Anda di halaman 1dari 109

MODUL PRAKTIKUM

KEAHLIAN FISIKA

Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022-2023

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022

i
Praktikum Keahlian Fisika
Semester V Tahun Ajaran 2022-2023

Pendahuluan

Praktikum Keahlian Fisika dirancang untuk mahasiswa Fisika semester lima. Praktikum
ini berkaitan erat dengan mata kuliah material, energi dan instrumentasi.

Tujuan dari Praktikum Keahlian Fisika adalah memberikan pengalaman secara


komprehensip kepada mahasiswa yang akan mengambil tugas akhir. Di dalam praktikum
tersebut mahasiswa dilatih untuk melakukan studi literatur secara mandiri, menangani suatu
persoalan, merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan eksperimen, membuat
catatan tentang kegiatan yang dilakukan, serta mempresentasikan hasil studi literatur dan
eksperimen baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.

Kegiatan praktikum dideskripsikan dalam bentuk modul. Kegiatan yang diharapkan


dituliskan secara eksplisit di dalam setiap modul. Selain itu, setiap modul dilengkapi dengan
beberapa pertanyaan yang harus dijawab dan dikumpulkan bersamaan dengan laporan
praktikum.

Modul Praktikum

Praktikum ini terdiri dari sebelas modul meliputi:

• Modul 1: Hydro Power


• Modul 2: PEM Elektroliser
• Modul 3: Thermoelectric Converter
• Modul 4: Pengukuran Suseptibilitas dan Permeabilitas Bahan Magnet
• Modul 5: Analisa Data XRD
• Modul 6: Efek Hall
• Modul 7: Pengenalan Perangkat Lunak dan Sensor
• Modul 8: Pengukuran menggunakan Miktokontroler ATMEGA8535
• Modul 9: Sistem Kendali ON-OFF dan PID-Temperature
• Modul 10: Struktur Filter Digital
• Modul 11: Desain Filter FIR

ii
Setelah melaksanakan Praktikum Keahlian Fisika, mahasiswa diharapkan memiliki
keterampilan dasar eksperimen dan simulasi.

Laporan Praktikum

Hasil kegiatan setiap modul dipresentasikan dalam bentuk laporan tertulis. Dalam
rangka melatih mahasiswa membuat tulisan ilmiah, maka laporan praktikum
direkomendasikan untuk dimanfaatkan sebagai sarana pelatihan pembuatan tulisan ilmiah.
Bentuk laporan yang direkomendasikan meliputi bagian-bagian berikut:

1. Cover laporan
2. Pendahuluan
3. Tinjauan Pustaka
4. Metodologi (alat, bahan dan prosedur eksperimen)
5. Tugas Pendahuluan
6. Pengolahan data
7. Pembahasan hasil
8. Kesimpulan dan Saran
9. Daftar Pustaka

Bentuk laporan tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Namun hendaknya setiap
laporan tersebut mencerminkan tujuan dan kegiatan yang dilakukan pada setiap modul serta
hasil pemahaman yang diperoleh oleh mahasiswa dalam setiap kegiatan modul tersebut.

iii
MODUL 1
KONVERSI ENERGI PADA PEMBANGKIT HIDRO POWER

A. Tujuan Percobaan:
a. Memahami prinsip kerja system pembangkit hidro power mekanik.
b. Menentukan ketinggian level air maksimum yang dapat dicapai.
c. Menentukan debit air yang keluar pada beberapa ketinggian yang ditentukan.

B. Pendahuluan
Energi bersifat kekal, dapat disimpan, diubah dan ditransmisikan dalam bentuk
kalor dan kerja. Konversi energy adalah proses mengubah satu bentuk energy kebentuk
lainnya.
Memahami konsep konversi energy menjadi sangat penting karena diberbagai
kegiatan industry otomotif, power plant, mesin pendingin, danl ain-lain, inti
kegiatannya adalah bagaimana energy tersebut diubah dari satu bentuk kebentuk
lainnya, kemudian dimanfaatkan untuk suatu tujuan. Dua permasalahan yang menjadi
topic kajian adalah:
a. Bagaimana meningkatkan pemahaman konsep konversi energi dengan
menggunakan berbagai peralatan yang semakin bervariasi.
b. Bagaimana meningkatkan efisiensi perolehan konversi energy tersebut sehingga
meminimalkan kehilangan energi. . ,
Dalam modul ini akan dibahas pemahaman konsep konversi energy melalui cara
kerja pembangkait hidro power mekanik.
Pompa hidro power mekanik adalah kombinasi antara kerja turbin air dan pompa
air yang dikopel melalui poros berputar sehingga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan level air tanpa menggunakan energi listrik.

C. Prinsip Kerja dan Teori Dasar


Energi potensial air yang berada pada level tertentu dijatuhkan untuk memutar
turbin. Putaran turbin dikopel melalui poros vertical yang dihubungkan dengan pulley.
Pulley tersebut digunakan untuk mengubah kecepatan sudut rotasi yang dipersyaratkan
untuk menggerakkan sudu-sudu pompa yang kemudian akan menghisap atau menekan
air sampai level tertentu. Besarnya energi potensial air yang jatuh dihitung dengan
persamaan
E p = mgh (1.1)
Sedangkan energi kinetik air yang mengalir dihitung dengan persamaan

Ek = 12 mv 2 (1.2)

Dari persamaan (1.1) dan (1.2) diperoleh laju air yaitu

1
v = 2 gh (1.3)

Debit aliran air yang mengalir dihitung dengan persamaan berikut


Q = Av (1.4)

Q adalah debit aliran (m3/s), A adalah luas penampang (m2) dan v adalah rata-rata
kecepatan air (m/s).
Energi kinetik dari aliran air dapat digunakan untuk memutar turbin air. Turbin air
yang digunakan pada percoban ini berupa puli yang terikat pada porosnya. Berikut
adalah gambar bagian-bagian utama pompa sentrifugal.

Gambar 1.1 Bagian-bagian utama pompa sentrifugal.

Puli dapat digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu ke poros yang
lain yang berupa impeller. Impeller adalah bagian yang berputar dari pompa sentrifugal,
yang berfungsi untuk mentransfer energi dari putaran motor menuju fluida yang
dipompa dengan jalan mengakselerasinya dari tengah impeller ke luar sisi impeller.
Putaran impeller memberikan gaya aksial yang mendorong fluida sehingga
menghasilkan energi kinetik pada fluida kerja tersebut. Putaran yang tejadi pada
impeller tersebut digunakan untuk mendorong air yang masuk lewat suction dan keluar
melalui discharge dengan kecepatan lebih tinggi. Kecepatan puli dihitung dengan
persamaan
dp n
vp = (1.5)
60  1000
dp adalah diameter puli dan n adalah putaran puli (rpm).
Karena puli dan impeller pompa air dihubungkan langsung oleh satu poros maka
kecepatan impeller sama dengan kecepatan puli. Daya yang dihasilkan oleh poros dapat
dihitung dengan persamaan
T .N
P= (1.6)
9,75  105

2
d s 3
T= (1.7)
5,1

B
= (1.8)
S f1  S f 2
T adalah momen puntir (Nmm), N adalah banyaknya putaran poros (rpm),  adalah
tegangan geser (N/mm2), ds adalah diameter poros (mm), B adalah kekuatan tarik
(N/mm2) (400-800 N/mm2), dan Sf1 adalah faktor keamanan yang bergantung pada jenis
bahan yang digunakan (1,25-4,5), Sf2 adalah faktor keamanan yang bergantung dari
bentuk poros, dimana harganya berkisar antara 1,3 – 3,0. Faktor keamanan semakin
kecil jika data mengenai bahan semakin akurat.

D. Peralatan Percobaan
Rangkaian alat percobaan seperti pada gambar 1.2.
1 Keterangan gambar

1. Tandon air(reservoir) 1
2. Pipa air masuk (pipa 1)
2 3. Katup pengatur air
6 4. Turbin, Poros transmisi daya, Pulley
5. Tandon air ke2
6. Pipa air keluar (pipa 2)
7. Tandon air buangan.
3 8. Pompa air.

5
4
8
7
Gambar 1.2 Susunan Peralatan Mikro Hidro Power

E. Prosedur Percobaan

1. Periksalah terlebih dahulu semua komponen peralatan seperti terlihat pada gambar.
2. Ukur diameter dalam pipa 1 dan pipa 2 dengan menggunakan jangka sorong, lakukan 3
kali pengukuran.
3. Pastikan katup penutup air dalam keadaan tertutup, lalu isi tandon 1 dan tandon 2
sampai penuh.
4. Siapkan stopwatch yang akan digunakan untuk mengukur waktu debit air yang keluar
dari pipa 2, siapkan pula penampung air buangan yang berskala.
5. Buka katup 3, catat waktu yang diperlukan untuk mengosongkan tandon I dan catat
pula volume air yang ada dibuangan. Selain itu ukur pula ketinggian air maksimum
yang dapat dicapai pada pipa 2, ini adalah head maksimum yang dapat dicapai oleh
pompa.

3
6. Lakukan prosedur 3, 4, dan 5 tiga kali pengulangan.
7. Ulangi percobaan 6 dengan mengatur ketinggian pipa 2, yaitu 3/4 x ketinggian
maksimum. Hitung debit air yang keluar dari pipa 2.
8. Ulangi percobaan 7 dengan mengatur ketinggian pipa 2, 1/2 x ketinggian
maksimum, hitung debit air yang keluar dari pipa 2.
9. Isi tandon dengan air, dengan volume 1/2 x volume semula, catat waktu yang
diperlukan untuk mengosongkan air.
10. Mengukur diameter poros sebanyak 5 kali pada titik yang berbeda dan putaran (rpm)
poros.

4
MODUL PRAKTIKUM II
PEM ELEKTROLISER
A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan tegangan dekomposisi air.
2. Menentukan laju produksi hydrogen pada berbagai jenis elektroliser.
3. Menentukan efisiensi energy dan efisiensi faraday.
4. Mengamati berbagai pengaruh lingkungan terhadap efisiensi elektroliser.

