini menjadi :
V .D
Re

I.4.6.1 Perbedaan Tinggi Tekan Akibat Ekspansi Tiba-tiba


1. Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan :

garis energi
V 2 /2g
2 2
V 1 /2g 2
1
P 2/
P 1/ V 2
P
V D D 2 P 2

Z 1 Z 2
datum

Gambar 1.5 Penampang Pipa Ekspansi Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan

Dimana :
P1 = tekanan pada peizometer 1 D1 = diameter pada titik tinjau 1
P2 = tekanan pada peizometer 2 D2 = diameter pada titik tinjau 2
v1 = kecepatan pada titik tinjau 1 g = percepatan gravitasi

Persamaan Bernoulli :
P1 1 P
2 2

z1 z 2 2 2 (1)
2g

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 9


KELOMPOK 5

karena z1 = z2 maka;
P1 1 P
2 2

2 2
2g 2g
P2 P1 1 2
2 2
.................................(2)
2g 2g
persamaan kontinuitas adalah sebagai berikut :
Q1 Q2
A1 1 A2 2 .................................(3)
karena A 1
4 D 2 , sehingga persamaan (3) menjadi;
D 2
2 1
1..........................(4)
D22
substitusikan persamaan (4) (2) :
2
2
P2 P1 D12
1 1 1
2g 2g D12

P2 P1 12


2g

D1 4 12
D2 2g { }
4
P2 P1 2 D1
1 1 ...............( terbukti )
2g D2

2. Dengan Kehilangan Tinggi Tekan :

Garis energi

He

V2
V1 2g
2g

1 2
P2
?g
P1
?g P2
P1 V1 V2
D1 D2
Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 10
Z1 Z2

Datum
KELOMPOK 5

Gambar 1.6 Penampang Pipa Ekspansi Dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Dimana :
P1 = tekanan pada peizometer 1 D1 = diameter pada titik tinjau 1
P2 = tekanan pada peizometer 2 D2 = diameter pada titik tinjau 2
V1 = kecepatan pada titik tinjau 1 g = percepatan gravitasi

Persamaannya adalah:

P2 P1 V12 D1
2 4
D
1
2 g D2 D2

Penurunan rumus:
Momentum tiap detik
QV1
Pada titik 1, Momentum1
g
QV2
Pada titik 2, Momentum2
g
Perubahan momentum tiap detik
Momentum Momentum2 Momentum1
QV2 QV1
Momentum
g g
QV2 V1
Momentum
g
Im puls Ft Momentum

Sehingga perubahan momentum tiap detik


Momentum Ft dimana t 1
Momentum F (1)
Rumus tekanan hidrostatis
F
P
A
F PA (2)
Subtitusi persamaan (2) ke persamaan (1)

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 11


KELOMPOK 5

QV2 V1
P1 P2 A2
g

P1 P2 A2 QV2 V1
g

P1 P2 QV2 V1
gA2
P1 P2 QV2 V1 (3)
gA2
Persamaan Kontinuitas
Q Q1 Q2

Q Q2 A2V2 (4)
Subtitusi persamaan (4) ke persamaan (3)
P1 P2 A2V2 V2 V1
gA2
P1 P2 V2 V2 V1 (5)
g
Besar kehilangan tinggi tekan
Persamaan Bernoulli menjadi
P1 V12 P V2
z1 2 2 z 2 hL dimana z1 z 2
2g 2g
P1 P2 V12 V22
hL
2g 2g

hL
P1 P2 V12 V22 (6)
2g
Subtitusi persamaan (5) ke persamaan (6)

hL

V2 V2 V1 V12 V22


g 2g

hL

2V2 V2 V1 V12 V22


2g 2g
2V22 2V1V2 V12 V22
hL
2g

V22 2V1V2 V12


hL
2g

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 12


KELOMPOK 5

hL
V2 V1 2 (7) PERSAMAAN BORDA-CARNOTT
2g
Persamaan Kontinuitas
Q Q1 Q2
A1V1 A2V2
A1
V2 V1 (8)
A2
Rumus luas pipa
1
A D 2 (9)
4
Subtitusi persamaan (9) ke persamaan (8)
1
D12
V2 4 V1
1
D22

4
D12
V2 2 V1 (10)
D2

D14 2
V22 V1 (11)
D24
Subtitusi persamaan (10) ke persamaan (7)
2
D12
2 V1 V1
D
hL 2
2g
2
D2
V 12 1
1
2

D
hL 2 (12)
2g
Persamaan beda tinggi tekan
Hukum Bernoulli
P1 V12 P V2
z1 2 2 z 2 hL dimana z1 z 2
2g 2g

P2 P1 V12 V22
hL
2g 2g

P2 P1 V12 V22 h (13)


L
2g

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 13


KELOMPOK 5

Subtitusi persamaan (11) dan (12) ke persamaan (13)


2
2 D14 2 D2
V1 4 V1 V12 12 1
P2 P1 D2 D2
2g 2g
2
D4 D2
V 1 14 V12 12 1
2

P2 P1 D2 D2
1

2g 2g

D4 D2 2
V 1 14 12 1
1
2

P2 P1 D2 D2
2g

D14 D14 D12


V 1
2
4 2 2 1

P2 P1 D24
1
D2 D2
2g
D14 D14 D12
V 1
2
2 1
P2 P1 D24 D24 D22
1

2g

D2 D4
V12 2 12 2 14
P2 P1 D2 D2
2g

D2 D4
2V12 12 14
P2 P1 D2 D2
2g

D12 D14
V
2

P2 P1 D22 D24 TERBUKTI
1

I.4.6.2 Perbedaan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi Tiba-tiba

1. Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 14


KELOMPOK 5

2
V 1
/2g
V 2 /2g
2

P 1/ 2 1

P P 2/
1
P 2
D 1 D 2
V V 2
1
Z 1
Z 2
datum

Gambar 1.7 Penampang Pipa Kontraksi Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan

Dimana :
P1 = tekanan pada peizometer 1 D1 = diameter pada titik tinjau 1
P2 = tekanan pada peizometer 2 D2 = diameter pada titik tinjau 2
V1 = kecepatan pada titik tinjau 1 g = percepatan gravitasi

Persamaan Bernoulli :
P1 1 P
2 2
z1 z2 2 2
2g 2g
diketahui; z1 z2
P1 P2 2 1
2 2

...........................(1)
2g
2
D2
Persamaan Kontinuitas; 1 2
2 .......... .......... .......... ......( 2)
D1
Substitusikan persamaan (2) ke (1);
P1 P2 2 1
2 2

1
2 g 2

P1 P2 2 D2
2 4

1 ....................(terbukti )
2 g D1

2. Dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 15


KELOMPOK 5

he
V12/2g
V 2 /2g
2

1 21
P 1/ 0 P 2/

P 1 P 2

D 2
D 2
V 1

Z 1
V2

datum Z 2

Gambar 1.8 Penampang Pipa Kontraksi Dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Dimana :
P1 = tekanan pada peizometer 1 D1 = diameter pada titik tinjau 1
P2 = tekanan pada peizometer 2 D2 = diameter pada titik tinjau 2
V1 = kecepatan pada titik tinjau 1 g = percepatan gravitasi
Seperti pada penurunan ekspansi tiba-tiba di titik O dan 2 didapat :
O 2 O 2 2
2 2

HL
2g
2
O
2
O
HL 2 2 1 2
2g 2
2
2
O
2

HL 2 1.............................................(1)
2g 2

dari persamaan kontinuitas memberikan hasil sebagai berikut :

A A
O 2 2 2 ;karena Cc O ..............................(2)
AO Cc A2
substitusikan persamaan (2) dengan (1), maka;
2

2
A2
HL 2 1
2g AO
2
2 1
HL 2 1
2 g CC
maka persamaan tinggi tekan pada kontraksi tiba-tiba dengan adanya kehilangan
tinggi tekan:

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 16


KELOMPOK 5

2
P1 P2 2 1 2 1
2 2 2

1
2g 2g 2g CC

P1 P2 2
2 2
1 1
2

1 1
2g C
2 C

P1 P2 2 D1 1
2 4 2

1 1 ....................(terbukti)
2 g D2 C C

I.5 PROSEDUR PERCOBAAN


Prosedur dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa tabung-tabung piezometer sehingga tidak ada udara yang terjebak di
dalamnya. Prosedur ini dilakukan dengan jalan memompakan udara ke dalam
tabung piezometer untuk menurunkan permukaan air di dalam tabung sehingga
didapat suatu ketinggian sama hingga memudahkan pengamatan. Untuk tabung U
air raksa diatur dengan memutar sekrup di atas.
2. Sirkuit biru dalam keadaan tertutup, sirkuit abu-abu dibuka semaksimal mungkin
guna mendapatkan aliran yang maksimum di sepanjang pipa.
3. Membaca dan mencatat angka pada piezometer dan tabung U.
4. Mencatat debit yang dihasilkan dengan prinsip kerja bangku hidraulik.
5. Merubah besar debit air dengan jalan mengatur keran pengatur masuk air pada
sistem pipa dan mencatat ketinggian tabung dan debit. Dilakukan 6 kali
percobaan
6. Setelah selesai pada sirkuit abu-abu, ganti ke sirkuit biru dengan jalan menutup
kran pada sirkuit abu-abu dan buka kran pada sirkuit biru. Kemudian dilakukan
langkah percobaan dari 2 sampai 5.

I.6 CONTOH PERHITUNGAN


Beberapa data yang dibutuhkan dalam percobaan ini:
Suhu = 230C
g = 9.81 m/detik2
= 997,54 kg/m3 ( untuk suhu 230C)
= 0.941 x 10 6 m2/detik (viskositas kinematik air untuk suhu 23C)
= 0.941 mm2/detik
L = 0,9144 m (jarak antara titik 3 dan 4, jarak antara titik 8 dan 9)
= 914.4 mm
D1 , D2 = 13.6 mm = 0.0136 m
D3 , D4 = 13.6 mm = 0.0136 m

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 17


KELOMPOK 5

D5 , D6 = 13.6 mm = 0.0136 m
D7 = 13.6 mm = 0.0136 m
D8 = 26.2 mm = 0.0262 m
D9 = 26.2 mm = 0.0262 m
D10 = 13.6 mm = 0.0136 m
D11,D12 = 26.2 mm = 0.0262 m
D13,D14 = 26.2 mm = 0.0262 m
D15,D16 = 26.2 mm = 0.0262 m
R1-2 = 0.0127 m = 12.7 mm
R5-6 = 0m = 0 mm
R11-12 = 0.100 m = 100 mm
R13-14 = 0.150 m = 150 mm
R15-16 = 0.050 m = 50 mm

I.6.1 Perhitungan Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Gesekan Pada Pipa Lurus

Pada data pertama diketahui :

Piezometer (P), H3 = 800 mm ; H4 = 565 mm


Berat beban (Wbeban) = 2,5 kg
Waktu (t) = 33,28 s
Diameter (D) pipa sirkuit biru = 1,36. 10-2 m ; A=1,453.10-4 m2
pipa sirkuit abu-abu = 2,62. 10-2 m ; A=5,391. 10-4 m2
L = 0,9144 m
Luas penampang pipa sirkuit biru = 1,425. 10-4 m2

1. Menghitung besar debit (Q) :


Q = Wair/ 997,54 t = 3*Wbeban/997,54 t
Q = 3*2,5/997,54 *33,28 = 2,25.10-4 m3/s

2. Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (hL)


hL = H3 H4 = 800 565 = 235 mm = 0,235 m
3. Menghitung besar bilangan Reynolds (Re) :
Re = v.D / dimana v = Q/A = 2,25.10-4/ 1,453.10-4 m/s
= 1,547 m/s
= 0,941.10 m /s (dari tabel C.1)
6 2

maka Re = 1,547 *1,36.10-2/0,941.106 = 2,2361.104


4. Menghitung koefisien gesekan menurut Blassius :
FBlassius = 0,316. Re 0,25

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 18


KELOMPOK 5

= 0,316 (2,2361.104) -0.25 = 2,5413.10-2


5. Menghitung besar koefisien gesekan Darcy Weisbach
FDarcy W = hL D 2g /(L.v2)
= 0,235*1,36.10-2*2*9,8/(0,9144*1,547 2)
= 0,02864

I.6.2 Perhitungan Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Ekspansi Tiba-Tiba

Untuk data pertama :


1. Menghitung kecepatan pada titk tinjau 1 (v1)
menghitung besar debit (Q) :
Q = W/ 997,54 t = 7.5/(997,54 *33.28)
Q =2.25. 10-4 m3/s
v = Q/A = 3.15 . 10-4 m3/s / 1,45. 10-4 m2 = 1.547 m/s

2. Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil pengukuran


hL= h8 h7 = 0,3m-0,275 m = 0,003
3. Menghitung perbedaaan tinggi tekan hasil perhitungan dengan adanya kehilangan
tinggi tekan (he <> 0)

( P2 P1 ) V1 D1 D1 P P1 H
2 2 4

kita ingat bahwa : 2 l,


g D2 D2

sehingga
(1.547m / s ) 2 0,0136m 2 0,0136m 4

.9,81m / s 2 0,0262m 0,0262m
0.048033.m

4. Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan tanpa adanya kehilangan


tinggi tekan (he = 0)
P2 P1 V 21 1 D1
4


1.547m / s 2 1 0,0136m 4

g D2 2.9,81
0,0262m

0,11315m

I.6.3 Perhitungan Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi Tiba-Tiba

Diketahui dari data pengukuran pertama:


H9 = 0.285 m

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 19


KELOMPOK 5

H10 = 0.075 m
Menghitung besar debit (Q) :
Q = Wair/ 997,54 t = 2,248.10-4 m3/s
Menghitung besarnya kecepatan (v)
V1 = Q/A1 = 0,417 m/s
V2 = Q/A2 = 1,547 m/s
Menghitung perbedaan tinggi hasil pengukuran
HL = h9 - h10
= 0.210 m
Cari harga koefisien kontraksi Cc
A2/A1 = 1,453.10-4 /5,391. 10-4 = 0,269
Dari tabel didapat Cc = 0,685
Perhitungan koefisien kontraksi Cc
Diketahui: Diameter di titik tinjau 1 = 26.2 mm
Diameter di titik tinjau 2 = 13.6 mm
1
D 2
A2 4 2

A1 1
D12
4
A2 D22

A1 D12

A2 13.6 2

A1 26.2 2

A2
0.269448167
A1

Tabel 1.1 Data A2/A1 dan Cc

A2/A1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1

Cc 0,624 0,632 0,643 0,659 0,681 0,712 0,775 0,813 0,892 1

Interpolasi tabel:

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 20


KELOMPOK 5

Grafik 1.1 Grafik interpolasi A2/A1 Vs Cc


A2
Untuk 0.269448167 x 0.269448167
A1

y = 8.8889x6 26.154x5 + 29.35x4 15.421x3 + 4.1403x2 0.4442x + 0.6397


y = 8.8889(0.269448167)6 26.154(0.269448167)5 + 29.35(0.269448167)4
15.421(0.269448167)3 + 4.1403(0.269448167)2 0.4442(0.269448167) + 0.6397
y = 0.639 Cc = 0.639

Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan dengan adanya kehilangan


tinggi tekan (he <> 0)

P1 P2 V 2 2 D2
4 2
1
1 1
2.g D1 Cc

(1,547 m / s ) 2
4 2
0,0136m 1
1 1
2.9,81 0,0262m 0,639
0,15209 m
Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan tanpa ada kehilangan tinggi
tekan (he = 0)

P1 P2 V1 D2
2 4

1
2 g D1

(0.41703m / s ) 2 0,0136m
4

1
2 * 9,81 0,0262m
0.,0082195m

I.6.4 Perhitungan Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 21


KELOMPOK 5

1. Pipa 1-pipa 2 (tikungan 1)


Untuk data pertama:
a. Menghitung kecepatan aliran pada tikungan
t = 33,26 s
massa beban = 2,5 kg
D = 13,6 mm
r = 12,7 mm
L = *2* p *r + 0,9144 - 2r = 0,909 m
Q = Wair/ 997,54 t = 2,25.10-4 m3/s
v = Q/A = Q / 0,25* p *D2
= 2,25.10-4 / 0,25*3,14*(0,0136)2 = 1,547 m/s
b. Menghitung bilangan Reynold
Re = v.D / = 1,547 *0,0136 / 0,914.10-6 = 2,2361.104
c. Menghitung koefisien gesekan menurut Blassius
FBlassius = 0,316 . Re-0.25
= 0,316 . (2,2361.104)-0,25 = 2,58413.10-2
d. Menghitung kehilangan tinggi tekan total dan kehilangan tinggi tekan
akibat gesekan
hT = h1-h2 = 0,52 0,15 = 0,37 m

hf = f. v2. L
2 .g . D
= 2,5518.10-2 *(1,547)2 *0,909 = 0,21 m
2*9,81*0,0136
e. Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri dan
besarnya KB
hLB = hT-hf
= 0,37 - 0,21 = 0,16 m
hLB
KB = 2 g .
v2
= 2 *9,81*0,16/(1,547)2 = 1,319
f. Menghitung besarnya KL
2. g .R
KL = h 1
2 . T
.h f
v 2.L
= 2*9,81 * (0,37 (1 3,14*0,0127/(2*0,909))*0,21) = 1,319
1,5472

2. Pipa 5 - pipa 6 (tikungan 2)


Untuk data pertama:
a. Menghitung kecepatan aliran pada tikungan
t = 33,28 s

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 22


KELOMPOK 5

massa beban = 2,5 kg


D = 13,6 mm
r = 0 mm
L = 0,9144 m
Q = Wair/ 997,54 t = 2,55.10-4 m3/s
v = Q/A = Q / 0,25* p *D2
= 2,55.10-4 / 0,25*3,14*(0,0136)2 = 1,547 m/s
b. Menghitung bilangan Reynold
Re = v.D / = 1,551*0,0136 / 0,941.10-6 = 2,2361.104
c. Menghitung koefisien gesekan mnurut Blassius
FBlassius = 0,316 . Re-0.25
= 0,316 . (2,2361.104)-0,25 = 2,58413.10-2
d. Menghitung kehilangan tinggi tekan total dan kehilangan tinggi tekan
akibat gesekan
hT = h5-h6 = 0,99 0,56 = 0,43 m
hf = f. v2. L
2 .g . D
= 2,551.10-2 *(1,547)2 *0,9144 = 0,021 m
2*9,81*0,0136
e. Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri dan
besarnya KB
hLB = hT-hf
= 0,43 - 0,021 = 0,219 m
hLB
KB = 2 g .
v2
= 2 *9,81*0,219/(1,547)2 = 1,79
f. Menghitung besarnya KL
2. g .R
KL = h 1
2 . T
.h f
v 2.L
= 2*9,81 * (0,43 (1 3,14*0/(2*0,9144))* 0,021) = 1,824
1,5472

3. Pipa 11-pipa 12 (tikungan 3)


Untuk data pertama:
a. Menghitung kecepatan aliran pada tikungan
t = 33,28 s
massa beban = 2,5 kg
D = 26,2 mm
r = 100 mm
L = * p *r + 0,9144 - 2r = 0,87 m
Q = Wair/ 997,54 t = 2,25.10-4 m3/s
v = Q/A = Q / 0,25* p *D2

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 23


KELOMPOK 5

= 2,25.10-4 / 0,25*3,14*(0,0262)2 = 0,417 m/s


b. Menghitung bilangan Reynold
Re = v.D / = 0,417 *0,0262 / 0,941.10-6 = 1,161.104
c. Menghitung koefisien gesekan menurut Blassius
FBlassius = 0,316 . Re-0.25
= 0,316 . (1,161.104)-0,25 = 3,04.10-2
d. Menghitung kehilangan tinggi tekan total dan kehilangan tinggi tekan
akibat gesekan
hT = h11-h12 = 0,575 0,325 = 0,25 m
hf = f. v2. L
2 .g . D
= 3,04.10-2 *(0,417)2 *0,87 = 0,00751 m
2*9,81*0,0262
e. Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri dan
besarnya KB
hLB = hT-hf
= 0,25 - 0,00751 = 0,24248 m
hLB
KB = 2 g .
v2
= 2 *9,81*0,24248 /(0,417)2 = 27,359
f. Menghitung besarnya KL
2. g .R
KL = h 1
2 . T
.h f
v 2.L
= 2*9,81 * (0,25 (1 3,14*0,1/(2*0,87))* 0,00751) = 27,5414
0,417 2
4. Pipa 13-pipa 14 (tikungan 4)
Untuk data pertama:
a. Menghitung kecepatan aliran pada tikungan
t = 33,28 s
massa beban = 2,5 kg
D = 26,2 mm
r = 100 mm
L = * p *r + 0,9144 - 2r = 0,87 m
Q = Wair/ 997,54 t = 2,25.10-4 m3/s
v = Q/A = Q / 0,25* p *D2
= 2,25.10-4 / 0,25*3,14*(0,0262)2 = 0,417 m/s
b. Menghitung bilangan Reynold
Re = v.D / = 0,417 *0,0262 / 0,941.10-6 = 1,161.104
c. Menghitung koefisien gesekan mnurut Blassius
FBlassius = 0,316 . Re-0.25
= 0,316 . (1,161.104)-0,25 = 3,04.10-2

