Anda di halaman 1dari 133

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENGARUH FINANCIAL OPENNESS, FINANCIAL DEVELOPMENT,


DAN STABILITAS NILAI TUKAR TERHADAP
CADANGAN DEVISA DI INDONESIA

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN


DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DIAJUKAN OLEH

BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


NIM: 041011068

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

surabayar....,,*2...,;*-..-*.2491
Skripsi. tolah selsci dan rirp. untuk diuji

Ilosen Pembimbing

Dr.II. Edy Juwono Slamet, SE.JUA

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

PENGARUH FINANCAL OPENNESS, FINANCAL DEWLOPMENT,


DAI\i STABILITAS NILAI TUKAR TERHADAP
CADAFIGAI\ DEVISA DI IhTDONESIA

DIAJUKAN OLEH
BREDA VYA}TTA PUTRI PRADITA
NIM:041011068

TELAH DISETUJII DAIY DITERIMA BAIK OLEH

DOSEN PE

Dr. H. EDY JUWONO SLAMET, SE.,MA TANGGAL ..?-.*:...?.1


_'
" F
KETUA PROGRAM STUDI,

Dr. LILIK SUGIHARTI, SE., MSi rA*ccA', .9.L.:-.9. 1..:. b ('1.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pernyataan Orisinalitas Slripsi

i
Saya (Breda Vyanta Putri Pradita, 041011068) menyatakan dengan sebenar-benamya

bahwa segala pernyataan dalam skripsi saya yang berjudul:

PENGARUH FINANCIAL OPENNESS, TINANCIAL DEWLOPME NT,


, DAN STABILITAS NILAI TUKAR TERHADAP
CAI}ANGAF{ DEYISA I}I INDONESIA

Merupakan gagasail atau hasil penelitian skripsi saya sendiri,kecuali secara tertulis

dengan jelas dicantumkan sebagai acrum dan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam kepustakaan. Selain itu skripsi ini bukan hasil karya orang lain

yang mengatasnamakan saya, serta bukan menrpakan hasil dari penjiplakan

Qtlagiarism) dari karya yang dibuat orang lain. Skrispi ini belum pernah diajukan

untuk memperoleh gelar sejenis di Universitas Airlangga maupun di perguruan tinggr

lain. Semua data dan informasi yang digrrnakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya. Apabila terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran

dalam pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi yang sesuai dengan norma dan

peraturar yang berlaku di Universitas Airlangga.

Surabaya, 2 Jdi2A14

ili

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I}ECLARATION

I am (Breda Vyanta Putri Pradita, 041011068) declare truly that all of my declaration

in thesis with title:

PENGARUH FINANCAL OPENNESS, TINANCIAL DEVELOPME NT,


, DAN STABILITAS NILAI TUKAR TERHADAP
CADANGAFI DEYISA I}I U\IDONESIA

Is genuine and truly my own creation, unless clearly acknowledged of referred to by

quoting the author's name and state in the references. Moreover, my thesis is not

another's person work made under my nffme, nor piracy or plagiarism. The thesis has

neYer been submitted to obtain an academic degree in Airlangga University or in any

other universities. The data and information have been med in thesis declare clearly

and can be checked it's true. If on the frrtwe this statement is proven to be fraud and

dishonest, I agree to receive an academic sanction in accordance with the prevailing

norms and regulations in Airlangga University.

Surabaya, 2 hrli2014

lv

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul Pengaruh Financial Openness, Financial Development, Stabilitas Nilai

Tukar Terhadap Cadangan Devisa di Indonesia.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi Departemen Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah

memberi dukungan moril, doa, nasihat dan bimbingan yang telah diberikan selama

ini, khususnya kepada:

1. Orangtua penulis, Bapak Edhy Bekti Santoso dan Ibu Atiek Dwi Rachmawati

sebagai Papa dan Mama tercinta yang telah memberikan segala kasih sayang,

doa, dukungan lahir maupun batin, serta materi yang tak akan mungkin bisa

terbalaskan. Kesabaran, pengertian, dan perhatian yang tidak henti-hentinya

diberikan dalam mengiringi dan mendidik penulis untuk tetap berjuang dan

bisa melewati segala macam halangan dan rintangan dengan lapang, penulis

ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya. Terima kasih juga kepada Brian

Audita dan Billah Fatkha telah menjadi kakak dan adik yang selalu

memberikan semangat dan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Bapak Dr. Edy Juwono Slamet, SE., MA selaku dosen pembimbing yang

telah rela meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk penulis. Penulis

mengucapkan terima kasih atas semua ilmu, bimbingan, nasehat, doa,

kesabaran, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis hingga penulis

selalu semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua program studi Ekonomi Pembangunan Dr. Lilik Sugiharti, S.E., MSi

yang telah memberikan kemudahan birokrasi serta nasehat sehingga penulis

dapat dengan lancar menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Rossanto Dwi Handoyo, SE., MSi, Ibu Martha Ranggi Primanthi, SE.,

MIDEC, Bapak Drs. Ec. Tri Haryanto, MP, dan Bapak Wisnu Wibowo, SE.,

MSi selaku dosen penguji yang banyak memberikan masukan.

5. Dosen-dosen yang saya banggakan, Ibu Wasiaturrahma, Ibu Magdalena,

Bapak Rudi Purwono, Bapak Achmad Tohari, Ibu Nurul Istifadah dan Bapak

Unggul, terima kasih atas ilmu dan waktu yang diberikan kepada penulis.

Bimbingan dan nasihat yang bapak ibu berikan merupakan stimulus semangat

penulis untuk bisa menjadi lebih baik lagi dalam hal ilmu maupun perilaku.

6. Teman terbaik penulis Bagus Emsza Pradhani yang telah memberikan banyak

waktu, doa, semangat, perhatian dan kesabarannya, sehingga penulis terus

maju dan berjuang untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih

banyak untuk semua bantuannya. Semoga Tuhan senantiasa memberikan

kelancaran, kebaikan, dan rahmat padamu.

vi

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7. Teman-teman penulis yang tercinta, Karin, Windi, dan Anna, terima kasih

banyak atas perhatian, diskusi ilmu dan dukungannya hingga penulis terus

terdorong untuk segera menyeleseikan skrispsi ini. Semoga kita dapat terus

saling membantu satu sama lain kedepannya.

8. Teman-teman kesayangan, Adel, Ayin, Ayu, Aline, Btarinda, Nanda, Nila,

Nita, dan Petisa, yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga

penulis selalu terpacu untuk menyeleseikan skripsi ini.

9. Teman-teman kos yang tercinta, Putri, Dina, Wanda, Fitri, Isna, Sofi, dan

Inka, terima kasih telah memberikan banyak semangat, bantuan, dan diskusi

ilmu kepada penulis. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kebaikan dan

rahmat pada kalian semua.

10. Teman-teman KKN BBM Kebonsari, Mas Dimas, Raiza, Debora, Arief,

Dimas, Mas Edo, Ulfa, Mas Upik, Mas Alfian, Mbak Rika, Mbak Cus, Ratna

Tio dan Eliz, terima kasih telah memberikan cerita, motivasi, dan pengalaman

singkat namun tidak terlupakan.

11. Teman-teman EP angkatan 2010, Arien, Ketut, Yudha, Anka, dan kawan-

kawan, terima kasih telah memberikan banyak cerita dan pengalaman yang

tidak bisa penulis lupakan. Terima kasih juga kepada pihak yang khususnya

telah membantu dalam menyeleseikan skripsi ini. Semoga Tuhan membalas

kebaikan kalian semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,

penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang tidak disengaja. Kritik dan saran

vii

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

demi penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat

memberi masukan dan inspirasi bagi siapapun yang membaca. Amin.

Surabaya, 2 Juli 2014


Penulis,

Breda Vyanta Putri Pradita

viii

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA

PROGRAM STUDI : Ekonomi Pembangunan


DAFTAR NO. :

ABSTRAK
SKRIPSI SARJANA EKONOMI
NAMA : BREDA VYANTA PUTRI PRADITA
NIM : 041011068
TAHUN PENYUSUNAN : 2014

JUDUL :
Pengaruh Financial Openness, Financial Development dan Stabilitas Nilai Tukar
Terhadap Cadangan Devisa di Indonesia

Pentingnya peran cadangan devisa sebagai stabilitas keuangan, dimana


semakin terintegrasinya keuangan, independensi moneter yang semakin luas, serta
stabilitas nilai tukar yang semakin fluktuatif sejak diberlakukannya sistem nilai tukar
mengambang pada tahun 1997. Cadangan devisa yang semakin meningkat,
digunakan sebagai self-protection dan self-insurance suatu negara terhadap
guncangan, dimana integrasi keuangan, independensi moneter dan stabilitas nilai
tukar dapat berjalan secara seimbang. Menggunakan model stabilitas keuangan yang
terdiri atas financial openness, financial development, dan stabilitas nilai tukar
dimana dapat menjelaskan tingkat cadangan devisa yang semakin meningkat di
Indonesia. Menggunakan data time-series kuartalan tahun 1996.1-2011.4 dengan
menggunakan teknik analisis Error Correction Model (ECM).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial openness
(Finop), financial development (Findev), dan stabilitas nilai tukar (ERS) terhadap
tingkat cadangan devisa (Cadangan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
simultan dalam jangka panjang dan jangka pendek, semua variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Secara parsial, variabel Finop, Findev, dan ERS
mempengaruhi secara signifikan variabel Cadangan dalam jangka panjang. Akan
tetapi, variabel Finop, Findev, dan ERS tidak mempengaruhi secara signifikan dalam
jangka pendek.

Kata Kunci: Cadangan Devisa, Integrasi Keuangan, Independensi Moneter,


Financial Openness, Financial Development, Stabilitas Nilai Tukar,
Stabilitas Keuangan, Error Correction Model (ECM).

ix

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DEPARTMENT OF NATIONAL EDUCATION


FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS OF AIRLANGGA UNIVERSITY
STUDY PROGRAM : Economic Development
LIST NO :

ABSTRACT
BACHELOR THESIS

NAME : BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


NIM : 041011068
YEAR OF PREPARATION : 2014
TITLE :
The Effect of Financial Openness, Financial Development and Exchange Rates
Stability to Foreign Reserves in Indonesia
The importance of the role of foreign reserves as financial stability, where the
increasingly of financial integration, an increasingly broad monetary independence,
and exchange rate stability are more volatile since the floating exchange rate regime
system in 1997. The increasing of foreign exchange reserves, has used as a self-
protection and self-insurance against the shocks of a country, when the goal of
financial integration, monetary independence and exchange rate stability could be run
in a balanced. Using financial stability model which consisted of financial openness,
financial development and exchange rate stability which may explain the increasing
level of foreign exchange reserves in Indonesia. Using the quarterly time-series data
in 1996.1-2011.4, this study uses analytical techniques Error Correction Model
(ECM).

This paper aims to determine the effect of financial openness (Finop),


financial development (Findev), and exchange rate stability (ERS) to the level of
foreign exchange reserves (Reserves). The results showed that simultaneous long-
term and short-term, all the independent variables affected the dependent variable.
Partially, Finop, Findev, and ERS variables have significantly affected the long-term
reserves. However, Finop, Findev, and ERS variables do not affected significantly in
the short term.

Keywords: Foreign Reserves, Financial Integration, Monetary Independence,


Financial Openness, Financial Development, Exchange Rates Stability,
Financial Stability, Error Correction Model (ECM).