B. PeralatanPraktikum
1. PEM Elektroliser.
2. ·Sumber daya variabel.
3. Dua buah multimeter.
4. Tangki air.
5. Tangki hidrogen.
6. Stopwatch.
7. Kabel-kabel penghubung.

C. Pendahuluan
Hidrogen adalah unsur kimia paling sederhana, berada disekitar kita dalam jumlah
yang berlimpah. Dengan teknologi sel bahan bakar (fuel cell) hydrogen dapat digunakan
untuk membangkitkan listrik.
Meskipun persediaan hidrogen dialam berlimpah, namun tidak dapat diperoleh
secara langsung. Hidrogen selalu berada dalam bentuk gabungan (compound) dengan
unsur lain. Diperlukan sumber energi lain untuk memisahkan atau mengekstrak
hydrogen dari compound-compound yang mengandung hidrogen. Hidrogen juga dapat
diperoleh dengan memodifikasi sumber energy lain yang berasal dari bahan bakar fosil,
biomasa air atau sumber energi lainnya. Proses mendapatkan hidrogen dari sumber
energy lain ini disebut reforming dan alat yang digunakannya disebut reformer.
Dari berbagai sistem hydrogenre forming yanga da elektrolisis merupakan metode
paling sederhana. Pada metode ini hidrogen dan oksigen diperoleh dengan
memisahkannya dari molekul-molekul air, sehingga reformer ini disebut elektroliser.
Gejala yang terjadi selama proses elektrolisis dapat dipelajari dalam selelektrolisis
sederhana seperti pada Gambar 3.1. Larutan elektrolit diletakkan dalam sebuah bejana
kedalam bejana dicelupkan dua buah elektroda yang masing-masing dihubungkan
dengan kutub positif (bertindak sebagai anoda) dan kutub positif (sebagai katoda)
sebuah baterei. Bila diberikan potensial listrik ion-ion di dalam elektrolit akan
bermigrasi kearah elektroda yang polaritasnya berlawanan dengan muatan ion tersebut.
Apabila digunakan air sebagai elektrolit (lemah), meskipun jumlahnya sangat
kecil air akan terdisosiasi menjadi ionhidrogen dan ion hidroksil:
𝐻2 𝑂 ⇌ 𝐻 + + 𝑂𝐻 −
Ion hidroksil akan menuju anoda dan membentuk oksigen (terjadi oksidasi).

5
4𝑂𝐻 − ⟶ 4𝑒 − + 𝐻2 𝑂 + 𝑂2 (𝑔𝑎𝑠)
Dan ion hydrogen menuju katoda untuk kemudian membentuk gas hidrogen (terjadi
reduksi).

Gambar 3.1 Susunan sel elektrolisis sederhana.

Komponen utama sebuah elektroliser adalah elektrolit dan elektroda, seperti


terlihat pada Gambar 3.1. Yang membedakan satu jenis elektroliser dengan elektroliser
lainnya adalah elektrolitnya. Elektroliser PEM (Polymer Electrolite Membran) adalah
jenis elektroliser yang menggunakan membran polimer sebagai elektrolitnya yang
dipadu dengan elektroda-elektrodanya dengan cara yang ringkas seperti pada Gambar
3.2. Apabila tegangan DC yang lebih besar dari tegangan dekomposisi air diberikan
pada elektroda-elektrodanya, PEM elektroliser akan memisahkan air murni menjadi
oksigen-oksigen dan hidrogen. Tegangan dekomposisi air menurut perhitungan teoritis
adalah 1,23V, tegangan ini akan menjadi lebih besar apabila terjadi resistensi transisi
yang disebabkan oleh beberapa faktor.

Gambar 3.2 PEM Elektroliser.

Sebagaimana proses elektrokimia biasa, PEM Elektroliser bekerja berdasarkan


proses reduksi-oksidasi yang terjadi pada elektroda. Ketika tegangan DC diberikan pada
elektroda, air akan teroksidasi dianoda membentuk oksigen, proton (ion hidrogen) dan
elektron bebas hidrogen terkumpul secara langsung di· anoda, sedangkan proton
bermigrasi melalui membrane elektrolit polimer ke katoda untuk kemudian tereduksi

6
menjadi hidrogen dengan mengikat elektron yang disuplai rangkaian eksternal. Reaksi
kimia tersebut digambarkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Reaksi kimia pada PEM Elektrolisis.

Reaksi yang terjadi pada sistem selengkapnya adalah sebagai berikut:


Reaksi pada anoda 2𝐻2 𝑂 ⟶ 4𝐻 + + 4𝑒 − + 𝑂2
Reaksi pada katoda 4𝐻 + + 4𝑒 − ⟶ 2𝐻2
Reaksi total 2𝐻2 𝑂 ⟶ 2𝐻2 + 𝑂2

Dari konsep elektro kimia yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa satu atom
hydrogen memberikan kontribusi satu elektron terhadap arus mengalir,sehingga
hubungan antara arus yangmengalir dengan volum ehidrogen yang dihasilkan dapat
ditentukan dengan menghitung energy listrik yang digunakan dan jumlah hidrogeny ang
dihasilkan.Hubungan ini telah dirumuskan dalam Hukum-1Faraday tentang elektrolisis
yang secara matematis dinyatakan dengan persamaan berikut,
𝑅𝐼𝑇𝑡
𝑉= (3.1)
𝐹𝑝𝑍

Dengan :
V = volume gashidrogen yangdihasilkan secara teoritis, dalam 3
R = konstanta gas umum = 8,314 J/ol.K
P = tekanan ruang dalam Pa (1Pa= 1N/m2)
F = konstanta Faraday = 96485 C/m
T = temperature ruang dalamK
I = arus dalam A
t = waktu dalam detik
z = jumlah elektron untuk membebaskan satu molekul:
z(H2) = 2 (2elektron diperlukan untuk membebaskan satu molekul hidrogen)
z(02) = 4

Efisiensi Faraday pada sebuah elektroliser adalah rasio volume gas hydrogen yang
dihasilkan terhadap volume gas yang seharusnya dihasilkan menurut perhitungan
teoritis yang dinyatakan dalam Hukum-1Faraday berikut,

7
𝑉𝐻2 (ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙) (3.2)
𝜂𝐹𝑎𝑟𝑎𝑑𝑎𝑦 = 𝑉𝐻2 (ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔)

D. Prosedur Percobaan
1. Menentukan Tegangan Dekomposisi Air
• Susun rangkaian seperti pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Rangkaian elektroliser.

• Isi tangki air dengan air deionisasi (aquades murni).


• Isi tangki hidrogen dengan aquades. ·
• Naikkan tegangan dari 0 sampai maksimum 2V dengan interval 0,1 V.

Untuk setiap nilai tegangan catat nilai arus yang terukur dan amati tangki hidrogen,
apakah pada tegangan tersebut sudah mulai dihasilkan hidrogen, berikan tanda pada
tegangan berapa hidrogen mulai terlihat.
→Beri tenggang waktu sekitar 20 detik untuk setiap pengukuran.

2. Menentukan Efisiensi Energi dan Efisiensi Faraday Elektroliser PEM


• Susun rangkaian seperti pada Gambar 3.4
• Isi tangki hidrogen dengan air· sampai penuh, sebelumnya buang semua
hidrogen yang tersisa.
• Berikan tegangan elektroda sedikit diatas tegangan dekomposisi air (misal 1,6
V). Putuskan

untuk sementara, siapkan stopwatch.


→ Jangan memberikan tegangan >2V
• Hubungkan elektroliser dengan sumber tegangan, catat penunjukan arus dan
tegangan dalam
• waktu yang bersamaan mulailah mengukur waktu yang dibutuhkan
elektroliser untuk menghasilkan sejumlah hidrogen, misal setiap satu strip pada
tangki hidrogen (5 C𝑚3 𝐴).
• Lanjutkan pengukuran dengan mencatat waktu, arus dan tegangan setiap kali
dihasilkan
• sejumlah hidrogen yang sama sampai tangki hidrogen penuh.
• Ulangi pengukuran dengan duanilai tegangan elektroda yang berbeda ( tidak lebih
dari 2V ).

8
E. Tugas Praktikum
1. Buat kurva karak.teristik 1-Velektroliser dari hasil pengukuran (1) di atas. Dari
kurva tersebut tentukan tegangan dekomposisi air.
2. Bandingkan basil yang diperoleh dengan basil referensi, berikan pembahasan
terhadap basil yang diperoleh,
3. Buat kurva volume hidrogen yang dihasilkan terhadap waktu untuk setiap nilai
tegangan yang diberikan, hitung laju produksi hidrogen masing-masing.
4. Hitung efisiensi dan efisiensi faraday elektroliser dari setiap data yang diperoleh.

F. Tugas Pendahuluan
1. Turunkan persamaan (3.1).
2. Dari persaniaan (3.2), berikan analisis, faktor-faktr apa saja yang dapat dikontrol
agar elektroliser dapat bekerja secara optimal.
3. Selai nelektroliser, tuliskan beberapa contoh reformer hidrogen yang lain lengkap
dengan mekanisme kerjanya. ·. '
4. Berikan beberapa contoh mesin/ equipment yang telah menggunakan hidrogen
sebagai bahan bakarnya.
5. Berikan lasan singkat mengenai prospek penggunaan hidrogen sebagai bahan
bakar terbarukan, sejauh mana pengembangannya dan faktor-faktor apasaja yang
dapa tmerupakan kendala dalam penggunaan hidrogen sebagaibahan bakar.

9
MODUL PERCOBAAN III
THERMOELECTRIC CONVERTER
A. Tujuan
1. Mempelajari dan memahami efek Seebeck
2. Mempelajari dan memahami efek Peltier
3. Mempelajari dan memahami transfer energi
4. Memahami hukum pertama dan kedua termodinamika

B. Pendahuluan
Thermoelectric Converter adalah salah satu alat konversi energi dengan
memanfaatkan perbedaan temperatur. Alat ini mengubah energy termal menjadi energi
listrik. Pada percobaanini digunakan PASCO scientific Thermoelectric Converter model
TD-8556, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Posisi tombol pada thermoelectric converter.

