Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keseluruhan aspek kehidupan erat hubungannya dengan pendidikan, sebab

semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia secara

sadar lewat proses belajar melalui kegiatan ilmiah. Perkembangan kebudayaan

masa sekarang perlu diarahkan dalam bentuk kepribadian Indonesia, yang

bermula dari dasar-dasar tradisional sehingga menjadi komposisi kebudayaan

yang bersifat nasional. Hal ini berarti bahwa kedudukan seni tradisional sangat

kuat bagi proses penciptaan suatu hasil karya seni.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam pembangunan

bangsa, baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. Dalam peraturan UU

No.20 tahun 2003 yang mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan yang dimaksud adalah proses belajar mengajar secara formal di

lembaga pendidikan khususnya sekolah menengah kejuruan. Penddidikan

merupakan suatu usaha untuk menumbuhkan manusia yang mempunyai sikap

dan perilaku kreatif dan inovatif. Hal ini berarti pendidikan merupakan institusi

utama dalam membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan

mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan perubahan-perubahan yang

terjadi dalam sebuah tatanan masyarakat, bangsa, dan negara.

1
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian. Pendidikan juga

dirancang dan dilaksanakan dalam kaitan yang harmonis dan selaras dengan

kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam upaya memenuhi

kebutuhan tersebut pemerintah berupaya meningkatkan sumberdaya manusia

melalui peningkatan mutu pendidikan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

adalah sekolah yang mengembangkan dan melanjutkan pendidikan dasar dan

mempesiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja, baik bekerja sendiri atau

bekerja sebagai bagian dari suatu kelompok sesuai bidangnya masing-masing.

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk menumbuhkan manusia yang

mempunyai sikap dan perilaku kreatif dan inovatif.Hal ini berarti Pendidikan

merupakan institusi utama dalam membentuk sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan perubahan-

perubahan yang terjadi dalam sebuah tatanan masyarakat, bangsa, dan negara.

SMKS Islam Teknologi Marinah Al-Hidayah merupakan sekolah yang mendidik

siswa- siswinya untuk berkarya, terutama dalam mata pelajaran Seni Budaya

membuat karya seni kriya tekstil. Dengan mempelajari karya seni kriya tekstil

teknik membatik, maka siswa dituntut untuk mampu membuat kerajinan batik

celup ikat sehingga dapat menghasilkan suatu karya yang berbeda dengan yang

lain serta memiliki nilai estetika yang tinggi. Dengan mempelajari celup ikat,

maka siswa dituntut untuk mampu menciptakan motif yang bervariasi pada kain

2
sehingga dapat menghasilkan suatu karya yang berbeda dengan yang lain serta

memiliki estetika yang tinggi.

Oleh sebab itu untuk lebih meningkatkan karya siswa tersebut, maka siswa

dibebankan pada mata pelajaran membuat batik celup ikat. Pada mata pelajaran

ini, siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam membuat pola kriya tekstil

dengan teknik ikat celup untuk menghasilkan produk kain yang berkualitas.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil batik celup ikat siswa

diharapkan bukan hanya sekedar dapat membuat batik celup ikat, tetapi

diharapkan siswa dapat menghasilkan batik celup ikat dengan memperhatikan

ketepatan letak motif, proses mengikat dan pewarnaan batik yang memiliki

estetika yang tinggi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMK Islam Teknologi

Marinah Al-Hidayah dan wawancara dengan guru bidang studi bahwa siswa telah

melakukan praktek batik celup ikat, tetapi hasilnya belum maksimal sesuai

ketentuan kompetensi yang telah dirumuskan dalam KKM yakni 80 diindikasi

akar masalahnya addalah pengetahuan siswa sangat minimal tentang batik celup,

masalahnya mata pelajaran bukanlah mata pelajaran yang utama dalam perolehan

kelulusan siswa, sehingga siswa dan guru selalu tentang batik celup ikat

dikarenakan ketentuan kurikulum yang membuat siswa harus mengejar mata

pelajaran selanjutnya sehingga pemahaman tentang batik celup ikat tidak

sepenuhnya didapat. Sementara tuntutan silabus yang digunakan SMK Islam

Teknologi Marinah Al-Hidayah pada mata pelajaran seni budaya siswa harus

memiliki kemampuan dalam membuat karya kriya tekstil batik celup ikat.

3
Faktor yang menyebabkan nilai siswa tidak mencapai KKM yaitu

keterbatasan waktu, keterbatasan pengetahuan tentang batik jumputan, kurang

tersedianya fasilitas yang memadai untuk pembuatan batik sehingga proses belajar

membuat batik jumputan disekolah kurang efektif, tanpa adanya pengenalan,

pemahaman, dan keterangan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam

pembuatan batik jumputan(celup ikat) secara langsung, siswa tidak mengetahui

bagaimana bentuk dan fungsi dari alat dan bahan tersebut. Siswa membutuhkan

penjelasan mengenai proses pembuaan batik celup ikat dari setiap tahap-tahapan,

dan kemudian membawa mereka hingga melaksanakan kegiatan praktek membuat

batik celup ikat sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan siswa menjadi

kreatif untuk menghasilkan karya batik celup ikat yang indah. Peneliti hendak

melakukan penelitian dengan membuat batik celup ikat dengan teknik mengikat

benda, sehingga siswa memiliki kemampuan dalam membuat berbagai macam

motif dalam membuat batik celup ikat sehingga dapat menambah pengetahuan

dan keterampilan siswa.