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 24


KELOMPOK 5

d. Menghitung kehilangan tinggi tekan total dan kehilangan tinggi tekan


akibat gesekan
hT = h13-h14 = 0,415 0,155 = 0,26 m
hf = f. v2. L
2 .g . D
= 3,04.10-2 *(0,417)2 *0,85 = 0,00648 m
2*9,81*0,0262
e. Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri dan
besarnya KB
hLB = hT-hf
= 0,26 - 0,00648 = 0,25351 m
hLB
KB = 2 g .
v2
= 2 *9,81*0,25351 /(0,417)2 = 28,603
f. Menghitung besarnya KL
2. g .R
KL = h 1
2 . T
.h f
v 2.L
= 2*9,81 * (0,26 (1 3,14*0,15/(2*0,85))* 0,00648) = 28,8771
0,417 2

5. Pipa 15-pipa 16 (tikungan 5)


Untuk data pertama:
a. Menghitung kecepatan aliran pada tikungan
t = 33,28 s
massa beban = 2,5 kg
D = 26,2 mm
r = 100 mm
L = * p *r + 0,9144 - 2r = 0,87 m
Q = Wair/ 997,54 t = 2,25.10-4 m3/s
v = Q/A = Q / 0,25* p *D2
= 2,25.10-4 / 0,25*3,14*(0,0262)2 = 0,417 m/s
b. Menghitung bilangan Reynold
Re = v.D / = 0,417 *0,0262 / 0,941.10-6 = 1,161.104
c. Menghitung koefisien gesekan mnurut Blassius
FBlassius = 0,316 . Re-0.25
= 0,316 . (1,161.104)-0,25 = 3,04.10-2
d. Menghitung kehilangan tinggi tekan total dan kehilangan tinggi tekan
akibat gesekan
hT = h15-h16 = 0,535 0,275 = 0,26 m
hf = f. v2. L
2 .g . D

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 25


KELOMPOK 5

= 3,04.10-2 *(0,417)2 *0,893 = 0,0085484 m


2*9,81*0,0262
e. Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri dan
besarnya KB
hLB = hT-hf
= 0,26 - 0,0085484 = 0,25145 m
hLB
KB = 2 g .
v2
= 2 *9,81*0,25145 /( 0,417)2 = 28,371
f. Menghitung besarnya KL
2. g .R
KL = h 1
2 . T
.h f
v 2.L
= 2*9,81 * (0,26 (1 3,14*0,05/(2*0,893))* 0,0085484) = 28,4623
0,417 2

I.7 TABEL PERHITUNGAN

diameter pipa biru = 13,6 mm


berat
berat beban=2.5 kg air=3x2.5=75
Luas (A) =1,453E-4 m2
Viskositas kinematik= 9.41E-7

Tabel 1.2 Akibat gesekan pada pipa lurus (sirkuit pipa biru)
No. Pengukuran Debit dan Temperatur No
Percob Waktu Berat Debit Suhu Pipa
(Jenis H3 H4
t W Q T pipa)
0
(Detik) (kg) (mm3/dt)
1 33.28 7.5 224806.2 23 3 dan 4 800 565
2 31.42 7.5 238114.3 23 3 dan 4 815 565
3 30.89 7.5 242199.7 23 3 dan 4 825 560
4 29.19 7.5 256305.2 23 3 dan 4 827 565
5 28.62 7.5 261409.9 23 3 dan 4 830 560
6 28.12 7.5 266058 23 3 dan 4 835 560
7 27.18 7.5 275259.4 23 3 dan 4 835 563
8 25.6 7.5 292248 23 3 dan 4 835 560
9 24.83 7.5 301310.9 23 3 dan 4 820 560
10 23.74 7.5 315145.3 23 3 dan 4 840 560

Tabel 1.3 Data untuk mencari Log HL dan Log Q (Sirkuit pipa biru)
Log
Perbedaan Kecepatan Bilangan koef HL Log Q
Tinggi aliran Re Gesek

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 26


KELOMPOK 5

hL v
f blasius f Darcy-W
(mm) (mm/s)
235 1547.186 22361.037 0.0258413 0.028647337 2.3711 5.3518
250 1638.777 23684.765 0.0254724 0.027164526 2.3979 5.3768
265 1666.894 24091.14 0.0253643 0.027831169 2.4232 5.3842
262 1763.973 25494.186 0.0250079 0.024570797 2.4183 5.4088
270 1799.104 26001.932 0.0248849 0.024341805 2.4314 5.4173
275 1831.094 26464.271 0.0247755 0.023933879 2.4393 5.425
272 1894.421 27379.518 0.0245658 0.022116559 2.4346 5.4397
275 2011.342 29069.348 0.0242007 0.019836378 2.4393 5.4658
260 2073.716 29970.814 0.0240167 0.017643167 2.415 5.479
280 2168.929 31346.896 0.0237486 0.017368776 2.4472 5.4985

Tabel 1.4 Akibat gesekanpada pipa lurus ( sirkuit pipa abu-abu)


No. Pengukuran Debit dan Temperatur No
Percob Waktu Berat Debit Suhu Pipa
(Jenis H8 H9
t W Q T pipa)
0
(Detik) (kg) (m3/dt)
1 33.28 7.5 224806.19 23 8 dan9 300 285
2 31.42 7.5 238114.26 23 8 dan9 325 305
3 30.89 7.5 242199.74 23 8 dan9 330 315
4 29.19 7.5 256305.24 23 8 dan9 330 315
5 28.62 7.5 261409.85 23 8 dan9 335 320
6 28.12 7.5 266057.97 23 8 dan9 340 320
7 27.18 7.5 275259.38 23 8 dan9 340 325
8 25.6 7.5 292248.05 23 8 dan9 340 325
9 24.83 7.5 301310.91 23 8 dan9 330 315
10 23.74 7.5 315145.32 23 8 dan9 350 335

Tabel 1.5 Data untuk mencari Log HL dan Log Q (sirkuit pipa abu-abu)
Perbedaan Kecepatan Bilangan koef Log HL Log Q
Tinggi aliran Gesek
Re
hL v
f blasius f Darcy-W
(m) (m/s)
15 417.00276 11610.491 0.0304421 0.0484928 1.1760913 5.3518083
20 441.68848 12297.809 0.0300075 0.0576318 1.30103 5.3767854
15 449.26682 12508.81 0.0298802 0.0417779 1.1760913 5.3841737
15 475.43172 13237.313 0.0294603 0.037306 1.1760913 5.4087575
15 484.90049 13500.949 0.0293154 0.0358633 1.1760913 5.417322
20 493.52247 13741.008 0.0291865 0.0461615 1.30103 5.4249763
15 510.59058 14216.231 0.0289395 0.0323452 1.1760913 5.4397421
15 542.10359 15093.639 0.0285094 0.028694 1.1760913 5.4657516
15 558.9147 15561.706 0.0282926 0.0269938 1.1760913 5.4790149
15 584.57675 16276.207 0.0279768 0.0246759 1.1760913 5.4985109

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 27


KELOMPOK 5

diameter pipa abu-abu = 26,2 mm


W= 15 kg
Luas (A) = 5,391E-4
Viskositas kinematik= 9.41E-7
panjang pipa=914,4 mm

Tabel 1.6 Ekspansi tiba-tiba dengan Kehilangan tinggi tekan


No. Pengukuran Debit dan Temperatur No
Percob Waktu Berat Debit Suhu Pipa
(Jenis H7 H8
t W Q T pipa)
0
(Detik) (kg) (mm3/dt)
1 33.28 7.5 224806.2 23 7 dan 8 275 300
2 31.42 7.5 238114.3 23 7 dan 8 295 325
3 30.89 7.5 242199.7 23 7 dan 8 300 330
4 29.19 7.5 256305.2 23 7 dan 8 300 330
5 28.62 7.5 261409.9 23 7 dan 8 305 335
6 28.12 7.5 266058 23 7 dan 8 305 340
7 27.18 7.5 275259.4 23 7 dan 8 310 340
8 25.6 7.5 292248 23 7 dan 8 310 340
9 24.83 7.5 301310.9 23 7 dan 8 300 330
10 23.74 7.5 315145.3 23 7 dan 8 315 350

Tabel 1.7 Data untuk mencari H (ekspansi dengan KTT)


Koefisien
Bilangan koef kehilangan
hL v Reynold Gesek Tinggi Tekan
Re Blassius Darcy- Weisbach
Delta
f-blassius f H
25 1547.186 43077880 0.0039005 0.005871091 48.033
30 1638.777 45628002 0.0038448 0.006279799 53.889
30 1666.894 46410872 0.0038285 0.006069728 55.754
30 1763.973 49113800 0.0037747 0.005420029 62.437
30 1799.104 50091958 0.0037562 0.005210419 64.949
35 1831.094 50982640 0.0037397 0.00586828 67.279
30 1894.421 52745836 0.003708 0.004699291 72.013
30 2011.342 56001244 0.0036529 0.004168822 81.176
30 2073.716 57737891 0.0036251 0.003921813 86.289
35 2168.929 60388873 0.0035847 0.004182555 94.395

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 28


KELOMPOK 5

Tabel 1.8 Ekspansi tiba-tiba tanpa kehilangan tinggi tekan

No. Pengukuran Debit dan Temperatur No


Percob Waktu Berat Debit Suhu Pipa
(Jenis H7 H8
t W Q T pipa)
0
(Detik) (kg) (mm3/dt)
1 33.28 7.5 224806.2 23 7 dan 8 275 300
2 31.42 7.5 238114.3 23 7 dan 8 295 325
3 30.89 7.5 242199.7 23 7 dan 8 300 330
4 29.19 7.5 256305.2 23 7 dan 8 300 330
5 28.62 7.5 261409.9 23 7 dan 8 305 335
6 28.12 7.5 266058 23 7 dan 8 305 340
7 27.18 7.5 275259.4 23 7 dan 8 310 340
8 25.6 7.5 292248 23 7 dan 8 310 340
9 24.83 7.5 301310.9 23 8 dan 8 300 330
10 23.74 7.5 315145.3 23 9 dan 8 315 350

Tabel 1.9 Data untuk mencari H (ekspansi tanpa KTT)

Koefisien
Bilangan koef kehilangan
hL v Reynold Gesek Tinggi Tekan
Re Blassius Darcy- Weisbach
Delta
f-blassius f H
25 1547.186 43077880 0.0039005 0.005871091 113.15
30 1638.777 45628002 0.0038448 0.006279799 126.94
30 1666.894 46410872 0.0038285 0.006069728 131.34
30 1763.973 49113800 0.0037747 0.005420029 147.08
30 1799.104 50091958 0.0037562 0.005210419 153
35 1831.094 50982640 0.0037397 0.00586828 158.49
30 1894.421 52745836 0.003708 0.004699291 169.64
30 2011.342 56001244 0.0036529 0.004168822 191.22
30 2073.716 57737891 0.0036251 0.003921813 203.27
35 2168.929 60388873 0.0035847 0.004182555 222.36

Tabel 1.10 Kontraksi tiba-tiba tanpa kehilangan tinggi tekan

No. Pengukuran Debit dan Temperatur No


Percob Waktu Berat Debit Suhu Pipa
(Jenis H9 H 10
t W Q T pipa)
0
(Detik) (kg) (mm3/dt)
1 33.28 7.5 224806.2 23 9 dan 10 285 75
2 31.42 7.5 238114.3 23 9 dan 10 305 75

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 29


KELOMPOK 5

3 30.89 7.5 242199.7 23 9 dan 10 315 85


4 29.19 7.5 256305.2 23 9 dan 10 315 75
5 28.62 7.5 261409.9 23 9 dan 10 320 75
6 28.12 7.5 266058 23 9 dan 10 320 80
7 27.18 7.5 275259.4 23 9 dan 10 325 75
8 25.6 7.5 292248 23 9 dan 10 325 80
9 24.83 7.5 301310.9 23 10 dan 10 315 75
10 23.74 7.5 315145.3 23 11 dan 10 335 75

Tabel 1.11 data untuk mencari H (Kontraksi tanpa KTT)

Kecepatan Bilangan koef Kehilangan


Delta
hL aliran Reynold Gesek Tinggi Tekan H
v Re Blassius Darcy- Weisbach
(mm/s) f-blassius f
210 417.0028 11610.491 0.0304421 0.678899526 8.2195
230 441.6885 12297.809 0.0300075 0.662765316 9.2214
230 449.2668 12508.81 0.0298802 0.640594533 9.5406
240 475.4317 13237.313 0.0294603 0.596896465 10.684
245 484.9005 13500.949 0.0293154 0.585767023 11.114
240 493.5225 13741.008 0.0291865 0.553938371 11.513
250 510.5906 14216.231 0.0289395 0.53908654 12.323
245 542.1036 15093.639 0.0285094 0.468668312 13.891
240 558.9147 15561.706 0.0282926 0.431901046 14.766
260 584.5767 16276.207 0.0279768 0.427714873 16.153

Tabel 1.12 Kontraksi tiba-tiba dengan kehilangan tinggi tekan

Pengukuran
Debit dan
No. Temperatur No
Percob Waktu Berat Debit Suhu Pipa H9 H 10
(Jenis
t W Q T pipa)
0
(Detik) (kg) (mm3/dt)
1 33.28 7.5 224806.2 23 9 dan 10 285 75
2 31.42 7.5 238114.3 23 9 dan 10 305 75
3 30.89 7.5 242199.7 23 9 dan 10 315 85
4 29.19 7.5 256305.2 23 9 dan 10 315 75
5 28.62 7.5 261409.9 23 9 dan 10 320 75
6 28.12 7.5 266058 23 9 dan 10 320 80
7 27.18 7.5 275259.4 23 9 dan 10 325 75
8 25.6 7.5 292248 23 9 dan 10 325 80
9 24.83 7.5 301310.9 23 10 dan 10 315 75
10 23.74 7.5 315145.3 23 11 dan 10 335 75

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 30


KELOMPOK 5

Tabel 1.13 Data untuk mencari H (Kontraksi dengan KTT)

Kecepatan Bilangan koef Kehilangan Kecepatan


aliran Reynold Gesek Tinggi Tekan Delta H aliran
hL V1 Re Blassius Darcy- Weisbach V2
(mm/s) f-blassius f (mm/s)
210 417.0028 11610.491 0.0304421 0.678899526 152.09 1547.186441
230 441.6885 12297.809 0.0300075 0.662765316 170.629 1638.776727
230 449.2668 12508.81 0.0298802 0.640594533 176.535 1666.894295
240 475.4317 13237.313 0.0294603 0.596896465 197.696 1763.972757
245 484.9005 13500.949 0.0293154 0.585767023 205.649 1799.104289
240 493.5225 13741.008 0.0291865 0.553938371 213.028 1831.094053
250 510.5906 14216.231 0.0289395 0.53908654 228.017 1894.421073
245 542.1036 15093.639 0.0285094 0.468668312 257.032 2011.342374
240 558.9147 15561.706 0.0282926 0.431901046 273.22 2073.715858
260 584.5767 16276.207 0.0279768 0.427714873 298.886 2168.928592

Tabel 1.14 Tikungan standar dengan R=0 m D: 13,6mm R/D:0

No. Pengukuran Debit dan Temperatur No Perbedaan Kecepatan


Waktu Berat Debit Suhu Pipa H1 H2 Tinggi aliran
(Jenis
t W Q T pipa) Tekan v
0
(Detik) (kg) (mm3/dt) HL (mm/s)
1 33.28 7.5 224806.2 23 1 dan 2 523 150 373 1547.186
2 31.42 7.5 238114.3 23 1 dan 2 530 148 382 1638.777
3 30.89 7.5 242199.7 23 1 dan 2 545 140 405 1666.894
4 29.19 7.5 256305.2 23 1 dan 2 545 140 405 1763.973
5 28.62 7.5 261409.9 23 1 dan 2 550 135 415 1799.104
6 28.12 7.5 266058 23 1 dan 2 560 135 425 1831.094
7 27.18 7.5 275259.4 23 1 dan 2 560 135 425 1894.421
8 25.6 7.5 292248 23 1 dan 2 560 130 430 2011.342
9 24.83 7.5 301310.9 23 1 dan 2 540 145 395 2073.716
10 23.74 7.5 315145.3 23 1 dan 2 570 130 440 2168.929

Tabel 1.15 Data untuk mencari hT, hf, hLB, KB, KL


Bilangan koef koef hT hf HLB KB KL
Reynold Gesek Gesek
Re Blassius Darcy- Weisbach
f-blassius f-blassius
22361.037 0.0258413 0.045470028 373 211.98 161.02 1.3197 1.31974
23684.765 0.0254724 0.041507395 382 234.43 147.57 1.0781 1.07812
24091.14 0.0253643 0.042534428 405 241.51 163.49 1.1544 1.15444
25494.186 0.0250079 0.037981575 405 266.66 138.34 0.8723 0.87229
26001.932 0.0248849 0.037414256 415 276.02 138.98 0.8424 0.84242
26464.271 0.0247755 0.036988721 425 284.67 140.33 0.8212 0.82116
27379.518 0.0245658 0.034557124 425 302.12 122.88 0.6718 0.67177
29069.348 0.0242007 0.031016882 430 335.5 94.495 0.4583 0.45829

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 31


KELOMPOK 5

29970.814 0.0240167 0.026804042 395 353.92 41.077 0.1874 0.18741


31346.896 0.0237486 0.027293791 440 382.85 57.151 0.2384 0.23836
0.7644 0.7644

Tabel 1.16 Tikungan standar dengan R=10 mm D=13,6mm L:910,1 R/D :0,735

No. Pengukuran Debit dan Temperatur No Perbedaan Kecepatan


Percob Waktu Berat Debit Suhu Pipa Tinggi aliran
(Jenis
t W Q T pipa) H5 H6 Tekan v
0
(Detik) (kg) (mm3/dt) HL (mm/s)
1 33.28 7.5 224806.2 23 5 dan 6 990 560 430 1547.186
2 31.42 7.5 238114.3 23 5 dan 6 1010 555 455 1638.777
3 30.89 7.5 242199.7 23 5 dan 6 1030 545 485 1666.894
4 29.19 7.5 256305.2 23 5 dan 6 1030 545 485 1763.973
5 28.62 7.5 261409.9 23 5 dan 6 1040 540 500 1799.104
6 28.12 7.5 266058 23 5 dan 6 1045 540 505 1831.094
7 27.18 7.5 275259.4 23 5 dan 6 1050 540 510 1894.421
8 25.6 7.5 292248 23 5 dan 6 1050 540 510 2011.342
9 24.83 7.5 301310.9 23 5 dan 6 1020 550 470 2073.716
10 23.74 7.5 315145.3 23 5 dan 6 1055 540 515 2168.929

Tabel 1.17 Data untuk mencari hT, hf, hLB, KB, KL


Bilangan koef koef hT hf HLB KB KL
Reynold Gesek Gesek
Re Blassius Darcy- Weisbach
f-blassius f-blassius
22361.037 0.0258413 0.052666196 430 210.98 219.02 1.7951 1.82479
23684.765 0.0254724 0.049673026 455 233.32 221.68 1.6195 1.64875
24091.14 0.0253643 0.051176952 485 240.38 244.62 1.7274 1.7565
25494.186 0.0250079 0.04569901 485 265.41 219.59 1.3846 1.41337
26001.932 0.0248849 0.045290397 500 274.73 225.27 1.3655 1.39411
26464.271 0.0247755 0.044158963 505 283.33 221.67 1.2971 1.32559
27379.518 0.0245658 0.041664478 510 300.7 209.3 1.1442 1.17246
29069.348 0.0242007 0.036961277 510 333.93 176.07 0.8539 0.88173
29970.814 0.0240167 0.032044106 470 352.26 117.74 0.5372 0.56478
31346.896 0.0237486 0.03209708 515 381.05 133.95 0.5587 0.58596
1.2283 1.2568

Tabel 1.18 Tikungan standar dengan R=50 mm L: 830,1 D: 26,2 R/D : 1,908

No. Pengukuran Debit dan Temperatur No Perbedaan Kecepatan


Percob Waktu Berat Debit Suhu Pipa Tinggi aliran
(Jenis
t W Q T pipa) H15 H16 Tekan v
0
(Detik) (kg) (mm3/dt) HL (mm/s)
1 33.28 7.5 224806.2 23 15 dan 16 535 275 260 417.0028
2 31.42 7.5 238114.3 23 15 dan 16 500 285 215 441.6885