Gambar 4.1menunjukkan bagian luar dari Thermoelectricconverter. Gambar


sebelah kiri untuk percobaan efek Seebek, posisi tombol kearah atas (kearah ΔT→ E,
perbedaan temperature menyebabkan aruslistrik). Hubungkan sumber arus listrik
ke"banana jack" yang berwana hitam dan merah. Gambar sebelah kanan untuk
percobaan efek Peltier, posisi tombol kearah bawah (kearah ΔT→ E,arus yang melalui
pompa hangat termoelektrik menyebabkan suatu perbedaan temperatur).
Catatan: Tegangan dan Arus yang disarankan adalah 5 volt dan 3 ampere (DC). Jangan
melebihi 8 volt. Jangan menjalankan tegangan 5 Volt dan arus 3 Amp melalui alat lebih
dari 2 menit. Thermoelectric Converter ini dirancang untuk menggambarkan hubungan
antara hukum ke-1dan ke-2 termodinamika.

10
Hukum ke-1 termodinamika:
"Perubahan energy dalam suatu sistem tertutup akan sama dengan total dari
jumlah energy kalor yang diberikan kedalam sistem ditambah kerja yang. Dilakukan
terhadap sistem "Hukum ini berkaitan dengan hukum kekekalan energi.
Sedangkan hukum ke-2 termodinamika:
"Tidaklah mungkin ada proses yang bisa berlangsung yang hasilnya tidak lain
hanyalah penyerapan kalor dari suatu sumber dan mengkonversi kalor manjadi kerja
pada suhu yang sama "Hukum ini berkaitan dengan entropi sistem.
Hukum ke-2 termodinamika ini tidak melanggar hukum ke-1 termodinamika.
Tidak ada sesuatupun yang terkandung dalam hukum ke-1 termodinamika yang
menghalangi kemungkinan pengkonversian kalor sepenuhnya menjadi kerja. Namun
banyak proses konversi kalor tersebut yang tidak dapat terjadi. Fenomena ini dapat
terjadi dengan hukum ke-2 termodinamika.
PASCO scientific Thermoelectric Converter ini terdiri dari pompa kalor
termoelektrik yang disisipkan diantara dua kaki alumunium logam. Thermoelectric
Converter ini dapat mendemontrasikan dua efek yaitu:
1. Efek Seeback (ditemukan padath1821)
Pada efek ini perbedaan temperatur yang melintasi pompa kalor termo elektrik
dikonversi ke arus yang dapat menggerakkan motorkecil (ΔT→ E). Sebagai contoh
ketika salah satu kaki dari converter tersebut ditempatkan pada gelas berisi air dingin
dan satu lainnya ditempatkan pada gelas berisi air panas, maka motor kecil tersebut
dapat memutar kipas. Ini berarti sebagian dari energy termal air panas dikonversi
menjadi kerja oleh converter. Sehingga kipas dapat berputar, seperti terlihat pada
Gambar 4.2.
PASCO Thermoelectric converter model TD-8550A didesain untuk
mendemonstrasikan hubungan di antara hukum pertama dan kedua termodinamika.
Prosedur yang digunakan secara langsung mengilustrasikan pemyataan Kelvin pada
hukum kedua termodinamika.
Energi termal dari air panas diubah menjadi kerja oleh converter, dan kipas
menyala. Jika air panas danair dingin dicampurkan, energy dalam dari air tak akan
berubah, jadi masih ada energi yang cukup dalam air untuk menyalakan kipas. Tetapi
hal ini melanggar hukum kedua termodinamika, seperti yang dijelaskan Kelvin.
Catatan: Sebagai demontrasi lebih lanjut, tempatkan satu kaki dalam air yang telah
dicampur (atau dalam air es) dan kaki yang lainnya dalam wadah yang berisi es kering
untuk mendemonstrasikan bahwa ada energi yang tersedia dalam air yang dicampur (dan
bahkan dalam air es).

11
Gambar 4.2 Proses perubahan energi termal menjadi kerja pada.

2. Efek Peltier ( ditemukan padaTh1834 )

Pada efek Peltier diperlukan sumber tegangan DC untuk disambungkan dengan


alat. Ketika arus masuk melalui pompa panas termoelektrik, timbul perbedaan tegangan
listrik yang menghasilkan perbedaan temperature (E →ΔT).
Perbedaan suhu yang disebabkan adanya perbedaan tegangan listrik tersebut
menyebabkan perbedaan temperatur antara kedua kaki (E → ΔT). Salah satu kaki
menjadi dingin dan satu lainnya menjadi panas. Kemudian perbedaan temperature
tersebut menyebabkan kipas dapat berputar. Converter dapat bertindak sebagai
kapasitor termal.
Pada dasarnya efek Seeback digunakan untuk mengetahui efisiensi konversi
perbedaan perubahan temperature menjadi energy listrik. Panas yang diserap semi
conductor cell akan melepaskan energy listrik, setelah_. mencapai tingkatan energi yang -
tinggi, electron akan lepas dari energy ikat bahan dan dengan bebasnya elektron akan
bergerak sehingga menghasilkan arus listrik.Namun ketika air panas dan air dingin
dicampurkan bersama dalam satu wadah, kipas tidak berputar. Total energi dalam
campuran air panas dan air dingin tidak berubah, sehingga masih diperlukan energy
tambahan yang cukup untuk memutar kipas. Tapi ini akan melanggarhukum ke-2
tennodinamika yang disebutkan Lord Kelvin. Pelanggaran dalam hukum kedua dapat
dijelaskan dalam bentuk entropi, dengan menggunakan persamaan Δ S=Q/T, dimana
Δ S adalah perubahan entropi, adalah panas yang dipindahkan, dan T adalah
temperature pada saat panas dipindahkan. Dengan mempertimbangkan perpindahan
panas terjadi dalam cup yang berisi air, maka berlaku:
1. Perubahan entropi pada air panas, Δ Sh=Qh / Th, adalah negatif, karena perpindahan
panas dari air keconverter.

12
2. Perubahan entropi pada air dingin,Δ Sc=Qc/Tc,adalah positif,karena perpindahan
panas dari converter ke air.
3. Berdasarkan hukum kedu atermodinamika, total perubahan energy dalam entropi,
Δ ST=Δ Sh +Δ Sc, bernilai positif. Oleh karena itu, proses tersebut hanya akan
terjadi jikaQc/ Tc>Qh / Th.
4. Agar kipas dapat dinyalakan,beberapa perpindahan panas dari air panas harus
dirubah menjadi kerja dan tidak akan dapat dipindah kan kembali menjadiair
dingin. Oleh karena itu, kipas akan terus menyala,Qh>Qc.
5. Persamaan dalam langkah 3 clan 4 keduanya hanya benarjika Th>Tc. sekali air
tercampur, Th= Tc· Olehkarena itu,jika kipas menyala,inidapat melanggar hukum
keduat ermodinamika.

Teori singkat
Efek Seebeck
Converter thermoelectric menggunakan serangkaian sel-sel thermoelektrik untuk
meng-ubah energy termal menja dienergi listrik (dalam percobaan ini yang menjalankan
kipas). Setiap sel terbuat dari bahan semikonduktor. Diagram sederhana efekSeebeck.

Gambar 4.3 Sel thermoelectric converter untuk efek Seebeck.

Panas memasuki sel menaikkan level energi, elektron-elektro ntidak lagi terikat
dalam struktur Kristal semikonduktor dan bebas bergerak. Ketika elektron-elektron
tersebut bebas bergerak, elektron-elektron tersebut meninggalkan lubang, di dalam
kristal. Elektron dengan energi yang lebih rendah, walaupun mereka tidak dapat
bergerak bebas dalam material, dapat melompat dari lubang ke lubang. Dengan
demikian, lubang-lubang juga dapat bermigrasi melalui material semikonduktor.
Elektron-elektron bermigrasi, seperti terlihat, melalui material semikonduktortipe-N dan
lubang-lubang bermigrasi melaui material tipe-P). Elektron-elektron mengalir melalui
sirkuit eksternal dan menjalankan motor kipas. Pada ujung yang lain dalam sirkuit,
merek amemasuki kembali sel-sel dan bertemu Iubang-lubang pada semikonduktor tipe-
P. Ini terjadi dekat ujung yang lebih dingin pada sel.
Elektron-elektron dapat masuk kembali kedalam lubang, mengubah kelebihan
energy menjadi panas. Selama masih ada perbedaan temperatur, elektron-elektron dan
lubang-lubang dapat terns bermigrasi, dan kipas terus menyala. Jika tidak ada perbedaan
temperatur, elektron-elektron tidak dapat bergabung kembali dengan lubang-lubang
karena tidak: ada tempa tuntuk memberikan kelebihan energi mereka. Dalam kasus
ini,sel termoelektrik mengikuti hukum kedua termo dinamik.

13
Efek Peltier
Secaras ederhana efek Peltier kebalikan dari efek Seebeck. Perbedaan potensial
elektrik disebabkan oleh elektron-elektron dan lubang-lubang untuk bermigrasi dari satu
ujung pada material semikonduktor tipeP dan N ke yang lainnya. Pergerakan elektron
elektron dalam semikonduktor tipe N dihasilkan dari perubahan energi internal dari
ujung semikonduktor tersebut. Hasil yang sama terjadi untuk semikonduktor tipe P
selama lubang bermigrasi. Perpindahan panas darikaki "dingin.",ke kaki "panas"
sebanding dengan arus yang masuk melewati sirkuit dan banyaknya sel-
seltermoelektrik membuat termoelektrik memompa.

Gambar 4.4 Sel thermoelectric converter untuk efek Peltier.

Konstruksi dari pompa termo elektrik:


PASCO thermo electric converter mempunyai 71 pendingin thermolektrik
“berpasanganˮ. Ini dibuat dari 2 element semi konduktor, terutama Bismuth Telluride
(suatu campuran "quartemary" pada bismuth, tellurium, selenium, dan antimony)
didoping untuk menghasilkan kelebihan (tipe-N) atau penurunan (tipe-P) elektron.
Pasangan, terhubung dalam rangkaian secara elektrik dan secara termal parallel,
tergabung dalam pompa panas termo elektrik. Pompa panas terpaket diantara plat-plat
logam keramik. Spesifikasi: Ketika menggunakan termoelektrik converter sebagai alat
Peltier, Temperatur kaki yang lebih panas tidak boleh melebihi 135°C (titik leleh dari
solder pengikat batang Bismuth Telluride keplat).Daya yang tersedia hanya cukup untuk
menghasilk.an perbedaan tempertur maksimum sampai 67°C). Hambatan pada motor
kecil kira-kira 1ohm.