Batik ikat celup merupakan ragam hias kain yang dibentuk melalui proses

celup rintang, teknik ini merupakan kerajinan batik yang sudah lama dikenal

Indoneia, dimana teknik mewarnai kain dengan cara tertentu sebelum dilakukan

pencelupan. Julian (2012) celup ikat adalah motif gambar yang terbentuk pada

bidang kain akibat dari perintangan warna melalui diikat, jelujur, dilipat pada

bagin-bagian tertentu dari permukaan kain sesuai dengan pola yang diinginkan

untuk kemudian dicelup kedalam zat pewarna, sedangkan proses ikat mengikat ini

disebut nali yang dilakukan pada permukaan kain. Teknik ikat celup

4
diaplikasikan pada busana agar terlihat lebih berwarna dan mendapatkan motif

yang unik erta berariasi. Teknik ikat celup telah menjadi trend busana di

Indonessia dan menghiasi gerai busana di tanah air serta saat ini mendapatkan

perhatian besar terutama karena keindahan ragam hiasnya dalam rangkaian warna-

warni yang menawan. Oleh kaena itu motif yang terdapat pada batik ikat celup

diperoleh dari penerapan warna-warna pada kain.

Warna dapat diperoleh melalui pewarna buatan dan pewarna alami.

Pewarnaan yang digunakan disini adalah dengan menggunakan wantex.

Kelebihan wantex adalah bahwa terdapat warnapilihan yang dapat disesuaikan

dengan kebutuhan. Batik ikat celup adalah batik yang dibuat tanpa menggunakan

malam sebagai bahan perintang akan tetapi menggunakan tali yang diikatkan pada

kain yang berfungsi merintangi warna masuk ke serat kain. Perbedaan cara

mengisi, melipat, menggulung, dan mengikat kain akan menghasilkan warna dan

motif yang berbeda. Kemampuan dalam membuat teknik ikat celup dapat

diperoleh melalui proses pembelajaran pendidikan.

Ikat celup teknik mengikat benda dilakukan dengan cara menjumput kain

yang diisi dengan kelereng kecil sesuai dengan motif yang dikehendaki,

dilanjutkan dengan mengikat dengan menggunakan tali rafia atau karet dan

terakhir melakukan pencelupan kedalam pewarna tekstil. Melalui penelitian ini,

maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa

dalam menerapkan celup ikat teknik mengikat benda.

5
Dalam meningkatkan kemampuan, keterampilan keahlian sumber daya

manusia, diperlukan bakat maupun latihan-latihan atau praktek sehingga dapat

mengerjakan sesuatu. Kemampuan dalam membuat kerajinan batik celup ikat

dapat diperoleh melalui proses pembelajaran dan pendidikan. Kemampuan

merupakan kekuatan ataupun kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan berdasarkan teknik, cara maupun sesuai dengan

prosedur kerja yang telah ditetapkan, sehingga dapat menghasilkan motif yang

unik, berkualitas tinggi dan memiliki nilai estetika.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul Analisis Kemampuan Membuat Kerajianan Batik

Celup Ikat Kelas X Siswa SMK IT Marinah Al-Hidayah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi permasalahan

yaitu:

1. Kemampuan siswa dalam membuat batik celup ikat belum maksimal

2. Proses pembuatan batik celup ikat kurang maksimal yang mempengaruhi

hasil batik celup ikat pada mata pelajaran seni budaya siswa kelas X SMK

Islam Teknologi Marinah Al-Hidayah.

3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menciptakan motif-motif batik celup

ikat yang sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditetapkan.

4. Kurangnya kemampuan siswa dalam memadukan warna

6
5. Kesulitan siswa dalam menerima mata pelajaran seni budaya membuat

batik celup ikat

6. Hasil kemampuan membuat batik jumputan belum sesuai dengan

kompetensi.

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan adanya cakupan masalah, dengan keterbatasan waktu,

dana, kemampuan dan pengetahuan penulis, maka dalam hal ini penulis

membatasi masalah pada siswa kelas X SMK Islam Teknologi Marinah AL-

Hidayah. Pelaksanaan celup ikat yang digunakan dibatasi pada teknik mengikat

benda kelereng dengan ukuran 2 inch dengan menggunakan zat warna sintesis

atau kimiawi yaitu wantex warna merah serta kain yang digunakan adalah kain

Katun Prima dengan ukurran 50 X 50 cm yang diterapkan dalam bentuk fragmen.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

dikemukakan diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut: Bagaimanakah Tingkat Kemampuan Membuat Kerajianan Batik Celup

Ikat Kelas X Siswa SMK IT Marinah Al-Hidayah?

7
E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui Tingkat Kemampuan Membuat Kerajianan Batik Celup

Ikat Kelas X Siswa SMK IT Marinah Al-Hidayah.

F. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas diharapkan hasil penelitian

ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru, Memberikan Sumbangan pemikiran untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Seni budaya, bahwa pentingnya

meningkatkan sistem pembelajaran yang dapat membangun dan

meningkatkan sikap kreatif siswa. .

2. Bagi Siswa, untuk memberikan informasi bahwa dalam pembuatan karya

kerajinan harus memperhatikan beberapa hal dan mempermudah siswa

dalam proses membuat batik celup ikat dengan menggunakan teknik

mengikat benda dan pentingnya meningkatkan kemampuan dalam

membuat batik celup ikat dengan menggunakan mengikat benda.