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 32


KELOMPOK 5

3 30.89 7.5 242199.7 23 15 dan 16 550 285 265 449.2668


4 29.19 7.5 256305.2 23 15 dan 16 560 280 280 475.4317
5 28.62 7.5 261409.9 23 15 dan 16 560 280 280 484.9005
6 28.12 7.5 266058 23 15 dan 16 565 280 285 493.5225
7 27.18 7.5 275259.4 23 15 dan 16 570 280 290 510.5906
8 25.6 7.5 292248 23 15 dan 16 565 280 285 542.1036
9 24.83 7.5 301310.9 23 15 dan 16 560 280 280 558.9147
10 23.74 7.5 315145.3 23 15 dan 16 575 275 300 584.5767

Tabel 1.19 Data untuk mencari Data untuk mencari hT, hf, hLB, KB, KL
Bilangan koef koef hT hf HLB KB KL
Reynold Gesek Gesek
Re Blassius Darcy- Weisbach
f-blassius f-blassius
11610.491 0.0304421 0.925902724 260 8.5484 251.45 28.371 28.4623
12297.809 0.0300075 0.682458426 215 9.4535 205.55 20.672 20.7616
12508.81 0.0298802 0.813030933 265 9.7392 255.26 24.813 24.9023
13237.313 0.0294603 0.767099324 280 10.753 269.25 23.371 23.459
13500.949 0.0293154 0.737433171 280 11.131 268.87 22.435 22.5233
13741.008 0.0291865 0.724604241 285 11.48 273.52 22.033 22.1205
14216.231 0.0289395 0.688846223 290 12.183 277.82 20.908 20.9947
15093.639 0.0285094 0.60055138 285 13.53 271.47 18.124 18.2095
15561.706 0.0282926 0.555056061 280 14.272 265.73 16.69 16.7743
16276.207 0.0279768 0.543635818 300 15.439 284.56 16.338 16.4216
21.375 21.4629

Tabel 1.20 Tikungan standar dengan R=100 mm L: 730,1 D:26,2 R/D : 3,816

No. Pengukuran Debit dan Temperatur No Perbedaan Kecepatan


Percob Waktu Berat Debit Suhu Pipa Tinggi aliran
(Jenis
t W Q T pipa) H11 H12 Tekan v
0
(Detik) (kg) (mm3/dt) HL (mm/s)
1 33.28 7.5 224806.2 23 11 dan 12 575 325 250 417.0028
2 31.42 7.5 238114.3 23 11 dan 12 595 325 270 441.6885
3 30.89 7.5 242199.7 23 11 dan 12 600 320 280 449.2668
4 29.19 7.5 256305.2 23 11 dan 12 605 320 285 475.4317
5 28.62 7.5 261409.9 23 11 dan 12 605 320 285 484.9005
6 28.12 7.5 266058 23 11 dan 12 610 320 290 493.5225
7 27.18 7.5 275259.4 23 11 dan 12 615 315 300 510.5906
8 25.6 7.5 292248 23 11 dan 12 610 320 290 542.1036
9 24.83 7.5 301310.9 23 11 dan 12 605 320 285 558.9147
10 23.74 7.5 315145.3 23 11 dan 12 620 315 305 584.5767

Tabel 1.21 Data untuk mencari Data untuk mencari hT, hf, hLB, KB, KL
Bilangan koef koef hT hf HLB KB KL
Reynold Gesek Gesek

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 33


KELOMPOK 5

Re Blassius Darcy- Weisbach


f-blassius f-blassius
11610.491 0.0304421 1.012232059 250 7.5186 242.48 27.359 27.5414
12297.809 0.0300075 0.974427585 270 8.3147 261.69 26.318 26.4974
12508.81 0.0298802 0.976713728 280 8.5659 271.43 26.385 26.5639
13237.313 0.0294603 0.887741442 285 9.4579 275.54 23.917 24.0938
13500.949 0.0293154 0.853409677 285 9.79 275.21 22.965 23.1402
13741.008 0.0291865 0.838305035 290 10.097 279.9 22.547 22.7221
14216.231 0.0289395 0.810202546 300 10.716 289.28 21.771 21.9444
15093.639 0.0285094 0.694786502 290 11.9 278.1 18.567 18.7376
15561.706 0.0282926 0.642350022 285 12.553 272.45 17.112 17.2811
16276.207 0.0279768 0.628397882 305 13.579 291.42 16.732 16.8992
22.367 22.5421

Tabel 1.22 Tikungan standar dengan R=150 mm L:630,1 D:26,2 R/D:5,725

No. Pengukuran Debit dan Temperatur No Perbedaan Kecepatan


Percob Waktu Berat Debit Suhu Pipa Tinggi aliran
(Jenis
t W Q T pipa) H13 H14 Tekan v
0
(Detik) (kg) (mm3/dt) HL (mm/s)
1 33.28 7.5 224806.2 23 13 dan 14 415 155 260 417.0028
2 31.42 7.5 238114.3 23 13 dan 14 435 155 280 441.6885
3 30.89 7.5 242199.7 23 13 dan 14 445 150 295 449.2668
4 29.19 7.5 256305.2 23 13 dan 14 445 145 300 475.4317
5 28.62 7.5 261409.9 23 13 dan 14 450 145 305 484.9005
6 28.12 7.5 266058 23 13 dan 14 455 150 305 493.5225
7 27.18 7.5 275259.4 23 13 dan 14 455 145 310 510.5906
8 25.6 7.5 292248 23 13 dan 14 455 150 305 542.1036
9 24.83 7.5 301310.9 23 13 dan 14 450 150 300 558.9147
10 23.74 7.5 315145.3 23 13 dan 14 465 145 320 584.5767

Tabel 1.23 Data untuk mencari Data untuk mencari hT, hf, hLB, KB, KL

Bilangan koef koef hT hf HLB KB KL


Reynold Gesek Gesek
Re Blassius Darcy- Weisbach
f-blassius f-blassius
11610.491 0.0304421 1.219793448 260 6.4888 253.51 28.603 28.8771
12297.809 0.0300075 1.170891641 280 7.1758 272.82 27.438 27.7076
12508.81 0.0298802 1.192351069 295 7.3927 287.61 27.957 28.2256
13237.313 0.0294603 1.082768861 300 8.1625 291.84 25.332 25.5965
13500.949 0.0293154 1.058243016 305 8.4491 296.55 24.745 25.0088
13741.008 0.0291865 1.021590357 305 8.7138 296.29 23.867 24.1293
14216.231 0.0289395 0.970078572 310 9.248 300.75 22.634 22.8942
15093.639 0.0285094 0.846693222 305 10.27 294.73 19.677 19.9333

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 34


KELOMPOK 5

15561.706 0.0282926 0.783467538 300 10.834 289.17 18.162 18.4160


16276.207 0.0279768 0.763937309 320 11.719 308.28 17.7 17.9510
23.611 23.8739

Tabel 1.24 R/D, R, D, Kb KL Rata-Rata


R/D R D Kb KL
Rata-rata
0 0 13.6 0.7644 0.76439973
0.735294 10 13.6 1.2283 1.25680451
1.908397 50 26.2 21.375 21.4629085
3.816794 100 26.2 22.367 22.5421154
5.725191 150 26.2 23.611 23.8739

I.8 GRAFIK DAN ANALISA

A .Analisis Kehilangan Tinggi Tekan Pada Pipa Lurus

Grafik 1.2 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Pipa Lurus Pada Pipa Biru

Grafik dari log hL terhadap log Q diatas idealnya membentuk suatu garis lurus
linear. Adanya suatu perbedaan antara hasil pengukuran dan hasil perhitungan
mengakibatkan titik pada grafik tersebut tidak membentuk suatu garis lurus yang
diperkirakan sebelumnya. Hal ini terjadi karena nilai log hL linear terhadap nilai log
Q. Kelinearan tersebut dapat dibuktikan dengan persamaan rumus sebagai berikut :

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 35


KELOMPOK 5

V = Q/A
Hl = f. L. v2/(D.2g)
= f. L. (Q/A)2/(D. 2g)
= Q2. f.L /(2.D.g.A2)

log hL = log Q2
log hL = 2 log Q

Bentuk diatas merupakan ekivalen dari bentuk persamaan umum garis Y = m X


dengan Y = log hL ; X = log Q
Dari data percobaan yang kita plot ke grafik ternyata tidak membentuk suatu garis
lurus sehingga dengan regresi linier akan diperoleh persamaan Y = 0,4463X pada pipa
biru, dan Y = 0,2213 X pada pipa abu-abu
Atau dengan mensubtitusikan log hL dan log Q yang ekivalen terhadap Y dan X ke
dalam persamaan grafik tersebut dapat menjadi :
Log hL = 0,4463 log Q untuk pipa biru
Log hL = 0,2213 log Q untuk pipa abu-abu
Dimana C untuk pipa biru dan pipa abu-abu sama dengan 0
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa pertambahan Log hL berbanding lurus
terhadap pertambahan Log Q. Artinya bahwa tinggi air hl yang makin besar sebanding
dengan debit yang melalui pipa.
Pada percobaan yang telah dilakukan hasilnya memang tidak sepenuhya linear. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti keterbatasan mata manusia dalam
membaca skala piezometer, sehingga mempengaruhi ketelitian perhitungan, dan juga
dapat diakibatkan oleh ketidakstabilan debit air yang keluar dari pompa (faktor alat).

B. Analisis Fblassius dan Fdarcy-weisbach

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 36


KELOMPOK 5

Grafik 1.3 Fblassius, Fdarcy-weisbach vs Re pada Pipa Biru

Grafik ini berbentuk eksponsial, hal ini dapat dilihat dari rumus :
fblassius = 0,316 . Re-0,25
Idealnya grafik darcy-weisbach selalu diatas grafik Blassius dan tidak akan pernah
berpotongan, namun pada grafik pipa biru terjadi sebaliknya, hal ini dikarenakan
perhitungan bekerja dengan angka desimal yang cukup kecil sehingga pembulatan-
pembulatan sebelumnya berdampak pada perhitungan selanjutnya ataupun karena
kesalahan pengamatan waktu mengambil data.
F Darcy selalu berada di atas f Blassius pada kondisi ideal, hal ini disebabkan oleh:
a. Blassius pada percobaan hanya memberikan korelasi antara faktor gesekan pada
pipa dengan bilangan Reynold, untuk rentang 4000 < Re < 10^5, dalam bentuk
fblassius = 0,316 . Re-0,25. Blassius pun menyarankan agar rumus tersebut hanya
dipakai pada pipa mulus, sehingga f hanya bergantung pada bilangan Reynold.
Jadi, Blassius hanya memperhitungkan karakteristik aliran ( turbulen) dan pipa
licin.
b. Darcy tidak hanya memperhatikan karakteristik aliran, namun juga
memperhitungkan karakteristik pipa, yaitu:
Ukuran tonjolan kekasaran pipa
Tatanan atau jarak antara elemen-elemen kekerasan
Faktor bentuk elemen-elemen kekerasan
Sehingga faktor Darcy tidak hanya bergantung pada bilangan Reynold saja

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 37


KELOMPOK 5

C. Analisis Ekspansi Tiba-tiba

Grafik 1.4 hL vs Delta h (ekspansi tiba-tiba)


Dari grafik dapat dilihat bahwa grafik ekspansi tiba-tiba dengan
memperhitungkan kehilangan tinggi tekan lebih mendekati kondisi ideal.
Keterangan:
y = x merupakan kondisi ideal. Grafik diatas menggambarkan perbandingan
antara selisih tinggi tekan menurut penukuran dengan selisih tinggi tekan menurut
perhitungan.
Grafik yang digambarkan:
a. Grafik he >< 0 , memperhitungkan kehilangan tinggi tekan dengan
memperhitungkan kehilangan energi.
b. Grafik he = 0 , tanpa memperhitungkan kehilangan tinggi tekan.

Persamaan hubungan antara h ukur Vs h hitung yang didapat dari grafik adalah:
1. tanpa KTT
y = 5.3417x lebih besar dari persamaan y = x karena rumus tanpa kehilangan tinggi
tekan memperhitungkan satu faktor saja yaitu gesekan permukaaan pipa (major
loses).

2. dengan KTT
y = 2.2676x persamaan hampir mendekati y = x dibandingkan dari tanpa kehilangan
tinggi tekan karena dalam rumus dengan kehilangan tinggi tekan memperhitungkan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 38


KELOMPOK 5

dua faktor terjadinya kehilangan tinggi tekan yaitu, gesekan permukaan (major loses)
dan faktor akibat perubahan geometri pipa (minor loses).
Dari data diatas diketahui bahwa percobaan ekspansi tiba-tiba dengan menggunakan
KTT diperoleh data yang lebih mendekati ideal. Hal ini menunjukan bahwa ekspansi
tiba-tiba memang menyebabkan kehilangan tinggi tekan

D. Analisis Kontraksi Tiba-tiba

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 39


KELOMPOK 5

Grafik 1.5 hl vs Delta h (kontraksi tiba-tiba)

Dari grafik dapat dilihat bahwa grafik kontraksi tiba-tiba dengan


memperhitungkan kehilangan tinggi tekan lebih mendekati kondisi ideal.
Keterangan:
y = x merupakan kondisi ideal. Dari grafik diperoleh persamaan yang
menunjukan bahwa grafik kontraksi tiba-tiba, dengan memperhitungkan adanya
kehilangan tinggi tekan lebih mendekati kondisi ideal dibandingkan dengan grafik
kontraksi tiba-tiba tanpa KTT, yang berarti grafik tersebut lebih baik .
Persamaan yang didapat dari grafik adalah:
i. Tanpa KTT:
Y=0.0497x persamaan mendekati dari persamaan y=x karena rumus tanpa kehilangan
tinggi tekan hanya memperhitungkan satu faktor saja yaitu gesekan permukaan pipa (
major losses )
ii. Dengan KTT:
Y=0.0645x karena rumus dengan kehilangan tinggi tekan memperhitungkan dua faktor
terjadinya kehilangan tinggi tekan yaitu, gesekan permukaan (major losses) dan
faktor akibat perubahan geometri pipa ( minor loses )

E. Analisis Grafik pada Percobaan Tikungan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 40


KELOMPOK 5

Grafik 1.6 K vs R/D

Kb adalah konstanta kehilangan tinggi tekan yang diakibatkan oleh perubahan


geometri saja, sedangkan Kl adalah konstanta kehilangan tinggi tekan yang
disebabkan oleh perubahan geometri dan gesekan pipa lurus. Selisih keduanya sangat
kecil, menunjukkan pengaruh gesekan dinding pipa sepanjang tikungan sangatlah
kecil.

Pada grafik diatas Kl dan Kb ditunjukan bahwa nilai KL sedikit lebih besar dari Kb.
Pengertian dari KB merupakan koefisien kehilangan tinggi tekan akibat perubahan
geometri pipa. Sedangkan KL merupakan harga koefisien kehilangan tinggi tekan
akibat gesekan di tikungan pada pipa maupun akibat perubahan geometri pada pipa.
Hal ini dapat ditunjukan dalam rumus untuk Kl dan Kb itu sendiri.

a. Gesekan di tikungan pada pipa akan mempengaruhi nilai koefisien kehilangan


tinggi tekan sehingga pasti kehilangan tinggi tekan dipengaruhi oleh adanya
gesekan pada tikungan. Untuk KL

R
Koefisien didepan hf adalah 1 0
2L

b. Untuk KB

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 41


KELOMPOK 5

Kb
2g
V2

hT 1 h f
Koefisien di depan hf adalah 1

Dari perbandingan masing-masing nilai koefisien didepan h f, dapat ditarik


hubungan bahwa

R
ht 1 2 L hf > ht (1)h f

Sehingga KL > KB

I.9 KESIMPULAN DAN SARAN

I.9.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Pada pipa lurus kehilangan tinggi tekan diakibatkan karena adanya gesekan
antara fluida dengan pipa dan antara fluida itu sendiri yang mengakibatkan
besarnya kehilangan tinggi tekan pada debit yang sama.
2. Pada kondisi ekspansi tiba-tiba, grafik dengan memperhitungkan kehilangan tinggi
tekan lebih mendekati kondisi ideal. Hal ini menunjukan bahwa pada kondisi
sebenarnya, pipa tertutup yang mengalami ekspansi tiba-tiba terjadi kehilangan
tinggi tekan.
3. Pada kondisi kontraksi tiba-tiba, grafik dengan memperhitungkan kehilangan
tinggi tekan lebih mendekati kondisi ideal. Hal ini menunjukan bahwa pada
kondisi sebenarnya, pipa tertutup yang mengalami kontraksi tiba-tiba terjadi
kehilangan tinggi tekan.
4. Harga f dari Darcy Weisbach selalu lebih besar dari harga f blassius hal ini
karena dari rumus Re pada Darcy Weisbach memiliki pangkat lebih besar
daripada f blassius.
5. Jari-jari tikungan (r) berbanding terbalik dengan koefisien kehilangan tinggi
tekan.
6. Diameter pipa (D) berbanding lurus dengan koefisien kehilangan tinggi tekan.
7. Pada pipa lurus kehilangan tinggi tekan diakibatkan karena adanya gesekan
antara fluida dengan pipa dan antara fluida itu sendiri yang mengakibatkan
besarnya kehilangan tinggi tekan pada debit yang sama.
8. Pada kondisi ekspansi tiba-tiba grafik dengan tidak memperhitungkan adanya
kehilangan tinggi tekan lebih mendekati kondisi ideal.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 42


KELOMPOK 5

9. Pada kondisi konstraksi tiba-tiba grafik dengan tidak memperhitungkan adanya


kehilangan tinggi tekan lebih mendekati kondisi ideal .
10. Harga f dari Darcy Weisbach selalu lebih besar dari harga f blassius hal ini
karena dari rumus Re pada Darcy Weisbach memiliki pangkat lebih besar
daripada f blassius.
11. Pada percobaan tikungan, harga K L > KB. karena nilai KL dipengaruhi oleh gesekan
dan perubahan geometri, sedangkan K B hanya dipengaruhi oleh perubahan
geometri saja.
12. Jari-jari tikungan (r) berbanding terbalik dengan koefisien kehilangan tinggi
tekan.
13. Diameter pipa (D) berbanding lurus dengan koefisien kehilangan tinggi tekan.
Dari kehilangan tinggi tekan akibat tikungan didapat hubungan R/D
berupa grafik lengkung. Sedangkan dari data yang didapat ternyata bilangan
Re yang didapat sebagian besar menunjukkan aliran turbulen, hal ini
disebabkan terlalu besarnya membuka kran air dan faktor gesekan pipa yang
besar. Grafik KB vs R/D terletak di bawah grafik KL vs R/D.Hal ini karena KB
merupakan koefisien kehilangan tinggi tekan dalam bentuk geometri saja,
sedangakan KL merupakan tinggi tekan total. Kedua grafik ini mempunyai nilai
ekstrim minimum dan jika harga R/D semakin besar maka nilai grafik ini akan
menjadi semakin besar.

I.9.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan :
1. Memperbaiki pipa, dalam hal ini pada katub dan juga pada bak, yang dipakai agar
tidak bocor.
2. Pengamatan harus lebih teliti.
3. Tidak terburu-buru dalam pengambilan data.
4. Percobaan dilakukan lebih dari sekali untuk memperkecil kesalahan.

I.10 REFERENSI
Streeter,Victor. 1990. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga
Diktat Bapak Mulyana. Mekanika Fluida
Gerhart, Philip. 1985. Fundamental of Fluid Mechanics. Canada
Modul praktikum Mekanika Fluida, Jurusan Teknik Sipil ITB, 2007

BAB II

TUMBUKAN AKIBAT PANCARAN FLUIDA

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 43


KELOMPOK 5

2.1 PENDAHULUAN

Pada praktikum ini , akan dibahas mengenai tumbukan dan akibat yang
ditimbulkan oleh fluida. Fluida yang digunakan adalah air. Dengan alat pancaran yang
digerakkan oleh pompa listrik, air dipancarkan melalui noozle dan kemudian
bertumbukan dengan piringan yang diletakkan di atasnya. Tumbukan tersebut akan
menimbulkan gaya dorong yang menyebabkan piringan bergerak ke atas.
Terjadinya gaya yang bekerja pada fluida disebabkan oleh gaya yang bekerja
pada fluida itu sendiri. Hukum-hukum dasar tentang gaya dapat dapat diterapkan
pada masalah-masalah fisik yang nyata dari aliran fluida. Gaya ini diakibatkan oleh
adanya momentum pada saat terjadinya tumbukan. Besarnya gaya bergantung pada
besarnya debit air yang memancar dari nozzle dan pada bentuk piringan ( dalam
percobaan ini dibedakan piringan cekung dan piringan datar)
Besarnya gaya pada percobaan ini dapat dihitung dengan memakai prinsip-
prinsip mekanika, yaitu:
a. Persamaan momentum
b. Keseimbangan momen
c. Persamaan gerak lurus beubah beraturan
Besarnya gaya pancaran dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu:
a. Cara pengukuran
b. Cara perhitungan
Pada cara perhitungan , digunakan prinsip persamaan garis lurus dan persamaan
momentum unutk mencari gaya pancaran. Pada cara pengukuran, besar gaya
diperoleh dengan memakai prinsip kesetimbangan momen. Dari kedua cara tersebut
didapatkan perbandingan antara besarnya gaya yang diperoleh dengan cara
pengukuran dan perhitungan dan akan diperoleh nilai atau harga efisiensi untuk
piringan cekung dan piringan datar.