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan................................................................................................. ii

Lembar Pernyataan Orisinalitas .............................................................................. iii

Declaration ............................................................................................................. iv

Kata Pengantar ........................................................................................................ v

Abstrak .................................................................................................................... ix

Abstract ................................................................................................................... x

Daftar Isi.................................................................................................................. xi

Daftar Tabel ............................................................................................................ xvi

Daftar Gambar......................................................................................................... xvii

Daftar Lampiran ...................................................................................................... xviii

Bab 1: PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 11

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 12

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 12

1.5 Sistematika Skripsi.................................................................................... 13

Bab 2 : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 14

2.1 Landasan Teori.......................................................................................... 14

2.1.1 Pengertian Stabilitas Keuangan ....................................................... 14

xi

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.1.2 Pengertian Neraca Pembayaran Indonesia....................................... 17

2.1.3 Cadangan Devisa ............................................................................. 18

2.1.3.1 Pengertian Cadangan Devisa............................................... 18

2.1.3.2 Tujuan Kepemilikan Cadangan Devisa ............................... 22

2.1.3.3 Determinan Cadangan Devisa ............................................. 23

2.1.4 Pengertian Keterbukaan Keuangan.................................................. 25

2.1.4.1 Ukuran Keterbukaan Keuangan .......................................... 26

2.1.5 Pengertian Pengembangan Keuangan.............................................. 28

2.1.6 Pengertian Nilai Tukar..................................................................... 33

2.1.6.1 Sistem Nilai Tukar Tetap..................................................... 35

2.1.6.2 Sistem Nilai Tukar Mengambang........................................ 36

2.1.6.2.1 Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali.............. 37

2.1.6.2.2 Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas ..................... 37

2.1.6.3 Ukuran Stabilitas Nilai Tukar.............................................. 40

2.2 Penelitian Sebelumnya............................................................................... 40

2.3 Hipotesis dan Model Analisis .................................................................... 46

2.3.1 Hipotesis .......................................................................................... 46

2.3.2 Model Analisis ................................................................................. 47

2.4 Kerangka Berpikir...................................................................................... 50

Bab 3 : METODE PENELITIAN ........................................................................... 52

3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 52

xii

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.2 Identifikasi Variabel................................................................................... 52

3.3 Definisi Operasional Variabel.................................................................... 53

3.4 Jenis dan Sumber Data............................................................................... 56

3.5 Prosedur Pengumpulan Data...................................................................... 56

3.6 Teknik Analisis .......................................................................................... 56

3.6.1 Uji Stasioneritas Data ...................................................................... 58

3.6.2 Uji Kointegrasi................................................................................. 60

3.6.3 Error Correction Model (ECM) ...................................................... 61

3.6.4 Uji Asumsi Klasik............................................................................ 63

3.6.4.1 Uji Multikolinieritas ............................................................ 64

3.6.4.2 Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 65

3.6.4.3 Uji Autokorelasi .................................................................. 65

3.6.4.4 Uji Normalitas ..................................................................... 66

3.7 Uji Statistik ................................................................................................ 66

3.7.1 Uji t-statistik..................................................................................... 66

3.7.2 Uji F-statistik ................................................................................... 67

3.7.3 Koefisien Determinasi R-square (R2)............................................................. 67

Bab 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 68

4.1 Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian ........................................ 68

4.1.1 Perkembangan Pengembangan Keuangan di Indonesia .................. 68

4.1.2 Perkembangan Stabilitas Nilai Tukar di Indonesia.......................... 72

xiii

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.1.3 Perkembangan Keterbukaan Keuangan di Indonesia ...................... 75

4.2 Analisis Model dan Deskripsi Hasil Penelitian.......................................... 77

4.2.1 Uji Stasioneritas Data ...................................................................... 77

4.2.2 Uji Kointegrasi................................................................................. 79

4.2.2.1 Estimasi Persamaan Jangka Panjang ................................... 79

4.2.2.1.1 Uji Probabilitas t-statistik ............................................ 82

4.2.2.1.2 Uji Probalitas F-statistik .............................................. 83

4.2.2.1.3 Koefisien Determinasi (R2)......................................... 83

4.2.2.2 Uji Kointegrasi dengan Augmented Eangle Granger.......... 84

4.2.3 Estimasi Error Correction Model (ECM)........................................ 85

4.2.4 Uji Asumsi Klasik............................................................................ 89

4.2.4.1 Multikolinieritas .................................................................. 89

4.2.4.2 Heteroskedastisitas .............................................................. 89

4.2.4.3 Autokorelasi ........................................................................ 90

4.2.4.4 Normalitas ........................................................................... 91

4.3 Pembuktian Hipotesis ................................................................................ 91

4.4 Pembahasan................................................................................................ 93

4.4.1 Pengaruh Keterbukaan Keuangan Terhadap Cadangan Devisa....... 93

4.4.2 Pengaruh Pengembangan Keuangan Terhadap Cadangan............... 94

4.4.3 Pengaruh Stabilitas Nilai Tukar Terhadap Cadangan Devisa... 95

4.4.4 Pengaruh Krisis Terhadap Cadangan Devisa............................ 97

xiv

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Bab 5 : SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 99

5.1 Simpulan .................................................................................................... 99

5.2 Saran .......................................................................................................... 100

Daftar Pustaka ......................................................................................................... 103

Lampiran ................................................................................................................. 106

xv

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Antara Krisis Global


2008/2009 dan Krisis Moneter 1997/1998 ...........................................3

Tabel 2.1 Indikator Tradisional untuk Kecukupan Cadangan ..............................21

Tabel 4.1 Tren Rasio M2, Kredit, Tabungan, dan Investasi Terhadap GDP: 1983-
1997 ......................................................................................................69

Tabel 4.2 Hasil Uji ADF : Level-Trend and Intercept..........................................77

Tabel 4.3 Hasil Uji ADF : First Different-Trend and Intercept ...........................78

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang...........................................80

Tabel 4.5 Hasil Uji F-statistik...............................................................................83

Tabel 4.6 Koefisien Determinasi (R2) ..................................................................84

Tabel 4.7 Hasil Uji Kointegrasi: Level-Trend and Intercept ................................84

Tabel 4.8 Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM) ...................................85

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ....................................................................89

Tabel 4.10 Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey (BPG) ............................................89

Tabel 4.11 Hasil LM (Breusch-Godfrey)................................................................90

xvi

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDB di Negara Emerging Markets (annual %) ..............2

Gambar 1.2 Total Cadangan (minus gold) Negara Emerging Markets Asia 1996-
2011(US Dollar) ...................................................................................5

Gambar 2.1 Kestabilan Sistem Keuangan ................................................................16

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir.................................................................................52

Gambar 3.1 Kriteria Penentuan Teknik Analisis......................................................57

Gambar 4.1 Perkembangan Rasio M2 Terhadap GDP Periode 1996-2011 .............70

Gambar 4.2 Rasio Cadangan terhadap GDP Periode 1996Q1-2011Q4 ...................71

Gambar 4.3 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Periode 1996Q1-
2011Q4..................................................................................................73

Gambar 4.4 Perkembangan Stabilitas Nilai Tukar.....................................................74

Gambar 4.5 Perkembangan Keterbukaan Neraca Modal di Indonesia.....................76

Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas Jarque-Bera (J-B)...............................................91

xvii

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ................................................................................................................ 106

1. DATA ............................................................................................................ 106

2. HASIL PENGOLAHAN DATA ................................................................... 108

2.1 Uji ADF: first difference-trend and intercept ............................................. 108

2.2 Persamaan Jangka Panjang ......................................................................... 109

2.3 Uji Kointegrasi Augmented Engle Granger................................................ 110

2.4 Persamaan ECM Jangka Pendek................................................................. 110

xviii

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis Asia yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997, dipicu dengan

pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar akibat dari pelemahan nilai tukar bath

Thailand terhadap dolar, menyebabkan nilai tukar rupiah terus-menerus melemah.

Ketidakmampuan pemerintah menangani krisis menimbulkan krisis kepercayaan dan

mengurangi kesediaan investor asing untuk memberi bantuan finansial dengan cepat

(World Bank, 1998). Untuk itu dibutuhkan peran Bank Sentral sebagai otoritas

moneter. Bank Indonesia, menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dimana arah kebijakan didasarkan

pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran

ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Rasio utang jangka pendek yang besar terhadap jumlah cadangan devisa

Indonesia menyebabkan nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak

tersedia cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya.

Akibat dari krisis tersebut dapat dilihat dari menurunnya tingkat produk domestik

bruto (PDB) secara signifikan. Berdasarkan Gambar 1.1 menunjukkan pertumbuhan

PDB negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura pada

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

krisis Asia tahun 1998 mengalami penurunan yang besar. Khususnya di Indonesia,

penurunan sebesar -13,13 persen dimana sebelumnya sebesar 4,7 persen (World

Bank). Hal tersebut mengantarkan Indonesia berada di posisi nomer dua diantara

enam negara yang mengalami krisis terparah di tahun 1997.

20

15

10
GDP Growth

0
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
-5

-10

-15

Indonesia Malaysia Singapura Filipina

Sumber : (Online), (http://data.worldbank.org/, diakses 11 Desember 2013).

Gambar 1.1
Pertumbuhan PBD di Negara Emerging Markets (annual %)

Berbeda dengan krisis keuangan global di tahun 2008, krisis pasar sub-prima

di Amerika Serikat yang berimbas pada sistem keuangan di seluruh dunia yang

puncaknya terjadi pada bulan September dan Oktober 2008. Hal ini terjadi akibat

adanya kegagalan pasar dan regulasi yang menyebabkan tingkat pertumbuhan PDB

menurun drastis di semua kawasan sehingga beberapa negara terpaksa menghadapi

resesi selama masa krisis tersebut. Namun, berbeda dengan negara emerging markets

dimana dapat dilihat pada (Tabel 1.1). Tabel 1.1 menunjukkan perlambatan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

pertumbuhan di negara emerging market seperti Indonesia, Malaysia, Filipina,

Thailand, dan Singapura jauh lebih besar pada saat krisis Asia 1998. Sebaliknya pada

saat krisis global 2008, pertumbuhan ekonomi negara maju mengalami kemerosotan

yang lebih tajam dibandingkan negara emerging market lainnya. Krisis keuangan

global 2008 membawa implikasi pada terjadinya ketidakseimbangan pemulihan

global terutama antara negara maju dengan negara-negara emerging markets

termasuk Indonesia. Menurut Indrawati (2012), telah terjadi multi speed economic

recovery dimana negara emerging markets mengalami pemulihan ekonomi lebih

cepat dibandingkan negara-negara maju.

Tabel 1.1
Perbandingan Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Antara Krisis Global
2008/2009 dengan Krisis Moneter 1997/1998

Negara 1996 1997 1998 1998-1996 2007 2008 2009 2009-2007


Change Change
Indonesia 7.64 4.70 -13.13 -20.77 6.35 6.01 4.63 -1.72
Malaysia 10.00 7.32 -7.36 -17.36 6.30 4.83 -1.51 -7.81
Filipina 5.85 5.19 -0.58 -6.42 6.62 4.15 1.15 -5.47
Thailand 5.90 -1.37 -10.51 -16.41 5.04 2.48 -2.33 -7.37
Singapura 7.63 8.51 -2.17 -9.80 9.02 1.75 -0.79 -9.81
United 3.80 4.49 4.45 1.79 -0.29 -2.80 -4.59
states
United 3.49 4.35 3.57 3.43 -0.77 -5.17 -8.60
kingdom
Russia -3.60 1.40 -5.30 8.54 5.25 -7.82 -16.36
Sumber : Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1996-2009. (Online), (http://data.worldbank.org/,
diakses 20 Desember 2013).

Berasal dari kondisi tersebut, salah satu akibat nyata dari krisis terlihat pada

cadangan internasional atau reserves. Cadangan devisa merupakan salah satu bagian

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

dari neraca pembayaran dan mempunyai peran yang sangat penting dan berpengaruh

pada stabilitas perekonomian. Aizenman dan Lee (2007) menemukan bahwa

cadangan devisa digunakan sebagai asuransi diri terhadap krisis. Begitu juga menurut

Steiner (2012), bahwa krisis mata uang akan mendorong peningkatan cadangan

devisa sehingga bank sentral merevisi kebijakan cadangan mereka setelah terjadi

krisis Asia sebagai tindakan pencegahan. Menyusul serangkaian krisis keuangan di

pasar negara berkembang termasuk krisis Asia 1998, Buirra (2002) dan Griffith

(2003) dalam Ronald (2004) menemukan bahwa kurangnya cadangan devisa

memberikan konstribusi signifikan terhadap kerentanan krisis keuangan.