3. Bagi Peneliti, sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain

yang bermaksud mengadakan penelitian pada permasalahan yang sama

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

8
BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoritis

1. Pengerian Kemampuan Membuat Batik Celup Ikat

Kemampuan adalah kapasistas seseorang individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan, Suratno (2005). Kemampuan seseorang

ditentukan oleh beberapa faktor/aspek seperti keerdasan, kekuatan, atau

kecakapan Poerwadarminta (2010).Kemampuan akan terkait dengan

kompetensi, bahwa kompetensi sama dengan kemampuan yang harus memenuhi

tiga kriteria yaitu pengetahuan, penampilan dan hasil, Arikunto (2002).

Kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan atau kekuatan yang dimiliki

seseorang untuk menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan menurut norma

atau aturan tertentu.

Mampu adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan.

Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mampu atau kecekatan adalah

kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang

yang dapat melakukan dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan mampu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa kemampuan berasal dari kata

mampu yang artinya kuasa (bisa atau sanggup) melakukan sesuatu. Hal ini

memiliki arti bahwa kesiapan dapat dipandang sebagai suatu karakteristik

tertentu yang diperlukan seseorang untuk melakukan kegiatan atau tindakan

tertentu.

9
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan

bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang yang

diperoleh melalui proses belajar demi mencapai tujuan sesuai dengan yang

diharapkan. Kemampuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

kemampuan membuat batik celup ikat.

Kemampuan membuat batik celup ikat adalah suatu karya yang dibuat

dengan menggunakan teknik celup ikat yaitu teknik ikatan pada bagian kain yang

diikat kemudian dicelupkan kedalam pewarna tekstil, sehingga setelah kering

ikatannya dilepas dan menghasilkan corak yang diinginkan.

2. Membuat Fragmen Batik Celup Ikat teknik mengikat benda

Gambar 2.1 Fragmen batik celup ikat teknik mengikat benda

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

10
Dari gambar desain diatas, dapat dianalisis sebagai berikut :

a. Bahan :

- Kain katun prima warna putih

- Tali Rafia

- Kelereng

b. Model :

- Celup ikat teknik mengikat benda ( kelereng )

- Ukuran motif 5 cm

- Jarak motif 2 cm

c. Ukuran kain untuk frahmen

- Ukuran 50 cm X 50 cm

d. Motif atau Pola

- Motif yang digunakan motif pola serak

e. Jumlah Motif

- Memiliki 17 jumlah motif / ikatan

f. Jumlah lilitan :

- Lilitan pada kain berjumlah 7 lilitan

g. Warna

- Pencelupan warna Merah

- Pada bagian yang diikat berwarna putih

11
3. Pengertian Batik Celup Ikat (Jumputan)

Jumputan merupakan salah satu jenis batik yang pembuatannya dilakukan

dengan cara mengikat kencang di beberapa bagian kain kemudian dicelupkan

pada pewarna. Menurut Ningsih (2001) menjumput berarti memungut atau

mengambil dengan semua ujung jari tangan kemudian diisi dengan biji-bijian

sesuai dengan motif yang dikehendaki, dilanjutkan dengan mengikat, dan terakhir

melakukan pencelupan kedalam pewarna. Oleh karena itu, sebagian orang juga

menyebut Jumputan sebagai batik ikat celup. Batik ikat celup merupakan ragam

hias kain yang dibentuk melalui proses celup rintang, teknik ini merupakan

kerajinan batik yang sudah lama dikenal Indoneia, dimana teknik mewarnai kain

dengan cara tertentu sebelum dilakukan pencelupan. Oleh kaena itu motif yang

terdapat pada batik ikat celup diperoleh dari penerapan warna-warna pada kain.

4. Alat, Bahan dan Proses Pembuatan Batik Celup Ikat

Adapun alat, bahan dan proses tahapan pembuatan batik celup ikat,

Ningsih (2001) adalah sebagai berikut :

a) Bahan Dasar

Kain sebagai bahan baku utama celup ikat umumnya memakai kain katun

dan kain mori ( kain yang berasal dari serat kapas ) dengan berbagai macam

kualitas. Adapun jenis-jenis kain yang biasa digunakan dalam pembuatan batik

celup ikat adalah :

12
1. Kain dari serat kapas, diantaranya kain Mori Primisima, Mori Prima, Mori

Biru, Blaco, Mori Voilissima, katun dan kain berkolin ( kain yang telah

dimerser dan diputihkan ).

2. Kain campuran serat kapas, diantaranya kain saten ( serat kapas dan

polyester) dan kain santung (serat kapas dan serat rayon).

3. Kain yang berasal dari serat protein (binatang), diantaranya kain sutra dan

wol.

4. Kain dari serat sintetis, diantaranya kain sutra dan wol.

Pemakian bahan tekstil dari kpas terdesak oleh bahan tekstil dari serat

buatan, tetapi hingga kini kapas masih tetap memegang peranan penting. Dalam

perindustrian tekstil +/- 51% dri produksi tekstil di dunia masih dari kapas.

Menurut perkiraan, kapas telah dikenal sejak +/- 5.000 tahun sebelum Masehi.

Herodotus menerangkan bhawa pada tahun 425 sebelum masehi orang India telah

membuat pakaian dari kapas. Kapas India ini kemudian diperkenalkan ke

Tiongkok dan Jepang. Serat kapan mempunyai afinitas yang besar terhadap air,

dan air mempunyai pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang

sangat kering bersifat kasar, rapuh dn kekuatannya rendah.