2.2 TUJUAN PERCOBAAN


1. Mengamati dan mempelajari pengaruh tumbukan pancaran fluida pada suatu
permukaan piringan yang dapat menghasilkan suatu energi mekanis.
2. Mengukur dan menghitung besarnya gaya yang diperoleh dari tumbukan pada dua
macam piringan yaitu plat datar dan plat cekung.
3. Mengamati hubungan antara besarnya debit yang keluar dengan gaya yang
ditimbulkan hasil perhitungan.
4. Menentukan besarnya efisiensi masing-masing piringan.

2.3 ALAT-ALAT PRAKTIKUM

1. Bangku hidrolis dengan beban

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 44


KELOMPOK 5

2. Jet Impact Apparatus


3. Stop watch
4. Thermometer
Data-data alat:

Diameter Nozzle = 10 mm

Luas penampang nozzle = 78,5 mm2

Massa beban pemberat = 0,610 kg

Jarak as piringan ke engsel tuas = 0,1525 m

Jarak nozzle ke piringan = 37 mm

2.4 DASAR TEORI DAN PENURUNAN RUMUS


Menentukan besarnya debit ( Q )

L 3L

AIR BEBAN

Gambar 2.1 Skema bangku hidrolik

Massa air ( M ) = 3x massa beban


M
W
t

Dengan :
W : laju massa air ( kg/s )
M : Massa air ( kg )
t : Selang waktu ( s )
W
sehingga : Q

W : laju massa air ( kg/s )

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 45


KELOMPOK 5

: massa jenis air ( kg/m3 )


Q : debit air (m3/s )

Menentukan Fpengukuran

Kondisi pertama :

X
Gg

Gambar 2.2 Sistem Gaya kondisi pertama

Berlaku :

MA 0

Kx G.g .L M alat 0

Kondisi kedua :

L Y

A
F
Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 46

X
Gg
KELOMPOK 5

Gambar 2.3 Sistem gaya kondisi kedua

Berlaku :

MA 0

K .x F .L G.g.( L y ) M alat 0

Dari kedua kondisi di atas diperoleh hubungan gaya sebagai berikut :

K .x G.g .L M alat K .x F .L G.g .( L y ) M alat

G.g . y 0,610.g . y
F 4 g. y
L 0,1525

dengan :
K : Gaya pegas
F : Gaya yang terjadi
G : Massa yang terjadi
L : Jarak antara sendi dan piringan
g : percepatan gravitasi ( 9,8 m/s2 )

Menentukan Fperhitungan

Aliran fluida diukur dengan satuan W kg/s yang mewakili satuan debit. Air yang
keluar dari nozzle mempunyai kecepatan yang besarnya :

Q W W
v 12,769W
A.t . A. 1000.(0,25 .0,012 ).

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 47


KELOMPOK 5

Hingga pada akhirnya di P ( piringan ) kecepatan menjadi v 0. Maka berdasarkan


Hukum Kekekalan Energi berlaku :

EK A EPA EK B EPB
1 mv 2 0 1 mvo 2 mgs
2 2
2
v 2 vo 2 gs
2
v 2 vo 2 gs
2
v 2 vo 2.(9,81).(0,037)
2
v 2 vo 0,726

dengan :
EK : energi kinetik
EP : energi potensial
v0 : Kecepatan ketika menumbuk piringan
v : Kecepatan pada saat dipancarkan nozzle
g : percepatan gravitasi
Di titik P pancaran air membelok terhadap sumbu vertikal ( membentuk sudut
terhadap arah vertikal ). Sudut yang dibentuk besarnya tergantung pada jenis
piringan yang dipakai. Kecepatan air berubah menjadi v 1 cos . Jika dianggap bahwa
dalam hai ini berlaku Hukum Kontinuitas
A v = tetap
dan A tetap maka v = v0

Berdasarkan Hukum Kekekalan Momentum maka :

f dt m dv
Ft mv
m.(v0 v )
m.(v0 v0 cos )

m.v0 (1 cos )
m Laporan
F v0 (1 cos ) Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika V1
48
t
F W .v0 (1 cos )

V
KELOMPOK 5

Untuk piringan datar diperoleh:

= 900

Fd W .v0 (1 cos 90 0 )
Fd W .v0

Untuk piringan cekung diperoleh:

180 0
Fd W .v 0 (1 cos180 0 )
Fd 2.W .v 0 V
V1 V1
d. Menentukan Efisiensi pengukuran

Fpengukuran
x100%
Fperhitungan

2.5 PROSEDUR PERCOBAAN


1. Mengatur kedudukan alat jet impact agar jalur pancaran tegak lurus terhadap
bidang datar permukaan, dengan cara memutar alat pada kaki yang berbentuk
bola.
2. Memasang piringan datar pada alat jet impact.
3. Mengkalibrasikan neraca pengukur gaya, hal ini dilakukan dengan cara menggeser
beban pemberat ke titik nol, lalu sekrup pegas diputar hingga lengan neraca
dalam keadaan mendatar.
4. Pompa dihidupkan sehingga air memancar melalui nozzle dengan debit
maksimum.
5. Posisi beban pemberat diatur hingga neraca seimbang kembali.
6. Posisi simpangan pemberat terhadap posisi semula dicatat.
7. Mengukur debit air berdasarkan prinsip bangku hidrolis.
8. Melakukan percobaan yang sama untuk macam posisi pemberat lainnya.
9. Mengganti piringan dengan piringan cekung dengan mengulangi prosedur yang
sebelumnya ( 1 s/d 8 )

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 49


KELOMPOK 5

2.6 CONTOH PERHITUNGAN

Berikut ini disajikan contoh perhitungan untuk memperjelas perhitungan dengan


tabel:
piringan datar

M = 7,5 kg =1000 kg/m3 g = 9,81 m/s2

t = 15,1 s G = 0,61 kg D = 0,01 m

y = 0,067 m L = 0,1525 m s = 0,037 m

Menghitung Aliran Fluida :

M 7,5
W 0.49668874kg / s
t 15,1

Menghitung debit:

W 0.49668874
Q 0.00049669 l / s
1000

Vo2 = V2 0,726

Perhitungan kecepatan air (V) yang keluar dari nozzle:

V= 12,75 W

= 12,75 x 0.49668874

= 6.332 m/s

Menghitung kecepatan air (Vo) saat menumbuk piringan:


2
v o v 2 0.726
v o 6.332 2 0.726
v o 6,275 m / s

Mengitung Fperhitungan :

Fperhitungan = W * v0

= 0.49668874 * 6.275

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 50


V
V1 V1
KELOMPOK 5

= 3.116820636 N

Menghitung Fpengukuran:

Fpengukuran = 4.g.y

= 4x 9,81 x 0,067

= 2,629 N

Menghitung efisiensi () piringan datar:

Fpengukuran 2,629
= x100% 100% 84,34%
W .vo 3,116821

piringan cekung

M = 7,5 kg = 1000 kg/m g = 9,81 m/s2

t = 15,0 s G = 0,61 kg D = 0,01 m

y = 0,134 m L = 0,1525 m s = 0,037 m

Menghitung Aliran Fluida :

M 7,5
W 0,5 kg / s
t 15,0

Menghitung debit:

W 0,5
Q 0,0005 m 3 / s
1000

Vo2 = V2 0,726

Perhitungan kecepatan air (V) yang keluar dari nozzle:

V= 12.75 W

= 12.75 x 0,5

= 6.375 m/s

Menghitung kecepatan air (Vo) saat menumbuk piringan:


2
v o v 2 0.726
v o 6.375 2 0.726
v o 6.317
Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 51
KELOMPOK 5

Menghitung Fperhitungan maksimal

Fperhitungan maksimal =2*W*v0

= 2 * 0,5 * 6.317

= 6.317 N

Menghitung Fpengukuran:

Fpengukuran= 4*g*y

= 4*9,81*0,134

= 5,258 N

Menghitung efisiensi () piringan cekung:

Fpengukuran 5,258
x100% x100 % 83,2%
2 *W * vo 6,317

2.7 TABEL DATA

Tabel 2.1 Piringan Datar

No. Pergeseran
Percobaan Waktu Berat Debit beban
T
(detik) W (kg) Q (l/s) Y (mm)
1 86 7.5 8.72093E-05 5
2 29.5 7.5 0.000254237 20
3 23 7.5 0.000326087 30
4 22 7.5 0.000340909 36
5 20.3 7.5 0.000369458 45
6 18.7 7.5 0.00040107 49
7 16.6 7.5 0.000451807 58
8 16 7.5 0.00046875 60
9 15.8 7.5 0.000474684 65
10 15.1 7.5 0.000496689 67

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 52


KELOMPOK 5

Tabel 2.2 Data entuk mencari F perhitungan


Kecepatan Air Keluar dari Kecepatan Air Menumbuk F Perhitungan
Nozzle Piringan (N)
v (m/s) v0 (m/s)
1.111918605 0.714396937 0.062302058
3.241525424 3.127536902 0.7951365
4.157608696 4.069362366 1.326965989
4.346590909 4.262259088 1.453042871
4.710591133 4.6328899 1.71165883
5.113636364 5.042150024 2.022252683
5.760542169 5.697178782 2.574026558
5.9765625 5.915513445 2.772896927
6.05221519 5.991936974 2.84427388
6.332781457 6.27519888 3.116820636

Tabel 2.3 Mencari efisiensi piringan


F Pengukuran Efisiensi
(N) W*v0 Piringan
(%)
0.1962 0.0623 314.9173637
0.7848 0.79514 98.70003446
1.1772 1.32697 88.71365279
1.41264 1.45304 97.21943023
1.7658 1.71166 103.1630819
1.92276 2.02225 95.08010626
2.27592 2.57403 88.41866813
2.3544 2.7729 84.90759165
2.5506 2.84427 89.67490851
2.62908 3.11682 84.35134091

Tabel 2.4 Piringan Cekung


Pergeseran
No. Percobaan Waktu Berat Debit beban
T
(detik) W (kg) Q (l/s) Y (mm)
1 43 7.5 0.000174419 19
2 21.9 7.5 0.000342466 65
3 20.5 7.5 0.000365854 75
4 19.9 7.5 0.000376884 88
5 17.8 7.5 0.000421348 100
6 17.5 7.5 0.000428571 110
7 17.2 7.5 0.000436047 124
8 15.8 7.5 0.000474684 130
9 15 7.5 0.0005 134
10 15.1 7.5 0.000496689 145

Tabel 2.5 Mencari F perhitungan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 53


KELOMPOK 5

Kecepatan Air Keluar dari Kecepatan Air Menumbuk F Perhitungan


Nozzle Piringan (N)
v (m/s) v0 (m/s)
2.223837209 2.054130457 0.716557136
4.366438356 4.282497393 2.933217392
4.664634146 4.58615435 3.355722695
4.805276382 4.729131115 3.564671695
5.372191011 5.304190444 4.469823407
5.464285714 5.397445541 4.626381892
5.559593023 5.493912502 4.791202764
6.05221519 5.991936974 5.68854776
6.375 6.317802229 6.317802229
6.332781457 6.27519888 6.233641271

Tabel 2.6 Mencari efisiensi piringan


F Pengukuran Efisiensi
(N) W*2V0 Piringan
(%)
0.74556 0.71656 104.0475298
2.5506 2.93322 86.95570968
2.943 3.35572 87.70092965
3.45312 3.56467 96.87063201
3.924 4.46982 87.78870309
4.3164 4.62638 93.29969079
4.86576 4.7912 101.5561278
5.1012 5.68855 89.67490851
5.25816 6.3178 83.22767649
5.6898 6.23364 91.27570472

2.8 GRAFIK DAN ANALISA

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 54


KELOMPOK 5

Grafik 2.1 Grafik Efisiensi Piringan

Pada grafik di atas, kita pakai format trendline linear. Ini digunakan sebagai
acuan untuk membandingkan F pengukuran dan F perhitungan, yang memiliki hasil
semestinya tidak jauh berbeda. Kondisi ideal adalah suatu kondisi dimana nilai
efisiensi adalah 100%. Tetapi pada percobaan kali ini tidak diperoleh kondisi piringan
cekung maupun piringan datar yang memiliki nilai efisien 100 %. Dari grafik tampak
hubungan linear didapatkan, baik untuk piringan cekung maupun piringan datar.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa piringan cekung
lebih mendekati ideal hal ini diperkuat dengan adanya hasil grafik yang menunjukkan
piringan cekung mempunyai bentuk garis yang mendekati ideal dibanding dengan
piringan datar. Dari grafik didapatkan gradien untuk piringan datar sebesar 0,8125 ,
sedangkan gradien untuk piringan cekung sebesar 0,8709.
Selain itu didapatkan pula beberapa efisiensi pada piringan datar maupun
piringan cekung bernilai diatas 100%. Ini dikarenakan oleh karena kesalahan paralaks.

2.9 KESIMPULAN DAN SARAN

2.9.1 KESIMPULAN

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 55


KELOMPOK 5

1. Tumbukan pancaran fluida pada suatu piringan dapat menghasilkan suatu energi
mekanis. Dari energi mekanis tersebut, kita dapat memperoleh nilai Vo
(kecepatan air yang menumbuk piringan) dengan rumus :

EM A EM B
EK A EPA EK B EPB
1 mv 2 0 1 mv 2 mgs
2 2 o
2
v 2 vo 2 gs
2
v 2 vo 2 gs
2
v 2 vo 2.(9,81).(0,037)
2
v 2 vo 0,726
2. Kondisi nilai F sangat dipengaruhi oleh nilai debit air yang mengalir. Dihasilkan
dua rumus untuk F perhitungan yaitu, F = W.V0 (untuk piringan datar) dan F = 2
W.V0 (untuk piringan cekung).
3. Besarnya nilai efisiensi dihitung dengan cara membagi F pengukuran dengan F
perhitungan dikali 100%. Nilai efisiensi yang ideal adalah yang benilai 100%.
Namun pada praktikum kali ini tidak ada yang mencapai 100%, bahkan ada
beberapa yang nilai efisiensinya lebih dari 100%. Secara teoritis nilai efisiensi
piringan cekung > efisiensi piringan datar, karena dapat dibuktikan dari rumus Fc
= 2.W.Vo > Fd = W.Vo. Selain itu, pada piringan cekung gaya terpusat pada satu
titik, sedangkan pada piringan datar gaya tersebar.
4. Semakin besar Q, maka akan semakin besar pula Fperhitungan. Jika Q besar maka
V akan besar pula. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya Fperhitungan.
Dengan Q sama, kita akan mendapatkan bahwa gaya menumbuk piringan cekung
kurang lebih dua kali lipat gaya yang mengenai piringan datar.

2.9.2 SARAN
1. Sebaiknya praktikum dilakukan tidak sekaligus beberapa modul sehingga
waktu waktu pelaksanaannya bisa lebih lama dan data yang diperoleh lebih
akurat.
2. Laboratorium sebaiknya menyediakan alat ukur seperti penggaris yang masih
bagus sehingga praktikum bisa dilakukan dengan kesalahan dari alat ukur
sesedikit mungkin.
3. Penjelasan prosedur pengerjaan praktikum pada modul diperjelas (lebih detail).

2.10 REFERENSI
Streeter,Victor. 1990. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 56


KELOMPOK 5

Diktat Bapak Mulyana. Mekanika Fluida


Gerhart, Philip. 1985. Fundamental of Fluid Mechanics. Canada
Modul praktikum Mekanika Fluida, Jurusan Teknik Sipil ITB, 2007

BAB III
ALIRAN MELALUI VENTURIMETER

3.1 PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 57


KELOMPOK 5

Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur debit aliran fluida
yang melalui pipa. Pada percobaan ini selain venturimeter digunakan pula alat
pengukur debit lainnya yang disebut bangku hidraulik. Venturimeter merupakan alat
yang terdiri dari susunan pipa dimana pada bagian tabung yang pendek pada pipa,
diameter pipa akan menyempit ke suatu tenggorokan di tengah tabung ini. Fluida
akan mengalir pada sepanjang pipa yang kemudian akan melalui bidang kontraksi
pada tenggorokan tersebut, dimana penampangnya lebih kecil daripada bagian pipa
yang lain. Hal ini menyebabkan kecepatan aliran fluida pada bagian tenggorokan
tersebut lebih besar daripada kecepatan aliran pada pipa. Peningkatan kecepatan ini
berhubungan dengan penurunan tekanan yang bergantung pada laju alir sehingga
dengan mengukur pressure drop, debit aliran fluida dapat dihitung. Tekanan yang
meningkat tersebut sebanding dengan penurunan kecepatan. Pada venturimeter
biasanya dipasang sebuah manometer air yang digunakan untuk mengukur perbedaan
tekanan pada ujung pipa yang besar dan pada bagian tenggorokan.

3.2 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Praktikan dapat menvisualisasikan pengaruh dari perubahan penampang


terhadap tinggi garis hidraulik di masing-masing manometer.
2. Praktikan dapat menentukan koefisien pengaliran pada alat venturimeter yang
digunakan.

3.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Alat Venturimeter
2. Stopwatch
3. Bangku Hidraulik
4. Beban

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 58


KELOMPOK 5

Gambar 3.1 Venturimeter Apparatus

Data alat :
Diameter pipa di manometer A, DA = 26 mm
Diameter pipa di manometer D, DD = 16 mm

3.4 DASAR TEORI DAN PENURUNAN RUMUS

Penerapan teori dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:


Meninjau penampang a1 dan a2

Total head

2
V1 2
2g
V2 2
2g Vn
2g
Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 59
KELOMPOK 5

p1 pn
Arah
aliran

1
p2 2 n

a2
Datum
Z1 Zn
Z2 an
Gambar3.2 kondisi Ideal Venturimeter

Penampang pada bagian upstream a1, pada leher a2 dan pada bagian
selanjutnya (n) a0. Head pada pembuluh piezometer ditandai dengan h1, h2, hn.
Diasumsikan bahwa tidak terjadi kehilangan energi sepanjang pipa dan kecepatan
serta head piezometrik (h) konstan sepanjang bidang tertentu.

PENURUNAN RUMUS:
a. Penurunan rumus debit
massa beban = 2,5 kg
lair : lbeban = 1 : 3

M A 0

mair x lair = mbeban x lbeban


mair x 1 = mbeban x 3
3 mbeban
Voleme air
air
V 3 mbeban
Debit air
t air t
air 1000 kg / m 3
W
Debit air
1000 t

b. Penurunan rumus c ( koefisien pengaliran pada venturimeter )


Untuk menentukan kecepatan aliran digunakan persamaan Bernoulli dan
kontinuitas.
Berdasarkan persamaan kontinuitas diperoleh :
A1 V1 A2 V2

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 60


KELOMPOK 5

A2 V2
V1
A1
2
A
V V 2
1
2
2
2

A1 (*1)
Persamaan Bernoulli
V12 P1 V2 P
Z1 Z2 2 2
2g 2g

Karena Z1 = Z2 , maka persamaan diatas menjadi :


V12 P1 V22 P2

2g 2g (*2)
Masukkan nilai V1 dari persamaan (*1) ke persamaan (*2) diperoleh :
2
A
V 2
2
2

A1 P1 V2 P2
2g 2g
2
A
V 2 2
2

A1
2
P1 P2 V2

2g 2g

P1
P2
Seperti yang kita ketahui bahwa merupakan perbedaan tekanan
antara pipa 1 dan pipa 2 pada venturimeter. Ketika pipa venturimeter dalam
keadaan horizontal, perbedaan ini menunjukkan perbedaan tinggi pada pipa 1
dan pipa 2 pada venturimeter. Sehingga persamaan tersebut menjadi :
A
2

2 g h1 h2 V2 1 2
A1

2 g (h1 h2 )
V2 2
A
1 2
A1
Rumusan di atas hanya berlaku untuk kondisi serba ideal, sehingga dalam
percobaan ditemui suatu penyimpangan sistemik yang memerlukan suatu faktor
koreksi. Dalam percobaan pengukuran dengan venturimeter ini, dimensi debit-

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 61


KELOMPOK 5

lah yang akan disesuaikan dengan suatu koefisien yang lazim disebut koefisien
pengaliran (C).

c (koefisien pengaliran pada venturimeter) adalah perbandingan antara debit


aktual ( pengukuran bangku hidrolik) dan debit yang diukur melalui perbedaan
tinggi tekan ( pressure drop ).