Beberapa pembuat kebijakan berpendapat bahwa banyak negara berkembang

terpaksa memiliki self-insurance dan self-protection (Feldstein, 1999) dengan

menaikkan cadangan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan

Siregar (2004) dalam Asmanto dan Suryandari (2008), diperoleh bahwa reserves

merupakan kunci utama dari suatu negara untuk dapat menghindari krisis ekonomi

dan keuangan. Hal tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan cadangan internasional di

negara emerging market Asia yang semakin pesat (Gambar 1.2). Cadangan devisa

yang semakin meningkat dari tahun ke tahun khususnya tahun 2007 sebelum

terjadinya krisis global menyebabkan negara-negara emerging market lebih

terlindungi dari sebelumnya terhadap guncangan pada modal mereka. Selama satu

dekade terakhir, cadangan internasional yang diselenggarakan oleh otoritas moneter

naik ke tingkat yang relatif tinggi terhadap output nasional. Hal ini terbukti sebelum

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

Lehman Brothers dinyatakan bangkrut pada September 2008, langkah kebijakan

bank-bank sentral di banyak negara lebih banyak terfokus pada upaya meredakan

keketatan likuiditas melalui suntikan dana ke sistem keuangan dalam jumlah yang

besar untuk mencegah dampak krisis (Bank Indonesia).

250.00

200.00
Cadangan

150.00
(miliar)

100.00

50.00

0.00
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Tahun

Indonesia Malaysia Philippines Singapore

Sumber : Total Reserve Minus Gold 1990-2011. (Online), (http://data.worldbank.org/,


diakses 20 Desember 2013).

Gambar 1.2
Total Cadangan (minus gold) Negara Emerging Markets Asia 1996-2011 (U.S Dollar)

Di tahun 1997, dimana besarnya cadangan devisa yaitu lebih dari USD20

milyar yang disertai dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap USD,

mengakibatkan banyak bank yang mempunyai pinjaman dalam mata uang asing

mengalami kesulitan likuiditas sehingga terjadilah penarikan dana secara besar-

besaran dari bank karena hilangnya kepercayaan masyarakat (Bank Indonesia, 2010).

Hal tersebut semakin menyadarkan akan pentingnya stabilitas sistem keuangan.

Ketidakstabilan sistem keuangan menimbulkan dampak yang sangat buruk yakni

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

hilangnya kepercayaan masyarakat dan menurunnya pertumbuhan ekonomi serta

pendapatan (Bank Indonesia).

Dewasa ini, perkembangan ekonomi Indonesia menunjukkan semakin

terintegrasinya pasar keuangan dengan pasar keuangan dunia. Hal ini merupakan

konsekuensi dari sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya selalu

berhubungan dengan internasional. Di dalam perkembangannya, berdasarkan

kerangka Imposible Trinity atau Trilema Mundel-Fleming dalam Aizenman (2009),

dimana suatu negara secara bersamaan hanya dapat memilih dua dari tiga tujuan

berikut: kemandirian keuangan, stabilitas nilai tukar dan integrasi keuangan, dan

peningkatan akumulasi cadangan devisa tersebut digunakan sebagai penyangga

(buffer stock) agar ketiganya dapat dicapai kestabilan. Hal serupa terdapat pada

penelitian Jeanne (2007), beberapa menyimpulkan bahwa tumpukan cadangan

tersebut adalah sebagai asuransi terhadap peningkatan volatilitas arus modal terkait

dengan globalisasi keuangan. Terutama bagi negara-negara dengan perekonomian

yang terbuka dimana aliran modal internasional adalah volatil atau rentan terhadap

terjadinya shock yang merambat dari negara lain (contagion effect). Berdasarkan

Asmanto dan Suryandari (2008), dengan melihat pengalaman krisis yang terjadi pada

tahun 1997, negara yang memilki reserves yang besar dapat menghindari contagion

effect dari krisis dengan lebih baik dibandingkan dengan negara yang memiliki

reserves yang kecil. Hal tersebut terlihat pada cadangan di tahun 2007 sebesar

US$54,9 miliar dimana sebelumnya hanya sebesar US$41 miliar (World Bank).

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

Berdasarkan latar belakang tersebut, Obstfeld (2008) menemukan bahwa

perlindungan sektor keuangan selalu menjadi motivasi penting untuk akumulasi

cadangan pada peningkatan globalisasi keuangan dunia. Ditemukan juga bahwa

variabel stabilitas keuangan sangat berkorelasi dengan kepemilikan cadangan dan

masuknya variabel stabilitas keuangan sangat meningkatkan kemampuan suatu

negara untuk menjelaskan besarnya cadangan yang dihimpun oleh seluruh negara di

dunia beberapa tahun terakhir. Menggunakan model stabilitas keuangan yang terdiri

atas variabel financial openness, financial development, dan stabilitas nilai tukar

apakah berpengaruh signifikan secara statistik pada tingkat cadangan devisa

Indonesia dimana hasil model tradisional yang terdiri atas jumlah penduduk, impor

terhadap GDP, volatilitas nilai tukar, dan GDP riil per kapita tidak dapat menjelaskan

hubungan pada tingkat cadangan.

Berdasarkan Mishkin (2007), globalisasi keuangan pada perekonomian dunia,

suatu negara masih dapat melahirkan sistem keuangan yang efisien, dinamis, dan

modern. Dalam penelitian terbarunya ketika beberapa negara membuka pasar modal

internasional terlalu cepat tanpa adanya beberapa kondisi dasar yang mendukung,

kerentanan akan terjadinya sudden stops pada aliran modal akan meningkat.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Edwards (2007) bahwa bebasnya mobilitas

modal menghasilkan ketidakstabilan ekonomi makro dan berkontribusi terhadap

kerentanan keuangan di negara-negara berkembang. Perlunya kontrol modal dalam

mengurangi kerentanan suatu negara dalam guncangan eksternal. Berdasarkan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

penelitian Chinn dan Ito (2007) dalam mengukur tingkat keterbukaan neraca modal

suatu negara (kaopen) dimana indeks ini berfokus pada aspek regulasi keterbukaan

neraca modal. Nilai yang lebih tinggi, lebih tinggi pula keterbukaan pada transaksi

keuangan sehingga lebih rentan terhadap guncangan eksternal. Hal ini didukung

dengan penelitian Obstfeld (2008) yang mengungkapkan bahwa negara dengan

tingkat keterbukaan yang tinggi diekspektasikan akan memegang cadangan lebih

banyak sebagai motif pencegahan krisis.

Dengan demikian, beberapa prasyaratan harus ada sehubungan dengan tingkat

minimum kualitas kelembagaan, pengembangan pasar keuangan, dan stabilititas

makroekonomi sebelum globalisasi keuangan dapat lebih meningkatkan pasar

keuangan dan pengembangan kelembagaan (Mishkin, 2007). Pentingnya stabilitas

sistem keuangan yaitu sebagai ketahanan sistem keuangan terhadap guncangan

perekonomian. Hal ini mengoptimalkan fungsi intermediasi, sistem pembayaran dan

penyebaran resiko dengan semestinya. Tentu peran fungsi intermediasi diharapkan

dapat menjadi pendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat

menciptakan kepercayaan masyarakat pada lembaga keuangan.

Hal tersebut mencerminkan munculnya pengembangan dan pendalaman pada

sektor keuangan dimana sektor keuangan mampu memobilisasi tabungan dengan

menyediakan para peminjam berbagai instrumen keuangan dengan kualitas tinggi dan

risiko rendah. Hal ini akan menambah investasi dan akhirnya mempercepat

pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak, terjadinya asymmetric information, yang

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

dimanifestasikan dalam bentuk tingginya biaya-biaya transaksi dan biaya-biaya

informasi dalam pasar keuangan dapat diminimalisasi, jika sektor keuangan berfungsi

secara efisien (Levine, 1997; Fritzer, 2004; dan Kularatne 2002). Peningkatan peran

sektor keuangan diwakili oleh rasio M2 terhadap GDP dimana semakin besar rasio

tersebut maka semakin dalam pengembangan sektor keuangan suatu negara sehingga

dapat meningkatkan tingkat cadangan devisa yang mendorong stabilitas keuangan.

Berdasarkan penelitian Obstfeld, et al (2008), Heng dan Corbett (2011), Lane dan

Burke (2001) bahwa financial development memiliki pengaruh signifikan positif

terhadap cadangan devisa.

Karakteristik Indonesia sebagai small open economy yang menganut sistem

devisa bebas dan sistem nilai tukar mengambang (free floating) menyebabkan

pergerakan nilai tukar di pasar rentan oleh pengaruh faktor ekonomi dan non-

ekonomi. Berdasarkan penelitian Chang dan Velasco (2004) dalam (Abdul, et al.,

2012), nilai tukar bebas bertindak sebagai peredam shocks di sektor keuangan

terhadap depresiasi mendadak pada krisis keuangan. Semenjak krisis Asia melanda

Indonesia, terjadi tekanan yang kuat terhadap rupiah mengakibatkan ketidakmampuan

Bank Indonesia untuk menyangga pita intervensi (band intervention) yang ada. Untuk

mengurangi gejolak nilai tukar yang berlebihan, maka pelaksanaan intervensi menjadi

sangat penting terutama untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Salah bentuk intervensi

itu adalah dengan menggunakan international reserves (Aizenman, et al., 2004).

Berdasarkan Obstfeld, et al (2008), bahwa sistem nilai tukar mengambang bebas

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

memiliki pengaruh positif signifikan terhadap cadangan devisa, karena dapat

meminimalkan kebutuhan pada cadangan devisadimana intervensi bank sentral

berkurang dalam menjaga stabilitas nilai tukar.

Istilah financial stability atau kestabilan keuangan khususnya pada stabilitas

sektor keuangan yang mencakup pada lembaga keuangan guna mendukung jalannya

sistem keuangan yang mengacu kepada kestabilan institusi keuangan dan kestabilan

pasar-pasar yang tergabung dalam pasar keuangan. Berdasarkan Marcflame,

Gubernur Reserve Bank Australia dalam Financial Stability (1990) mengemukakan

bahwa financial stability is avoidance of crisis. Artinya stabilitas keuangan

diartikan sebagai upaya untuk menghindari terjadinya krisis. Berdasarkan latar

belakang ini, penulis akan meneliti ketiga variabel diatas yaitu financial openness,

financial development, dan stabilitas nilai tukar dalam mempengaruhi cadangan

devisa guna menjaga stabilitas keuangan sesuai dengan penelitian-penelitian

sebelumnya. Menggunakan objek penelitian yaitu Indonesia pada periode 1996-2011,

penulis menambahkan variabel krisis di Indonesia yang terjadi di periode 1998 dan

2008 karena dampak yang dihasilkan dari krisis tersebut sangat besar pada

perekonomian Indonesia. Sehingga hasil yang diharapkan pada penelitian penulis

dapat memudahkan Bank Indonesia selaku otoritas moneter dan pemerintah daerah

setempat selaku otoritas fiskal untuk mensinergikan kebijakannya demi menjaga

kestabilan keuangan dan perekonomian di Indonesia.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh jangka panjang pada variabel keterbukaan keuangan

(financial openness) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia secara

simultan maupun parsial.

2. Bagaimana pengaruh jangka panjang pada variabel pengembangan keuangan

(financial development) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia secara

simultan dan parsial.

3. Bagaimana pengaruh jangka panjang pada variabel stabilitas nilai tukar

(exchange rates stability) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia

secara simultan maupun parsial.

4. Bagaimana pengaruh jangka pendek pada variabel keterbukaan keuangan

(financial openness) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia secara

simultan maupun parsial.

5. Bagaimana pengaruh jangka pendek pada variabel pengembangan keuangan

(financial development) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia secara

simultan maupun parsial.