Kain katun merupakan produk tekstil yang terbuat dari serat kapas yang

ditenun menjadi kain. Kain katun memiliki sifat-sifat menguntungkan adalah sifat

yang kuat dalam keadaan basah bertambah 25%, dapat menyerap air

(higroskopis), tahan panas setrika tinggi, dan tahan obat-obat kelantang.Menurut

Goet Poespo (2005:76), kain katun memiliki sifat kuat (bahkan ketika basah

13
masih menyerap), menarik panas tubuh, kusut, susut atau mengerut (kecuali

ditangani dengan baik), rusak oleh matahari, keringat dan lapuk.

Kain katun prima adalah jenis kain kualitas no.2. kain ini sedikit lebih

rendah dari kain primisima baik dari tebal benang dan serat lebih longgar. Akan

tetapi kain katun prima masih adem atau tidak panas di pakai dan banyak di sukai

oleh pemburu batik karena harga yang terjangkau.Katun prima adalah salah satu

bahan kain batik tulis Indonesia, yang merupakan jenis kain yang terbuat dari

bahan kapas. Salah satu alasan jenis kain ini cocok dipakai sebagai bahan dasar

pembuatan batik dikarenakan oleh sifatnya yang mudah menyerap bahan pewarna;

baik pewarna alami maupun kimia.

Garam

Garam digunakan sebagai penguat untuk bahan pewarna tekstil yang akan

digunakan dalam pencelupan

Air

Digunakan untuk pencampuran zat pewarna dan juga untuk proses

pencelupan kain serta untuk mencuci kain yang sudah dilakukan pencelupan.

b) Alat yang digunakan

Untuk membuat batik celup ikat dibutuhkan alat sebagai berikut:

14
a. Kompor

Untuk memasak pewarna yang sudah dicampurkan dengan air dan garam.

Dan untuk memasak kain yang akan di beri pewarna.

b. Panci

Sebagai wadah untuk melakukan pencelupan yang dimasak dengan

menggunakan pewarna tekstil wantex.

c. Tali Rafia

Digunakan sebagai alat pengikat benda pada kain yang akan di celup ikat

dan sebagai penghalang warna agar rtidak terkena pewarna wantex pada saat

pencelupan.

d. Kelereng

Digunakan sebagai isi dari bahan yang akan dicelup ikat

e. Ember Plastik

Digunakan Sebagai tempat mencuci kain yang akan di celup kedalam

pewarna dan sesudah dilakukannya pencelupan

f. Wantex

Digunakan sebagai zat pewarna dalam proses pencelupan.

c) Peralatan Menggambar Motif

15
Untuk menggambar motif diperlukan penggaris dengan panjang 30cm,

pensil dan penghapus

5. Teknik Mengikat

Juliana (2012) mengemukakan bahwa untuk menciptakan dan membentuk

pola sesuai dengan desain yang diinginkan, maka ada beberapa macam ikatan

pada teknik celup ikat yaitu:

1) Ikatan Tunggal ( Ikatan Mawar)

Teknik ikatan tunggal dilakukan dengan cara memberikan ikatan pada

kain degan satu kali ikatan saja, sehingga didapat satu motif ikatan. Hasil

ikatan tunggal adalah membentuk lingkaran.

Gambar 2.2 Ikatan Tunggal ( Mawar)


Sumber : Diktat Kriya Tekstil 2012
2) Ikatan Ganda ( Ikatan Donat )

Pada teknik ikatan ganda, kain diberi ikatan lebih dari satu ikatan sehingga

didapat motif ikatan lebih dari satu atau ganda. Hasil dari Ikatan Ganda

membentuk pola lingkaran konsentris.

16
Gambar 2.3 Ikatan Ganda
Sumber : Diktat Kriya Tekstil 2012
3) Ikatan Silang

Pada teknik ikat silang, ikatan dilakukan secara menyilang sehingga

didapat motif ikatan dalam bentuk menyilang satu dengan yang lainnya.

Gambar 2.4 Ikatan Silang


Sumber : Diktat Kriya Tekstil 2012
4) Ikatan Garis

Ikatan garis dimulai dengan membuat garis menggunakan kapur atau

pensil. Untuk membuat beberapa garis, tariklah beberapa garis pedoman

untuk membuat jalur, ikatan harus membentuk jalur.

5) Ikatan Garis Ganda

Garis ganda digunakan untuk membuat pola desain kain yang ukurannya

tidak beraturan. Cara pembuatannya adalah dengan membuat kerutan pada

17
pusat yang diinginkan, kemudian diikat secara bertahap sesuai jarak yang

dikehendaki.

6) Ikatan Pengerutan

Teknik mengerutkan kain secara tidak teratur dengan satu tangan

sementara tangan yang lainnya memegangi bekas kerutan dan akan

menghasilkan pola/ bentuk marmer. Kemudian ikat kuat-kuat pada bagian

pangkalnya dengan kuat. Apabila ikatannya kuat maka akan menghasilkan

pola / bentuk ceplokan putih.

7) Mengikat Benda

Pola ini dibuat dengan mengikat benda yang ukurannya seragam. Caranya

siapkan benda yang akan diikat pada kain sesuai dengan motif yang

dikehendaki, dilanjutkan dengan mengikat, dan terakhir melakukan

pencelupan ke dalam pewarna.

Gambar 2.5 Mengikat Benda


Sumber : Adicita Karya Nusa (2001)
Pada proses membuat batik celup ikat ini, teknik yang digunakan yaitu

teknik mengikat benda, yaitu dikerjakan dengan cara diikat dengan tali rafia

18
sesuai dengan pola yang sudah ditentukan dan kemudian dicelupkan kedalam zat

pewarna tekstil.