C. Peralatan
1. Bejana,3 buah untuk menempatkan air panas, air dingin, dan campuran air panas
dan air dingin
2. DC power supplay dengan kemampuan 5 volt dan 3 ampere.
3. Kawat (kabel) penghubung.
4. TD-8556 steam Generator
5. SF-9584Ac / DC low volted power supply or Sf-9582AC/DC Powersupply
6. SE9750 and SE9751 Banana plug Patch Cords
7. Digital termometer ( suchas PASCO Model SB9631Or Model SE-9086 ).

14
Jalannya Percobaan
A. Efek Seebeck
1. Siapkan 3 buah gelas
2. Gelas satu diisi dengan air panas dan yang satu lagi dengan air dingin
3. Tempatkan tombol pada posisi diatas.
4. Siapkan satu buah ampermeter dan satu buah voltmeter
5. Siapkan dua buah termometer
6. Susun alat-alat seperti pada gambar 4.2. Atur tombol dalam posisi "naik". Salah
satu kaki dari unit ditempatkan dalam suatu gelas yang berisi air dingin dan satu
gelas lagi dalam gelas berisi air panas. (Air mendidih dan air es akan memberikan
hasil yang lebih baik). Masing-masing lengkapi dengan termometer.
7. Amati suhu masing-masing gelas yang berisi air setiap selang waktu yang sama
(tanyakan kepada asisten) serta ukur tegangan dan arusnya.
8. Campurkan air panas dan air dngin kedalam gelas yang lebih besar lalu
masukkan kedua kaki aluminium kedalam gelas tersebut. Amati apa yang
terjadi. Sebagai demontasi lebih lanjut, tempatkan satu kaki dalam air yang telah
dicampur (atau dalam air es) dan kaki yang lainnya dalam wadah yang berisi es
kering untuk mendemonstrasikan bahwa ada energi yang tersedia dalam air yang
dicampur.
9. Ganti air dalam kedua gelas dengan air panas.
10. Tambahkan es sedikit demi sedikit kedalam salah satu gelas, lakukan seperti
nomor 7,amati suhu, tegangan dan arusnya.

B. EfekPeltier
Untuk percobaan efek Peltier Perhatikan Gambar 4.5
1. Hubung kanpower supply DC yang mempunyai kempampuan 5 Volts dan 3 Amper
eketerminal yang berwarna merah dan hitam pada converter. (Arus listrik yang
dialirkan melalui pompa panas termoelektrik pada converter menyebabkan· ·
perbedaan temperatur).
2. Atur posisi tombol keposisi turun (E>ΔT). (Untuk percobaan ini, tidak perlu
mencelupkan kaki aluminium ke dalam air).·
3. Nyalakanpower supply. Dalam beberapa waktu akan terjadi perbedaan temperatu
rpada kedua kaki alurnunium pada converter.

15
Gambar 4.5 Rangkaian percobaan efek Peltier.

Catatan: jangan membiarkan power supply menyala lebih dari 2 menit, dan jangan
melebihi 8 Volts.
Sebagai latihan opsional, mulai dengan converter pada suhu ruangan. Ukur
temperature kedua kaki. Lalu, sementara arus digunakan untuk converter,gunakan
thermometer digital untuk memonitor kenaikan temperature pada kaki"panas"dan
penurunan temperature pada kaki"dingin". Catat perbedaan-perbedaan suhu kedua kaki
untuk beberapa harga arus dan tegangan yang diberikan (tengangan jangan melebihi 5
volt, arus listrik jangan melebihi 3 ampere).

16
PRAKTIKUM KEAHLIAN FISIKA

MODUL 4

PENGUKURAN SUSCEPTIBILITA DAN PERMEABILITAS BAHAN


MAGNET

Penyusun:

Drs. Norman Syakir, MS, MSc


Dr. Togar Saragi

LABORATORIUM FISIKA MATERIAL


PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN

17
Kode Modul : MODUL 4

Judul Modul : Pengukuran Susceptibilitas dan Permeabilitas Bahan Magnet

Tujuan : 1. Memahami prinsip pengukuran melalui rangkaian RLC.


2. Menentukan nilai susceptibilitas dan permeabilitas bahan-bahan magnet.
Dasar Teori : Susceptibilitas suatu bahan menyatakan respons bahan terhadap medan
luar, baik melalui aplikasi medan listrik (susceptibilitas listrik) maupun
aplikasi medan magnetik (susceptibilitas magnetik) sehingga bahan tersebut
akan mengalami polarisasi (listrik atau magnet). Permeabilitas menyatakan
derajat magnetisasi suatu bahan yang merespon secara linier pengaruh medan
magnet luar. Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan permeabilitas (m)
dan susceptibilitas (m) bahan magnet dengan menggunakan prinsip osilasi
dari rangkaian RLC. Untuk lebih memahami eksperimen ini mahasiswa perlu
memahami 2 pokok bahasan, yaitu:

1. Medan magnet (B) dan induktansi (L) dalam solenoida (sebagai


induktornya), dan
2. Prinsip osilasi dari rangkaian RLC.
Besaran yang diperoleh dalam eksperimen adalah frekuensi osilasi, dan
atau grafik hubungan antara daya rata-rata <P> terhadap frekuensi. Masing-
masing besaran ini dapat digunakan untuk menentukan nilai L dan selanjutnya
diperoleh permeabilitas dan susceptibilitas magnet suatu bahan.

Prinsip dasar pengukuran ini adalah rangkaian RLC. Besaran yang


diperoleh dari rangkaian ini adalah frekuensi resonansi baik sebelum
kehadiran bahan magnetik (udara) maupun dalam kehadiran bahan magnetik
(yang dimasukkan ke dalam induktor). Oleh karena itu sebelum praktikum
dimulai diharapkan praktikan mempelajari prinsip resonansi dari rangkaian
RLC, seperti pada Gambar 1.
R

Gambar 1. Rangkaian RLC.

18
Peralatan dan 1. Perangkat sinyal Function Generator dan Osiloskop Digital.
Bahan :
2. Perangkat rangkaian RLC, (R=1k, C=68 nF dan L).
3. Bahan padat Besi, Tembaga, Aluminium dan Teflon.
Pertanyaan 1. Uraian tentang susceptibilitas dan permeabilitas bahan magnet.
Pendahuluan 2. Turunkan persamaan medan magnetik di dalam solenoida dan persamaan
:
induktansi solenoid (L) hubungannya dengan permitivitas bahan.
3. Dari rangkaian RLC (R seri terhadap LC paralel) dan dengan
menggunakan loop Kirchoff turunkan dan selesaikan persamaan
diferensial muatan (Q) dan tuliskan persamaan Q(t), I(t) dan Io.
4. Turunkanan persamaan untuk VR(t), VL(t) dan VC(t) dan Vo
5. Turunkan persamaan untuk Daya dan Faktor Kualitas.
6. Dari persamaan di atas tuliskan persamaan impedansi dan frekuensi
resonannya, dan tentukan:
7. Frekuensi resonan
8. Induktansi (L) termasuk analisa terhadap efek bahan magnetik dalam
Induktor (L),
9. Faktor Kualitas, Permeabilitas dan Susceptibilitas bahan magnet
10. Tuliskan jawaban tugas pendahuluan di dalam buku Log-Book Praktikum
perorangan.

Tugas Selama proses eksperimen berlangsung, lakukan pengamatan terhadap efek


Kegiatan : (yang menarik) dari masuknya bahan magnet tersebut ke dalam induktor (L).
Hal ini perlu untuk analisa laporan (pada sub bagian Induktansi).
Langkah-langkah eksperimen sebagai berikut:
1. Dalam kondisi TANPA BEBAN:
a. Periksa Input Sinyal: hubungkan rangkaian RLC dengan Sinyal
Function Generator (SFG) dan Osciloskop (OSC), pilih salah satu
frekuensi (SFG) lalu crosscek frekuensi dan amplitudonya pada OSC.

b. Periksa Output Sinyal: hubungkan rangkaian RLC dengan Sinyal


Function Generator (SFG) dan Osciloskop (OSC), amati apakah ada
perubahan pada frekuensi dan atau amplitudonya pada OSC? atau
apakah terjadi resonansi? Jika tidak lakukan analisa!

c. Periksa lagi Output Sinyal jika resonansi tidak terjadi: hubungkan


rangkaian RLC, rangkaian OP-AMP (perbesaran 10 kali) dengan
Sinyal Function Generator (SFG) dan Osciloskop (OSC). Atur SFG

19
untuk menemukan frekuensi resonansi (amati perubahan amplitudo
sinyal pada OSC dengan memutar ke kiri atau ke kanan (amplitudo
SFG) hingga terjadi perubahan amplitudo (minimum dan maksimum)
di OSC, lalu tentukan frekuensi resonanya.

2. Dalam kondisi DENGAN BEBAN:


Ulangi langkah 1.c di atas dengan memasukkan masing-masing bahan
(besi, tembaga, aluminium atau teflon) ke dalam induktor, lalu
tentukan frekuensi resonansinya.

3. Berdasarkan pengamatan pada prosedur di atas lakukan kegiatan di bawah


ini:
a. Analisa secara umum dari fakta resonansi yang dihasilkan termasuk
penggunaan penguat,
b. Tentukan frekuensi resonansi sebelum bahan magnet dimasukkan
c. Tentukan frekuensi resonansi sesudah bahan magnet dimasukkan

4. Tuliskan semua yang anda pelajari dan lakukan selama kegiatan ini dalam
buku Log-Book Praktikum perorangan.

Pertanyaan 1. Tentukan susceptibilitas (m) bahan dimaksud,


Akhir : 2. Tentukan permeabilitas (m) bahan dimaksud
3. Jelaskan metode lain dalam menetukan susceptibilitas bahan magnet !
4. Tuliskan jawaban pertanyaan akhir di dalam buku Log-Book Praktikum
perorangan.