6. Bagaimana pengaruh jangka pendek pada variabel stabilitas nilai tukar

(exchange rates stability) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia

secara simultan maupun parsial.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji pengaruh jangka panjang variabel keterbukaan keuangan

(financial openness) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia.

2. Untuk menguji pengaruh jangka panjang variabel pengembangan keuangan

(financial development) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia.

3. Untuk menguji pengaruh jangka panjang variabel stabilitas nilai tukar

(exchange rates stability) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia.

4. Untuk menguji pengaruh jangka pendek variabel keterbukaan keuangan

(financial openness) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia.

5. Untuk menguji pengaruh jangka pendek variabel pengembangan keuangan

(financial development) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia.

6. Untuk menguji pengaruh jangka pendek stabilitas nilai tukar (exchange rates

stability) terhadap tingkat cadangan devisa di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan

pengambilan kebijakan Bank Indonesia dalam menentukan tingkat cadangan

berdasarkan keadaan Indonesia pada masa sekarang ini. Hal tersebut

dilakukan agar bank sentral dapat mencegah dampak-dampak yang terjadi

apabila terjadi gejolak masa yang akan datang.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut

mengenai hal serupa. Dengan aspek yang sama maupun berhubungan.

3. Penelitian dilakukan untuk mengembangan dan mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang telah didapatkan mahasiswa selama kuliah.

1.5 Sistematika Skripsi

Penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab dan masing-masing bab saling

berkaitan dengan kerangka pembahasan masing-masing bab adalah sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, serta sistematika skripsi.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Memuat landasan teori yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas,

penelitian sebelumnya, hipotesis dan metode analisis, serta kerangka berfikir.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Memuat pendekatan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel,

jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis.

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN

Memuat gambaran umum variabel-variabel operasional selama periode penelitian,

deskripsi hasil uji empiris, analisis model dan pembuktian hipotesis, serta

pembahasan.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN

Memuat simpulan hasil penelitian dan saran yang diajukan berdasarkan hasil

penelitian yang diperoleh.

Daftar Pustaka

Lampiran

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Stabilitas Keuangan

Secara umum istilah financial stability atau stabilitas keuangan telah dikenal

banyak oleh pelaku ekonomi terutama pelaku pasar keuangan, namun demikian

belum terdapat suatu kesepakatan umum mengenai apa yang dimaksud dengan

stabilitas keuangan dimaksud. Namun, pada prinsipnya, stabilitas keuangan berkaitan

dengan 2 elemen, yaitu stabilitas harga dan stabilitas sektor keuangan, yang

mencakup lembaga keuangan serta pasar keuangan yang secara keseluruhan

mendukung jalannya sistem keuangan (Nasution, 2003).

Crockett (1997) dalam Nasution (2003) menyatakan sejak beberapa tahun

terakhir, istilah financial stabilily menjadi semakin berkembang sehingga para ahli

perlu untuk membedakan pengertian monetery stability dengan financial stability.

Monetery stability atau kestabilan moneter mengacu pada stabilitas harga (general

price stability) dalam bentuk kestabilan mata uang sedangkan financial stability,

mengacu kepada kestabilan institusi keuangan dan kestabilan pasar-pasar yang

tergabung dalam pasar keuangan. Berdasarkan Schinasi (2006) dalam Bank Indonesia

mendefinisikan stabilitas keuangan sebagai kondisi dimana sistem keuangan:

14

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

a. Secara efisien memfasilitasi alokasi sumber daya dari waktu ke waktu, dari

deposan ke investor, dan alokasi sumber daya ekonomi secara keseluruhan.

b. Dapat menilai atau mengidentifikasi dan mengelola risiko-risiko keuangan.

c. Dapat dengan baik menyerap gejolak yang terjadi pada sector keuangan dan

ekonomi.

Atau secara umum, menurut Bank Indonesia (2007) stabilitas sistem keuangan

adalah ketahanan sistem keuangan terhadap guncangan perekonomian, sehingga

fungsi intermediasi, sistem pembayaran, dan penyebaran risiko tetap berjalan dengan

semestinya. Menjaga stabilitas keuangan merupakan salah satu fungsi pokok dari

bank sentral modern yang tidak kalah pentingnya dari memelihara stabilitas moneter.

Stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan ibarat dua sisi dari satu koin yang

saling mempengaruhi satu sama lain dimana stabilitas moneter hanya dapat terwujud

dengan adanya stabilitas keuangan, karena sistem keuangan merupakan transmisi

kebijakan moneter. Berikut faktor-faktor terkait yang mendukung terciptanya

stabilitas sistem keuangan adalah: (i) lingkungan ekonomi makro yang stabil; (ii)

lembaga keungan yang dikelola dengan baik; (iii) pengawasan intitusi keuangan yang

efektif; (iv) sistem pembayaran yang aman dan handal dimana pada Gambar 2.1,

dapat disimpulkan bahwa adanya tekanan pada salah satu faktor dapat berdampak

pada faktor lainnya.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

Sumber: Stabilitas Sistem Keuangan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?, (Online),


(http://www.bi.go.id, diakses 14 Mei 2014)

Gambar 2.1
Kestabilan Sistem Keuangan

Pada dasarnya, fungsi stabilitas sistem keuangan ditujukan untuk

menganalisis perkembangan dan menilai risiko-risiko serta merekomendasikan

kebijakan yang diperlukan untuk memelihara stabilitas keuangan (Bank Indonesia,

2007). Reserve Bank of Australia (2012) mendefinisikan sebuah sistem keuangan

yang stabil sebagai sistem di mana setiap kegiatan transfer dana dari pemberi

pinjaman kepada peminjam diakomodasi dengan baik oleh perantara keuangan, pasar,

dan struktur pasar. Oleh karena itu, ketidakstabilan keuangan adalah suatu kondisi di

mana jatuhnya sistem keuangan karena mengganggu kegiatan-kegiatan ini dan

memicu krisis keuangan. Menurut Nasution (2003), secara sederhana dapat dikatakan

bahwa ketidakstabilan sektor keuangan dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas

mobilisasi dana yang sangat diperlukan oleh sektor riil. Sehingga, perlunya stabilisasi

keuangan dalam mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran sebagai

indikator makroekonomi agar tetap berada dalam keadaan seimbang.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

2.1.2 Neraca Pembayaran Internasional

Neraca pembayaran (balance of payment) adalah ringkasan pernyataan atau

laporan yang pada intinya menyebutkan semua transaksi yang dilakukan oleh

penduduk dari suatu negara dengan penduduk negara lain, dan seluruhnya dicatat

dengan metode tertentu, kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun kalender

(Salvatore, 1997:67). Dalam (Salvatore, 1997:68), komponen neraca pembayaran

terdiri atas:

1. Neraca transaksi berjalan (current account) merangkum seluruh transaksi

barang dan jasa pendapatan investasi dan transfer unilateral/hadiah suatu

negara. Neraca berjalan defisit karena impor lebih besar daripada ekspor.

2. Neraca modal (capital account) menghimpun seluruh catatan mengenai

perubahan cadangan dari semua aset finansial noncadangan resmi. Mengukur

perbedaan antara penjualan aset ke luar negeri dengan pembelian aset dari

dalam negeri.

3. Cadangan devisa (reserve account) yaitu transaksi yang melibatkan cadangan

berupa emas, RPF, SDR, valuta asing, dan tagihan lainnya.

4. Selisih perhitungan (error and omission) adalah selisih perjumlahan reserve

account dengan saldo devisa dalam monetary account.

Diketahui bahwa cadangan devisa merupakan salah satu bagian dari neraca

pembayaran dan mempunyai peran yang sangat penting dan berpengaruh pada

stabilitas perekonomian. Berdasarkan IMF pada Bank of Thailand dimana cadangan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

devisa adalah aset eksternal yang tersedia untuk dan dikendalikan oleh otoritas

moneter untuk pembiayaan langsung pada ketidakseimbangan pembayaran, dan

secara tidak langsung mengatur besaran ketidakseimbangan melalui intervensi di

pasar valuta untuk mempengaruhi nilai tukar mata uang, dan atau untuk tujuan lain.

2.1.3 Cadangan Devisa

2.1.3.1 Pengertian Cadangan Devisa

Satu dekade setelah krisis keuangan menyebabkan setiap negara memelihara

cadangan devisa dalam jumlah besar mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis.

Lembaga keuangan internasional dan negara donor belum dapat sepenuhnya

diandalkan untuk memberikan fasilitas pembiayaan yang memadai. Alasan tersebut

mendorong pemupukan cadangan devisa dalam jumlah besar untuk mengatasi krisis.

Berdasarkan penelitian Aizenman dan Lee (2007) ditemukan adanya efek positif dan

signifikan dari tingkat krisis pada tingkat cadangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan Siregar (2004),

diperoleh bahwa reserves merupakan kunci utama dari suatu negara untuk dapat

menghindari krisis ekonomi dan keuangan. Terutama bagi negara-negara dengan

perekonomian yang terbuka dimana aliran modal internasional adalah volatil atau

rentan terhadap terjadinya shock yang merambat dari negara lain (contagion effect).

Bahwa dengan melihat pengalaman krisis yang terjadi pada tahun 1997, negara yang

memiliki reserves yang besar dapat menghindari contagion effect dari krisis dengan

lebih baik dibandingkan dengan negara yang memiliki reserves yang kecil.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

Dalam Obstfeld, et al (2008), motivasi utama untuk memegang cadangan

devisa adalah untuk mendukung sistem perbankan secara keseluruhan dan

menghindari depresiasi mata uang yang parah. Berdasarkan motivasi ini, terdapat

empat tujuan utama dibalik meningkatnya cadangan devisa dengan cepat dalam Heng

dan Corbett (2011) adalah asuransi diri terhadap krisis (Aizenman dan Lee, 2008),

merkantilisme untuk merangsang pertumbuhan (Dolley et al, 2004), mendukung

sistem perbankan secara keseluruhan dan asuransi terhadap ketidakstabilan keuangan

(Obstfeld et al, 2010), dan mengelola volatilitas nilai tukar (Levy-Yeyati dan

Sturzenegger, 2006).

Cadangan devisa (Foreign Exchange Reserves) merupakan salah satu

indikator moneter dalam menunjukkan kuat lemahnya perekonomian dan sebagai

jaminan untuk tercapainya stabilitas moneter dan perekonomian makro suatu negara.

Cadangan devisa merupakan bagian dari tabungan nasional sehingga pertumbuhan

dan besar kecilnya cadangan devisa merupakan sinyal bagi global financial markets

mengenai kredibilitas kebijakan moneter dan creditworthiness suatu negara (Bank

Indonesia, 2006).

Menurut Salvatore (1996: 513), bahwa cadangan devisa merupakan aset-aset

likuid dan berharga tinggi yang dimiliki suatu negara yang nilainya diakui atau

diterima oleh masyarakat internasional dan dapat dipakai sebagai alat-alat

pembayaran yang sah bagi pemerintah atau negara yang merupakan pemiliknya

dalam mengadakan transaksi-transaksi atau pembayaran internasional.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

Sebelum globalisasi keuangan terjadi, pemupukan cadangan devisa mengatur

permintaan dan penawaran valas sebagai akibat transaksi current account. Banyak

negara memupuk cadangan devisa sebagai penyangga (buffer stocks) mengantisipasi

ketidakseimbangan neraca pembayaran internasional. Pembuat kebijakan termasuk

bank sentral, mengadopsi aturan tradisional yaitu suatu negara mempertahankan

cadangan devisa nilainya sama dengan tiga bulan impor. Wijnholds dan Kapteyn

(2001) dalam Heng dan Corbett (2011) berpendapat bahwa sudah menjadi aturan

lama jika cadangan harus setara dengan tiga bulan impor. Diperlukan tolok ukur baru

yang memperhitungkan neraca arus modal. Mereka berpendapat bahwa tolok ukur

baru tersebut harus terdiri dari jumlah utang jangka pendek (drain eksternal) dan

penyisihan pelarian modal oleh penduduk domestik (drain internal), dengan

mempertimbangkan perbedaan dalam risiko negara dan sistem nilai tukar.