Q
c
A2 V2

Q
c
2 g (h1 h2 )
A2 2
A
1 2
A1

jadi, persamaan debit pada venturimeter :

2 g (h1 h2 )
Q c A2 2
A
1 2
A1

3.5 PROSEDUR PERCOBAAN

1. Skala manometer dikalibrasi dengan cara membuka kran kontrol aliran dan
kran suplai air beberapa saat, lalu ditutup perlahan-lahan sehingga terjadi
peningkatan tekanan yang menyebabkan air mengalir melalui pembuluh
manometer menunjukkan nilai yang sama. Apabila belum mencapai muka air
yang sama, maka dibantu dengan katup udara.
2. Debit dialirkan pada bukaan yang menghasilkan perbedaan maksimum
antara h1 dan h2 (h1 = tinggi skala manometer di titik A, h 2 = tinggi skala
manometer dititik D).
3. Debit diukur berdasarkan prinsip bangku hidraulik.
4. Skala manometer dibaca untuk masing-masing pembuluh.
5. Percobaan dilakukan untuk 8 harga debit yang semakin kecil.

3.6 CONTOH PERHITUNGAN

Menghitung debit air

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 62


KELOMPOK 5

mair . 1 = mbeban . 3 Berat beban = 2,5 kg


Massa air = 3 x massa beban
W(massa air) = 3 x 2,5 = 7,5 kg

W 7,5
Q 0.000238 m 3 s
1000 t 1000 31.47

Menghitung koefisien pengaliran ( c ) pada alat venturimeter :


D12 (0.026) 2
A1 0.000531 m 2
4 4

D 22 (0.016) 2
A2 0.000201 m 2
4 4

Q
c
2 g (h1 h2 )
A2 2
A
1 2
A1

0.000238
c
2 9.81(0.09 0.01)
0.000201 2
0.000201
1
0.000531

c 0.746125

3.7 DATA TABEL

Tabel 3.1 Diameter tabung

Data Alat
No. Tabung A (1) B C D (2) E F G H I J K
Piezometer
diameter

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 63


KELOMPOK 5

(mm) 26 23.2 18.4 16 16.8 18.47 20.16 21.84 23.53 25.24 26

Tabel 3.2 Tinggi bacaan Piezometer

No percobaan
A
B C D (2) E F G H I J K t W Q (debit)
(1)
1 90 85 55 10 15 40 50 60 70 69 71 31.47 7.5 0.000238

2 80 75 55 10 12 38 48 60 65 70 75 33.76 7.5 0.000222

3 78 70 55 20 24 38 48 58 58 65 69 39.14 7.5 0.000192

4 71 68 48 25 29 39 51 56 60 62 65 45.5 7.5 0.000165

5 67 65 52 30 32 44 50 54 58 59 68 50.35 7.5 0.000149

6 63 62 51 32 34 43 49 52 55 57 58 55.61 7.5 0.000135

7 60 59 49 34 36 43 49 51 53 55 56 63 7.5 0.000119

8 57 56 53 35 36 44 48 50 52 53 54 68.3 7.5 0.00011

Tabel 3.3 Data untuk mencari c


2g(h1-h2) 1-(A2/A1). akar (1)/(2)
Percobaan .(1) (2) .(3) Q/A2.(4) c=((4)/(3))

1 1.5696 0.621301775 1.589436558 1.185919 0.746125

2 1.3734 0.621301775 1.486781759 1.105476 0.743536

3 1.13796 0.621301775 1.353356462 0.953522 0.704561

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 64


KELOMPOK 5

4 0.90252 0.621301775 1.205249944 0.820239 0.680555

5 0.72594 0.621301775 1.080933723 0.741229 0.68573

6 0.60822 0.621301775 0.989416278 0.671118 0.678297

7 0.51012 0.621301775 0.906118252 0.592395 0.653772

8 0.43164 0.621301775 0.833507563 0.546425 0.655574

3.8 GRAFIK DAN ANALISA

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 65


KELOMPOK 5

Grafik 3.1 Grafik Q Vs c

Berdasarkan grafik Q Vs c diperoleh titik-titik yang menghasilkan sebuah garis


linear (trendline) dengan persamaan y = 0.0013x 0.0007 , dengan gradien sebesar
0.0013.
Berdasarkan keterangan dimana sumbu-x merupakan nilai-nilai c dan sumbu-y
merupakan nilai-nilai Q, dan jika dibandingkan dengan rumus
2 g (h1 h2 )
Q c A2 2
A
1 2
A1

2 g (h1 h2 )
A2 2
A
1 2
maka didapatkan bahwa gradien itu merupakan nilai dari A1 yang
merupakan nilai debit yang diukur melalui perbedaan tinggi tekan ( pressure drop ).
Dengan begitu nilai c merupakan hubungan non-dimensional yang diperoleh dari
perbandingan debit aktual ( yang dihitung melalui bangku hidrolik) dengan debit yang
diukur melalui perbedaan tinggi tekan.
Berdasarkan grafik yang diamati terlihat bahwa nilai-nilai titik dari Q Vs c
tidak tepat berada pada garis linear yang mana terjadi penyimpangan-penyimpangan.
Secara teori dalam kondisi yang serba ideal, nilai c itu harus bernilai sama dengan 1.
Yang artinya hasil perhitungan dan hasil pengukuran mendapati hasil yang sama.
Tetapi berdasarkan percobaan yang dilakukan terlihat pada grafik dan tabel data

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 66


KELOMPOK 5

bahwa nilai c berkisar antara 0.65 0.74 yang berarti bahwa kondisi percobaan itu
tidak ideal (tetapi mendekati ideal). Terjadinya penyimpangan terhadap nilai c ini
mungkin terjadi akibat beberapa faktor, antara lain seperti:

1. Kesalahan paralaks dalam menentukan tinggi air


2. Ketidaktepatan dalam pengukuran waktu

Grafik 3.2 Sketsa bacaan skala manometer

Berdasarkan sketsa bacaan skala manometer menunjukkan bahwa nilai


ketinggian skala manometer pada venturimeter sebanding dengan luas penampang
(diameter) tabung piezometer pada venturimeter. Dimana pada bagian pipa yang
menyempit (aliran kencang), tinggi manometer akan menurun (akibat tekanan yang
menurun).

3.9 KESIMPULAN

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 67


KELOMPOK 5

1. Pada kondisi yang ideal koefisien pengaliran adalah 1 sedangkan pada kondisi
sebenarnya harga koefisien pengaliran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
gesekan fluida dengan pipa venturimeter. Dari hasil percobaan diperoleh nilai
c yang berkisar antara 0.65 0.74 .
2. Pada venturimeter, semakin besar selisih ketinggian hidrolik ( h maka
semakin besar debit yang dihasilkan.
3. Kenaikan garis ketinggian hidraulik (bacaan skala manometer) sebanding
dengan perubahan luas penampang pada venturi meter.

3.10 REFERENSI
Streeter,Victor. 1990. Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga
Diktat Bapak Mulyana. Mekanika Fluida
Gerhart, Philip. 1985. Fundamental of Fluid Mechanics. Canada
Modul praktikum Mekanika Fluida, Jurusan Teknik Sipil ITB, 2007

BAB IV

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 68


KELOMPOK 5

ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR

4.1 PENDAHULUAN
Sifat-sifat atau karakteristik dari aliran air yang melalui suatu bangunan air
adalah hal yang perlu diamati dan dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat suatu rintangan berupa ambang lebar.
Gambar 4.1 Ambang Lebar

Dalam percobaan ini akan diamati karakteristik aliran yang melalui ambang
dengan tipe karakteristik sebagai berikut :
1. Keadaan loncat
Keadaan loncat adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran tidak
dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
2. Keadaan peralihan
Keadaan peralihan adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran tepat
dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
3. Keadaan tenggelam
Keadaan tenggelam adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran
dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

Dari percobaan ini dapat diperoleh gambaran mengenai sifat aliran,


berupa bentuk atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran
yang diamati.
Dalam kondisi nyata di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan muka
air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal persawahan yang
lebih luas. Dan selain itu, ambang dapat digunakan untuk mengukur debit serta juga
dapat digunakan untuk mengukur debit air yang mengalir pada saluran terbuka.

4.2 TUJUAN PERCOBAAN

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 69


KELOMPOK 5

Tujuan dilakukan percobaan adalah sebagai berikut :


1. Mempelajari karakteristik aliran yang melewati ambang
2. Mempelajari pengaruh perubahan keadaan tinggi muka air di hilir dan hulu
saluran.
3. Mempelajari hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air yang
melimpah di atas ambang.

4.3 ALAT-ALAT PERCOBAAN DAN GAMBAR ALAT PERCOBAAN


Alat-alat yang digunakan dalam melakukan percobaan adalah sebagai
berikut :
1. Model saluran terbuka dari kaca (flume)
1. Generator dan pompa air
2. Venturimeter dan pipa manometer.
3. Ambang lebar

2
Hulu 3 Hilir

1
5

Keterangan
4
1.1.Ambang
Ambang Lebar
tajam
2.2.Alat
Alat Pengukur Kedalaman
pengukur kedalaman
3.3.Meteran
Meteran
4.4.Manometer
Manometer 7 6
5.5.Sekat Pengatur
Sekat pengatur hilirHilir
6.6.Penampang
Penampung airAir
7.7.Pompa
Pompa

Gambar 4.2 Gambar Alat Percobaan

4.4 DASAR TEORI DAN PENURUNAN RUMUS


Debit yang mengalir diukur dengan menggunakan venturimeter. Dengan
menggunakan persamaan Bernoulli dan Hukum Kontinuitas serta dengan
mengetahui diameter penampang pada venturimeter, maka dapat dihitung
debit aliran yang terjadi.
Q = 171,808..H0.5 (cm3/det)

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 70


KELOMPOK 5

datum
Z1 Z2
Q
d1 d2
1 2


h
hg

Gambar 1.3 Venturimeter

Gambar 4.3Gambar alat ukur debit venturimeter

Diketahui:
D1 = 3,15 cm hg = 13,6 gram/cm3
D2 = 2,00 cm a = 1 gram/cm3
g = 981 cm/detik2
Rumus untuk mengukur debit diturunkan dari persamaan Bernoulli (dengan
asumsi tidak ada kehilangan energi) dan persamaan kontinuitas.
Persamaan Bernoulli
2 2
P1 v1 P v
z1 2 2 z 2 ; karena (z1 = z2)
w 2g w 2g
2 2
P1 v1 P v
maka 2 2
w 2g w 2g
2 2
P1 P2 v 2 v1
(1)
w 2g
diketahui:
Hg 13,6 . w

P1 P2 ( Hg w ) h

P1 P2 (13, w w ) h

P1 P2 12,6 w h (2)

Persamaan (2) disubsitusikan ke persamaan (1)

12,6 w h v 2 v1
2 2


w 2g

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 71


KELOMPOK 5

2 2
v 2 v1 12,6 . 2 g . h ..(3)
Persamaan kontinuitas:

A1v1 A2 v 2
1 1
D1 2 v1 D2 2 v 2
4 4
2
D
v 2 1 v1 . .(4)
D2
Persamaan (4) disubsitusikan ke persamaan (3):
4
D
12,6 . 2 g . h 1 v1 2 v1 2
D2
D
4

12.6 . 2 g . h 1 1 v1 2
D2

12.6 . 2 g . h
v1
D 4 (5)
1 1
D2

diketahui:
Q A1v1
1 12.6 . 2 g . h
Q D1 2
4 D 4
1 1
D2

dengan memasukkan harga D1 = 3,15; D2 = 2; dan g = 981 diperoleh:


Q 171.808 * * h 0.5

1. Koefisien Pengaliran (C)


Energi Khas (untuk saluran persegi panjang):
v2 q2
E Y Y
2g 2 gY 2
dE q2 v2
1 1
dY gY 3 gY
Bilangan Froude:
v2 dE
Fr maka 1 Fr 2 (1)
gY dY
Energi Total:

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 72


KELOMPOK 5

v2
H E z Y z (konstan)
2g
diferensiasi terhadap X:
dE dz dE dY dz
0 . 0 .(2)
dX dX dY dX dX
persamaan (1) disubsitusikan ke persamaan (2):

1 Fr dX
2 dY

dz
dX
0 (3)

dz
= kenaikan / penurunan dasar saluran
dX
dY
= kenaikan / penurunan muka air
dX
dz
Karena terjadi kenaikan dasar saluran (ambang) maka 0 . Jadi
dX
1 Fr dX
2 dY
0

dY
Bila aliran subkritis Fr < 1, 0 tinggi aliran di atas ambang berkurang.
dX
dz
Setelah itu tinggi dasar saluran akan tetap / konstan, yang berarti 0
dX
, jadi

1 Fr 2 dX
dY
0

dan kemungkinan terjadi adalah :


(1 Fr 2 ) 0 atau Fr = 1
berarti di atas ambang akan terjadi aliran kritis.
dE
Pada aliran kritis terjadi E minimum atau 0
dY
maka Menurut persamaan (1):
dE v2
1 0
dY gY
v 2 gY v gY atau v gHe

Besar debit di atas ambang


Q Av
Q He . b . g . He
3
Q g . b . He 2

dari eksperimen, harga Q merupakan kelipatan harga di atas, maka:


3
Q Cd . g . b . He 2

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 73


KELOMPOK 5

Q
C 3
b . He 2

Q = debit yang melalui ambang


C = koefisien pengaliran
b = lebar saluran
He = tinggi muka air di hulu diukur dari bidang atas ambang

4.5 PROSEDUR PERCOBAAN


Prosedur yang harus dilakukan pada percobaan ini adalah:
1. Ambang lebar dipasang pada posisi tertentu dalam model saluran terbuka.
2. Alat pengukur kedalaman dan venturimeter dikalibrasikan. Dimensi ambang
dicatat.
3. Pompa dinyalakan dengan debit air tertentu sesuai dengan keadaan yang
diinginkan, tetapi tidak meluap.
4. Sekat dihilir diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh keadaan loncat
pertama, loncat kedua, peralihan, tenggelam pertama dan tenggelam kedua.
Untuk masing-masing keadaan di atas diperiksa apakah aliran sudah stabil.
Jika sudah pengambilan data dapat dilakukan.
5. Untuk masing-masing keadaan data tinggi muka air pada delapan titik
pengamatan dicatat, untuk menggambarkan profil aliran, dan untuk
menghitung debit maka dapat dicatat data dari venturimeter.
6. Langkah 4 dan 5 diulang untuk empat debit yang berbeda. Namun yang dicatat
hanya permukaan air di hulu (y1) dan kedalaman air dihilir (y2) saja.
7. Setelah selesai langkah 6, sekat di hilir dikosongkan.
8. Debit aliran diatur (mulai dari yang besar ke yang kecil).
9. Tinggi muka air seblum ambang (y1)dan tinggi raksa pada manometer dicatat.
10. Langkah 8 dan 9 diulangi sampai didapat debit minimum yang masih dapat
mengalir.
11. Untuk ambang tajam, langkah 1 10 diulangi.

Kalibrasikan terlebih dahulu Alat pengukur kedalaman dan venturimeter. Setelah


itu hitung dan catat dimensi ambang lebar. Hidupkan pompa dengan debit tertentu
untuk mengisi saluran. Jangan sampai meluap. Aturlah sekat di hilir saluran
sedemikian sehingga di dapat keadaan loncat 1, loncat 2 , peralihan, tenggelam 1,
tenggelam 2. Untuk tiap keadaan tersebut usahakan aliran sudah dalam keadaan
stabil (sesuai keadaan yang diinginkan). Setelah stabil data yang diperlukan dicatat.
Untuk masing-masing keadaan catat tinggi muka air di delapan titik pengamatan yang
berbeda sehingga dapat digambarkan profil alirannya. Catat juga perbedaan tinggi air
raksa pada manometer pada venturimeter untuk menghitung debit aliran. Lakukan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 74


KELOMPOK 5

pengukuran tadi dengan 4 debit yang berbeda dengan mengatur kran pada pompa
namun yang diukur dan dicatat hanya kedalaman muka air hulu dan kedalaman muka
air hilir saja. Setelah itu kosongkan sekat yang terdapat di hilir saluran. Atur debit air
mulai dari yang besar ke debit yang kecil. Catat tinggi muka air sebelum dan sesudah
ambang minimal dengan 5 debit yang berbeda.

4.6 CONTOH PERHITUNGAN


Data Percobaan untuk ambang lebar:
Data alat: - Tinggi ambang = t = 9 cm = 0.09 m
- Lebar saluran = L = 8 cm = 0.08 m
Data pengamatan :
Bacaan manometer
H1 kiri = 194 mmHg H1 kanan = 202 mmHg H1 = 8 mm = 0.008m
H2 kiri = 255 mmHg H2 kanan = 159 mmHg H2 = 96 mm = 0.096m
H = H1 + H2 =104 mm =10.4 cm = 0.104 m

Pada X1 = 300 , Y1 = 17.3 cm = 0.173 m


Pada X2 = 720 , Y2 = 2.8 cm = 0.028 m

1. Menghitung besarnya debit yang mengalir (Q)


Q= 171.81 * 3.14 * (10.4)0.5
= 1739.78 cm3/s
= 0.001739 m3/s

2. Menghitung He1 dan He2


He Y t
He1 = 0.173 0.09 = 0.083 m
He2 = 0.028 0.09 = -0.062 m

3. Menghitung nilai C
Q
C 3
L . He 2

C = 0.001739 / (0.08 * 0.0833/2)


= 0.9094

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 75


KELOMPOK 5

4.7 TABEL DATA PENGAMATAN

Data alat: - Tinggi ambang = t = 9 cm = 0.09 m


- Lebar saluran = L = 8 cm = 0.08 m

Tabel 4.1 Data untuk membuat profil muka aliran


Titik Loncat 1 (cm) Loncat 2 (cm) Peralihan (cm) Tenggelam 1 (cm) Tenggelam 2 (cm)
X Y X Y X Y X Y X Y

1 200 16.8 200 15.8 200 15.9 200 16.0 200 17.9

2 300 17.3 300 16.3 300 16.4 300 16.1 300 18.7

3 315 16.0 315 15.8 315 15.8 315 16.1 315 18.4

4 320 14.8 320 14.1 320 14.8 320 15.2 320 18.2

5 325 13.7 325 13.6 325 13.7 325 14.9 325 18.2

6 330 13.1 330 13.1 330 13.3 330 15.6 330 18.3

7 335 13.2 335 13.3 335 13.3 335 15.6 335 18.4

8 340 13.3 340 13.3 340 13.3 340 15.3 340 18.5

9 345 13.0 345 13.0 345 13.1 345 15.8 345 18.2

10 350 12.4 350 12.6 350 12.4 350 15.4 350 18.5

11 355 11.3 355 11.1 355 11.4 355 15.9 355 18.6

12 360 8.8 360 8.1 360 9.3 360 15.9 360 18.7

13 365 4.1 365 5.2 365 9.6 365 16.0 365 18.8

14 370 1.7 370 5.5 370 9.8 370 15.9 370 18.8

15 375 1.6 375 6.2 375 10.0 375 16.0 375 18.9

16 380 1.9 380 7.2 380 10.5 380 16.3 380 18.9

17 660 2.8 660 10.0 660 12.5 660 17.3 660 20.0

18 720 5.5 720 10.1 720 12.7 720 17.5 720 20.2

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 76


KELOMPOK 5

Tabel 4.2 Data untuk membuat grafik He1 Vs He2


Manomete Q Q
Debit r (Debit) (Debit) Jenis X1 Y1 He1 X2 Y2 He2
Kana H1 Kana H2 H (30 (cm (55 (cm
Kiri n (m) Kiri n (m) (m) (cm3/s) (m3/s) Aliran 0) ) (m) 0) ) (m)
-
194 202 0.008 255 159 0.096 0.1040 L1 300 17.3 0.083 660 2.8 0.062

