Energi
Terbarukan
Rancangan Dasar Pembangkit
Tenaga Turbin Air Sederhana
04
Teknik Teknik Mesin 13045 Ir. Ignatius Agung Wibowo M.Sc.
Abstract Kompetensi
Perancangan pembangkit tenaga turbin Setelah memahami materi yang
air sederhana dilakukan dalam berbagai disajikan pada modul ini anda
tahap dan perancangan dilakukan diharapkan mampu mengoptimasi
untuk setiap komponen sistem. rancangan dasar pembangkit tenaga
turbin air sederhana.
4.1. Pendahuluan
Pembangkit listrik jenis mikro hidro adalah PLTA yang biasanya memproduksi hingga 100
kW listrik menggunakan aliran air alami (run-of-river), atau skema pengalihan air.
Sebelum membangun pembangkit, diperlukan penelitian awal seperti curah hujan, limpasan
(run-off) dan topografi daerah tangkapan air. Penelitian lebih lanjut termasuk lokasi sungai
yang cocok dan danau di dekat calon pembangkit. Setelah itu barulah dilakukan
perancangan pembangkit yaitu meliputi pengukuran karakteristik asupan air, perhitungan
jalur perpipaan, dan pemilihan dan perhitungan turbin dan generator.
4.2. Perancangan
Langkah pertama dalam merancang sebuah sistem mikrohidro adalah untuk mengevaluasi
sumber daya air dengan mengukur tinggi jatuh air vertikal (head) dan laju aliran (flowrate) air
sungai. Kedua pengukuran pengukuran tersebut diperlukan untuk menghitung potensi
energi dari aliran air sungai tersebut. Juga pengukuran harus dilakukan pada pipa air
menuju turbin dan panjang saluran transmisi listrik (dari turbin ke pengguna) untuk
menghitung kerugian sistem. Tinggi jatuh air dan laju aliran akan menentukan ukuran sistem
pipa, jenis turbin, kecepatan putaran, dan ukuran pembangkit.
Suatu lokasi dikatakan sesuai untuk dibangun PLTA mikro hidro apabila memenuhi kriteria-
kriteria berikut ini:
• Mempunyai tinggi jatuh air yang besar (jarak vertikal antara asupan air dan turbin)
• Mempunyai laju aliran air yang tinggi
• Dekat dengan pengguna dan memiliki akses ke lokasi yang mudah.
• Jika mungkin, terdapat tampungan air untuk memastikan air aliran stabil.
Dari keempat kriteria tersebut, tinggi jatuh air dan laju aliran adalah faktor-faktor utama
dalam pemilihan lokasi PLTA mikro hidro.
Untuk mengukur laju aliran air (debit) terdapat beberapa metode. Metode kecepatan-luas
adalah metode konvensional untuk sungai kelas menengah sampai besar meliputi
pengukuran luas penampang sungai dan kecepatan rata-rata air melalui penampang
tersebut. Penampang sungai didekati dengan bentuk trapesium sehingga luas penampang
sungai bisa dihitung dengan rumus:
=Ar
(a + b ) × h m2 (4.1)
2
di mana
a = lebar sungai atas (m)
b = lebar sungai bawah (m)
Karena kecepatan baik melintang aliran maupun secara vertikal adalah tidak sama, maka
perlu untuk mengukur kecepatan air di sejumlah titik untuk mendapatkan nilai rata-rata.
Kecepatan dapat diukur dengan benda terapung, yang diletakkan di tengah aliran sungai
seperti pada Gambar 4.4. Waktu (t) detik yang diperlukan untuk melintasi panjang tertentu
(L) dalam meter dicatat. Kecepatan permukaan (m/det) diberikan oleh:
L
Vrs = m/det (4.2)
s
Pipa pesat yang digunakan untuk menyalurkan air dari pintu air (intake) ke turbin dapat
dipasang di atas atau di dalam tanah, tergantung pada faktor-faktor seperti sifat tanah,
bahan pipa, dan suhu sekitar. Diameter bagian dalam pipa pesat dapat ditentukan dari laju
aliran air, panjang pipa dan tinggi jatuh air kotor (gross) sebagai berikut:
np2Q 2Lp
Dp = 2,69 m (4.5)
H
g
di mana
n p = koefisien Manning
Q = laju aliran air (m3/det)
L p = panjang pipa pesat (m)
H g = tinggi jatuh air kotor (gross) (m)
Tinggi jatuh air kotor (gross) (H g ) adalah jarak vertikal antara tinggi permukaan air di pintu
air (intake) dan di saluran keluar (tailrace) untuk turbin reaksi seperti turbin Francis dan
Kaplan dan tinggi nozzle untuk turbin impuls seperti turbin Pelton, Turgo dan aliran
melintang (cross-flow).
Dp + 508
=tp + 1,2 mm (4.6)
400
Pt = ρ gHnQηt W (4.7)
di mana
ρ = massa jenis air (1000 kg/m3)
H n = tinggi jatuh air bersih (net) (m)
Q = laju aliran air (m3/det)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,8 m/det2).
η t = efisiensi turbin (biasanya 80-90%)
Efisiensi turbin (η t ) didefinisikan sebagai perbandingan daya yang dihasilkan oleh turbin
(daya mekanik yang ditransmisikan oleh poros turbin) terhadap daya yang diserap (daya
hidrolik yang setara dengan debit yang diukur di bawah tinggi jatuh air bersih).
Untuk mengendalikan kecepatan turbin dengan mengatur laju aliran air, diperlukan inersia
pada komponen berputar. Tambahan inersia dapat diberikan oleh roda gila pada poros
turbin atau generator. Ketika beban terputus, kelebihan daya mempercepat roda gila,
kemudian ketika beban terhubung kembali, perlambatan pada inersia tambahan memasok
daya tambahan yang membantu meminimalkan variasi kecepatan. Persamaan dasar dari
sistem berputar adalah sebagai berikut:
dω
=
1
dt Jω
(
Pt − Pl − Bω 2 ) (4.8)
di mana
ω = kecepatan turbin (rad/det).
P t = daya turbin (W)
P l = daya beban (W)
B = koefisien torsi gesekan turbin dan generator (Nm/(rad/det)).
J = momen inersia sistem rotasi keseluruhan (kg/m2)
Ketika P=
t Pl − Bω 2 , dω dt = 0 dan ω = tetap, operasi adalah tetap stabil. Ketika P t lebih
besar atau lebih kecil dari Pl − Bω 2 , kecepatan tidak tetap dan governor harus melakukan
intervensi sehingga daya keluaran turbin sesuai dengan daya output generator.
Pt − Pl −2 B
t
−2 B
t
ω
= 1 − e J
+ ω0
2
e J
(4.9)
B
60ω
N= (4.10)
2π