Menurut World Investment Report 2003 dalam Adiningsih, dkk (2008),

kondisi cadangan devisa suatu perekonomian dapat dinilai dari tiga parameter.

Parameter tersebut adalah rasio cadangan terhadap impor, rasio cadangan devisa

terhadap hutang luar negeri jangka pendek, dan rasio cadangan devisa terhadap

jumlah uang beredar dalam arti luas (broad money) yang dapat dilihat pada (Tabel

2.1) sebagai berikut:

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

Tabel 2.1 Indikator Tradisional untuk Kecukupan Cadangan

Rasio Nilai Catatan


Cadangan 3 Rasio ini menunjukkan berapa bulan perekonomian dapat mendukung tingkat
terhadap sampai impor saat ini jika pendapataan lainnya terhenti. Sebagai aturan praktis, Negara
impor 4 harus memegang cadangan devisa untuk menutupi impor mereka selama 3
sampai 4 bulan.
Cadangan 1 Rasio ini dikenal sebagai aturan Greenspan-Guidotti, yaitu kemampuan
terhadap perekonomian untuk melayani utang eksternal jangka pendek (utang jatuh tempo
utang dalam waktu 1 tahun) dalam kasus kemerosotan tajam dalam kondisi
eksternal pembiayaan eksternal. Biasanya, negara yang bijaksana jika rasio sama dengan 1
jangka (Garcia dan Soto, 2006; Rodrik dan Velasco, 1999).
pendek
Cadangan 0.05 Rasio ini mencerminkan potensi penduduk berdasarkan capital flight dari mata
terhadap M2 sampai uang domestic karena M2 menunjukkan paparan suatu Negara untuk penarikan
(broad 0.2 aset. Jika rasio mendekati nol, M2 sebagian besar melebihi cadangan devisa.
money) Dalam kasus sebuah rezim nilai tukar tetap, semakin rendah rasio, semakin
tinggi potensi untuk pelarian modal pada saat shocks negatif pada permintaan
uang. Rasio ini memang meningkat di sebagian besar ekonomi Asia sejak tahun
1997 krisis Asia (lihat Wijnholds dan Kapteyn, 2001)

Sumber : Heng Dyna dan Jenny Corbett (2011)

Sebagai konsekuensi liberalisasi keuangan, banyak negara mengakumulasi

cadangan devisa yang bertujuan untuk pencegahan (precautionary cushion) terhadap

gangguan mendadak, volatilitas keuangan, pencegahan krisis. Dalam memprediksi

krisis lebih mengutamakan rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa.

Adanya pemupukan devisa diperlukan sebagai self-insurance, mengurangi pinjaman

jangka pendek yang berpotensi terjadi pembalikan modal dan meningkatkan likuiditas

aset luar negeri sehingga lebih siaga terhadap krisis.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

2.1.3.2 Tujuan Kepemilikan Cadangan Devisa

The need of a central bank for international reserves is similar to an

individuals desire to hold cash balances (currency and checkable deposits)

(Carbaugh, 2004: 513). Artinya bahwa cadangan devisa bagi suatu negara memiliki

tujuan dan manfaat seperti halnya manfaat kekayaan bagi suatu individu. Motif

kepemilikan cadangan devisa dapat diidentikan dengan motif seseorang untuk

memegang uang (Roger, 1993) dalam Virgoana (2006), yaitu motif untuk transaksi,

motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi. Motif transaksi untuk mencukupi kebutuhan

likuiditas internasional, membiayai defisit neraca pembayaran, dan memberikan

jaminan kepada pihak eksternal (para kreditor dan rating agency) bahwa kewajiban

luar negeri dapat dibayar tepat waktu (zero default) dengan biaya seminimal mungkin

tanpa mengurangi optimalisasi pendapatan bagi negara. Motif berjaga-jaga untuk

pelaksaan kebijakan moneter dan kebijakan nilai tukar yaitu memelihara kepercayaan

pasar, melakukan intervensi pasar sebagai upaya mengendalikan volatilitas nilai tukar

apabila diperlukan, meredam market shocks bila terjadi krisis, dan memberikan

kepercayaan kepada pelaku domestik bahwa mata uang domestik senantiasa di-

backup oleh aset valas. Motif spekulasi untuk memperoleh return dari kegiatan

investasi cadangan devisa.

Pengelolaan cadangan devisa, sebagaimana kegiatan investasi keuangan

(financial investment) yang dilakukan oleh lembaga keuangan bank maupun nonbank,

tidak dapat terlepas dari kemungkinan terjadinya kerugian akibat berbagai risiko yang

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

dihadapi. Keadaan ini terutama disebabkan (a) semakin tingginya keterkaitan

kegiatan perekonomian antar negara dan semakin terintegrasinya pasar keuangan

dunia yang menyebabkan ketidakstabilan pada suatu pasar akan cepat berpengaruh ke

pasar lainnya, sehingga risiko kegiatan investasi menjadi semakin tinggi, (b) semakin

berkembangnya globalisasi yang mendorong perkembangan inovasi produk-produk

investasi di pasar keuangan; dan (c) munculnya pelaku-pelaku baru di pasar keuangan

sebagai akibat adanya deregulasi di beberapa negara.

2.1.3.3 Determinan Cadangan Devisa

Berdasarkan Adiningsih, dkk., (2008), besar kecilnya jumlah cadangan devisa

yang dipegang oleh bank sentral dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Ukuran perekonomian, dimana transaksi internasional akan meningkat sejalan

dengan membesarnya perekonomian. Cadangan devisa diharapkan meningkat

bersama dengan pertambahan populasi dan pendapatan per kapita;

2. Kerawanan neraca transaksi berjalan, yaitu semakin terbuka perekonomian, maka

akan semakin rentan terhadap guncangan eksternal. Sehingga keterbukaan

perekonomian harus diikuti dengan cadangan devisa yang lebih besar;

3. Kerawanan neraca modal, semakin terbukanya sistem keuangan suatu

perekonomian, maka akan semakin tinggi kerentanannya terhadap krisis keuangan

sehingga menuntut cadangan devisa yang lebih banyak;

4. Fleksibilitas nilai tukar, semakin besarnya fleksibilitas nilai tukar akan mengurangi

kebutuhan cadangan devisa karena Bank Sentral tidak perlu lagi memiliki

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

sejumlah stok cadangan devisa untuk mempertahankan tingkat nilai tukar yang

ditetapkan;

5. Opportunity cost, yaitu biaya oportunitas memegang cadangan adalah perbedaan

antara keuntungan memegang cadangan devisa dan produktivitas marjinal dan

investasi lainnya. Semakin besar biaya oportunitas, semakin rendah tingkat

cadangan devisa

Literatur tentang fungsi cadangan devisa sangat berkembang sebagai stabilitas

keuangan di berbagai negara dalam satu dekade terakhir. Salah satunya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Obstfeld, et al (2008) yang menemukan bahwa

variabel stabilitas keuangan sangat berkorelasi dengan kepemilikan cadangan dan

bahwa masuknya variabel stabilitas keuangan sangat meningkatkan kemampuan

untuk menjelaskan cadangan meningkat beberapa tahun terakhir di seluruh dunia.

Variabel-variabel tersebut adalah keterbukaan keuangan (financial openness),

pengembangan keuangan (financial development), dan nilai tukar dimana model

tradisional pada penelitian IMF (2007) tidak dapat menjelaskan pola akumulasi

cadangan yang terdiri atas populasi, impor/GDP, volatilitas nilai tukar, dan

pendapatan per kapita. Untuk itu, ketiga variabel yaitu keterbukaan keuangan,

pengembangan keuangan, dan nilai tukar akan dijelaskan secara terperinci sebagai

berikut:

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

2.1.4 Pengertian Keterbukaan Keuangan

Berdasarkan Akyus (1993) dalam Ezen (2000) bahwa keterbukaan keuangan

atau liberalisasi keuangan eksternal adalah kebijakan yang memudahkan bagi

penduduk suatu negara untuk memperoleh aset dan kewajiban dalam mata uang asing

dan non penduduk untuk beroperasi di pasar keuangan nasional. Berdasarkan

Aizenman, et al (2007), liberalisasi neraca modal (capital account transaction)

digambarkan sebagai ketiadaan hambatan dalam aliran modal dari dan ke suatu

negara. Akibat dari keterbukaan keuangan antara lain: 1) penduduk diperbolehkan

memindahkan dana mereka dan memegang aset keuangan luar negeri, 2) perusahaan

swasta diperbolehkan untuk meminjam secara bebas di pasar keuangan internasional,

3) penduduk diperbolehkan melakukan transaksi keuangan dalam mata uang asing,

dan 4) non penduduk diperbolehkan untuk berinvestasi secara bebas di pasar

domestik.

Tetapi, berdasarkan Edwards (2007), selama beberapa tahun terakhir sejumlah

penulis berpendapat bahwa bebasnya mobilitas modal menghasilkan ketidakstabilan

ekonomi makro dan berkontribusi terhadap kerentanan keuangan di negara-negara

berkembang. Menurut Stiglitz (2002) pelonggaran kontrol terhadap mobilitas modal

selama tahun 1990an pada negara-negara berkembang adalah kesalahan besar dimana

merupakan penyebab dari sebagian krisis mata uang di pasar negara berkembang

khususnya krisis Asia 1997. Pendukung kontrol modal berpendapat bahwa membatasi

mobilitas modal memiliki dua manfaat penting yaitu: (a) mengurangi kerentanan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

suatu negara terhadap guncangan eksternal dan krisis keuangan, dan (b)

memungkinkan negara-negara yang telah mengalami krisis mata uang dengan suku

bunga yang lebih rendah, menerapkan kebijakan pro-pertumbuhan, dan keluar dari

krisis lebih cepat.

Dalam literatur terdapat dua pendekatan dasar dalam menentukan ukuran

keterbukaan keuangan yaitu secara de jure dan de facto. Berdasarkan Annual Report

on Exchange Arrangements and Exchange Restrictions (AREAER) IMF, keterbukaan

neraca modal secara de jure adalah ketiadaan hambatan pada transaksi akun modal

atau aliran modal seperti; Penanaman Modal Asing atau Foreign Direct Investment,

investasi portfolio, dan aliran hutang dimana nilai dari keterbukaan keuangan (de

jure) biasanya ditunjukkan dengan angka indeks antara 0-1 yang mengindikasikan

keterbukaan penuh atau tertutup.

2.1.4.1 Ukuran Keterbukaan Keuangan

KAOPEN merupakan indeks untuk mengukur tingkat keterbukaan neraca

modal suatu negara. KAOPEN didasarkan pada variabel dummy biner yang

menyusun data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan pengamatan dan

evaluasi dalam pembatasan atas transaksi keuangan antar negara yang dilaporkan

dalam IMFs Annual Report on Exchange Arrangements and Exchange Restrictions

(AREAER). Sampai tahun 1996, variabel dummy mencerminkan 4 kategori utama

batasan pada akun eksternal (external accounts). Variabel-variabel tersebut adalah:

k1: variabel yang menunjukkan adanya beberapa nilai tukar berganda;

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

k2: variabel yang menunjukkan pembatasan transaksi neraca berjalan;

k3: variabel yang menunjukkan pembatasan transaksi neraca modal;

dan

k4: variabel yang menunjukkan persyaratan penyerahan hasil ekspor.

Untuk fokus pada pengaruh keterbukaan keuangan (financial openness)

daripada kontrol, Chinn dan Ito (2007) membalikkan nilai-nilai variabel-variabel

biner, sehingga variabel adalah sama dengan satu, ketika pembatasan akun modal

tidak ada. Selain itu, untuk kontrol pada transisi modal (), menggunakan lima tahun

(meliputi tahun t dan empat tahun sebelumnya) bahwa kontrol modal tidak berlaku

(SHAREk3).