L2 300 16.3 0.073 660 10.0 0.010

Q1 1,739.78 0.001740 P 300 16.4 0.074 660 12.5 0.035

T1 300 16.1 0.071 660 17.3 0.083

T2 300 18.7 0.097 660 20.0 0.110

195 200 0.005 310 82 0.128 0.1330 L1 300 17.7 0.087 500 3.0 -0.06

L2 300 17.8 0.088 500 10.9 0.019

Q2 1,967.45 0.001967 P 300 17.8 0.088 500 13.3 0.043

T1 300 17.8 0.088 500 18.1 0.091

T2 300 20.1 0.111 500 10.8 0.018


20 -
194 1 0.107 305 88 0.217 0.3240 L1 300 17.6 0.086 500 0.9 0.081

L2 300 17.7 0.087 500 10.7 0.017

Q3 3,070.79 0.003071 P 300 17.7 0.087 500 13.5 0.045

T1 300 17.8 0.088 500 18.2 0.092

T2 300 20.0 0.110 500 20.6 0.116


-
194 200 0.006 278 115 0.163 0.1690 L1 300 16.9 0.079 500 2.8 0.062

L2 300 17.0 0.080 500 10.3 0.013

Q4 2,217.80 0.002218 P 300 16.9 0.079 500 12.8 0.038

T1 300 17.0 0.080 500 17.5 0.085

T2 300 19.5 0.105 500 20.3 0.113


-
194 200 0.006 241 89 0.089 0.0950 L1 300 15.7 0.067 500 2.5 0.065

L2 300 15.8 0.068 500 9.2 0.002

Q5 1,662.80 0.001663 P 300 15.8 0.068 500 11.7 0.027

T1 300 16.0 0.070 500 16.5 0.075

T2 300 18.2 0.092 500 19.1 0.101

Tabel 4.3 Data untuk membuat grafik He1 Vs C


Manomete
Debit r Q Q Y1 He1 L.He^1.5 C
H
ke- H1(m) H2 (m) (m) (cm3/s) (m3/s) (m) (m)

1 0.008 0.096 0.1040 1,739.78 0.001740 0.173 0.083 0.001913 0.909468

2 0.005 0.128 0.1330 1,967.45 0.001967 0.177 0.087 0.002053 0.958374

3 0.107 0.217 0.3240 3,070.79 0.003071 0.176 0.086 0.002018 1.521994

4 0.006 0.163 0.1690 2,217.80 0.002218 0.169 0.079 0.001776 1.248507

5 0.006 0.089 0.0950 1,662.80 0.001663 0.157 0.067 0.001387 1.198499

6 0.006 0.093 0.0990 1,697.44 0.001697 0.157 0.067 0.001387 1.223470

7 0.005 0.107 0.1120 1,805.46 0.001805 0.140 0.050 0.000894 2.018562


0.128

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 77


KELOMPOK 5

8 0.005 0.1330 1,967.45 0.001967 0.143 0.053 0.000976 2.015580

9 0.004 0.137 0.1410 2,025.76 0.002026 0.145 0.055 0.001032 1.963151

10 0.007 0.149 0.1560 2,130.79 0.002131 0.146 0.056 0.001060 2.009872

Tabel 4.4 Data untuk membuat grafik H/Hd Vs C/Cd


C Cd C/Cd Qd Hd H/Hd

0.909468 0.8490 1.094

0.958374 0.8947 1.147

1.198499 1.07123 1.1188 0.0017939 0.07586 0.883

1.218569 1.1375 0.923

4.8 GRAFIK DAN ANALISIS

Grafik 4.1 Grafik profil muka air

Dari profil aliran di atas, dapat dilihat pada keadaan loncat dan peralihan,
tinggi muka air di hulu tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
Sedangkan pada keadaan tenggelam, tinggi muka air di hulu sudah dipengaruhi oleh
tinggi muka air di hilir saluran.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 78


KELOMPOK 5

Grafik 4.2 Grafik He1 Vs He2

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa nilai He 1 selalu bernilai positif,
sedangkan He2 dapat bernilai positif maupun negatif. He 1 yang selalu bernilai positif,
menunjukkan bahwa tinggi He1 selalu lebih besar dari tinggi ambang. Pada He 2 yang
bernilai negatif, berarti tinggi He 2 lebih rendah dari tinggi ambang. Bila He 2 bernilai
positif, sama halnya dengan He1, tinggi He2 adalah lebih besar dari tinggi ambang.
Pada keadaan loncat1, nilai He2 adalah negatif, berarti kondisi di hulu tidak
dipengaruhi keadaan tinggi muka air di hilir. Pada keadaan loncat 2, nilai He 2
menunjukkan nilai positif meskipun masih berkisar di sekitar 0 (nol), yang
menunjukkan bahwa kondisi di hulu sudah mulai dipengaruhi oleh keadaan tinggi
muka air di hilir. Pada keadaan peralihan, nilai He2 juga bernilai positif dan semakin
besar. Hal itu menunjukkan, pada keadaan peralihan, kondisi muka air di hulu mulai
dipengaruhi tinggi muka air di hilir.
Sedangkan pada keadaan tenggelam 1 dan tenggelam 2, nilai He2 semakin
besar dan nilai He1 melonjak drastis. Nilai He2 menunjukkan keadaan di hulu sudah
sangat dipengaruhi keadaan di hilir saluram. Dan nilai He 1 yang melonjak drastis,
meninjukkan nilai He2 sangat mempengaruhi nilai He1.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 79


KELOMPOK 5

Grafik 4.3 Grafik He1 Vs Q

Pada grafik He1 Vs Q, digunakan trendline power, karena hubungan


diantaranya pada persamaan Q = C . L . He 3/2 merupakan hubungan pangkat (antara
He1 dan Q).
Nilai pangkat yang seharusnya adalah 2/3 atau 0.667, sedangkan nilai pangkat
yang didapat adalah 0.3786.
Nilai yang berbeda dari teori disebabkan karena kesalahan pengukuran
praktikan pada saat percobaan dan ketidakseragaman alat (mistar) yang digunakan.

Grafik 4.4 Grafik He1 Vs C

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 80


KELOMPOK 5

Trendline yang digunakan dalam grafik di atas adalah Power, karena hubungan
antara He1 dengan C dalam rumus C=Q / (L . He3/2) adalah hubungan pangkat.
Nilai pangkat dalam hubungan He1 dengan C adalah -2/3 atau -0.667,
sedangkan nilai pangkat yang didapat dari grafik adalah -0.5733.
Nilai yang berbeda dengan teori tersebut dikarenakan kesalahan pembacaan
inggi muka air yang tidak akurat dan ketidakseragaman alat (mistar) yang digunakan.

Grafik 4.5 Grafik Q Vs C

Trendline pada grafik di atas menggunakan Power, meskipun Q dan C


berbanding lurus.
Ada nilai C yang konstan pada suatu selang Q tertentu. Hal ini menunjukkan
bahwa pada suatu selang Q, harga Q tidak mempengaruhi nilai C.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 81


KELOMPOK 5

Grafik 4.6 Grafik H/Hd Vs C/Cd

Trendline yang digunakan pada grafik di atas adalah trendline Power, karena
hubungan antara Cd dan Hd adalah hubungan pangkat.
Nilai Cd didapat dari penjumlahan nilai C dibagi dengan jumlah C. Sedangkan
nilai Hd didapat dari grafik dengan menarik garis di atas nilai Cd, atau dengan
menggunakan rumus Hd=(Qd/Cd.L)^ 2/3, dengan menggunakan Qd sebagai rataan nilai
Q. Didapat:
Cd= 1.27123
Qd= 0.0017939
Hd= 0.06767

4.9 KESIMPULAN DAN SARAN

4.9.1 KESIMPULAN
Dari grafik profil aliran terlihat adanya perbedaan kondisi air
dihulu dimana pada keadaan loncat keadaan air dihulu tidak
dipengaruhi oleh keadaan air dihilir, pada keadaan peralihan kondisi air
dihulu mulai dipengaruhi oleh keadaan air di hilir dan pada keadaan
tenggelam keadaan air dihulu sepenuhnya dipengaruhi oleh keadaan air
di hilir.
Hubungan antara tinggi muka air diatas ambang terhadap debit air
yang melimpah adalah berbanding lurus yaitu dengan bertambahnya debit,
maka tinggi air diatas ambang menjadi bertambah besar.

4.9.2 SARAN
1. Pada percobaan debit berubah sebaiknya dilakukan dari debit kecil ke debit
besar. Jika percobaan dilakukan dari debit besar ke debit kecil, maka
dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh ketinggian muka air
yang stabil.
2. Pada saat pembacaan ketinggian muka air usahakan tidak dilakukan dengan
tergesa gesa karena untuk mencapai kedaan yang stabil dibutuhkan
waktu beberapa saat.
3. Pada percobaan usahakan ambil titik titik pada jarak x yang seragam
dengan jarak yang merata, atau ambil sample dengan jumlah yang lebih
banyak dibanding denga apa yang di perintahkan.
4. Pembacaan skala dilakukan oleh satu pengamat, untuk mencegah
interpretasi pembacaan skala yang berbeda-beda. Serta mistar yang
digunakan dalam membaca ketinggian muka air harus satu jenis.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 82


KELOMPOK 5

4.10 REFERENSI
Chow, Ven Te. Open Channels, Hidraulics, Mc Graw Hill, 197
Diktat Bapak Mulyana. Mekanika Fluida
Modul praktikum Mekanika Fluida, Jurusan Teknik Sipil ITB, 2007

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 83


KELOMPOK 5

BAB V
ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM

5.1 PENDAHULUAN
Dalam merancang suatu bangunan air, kita perlu mengetahui sifat-sifat atau
karakteristik aliran air yang melaluinya. Pengetahuan ini diperlukan untuk membuat
bangunan air yang akan sangat berguna dalam pendistribusian air.
Terdapat perbedaan bentuk fisik antara ambang lebar dan ambang tajam,
yang juga akan mempengaruhi jatuhnya aliran air.

He vair rongga udara

Gambar 5.1 Gambar ambang tajam

Karakteristik aliran air yang melalui ambang yang akan diamati pada percobaan
ini ada tiga, yaitu:
1. Keadaan Loncat
Keadaan loncat adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran tidak
dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
2. Keadaan Peralihan
Keadaan peralihan adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran
mulai dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
3. Keadaan Tenggelam
Keadaan tenggelam adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran
dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

Dari percobaan ini dapat diperoleh gambaran mengenai sifat aliran, berupa profil
aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran yang diamati. Dalam kondisi
kenyataan di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan muka air di sungai
atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal persawahan yang luas. Selain
itu, ambang juga dapat digunakan mengukur debit air yang mengalir pada saluran
terbuka.

5.2 TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dilakukannya percobaan adalah:


1. Mempelajari karakteristik aliran yang melalui ambang lebar.
2. Mempelajari pengaruh keadaan tinggi muka air di hilir dan hulu saluran.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 84


KELOMPOK 5

3. Mempelajari hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air yang
melimpah di atas ambang.

5.3 ALAT-ALAT PERCOBAAN DAN GAMBAR ALAT PERCOBAAN

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. ambang tajam
2. alat pengukur kedalaman
3. alat ukur (penggaris)
4. venturimeter dan pipa manometer
5. sekat pengatur hilir
6. penampung air
7. generator dan pompa air
8. model saluran dari kaca/plastik

Gambar 5.2 Skema Alat Percobaan Ambang Tajam

5.4 DASAR TEORI DAN PENURUNAN RUMUS

Pengertian ambang adalah penghalang (bendung), sekat yang terbenam di


bawah permukaan air. Fungsi ambang adalah untuk meninggikan muka air dan
melimpaskan air ke hilir ambang. Selain itu ambang juga berguna untuk mengatur
debit.dan dapat meninggikan elevasi muka air.
Dengan menerapkan prinsip kekekalan energi, impuls-momentum, kontinuitas
(kekekalan massa), serta dengan asumsi terjadi kehilangan energi, maka dapat

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 85


KELOMPOK 5

diterapkan persamaan Bernoulli untuk menghitung besarnya debit berdasarkan tinggi


muka air sebelum dan pada saat kontraksi.

Gambar 5.3 Venturimeter

Besarnya debit aliran (Q) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:


Q = 171,808..H0.5 (cm3/det)

Dimana diketahui:
D1 = 3,15 cm r air = 1,00 gr/cm3
D2 = 2,00 cm r Hg = 13,60 gr/cm3
G = 9,81 m/s2

diketahui:
Hg 13,6 . w
P1 P2 ( Hg w ) h
P1 P2 (13, w w ) h
P1 P2 12,6 w h (2)
Persamaan (2) disubsitusikan ke persamaan (1)
12,6 w h v 2 v1
2 2


w 2g
2 2
v 2 v1 12,6 . 2 g . h ..(3)
Persamaan kontinuitas:
A1v1 A2 v 2
1 1
D1 2 v1 D2 2 v 2
4 4

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 86


KELOMPOK 5

2
D
v 2 1 v1 . .(4)
D2
Persamaan (4) disubsitusikan ke persamaan (3):
4
D
12,6 . 2 g . h 1 v1 2 v1 2
D2
D
4

12.6 . 2 g . h 1 1 v1 2
D2

12.6 . 2 g . h
v1
D 4 (5)
1 1
D2

diketahui:
Q A1v1
1 12.6 . 2 g . h
Q D1 2
4 D 4
1 1
D2

dengan memasukkan harga D1 = 3,15; D2 = 2; dan g = 981 diperoleh:


Q 171.808 * * h 0.5

2. Koefisien Pengaliran (C)


Energi Khas (untuk saluran persegi panjang):
v2 q2
E Y Y
2g 2 gY 2
dE q2 v2
1 1
dY gY 3 gY
Bilangan Froude:
v2 dE
Fr maka 1 Fr 2 (1)
gY dY
Energi Total:
v2
H E z Y z (konstan)
2g
diferensiasi terhadap X:
dE dz dE dY dz
0 . 0 .(2)
dX dX dY dX dX
persamaan (1) disubsitusikan ke persamaan (2):

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 87


KELOMPOK 5

1 Fr dX
2 dY

dz
dX
0 (3)

dz
= kenaikan / penurunan dasar saluran
dX
dY
= kenaikan / penurunan muka air
dX
dz
Karena terjadi kenaikan dasar saluran (ambang) maka 0 . Jadi
dX
1 Fr dX
2 dY
0

dY
Bila aliran subkritis Fr < 1, 0 tinggi aliran di atas ambang berkurang.
dX
dz
Setelah itu tinggi dasar saluran akan tetap / konstan, yang berarti 0
dX
, jadi

1 Fr 2 dX
dY
0

dan kemungkinan terjadi adalah :


(1 Fr 2 ) 0 atau Fr = 1
berarti di atas ambang akan terjadi aliran kritis.
dE
Pada aliran kritis terjadi E minimum atau 0
dY
maka Menurut persamaan (1):
dE v2
1 0
dY gY
v 2 gY v gY atau v gHe

Besar debit di atas ambang


Q Av
Q He . b . g . He
3
Q g . b . He 2

dari eksperimen, harga Q merupakan kelipatan harga di atas, maka:


3
Q Cd . g . b . He 2

Q
C 3
b . He 2
Q = debit yang melalui ambang
C = koefisien pengaliran
b = lebar saluran
He = tinggi muka air di hulu diukur dari bidang atas ambang

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 88


KELOMPOK 5

5.5 PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur yang harus dilakukan pada percobaan ini adalah:


a. Ambang lebar dipasang pada posisi tertentu dalam model saluran terbuka.
b. Alat pengukur kedalaman (manometer). Dimensi ambang dicatat.
c. Pompa dihidupkan dengan debit air tertentu, tetapi tidak sampai meluap.
d. Mengukur debit yang mengalir dengan mengukur perbedaan tinggi air raksa pada
manometer.
e. Memeriksa apakah aliran sudah stabil.
f. Melihat bentuk profil alirannya, dapatkan suatu kondisi dimana terjadi loncatan
air.
g. Mengukur elevasi (y) air beserta lokasi (x) pada delapan titik pengamatan pada
saluran, yang kira-kira dapat menggambarkan bentuk profil alirannya.
h. Memberikan sekat sehingga terjadi loncatan air yang kedua (berbeda dengan yang
pertama), lakukan langkah c g.
i. Menambah sekat sehingga diperoleh keadaan peralihan, kondisi ini dicapai bila
penambahan sekat tidak mempengaruhi muka air di bagian hulu ambang, dan jika
sekat ditambah kondisi aliran akan tenggelam.
j. Mengukur tinggi muka air pada keadaan peralihan tersebut pada delapan titik
beserta jaraknya.
k. Menambah sekat sehingga terjadi kondisi tenggelam 1, keadan ini dicapai jika
penambahan sekat akan mempengaruhi tinggi muka air di hulu ambang, ukur
tinggi muka air (y) dan jaraknya (x) pada sembilan titik.
l. Menambah sekat sehingga terjadi kondisi tenggelam 2, ukur tinggi muka air (y)
dan jaraknya (x) pada delapan titik.
m. Lakukan langkah-langkah dari b-l untuk debit yang berbeda.

5.6 CONTOH PERHITUNGAN

Data Percobaan untuk ambang tajam:


Data alat: - Tinggi ambang = t = 11.6 cm = 0.116 m
- Lebar saluran = L = 8 cm = 0.08 m
Data pengamatan :
Bacaan manometer
H1 kiri = 181 mmHg H1 kanan = 171 mmHg H1 = 10 mm = 0.010 m
H2 kiri = 315 mmHg H2 kanan = 55 mmHg H2 = 260 mm = 0.260 m
H = H1 + H2 =270 mm = 27 cm = 0.27 m

Pada X1 = 150 , Y1 = 18.3 cm = 0.183 m


Pada X2 = 700 , Y2 = 4.3 cm = 0.043 m

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 89


KELOMPOK 5

1. Menghitung besarnya debit yang mengalir (Q)


Q= 171.81 * 3.14 * (27)0.5
= 2803.238 cm3/s
= 0.0028 m3/s

2. Menghitung He1 dan He2


He Y t
He1 = 0.183 0.116 = 0.067 m
He2 = 0.043 0.116 = -0.073 m

3. Menghitung nilai C
Q
C 3
L . He 2

C = 0.0028 / (0.08 * 0.067 3/2


)
= 2.0018

5.7 TABEL DATA PENGAMATAN

Tabel 5.1 Data untuk membuat profil aliran muka air


Tenggelam 1 Tenggelam 2
Titik Loncat 1 (cm) Loncat 2 (cm) Peralihan (cm) (cm) (cm)
X Y X Y X Y X Y X
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Y (cm)

1 150 18.3 150 18.3 150 18.5 150 19.0 150 20.0

2 220 18.2 220 18.2 220 19.4 220 18.9 220 19.9

3 225 17.4 225 18.2 225 17.6 225 18.3 225 19.5

4 230 15.3 230 17.4 230 11.5 230 16.8 230 18.5

5 235 9.8 235 15.3 235 6.0 235 14.3 235 17.1

6 240 3.7 240 9.5 240 8.0 240 14.1 240 16.1

7 245 2.4 245 3.4 245 7.0 245 14.7 245 16.5

8 250 2.3 250 2.1 250 9.5 250 14.7 250 17.8

9 255 2.3 255 2.5 255 12.3 255 14.8 255 18.4

10 500 4.0 500 9.7 500 17.3 500 17.5 500 19.9
1
1 700 4.3 700 10.5 700 11.4 700 19.3 700 20.3

Tabel 5.2 Data untuk membuat grafik He1 Vs He2


Manomete Q
Debit r (Debit) Q (Debit) Jenis X1 Y1 He1 X2 Y2 He2
H1 H (cm3/det Alira
(m) H2 (m) (m) ) (m3/det) n (cm) (m) (cm) (m)

0.010 0.260 0.270 L1 150 18.3 0.067 700 4.3 -0.073

L2 150 18.3 0.067 700 10.5 -0.011


Q1 2,803.24 P 0.057

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 90


KELOMPOK 5

0.002803 150 18.5 0.069 700 17.3

T1 150 19.0 0.074 700 18.3 0.067

T2 150 20.0 0.084 700 20.3 0.087

0.010 0.219 0.229 L1 150 18.0 0.064 700 4.0 -0.076

L2 150 18.0 0.064 700 10.4 -0.012

Q2 2,581.64 0.002582 P 150 18.1 0.065 700 13.1 0.015

T1 150 18.5 0.069 700 18.0 0.064

T2 150 19.1 0.075 700 20.7 0.091

0.020 0.186 0.206 L1 150 17.8 0.062 700 3.8 -0.078

L2 150 17.8 0.062 700 10.2 -0.014

Q3 2,448.57 0.002449 P 150 17.8 0.062 700 12.6 0.01

T1 150 18.0 0.064 700 17.5 0.059

T2 150 19.0 0.074 700 20.1 0.085

0.020 0.255 0.275 L1 150 17.3 0.057 700 3.8 -0.078

L2 150 17.3 0.057 700 9.9 -0.017

Q4 2,829.07 0.002829 P 150 17.3 0.057 700 12.3 0.007

T1 150 17.6 0.060 700 17.1 0.055

T2 150 18.5 0.069 700 19.2 0.076

0.017 0.093 0.110 L1 150 15.9 0.043 700 3.0 -0.086

L2 150 16.1 0.045 700 8.6 -0.03

Q5 1,789.26 0.001789 P 150 16.1 0.045 700 11.3 -0.003

T1 150 16.5 0.049 700 16.1 0.045

T2 150 17.2 0.056 700 18.6 0.07

Tabel 5.3 Data untuk membuat grafik He1 Vs C


Manomete
Debit r Q Q Y1 He1 L.He3/2 C
ke- H1 (m) H2 (m) H (m) (cm3/det) (m3/det) (m) (m)