Teknik mengikat benda adalah bgian yang sudah ditentukan atau yang

sudah dibuat polanya kemudian diisi dengan kelereng atau biji-bijian, kemudian

diikat kencang dengan menggunakan tali rafia atau karet sehingga pada saat

melakukan pencelupan kain yang diikat tidak terkena zat pewarna, sehingga

setelah ikatannya dilepas akan terbentuk motif yang indah.

6. Menentukan Motif Batik Jumputan

Untuk mendapatkan hasil motif batik yang serasi sebaiknya membuat garis

pertolongan pada kain. Garis-garis tersebut untuk menentukan motif batik agar

beraturan.Untuk membuat pola motif bebas, cukup membubuhkan titik-titik motif

pada kain. Garis pertolongan sebaiknya diukur serasi sesuai dengan lebar kain,

misalnya 5 - 10cm.

Gambar 2.6 Garis Pertolongan pada kain


Sumber : Adicita Karya Nusa(2001)

Setelah membuat garis pertolongan selanjutnya adalah membubuhkan

titik-titik motif yang akan dibuat. Untuk memperjelas letak motif gunakan kapur

19
atau pensil. Ada bermacam-macam motif batik beraturan dan motif bebas

diantaranya:

Gambar 2.7 Motif beraturan dengan jarak sama


Sumber : Adicita Karya Nusa(2001)

Gambar 2.8 Motif Beraturan dengan Bentuk Bunga


Sumber : Adicita Karya Nusa(2001)

Gambar 2.9 Motif Beraturan Selang Seling


Sumber : Adicita Karya Nusa(2001)

20
Gambar 2.10 Motif beraturan dengan kombinasi besar kecil
Sumber : Adicita Karya Nusa(2001)

Gambar 2.11 Motif bebas dengan kombinasi bentuk besar kecil


Sumber : Adicita Karya Nusa(2001)

Gambar 2.12 Motif bebas dan beraturan untuk tepi kain


Sumber : Adicita Karya Nusa(2001)

21
Gambar 2.13 Motif dengan pola serak
Sumber : Adicita Karya Nusa (2001)

Motif yang akan digunakan dalam membuat batik celup ikat teknik

mengikat benda adalah motif pola serak. Pola serak adalah bentuk pola hias yang

diperoleh dengan cara mengulang ngulang suatu motif hias yang ditempatkan

secara teratur pada jarak-jarak tertentu. Pola serak biasanya motifnya kecil, dan

penempatan motif dapat menghadap kesatu arah, dua arah atau kesemua arah.

7. Pencelupan

Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara

merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan

dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat. Pencelupan

dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan menggunakan alat alat

tertentu pula. Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau

mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan

bahan tekstil kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna

kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan suatu reaksi

eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam,

22
asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian

pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.

Vickerstaf menyimpulkan bahwa dalam pencelupan terjadi tiga tahap,

yaitu :

Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu

bergerak, pada suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan tekstil

dimasukkan kedalam larutan celup. Serat tekstil dalam larutan bersifat negatif

pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat dua kemungkinan yakni

molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak menjauhi serat. Oleh

karena itu perlu penambahan zat zat pembantu untuk mendorong zat warna lebih

mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa tahap pertama tersebut sering

disebut difusi zat warna dalam larutan.

Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup

besar dapat mengatasi gaya gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul

zat warna tersebut dapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini

disebut adsorpsi.

Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan

adalah penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat. Tahap ketiga

merupakan proses yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai ukuran

menentukan kecepatan celup.

23
8. Pewarnaan

Pewarnaan pada batik celup ikat dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu,

celup, colet, dan spray atau disemprot. Pencelupan dengan cara memasukkan

seluruh bagia kain yang telah diikat kedalam larutan warna. Namun sebelum

melakukan pencelupan berikutnya, kita harus menutup bagian tertentu dengan

bahan penutup pendukung seperti plastik atau bahan lentur lain yang kedap cairan.

Dengan teknik rintang melalui ikatan dan jahitan akan muncul corak yang

beragam.

a. Pewarnaan Dengan Wantex

Wantex juga sering digunakan pada teknik pewarnaan batik dengan teknik

celup. Zat warna ini bersifat larut dalam air, mempunyai banyak warna dan mudah

ditemukan. Campuran yang biasa digunakan wantex pada saat pencelupan yaitu

tawas, cuka atau garam. Nama wantex mungkin berbeda beda tiap daerah, ada

yang menyebutnya wenter atau celep.

Kekurangan proses ini adalah Jika campuran antara pewarna wantex dan

tawas, cuka atau garam maka warna tidak akan bertahan lama, tidak kuat , cepat

pudar dan mudah luntur.

Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam

suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan

panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang

gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa

ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer.

24
Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap

campuran tiga warna primer cahaya: merah, hijau, biru yang digabungkan dalam

komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100%

biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta. Dalam seni rupa, warna bisa

berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat

di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan

proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi

mirip warna merah.

Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai

kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan

dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan

negara Timur warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan

karena berasosiasi dengan kain kafan (meskipun secara teoretis sebenarnya putih

bukanlah warna). Nilai istilah dalam seni lukis yaitu kecerahan mengacu pada

kualitas terang atau warna gelap. Para darks adalah nilai rendah atau

membosankan. Lampu, (highlight) adalah nilai tinggi atau terang.

9. Tahap Tahap Pencelupan

Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan celup

ikat. ( kompor, panci, air, zat pewarna, kain dsb)

Letakkan kain pada bidang yang datar atau diatas meja.

Buat Pola pada kain dengan jarak 1,5 cm tiap motif.