, + , + , + , + ,
, =
5

Kemudian Chinn dan Ito (2007) membangun indeks untuk modal

keterbukaan (), yang merupakan komponen standar utama ,

,, . Indeks ini mengambil nilai yang lebih tinggi, negara yang lebih

terbuka untuk transaksi modal antar negara. Dengan susunan tersebut, seri ini

memiliki rata-rata nol. Eigenvector pertama untuk KAOPEN ditemukan (,

, , ) = (0.57, 0.25, 0.52, 0.58), menunjukkan bahwa variabilitas KAOPEN

bukan hanya didorong oleh seri .

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

Chinn dan Ito (2007) menggabungkan ,, ,, dan ,, variabel pada

variabel KAOPEN bukan berfokus pada yang mengacu pada pembatasan transaksi

neraca modal. Mereka percaya penggabungan ,, ,, dan ,t dalam indeks ini

memungkinkan untuk menangkap lebih akurat intensitas kontrol modal.

Indeks ini dianggap sebagai langkah de jure pada keterbukaan keuangan

(financial openness) karena mencoba untuk mengukur regulasi pembatasan pada

transaksi neraca modal. Oleh karena itu, indeks ini berbeda dari ukuran berdasarkan

harga pada keterbukaan keuangan yaitu yang didasarkan pada paritas suku bunga

(UIP atau RIP) seperti pendekatan Cheung, et al. (2003) atau mereka yang

menyimpang dari kondisi dimana tidak ada keuntungan arbitrase seperti De Gregorio

(1998). Para peneliti sering menyebut tindakan berdasarkan harga ini sebagai de facto

pada langkah-langkah integrasi keuangan. Kedua jenis tindakan keterbukaan

keuangan ini memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri. Indeks ini berfokus pada

aspek regulasi keterbukaan neraca modal dimana nilai yang lebih tinggi, lebih tinggi

pula keterbukaan pada transaksi keuangan.

2.1.5 Pengertian Pengembangan Keuangan

Berdasarkan Adnan (2010), pengembangan keuangan (financial development)

didefinisikan sebagai kebijakan, faktor, dan lembaga-lembaga yang mengarah pada

intermediasi yang efisien dan pasar keuangan yang efektif. Sebuah sistem keuangan

yang kuat, menawarkan diversifikasi risiko dan alokasi modal yang efektif. Semakin

besar pengembangan keuangan, semakin tinggi mobilisasi tabungan dan alokasi

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

returns yang tinggi. Pengembangan keuangan dapat diukur dengan sejumlah faktor

termasuk depth, ukuran, akses, dan kesehatan sistem keuangan. Hal ini dapat diukur

dengan memeriksa kinerja dan aktivitas pasar keuangan, bank, pasar obligasi dan

lembaga keuangan. Hal ini bahwa tingginya tingkat perkembangan keuangan di suatu

negara, semakin luas ketersediaan pelayanan keuangan. Sebuah sistem keuangan

yang berkembang, menawarkan keuntungan yang lebih tinggi dengan resiko yang

lebih kecil.

Pengembangan sistem keuangan menyediakan diversifikasi portofolio untuk

mengurangi risiko penabung, dan menawarkan lebih banyak pilihan kepada investor

dalam meningkatkan returns. Fungsi penting dari sistem keuangan adalah untuk

mengumpulkan dan memproses informasi tentang meningkatkan produktivitas

proyek investasi dengan biaya yang efektif, dimana dapat mengurangi biaya investasi

untuk investor individu (King & Levine , 1993b) dalam FitzGerald (2006).

Bank adalah unsur penting pada pengembangan keuangan yaitu sebagai

jembatan antara penabung dan peminjam. Sebagian besar negara bergantung pada

sektor perbankan yang berada pada sektor keuangan. Bank menawarkan asuransi

untuk penabung dengan menyediakan portofolio returns kurang beresiko dan

investasi berisiko tinggi. Dengan cara ini, investor bisa mendapatkan returns yang

lebih tinggi pada investasi mereka karena mereka memegang portofolio yang

terdiversifikasi (Adnan, 2010).

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

Keberadaan sektor keuangan dapat dilihat dari beberapa indikator dalam

perkembangannya. Dalam hal ini terdapat beberapa pandangan mengenai indikator

untuk mengetahui perkembangan sektor keuangan di suatu negara. Diantaranya

pendapat yang dikemukakan oleh Lynch (1996:3-33) yang menyatakan terdapat lima

indikator untuk mengetahui perkembangan sektor keuangan suatu negara, yakni :

1. Ukuran kuantitatif (quantity measures)

Indikator kuantitatif berdasarkan moneter dan kredit agregat adalah ukuran

tradisional pembangunan keuangan dimana merupakan proxy tabungan dan

intermediasi kredit dalam ekonomi. Indikator sederhananya adalah rasio uang

terhadap PDB, yang mengukur tingkat monetisasi dalam perekonomian.

Indikator kuantitatif ini untuk mengukur pembangunan dan kedalaman sektor

keuangan.

2. Ukuran struktural (structural measures)

Indikator struktural menganalisa struktur sistem keuangan dan menentukan

pentingnya elemen-elemen yang berbeda-beda pada sistem keuangan. Rasio-

rasio yang digunakan sebagai indikator adalah : rasio uang dalam arti luas

terhadap PDB, rasio pengeluaran pasar sekuritas terhadap uang dalam arti

luas.

3. Harga sektor keuangan (financial prices)

Indikator ini dilihat dari tingkat bungan kredit dan pinjaman sektor riil.

4. Skala produk (product range)

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

Indikator ini dilihat dari berbagai jenis-jenis instrumen keuangan yang

terdapat di pasar keuangan, seperti ; produk keuangan dan bisnis (commercial

paper,corporate bond, listed equity), produk investasi, produk pengelolaan

risiko dan nilai tukar luar negeri.

5. Biaya transaksi (transaction cost)

Indikator ini dilihat dari spread suku bunga

Pengembangan keuangan secara mendalam disebut dengan financial

deepening. Dalam Ruslan (2011), pendalaman keuangan (financial deepening)

menurut Shaw (1973) merupakan akumulasi dari aktiva-aktiva keuangan yang lebih

cepat dari pada akumulasi kekayaan yang bukan keuangan (Kitchen, 1988:14).

Berdasarkan indikator kuantitatif, pendalaman keuangan ditunjukkan oleh semakin

besarnya rasio antara jumlah uang beredar (M2) dengan PDB. Sebaliknya semakin

kecil rasio antara jumlah uang beredar (M2) dengan PDB menunjukkan semakin

dangkal sektor keuangan suatu negara (Lynch, 1996:3). Dominguez (2007) dalam

Obstfeld (2008) menemukan M2 sebagai ukuran dari financial development,

memfokuskan pada sistem perbankan domestik. M2 yang terdiri dari komponen M1

ditambah dengan deposito berjangka, deposito jangka pendek, pasar uang reksa dan

kategori lain adalah salah satu ukuran dalam menentukan jumlah uang beredar di

suatu negara. Tingkat yang lebih tinggi dari kewajiban utang swasta meningkatkan

permintaan cadangan suatu negara.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

Menurut McKinnon (1973) dalam FitzGerald (2006) liberalisasi pasar

keuangan memungkinkan terjadinya financial deepening yang mencerminkan

meningkatnya peran intermediasi keuangan atau bank oleh penabung dan investor

dan memungkinkan aliran sumber daya yang efisien antara orang-orang dan lembaga-

lembaga dari waktu ke waktu. Hal ini mendorong tabungan dan mengurangi kendala

pada akumulasi modal dan meningkatkan efisiensi pada alokasi investasi, dengan

memindahkan modal dari sektor yang kurang produktif ke sektor yang lebih

produktif.

Dornbusch dan Reynoso (1989:204) dalam Ruslan (2011) menyatakan bahwa

suatu negara akan berhasil dalam mencapai sasaran dalam pembangunan

ekonominya, bila sektor keuangannya dapat berkembang dengan baik. Perkembangan

sektor keuangan ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyediakan tabungan

yang cukup bagi keperluan investasi pembangunan maupun dalam mengatasi

masalah-masalah seperti pembiayaan inflasi dan pengaruh defisit anggaran terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Suatu negara dengan rasio financial deepening yang besar cenderung

mengurangi peran international reserves. Hal ini karena negara dengan rasio

financial deepening yang besar dapat dikatakan telah memiliki pertumbuhan ekonomi

yang sudah baik (Priadi, 2008) sehingga negara tersebut dapat mengurangi kebutuhan

akan cadangan devisa. Suatu negara dengan rasio financial deepening yang besar

cederung mengurangi peran international reserves karena dalam mengatasi gejolak,

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

negara tersebut mengatasinya dengan penyesuaian otomatis melalui mekanisme

pasar.

Tetapi menurut Goldfajn da Valdes (1997) dalam Obstfeld (2008) pada krisis

tahun 1990an dimana terdapat hubungan erat antara pengembangan keuangan

domestik (domestic financial development) dan krisis eksternal. Sampai-sampai

liabilitas atau kewajiban pada sektor keuangan domestik, sebagian besar didominasi

oleh mata uang asing. Financial deepening (perluasan akses penawaran dan

permintaan di pasar uang) harus diimbangi dengan peningkatan cadangan devisa.

2.1.6 Pengertian Nilai Tukar

Setiap negara memiliki sebuah mata uang yang menunjukkan harga-harga

barang dan jasa. Nilai tukar (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga

yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan

(Mankiew, 2007). Nilai tukar atau kurs akan mempengaruhi keputusan investasi serta

ekspor-impor di seluruh dunia. Fluktuasi nilai tukar akan berdampak signifikan

terhadap perekonomian negara-negara yang bergantung terhadap perdagangan dan

aliran dana internasional.

Berdasarkan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang

mereformasi tujuan dan tugas Bank Indonesia secara lebih tegas dan terfokus, tujuan

Bank Indonesia sesuai dengan pasal 7 adalah mencapai dan memelihara kestabilan

nilai tukar. Kestabilan nilai tukar yang dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai dan memelihara stabilitas nilai

tukar, Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter. Salah satu implementasi

kebijakan moneter dilakukan dengan kebijakan sistem nilai tukar. Terdapat tiga

sistem nilai tukar yang diterapkan oleh banyak negara, yaitu: sistem nilai tukar tetap

(fixed exchange rate), sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating

exchange rate), dan sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange

rate). Perbedaan ini berdasarkan pada besar cadangan devisa dan intervensi bank

sentral yang diperlukan untuk mempertahankan nilai tukar pada sistem tersebut.

Menurut Carbaugh (2004: 516) dalam Asmanto dan Suryandari (2008) adalah tujuan

utama dari international reserves adalah untuk memfasilitasi pemerintah dalam

melakukan intervensi pasar sebagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar. Sehingga

suatu negara dengan aktivitas stabilisasi yang aktif memerlukan jumlah cadangan

devisa yang besar juga.

Besar kecilnya kebutuhan cadangan devisa dikaitkan dengan arus dana antar

negara dipengaruhi oleh sistem devisa yang dianut oleh suatu negara. Di negara yang

menganut sistem devisa bebas, aliran modal bebas masuk dan bebas keluar sehingga

perekonomian negara tersebut biasanya akan rentan terhadap risiko yang muncul dari

kegiatan spekulasi pemilik modal yang sewaktu-waktu dapat menarik dananya.

Dalam situasi tersebut, otoritas moneter memerlukan jumlah cadangan devisa dalam

jangka pendek yang lebih besar, khususnya untuk kebutuhan mengelola nilai tukar

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

dibandingkan dengan negara yang menganut system devisa terkontrol (Virgoana,

2006).

2.1.6.1 Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed exchange rate)

Fixed exchange rate adalah kurs suatu mata uang (rupiah) terhadap mata uang

lain (dolar) ditetapkan pada nilai tertentu, tanpa memperhatikan penawaran ataupun

permintaan terhadap valuta asing yang terjadi. Bila terjadi kekurangan atau kelebihan

penawaran atau permintaan lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah, maka dalam

hal ini akan mengambil tindakan untuk membawa tingkat nilai tukar ke arah yang

telah ditetapkan. Tindakan yang diambil oleh otoritas moneter bisa berupa pembelian

ataupun penjualan valuta asing, bila tindakan ini tidak mampu mengatasinya, maka

akan dilakukan penjatahan valuta asing (Halwani, 2005). Pada kurs ini bank sentral

akan bersedia melayani seluruh kebutuhan devisa yang diperlukan oleh pasar.