Referensi : 1. Edward P.Purlani, Permanen Magnet and Electromechanical Devices,


Materials, Analysis and Applications, Academic Press, 2001.
2. Paul A.Tipler, Physics for Scietists and Engeenirs 3rd Ed. (terjemahan
Jilid 2), Erlangga, 2001.
Evaluasi : 1. Tugas jawaban terhadap pertanyaan pendahuluan (harus tercatat dalam
Log-book) dan pertanyaan lisan di awal eksperimen.
2. Kesiapan anda yang tercermin dalam Log-book beberapa catatan awal
yang penting untuk kelancaran eksperimen.
3. Keaktifan anda selama eksperimen yang tercermin dalam Log-book
berupa catatan hasil eksperimen dan catatan tambahan yang didapat
selama eksperimen.
4. Tugas jawaban terhadap pertanyaan akhir (harus tercatat dalam Log-book.
5. Laporan Akhir dari Modul yang telah dikerjakan ditulis dalam Lembar
Kerja Praktikum.

20
PRAKTIKUM KEAHLIAN FISIKA

MODUL V

ANALISA DATA XRD DARI ZAT PADAT

Penyusun:

Dr. Risdiana, M. Eng.


Dr. Togar Saragi, M. Si.

LABORATORIUM FISIKA MATERIAL


PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN

21
Kode Modul : MODUL 5

Judul Modul : Analisa data XRD dari zat padat

Tujuan : 1. Memahami prinsip analisis XRD


2. Menghitung Indeks Miller dari data XRD dengan parameter kisi tertentu
(ECCO)
3. Menghitung parameter kisi dari data XRD dengan Indeks Miller tertentu
(ECCZO) dengan menggunakan software Cell Calculation

Dasar Teori : Zat padat merupakan keadaan atom-atom, ion, atau molekul yang
membentuk agregat sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk dan volume
tertentu. Zat padat dapat berupa kristalin atau amorfous, bergantung pada
jenis ikatan dan susunan geometrinya. Bahan kristalin memiliki perioditas
struktur dalam jangkauan yang luas sedangkan bahan amorfous tidak
memiliki perioditas seperti itu.

Untuk menguji suatu zat padat apakah bahan tersebut berupa kristalin
atau amorfous, dapat dilakukan dengan pengukuran difraksi sinar-x, difraksi
neutron atau difraksi elektron. Namun dalam praktikum ini hanya dilakukan
dengan menggunakan difraksi sinar x.

Sinar x digunakan sebagai sinar untuk mengetahui struktur Kristal


dikarenakan sinar ini memiliki panjang gelombang yang sesuai dengan jarak
antar atom di dalam Kristal yaitu dalam orde 1 A (frequensi ~ 1018 Hz)
dengan energy sekitar 104 ev.

Gambar 1 : Gambaran dua dimensi refleksi sinar X oleh dua bidang Kristal
parallel yang dipisahkan sejauh d. Sudut yang dibentuk dari sinar datang dan
bidang Kristal dinamakan sudut .

Ketika sebuah atom berinteraksi dengan sinar X, electron electron pada


atom tersebut akan mengalami radiasi pada frekuensi yang sama dengan

22
radiasi sinar datang. Superposisi gelombang gelombang radiasi, dari atom
atom tunggal dalam Kristal akan menghasilkan refraksi dengan perbedaan
lintasan l = d sin  seperti pada Gambar 1.

Hukum Bragg

Hukum Bragg menyatakan suatu keadaan refleksi konstruktif dari sinar


X yang mengenai beberapa bidang atom dalam kristal. Perbedaan sinar-sinar
yang direfleksikan dari dua bidang yang berdekatan adalah 2 l = 2d sin .
Radiasi yang direfleksikan oleh bidang bidang berdekatan, akan terjadi jika
perbedaan lintasan ini sama dengan kelipatan bilangan bulat n dari panjang
gelombang λ sehingga dapat dijabarkan dalam persamaan (1).

2d sin  = n λ (1)

Persamaan ini dinamakan persamaan Bragg, yang juga dapat diturunkan dari
persamaan difraksi Laue.

Indeks Miller

Orientasi bidang pada suatu Kristal dinyatakan oleh suatu bilangan


yang dinamakan indeks Miller (h, k, l). Dalam notasi matematis, indeks
miller ini sebanding dengan 1/x, 1/y dan 1/z, dimana x, y, dan z adalah
sumbu koordinat Kristal. Sinar X yang datang pada bidang h k l tertentu
akan menghasilkan hamburan sejumlah intensitas tertentu yang sebanding
dengan faktor struktur kristalnya yang dinyatakan dalam persamaan (2).

Fhkl = ∑j faj ei2π(hx̂+kŷ+lẑ) (2)

Dimana j adalahkedudukan atom dalam sel satuan, faj adalah faktor


hamburan atom.

Peralatan dan 1. Cell Calculation Software


Bahan : 2. Data XRD Eu2-xCexCuO4, Eu2-xCexCu1-yZnyO4 dan Eu2-xCexCu1-yNiyO4

Pertanyaan Sebagai persiapan eksperimen, bacalah buku referensi dan tuliskan hasil
Pendahuluan: studi anda pada log-book praktikum sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.

1. Jelaskan pengertian kristal dan amorfous, struktur kristal, jarak antar


bidang, bidang dan arah Kristal
2. Jelaskan prinsip kerja difraksi sinar-X pada suatu Kristal
3. Jelaskan pentingnya Indeks Miller pada suatu Kristal
4. Tentukan Indeks Miller (hkl) dari bahan La2-xSrxCuO4 (LSCO) dengan
parameter kisi sebagai berikut : a-axis = 3.774 Å, c-axis: 13.235 Å dan λ

23
CuK = 1.54056 Å pada berbagai 

Tugas 1. Menghitung Indeks Miller dari data XRD Eu2-xCexCuO4 (ECCO) dengan
Kegiatan : parameter kisi sebagai berikut : a-axis = 3.774 Å dan c-axis: 13.235 Å
pada 2 tertentu.
2. Menghitung parameter kisi dari data XRD dengan Indeks Miller yang
telah diperoleh dari perhitungan no. 1 dan data 2 dari data percobaan
sebenarnya untuk Eu2-xCexCuO4 , Eu2-xCexCu1-yZnyO4 dan Eu2-xCexCu1-
yNiyO4 dengan menggunakan software Cell Calculation

Pertanyaan 1. Jelaskan mengapa puncak puncak hkl yang diperoleh dari perhitungan
Akhir : tidak seluruhnya muncul pada data hasil pengukuran
2. Tunjukkan perbedaan parameter kisi untuk bahan Eu2-xCexCuO4, Eu2-
xCexCu1-yZnyO4 dan Eu2-xCexCu1-yNiyO4
3. Jelaskan penyebab perbedaan parameter kisi tersebut untuk setiap bahan

Referensi : 1. X-Ray Diffraction A practical Approach, C. Suryanarayana and M. Grant


Norton, Plenum Press, New York and London, 1998
2. Introduction to Solid State Physics, Charles Kittel, John Wiley & Sons,
Inc, Singapore, 1991.

Evaluasi : 1. Tugas jawaban terhadap pertanyaan pendahuluan (harus tercatat dalam


Log-book) dan pertanyaan lisan di awal eksperimen.
2. Kesiapan anda yang tercermin dalam Log-book beberapa catatan awal
yang penting untuk kelancaran eksperimen.
3. Keaktifan anda selama eksperimen yang tercermin dalam Log-book
berupa catatan hasil eksperimen dan catatan tambahan yang didapat
selama eksperimen.
4. Tugas jawaban terhadap pertanyaan akhir (harus tercatat dalam Log-
book.
5. Laporan Akhir dari Modul yang telah dikerjakan ditulis dalam Lembar
Kerja Praktikum.

24
PRAKTIKUM KEAHLIAN FISIKA

MODUL VI

EFEK HALL

Oleh:

Tim Penyusun

LABORATORIUM FISIKA MATERIAL


PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN

25
Kode Modul : Modul 6
Judul Modul : EFEK HALL
Tujuan : Menentukan konstanta Hall dan konsentrasi pembawa muatan pada bahan
perak dan tungsten.

Dasar Teori : Efek Hall ditemukan oleh Edward H. Hall, yang menyatakan bahwa
apabila konduktor yang dialiri arus diletakkan di dalam medan magnet
yang tegak lurus terhadap arah aliran arus tersebut, maka akan timbul
tegangan pada konduktor dan tegangan tersebut tegak lurus terhadap
medan magnet dan arus. Tegangan tersebut dikenal sebagai tegangan Hall.
Eksperimen yang akan dilakukan pada percobaan ini dimaksudkan untuk
mengamati efek Hall, mengamati hubungan potensial Hall UH dengan I
(arus) dan potensial UH dengan BZ (medan magnet), mengukur konstanta
Hall, menentukan konsentrasi pembawa muatan dan jenis pembawa
muatan. Sampel yang digunakan adalah kepingan perak, tungsten dan
sudah terintegrasi dengan sistem pengukuran (Hall effect apparatus).

BZ

V U
H

Gambar 1. Skematik pengukuran efek Hall, Bz adalah medan magnet, v


(voltmeter) dan A (amperemeter)

Apabila arus mengalir dalam batang konduktor yang ditempatkan dalam


sebuah medan magnet yang tegak lurus BZ, efek Hall ditandai oleh
kehadiran tegangan Hall pada batang konduktor seperti diperlihatkan pada
Gambar 1. Besarnya potensial Hall UH sebanding dengan kerapatan arus
yang melalui batang JX dan intensitas medan magnet BZ, seperti

26
digambarkan oleh Persamaan 1. Konstanta pembanding RH dikenal sebagai
konstanta Hall.