25
Gambar 2.14 Membuat Pola diatas Kain

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

Letakkan kelereng pada bagian yang sudah ditentukan dan ikat dengan tali

rafia sekuat mungkin.

Gambar 2.15 Mengikat benda pada bahan utama


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

Masukkan air kedalam panci, kemudian campurkan wantex dan garam 2

sendok makan kedalam panci. Aduk sampai rata kemudian nyalakan api

sampai airnya hangat.

26
Gambar 2.16 Mencampur wantex dan garam kedalam air
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

Kain yang akan diberi pewarna dicuci terlebih dahulu

Gambar 2.17 Kain dicuci


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

Setelah airnya hangat masukkan kain kedalam air yang sudah tercampur

dengan wantex dan garam selama +/- 60 menit

Gambar 2.18 Kain dimasukkan kedalam wantex


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

27
Selama menunggu air mendidih, kain dibolak balik agar warnanya merata

dengan menggunakan sendok kayu.

Setelah cukup api dimatikan, lalu angkat kain dari panci , diamkan selama

+/- 15 menit.

Gambar 2.19 Kain didiamkan selama 15 menit


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

Sesudah didiamkan kain dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan

kelebihan zat warna pada kain. Keringkan dan buka ikatannya.

Setelah kering dan dibuka ikatannya kain dapat disetrika untuk

menghilangkan kusut yang diakibatkan oleh ikatan.

Gambar 2.20 Hasil Pencelupan dengan ukuran kain 30x30cm


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2017)

28
B. Penelitian Relevan

Dibawah ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian. Hasil

penelitian yang relevan yaitu:

Penelitian yang dilakukan Oleh Suvera Santi (2015) yaitu : Analisis

kemampuan membuat ikat celup teknik lipat siswa jurusan kriya tekstil SMK

Negeri 1 Berastagi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam membuat batik ikat

celup siswa SMK Negeri 1 Berastagi sudah sangat baik.

C. Kerangka Konseptual

Kemampuan siswa dalam membuat batik celup ikat merupakan

kesanggupan, keahlian, dan kecakapan siswa dalam pembuatan pewarnaan dengan

menggunakan teknik mengikat benda, sehingga terbentuk pola-pola baru pada

kain yaitu pola serak yang berbentuk bulatan atau petak. Dengan demikian akan

menghasilkan motif-motif yang bervariasi serta menarik.

Pada mata pelajaran seni budaya, siswa diharapkan memiliki kemampuan

dalam membuat pola kriya tekstil dengan teknik ikat celup untuk menghasilkan

produk kain yang berkualitas.Oleh sebab itu untuk lebih meningkatkan karya

siswa tersebut, maka peserta didik dibebankan pada mata pelajaran membuat batik

celup ikat.

Dalam membuat batik celup ikat siswa membutuhkan penjelasan mengenai

proses pembuaan batik celup ikat dari setiap tahap-tahapan, dan kemudian

membawa mereka hingga melaksanakan kegiatan praktek membuat batik celup

29
ikat sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan siswa menjadi kreatif

untuk menghasilkan karya batik celup ikat yang indah.

D. Pertanyaan penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

Arikunto (2010). Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka konseptual diatas,

maka pertanyaan dalam penelitian ini dirumuskanssebagai berikut :

Bagaimanakah Tingkat Kemampuan Membuat Kerajinan Batik Celup Ikat kelas

X Siswa SMK IT Marinah Al-Hidayah ?

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah dalam memecahkan

masalah dengan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan.Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif yaitu suatu cara atau

teknik yang mengungkapkan fakta yang jelas tentang gejala-gejala yang ada pada

suatu objek penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan

siswa dalam membuat kerajinan batik celup ikat pada mata pelajaran Seni Budaya

di SMK Islam Teknologi Marinah Al-Hidayah, dengan menganalisis dan

mencermati proses pembuatan batik celup ikat serta hasil jadi.

Hal ini didukung oleh Sugiyono (2015), bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara

sistematis, faktual, akurat mengenai fakta dan sifat populasi terebut. Pada

umumnya penelitian ini dilakukan dengan tujuan menggambarkan secara

sistematis fakta dan karakteristik.

Penelitian ini menerapkan proses batik celup ikat dalam bentuk frahmen

dan rencana penelitian akan dilaksanakan di SMK Islam Teknologi Marinah Al-

Hidayah kelas X. Waktu penelitian direncanakan pada semester genap tahun

ajaran 2016/2017.

31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMK Islam Teknologi Marinah Al-

Hidayah Medan, yang terletak dijalan Panglima Denai No. 28 Medan. Waktu

penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2016/2017.

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu, kemampuan siswa

dalam membuat kerajinan batik celup ikat teknik mengikat benda ( kelereng )

pada siswa SMK Islam Teknologi Marinah Al-Hidayah.

2. Defenisi Operasional

Untuk memperjelas tentang variabel penelitian, berikut diuraikan defenisi

operassional tentang objek penelitian, yaitu Kemampuan siswa dalam membuat

kerajinan batik celup ikat yaitu kemampuan dalam membuat pola, kekuatan

mengikat/ melilit kain yang sudah diberi kelereng, kemampuan memberi warna,

serta kerapian.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas X SMK IT

Marinah Al-Hidayah Tahun Ajaran 2016/2017 yang sedang mengikuti mata

32
pelajarn Seni Budaya. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Seperti yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2015) bahwa populasi adalah seluruh objek (orang,

benda, wilayah) yang kepadanya akan diberlakukan generalisasi kesimpulan hasil

penelitian. Adapun jumlah siswa kelass X dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Data Siwa SMK Islam Teknologi Marinah Al-Hidayah kelas X

No Kelas Jumlah siswa

1. X TIK 33 Siswa

2. X Akuntansi 8 Siswa

3. X Adm. Perkantoran 10 Siswa

Jumlah 51 Siswa

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Islam

Teknologi Marinah Al-Hidayah yang berjumlah 51 siswa yang terdiri dari 3

Kelas.