1 0.010 0.260 0.270 2,803.24 0.00280 0.183 0.067 0.001387 2.020495

2 0.010 0.219 0.229 2,581.64 0.00258 0.180 0.064 0.001295 1.993131

3 0.020 0.186 0.206 2,448.57 0.00245 0.178 0.062 0.001235 1.982596

4 0.020 0.255 0.275 2,829.07 0.00283 0.173 0.057 0.001089 2.598616

5 0.017 0.093 0.110 1,789.26 0.00179 0.159 0.043 0.000713 2.508313

6 0.015 0.156 0.171 2,230.88 0.00223 0.175 0.059 0.001146 1.945845

7 0.011 0.131 0.142 2,032.93 0.00203 0.170 0.054 0.001004 2.025077

8 0.010 0.060 0.070 1,427.34 0.00143 0.154 0.038 0.000593 2.408584

9 0.010 0.031 0.041 1,092.37 0.00109 0.138 0.022 0.000261 4.184523

10 0.010 0.022 0.032 965.06 0.00097 0.132 0.016 0.000162 5.960506

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 91


KELOMPOK 5

Tabel 5.4 Data untuk membuat grafik H/Hd Vs C/Cd


C Cd C/Cd Qrata Hd H/Hd

1.9931 0.7999 1.2136

1.9826 2.4918 0.7957 0.0024195 0.05273578 1.1757

1.9458 0.7809 1.1188

2.0205 0.8109 1.2705


2.02508 0.812701 1.0240

5.8 GRAFIK DAN ANALISIS

Grafik 5.1 Grafik profil muka air

Dari profil aliran di atas, dapat dilihat pada keadaan loncat dan peralihan,
tinggi muka air di hulu tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
Sedangkan pada keadaan tenggelam, tinggi muka air di hulu sudah dipengaruhi oleh
tinggi muka air di hilir saluran.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 92


KELOMPOK 5

Grafik 5.2 Grafik He1 Vs He2

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa nilai He 1 selalu bernilai positif,
sedangkan He2 dapat bernilai positif maupun negatif. He 1 yang selalu bernilai positif,
menunjukkan bahwa tinggi He1 selalu lebih besar dari tinggi ambang. Pada He 2 yang
bernilai negatif, berarti tinggi He 2 lebih rendah dari tinggi ambang. Bila He 2 bernilai
positif, sama halnya dengan He1, tinggi He2 adalah lebih besar dari tinggi ambang.
Pada keadaan loncat1, nilai He2 adalah negatif, berarti kondisi di hulu tidak
dipengaruhi keadaan tinggi muka air di hilir. Pada keadaan loncat 2, nilai He 2
menunjukkan nilai positif meskipun masih berkisar di sekitar 0 (nol), yang
menunjukkan bahwa kondisi di hulu sudah mulai dipengaruhi oleh keadaan tinggi
muka air di hilir. Pada keadaan peralihan, nilai He2 juga bernilai positif dan semakin
besar. Hal itu menunjukkan, pada keadaan peralihan, kondisi muka air di hulu mulai
dipengaruhi tinggi muka air di hilir.
Sedangkan pada keadaan tenggelam 1 dan tenggelam 2, nilai He2 semakin
besar dan nilai He1 melonjak drastis. Nilai He2 menunjukkan keadaan di hulu sudah
sangat dipengaruhi keadaan di hilir saluram. Dan nilai He 1 yang melonjak drastis,
meninjukkan nilai He2 sangat mempengaruhi nilai He1.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 93


KELOMPOK 5

Grafik 5.3 Grafik He1 Vs Q

Pada grafik He1 Vs Q, digunakan trendline power, karena hubungan


diantaranya pada persamaan Q = C . L . He 3/2 merupakan hubungan pangkat (antara
He1 dan Q).
Nilai pangkat yang seharusnya adalah 2/3 atau 0.667, sedangkan nilai pangkat
yang didapat adalah 1.1.2168.
Nilai yang berbeda disebabkan kesalahan pengukuran tinggi muka air saat
percobaan dan kesalahan pembacaan manometer.

Grafik 5.4 Grafik Q Vs C

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 94


KELOMPOK 5

Trendline pada grafik di atas menggunakan Power, meskipun Q dan C


berbanding lurus.
Nilai C adalah konstan pada suatu selang Q tertentu. Hal ini berarti bahwa
pada suatu selang Q, harga Q tidak mempengaruhi nilai C.

Grafik 5.5 Grafik He1 Vs C

Trendline yang digunakan dalam grafik di atas adalah Power, karena hubungan
antara He1 dengan C dalam rumus C=Q / (L . He3/2) adalah hubungan pangkat.
Idealnya, nilai R2 yang didapat = 1, sedangkan dalam grafik yang didapat adalah
0.5102. Nilai pangkat dalam hubungan He1 dengan C adalah -2/3 atau 0.667,
sedangkan nilai pangkat yang didapat dari grafik adalah -1.2492.
Grafik yang menyimpang dari trendline, terjadi karena kesalahan-kesalahan
praktikan pada saat mengukur ketinggian air pada saat percobaan yang tidak teliti.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 95


KELOMPOK 5

Grafik 5.6 Grafik H/Hd Vs C/Cd

Pada grafik di atas, yrendline yang digunakan adalah Power, karena hubungan
antara C dan He berhubungan pangkat.
Nilai Cd didapat dengan meratakan nilai C, kemudian ditarik garis pada grafik
He1 Vs C sehingga dapat nilai He yang kemudian diberi nama Hd. Nilai Hd didapat
juga dengan memasukkan nilai Cd ke dalam persamaan Hd=(Qd/C.L)^ 2/3 dengan Qd
adalah Q rataan dari semua nilai Q. Sehingga didapat:
Cd= 2.4918
Qd= 0.0024195
Hd= 0.05273578

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 96


KELOMPOK 5

5.9 KESIMPULAN DAN SARAN

5.9.1 KESIMPULAN
Dari grafik profil aliran terlihat adanya perbedaan kondisi air dihulu dimana
pada keadaan loncat keadaan air dihulu tidak dipengaruhi oleh keadaan air dihilir,
pada keadaan peralihan kondisi air dihulu mulai dipengaruhi oleh keadaan air di hilir
dan pada keadaan tenggelam keadaan air dihulu sepenuhnya dipengaruhi oleh
keadaan air di hilir.
Hubungan antara tinggi muka air diatas ambang terhadap debit air yang
melimpah adalah berbanding lurus yaitu dengan bertambahnya debit, maka tinggi air
diatas ambang menjadi bertambah besar.

5.9.2 SARAN
Dari percobaan yang telah dilakukan disarankan :
1. Pada percobaan debit berubah sebaiknya dilakukan dari debit kecil ke debit
besar. Jika percobaan dilakukan dari debit besar ke debit kecil, maka
dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh ketinggian muka air
yang stabil.
2. Pada saat pembacaan ketinggian muka air usahakan tidak dilakukan dengan
tergesa gesa karena untuk mencapai kedaan yang stabil dibutuhkan waktu
beberapa saat.
3. Pada percobaan usahakan ambil titik titik pada jarak x yang seragam dengan
jarak yang merata, atau ambil sample dengan jumlah yang lebih banyak
dibanding denga apa yang di perintahkan.
4. Pembacaan skala dilakukan oleh satu pengamat, untuk mencegah interpretasi
pembacaan skala yang berbeda-beda. Serta mistar yang digunakan dalam
membaca ketinggian muka air harus satu jenis agar pembacaan skala sama.

5.10 REFERENSI
Chow, Ven Te. Open Channels, Hidraulics, Mc Graw Hill, 1973
Diktat Bapak Mulyana. Mekanika Fluida
Modul praktikum Mekanika Fluida, Jurusan Teknik Sipil ITB, 2007

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 97


KELOMPOK 5

BAB VI

PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

6.1 PENDAHULUAN

Pintu sorong (sluice gate) adalah sekat yang dapat diatur bukaannya. Aliran
yang melewati pintu sorong mengalami perubahan kondisi dari subkritis ke
superkritis. Di tempat lebih hilir lagi terjadi peristiwa yang dinamakan air loncat
(hydraulic jump) dimana terjadi perubahan kondisi dari superkritis ke subkritis .
Secara fisik, pintu sorong dan gejala air loncat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 6.1 Pintu Sorong

6.2 TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari sifat aliran yang melalui pintu sorong


2. Menentukan koefisien kecepatan dan koefisien kontraksi
3. Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong Fg dan Fb
4. Mengamati profil air loncat
5. Menghitung besarnya kehilangan energi akibat air loncat
6. Menghitung kedalaman kritis dan energi minimum

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 98


KELOMPOK 5

6.3 ALAT PERCOBAAN DAN GAMBAR ALAT PERCOBAAN

b c

g f

Gambar 6.2 Alat Percobaan

a. pintu sorong
b. alat pengukur kedalaman
c. meteran
d. manometer
e. sekat pengatur hilir
f. penampung air
g. pompa

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 99


KELOMPOK 5

6.4 TEORI DASAR DAN PENURUNAN RUMUS

6.4.1 Pengukuran Besar Debit (Q)

Z1 Z2 Datum

D1 D2

Gambar 6.3 Venturimeter

Keterangan:
D1 = 3,15 cm
D2 = 2,00 cm
g = 981 cm/detik2
air = 1,00 gr/cm3
Hg = 13,6 gr/cm3

Pada percobaan ini Q (debit aliran) tidak ditentukan secara langsung


melainkan dihitung dari rumus. Pencatatan dihitung terhadap
perbedaan tekanan (h) pada alat venturimeter. Rumus untuk
mengukur debit diturunkan dari Persamaan Bernoulli (dengan
asumsi tidak ada kehilangan energi) dan Persamaan Kontinuitas.
Persamaan Bernoulli :
2 2
P1 v1 P v
z1 2 2 z 2 (z1 = z2)
w 2g w 2g

2 2
P1 v1 P v
2 2
w 2g w 2g

2 2
P1 P2 v 2 v1
(1)
w 2g

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 100


KELOMPOK 5

diketahui:

Hg 13.6 * w

P1 P2 ( Hg w ) h

P1 P2 (13.6 w w )h

P1 P2 12.6 w h .. (2)

subsitusi (2) ke (1)

12.6 w h v 2 v1
2 2


w 2g

2 2
v 2 v1 12.6 * 2 g * h . (3)

Persamaan Kontinuitas:

A1 v1 A2 v 2

1 1
D1 2 v1 D2 2 v 2
4 4

2
D
v 2 1 v1 . (4)
D2

subsitusi (4) ke (3):

4
D 2
12.6 * 2 g * h 1 v1 v1 2
D2

D
4

12.6 * 2 g * h 1 1 v1 2
D2

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 101


KELOMPOK 5

12.6 * 2 g * h
v1
D 4 . (5)
1 1
D2

diketahui:

Q A1v1

1 12.6 * 2 g * h
Q D1 2
4 D 4
1 1
D2

dengan memasukkan harga D1, D2, dan g akan diperoleh:

Q 171.808 * * h 0.5

6.4.2 Pintu Sorong

Debit Aliran Yang Mengalir Di Bawah Pintu Sorong:

Gambar 6.4 Profil Aliran Pada Pintu Sorong


Keterangan :
Yo = tinggi muka air di hulu pintu sorong

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 102


KELOMPOK 5

Yg = tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar


saluran
Y1 = tinggi muka air terendah di hulu pintu sorong
Y2 = tinggi muka air tertinggi di hilir pintu sorong
Ya = tinggi muka air tepat sebelum air loncat
Yb = tinggi muka air tepat setelah air loncat

b y1 2.g . y 0
QT
y1
1
y0

Debit yang terjadi secara teori dapat ditulis sebagai berikut :

Pembuktian rumus :

Dengan persamaan energi : E0=E1

V02 V2 V 2 V02
yo y1 1 y 0 y1 1
2g 2g 2g
2
y1 V12 V02 V12 V02 y

y 0 1 y o .2 g , karenaV 02 V12 1 , maka
y0 2g y y0
1 1
y0
y 2
V 1 1
2 y y
1 Q 2 1 1 1 1
y 0 y 0 y0
y o .2 g y o .2 g
y y
1 1 b 2 . y12 1 1
y0 y0
b 2 . y12 . y o .2 g 2 g. y 0
Q2 maka : QT b. y1
y1 y
1 1 1
y0 y0

Dalam percobaan, debit dipengaruhi oleh koefisien reduksi


akibat kontraksi (Cc) yang harganya merupakan perbandingan Y 1
dan Yo atau:

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 103


KELOMPOK 5

Y1
Cc
Yg

Karena pada kenyataannya ada kehilangan energi dan di


sepanjang lintasan 0-1 ada geseran, maka diberikan koefisien
reduksi akibat tahanan viskositas (Cv)
Qa
Cv
Qt

maka:

C c * C v * b * Yg * 2 g * Yo
Qa
Yg
Cc * 1
Yo

Menghitung Gaya Dorong Hidrostatis Pada Pintu:

Q
y Fg
o
Fs0
y
g F gesek y
1
Fs1

0 1

Gambar 6.5 Distribusi Gaya yang Bekerja pada Pintu

1 Y
2
Q2 Y
Fg * Y1 * o 1 * 2 * 1 1
2

2 Y1 b * Y1 Yo

Pembuktian rumus :

Keseimbangan gaya dengan momentum :

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 104


KELOMPOK 5

Q
F V1 V0
b
Q
Fh0 Fh1 Fg V1 V0
b
Q
Fg Fh0 Fh1 V1 V0
b
1 1 Q y
Fg y02 y12 V1 1 1
2 2 b y0
Q2 y
1

Fg y02 y12 2 1 1
2 b y1 y0

Q2 y
1

Fg y02 y12 2 1 1
2 b y1 y0

Untuk gaya hidrostatis yang bekerja pada pintu:

1
Fh * * g * h2
2
Fh * * g * y 0 y g
1 2

6.4.3 Air Loncat

Ada beberapa anggapan yang diperlukan untuk menurunkan rumus ini:

Distribusi kecepatan di hulu maupun di hilir seragam


Gesekan dinding dan dasar saluran diabaikan (hf=0)
Dasar saluran horisontal
Tegangan permukaan diabaikan

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 105


KELOMPOK 5

Kedalaman Kritis

Yb
volum
va vb
Yc Ya

Gambar 6.6 Air Loncat

Bilangan Froude

vo
Fr
g*y

Pada aliran kritis Fr =1

Fr2=1

v2
Fr 2
gD

v
Fr
gD

v
Fra
g ya

Hubungan kedalaman di hulu (Ya) dan di hilir (Yb)

Yb 1
*
Ya 2
{ 1 8 * Fa 1}
2

Pembuktian rumus :

Q2 Q2
Z1. A1 Z 2 . A2
g . A1 g . A2
V12 . A12 y1. A1 V22 . A22 y 2 . A2

g . A1 2 g . A2 2
Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 106
KELOMPOK 5

Persamaan gaya khas :

Energi yang hilang akibat air loncat

h
Yb Ya 3
4 * Ya * Yb

V12 .b 2 .Y12 Y12 .b V22 .b 2 .Y22 Y22 .b b


...............
g .Y1.b 2 g .Y2.b 2 2
V12 2 V12 Y13 2
2 Y1 Y1
2
2 3 Y2 Y22
g .Y1 g .Y1 Y2
Y3
2F 1
2

1 Y12 2 F12 13 Y22 Y22
Y2

2 Y1 2

3
Y2
2 F1 3 Y2 Y2 2 F1 1 Y1 0................ 3
2 2 2

Y2 Y1
Y23 Y Y
2 F12 3
2 F12 2 2 0
Y1 Y1 Y1
Difaktorkan :
Y22 Y2 Y
2 2 F12 2 1 0
Y1 Y1 Y1
Y22
Y2
2 2 F12 0.....................dengan..rumus.. ABC
Y1 Y1
Y2 1
Y1

2
1 8F 11
2

Kedalaman kritis (Yc) dan Energi Minimum (Emin)

Q2
Yc 3
g * b2

Pembuktian rumus :

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 107


KELOMPOK 5

Q2
E y
2 gb 2 y 2
dE Q2
1
dy gb 2 y 3

dE
Aliran kritis : 0
dy

Q2
1 0
gb 2 y c3
Q2
1
gb 2 y c3

Q2
Yc 3
g * b2

3
E min imum * Yc
2

Pembuktian Rumus:

Menurut Froude, pada aliran kritis Fr=1, dan pada penampang

segiempat:

v
F
g *Yc

dan dari persamaan energi pada saat kritis

v2 v2
E Yc ..... menurut Froude Yc
2g g

maka:

1
E Yc Yc
2

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 108


KELOMPOK 5

3
E Yc
2

6.5 PROSEDUR PERCOBAAN

6.5.1 Percobaan dengan Debit Tetap

Sebelum melakukan percobaan, alat dikalibrasikan dulu pada titik nol terhadap
dasar saluran. Setelah itu kita mengalirkan air dengan debit tertentu yang
memungkinkan terjadinya aliran yang diinginkan. Kemudian mengatur kedudukan
pintu sorong. Selanjutnya menentukan kira-kira pada interval berapa profil air loncat
masih cukup baik. Setelah aliran stabil, ukur dan catat Yo, Yg, Y1, Ya, Yb, Xa, dan Xb
dimana:
Yo = tinggi muka air di hulu pintu sorong
Yg = tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar saluran
Y1 = tinggi muka air terendah di hilir pintu sorong
Ya = tinggi muka air tepat sebelum air loncat
Yb = tinggi muka air tepat setelah air loncat
Xa = kedudukan horisontal titik Ya dari titik acuan jarak horisontal
Xb = kedudukan horisontal titik Yb dari titik acuan jarak horisontal.
Percobaan dilakukan minimal lima kali dengan mengubah kedudukan pintu
sorong.

6.5.2 Percobaan dengan Debit Berubah

Menentukan kedudukan pintu sorong terhadap dasar saluran (Yg tetap). Alirkan
air dengan debit minimum yang memungkinkan terjadinya aliran yang diinginkan.
Setelah aliran stabil, ukur dan catat Yo, Yg, Y1, Ya, Yb, Xa, dan Xb. Percobaan
dilakukan minimal lima kali dengan mengubah debit aliran

6.6 PROSEDUR PERHITUNGAN

6.6.1 Pintu Sorong

Hitung besarnya debit (Q) dengan menggunakan rumus debit hasil dari
pengukuran pada manometer air raksa.
Hitung koefisien kontraksi (Cc).
Hitung koefisien kecepatan (Cv).
Hitung Fg dan Fh.

6.6.2 Air Loncat

Hitung besarnya debit yang mengalir (Q).

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 109


KELOMPOK 5

Hitung bilangan Froude pada bagian hulu air loncat (Fra).


Hitung Yb/Ya teoritis.
Hitung kehilangan energi (h).
Hitung kedalaman kritis (Yc) dan energi minimum (Emin).