𝐸𝐻 = 𝐼𝑋 𝐵𝑍 (1)

𝐸𝐻 = 𝑅𝐻 𝐽𝑋 𝐵𝑍 (1a)

Konstanta Hall RH yang dapat ditentukan dari kemiringan (slope) kurva


medan Hall EH dan medan magnet BZ memiliki besaran :

𝐸𝐻
𝑅𝐻 = 𝐽 (2)
𝑋 𝐵𝑍

Tegangan Hall UH adalah I × EH, dengan I adalah lebar batang dan rapat
arus, JX adalah IX/A dengan IX adalah arus yang melalui batang dan A = I.d
adalah luas permukaan batang, dengan d adalah tebal sampel. Sehingga
persamaan (1a) dapat ditulis sebagai :

𝑅 𝐻 𝐼𝑋
𝑈𝐻 = 𝐵𝑍 (3)
𝑑

Besar konstanta RH dapat juga ditentukan secara grafis dari kurva antara
UH dan BZ, dengan RH adalah slope kurva tersebut :

(𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑥)𝑑
𝑅𝐻 = (4)
𝐼𝑋

𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑥 = 𝛥𝐴𝐻 /𝛥𝐵𝑍 (5)

1
𝑝=𝑅 (6)
𝐻 .𝑞

𝑝 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑤𝑎 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛

Peralatan dan 1. Sampel seng (Zn) berbentuk kepingan


Bahan : 2. Sampel tungsten (W) berbentuk Kepingan
3. Sumber arus konstan 10 A
4. Sumber arus konstan 20 A
5. Lubang UCORE
6. Sepasang lempeng kutub yang dibor
7. Coil 250 lilitan
8. Probe tangensial
9. Multimeter CA 4010 (15 A)

27
10. Microvoltmeter
11. Teslameter

Pertanyaan 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan efek Hall?


Pendahuluan: 2. Bagaimanakah prinsip kerja dari induksi medan magnetik akibat
adanya arus yang mengalir pada kumparan?
3. Berdasarkan kajian literatur berapakah nilai/jumlah pembawa muatan
pada bahan perak (Ag), tungsten (W) dan Zinc?

Tugas Rangkailah peralatan eksperimen Efek Hall seperti Gambar 2 di bawah ini :
Kegiatan :

Gambar 2. Rangkaian eksperimental Efek Hall.

a. Membuat kurva kalibrasi IB – B

Pengukuran arus IB dan medan magnet (B) dilakukan tanpa sampel.


Nyalakan teslameter dan sumber arus 10 A yang dihubungkan ke coil.
Tempatkan probe tangensial di tengah-tengah coil, usahakan
kedudukannya konstan, misalkan dengan memakai statip. Ubahlah harga
arus sehingga didapatkan variasi medan magnet. Catatlah setiap perubahan
medan magnet untuk setiap variasi nilai arus, sehingga didapatkan data
korelasi antara pasokan arus dengan besarnya medan magnet yang
dihasilkan.

b. Perubahan tegangan Hall

Bahan yang diamati dihubungkan dengan sumber arus konstan, kemudian

28
ditempatkan pada medan magnet yang arahnya tegak lurus terhadap arus
yang mengalir pada bahan yang diuji tersebut. Tegangan Hall yang terjadi
diukur dengan microvoltmeter. Ubahlah harga-harga arus, sehingga
didapatkan satu set data yang menggambarkan perubahan Hall terhadap
arus pada medan magnet tetap.

Untuk Mengukur UH sebagai fungsi dari kuat medan B pada arus bahan IB
konstan, lakukan langkah-langkah seperti di atas. Variasikan nilai-nilai
medan magnet sehingga didapatkan satu set data yang menggambarkan
perubahan tegangan Hall terhadap medan magnet pada arus bahan yang
bernilai konstan. Percobaan di atas dilakukan untuk variasi arus IB sebesar
5 A, 8 A dan 10A.

Pertanyaan 1. Tuliskan spesifikasi peralatan yang dipergunakan dalam eksperimen


Akhir : ini, dan jelaskan fungsinya!
2. Gambarkan kurva IC dan B!
3. Gambarkan grafik hubungan antara arus yang diberikan dan Tegangan
Hall yang timbul untuk bahan perak dan tungsten pada medan magnet
yang konstan!
4. Gambarkan grafik hubungan antara medan magnet yang diberikan dan
Tegangan Hall yang timbul untuk bahan perak dan tungsten pada arus
yang konstan!
5. Tentukan konstanta Hall secara grafis untuk masing-masing bahan!
6. Hitung konsentrasi pembawa muatan mayor untuk masing-masing
bahan!

29
MODUL VII

PENGENALAN PERANGKAT LUNAK DAN SENSOR

A. Tujuan
1. Memahami dasar-dasar Sensor
2. Memahami dasar-dasar penggunaan Perangkat Lunak Proteus -ISIS, CodeVision dan
Prog-ISP

B. Alat yang Digunakan


1. Modul IP-Sensors
2. Komputer Desktop yang terpasang perangkat lunak Proteus,Codevision dan Prog-ISP
3. Modul Microcontroller ATMEGA 8535 dan ISP Downloader

PERANGKAT LUNAK
Perangkat lunak mempunyai peranan penting dalam pengukuran menggunakan ADC di
Mikrokontroller yang akan digunakan dalam praktikum. Perangkat Lunak yang digunakan
dalam Praktikum Keahlian Fisika Instrumentasi antara lain:
• Perangkat Lunak CodeVision ( CVAR )
Perangkat lunak CodeVisionAVR adalah salah satu software yang dapat gunakan untuk
belajar memprogram mikrokontroler AVR. CodeVisionAVR adalah merupakan software IDE
(integrated development environment), karena dalam software tersebut telah dilengkapi
dengan text (source code) editor dan compiler. Versi evaluasi software ini dapat di-download
di www.hpinfotech.ro.. CodeVisionAVR dapat dijalankan pada system Operasi Windows XP
dan 7. Cross-compiler C mampu menerjemahkan hampir semua perintah dari bahasa ANSI C,
sejauh yang diijinkan oleh arsitektur dari AVR, dengan tambahan beberapa fitur untuk
mengambil kelebihan khusus dari arsitektur AVR dan kebutuhan pada sistem embedded.
File object COFF hasil kompilasi dapat digunakan untuk keperluan debugging pada
tingkatan C, dengan pengamatan variabel, menggunakan debugger Atmel AVR Studio. IDE
mempunyai fasilitas internal berupa software AVR Chip In-System Programmer yang
memungkinkan Anda untuk melakukan transfer program dalam bentuk file .hex kedalam chip
mikrokontroler setelah sukses melakukan kompilasi/asembli secara otomatis. Namun Dalam
Praktikum Keahlian Fisika Instrumentasi, software untuk melakukan transfer program
dipergunakan software Prog-ISP.

30
Gambar 1. Tampilan Perangkat lunak CVAR.

• Perangkat Lunak Extreme Burner-AVR


Perangkat lunak Prog-ISP digunakan dalam pemrograman mikrokontroler khususnya
saat melakukan Download File *.HEX ke dalam memori mikrokontroller ATMEGA8535
melalui ISP Downloader.

Gambar 2. Tampilan software progISP.

• Perangkat Lunak Proteus-ISIS


Proteus merupakan gabungan dari program ISIS dan ARES. Dengan penggabungan
kedua program ini maka skematik rangkaian elektronika dapat dirancang serta disimulasikan
dan dibuat menjadi layout PCB. ISIS singkatan dari Intelegent Schematic Input System dan
merupakan salah satu program simulasi yang terintegrasi dengan proteus dan menjadi

31
program utamanya. ISIS dirancang sebagai media untuk menggambar skematik rangkaian
elektronik yang sesuai dengan standar internasional. ISIS dapat menyimulasikan berbagai
jenis mikroprosesor dan mikrokontroller, termasuk keluarga AVR. ISIS dilengkapi program
compiler, sehingga dapat mengkompilasi file kode sumber assembly menjadi file hex
sehingga nantinya dapat digunakan oleh mikrokontroller yang sebenarnya.

Gambar 3. Tampilan Proteus 8.5 Profesional.

SENSOR
Dalam kaitannya dengan sebuah system elektronik, Sensor dan transduser pada
dasarnya dapat dipandang sebagai sebuah perangkat yang berfungsi mengubah suatu besaran
fisik menjadi besaran listrik, sehingga keluarannya dapat diolah didalam mikrokontroller yang
kemudian ditampilkan ke display dan menjadi output ke akuator seperti yang digambarkan
dalam diagram pada gambar 4.
Variabel listrik
Variabel fisik- kimia Variabel listrik ( penguatan, modifikasi sinyal, dll )

Mikrokrontroller
Sensor - Transducer Pengkondisi Sinyal Display
( Digital Output )

Aktuator

Gambar 4. Diagram sensor dan pengolah sinyal.

Terdapat 3 ( tiga ) jenis sensor yang digunakan dalam Praktikum Keahlian Fisika
Instrumentasi, yaitu sensor suhu yang terdiri dari LDR , Termistor (NTC) dan IC sensor
(LM35).
• Sensor Termistor ( NTC – Negative Temperature Cooficient )
Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansi atau nilai hambatannya
dipengaruhi oleh Suhu (Temperature). Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal
Resistor” yang artinya adalah Tahanan (Resistor) yang berkaitan dengan Panas (Thermal).

32
Thermistor yang digunakan dalam praktikum keahlian Fisika Instrumentasi, yaitu Thermistor
NTC (Negative Temperature Coefficient).
Nilai Resistansi Thermistor NTC akan turun jika suhu di sekitar Thermistor NTC
tersebut tinggi (berbanding terbalik / Negatif). Dalam operasinya termistor memanfaatkan
perubahan resistivitas terhadap temperatur, dan umumnya nilai tahanannya turun terhadap
temperatur secara eksponensial untuk jenis NTC (Negative Thermal Coeffisien) yang
digambarkan dalam grafik seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.

Gambar 5. Grafik penurunan nilai hambatan secara eksponensial terhadap suhu.

