Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam tahun terakhir ini perkembangan ilmu dan tekhnologi mempengaruhi


hampir semua aspek kehidupan. Dalam bidang kebidanan tidak luput dari
perubahan. Hal ini tampak nyata dari adanya evidence based sehingga seluruh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan harus mengacu pada evidence based.
Yaitu pada praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru
dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.

Dimana kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi,,
khususnya di Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi
dan eklampsi. Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe
Motherhood. Dimana safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan
wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi
yang sehat.

Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan


kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditunjukan pada negara yang sedang
berkembang karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut.

WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk


menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994).
Empat pilar upaya Safe Motherhood tersebut adalah keluarga berencana, asuhan
antenatal, pelayanan bersih dan aman dan pelayanan obstetri esensial.
Selain itu, dalam upaya Safe Motherhood, juga dilaksanakan program
imunisasi. Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan
anak dengan cara vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar
tubuh terlindung dari beberapa penyakit berbahaya. Jikapun bayi dan anak sakit,
dapat menghindarkan dari perkembangan penyakit yang menyebabkan cacat atau
meninggal dunia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu?


2. Jelaskan empat pilar Safe Motherhood?
3. Jelaskan bagaimana peran laki-laki dalam program Safe Motherhood?
4. Jelaskan imunisasi yang diberikan untuk ibu hamil?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian


ibu
2. Mengetahui empat pilar Safe Motherhood
3. Mengetahui bagaimana peran laki-laki dalam program Safe Motherhood
4. Mengetahui imunisasi yang diberikan untuk ibu hamil
BAB II

ISI
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Pengertian Safe Motherhood
Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan
angka kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan
program Safe Motherhood. Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang
dilakukan agar seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka
butuhkan selama hamil dan bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar
yaitu:
keluarga berencana,
pelayanan antenatal,
persalinan yang aman, dan
pelayanan obstetri esensial.
Menurut the International Classification of Diseases and Related
Health Problems, Tenth Revision, 1992 (ICD-10) WHO mendefinisikan
kematian ibu sebagai kematian wanita hamil atau dalam 42 hari setelah
persalinan, tanpa memandang lama dan tempat terjadinya kehamilan
yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan
kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan. Menurut pengertian ini
penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung
maupun tak langsung.

Penyebab kematian langsung yaitu setiap komplikasi


persalinan disetiap fase kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca
persalinan), akibat tindakan, kesalahan pengobatan atau dari kesalahan
yang terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas. Contohnya seperti
perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau
bedah kaisar, perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi,
lahir mati, dan komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi
penyebab langsung yang berkontribusi pada 80% kematian.
Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang
telah ada sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang
tidak berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara
fisiologis oleh kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit
ginjal atau jantung.

2.2 SITUASI TERKINI

Menurut data yang dikeluarkan oleh UNFPA, WHO, UNICEF dan Bank
Dunia menunjukkan bahwa satu wanita meninggal dunia tiap menitnya akibat
masalah kehamilan. Rasio kematian ibu (jumlah kematian tiap 100,000 kelahiran
hidup) telah menurun secara global pada laju kurang dari 1%. Jumlah kematian
wanita hamil atau akibat persalinan secara keseluruhan juga menunjukkan
penurunan yang cukup berarti antara tahun 1990-2005. pada tahun 2005, 536,000
wanita hamil meninggal dunia dibandingkan dengan tahun 1990 yang sebanyak
576,000.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003,


angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000
kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia
karena berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi (AKB), khususnya
angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000
kelahiran hidup. Keadaan ini menempatkan upaya kesehatan ibu dan bayi baru
lahir menjadi upaya prioritas dalam bidang kesehatan.

Hasil survey kesehatan rumahtangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka


kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama
adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
2.3 PEMBAHASAN

2.3.1 Upaya yang Dilakukan untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu

Kematian ibu hamil dilatarbelakangi oleh:


1. Persalinan yang ditolong dukun
2. Persalinan yang dilakukan dirumah, bila terjadi komplikasi dan
memerlukan rujukan, akan membutuhkan waktu cukup lama.
3. Derajat kesehatan ibu sebelum dan saat hamil masih rendah yaitu
50% menderita anemia, 30% berisiko kurang energi kronis, sekitar 65%
berada dalam keadaan 4 terlalu
4. Status perempuan masih rendah sehingga terlambat untuk
mengambil keputusan ditingkat keluarga untuk mencari pertolongan.
Sekitar 90% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia
gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini
paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya
dapat dicegah.

Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih


dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang
efektif, semisal pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai
dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan AKI serta peningkatan
derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010.

Melihat kondisi itu semua, disusunlah suatu gerakan yang disebut


dengan Safe Motherhood. Gerakan ini pertama kali dicanangkan pada
International Conference on Safe Motherhood, Nairobi, 1987. Program
ini sendiri telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan
melibatkan secara aktif berbagai sector pemerintah dan non-pemerintah,
masyarakat, serta dukungan dari berbagai badan internasional.
2.3.2 Empat Pilar Safe Motherhood

1) Keluarga berencana

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus


Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah:
"Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera
dengan membatasi kelahiran."

Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga.


Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi
atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan
sebagainya.

Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah


dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.

Tujuan Program KB

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan


kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia


perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki


kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa;
Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan
bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi.
KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat
merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak
kehamilan, menentukan jumlah anak. Sehingga tidak ada kehamilan
yang tidak diinginkan, 4 terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu tua,
terlalu sering hamil, dan terlalu banyak anak.

Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia


untuk semua pasangan dan individu. Dengan demikian, pelayanan
keluarga berencana harus menyediakan informasi dan konseling
yang lengkap dan juga pilihan metode kontrasepsi yang memadai,
termasuk kontrasepsi darurat. Pelayanan ini harus merupakan bagian
dari program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi.
Program keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan
risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia
kehamilan, dan menjarangkan kehamilan.

Konsep KB pertama kali diperkenalkan di Matlab, Bangladesh


pada tahun 1976. KB bertujuan merencanakan waktu yang tepat
untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, dan menentukan jumlah
anak. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi kehamilan yang
tidak diinginkan sehingga angka aborsi akan berkurang. Pelayanan
KB harus menjangkau siapa saja, baik ibu/calon ibu maupun
perempuan remaja. Dalam memberi pelayanan KB, perlu diadakan
konseling yang terpusat pada kebutuhan ibu dan berbagai pilihan
metode KB termasuk kontrasepsi darurat. Angka kebutuhan tak
terpenuhi (unmet need) dalam pemakaian kontrasepsi masih tinggi.
Angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate) di
Indonesia baru mencapai 54,2% pada tahun 2006. Bila KB ini
terlaksana dengan baik maka dapat menurunkan diperlukannya
intervensi obstetri khusus.
2) Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini


komplikasi kehamilan. Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi
perempuan tentang kehamilan. Komponen penting pelayanan antena-
tal meliputi:

1. Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular


seksual.

2. Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak,


hipertensi, edema, dan pre-eklampsia.

3. Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan


bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.

Dalam masa kehamilan:

Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil


tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa tersebut.

Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan


kelahiran bayi.

Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya


risiko tinggi atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan/ persalinan
dan cara mengenali komplikasi tersebut secara dini. Petugas
kesehatan diharapkan mampu mengindentifikasi dan melakukan
penanganan risiko tinggi/komplikasi secara dini serta meningkatkan
status kesehatan wanita hamil.

Perawatan Ante Natal (ANC) adalah pemeriksaan yang sistematik


dan teliti pada ibu hamil dan perkembangan / pertumbuhan janin
dalam kandungannya serta penanganan ibu hamil dan bayinya saat
dilahirkan dalam kondisi yang terbaik.
Tujuan ANC:

Untuk dapat mendeteksi / mengoreksi / menatalaksanakan /


mengobati / sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu
dan janinnya ;

Untuk mempersiapkan ibu hamil baik fisik maupun mental dalam


menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan masa menyusui ;

Dapat mencegah masalah kesehatan yang beresiko dan dapat


menjaring kasus kehamilan resiko tinggi (KRT) dan non KRT
(normal) ; Sehingga kita dapat menghilangkan / menurunkan angka
kesakitan / kematian ibu dan janin serta untuk memperoleh ibu /
janin yang sehat fisik maupun mental secara optimal.

