Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA BERMAIN

MENEBAK GAMBAR
PADA ANAK USIA 2-3 TAHUN (TODDLER)

SATUAN ACARA BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain pada Anak di Rumah Sakit


Sub Pokok : Terapi bermain anak usia 2- 3 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Perkembangan Motorik Halus
Tempat : Ruang Dahlia RSUD dr. Soedomo Trenggalek
Waktu :
Sasaran :

LATAR BELAKANG

Bermain merupakan suatu aktifitas bagi anak yang menyenangkan dan


merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak
sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosionalnya de n g a n
b e r m a i n a n a k d a p a t m e n s t i m u l a s i p e r t u m b u h a n o t o t - o t o t n y a , kognitifnya
dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan d i m a n a d e n g a n
kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan
mendapatkan kesempatan 1ang cukup untuk mengenal sekitarnya sehinggaia akan menjadi
orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan
mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah
s a t u bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain,
perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang m e m b u a t
anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena
ktifitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal ini yang membuat anak semakin jenuh di
Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam m e n e r i m a
perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain
menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di ra wat di rumah sakit
membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak
hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga anak tidak mampu
beraktifitas , kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya o r a n g - orang
baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lainsebagainya. Hal di atas di
temukan juga pada Ruang Dahlia RSUD dr. Soedomo Trenggalek di mana anak terlihat
bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat
anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak
terpenuhi.
Dari latar belakang di atas menurut kelompok D perlu di adakan
suatu tindakan keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat
k e j e n u h a n d a n katakutan anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan
bermainnya.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit, anak diharapkan bisa merasa tenang
selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa
merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1. Setelah mendapatkan terapi bermain satu kali diharapkan anak mampu :


2. Bisa merasa tenang selama dirawat
3. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
4. Mau melakukan anjuran dokter dan perawat
5. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
6. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
7. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
8. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi anak terhadap suatu
permainan
9. Dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain yang tepat
10. Agar anak dapat beradaptasi leebih efektif terhadap stress karena sakit
11. Anak dapat merasa suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah sebagai alat
komunikasi antara perawat dan klien
RENCANA PELAKSANAAN

No Kegiatan Waktu Subyek Terapi


1. Persiapan : 1 menit Ruangan, alat, anak
dan keluarga siap
Menyiapkan ruangan
Menyiapkan alat- alat
Menyiapkan anak dan keluarga
2. Proses : 20 menit Menjawab salam,
memperkenalkan
Membuika proses terapi dengan diri, memperhatikan
mengucapkan salam, memperkenalkan
diri
Menjelaskan pada anak dan keluarga
tentang tujuan dan manfaat bermain,
menjelaskan cara bermain
Mengajak anak bermain
Mengevaluasi respon nak dan keluarga
3. Penutup : 5 menit Memperhatikan dan
Menutup dan mengucapkan salam menjawab salam

Metode : Bermain bersama


Media : lembar gambar
Materi : Terlampir

Pembagian tugas kelompok :

Leader :
Fasilitator :
Observer :

SETTING
Leader

Fasilitator Anak Usia 2-3 tahun

Observer
EVALUASI

Peserta terapi bermain Tebak gambar mampu :


1. Struktur
a) Persiapan pasien
b) Keluarga bersedia megikut sertakan anak dalam bermain
c) Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan
d) Anak siap untuk melakukan kegiatan tebak gambar
2. Lingkungan
a) Lingkungan bermain menunjang
b) Anak dapat terfokus perhatiannna pada fasilitator tanpa ada gangguan
3. Media
a) Lembar gambar
4. Proses
a) Fasilitator memperkenalkan anak-anak yang ikut bermain
b) Fasilitator memberikan contoh
c) Anak mamapu menebak gambar dengan baik
d) Anak dapat aktif menjawab dan dapat mengembangkan kreatifitasnya
e) Anak mampu bertahan dalam kegiatan tersebut sampai selesai
5. Hasil
a) Anak mampu menebak gambar
b) Anak mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menebak gambar
c) Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan
d) Anak tidak ragu dalam melaksanakan permainan
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang


muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat
berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas
berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri
individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang
seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangannya, seperti
tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman
beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 5 tahun adalah
sebagai berikut:
1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum
2. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk yang sedang
tumbuh
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
4. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
5. Mengembangkakn keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan
berhitung
6. Mengembangkkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-
hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga
9. Mencapai kebebasan pribadi

PERTUMBUHAN FISIK :
Penampilan maupun gerak gerik anak usia prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang
berada dalam tahapan sebelumnya. a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah
memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang
dilakukan sendiri. b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat
yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal
aktivitas yang tenang diperlukan anak. c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih
berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum
terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit, seperti mengikat tali sepatu. d) Anak
masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-
obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna. e)
Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak
(soft).
PERKEMBANGAN MOTORIK :
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola
(pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri.
Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan
motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya
untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar
bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.