6.7 CONTOH PERHITUNGAN

6.7.1 Dengan menggunakan salah satu data pada percobaan A : Debit tetap

Lebar saluran (b) = 8 cm


H1 H2 = 39 cm

6.7.1.1Pintu Sorong

Menghitung Q
Q 171,81 * * H 1 H 2

Q 171,81 * 3,14 * 3.9

Q 1065.935 cm3/s

Menghitung Qt

2 gy 0
Qt by1
y1
1
y0

2 981 10,4
Qt 8 1
1
1
10, 4

Qt 1091,49 cm3/s

Menghitung Cc

Y1 1
Cc
Yg 1,6

Cc 0,625

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 110


KELOMPOK 5

Menghitung Cv

Qa 1065.935
Cv
Qt 1091,49

Cv 0.9765

Menghitung Fg

1 2 Q 2 Y1
Fg Y0 Y1 2 1
2 b * Y1 Y0

1 2 1065,93 2 1
Fg * 1 * 981* 10,4 1 1 * 2
* 1
2 8 *1 10,4

Fg 36515.65 gr/s2

Menghitung Fh

Fh 0.5 * * g * Yo Yg
2

Fh 0.5 * 1 * 981 * 10,4 1,6


2

Fh 37984,32 gr / s 2

6.7.1.2 Air Loncat

Menghitung debit (Q)

Q 171808 * * H
Q 171,808 * * 3.9

Q 1065.935 cm3/s

Menghitung Fra

v Q
Fra
g*y b * Ya * g * Ya

1065.935
Fra
8 * 2.1 * 981 * 2.1

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 111


KELOMPOK 5

Fra 1.398

Menghitung Yb/Ya teoritis

Yb 1
{
* 1 8 * Fra 2 1
Ya 2
}
Yb 1
*
Ya 2
{ 1 8 *1.398 2
1}

Yb Yateori 1.539

Menghitung kehilangan energi (H)

H
Yb Ya 3
4 * Ya * Yb

H
3.7 2.1 3
4 * 2.1 * 3.7

H 0.1317 cm

Menghitung kedalaman kritis (Yc) dan energi khas minimun (E min)

Q2 1065.935 2
Yc 3 3
b2 * g 8 2 * 981

Yc 2.084 cm

3 3
E min Yc * 2.084
2 2

E min 3.125 cm

6.7.2 Dengan menggunakan tabel percobaan Debit berubah, Yg tetap:

6.7.2.1 Pintu Sorong

Menghitung Q

Q 171,81 * * H 1 H 2

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 112


KELOMPOK 5

Q 171,81 * 3.14 * 17.5

Q 2257.965 cm3/s

Menghitung Qt

2 gy 0
Qt by1
y1
1
y0

2 981 15
Qt 8 2,1
2,1
1
1,5

Qt 1860,36 cm3/s

Menghitung Cc

Y1 2,1
Cc
Yg 3

Cc 0,70

Menghitung Cv

Qa 1829,47
Cv
Qt 1860,36

Cv 0,98

Menghitung Fg

1 2 Q 2 Y1
Fg Y0 Y1 2 1
2 b * Y1 Y0

1 2 2257.9657 2 2,1
Fg *1 * 981 * 15 2,1 1 * 2
* 1
2 8 * 2,1 15

Fg 75575.65gr/s2

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 113


KELOMPOK 5

Menghitung Fh

Fh 0.5 * * g * Yo Yg
2

Fh 0.5 * 1 * 981 * 15 3
2

Fh 70632 gr / s 2

6.7.2.2 Air Loncat

Menghitung debit (Q)

Q 171808 * * H
Q 171,808 * * 17.5

Q 2257.965 cm3/s

Menghitung Fra

v Q
Fra
g*y b * Ya * g * Ya

2257.965
Fra
8 * 3.5 * 981 * 3.5

Fra 1.376

Menghitung Yb/Ya teoritis

Yb 1
{
* 1 8 * Fra 2 1
Ya 2
}
Yb 1
*
Ya 2
{ 1 8 *1.376 2
1}

Yb Ya teori 1.509

Menghitung kehilangan energi (H)

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 114


KELOMPOK 5

H
Yb Ya 3
4 * Ya * Yb

H
5.2 3.5 3
4 * 3.5 * 5.2

H 0.067 cm

Menghitung kedalaman kritis (Yc) dan energi khas minimun (Emin)

Q2 2257.965 2
Yc 3 3
b2 * g 8 2 * 981

Yc 3.437 cm

3 3
E min Yc * 3.437
2 2

E min 5.155 cm

6.8 TABEL DATA PERCOBAAN

Tabel 6.1 Debit Tetap

b = lebar saluran = 8 cm ; g = percepatan gravitasi = 981 cm/s 2


No. Praktikum Pintu Sorong Praktikum Air Loncat (cm)
(cm) xa ya xb yb y2
yg yo y1
1 1.5 13 0.85 397.8 2.1 415 3.7 3.8
2 2 11.4 1.1 347 1.9 359 3.7 3.9
3 1.8 10.6 1.3 354 2 367 3.9 3.8
4 2.4 7.9 1.5 259 1.8 273 4.5 4.8
5 1.6 10.4 1 311 1.2 322.5 3.6 4

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 115


KELOMPOK 5

Tabel 6.2 Data untuk mencari Fg dan Fh

Debit Koefisien Debit Fh (N) yg/yo Koefisien Fg (N) Fg/Fh


Q
(cm3/s) Kontraksi teoritis Kecepatan
Cc QT (cm3/s) Cv
1065.935 0.566667 1052.14811 64868.625 0.1153846 1.013103 63019.42 0.971493
1065.935 0.55 1256.84586 43340.58 0.1754386 0.848103 48569.75 1.120653
1065.935 0.722222 1415.51744 37984.32 0.1698113 0.753035 42302.03 1.113671
1065.935 0.625 1369.60052 14837.625 0.3037975 0.778281 19920.15 1.342543
1065.935 0.625 1091.49161 37984.32 0.1538462 0.976585 36515.65 0.961335

Tabel 6.3 Air Loncat Debit Tetap

Yg y0 y1 Xa Ya Xb Yb
1.5 13 0.85 397.8 2.1 415 3.7
2 11.4 1.1 347 1.9 359 3.7
1.8 10.6 1.3 354 2 367 3.9
2.4 7.9 1.5 259 1.8 273 4.5
2.6 10.4 1 311 1.2 322.5 3.6

Tabel 6.4 Data untuk mencari L/Yb

y2 A=Ya*8 v=Q/A Yb/Ya ukur L L/Yb


3.8 16.8 63.44849606 1.7619048 17.2 4.648649
3.9 15.2 70.12728512 1.9473684 12 3.243243
3.8 16 66.62092086 1.95 13 3.333333
4.8 14.4 74.0232454 2.5 14 3.111111
4 9.6 111.0348681 3 11.5 3.194444

Tabel 6.5 Data untuk mencari Eminimum

Bilangan
Froude
Qdebit tetap (Fra) Yb/Ya teori delta h Yc Eminimum
1065.934734 1.397903 1.539183217 0.131788932 2.083822631 3.125733947
1065.934734 1.624335 1.850942639 0.207396871 2.083822631 3.125733947
1065.934734 1.504046 1.685019214 0.219839744 2.083822631 3.125733947
1065.934734 1.76156 2.040902426 0.6075 2.083822631 3.125733947
1065.934734 3.236192 4.103897788 0.8 2.083822631 3.125733947

Tabel 6.6 Data untuk mencari Ey2

E y1 E ya Eminimum E yb E y0 E y2

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 116


KELOMPOK 5

13.37403866 4.151840801 3.125733947 4.360965517 13.05354212 4.426635591


8.578196639 4.406542364 3.125733947 4.360965517 11.46962618 4.494912422
6.654211795 4.262154483 3.125733947 4.494912422 10.68053238 4.426635591
5.52160797 4.592783313 3.125733947 4.94684533 8.044986668 5.192735153
10.04861793 7.483762454 3.125733947 4.298195828 10.48365956 4.565538621

Tabel 6.7 Debit Berubah

(yg = 3 cm)

Bacaan
No. Manometer Praktikum Pintu Sorong Cm)
H1 (cm) H2 (cm) H2 - H1 (cm) H2 - H1 kalibrasi y2 y0 y1
1 27.2 15.7 11.5 12.1 5.5 15 2.1
2 26.2 16.7 9.5 10.1 5.3 13.3 1.9
3 24.7 18.2 6.5 7.1 5.6 9.9 2
4 24.4 18.4 6 6.6 5.7 8.5 1.95
5 23.9 18.9 5 5.6 5.2 7.5 2.1

Tabel 6.8 Data untuk mencari Cc, QT, Fh

Praktikum Air Loncat (cm) Debit Cc QT Fh


xa ya xb yb Q (cm3/s)
382 3.5 399 5.2 1877.5478 0.7 2699.305 70632
316 2.9 342 5.4 1715.3747 0.63333333 2296.799 52037.15
292.5 2.8 303 5.3 1438.2272 0.66666667 2033.908 23352.71
246.4 2.7 263.25 5.3 1386.6609 0.65 1816.916 14837.63
196.5 2.8 221 5.6 1277.2983 0.7 1801.293 9932.625

Tabel 6.9 Data untuk mencari Fg/Fh

yg/yo Cv Fg Fg/Fh

0.2 0.695567 85642.4 1.212515625


0.225564 0.746855 64252.46 1.234742238
0.30303 0.707125 33216.44 1.422380974
0.352941 0.763195 21700.83 1.462554159
0.4 0.709101 16687.39 1.680058427

Tabel 6.10 Air Loncat Debit Berubah

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 117


KELOMPOK 5

(H1-H2)
H1 H2 (H1-H2) kalibrasi y2 y0 y1
27.2 15.7 11.5 17.5 5.5 15 2.1
26.2 16.7 9.5 15.5 5.3 13 1.9
24.7 18.2 6.5 12.5 5.6 9.9 2
24.4 18.4 6 12 5.7 8.5 1.95
23.9 18.9 5 11 5.2 7.5 2.1

Tabel 6.11 Data untuk mencari L/Yb

Yb/Ya
Yg Xa Ya Xb Yb A=Ya*8 v=Q/A ukur L L/Yb
3 382 3.5 399 5.2 28 80.64163 1.485714 17 3.2692308
3 316 2.9 342 5.4 23.2 91.59593 1.862069 26 4.8148148
3 292.5 2.8 303 5.3 22.4 85.19327 1.892857 10.5 1.9811321
3 246.4 2.7 263.25 5.3 21.6 86.56357 1.962963 16.85 3.1792453
3 196.5 2.8 221 5.6 22.4 79.91837 2 24.5 4.375

Tabel 6.12 Data untuk mencari Eminimum

Bilangan
Qdebit Froude
berubah (Fra) Yb/Ya teori delta h Yc Eminimum
2257.965671 1.376229 1.509480974 0.067486264 3.4370451 5.15556765
2125.025567 1.717286 1.979545033 0.249441252 3.300778998 4.951168498
1908.329294 1.625518 1.852576768 0.263224394 3.072386765 4.608580148
1869.773213 1.681972 1.930650227 0.307058001 3.030862935 4.546294403
1790.171559 1.524871 1.713699021 0.35 2.944218991 4.416328487

Tabel 6.13 Data untuk mencari Eyb, Ey0, dan Ey2

E y1 E ya Eminimum E yb E y0 E y2
11.30697795 6.814512063 5.15556765 6.701581833 15.18045677 6.842240422
11.86189914 7.176154089 4.951168498 6.63328038 13.2127956 6.580258309
9.250495139 6.499232214 4.608580148 6.332466378 10.19590838 6.524808053
9.271999036 6.519190855 4.546294403 6.291167723 8.885355036 6.55693756
7.887243285 6.055324348 4.416328487 6.413831087 7.953719874 6.143851438

6.9 GRAFIK DAN ANALISIS

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 118


KELOMPOK 5

6.9.1 Pintu Sorong

Grafik 6.1 Grafik Cc vs Yg/Yo

Trendline : polynomial 3. Bentuk trendline untuk debit tetap lengkung dan


debit berubah adalah kurvaagak mendatar. Dari grafik tersebut kita dapat
menentukan harga Cc untuk debit tetap dan debit berubah. Trendline yang digunakan
adalah polynomial orde 3 karena untuk melihat Cc maksimum dan Cc minimum,
dengan menggunakan polinom pangkat 3 didapat R 2 yang cukup besar (mendekati
satu).
Yang dimaksud dengan koefisien kontraksi adalah kontraksi yang disebabkan
oleh penyempitan pada bukaan pintu sorong. Karena Cc didapat dari persaamaan
Cc=Y1/Yg, maka Y1 selalu lebih kecil daripada Yg, maka Cc selalu lebih kecil atau
sama dengan 1. Dari grafik dapat diketahui nilai Cc maksimum dan minimum,
sehingga dapat diketahui besar nilai Cc pada kondisi tinggi bukaan pintu tertentu.
Dengan diketahuinya nilai Cc, maka dapat didisain pintu sorong dengan Cc paling
efisien.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 119


KELOMPOK 5

Grafik 6.2 Grafik Cv vs Yg/Yo

Trendline : Polynomial orde 3. Bentuk trendline untuk debit berubah adalah


kurva agak mendatar sedangkan untuk debit berubah bentuknya kurva lengkung.
Trendline yang digunakan adalah polinom pangkat 3 karena dengan menggunakan
polinom pangkat 3 didapat R2 yang cukup besar (mendekati satu).
Dalam keadaan ideal seharusnya nilai Cv adalah satu, yang berarti Q aktual
akan sama dengan Q teori, tetapi pada kenyataanya Q aktual akan selalu lebih kecil
daripada Q teori karena jika dilihat dari rumus Q teori tidak memperhitungkan
adanya kontraksi sedangkan keadaan sebenarnya terjadi, dan koefisien kontraksi (Cc)
akan selalu lebih kecil dari 1 sehingga nilai Q aktual pasti akan lebih kecil daripada Q
teori. Tetapi pada percobaan debit tetap (dengan Cc lebih kecil dari 1), kita dapat
nilai Cv maks yang lebih besar dari 1. Hal ini mungkin disebabkan karena aliran yang
belum stabil. Dari grafik akan didapat nilai Cv minimum dan maksimum, sehingga
didapt harga perbandingan Qa/Qt yang paling besar, karena Cv= Qa/Qt. Hal ini erat
kaitannya dengan bagaimana mendapatkan bukaan pintu sorong yang baik sehinnga
kehilangan energi yang terjadi menjadi minimum. Pada saat Cv maksimum, maka Qa
akan semakin mendekati Qt, sehingga kehilangan energi menjadi minimum.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 120


KELOMPOK 5

Grafik 6.3 Grafik Fg/Fh vs Yg/Yo

Trendline : Linear intercept 1. Grafik ini dibuat dengan tujuan mencari bukaan
pintu yang paling baik, yaitu besar bukaan pintu dimana gaya dorong pada pintu
sorong akibat tekanan hidrostatis (Fh) sama dengan gaya dorong di sisi lain pintu
sorong (Fg). Supaya pintu sorong memiliki gaya tahan, maka 0<Yg<Yo. Gaya ideal
yang dialami pintu sorong Fg/Fh=1. Dengan diketahui nilai-nilai Fg/Fh dan Yg/Yo,
maka dapat didisain pintu sorong yang tepat.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 121


KELOMPOK 5

6.9.2 Air Loncat

Grafik 6.4 Grafik Yb/Ya (Ukur) Vs Yb/Ya (Teori)

Trendline : Linear intercept nol. Grafik ini berupa garis lurus dengan kemiringan
cukup tajam. Trendline yang digunakan adalah linear intercept nol karena
kecenderungan titik-titiknya membentuk garis lurus dan dengan trendline tersebut
jarak titik-titik terhadap trendline sangat kecil. Grafik idealnya adalah berupa
persamaan garis Y=X, sedangkan grafik yang kami peroleh tidak tepat berhimpit
dengan ideal namun tidak jauh menyimpang. Hal ini disebabkan karena sulitnya
menentukan lokasi titik yang tepat sebelum dan sesudah loncat. Grafik Yb/Ya (ukur)
vs Yb/Ya (teori) yang didapat dari rumus, idealnya membentuk persamaan garis Y=X.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapat dari pengukuran dan hasil teori yang
didapat berdasarkan rumus adalah sama.
Grafik ini tidak dimulai dari titik (0,0) disebabkan oleh kesalahan pengukuran,
tetapi dapat juga karena kalibrasi alat yang tidak tepat. Dari percobaan yang
dilakukan, grafik untuk nilai debit yang tetap tidak tepat membentuk sudut 45 o
dengan nilai tangen yang mendekati 1, tetapi lebih besar dari 1. Ini berarti nilai debit
hasil pengamatan lebih besar dari pada nilai debit hasil perhitungan. Begitu pula
untuk grafik nilai debit yang berubah, didapatkan bahwa sudut yang dibentuk
berdasarkan sumbu horizontal lebih kecil dari 45 o dengan nilai tangen yang lebih kecil
dari 1. Ini berarti nilai debit hasil perhitungan lbih besar dari pada hasil pengamatan.
Kedua hal ini terjadi demikian, mungkin disebabkan adanya fluktuasi debit atau

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 122


KELOMPOK 5

aliran yang belum stabil sehingga membuat perbedaan diantara dua hasil
perhitungan.

Grafik 6.5 Grafik L/Yb Vs Fra

Pada grafik ini data yang diketahui ialah L yang merupakan panjang
loncatan air loncat, Yb merupakan tinggi muka air sesaat setelah air loncat
dan Fra merupakan bilangan Froude yang dihitung pada saat sebelum air
loncat (Ya). Pada grafik terlihat bahwa bilangan Froude bernilai lebih dari 1
semuanya. Ini memperlihatkan bahwa kondisi tepat sebelum air loncat halnya
ialah selalu superkritis, yang mana air loncat itu terjadi dari kondisi
superkritis ke subkritis. L/Yb pada grafik ini ialah untuk melihat bagaimana
profil saat terjadi air loncat tersebut. Jadi yang dapat dilihat pada grafik ini
ialah seberapa jauh air loncat itu terjadi jika diawali dengan kondisi
superkritis dengan bilangan Froude tertentu. Jadi dengan begitu dapat dilihat
profil air loncat tersebut.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 123


KELOMPOK 5

Grafik 6.6 Grafik Y Vs E debit tetap

Grafik 6.7 Grafik Y Vs E Debit berubah

Grafik Y VS E Untuk debit berubah tidak jauh berbeda dengan yang debit tetap.
Terlihat bahwa grafik berbentuk lengkung dan dibatasi oleh garis Y=X dan Y=0 sebagai
asimtot miring dan datarnya . Untuk suatu harga E tertentu terdapat 2 harga Y yang
artinya untuk suatu energi tertentu terdapat 2 kedalaman . Pada bagian kiri grafik
atau pada ujung lengkungannya ada satu harga Y untuk suatu harga E. Ini disebut
kedalaman kritis. Dari grafik energi khas pada debit tetap, perubahan kurva tidak
begitu besar jika dibandingkan dengan kurva pada debit yang berubah. Semakin besar

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 124


KELOMPOK 5

debit, maka nilai Yc akan semakin besar. Dari grafik ini juga dapat ditentukan nilai
Yc dengan energi khas minimum serta dua nilai Y yang akan memberikan nilai energi
khas yang sama.
Titik kritis masing-masing grafik, jika dihubungkan menuju titik (0,0), akan
membentuk garis. Garis ini akan menjadi batas antara aliran super kritis dan aliran
sub kritis. Grafik yang berada diatas garis tersebut merupakan aliran subkritis
sedangkan yang berada di bawahnya merupakan aliran super kritis.

6.10 KESIMPULAN DAN SARAN

6.10.1 KESIMPULAN

1. Aliran yang melewati pintu sorong akan mengalami perubahan kondisi dari
subkritis ke superkritis, artinya aliran yang keluar dari pintu sorong
memiliki kecepatan yang besar. Selanjutnya aliran akan mengalami
keadaan air loncat yang kondisinya berubah dari superkritis ke subkritis.
Semakin kecil bukaan pintu sorong, jarak air loncat dari pintu makin jauh.
2. Koefisien kecepatan (Cc) dan koefisien kontraksi (Cv) dapat ditentukan
nilainya dari grafik Cc VS Yg/Yo dan Cv VS Yg/Yo.
3. Pada pintu sorong terjadi gaya-gaya, yaitu gaya dorong akibat tekanan
hidrostatik (Fh) dan gaya dorong lainnya yang bekerja pada sisi pintu
sorong yang melawan tekanan air (Fg).
4. Aliran yang keluar dari pintu sorong akan mengalami keadaan loncat,
dimana dalam keadaan loncat tersebut terjadi kehilangan energi dan
terjadi perubahan kondisi dari superkritis ke subkritis.
5. Energi yang hilang akibat adanya air loncat dapat dihitung dengan rumus :

h
Yb Ya 3
4 * Ya * Yb
Dari percobaan didapat delta h rata-rata untuk debit tetap adalah 0.39
dan delta h rata-rata untuk debit berubah adalah 0.25 .
6. Untuk mencari nilai kedalaman kritis dapat dilakukan dengan
menggambarkan grafik Y Vs E dimana nilai y kritis berbanding lurus dengan
debit. Dari grafik tersebut pula kita dapat mengetahui letak aliran yang
subkritis dan superkritis.

6.10.2 SARAN

1. Sebaiknya praktikum dilakukan tidak sekaligus beberapa modul sehingga


waktu waktu pelaksanaannya bisa lebih lama dan data yang diperoleh
lebih akurat.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 125


KELOMPOK 5

2. Laboratorium sebaiknya menyediakan alat ukur seperti penggaris yang


masih bagus sehingga praktikum bisa dilakukan dengan kesalahan
dari alat ukur sesedikit mungkin.
3. Penjelasan prosedur pengerjaan praktikum pada modul diperjelas (lebih
detail).

6.11 REFERENSI

Chow, Ven te, Open Channels, Hidraulics,Mc Graw Hill, 1973.


Chaundhry M. H. Open Channel Flow, Prentice Hall, 1993.
Diktat Bapak Mulyana. Mekanika Fluida

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 126


KELOMPOK 5

Lampiran

Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidraulika 127


KELOMPOK 5

Anda mungkin juga menyukai