FUNGSI ANC :

a. Untuk dapat mendeteksi / mengoreksi / menatalaksanakan /


mengobati / sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu
dan janinnya, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari
anamnese yang teliti sampai dapat ditegakkan diagnosa diferensial
dan diagnosa sementara beserta prognosanya, sehingga dapat
memilah apakah ibu ini dan janinnya tergolong KRT / non KRT dan
apakah perlu segera dirawat untuk pertolongan selanjutnya, sehingga
didapatkan hasil ibu dan anak sehat fisik serta mental yang optimal.

b. Untuk mempersiapkan fisik dalam memghadapi kehamilan,


persalinan dan nifas, perlu komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).

c. Semua klinik antenatal sekarang mempunyai kelas antenatal


dengan instruktur antenatal dengan peserta dari ibu hamil beserta
suaminya. Satu kelas berisi 6 20 orang peserta. KIE mengenai
pengetahuan obstetri fisiologi, patologi dan kedaruratan obstetri. Ini
perlu untuk ibu hamil tersebut dapat percaya diri dan bila ada
kedaruratan dapat segera ke RS terdekat dengan fasilitas yang
lengkap kalau perlu diberitahu cara-cara menuju Rumah Sakit
tersebut dan syarat-syaratnya (biaya, cara melapor dan sebagainya).

d. mengenai masa nifas dan menyusui. Dipersiapkan payudara untuk


menyusui anaknya seperti menarik puting susu sehingga menonjol
untuk kemudahan pengisapan si bayi, mengadakan masase ringan
disekeliling payudara, puting susu dibersihkan dengan kapas yang
dibasahi dengan air masak atau baby oil, memakai BH yang
menyokong payudara, Menasehati ibu hamil agar kalau berhubungan
dengan suaminya tidak mengisap air susu karena pada kehamilan 2
bulan sudah ada kolostrum (susu julong). Bila air susu keluar
prolaktin, akan merangsang keluarnya oksitosin sehingga timbul his
kemungkinan akan terjadi kelahiran abortus, partus imaturus atau
prematurus. Untuk meningkatkan jumlah air susu, ibu perlu
mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti susu, keju, yogourt,
daging, ikan, telur dan sayuran daun katu selama hamil dan masa
nifas serta masa menyusui.

TUJUAN ASUHAN KEHAMILAN

Tujuan utama ANC adalah menurunakn/mencegah kesakitan dan


kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah :

1. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu &


perkembangan bayi yang normal.
2. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan
penatalaksanaan yang diperlukan.
3. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam
rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan
logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya
komplikasi.
Bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani
setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi
yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur
tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda
awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi & penanganan awal
terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang
rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka
kematian maternal & perinatal.

Fokus lama ANC :

1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang


beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi &
presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan
kategori resiko ibu.
3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah
resiko/komplikasi

STANDARD ASUHAN KEHAMILAN

Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus


sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard
mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah
disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan
sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses
dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian
dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi
standard dan terbukti membahayakan.
Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai
berikut:

1. Standar3;Identifikasi ibu hamil


Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

2. Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan


meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan
juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan
imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data
yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka
harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya
untuk tindakan selanjutnya.

3. Standar 5: Palpasi Abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan


melakukan plapasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila
umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin
dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

4. Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan


/ atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

5. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan


Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia
lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

6. Standar 8: Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa
persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan
transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan
gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk
hal ini.

(Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002).

HAK-HAK IBU DALAM LAYANAN ANC

1. Hak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin,


2002), yaitu :
2. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi
harus diberikan langsung kepada klien (dan keluarganya).
3. Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap
sistem pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses
ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya.
4. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan
terhadapnya.
5. Mendapatkan pelayanan secara pribadi / dihormati privasinya dalam
setiap pelaksanaan prosedur.
6. Menerima layanan senyaman mungkin.
7. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang
diterimanya.
TENAGA PROFESSIONAL ASUHAN KEHAMILAN

1. Bidan/ midwives
2. Dokter umum
3. SPOG/ dokter spesialis obstetric dan ginekology
4. Team/ antara dokter dan bidan

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM ASUHAN


KEHAMILAN
Peran dan tanggungjawab bidan dalam memberikan asuhan
kehamilan adalah:

1. Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan


kedaruratan yang mungkin terjadi
2. Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul selama
kehamilan, baik yang bersifat medis, bedah maupun tindakan
obstetric
3. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan social ibu
serta bayi dengan memberikan pendidikan, suplemen dan
immunisasi.
4. Membantu mempersiapkan ibu untuk memnyususi bayi, melalui
masa nifas yang normal serta menjaga kesehatan anak secara fisik,
psikologis dan social.