Untuk mendapat hubungan antara suhu dan resistansi dapat menggunakan persamanan
Steinhart-hart. Persamaan Steinhart-Hart tersebut ditunjukkan oleh persamaan (1) sebagai
berikut:
1
𝑇
= 𝐴 + 𝐵 ln 𝑅 + 𝐶 ln 𝑅3 (1)

Dimana T = Suhu dalam satuan °K


A, B, C = koofisien Steinhart-hart
Untuk mendapatkan nilai koofisien A, B, C dapat diperoleh dari
http://www.thinksrs.com/downloads/programs/Therm%20Calc/NTCCalibrator/NTCcalculator
.htm, apabila diketahui minimal tiga nilai resistansi terhadap suhu dari suhu minimal sampai
dengan maksimum.
• IC Sensor ( LM 35 )
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk
mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. LM35 memiliki
keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang
lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi
sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak
memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan ke
sensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan
ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA hal ini berarti LM35

33
mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat
menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5ºC pada suhu 25 ºC.

Gambar 6. Pin Out IC Sensor LM35. Gambar 7. Grafik Keluaran LM35.

Karakteristik Sensor LM35


• Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC,
sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
• Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC
• Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.
• Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
• Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
• Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara
diam.
• Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
• Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.

Gambar 6 menunjukan bentuk dari dengan penanda Pin Out. 3 pin LM35 menujukan
fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari
LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan
kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt, dan Pin 3 dihubungkan dengan ground rangkaian.
Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh
persamaan (2) sebagai berikut:
𝑉𝐿𝑀35 = 𝑆𝑢ℎ𝑢 ∗ 10𝑚𝑉 (2)
• Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)
Adalah salah satu jenis resistor yang dapat mengalami perubahan resistansinya apabila
mengalami perubahan penerimaan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR
(Light Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR
itu sendiri. LDR sering disebut dengan alat atau sensor yang berupa resistor yang peka
terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu merupakan bahan
semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah menurut banyaknya cahaya (sinar) yang
mengenainya. Resistansi LDR pada tempat yang gelap biasanya mencapai sekitar 10 MΩ, dan
ditempat terang LDR mempunyai resistansi yang turun menjadi sekitar 150 Ω. Seperti halnya
resistor konvensional, pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis seperti
pemasangan resistor biasa.

34
Gambar 8. Bentuk fisik sensor cahaya LDR.

Tugas Pendahuluan : Jelaskan konversi bilangan binary, decimal dan hexadecimal

: Bagaimana penulisan masing – masing bilangan tersebut pada


perangkat lunak codevision
: Jelaskan perbedaan antara LSB dan MSB
: Jelaskan perbedaan antara mikrokontroller AT89S51/52 dengan
ATMEGA8535

35
MODUL VIII

PENGUKURAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER


ATMEGA 8535

A. Tujuan
I. Memahami Pengkondisi sinyal dari sensor
II. Memahami ADC Mikrokontroller ATMEGA8535
III. Memahami dasar-dasar penggunaan Seven segment 4x1 dan LCD 16x2

B. Alat yang Digunakan


I. Modul IP-Sensors
II. Modul Microcontroller ATMEGA 8535 dan ISP Downloader

PENGKONDISI SINYAL
Rangkaian pengkondisi sinyal berfungsi untuk mengolah sinyal dari transduser berupa
tegangan yang cukup kecil menjadi tegangan yang lebih besar, sehingga output dari rangkaian
ini dapat dibaca oleh untai Analog Digital Converter (ADC).
• Sensor NTC
NTC

GND 5V
R

Vout

Gambar 1. Rangkaian pengkondisi sinyal NTC.

Tugas Pendahuluan : Berdasatkan persamaan Steinhart-hart dengan memasukkan data


pada hasil pengukuran modul 1. Tentukan hasil keluaran tegangan
dan suhu dari masing – masing data

• Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)

LDR

5V GND
R

Vout

Gambar 2. Rangkaian pengkondisi sinyal LDR.

36
Tugas Pendahuluan : Carilah salah satu jenis sensor cahaya LDR bersama dengan
datasheetnya kemudian buatlah grafik hubungan antara nilai
resistansi dari LDR dengan besarnya intensitas cahaya

ADC MIKROKONTROLLER ATMEGA8535

Gambar 3. Pin Kaki Mikrokontroller ATMEGA 8535.

Mikrokontroler ATmega8535 memiliki fasilitas ADC yang sudah build in didalam chip.
Fitur internal ADC inilah yang menjadi salah satu kelebihan mikrokontroler ini jika
dibandingan dengan beberapa jenis mikrokontroler lainnya. Beberapa fitur ADC ATMEGA
8535 adalah:
• Resolusi 10 bit/1024 (atau 8 bit)
• 8 chanel input ( PA0-PA7)
• 3 mode pemilihan tegangan referensi

Tegangan referensi ADC dapat dipilih menggunakan tegangan referensi internal


maupun eksternal. Jika menggunakan tegangan referensi internal, bisa dipilih on-chip internal
reference voltage yaitu sebesar 2.56V atau sebesar AVCC. Jika menggunakan tegangan
referensi eksternal, dapat dihubungkan melalui pin AREF.
Data hasil konversi ADC 10 bit (1024) adalah 𝑨𝑫𝑪 = (𝑽𝒊𝒏 ∗ 𝟏𝟎𝟐𝟒)/𝑽𝒓𝒆𝒇𝒇
Dimana Vin ialah tegangan pada input yang dipilih dan Vreff merupakan tegangan
referensi. Jika hasil ADC = 000H, maka menunjukkan tegangan input sebesar 0V, jika hasil
ADC=3FFH menunjukkan tegangan input sebesar tegangan referensi dikurangi 1 LSB.
Tugas Pendahuluan : Jelaskan tentang ADC ( analog to digital conventer ) dengan prinsip
kerjanya
: Tuliskan data hasil konversi ADC 8 bit
: Buatlah Rangkaian system minimum mikrokontroller dengan adc pada
proteus 8.5

37
DISPLAY
Display elektronik adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi sebagai
tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. Display untuk menampilkan data
hasil pengukuran dalam Praktikum Keahlian Fisika Instrumentasi terbagi menjadi display
seven segmen dan LCD.
• Seven Segmen ( 4 X 1 )
Seven Segment Display (7 Segment Display) dalam bahasa Indonesia disebut dengan
Layar Tujuh Segmen adalah komponen Elektronika yang dapat menampilkan angka desimal
melalui kombinasi-kombinasi segmennya. Terdapat 2 ( dua ) Jenis LED 7 Segmen,
diantaranya adalah “LED 7 Segmen common Cathode” dan “LED 7 Segmen common
Anode”.
a) LED 7 Segmen Tipe Common Cathode (Katoda) , Pada LED 7 Segmen jenis Common
Cathode (Katoda), Kaki Katoda pada semua segmen LED adalah terhubung menjadi 1 Pin,
sedangkan Kaki Anoda akan menjadi Input untuk masing-masing Segmen LED. Kaki Katoda
yang terhubung menjadi 1 Pin ini merupakan Terminal Negatif (-) atau Ground sedangkan
Signal Kendali (Control Signal) akan diberikan kepada masing-masing Kaki Anoda Segmen
LED.
b) LED 7 Segmen Tipe Common Anode (Anoda), Pada LED 7 Segmen jenis Common Anode
(Anoda), Kaki Anoda pada semua segmen LED adalah terhubung menjadi 1 Pin, sedangkan
kaki Katoda akan menjadi Input untuk masing-masing Segmen LED. Kaki Anoda yang
terhubung menjadi 1 Pin ini akan diberikan Tegangan Positif (+) dan Signal Kendali (control
signal) akan diberikan kepada masing-masing Kaki Katoda Segmen LED.

Seven segmen yang dipergunakan dalam Praktikum Keahlian Fisika Instrumentasi


adalah 4x1 seven segmen common cathode. Seven segmen ( 4 X 1 ) terdiri dari 4 ( empat )
buah pengontrol dan 7 buah kombinasi segmen yang ditambah dengan pin “ dot “.
Pin pengontrol akan menyalakan digit dari seven segmen yang dipilih antara digit 1
sampai dengan digit 4. Software : 7SEGCALC yang dapat diakses di desktop akan
menunjukkan kombinasi pola bentuk huruf atau angka yang dibentuk dalam seven segmen ke
dalam nilai Hexadecimal atau nila binernya.

Gambar 4. Skematik 4x1 Seven Segmen.

38
Gambar 5. Tampilan software 7SEGCALC.

Tugas Pendahuluan : Tuliskan data hexadecimal, binary dan decimal untuk Common
Anode dan Common cathode untuk angka 0 -10 dan huruf C dan L

: Apa perbedaan antara common anode dan common cathode, buatlah


rangkaian dengan menggunakan proteus 8.5 untuk rangkaian
common anode dan common cathode

• LCD – ( Liquid Cristal Display ) ( 16 x 2 )


LCD (adalah salah satu jenis display elektronik yang dibuat dengan teknologi CMOS
logic yang bekerja dengan tidak menghasilkan cahaya tetapi memantulkan cahaya yang ada di
sekelilingnya terhadap front-lit atau mentransmisikan cahaya dari back-lit. LCD (Liquid
Cristal Display) berfungsi sebagai penampil data baik dalam bentuk karakter, huruf, angka
ataupun grafik.

Gambar 6. Skematik LCD.

Pengendali / Kontroler LCD (Liquid Cristal Display)


Dalam modul LCD (Liquid Cristal Display) terdapat microcontroller yang berfungsi
sebagai pengendali tampilan karakter LCD (Liquid Cristal Display). Microntroller pada suatu

39
LCD (Liquid Cristal Display) dilengkapi dengan memori dan register. Memori yang
digunakan mikrocontroler internal LCD adalah :
• DDRAM (Display Data Random Access Memory) merupakan memori tempat karakter yang
akan ditampilkan berada.
• CGRAM (Character Generator Random Access Memory) merupakan memori untuk
menggambarkan pola sebuah karakter dimana bentuk dari karakter dapat diubah-ubah sesuai
dengan keinginan.
• CGROM (Character Generator Read Only Memory) merupakan memori untuk
menggambarkan pola sebuah karakter dimana pola tersebut merupakan karakter dasar yang
sudah ditentukan secara permanen oleh pabrikan pembuat LCD (Liquid Cristal Display)
tersebut sehingga pengguna tinggal mangambilnya sesuai alamat memorinya dan tidak dapat
merubah karakter dasar yang ada dalam CGROM.

