PENGANTAR PELEDAKAN
yaitu :
induknya.
c. Membuat rekahan
1
penerapan metode peledakan, geometri peledakan dan jumlah bahan
dengan aman dan berhasil. Persiapan peledakan dapat dibagi atas beberapa
machine.
2
c. Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalau
e. Diameter primer harus lebih kecil dari diameter lubang ledak. Bila
perlahan-lahan.
g. Pengisian bahan peledak, paling banyak dua per tiga dari tinggi lubang
ledak.
b. Stemming harus dibuat cukup padat, untuk itu perlu dipadatkan (di-
6. Sistem Rangkaian
a. Hubungan Seri
3
meledakkan jumlah detonator yang tidak banyak, maksimum 50
dalam rangkaian seri adalah 1,5 Ampere untuk DC dan 2,0 Ampere
untuk AC.
b. Hubungan Paralel
tahanan satu seri mendekati serta sama dengan tahanan seri yang
lainnya. Hal ini disebut series balancing dan akan menjamin bahwa
4
total arus yang mengalir dalam firing line terbagi sama pada setiap
seri.
7. Penyambungan Rangkaian
berikut :
a. Sambungan leg wire dengan kabel pembantu harus baik dan kuat.
c. Rangkaian harus dibuat rapi dan efektif, hindari kabel agar tidak
5
1.3. Parameter Rancangan Peledakan
kecil sedangkan diameter lubang bor besar utnuk jenjang yang tinggi.
teras (m) dikalikan 8, atau didasarkan pada ketersediaan alat bor yang
lebih tinggi.
3. Burden
6
dibutuhkan. Peledakan dengan jumlah row (baris) yang banyak, true
4. Spacing
Spacing adalah jarak diantara lubang tembak dalam baris (row) yang
sama, tegak lurus terhadap burden, baik untuk nomor delay yang sama
5. Stemming
7
peledak daripada lubang ledak yang kering, karenanya perlu ditentukan
6. Subdrilling
ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang akan bekerja secara
yang cukup besar pada dasar jenjang, selain itu juga mengurangi
mudah hancur dan tidak terjadi tonjolan (toe). Secara umum panjang
subdrilling dapat ditentukan paling tidak 0,3 ~ 0,5 kali panjang burden.
subdrilling
jarak lubang dalam satu row yang sama (S) serta dikalikan dengan
8
ketinggian teras (H). Satuan volume hasil ledakan dinyatakan dalam
9. Kepadatan Pengisian
Blasting ratio adalah jumlah berat bahan peledak setiap volume hasil
Hal ini tergantung pada diameter lubang ledak, sifat-sifat batuan, sifat-
sifat bahan peledak, tinggi jenjang dan hasil yang diinginkan. Pada
umumnya ada tiga jenis pola peledakan yang sering diterapkan, yaitu
1. Kepekaan Lokasi
9
Arah perpindahan tergantung pada jalur daya tahan paling kecil yang
yang tepat (stemming yang baik, distribusi energi yang tepat, toe yang
4. Pengendalian dinding
Interval delay yang terlalu singkat antara lubang dalam satu baris dan
5. Geologi
6. Kondisi air
10
Produk bahan peledak dengan densitas yang lebih besar (> 1,25 g/cc)
berdekatan.
8. Sederhana
9. Biaya
ditimbulkan
5. kemudahan penggalian
8. kinerja peledakan
11
9. biaya keseluruhan dari pemboran, peledakan, dan penggalian
Peledakan ( Blasting )
Geometri Peledakan
geometri peledakan yang terdiri atas burden, spacing, sub drilling, dan
12
Formula. Hal ini dilakukan untuk menguji keefektipan dalam
a. Burden
face terdekat dan arah dimana pelemparan akan terjadi. Hal-hal yang
memindahkan material.
sebagai berikut :
13
B = 0,11 De x H ( 34 )
Dimana :
H = Kedalam lubang ( m )
B
S
L
B
T S
FREE FACE
PC
H C
Gambar .1
Geometri Peledakan
Keterangan :
B = Burden
S = Spacing
H = Kedalaman lubang tembak
L = Tinggi jenjang
PC = Tinggi isian bahan peledak
J = Sub drilling
T = Stemming
Secara teoritis kedalaman lubang ledak tidak boleh lebih kecil dari
14
createring . Nilai hole depth ratio ( Kh ) ditentukan melalui
H
Kh = ( 35 )
B
Dimana ;
B = Burden ( m )
c. Spacing ( S )
satu baris (row) dan diukur sejajar terhadap pit wall, biasanya spacing
S = 1,25 B ( 36 )
- Short periode Ks = 1 2
15
Apabila lubang-lubang bor dalam satu baris (row)
maka S = B
jadi S = 2B
arregement.