TREND & ISSUE TERKINI DALAM ANC

1. Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)


Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri
selama hamil semakin meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima
dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif.
Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam mencari informasi,
berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku
untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik. Perubahan
yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC
baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah
mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para
calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang
sangat menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan
kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan.
Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih
tenaga profesional yang berkualitas & dapat dipercaya sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.

2. ANC pada usia kehamilan lebih dini. Data statistik mengenai


kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional
kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah
yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan
pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan
selama hamil juga lebih banyak.

3. Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)


Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari
seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini
tidak dianjurkan lagi.

Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah


menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:

Kunjungan ANC Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :


Kunjungan Waktu Alasan Trimester I Sebelum 14 minggu

1. Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan


jiwa.
2. Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisional yang berbahaya)
3. Membangun hubungan saling percaya
4. Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi.
5. Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat,
seks, dsb).

Trimester II 14 28 minggu - Sama dengan trimester I ditambah :


kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala
preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
Trimester III 28 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kehamilan
ganda.

Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau


kondisi yang memerlukan persalinan di RS.

Pemberian suplemen mikronutrien :Tablet yang mengandung


FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan asam folat 500 g sebanyak 1
tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari
(3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh /
kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.

3) Persalinan yang bersih dan aman

Focus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan


aman serta mencagah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan
pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian
menangani komplikasi , menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan
bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca
persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu
dan bayi baru lahir.
Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan
setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan,
ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan
aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi.

Dalam persalinan:
a. Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang
memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman.
b. Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala
dan tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan
penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut.
c. Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan kom
plikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan
yang lebih mampu.

Sebagian besar komplikasi obstetri yang berkaitan dengan


kematian ibu tidak dapat dicegah dan diramalkan, tetapi dapat
ditangani bila ada pelayanan yang memadai. Kebanyakan pelayanan
obstetri esensial dapat diberikan pada tingkat pelayanan dasar oleh
bidan atau dokter umum. Akan tetapi, bila komplikasi yang dialami
ibu tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar, maka bidan atau
dokter harus segera merujuk dengan terlebih dahulu melakukan
pertolongan pertama. Dengan memperluas berbagai pelayanan kese-
hatan ibu sampai ke tingkat masyarakat dengan jalur efektif ke
fasilitas rujukan, keadaan tersebut memastikan bahwa setiap wanita
yang mengalami komplikasi obstetri mendapat pelayanan gawat
darurat secara cepat dan tepat waktu.

4) Pelayanan obstetri esensial

Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat


memberikan pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi
tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan
risiko tinggi atau komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan
setiap ibu hamil. Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan tindakan dalam
mengatasi risiko tinggi dan komplikasi kehamilan/persalinan.

Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah tersedianya


pelayanan secara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk bedah
cesar, pengobatan penting (anestesi, antibiotik, dan cairan infus),
transfusi darah, pengeluaran plasenta secara manual, dan aspirasi va-
kum untuk abortus inkomplet. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil
pelayanan obstetri esensial dapat menjamin tercapainya keselamatan
ibu. Oleh karena itu, diperlukan strategi berbasis masyarakat yang
meliputi:

1. Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan


pelaksanaan pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan
ibu.
2. Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun
untuk mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.
3. Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari
pertolongan.

Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun


Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka
kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini
difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan
yang mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya
yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan
"Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga pesan kunci.
Tiga pesan kunci MPS itu adalah
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,

2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang


adekuat akses terhadap pencegahan kehamilan yang

3. Setiap wanita usia subur mempunyai tidak diinginkan dan


penanganan komplikasi keguguran.

Dari pelaksanaan MPS, target yang diharapkan dapat dicapai


pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 15 per
1.000 kelahiran hidup. Dalam kerangka inilah Departemen Kesehatan
bersama Program Maternal & Neonatal Health (MNH) sejak tahun
1999 mengembangkan berbagai pendekatan baru yang didasarkan
pada praktek-praktek terbaik (best practices) yang diakui dunia untuk
membantu memperbaiki kondisi kesehatan ibu melahirkan dan bayi
baru lahir di beberapa daerah intervensi di Indonesia.