2. Sampel Penelitian

Menurut pendapat Arikunto (2011) menyatakan bahwa sample adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Dalam pengambilan sampel,

menurut Arikunto (2011) yang menyatakan bahwa apabila subyeknya kurang dari

100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2015). Alasan mengambil total

33
sampling karena menurut Sugiyono (2015) jumlah populasi yang kurang dari 100

seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

Berdasarkan pertimbangan diatas, karena dalam penelitian ini jumlah

peserta didik kurang dari 100, maka sampel yang diambil peneliti adalah seluruh

siswa kelas X, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total

Sampling. Dengan demikian yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah

51 orang siswa.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2015), menyebutkan instrumen adalah sesuatu yang dapat

digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan

secara efektif dan efisien.Disamping itu instrumen juga sering disebut juga

sebagai alat evaluasi. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpul data variabel analisis hasil pembuatan batik celup ikat dengan teknik

mengikat benda.

Instrumen yang baik harus memiliki dua syarat yaitu valid fan realiabel

dengan menggunakan observasi dan pengamatan. Validitas instrumen diukur

dengan menggunakan validitas isi. Validitas isi sebenarnya berdasarkan pada

logika, jadi tidak merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara

statistika. Kriteria untuk menentukan proporsi masing-masing pokok atau sub-

pokok bahasan yang tercakup dalam tes ialah berdasarkan banyaknya isi (materi)

masing-masing pokok dan sub pokok bahasan seperti tercantum dalam kurikulum

atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Kisi-kisi pengamatan

tersebut harus divalidkan oleh validator.

34
Sedangkan reliabilitas dilakukan oleh 5 orang pengamat yang sudah ahli

dalam bidang tersebut, yaitu 3 orang dosen jurusan Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga dan 2 Orang Guru SMK Islam Teknologi Marinah Al-Hidayah medan

untuk mengukur hasil pembuatan batik celup ikat teknik mengikat benda.

Lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan langkah-langkah dalam kisi-kisi teori yang dibuat. Dengan menggunakan

lembar kriteria ini akan diperoleh data objektif tentang hasil kerajinan batik celup

ikat. Penentuan skor dilakukan dengan rentang nilai 4-1, dimana skor 4 = sangat

baik, 3 = baik, 2 = kurang baik, dan skor 1 = tidak baik. Adapun kisi-kisi lembar

pengamatan kemampuan membuat kerajinan batik celup ikat dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Sebelum membuat kisi-kisi pengamatan, maka buatlah langkah-langkah

pembuatan batik celup ikat terlebih dahulu, yaitu:

1. Langkah-Langkah Membuat Batik Celup Ikat

a. Persiapkan alat dan bahan

b. Potong kain sesuai pola dengan ukuran kain 50x50 cm

c. Buat pola pada kain dengan ukuran pola 5 cm dan jarak pada tiap-tiap

motif 2cm dengan jumlah motif yang dibuat yaitu 17 motif

d. Persiapkan kelereng dengan ukuran diameter 2 inch dan tali rafia dengan

panjang 25 cm sebanyak 17 buah

e. Ikat atau lilit kain yang sudah berisi kelereng dengan menggunakan tali

rafia dengan jumlah lilitan sebanyak 7 lilitan sampai selesai

35
f. Persiapkan kompor, panci, air, garam serta wantex warna merah

g. Panaskan air sebanyak 1 liter di dalam panci kemudian masukkan wantex

dan garam sebanyak 1,5 sendok makan kemudian aduk rata dengan

menggunakan sendok kayu

h. Cuci kain terlebih dahulu dengan air bersih sebelum dimasukkan atau

dicelupkan kedalam pewarna

i. Setelah kain dicuci masukkan kain kedalam pewarna dan rebus kain

selama 60 menit sambil dibolak balikkan dengan sendok kayu agar warna

yang menyerap rata dan tidak menumpuk

j. Setelah 60 menit di rendam, kemudian matikan kompor dan angkat kain

dengan menggunakan sendok kain dan diamkan selama 15 menit

k. Setelah kain didiamkan selama 15 menit kain dicuci dengan air bersih

untuk menghilangkan warna warna yang menumpuk pada kain

l. Kemudian kain dijemur hingga kering

m. Setelah kain kering, buka ikatan pada kain dan setrika kain untuk

menghilangkan bekas kerutan

n. Setelah itu kain di obras atau jahit pinggir agar pinggiran kain tidak

bertiras dan terlihat rapi

Kisi-Kisi Pengamatan Hasil Pembuatan Kerajianan Batik Celup Ikat

36
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pengamatan Hasil Pembuatan Kerajinan batik Celup Ikat

VAriabel Deskripsi Indikator Bobot

4 3 2 1

Hasil 1. Ukuran 1. Ukuran Kain Fragmen

Pembuatan 2. Ukuran Motif

Batik 3. Jarak antar motif

Celup Ikat 2. Motif 1. Jumlah Motif

3. Kerapian 1. Kerapian membuat pola

4. Kecerahan 1. Kecerahan warna yang

dihasilkan

5. Kebersihan 1. Kebersihan dari noda

sebelum pencelupan

2. Kebersihan dari noda

setelah pencelupan

Keterangan :