Apabila tingkat kurs tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral

melakukan devaluasi atau revaluasi atas tingkat kurs yang ditetapkan. Sistem

nilai tukar tetap membutuhkan cadangan devisa yang sangat besar. Selain itu, bank

sentral harus berulangkali mengintervensi pasar agar nilai tukar tetap berada pada

posisi yang dikehendaki (Bank Indonesia, 2008).

Berdasarkan Nuge (2009) dimana cadangan dapat menjadi dukungan formal

untuk mata uang domestik dalam rangka memberikan kepercayaan pada mata uang

domestik. Cadangan devisa digunakan sebagai alat tukar dan kebijakan moneter,

terutama di negara-negara dengan kebijakan nilai tukar tetap. Negara-negara tersebut

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

dapat mempertahankan nilai tukar tetap mereka dengan membeli atau menjual mata

uang domestik dalam rangka mendukung mata uang domestik. Dalam Bank

Indonesia (2008), penetapan nilai kurs tersebut dapat dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu:

1. Pegged to a currency, apabila kurs ditetapkan terhadap suatu mata uang lain.

2. Pegged to a basket of currency, apabila kurs ditetapkan terhadap sekeranjang

mata uang lain dengan bobot tertentu sesuai dengan besarnya hubungan

perdagangan dan investasi.

3. Currency board system, apabila penetapan kurs tersebut dibarengi dengan

pembatasan bagi bank sentral dalam mengedarkan uang sebesar (nilai

ekuivalen) cadangan devisa yang dimilikinya.

Sistem kurs tetap membutuhkan cadangan devisa yang besar karena bank

sentral memiliki kewajiban untuk mempertahankan kurs pada level yang ditetapkan.

Biasanya diterapkan pada negara yang mempunyai cadangan devisa besar dengan

sistem devisa yang masih relatif terkontrol.

2.1.6.2 Sistem Nilai Tukar Mengambang

Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya

stabilisasi oleh otoritas moneter. Menurut Kuncoro (2001), di dalam sistem kurs

mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

2.1.6.2.1 Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (managed floating)

Sistem dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada

tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena

otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan

kurs. Menurut Bank Indonesia (2008), manage floating exchange rate adalah kurs

dibiarkan bergerak dalam batas tertentu sesuai dengan pita intervensi (intervention

band) yang ditetapkan bank sentral.

1. Apabila kurs bergerak menembus batas atas atau batas bawah dari pita

intervensi, secara otomatis bank sentral akan membeli atau menjual devisa

yang diperlukan oleh pasar sehingga kurs bergerak dalam batas pita

intervensi.

2. Penetapan lebarnya pita intervensi tergantung pada besarnya cadangan

devisa yang dimiliki serta kemungkinan kebutuhan yang terjadi di pasar.

Umumnya akan disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan

perkembangan cadangan devisa dan volume transaksi di pasar valas.

2.1.6.2.2 Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Rate)

Kurs mengambang bebas adalah suatu sistem ekonomi yang ditujukan bagi

suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah maju. Sistem nilai tukar ini akan

menyerahkan seluruhnya kepada pasar untuk mencapai kondisi ekuilibrium yang

sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Jadi dalam sistem nilai tukar ini hampir

tidak ada campur tangan pemerintah. Bank sentral dapat melakukan intervensi di

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

pasar valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs di pasar, akan tetapi umumnya

hanya dilakukan pada saat-saat tertentu misalnya bila terjadi gejolak kurs yang

berlebihan dalam waktu yang sangat singkat.

Pada sistem nilai tukar bebas, aliran modal yang bebas masuk dan keluar

menyebabkan kerentanan terhadap munculnya resiko dari spekulasi pemilik modal

yang sewaktu-waktu dapat menarik dananya. Perlunya otoritas moneter terhadap

jumlah cadangan devisa jangka pendek yang lebih besar daripada sistem nilai tukar

terkontrol (Virgoana, 2006).

Di Indonesia, sistem ini diberlakukan sejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang.

Karakteristik Indonesia sebagai small open economy yang menganut sistem devisa

bebas dan sistem nilai tukar mengambang (free floating) menyebabkan pergerakan

nilai tukar di pasar rentan oleh pengaruh faktor ekonomi dan non-ekonomi. Untuk

mengurangi gejolak nilai tukar yang berlebihan maka pelaksanaan intervensi menjadi

sangat penting terutama untuk menjaga stabilitas nilai tukar pada saat tertentu yang

benar-benar dibutuhkan agar dapat memberikan kepastian bagi dunia usaha. Salah

satu bentuk intervensi itu adalah dengan menggunakan international reserves dan ini

sejalan dengan argumentasi Aizenman,dkk (2004) dalam (Priadi, 2008) dan Obstfeld

(2008) bahwa suatu negara yang menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas

akan cenderung mengurangi permintaan international reservesnya.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

Hampir tidak ada batasan dalam transaksi valuta asing dalam sistem nilai

tukar ini, yang meliputi : i) tidak ada kewajiban bagi eksportir untuk menyerahkan

cadangan devisa; ii) tidak ada kewajiban bagi bank untuk menjual cadangan devisa

bank sentral; iii) tidak ada kewajiban bagi individu untuk membeli/menjual cadangan

devisa; iv) tidak ada kewajiban untuk melaporkan transaksi valuta asing (Iskandar,

2010).

Keunggulan :

a. Cadangan devisa lebih aman.

b. Persaingan pasar ekspor-impor sesuai dengan mekanisme pasar.

c. Kondisi ekonomi negara lain tidak akan berpengaruh besar terhadap kondisi

ekonomi dalam negeri.

d. Masalah neraca pembayaran dapat diminimalisir.

e. Tidak ada batasan valas.

f. Equilibrium pasar uang.

Kelemahan :

a. Praktik spekulasi semakin bebas.

b. Tidak adanya intervensi pemerintah untuk menjaga harga.

c. Fluktuasi pergerakan kurs menambah ketidakpastian bagi dunia usaha.

d. Sistem ini mengharuskan dunia usaha me-hedge risiko kurs.

e. Umumnya diterapkan di negara yang mempunyai cadangan devisa relatif kecil

sementara sistem devisa yang dianut cenderung bebas.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

2.1.6.3 Ukuran stabilitas nilai tukar

Berdasarkan Aizenman, Chinn, dan Ito (2009), untuk mengukur stabilitas nilai

tukar antar negara asal dan negara dasar dapat dihitung dan dimasukkan

menggunakan rumus berikut ini dimana nilai yang lebih tinggi dari indeks ini

mengindikasikan gerakan lebih stabil dari nilai tukar terhadap mata uang dari negara

basis.

.
= .(((_)) .......................................................... (2.2)

Menggunakan standar deviasi berdasarkan Supranto (1996), Spiegel (1992),

dan Watson (1993) dalam Ulfa (2003), standar deviasi digunakan untuk mengukur

stabilitas atau resiko dari suatu seri data kuantitatif. Standar deviasi yang lebih tinggi

terkait dengan tingkat stabilitas yang rendah, yang identik dengan resiko yang lebih

tinggi. Sebaliknya, standar deviasi yang lebih rendah terkait dengan tingkat stabilitas

yang lebih tinggi, yang identik dengan resiko yang lebih rendah.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Obstfeld (2008) menemukan bahwa variabel stabilitas keuangan sangat

berkorelasi dengan kepemilikan cadangan. Masuknya variabel stabilitas keuangan

dapat meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan alasan meningkatnya cadangan

di seluruh dunia beberapa tahun terakhir dengan menggunakan objek penelitian 134

negara dan periode penelitian 1980-2004. Obstfeld mengembangkan kerangka teori

sederhana dalam menyelidiki faktor empiris pada pertumbuhan cadangan, apakah

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

terjadi korelasi statistik yang kuat dan signifikan dari tingkat cadangan

(cadangan/PDB) dengan keterbukaan keuangan (ukuran mobilitas modal antar

negara), pengembangan keuangan (proksi M2/GDP), dan kebijakan nilai tukar

(menggunakan indikator patokan) dimana variabel-variabel tersebut akan digunakan

penulis dalam penelitian ini.

Obsfeld membandingkan model stabilitas keuangan (financial stability) dan

model tradisional berdasarkan penelitian IMF (2003). Hasil IMF pada model

tradisional, menyebabkan Jeanne (2007) menyimpulkan bahwa tidak ada kerangka

regresi linier yang dapat menjelaskan pola arus akumulasi cadangan. Pada model

tradisional, cadangan/GDP sebagai variabel dependen dengan variabel independen

yaitu (log) penduduk, (log) impor terhadap GDP, volatilitas nilai tukar, dan (log)

GDP riil per kapita. Berbeda dengan model stabilitas keuangan dimana terdapat

tambahan variabel independen yaitu (log) M2/GDP, ukuran keterbukaan keuangan,

dummy nilai tukar terpatok, dummy nilai tukar patokan halus, dummy negara maju,

dan (log) perdagangan luar negeri (impor ditambah ekspor)/GDP.

Variabel ketetapan nilai tukar, keterbukaan neraca keuangan, dan perluasan

keuangan domestik (domestic financial depth), signifikan terhadap reserves/GDP.

Pada model stabilitas keuangan penuh, sebagai contoh peningkatan indeks pada

variabel keterbukaan keuangan, menyebabkan cadangan/GDP juga meningkat. Begitu

juga financial deepening memiliki efek signifikan pada cadangan/GDP. Variabel-

variabel tersebut memberi efek yang besar untuk mengembangkan sebuah negara.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

Obstfeld, et al. (2008) membagi sampel menjadi tiga periode : tahun 1980an,

sebelum krisis Asia tahun 1990an (1990-1997), dan setelah krisis Asia (1998-2004).

Pada sampel negara emerging markets, variabel keterbukaan keuangan dan

keterbukaan perdagangan tidak menjadi faktor dalam mempengaruhi cadangan tahun

1980, tetapi sebelum krisis Asia tahun 1990an menjadi sangat penting. Financial

deepening (M2/GDP) juga memiliki efek positif dan signifikan pada setiap periode

dan semakin kuat dari waktu ke waktu. Variabel ini semakin penting pada suatu

negara yang terintegrasi dengan pasar keuangan dunia dimana M2 merupakan

pendorong utama dari pertumbuhan cadangan baru-baru ini. Berbeda dengan

penelitian ini yang hanya mencakup periode sampel sebelum dan setelah krisis tahun

1998 dan 2008 yaitu periode antara 1996-2011 dengan menggunakan Indonesia

sebagai studi kasus.

Dalam penelitian Dyna dan Corbett (2011) membahas mengenai motif suatu

negara melakukan akumulasi cadangan devisa dan menganalisa dampak dari financial

development dan arus modal pada akumulasi cadangan di negara Asia Timur.

Menggunakan model dimana negara memiliki cadangan untuk memasok likuiditas

valuta asing di pasar keuangan yang belum berkembang. Dengan menggunakan data

tahunan di 12 negara Asia antara tahun 1980 dan 2009, menguji secara empiris motif

pada akumulasi cadangan dan menganalisis dampak arus modal dan financial

development pada permintaan cadangan.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

Menggunakan variabel cadangan sebagai variabel dependen dengan variabel-

variabel bebas seperti capital inflows, financial development, interaksi antara capital

inflows dan financial development, serta variabel control yang meliputi GDP per

kapita, broad money, perdagangan, stabilitas nilai tukar dan financial openness.