Peranan Puskesmas

Puskesmas telah dikenal masyarakat sebagai tempat memperoleh layanan


kesehatan secara umum yang murah, sederhana, dan mudah terjangkau terutama
bagi kalangan kurang mampu. Sejak pertama kali dicetuskan, puskesmas ditarget-
kan menjadi unit pelaksana teknis pelayanan tingkat pertama/terdepan dalam sis-
tem kesehatan nasional. Maka dari itu, puskesmas juga menjadi salah satu mata
rantai pelayanan kesehatan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu melalui
program-programnya yang mengacu pada empat pilar Safe Motherhood. Dalam
pilar pelayanan obstetri esensial, puskesmas menekankan kebijakan berupa:

a. Memberikan pelayanan kesehatan untuk semua macam penyakit obstetri

b. Khusus untuk obstetri harus mampu melakukan:

1. Pelayanan obstetri esensial darurat (POED)


melakukan pertolongan persalinan sungsang

melakukan pertolongan persalinan vakum ekstraksi

melakukan plasenta manual

memasang infus dan memberikan obat parenteral

meneruskan sistem rujukan bila fasilitas tidak memadai

2. Pelayanan Obstetri dan Neonatus Esensial Darurat (PONED)

Merupakan pelayanan POED ditambah dengan melakukan pelayanan


neonatus yang mengalami asfiksia ringan, sedang, dan berat. Bila tidak
memungkinkan, segera melakukan rujukan.

3. Melaksanakan konsep sayang ibu dan sayang bayi.

Secara keseluruhan, keempat tonggak tersebut merupakan bagian dari


pelayanan kesehatan primer. Dua di antaranya, yaitu asuhan ante-natal dan
persalinan bersih dan aman, merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar.
Sebagai dasar/fondasi yang dibutuhkan untuk menca-pai keberhasilan upaya ini
adalah pemberdayaan wanita.

Ada dua alasan yang menyebabkan Safe Motherhood perlu mendapat


perhatian. Pertama, besarnya masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta
dampak yang diakibatkannya. Data menunjukkan bahwa seperempat dari wanita
usia reproduktif di negara berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini
sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat, maupun angkatan kerja di suatu
negara. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya
keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi
keluarganya. Kedua, Safe Motherhood pada hakikatnya merupakan intervensi
yang efisien dan efektif dalam menurunkan angka kematian ibu.
2.3.3 Bagaimana peran laki-laki dalam program safe motherhood ?

Laki-laki sebagai suami ikut berperan dalam kehidupan dan


kesehatan istrinya dan juga dalam kesehatan anak-anak mereka. WHO
memperkirakan 585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat
komplikasi kehamilan, proses kelahiran, dan aborsi yang tidak aman
sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. Hampir semua kasus
kematian ini sebenarnya dapat dicegah.

Pada beberapa negara terutama di negara berkembang, kehamilan


dengan komplikasi merupakan penyebab kematian yang utama pada
perempuan usia reproduksi. Ribuan perempuan menderita penyakit dan
ketidakmampuan yang serius, termasuk nyeri panggul kronis, penyakit
radang panggul, incontinence, dan kemandulan yang disebabkan oleh
kehamilan atau akibat komplikasinya.

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat


hamil, bersalin, atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab
yang berhubungan langsung atau tudak langsung terhadap kehamilan.
Perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan
komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi penyebab langsung
yang berkontribusi pada 80% kematian . Keselamatan ibu berisi
jaminan kesehatan yang baik bagi perempuan sebagai ibu dan dan
bayinya selama hamil, persalinan dan masa setelah persalinan. Suami
memainkan banyak peran kunci selama masa kehamilan dan persalinan
istri serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka
berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan kematian
ibu dan bayinya.

Langkah awal yang dapat dilakukan oleh laki-laki dalam


mempromosikan keselamatan ibu adalah merencanakan keluarganya.
Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling sedikit 2
tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap
kehamilan membawa risiko kesehatan yang potensial untuk ibu,
walaupun ibu tersebut terlihat sehat dan berrisiko rendah. Kehamilan
yang tidak direncanakan seringkali menjadi berisiko karena akan
membawa mereka untuk melakukan aborsi. Komplikasi aborsi yang
tidak aman menyebabkan 50.000 hingga 100.000 kematian setiap tahun.