Pemberian angka 4,3,2,dan 1 hanya dilakukan pada tahap hassil pembuatan

kerajinan batik celup ikat, dimana angka tersebut membpunyai keterangan nilai

ebagai berikut:

4 = Sangat baik 3 = Baik 2 = Kurang Baik 1 = Tidak baik

37
F. Uji Kesepakatan Pengamat

Dalam penelitian ini untuk menguji instrumen dilakukan uji kesepakatan

dengan menggunakan Analisis Varians Satu Jalur ( ANAVA satu jalur ) dengan

taraf signifikan 5% yang dikemukakan Sudjana (2002). Bila Freg hitung < Freg

tabel, maka disimpulkan tidak ada perbedaan hasil penilaian dari kelima

pengamat, sehingga lembar pengamat dapat digunakan untuk memperoleh data

penelitian.

Untuk menyelessaikan perhitungan uji kesepakatan, dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

Setelah besaran Fo diperoleh, maka dapat dikonsultasikan dengan Ftabel

pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa Fo < Ft

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara hasil

pengamatan dari kelima pengamat.

G. Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh semua data, maka data tersebut akan ditabulasi dan

diolah sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya dianalisis secara statistik.

Dalam hal ini digunakan teknik analisis sebagai berikut :

38
1. Mentabulasi Data

Data dari tiap variabel penelitian dipaparkan dengan menggunakan metode

statistika deskriptif, yaitu menentukan harga rata-rata (M), Standar Deviasi

(SD), dan Nilai rata-rata simpangan baku. Dihitung dengan rumus :


M=

Sumber : Arikunto (2011)

Keterangan :

M = Harga rata-rata hitung

X = Jumlah skor yang dicapai

N = Banyaknya Sampel

Kemudian mencari ssimpangan baku / standar deviai dapat diari dengan

rumus :

1
SD = (. 2 ) ( 2 )

Sumber : Arikunto (2011)

Keterangan :

SD : Standar Deviasi

X : Jumlah kor yang dicapai

39
N : Banyaknya sampel

2. Membuat Persentase Kemampuan Membuat Batik Celup Ikat Teknik

Mengikat Benda.

Untuk mencari harga-harga persentase dapat digunakan rumus :


= 100%

Arikunto (2011)

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuansi

N = Jumlah Responden

40
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prof. (2011) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta.

Bumi Aksara

Ampera,Dina, Dr. Dkk ( 2011) Diktat Pengetahuan Tekstil

Biranul Anas, Drs. Tanpa tahun. Indoneia Indah Batik (8). BP3 taman mini

indonesia: Yayasan harapan Kita.

Juliana, Netty ( 2012) Diktat Kriy Tekstil

Lestari, Hindy ( 2016) Analisis Kemampuan membuat ukiran motif hias

tradisional pada mata pelajaran keterampilan siswa kelas IX SMP

Swasta Hang Tuah 1 Medan. Universitas Negeri Medan

Musman, Ati dan B.Arini, Ambar. 2011. Batik warisan adiluhur nusantara.

Yogyakarta: G-Media.

Ningsih Rini. 2001. Membuat Batik Jumputan. Yogyakarta. Adicita Karya Nusa

Nanang Ajim. 2015. Pewarnaan dengan Teknik Rintang Warna dengan Ikatan.

Diakses pada 20 Oktober 2016

darihttp://www.mikirbae.com/2015/11/pewarnaan-dengan-teknik-

rintang-warna.html

Rahmawati Indah. A to Z Batik for Fashion. Bekasi-Jawa Barat. Laskar Aksara.

41
Santi, Suvera (2015). Analisis Kemampuan membuat batik ikat celup teknik lipat

siswa jurusan kriya tekstil SMK Negeri 1 Brastagi. Universitas Negeri

Medan.

Sudjana (2002). Metoda Statistika.Bandung: PT.Tarsito Bandung

Sugiono.2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta

Suparman. Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan Menuju Keberlanjutan

Lingkungan Hidup Dosen Seni Rupa Universitas PGRI Adi Buana

surabaya. Batik ikat celup bahan Alam. (jurnal)

2013. Kerajinan Batik. diakses pada 20 Oktober 2016 dari

http://www.bangkalankab.go.id/index.php/2013-10-07-02-30-

41/ekonomi/115-kerajinan-batik

2013. Batik Jumputan. Diakses pada 2 Oktober 2016 dari

http://batikjumputanasli.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-batik-

jumputan.html

Ahmad Falah Adikara. 2015. Pengertian dan Sejarah Batik Celup Ikat.

Diakses pada 25 Oktobr 2016 dari

http://justiceleague10mipa133.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-dan-

sejarah-batik-celup-ikat.html

2012. membuat batik teknik jumputan ikat celup. Diakses pada 16 maret 2017 dari

http://sanggarmodel.blogspot.co.id/2012/12/membuat-batik-teknik-

jumputan-ikat-celup.html

42
http://www.kamuskbbi.id/kbbi/artikata.php?mod=view&kerajinan&id=37996-

arti-maksud-definisi-pengertian-kerajinan.html

https://www.google.co.id/search?q=pewarna+jenis+direct&source=lnms&tbm=isc

h&sa=X&ved=0ahUKEwip7sb10PXSAhUZTo8KHSJuDZ4Q_AUIBy

gC&biw=1366&bih=667#imgrc=rzemJ2PEYU8KmM:

http://irfanjulio.blogspot.co.id/2012/07/teori-warna-brewster.html

43

Anda mungkin juga menyukai