PERKEMBANGAN KREATIVITAS :
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam
khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda hidup)
yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya,
anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya
bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya
didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan
otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa
yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara
khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga
jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini
dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang
lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.

PERKEMBANGAN EMOSI :
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin
matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah,
kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan
emosinya.
Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-
haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak
melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, Itu mainan saya. Ayo kembalikan!,
atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah :
a) Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap
marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.(Ananda 2010).

PERKEMBANGAN SOSIAL :
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial,
dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses
perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek
kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat.
Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan
keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah
bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak
bisa meniti kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin.
Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa
memutuskan kepada siapa akan curhat.
Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK
a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini
cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka
mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis
kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena
kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.

Parten (1932) dalam social participation among preschool children melalui


pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa
tingkah laku sosial:
a) Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin
berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan
apapun.
b) Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan,
berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka
berusaha untuk tidak saling berbicara.
c) Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati
Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak
berusaha untuk bermain bersama.
d) Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak
sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan
yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
e) Bermain.asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada
peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f) Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada
pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam
kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.

PERKEMBANGAN MORAL :
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke dalam
berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai
bagian dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari
konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang
dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul,
mencela, dan lain-lainnya di depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan teman sebaya.
Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang harus dimiliki
anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil.
Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula mengatasi masalah dalam
hidupnya, entah di sekolah, di rumah, ataupun kelak di tempat bekerja.

PERKEMBANGAN KOGNITIF :

Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK:


a) Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang
berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
b) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan,
mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig
(1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi
kompeten dengan cara sebagai berikut:
1. Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
2. Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
3. Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan
kesempatan dalam banyak hal.
4. Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan
secara mandiri.
5. Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai
tingkah laku.
6. Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
7. Kagumilah apa yang dilakukan anak. h) Sebaiknya apabila berkomunikasi
dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.

STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN

Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah
perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan
anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan
anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi (Kania 2010).
Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :
1. Gerakan kasar, dilakukan dengan member kesempatan anak melakukan
permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincaha
2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar
menggambar
3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu
separuh dengan cara membagikan kue
4. Bergaul dan mandiri dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke
tetangga. (Suherman, 2000)
MATERI BERMAIN TEBAK GAMBAR

A. Pengertian

Tebak gambar adalah permainan yang mendorong anak untuk mengenal objek gambar
yang berbeda- beda seperti gambar hewan, buah, dan bangunan, dll.

B. Tujuan
a) Tujuan Umum :
Klien mampu mengembangkan kemampuan kognitif dengan menebak gambar yang
telah disediakan.
b) Tujuan Khusus :
1. Anak mampu menebak gambar yang diberikan
2. Anak dapat mengetahui aturan dan cara bermain
3. Anak tidak ragu-ragu dalam melaksanakan permainan

C. Keuntungan Menebak Gambar

Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain tebak gambar antara lain:


1. Melatih kemampuan kognitif
2. Aktifitas 1ang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak
3. Mengembang imajinasi
4. Meningkatnya daya kreatifitas
5. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang adadisekitar anak
6. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan
7. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya
8. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan
9. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya
10. Membantu anak untuk mengenal benda-benda yang ada di sekitar

D. Metode Tebak Gambar

Tebak gambar dengan cara mengamati/ Observasi


Anak bisa menebak gambar dan mengenal gambar
s e n d i r i t a n p a diberitahu dengan demikian anak dapat melupakan observasi
dengan cara menciptakan, berpikir, dan melampaui kemampuannya.
E. Hal- hal yang perlu diperhatikan saat tebak gambar

1. Bermain/ alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak


2. Menebak gambar disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
3. U l a n g i s u a t u c a r a m e n e b a k g a m b a r s e h i n g g a a n a k t e r a m p i l
s e b e l u m meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk
4. Ja n g a n m e m a k s a a n a k m e n e b a k g a m b a r , b i l a a n a k s e d a n g
t i d a k i n g i n menebak gambar

F. Evaluasi

Peserta terapi bermain mampu :


1. Membedakan warna dan bentuk gambar sesuai tingkat perkembangannya
2. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi

Anda mungkin juga menyukai