Mendukung Penggunaan Kontrasepsi.

Suami sebaiknya ikut menemani istrinya menemui konselor keluarga


berencana atau petugas kesehatan. sehingga mereka bisa bersama-sama
mengetahui metode kontrasepsi yang tersedia dan memilih salah satu metode yang
tepat. Seorang suami juga dapat mendukung pasangannya dalam menggunakan
metode modern secara benar (seperti, membantu istrinya mengingatkan kapan
harus meminum pil KB setiap harinya), suami juga dapat menggunakan metode
kontrasepsi untuk dirinya sendiri, atau mendukung istri untuk mempraktekkan
metode pantang berkala. Suami seharusnya memotivasi istrinya untuk meminta
pertolongan kepada petugas kesehatan bila merasakan efek samping akibat
pemakaian alat kontrasepsi.

Ketika istrinya hamil, suami dapat mendukung istri agar mendapatkan


pelayanan antenatal yang baik, menyediakan transportasi atau dana untuk biaya
konsultasi. Suami seharusnya menemani istrinya konsultasi, sehingga suami juga
dapat belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan. Gizi yang
baik serta istirahat cukup penting bagi ibu selama masa kehamilan. Suami ikut
berperan agar istrinya dapat melahirkan bayi yang sehat dengan menjamin istrinya
mendapatkan makanan yang bergizi, terutama makanan yang banyak mengandung
zat besi dan vitamin A. Anemia, walaupun bukan merupakan penyebab langsung
kematian ibu, namun merupakan faktor penyebab kematian. Ibu yang anemi
berisiko lima kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemi.23 Vitamin A penting untuk kesehatan ibu dan janin. Seorang ibu
membutuhkan vitamin A yang cukup untuk menunjang per-kembangan kesehatan
bayi dan untuk kesehatannya sendiri, khususnya untuk kesehatan mata dan sistem
kekebalan tubuh. Rabun malam pada ibu hamil adalah gejala kekurangan vitamin
A. Suplemen pil vitamin A dalam masa kehamilan, dapat menurunkan angka
kematian ibu dan bayi. Sebuah studi tentang kesehatan ibu di bagian selatan Nepal
menemukan bahwa vitamin A dosis rendah atau beta-carotene tambahan dan
bahan pangan yang banyak mengandung vitamin A dapat menurunkan persentase
kematian ibu rata-rata 44%.

Mempersiapkan perawatan yang terlatih selama persalinan.

Pada negara-negara berkembang, kebanyakan ibu-ibu yang akan


melahirkan tidak dibantu oleh tenaga yang terlatih, melainkan ditolong oleh dukun
beranak atau anggota keluarga. Kehadiran tenaga terlatih selama proses kelahiran
dapat membuat suatu perbedaan antara kehidupan dan kematian. Suami berperan
dalam mempersiapkan tenaga terlatih agar hadir pada saat persalinan dan
membiayai pelayanan yang diberikan. Suami juga harus mempersiapkan
transportasi serta mencukupi perlengkapan yang dibutuhkan.

Keterlambatan sering kali berkontribusi terhadap kematian ibu ketika


terjadi komplikasi kehamilan. Tiga jenis keterlambatan yang berisiko terhadap
kesehatan ibu, yaitu terlambat untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan
pelayanan pada fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan yang
memadai pada fasilitas kesehatan. Suami dan anggota keluarga lainnya memegang
peranan yang penting dalam mendapatkan pelayanan sesegera mungkin. Suami
biasanya menjadi pemegang keputusan ketika kondisi istri dalam keadaan
membutuhkan pertolongan kesehatan segera. Suami juga yang memutuskan
transportasi apa yang akan digunakan untuk mencapai tempat pelayanan
kesehatan. Suami dapat menghindari keterlambatan tersebut dengan cara
mengenali gejala-gejala persalinan imminen dan persalinan dengan komplikasi.