Register kontrol LCD


• Register perintah yaitu register yang berisi perintah-perintah dari mikrokontroler ke panel
LCD (Liquid Cristal Display) pada saat proses penulisan data atau tempat status dari panel
LCD (Liquid Cristal Display) dapat dibaca pada saat pembacaan data.
• Register data yaitu register untuk menuliskan atau membaca data dari atau ke DDRAM.
Penulisan data pada register akan menempatkan data tersebut keDDRAM sesuai dengan
alamat yang telah diatur sebelumnya.

Pin, kaki atau jalur input dan kontrol dalam suatu LCD (Liquid Cristal Display)
Pin data adalah jalur untuk memberikan data karakter yang ingin ditampilkan menggunakan
LCD (Liquid Cristal Display) dapat dihubungkan dengan bus data dari rangkaian lain seperti
mikrokontroler dengan lebar data 8 bit.
• DB0 – DB7 adalah jalur data (data bus) yang berfungsi sebagai jalur komunikasi untuk
mengirimkan dan menerima data atau instruksi dari mikrokontrooler ke modul LCD.
• RS adalah pin yang berfungsi sebagai selektor register (register sellect) yaitu dengan
memberikan logika low (0) sebagai register perintah dan logika high (1) sebagai register data.
• R/W adalah pin yang berfungsi untuk menentukan mode baca atau tulis dari data yang terdapat
pada DB0 – DB7. Yaitu dengan memberikan logika low (0) untuk fungsi read dan logika high
(1) untuk mode write.
• Enable (E), berfungsi sebagai Enable Clock LCD, logika 1 setiap kali pengiriman atau
pembacaan data.

40
Gambar 7. Pin Kaki LCD 16x2.

Tugas Pendahuluan : Jelaskan syntax perintah dari :


• lcd_init (n)
• lcd_clear ;
• lcd_gotoxy(m,n);
• lcd_putchar(n);
• lcd_putsf(“string”);
• lcd_puts(“var_string”);
• sprint
• ftoa

: Tuliskan sketch program untuk menampilkan data pada LCD


dengan menggunakan perangkat lunak codevision avr

41
MODUL IX

SISTEM KENDALI ON-OFF DAN PID- TEMPERATUR

A. Tujuan
1. Memahami tentang penggunaan simulasi pid menggunakan matlab
2. Memahami berbagai jenis-jenis aksi pengontrolan
3. Memahami kinerja pengontrol on-off
4. Memahami kinerja sistem pengontrol umpan balik PID temperatur

B. Alat yang Digunakan


1. Modul IP-Kendali
2. Modul Microcontroller ATMEGA 8535 dan ISP Downloader

C. Teori Penunjang
Ada beberapa aksi dasar pengontrolan yang biasa digunakan pada pengontrol otomatis
di industry. Diantaranya adalah kontrol dus posisi atau “ on-off “, proporsional (P) , Integral
(I) , Diferensial ( D ) , proporsional plus integral ( PI ), proporsional plus turunan ( PD ), dan
aksi pengontrolan plus integral plus turunan ( PID ).
• Kontrol Hidup – Mati ( on – off atau dua posisi ).
Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari pengendalian lup tertutup. Seperti yang
tersirat di dalam sebutannya, sistem akan sepenuhnya berfungsi atau sepenuhnya tidak
berfungsi, tergantung kepada besar kecilnya sinyal kesalahan yang dihasilkan. Contoh
yang sering kita jumpai adalah untuk hal pengendalian nyala lampu. Lampu akan
menyala ketika sensor cahaya ( LDR ) di bawah nilai yang ditetapkan dan lampu akan
mati ketika sensor cahaya di atas nilai yang ditetapkan.
• Kontrol PID
PID (Proportional–Integral–Derivative controller) merupakan kontroler untuk
menentukan presisi suatu sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik
pada sistem tesebut. PID merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan
karena sederhana dan mudah dipelajari tuning parameternya. Gambar 1 menunjukkan
blok diagram sistem pengendali PID.

Gambar 1. Blok diagram sistem pengendali PID.

42
Persamaan atau Fungsi Transfer dari Pengendali PID adalah sebagai berikut :
𝐾𝐼 𝐾𝐷 𝑠2 +𝐾𝑃 𝑠+𝐾𝐼
𝑃𝐼𝐷 = 𝐾𝑃 + + 𝐾𝐷 𝑠 = (1)
𝑠 𝑠

dimana: KP = Proporsional gain , KI = Integral gain dan KD = Derivatif gain

Gambar 2. Respon Sistem Kendali.

Gambar 2 menunjukkan respon sistem kendali dengan kondisi semakin kecil waktu
naik, menurunnya overshoot, semakin kecil error-steady dan mendekati nilai dari set poin
yang diinginkan.
Berikut adalah karakteristik pengontrol yang digunakan:
• Proporsional ( KP = Proporsional gain )

Pengontrol proporsional memiliki keluaran yang sebanding/proporsional dengan


besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya).
➢ Jika nilai Kp kecil, pengontrol proporsional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang
kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat (menambah rise time).
➢ Jika nilai Kp dinaikkan, respon/tanggapan sistem akan semakin cepat mencapai keadaan
mantapnya (mengurangi rise time).
➢ Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan
mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau respon sistem akan berosilasi.
➢ Nilai Kp dapat diset sedemikian sehingga mengurangi steady state error, tetapi tidak
menghilangkannya.

• Integratif ( KI = Integral gain )


Pengontrol Integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki kesalahan
keadaan mantap nol (Error Steady State = 0 ). Jika sebuah pengontrol tidak memiliki unsur

43
integrator, pengontrol proporsional tidak mampu menjamin keluaran sistem dengan kesalahan
keadaan mantapnya nol.
➢ Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga pengontrol
integral cenderung memperlambat respon.
➢ Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan pada nilai
sebelumnya.
➢ Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau
penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai Ki.
➢ Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi
semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal
keluaran pengontrol.

• Dervatif ( KD = Derivatif gain )

Keluaran pengontrol diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol akan mengakibatkan perubahan yang
sangat besar dan cepat. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran pengontrol
juga tidak mengalami perubahan.
➢ Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan pada masukannya
➢ Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan pengontrol
tergantung pada nilai Kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.
➢ Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului, sehingga pengontrol ini
dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum pembangkit kesalahan menjadi sangat besar.
Jadi pengontrol diferensial dapat mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang
bersifat korektif dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem.
➢ Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat meningkatkan stabilitas sistem dan mengurangi
overshoot.

Simulasi menggunakan matlab adalah salah satu cara untuk memahami tentang konsep
kontrol PID dimana untuk teoritis diperoleh dalam pembelajaran di kelas. Diasumsikan sistem
mempunyai fungsi transfer sebagai berikut:
1
𝑠2 + 20𝑠 + 30
Kode Matlab untuk simulasi PID ,
num=1;
den=[1 20 30];
Plant = tf(num,den);
step(Plant,'r');
hold on;
Kp=0;
P_Sys = tf(Kp,1);
Ki=0;
den2=[1 0];
I_Sys=tf(Ki,den2);
Kd=0;

44
num3=[Kd 0];
D_Sys=tf(num3,1);
PI=parallel(P_Sys,I_Sys);
PID=parallel(PI,D_Sys);
OpenLoop=series(PID,Plant);
ClsdLoop = feedback(OpenLoop,[1]);
step(ClsdLoop,'b');

• Step Response , Lakukan running program dengan kode diatas dengan mengisi nilai 0 untuk
nilai Kp , Ki , dan Kd.

Setelah running diperoleh grafik seperti diatas. Dapat dilihat bahwa nilai step response
berada pada nilai 0.035 sehingga nilai steady state error adalah 1 – 0.035 = 0.965 dengan
waktu setting sekitar 3 detik.

• Lakukan pengubahan nilai Kp , dengan angka 100 , maka akan diperoleh grafik sebagai
berikut:

45
Setelah running diperoleh grafik seperti diatas. Dapat dilihat bahwa nilai step response
berada pada nilai 0.77 sehingga nilai steady state error adalah 1 – 0.77 = 0.23 dengan waktu
setting dibawah 0.5 detik.

• Lakukan pengubahan nilai Kp , dengan angka 200 , maka akan diperoleh grafik sebagai
berikut

Setelah running diperoleh grafik seperti diatas. Dapat dilihat bahwa nilai step response
berada pada nilai 0.87 sehingga nilai steady state error adalah 1 – 0.87 = 0.13 dengan waktu
setting dibawah 0.5 detik. Dengan perbandingan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa:
“Penambahan nilai Kp akan mengurangi nilai error steady state namun semakin besar
nilai Kp akan menghasilkan nilai overshoot. Selain itu, peningkatan nilai Kp
akan mengurangi waktu naik (rise Time)”

• Lakukan pengubahan nilai Ki dengan angka 300 sedangkan nilai Kp sama dengan 200 ,
maka akan diperoleh grafik sebagai berikut

Setelah running, diperoleh grafik seperti diatas. Dapat dilihat bahwa nilai step response
bahwa nilai error steady state sangatleh kecil namun masih terdapat nilai overshoot sehingga
bisa di simpulkan bahwa:

46
“Nilai Ki menghilangkan nilai steady state error namun selang beberapa lama terdapat
nilai overshoot. Selain itu peningkatan nilai Ki dapat mengurangi waktu naik (rise
time)”

• Lakukan pengubahan nilai Kd dengan angka 10sedangkan nilai Kp sama dengan 200 dan
nilai Ki dengan angka 300 , maka akan diperoleh grafik sebagai berikut

Setelah running diperoleh grafik seperti diatas. Dapat dilihat bahwa grafik yang
diperoleh mempunyai nilai kestabilan yang baik dengan waktu naik yang cepat. Sehingga
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
“Nilai Kd dapat mengurangi nilai overshoot dan waktu setting”

47
MODUL X
MODUL XI

Anda mungkin juga menyukai