d. Tinggi Jenjang ( L )
oleh peraltan bor dan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang
L = H J ( 37 )
16
Dimana : L = Tinggi Jenjang ( m )
J = Sub Drill ( m )
e. Sub drilling ( J )
yang diterapkan. Apabila batuan tidak terbongkar secara full face akan
J = Kj X B( 38)
Dimana :
J = Sub Drilling ( m )
B = Burden ( m )
f. Stemming ( T )
17
yang timbul serta mengurung air blast. Dapat dihitung menggunakan
persamaan :
T = Kt X B ( 39)
Dimana :
T = Stemming ( m )
B = Burden ( m )
a. Powder Colomb ( Pc )
Pc = H - T ( 40)
Dimana :
Pc = Powder Colomb( m )
T = Stamming ( m )
18
Pola Peledakan
Pola peledakan dilakukan untuk mengefektifkan hasil
ke depan yang sejajar bidang bebas, lihat gambar 3.16 dan pola
19
Pola Sejajar Pola Zig-Zag
Gambar 3.16
dengan interval delay yang terkecil ke interval delay yang besar. Hal
20
FREE FACE
4 3 2 1 0 1 2 3 4
4 3 2 1 0 1 2 3 4
Gambar 3.17
7 6 Pengaturan
5 5
Nomor Delay Detonator 6 7
7 6 5 5 6 7
Interval delay yang terlalu singkat antara lubang dalam satu baris
dan antara baris dapat menyebabkan over break < 25 milli second
belakang (Back Row) kurang dari 42 milli second (ms), bahan peledak
(Back Wall). Interval delay antara baris yang terlalu singkat < 35 milli
bebas.
21
Produktivitas Hasil Peledakan
a. Volume Peledakan ( V )
berikut :
V = B x S x L ( 41)
Dimana :
B = Burden ( m )
S = Spacing ( m )
L = Tinggi Jenjang ( m )
b. Massa Ledakan ( W )
berikut :
W = V x Db . ( 42 )
Dimana :
V = Volume ( m3 / lubang)
22
Db = Density Batuan ( Ton/m3 )
c. Produksi Peledakan ( P )
Eff
P = Wx x 60 menit / jam x T ( 43 )
CT
Dimana ;
Peledakan Batugamping
Geometri Peledakan
23
masing masing alat bor. Pemboran pada satu lobang dihentikan bila
Dalam hal ini panjang batang bor sama panjang lubang tembak.
Burden ( B )
berikut :
3,4 m
2,8 m
1,9 m
( Lihat Lampiran 1)
geologi, sifat kimia, sifat fisik, dan jenis bahan peledak meliputi
24
diameter bahan peledak, diameter lobang ledak, spsifik gravity bahan
dihentikan hanya jika semua batang bor telah tertanam. Dalam hal ini
persamaan 35.
( Lihat Lampiran 1 )
Spacing ( S )
25
Berdasarkan nilai burden dari masing masing alat dengan
4,25 m
3,5 m
( Lihat Lampiran 1 )
batuan dan struktur geologi yang ada, agar hasil ledakan tidak terjadi
burden yang ada, nlai spacing secara normal berkisar antara 1,25
1,8 B. Jika nilai burdennya relatif besar maka nilai spacing akan lebih
batuan.
26
ledakan dihamburkan ke atmosfer dibarengi dengan noise dan air
antara satu lubang yang satu dengan lubang yang lainya agar hasil
peledakannya baik.
Tinggi Jenjang
dari data kedalaman yang ada nilai jenjang dapat diketahui tinggi
jenjang yaitu :
( Lihat Lampiran 1 )
Sub drilling ( J )
27
Alat Bor Type Ingersol Rand 500 C 3 Drill Rod =
0,68 m
0,56 m
0,38S m
( Lihat Lampiran 1 )
pengangkutan
Stemming ( T )
28
Alat Bor Type Ingersol Rand 500 C 3 Drill Rod =
2,250 m
2,100 m
1,425 m
( Lihat Lampiran 1 )
Powder Colomb ( Pc )
( Lihat Lampiran 1 )
a. Pola Peledakan
front shovel PC 100 maka sebaiknya lubang bor dalam satu baris di
29
delay secara normal dan ke arah lateral di ledakkan secara simultan.
b. Volume Peledakan
berikut :
148,731 m3/lubang
m3/lubang
m3/lubang
( Lihat Lampiran 1)
c. Massa Peledakan
355.021 ton/lubang
154,636 ton/lubang
30
Alat Bor Type CRD 1 Drill Rod Vertikal = 34,25
ton/lubang
( Lihat Lampiran 1)
d. Produktivitas Peledakan
dengan effesiensi kerja 62,04 % dan jam kerja 9 jam/hari dari hasil
31
persamaan 44. Berikut perhitungan waktu pemboran pada masing-
32
Lampiran 1
1. Specification
Weight Matrik U.S Standar
( LMA ) With drifler 9.300 kg 20.500 lb
( LMAC ) With drifler & Cab 9.500 kg 20.940 lb
( LMEA ) With drifler drifter 10.300 kg 22.700 lb
( LMAC ) With drifler & cab 10.500 kg 23.150 lb
( LMAG ) With drifler 10.800 kg 22.700 lb
2. Performanc
Engine DEUT2 BFGL 9 BC
Rated power 127 KW 170 bhp
Rated speed 2,30 rpm 2,300 rpm
Tramming speed 0 - 2,3 km / h 0 2,1 mph
Gradability 30 % 30 %
Ground clearance 355 mtp 14
33
Drifler model yH 80
Weight 210 kg 462 lb
Impac energi 42 kg m 305 til-lbs
Frequency 2600 bpm 2600 bpm
Rotation speed 0 150 rpm 0 150 rpm
Drile pressure 150 kg / cm 3 2.140 psig
34