Kebanyakan kematian ibu yang terjadi antara tiga hari setelah persalinan,
disebabkan karena adanya infeksi atau perdarahan. Hasil penelitian terbaru
menemukan kematian ibu dapat dicegah bila suami dapat mengenal komplikasi-
komplikasi potensial setelah persalinan dan selalu siaga untuk mencari
pertolongan jika hal tersebut terjadi. Suami juga berperan agar istrinya
mendapatkan makanan yang bergizi. Pada masa menyusui, seorang ibu
membutuhkan vitamin A tambahan untuk menjaga agar vitamin-vitamin yang
diperlukan dapat diterima dengan baik oleh bayinya. Selama periode pasca
persalinan, suami dapat membantu pekerjaan rumah tangga yang berat seperti
mengumpulkan kayu dan air serta menjaga anak-anak. Mereka juga dapat
mendorong istri untuk memberikan ASI agar dapat menolong kontraksi uterus.
Pada akhirnya, suami harus mulai memikirkan metode kontrasepsi, baik berupa
metode sementara untuk memberikan jarak terhadap kelahiran yang berikutnya
atau bila mungkin vasektomi jika tidak mengi-nginkan anak lagi.

Menjadi Ayah yang bertanggung jawab.

Sebagai sorang ayah, laki-laki menentukan tingkat kesehatan anak-


anaknya. Seorang ayah dapat lebih terlibat dalam perkembangan kesehatan anak-
anaknya, sebagai contoh, memastikan bahwa anak-anak mereka menerima semua
kebutuhan imunisasinya. Sebuah studi di Ghana, menemukan bahwa semakin
banyak pengetahuan seorang ayah, semakin besar peran mereka dalam
memutuskan untuk mengimunisasikan anak-anaknya.

Di Amerika Serikat, Baltimores Urban Fatherhood Program mendorong


laki-laki muda agar lebih bertanggung jawab sebagai ayah dengan
mempromosikan peran laki-laki yang positif. Anggota program tersebut dimana
banyak diantara mereka adalah remaja yang telah menjadi seorang ayah,
mendorong rekan-rekannya untuk menjadi seorang ayah yang baik melalui
kelompok-kelompok dukungan, konseling, dan kelas yang menyajikan materi
kete-rampilan hidup. Mereka juga mengajarkan tentang fertilitas, reproduksi,
siklus menstruasi, kehamilan, gizi bayi serta perawatannya. Di Newark, New
Jersey, program serupa juga mengajarkan ayah-ayah muda mengenai kontrasepsi
termasuk menggunakan kondom dengan benar.

Ayah, sebagai panutan, dapat membantu kehidupan sosiali anak-anaknya.


Secara khusus, seorang ayah dapat mengajarkan anak laki-lakinya agar
menghormati perempuan dan memperlakukan mereka sebagai manusia yang
setara, mendukung anak perempuannya untuk bersekolah dan berperan aktif
dalam keluarga. Dengan begitu, seorang ayah ikut mewujudkan status perempuan
yang setara dan menjadikan masa depan anak perempuannya lebih baik.

2.3.4 Imunisasi untuk ibu hamil

Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang


untuk memberikan perlindungan kepada kekebalan tubuh. Sangat
penting untuk mencoba menghindari pajanan infeksi yang dapat
berbahaya bagi ibu dan janin selama kehamilan. Vaksinasi juga
penting dilakukan bagi pasangan yang merencanakan kehamilan.
Imunisasi yang rutin dilakukan selama kehamilan sebaiknya ditunda
sampai triwulan kedua atau ketiga karena kemungkinan teratogen
(membuat cacat) bagi janin. Waktu terbaik untuk membicarakan
tentang imunisasi adalah ketika sedang merencanakan kehamilan.
Apabila ketika sedang hamil seorang wanita terkena penyakit
tertentu maka tergantung dari situasinya, apakah akan diberikan
vaksinasi dipertimbangkan dari untung dan ruginya.

Jenis imunisasi Yang Dibutuhkan Wanita Hamil


1. Tetanus (Tetanus Toksoid) : vaksin ini dianjurkan pada
wanita hamil untuk mencegah tetanus neonatorum (tetanus
pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak
melengkapi 3 kali imunisasi dasar atau 10 tahun boster.
2. Hepatitis B : untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B
(memiliki > 1 pasangan seksual dalam 6 bulan terakhir,
memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual, penggunaan
narkoba suntik)
3. Influenza (Inaktif) : vaksin ini dapat mencegah penyakit
serius pada ibu hamil namun sebaiknya diberikan setelah
minggu ke-14
Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita
hamil dengan pajanan infeksi spesifik
1. Pneumokokus : diberikan pada triwulan kedua atau ketiga
pada wanita dengan risiko tinggi infeksi pneumokokus atau
dengan penyakit kronik (wanita dengan gangguan jantung,
paru, atau penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh;
diabetes)
2. Rabies : direkomendasikan bagi mereka yang terpajan
dengan rabies
3. Hepatitis A : belum banyak penelitian mengenai keamanan
imunisasi ini selama kehamilan, namun risikonya rendah
(karena vaksin berasal dari virus inaktif)
4. Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif

Jenis imunisasi yang tidak direkomendasikan pada wanita hamil


1. MMR (Mumps, Measles, Rubella) : merupakan
kontraindikasi bagi kehamilan karena kemungkinan risiko
kelainan bawaan pada janin. Wanita sebaiknya menunggu
selama 3 bulan sebelum hamil setelah menerima vaksin virus
hidup ini
2. Varisela : tidak dianjurkan selama kehamilan karena
kemungkinan infeksi varisela pada janin (vaksin merupakan
virus hidup). Diberikan minimal 1 bulan sebelum kehamilan
3. HPV (Human Papiloma Virus) : memiliki kaitan efek
samping terhadap janin dan ibu hamil. Data vaksinasi pada
wanita hamil terbatas
Efek samping imunisasi
Efek samping bervariasi baik reaksinya maupun waktu terjadinya
efek samping.
1. Hepatitis A : nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, sakit
kepala, kelelahan, reaksi alergi
2. Hepatitis B : nyeri di tempat suntikan, demam
3. Influenza : kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan
yang dapat berlangsung hingga 2 hari, demam
4. Tetanus-difteri : demam, nyeri dan bengkak di tempat
suntikan
5. MMR : rash, pembengkakan kelenjar getah bening leher,
nyeri dan kaku pada sendi 1 atau 2 minggu setelah vaksinasi
6. Varisela : demam, nyeri dan kemerahan di tempat suntikan,
rash sampai 3minggu setelah imunisasi
7. Pneumokokus : demam, nyeri di tempat suntikan
8. Vaksin Polio Oral : tidak ada
9. Vaksin Polio Inaktif : kemerahan, rasa tidak nyaman di
tempat suntikan
Yang Harus Diperhatikan
1. Semua vaksin yang mengandung bakteri / virus hidup tidak
dianjurkan bagi wanita hamil, kehamilan sebaiknya dicegah
untuk 28 hari setelah penyuntikan vaksin hidup (varisela,
MMR, BCG) namun vaksinasi virus hidup < 28 hari sebelum
kehamilan bukan alasan untuk mengakhiri kehamilan
2. Vaksin virus / bakteri mati dapat diberikan pada wanita hamil
namun waktu ideal untuk pemberian tergantung dari waktu
konsepsi. Kehamilan tidak mengganggu efisiensi dari vaksin
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dimana kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi,,
khususnya di Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi
dan eklampsi. Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe
Motherhood. Dimana safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan
wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi
yang sehat.

Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan


kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi baru lahir.Program itu terdiri dari empat pilar yaitu:
keluarga berencana,
pelayanan antenatal,
persalinan yang aman, dan
pelayanan obstetri esensial.

3.2 Saran

Hendaknya seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan harus


mengacu pada evidence based. Yaitu asuhan kebidanan yang berdasarkan bukti
dan hasil penilitian. Salah satunya adalah melakukan program safe motherhood
yaitu upaya untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu. Diharapkan
angka kematian ibu setiap tahunya akan menurun.
DAFTAR PUSTAKA

WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank, Maternal Mortality in 2005


Estimates developed by WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank

Departemen Kesehatan RI,Setiap Jam 2 Orang Ibu Bersalin Meninggal


Dunia [1 screen] http: //www.depkes.go.id/index.php?option =news&task=
viewarticle&sid=448&Itemid=2, diakses pada 17 Desember 2007

Purnomo W,prsentasi Safe motherhood (Upaya Penurunan Kematian Ibu


dan Bayi Baru Lahir),FKM Unair; 2006

Anda mungkin juga menyukai