Terdapat hubungan positif antara M2 dan perdagangan terhadap cadangan

pasca krisis Asia. Hal ini menguatkan bahwa terdapat motif pencegahan dan motif

stabilitas keuangan untuk akumulasi cadangan di antara negara-negara Asia. Terdapat

efek yang cukup tinggi pada variabel capital inflows terhadap variabel cadangan

terhadap GDP. Dalam penelitian ditemukan bahwa financial development mendorong

bank sentral untuk mengurangi timbunan cadangan dengan mengurangi dampak arus

modal pada permintaan cadangan devisa. Karena rendahnya kemampuan sektor

swasta untuk memenuhi permintaan likuiditas ketika pasar keuangan kurang

berkembang, negara berperan dalam penyediaan likuiditas tambahan. Jadi, kebijakan

financial development akan mengurangi motivasi otoritas moneter untuk menimbun

cadangan untuk menimbun cadangan dalam penyediaan likuiditas. Dan financial

development mengurangi dampak arus modal pada permintaan cadangan.

Berdasarkan penelitian tersebut, hal ini yang mendorong penulis dalam menggunakan

variabel financial development sebagai pendorong tingkat cadangan dengan

menggunakan studi kasus Indonesia.

Lane dan Burke (2001), membahas mengenai faktor-faktor penentu perbedaan

tingkat cadangan devisa pada 102 negara tahun 1981-1995 dimana keterbukaan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

keuangan merupakan faktor yang paling penting. Menggunakan variabel output per

capita, keterbukaan perdagangan, ukuran negara, volatilitas ekspor, financial

development, kontrol modal, kebijakan nilai tukar, dummy minyak, and hutang

eksternal sebagai penentu dalam kepemilikan cadangan.

PDB per kapita dan keterbukaan perdagangan signifikan secara individual.

Ukuran negara memiliki efek negatif pada kepemilkian cadangan, semakin besar

suatu negara maka kepemilikan cadangan semakin sedikit. Cadangan memiliki

korelasi kuat terhadap financial deepening. Namun, tidak ada bukti bahwa volatilitas,

kontrol modal, kebijakan nilai tukar atau ketergantungan pada minyak mempengaruhi

tingkat cadangan.

Dalam Edison (2003), penelitian dilakukan dengan menggunakan data panel

dengan objek penelitian 122 negara emerging markets pada periode 1980-1996.

Menggunakan lima variabel penentu kepemilikan cadangan yaitu economic size,

current account vulnerability, capital account vulnerability, exchange rate flexibility,

dan opportunity cost.

Pertama, variabel ukuran ekonomi diukur dalam PDB dan PDB per kapita, hal

ini diasumsikan bahwa transaksi internasional meningkat dengan ukuran ekonomi.

Semakin tinggi populasi dan GDP per kapita, semakin tinggi jumlah akumulasi

cadangan devisa yang akan diperlukan. Kedua, kerentanan neraca berjalan diwakili

oleh keterbukaan perdagangan dan volatilitas ekspor berarti bahwa perekonomian

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

yang lebih terbuka, akan lebih terkena shocks eksternal dan harus memiliki lebih

banyak cadangan devisa. Ketiga, kerentanan neraca modal menuntut lebih banyak

cadangan devisa , karena dengan keterbukaan keuangan yang lebih besar dan potensi

yang lebih besar pada pelarian modal (capital flight) berdasarkan krisis mata uang

domestik sehingga kerentanan meningkat. Keempat, fleksibilitas nilai tukar diukur

oleh volatilitas nilai tukar. Dalam kebijakan nilai tukar tetap, lebih banyak cadangan

devisa yang diperlukan untuk mempertahankan kurs tetap. Kelima, biaya kesempatan

yang tinggi, semakin rendah cadangan devisa.

Hasil yang ditemukan bahwa tingkat cadangan devisa tergantung pada ukuran

ekonomi, kerentanan neraca berjalan, dan fleksibilitas nilai tukar, sedangkan

kerentanan neraca modal dan biaya kesempatan tidak mempengaruhi secara

signifikan pada tingkat cadangan devisa.

Adanya variabel keterbukaan keuangan yang menggambarkan kerentanan

neraca modal sehingga meningkatkan lebih banyak cadangan devisa yang dipegang

oleh suatu negara, mendorong penulis untuk menggunakan variabel keterbukaan

keuangan ke dalam penelitian ini untuk melihat dampaknya di Indonesia.

Mengenai persoalan krisis, penelitian Steiner (2012) menguji apakah bank

sentral mengubah kebijakan cadangan pasca krisis keuangan. Menggunakan model

dinamis pada data panel periode tahun 1970-2010. Penelitian menunjukkan bahwa

krisis mata uang mendorong peningkatan cadangan devisa. Efek ini sangat kuat untuk

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

krisis mata uang baru-baru ini sejak krisis keuangan Asia tahun 1997-1998.

Menggunakan variabel cadangan sebagai variabel tergantung, variabel nilai tukar

nominal dan suku bunga sebagai variabel bebas. Hasil empiris menunjukkan bahwa

krisis meningkatkan rasio cadangan terhadap GDP dimana semakin terbuka suatu

perekonomian, semakin rentan terhadap guncangan eksternal dan diharapkan untuk

menahan cadangan lebih banyak sebagai motif pencegahan. Hal ini menunjukkan

bahwa bank sentral merevisi kebijakan cadangan mereka setelah terjadi krisis mata

uang. Berdasarkan penelitian ini, penulis memasukkan variabel krisis apakah

berpengaruh pada meningkatnya tingkat cadangan di Indonesia.

2.3 Hipotesis dan Model Analisis

2.3.1 Hipotesis

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan teori-teori di atas maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga keterbukaan keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat

cadangan devisa dalam jangka panjang baik secara parsial maupun simultan di

Indonesia.

2. Diduga pengembangan keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap

tingkat cadangan devisa dalam jangka panjang baik secara parsial maupun

simultan di Indonesia.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

3. Diduga stabilitas nilai tukar berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat

cadangan devisa dalam jangka panjang baik secara parsial maupun simultan di

Indonesia.

4. Diduga keterbukaan keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat

cadangan devisa dalam jangka pendek baik secara parsial maupun simultan di

Indonesia.

5. Diduga pengembangan keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap

tingkat cadangan devisa dalam jangka pendek baik secara parsial maupun

simultan di Indonesia.

6. Diduga stabilitas nilai tukar berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat

cadangan devisa dalam jangka pendek baik secara parsial maupun simultan di

Indonesia.

2.3.2 Model Analisis

Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model ECM (Error

Correction Model). ECM adalah model yang melakukan penyesuaian untuk

melakukan koreksi disequilibrium sehingga persamaan regresi antara variabel-

variabel yang tidak stasioner secara individual dapat kembali ke nilai ekuilibriumnya

dalam jangka panjang. Hal tersebut dapat terjadi jika terdapat hubungan kointegrasi

antara variabel-variabel penyusunnya. ECM juga dapat mengatasi masalah-masalah

regresi lancung.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

Model dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan variabel

independen dengan cadangan sebagai variabel dependen dan financial openness

(Finop), financial development (Findev), serta stabilitas nilai tukar (ERS) sebagai

variabel independen. Selain itu, model juga menggunakan variabel DUMMY untuk

menangkap pengaruh fenomena krisis moneter yang berdampak pada perekonomian

Indonesia pada periode 1997.2-1999.1 serta krisis global pada periode 2008.4-2009.1.

Variabel DUMMY mengindikasikan ada tidaknya sebuah atribut. Salah satu

metode untuk mengkuantitatifkan atribut yakni dengan cara membentuk variabel

yang sifatnya artificial atau dummy ke dalam model persamaan regresi dengan

mengambil nilai (1) atau nol (0). Angka satu menunjukkan adanya atribut, sedangkan

angka nol menunjukkan tidak adanya atribut (Widarjono, 2007). Oleh karena itu,

penelitian ini memberikan nilai (1) untuk periode krisis 1997.2-1999.1 dan 2008.4-

2009.1 dan nilai (0) untuk selain periode tersebut.

Melalui metodologi ECM, model jangka panjang dan jangka pendek adalah

sebagai berikut:

Model Estimasi Jangka Panjang


= +  + + + + (2.2)

Keterangan:

= Total cadangan (minus gold) per GDP

= Financial openness atau keterbukaan keuangan

= Financial development atau pengembangan keuangan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

= Exchange Rates Stability atau stabilitas nilai tukar

= Dummy krisis moneter dan krisis global

= Error term

= Konstanta jangka panjang

, , , = Koefisien variabel independen jangka panjang

= Menunjukkan data time series

Model Estimasi Jangka Pendek

= +  + + + +
+ .......................................................................... (2.3)

Keterangan:

= Total cadangan (minus gold) per GDP

= Financial openness atau keterbukaan keuangan

= Financial development atau pengembangan keuangan

= Exchange Rates Stability atau stabilitas nilai tukar

= Dummy krisis moneter dan krisis global

D = First Difference

ECT = Error Correction Term

= Error term

= Konstanta jangka pendek

, , , = Koefisien variabel independen jangka pendek

= Koefisien ECT

= Menunjukkan data time series

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

2.4 Kerangka Berpikir

Penyusunan skripsi diawali dengan mempelajari teori dan penelitian empiris

mengenai salah satu indikator perekonomian Indonesia yaitu cadangan devisa, baik

pada peran dan fungsinya bagi suatu negara yang menganut perekonomian terbuka,

dimana antara satu negara dengan negara lainnya saling berpengaruh. Cadangan

devisa merupakan salah satu bagian dari neraca pembayaran dan mempunyai peran

yang sangat penting dan berpengaruh pada stabilitas perekonomian. Adanya krisis

moneter tahun 1997/1998 yang mengakibatkan keterpurukan Indonesia pada berbagai

sektor khususnya perbankan akibat adanya serbuan mendadak dan terus-menerus

terhadap dollar AS (spekulasi) dan jatuh tempo utang swasta luar negeri dalam

jumlah besar dan cadangan devisa tidak cukup kuat untuk menahannya sehingga

krisis pada tahun 1997/1998 mengantarkan Indonesia sebagai negara yang mengalami

krisis terparah kedua dari enam negara yang mengalami krisis terparah. Konsep

stabilitas keuangan yang terdiri atas variabel-variabel digunakan sebagai proxy dalam

menentukan tingkat cadangan suatu negara dimana cadangan devisa digunakan

sebagai penstabil trilema. Variabel tersebut adalah keterbukaan keuangan,

pengembangan keuangan, dan stabilitas nilai tukar.

Keterbukaan keuangan adalah salah satu faktor terpenting negara yang

menganut perekonomian terbuka. Karena, dengan semakin terbukanya perekonomian

suatu negara, maka semakin rentan terhadap gejolak perekonomian negara lain. Pada

dewasa ini dimana perekonomian semakin terintegrasi menyebabkan semakin terbuka

dan semakin rentan terhadap krisis. Sehingga kebutuhan cadangan devisa akan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

cenderung semakin besar untuk menjaga stabilitas neraca pembayaran. Oleh karena

itu, financial openness dijadikan sebagai variabel bebas penentu tingkat cadangan

devisa yang dipegang di Indonesia.

Begitu juga dengan pengembangan dan pendalaman keuangan atau disebut

dengan financial deepening. Adanya faktor pengembangan keuangan yang dilakukan

oleh bank sentral memungkinkan aliran sumber daya yang efisien antara orang-orang

dan lembaga-lembaga sehingga cederung mengurangi peran international reserves.

Tetapi, apabila liabilitas atau kewajiban pada sektor keuangan domestik sebagian

besar didominasi oleh mata uang asing, financial deepening harus diimbangi dengan

peningkatan cadangan devisa agar pada saat krisis tidak terjadi penarikan secara

besar-besaran pada investasi jangka pendek.

Pada variabel nilai tukar yang merupakan faktor terpenting bagi negara

sedang berkembang. Salah satu penentu dalam menjaga stabilitas nilai tukar

merupakan tugas pokok Bank Indonesia sebagai otoritas moneter. Secara teoritis,

pada sistem nilai tukar tetap, cadangan devisa yang diperlukan lebih banyak untuk

mempertahankan nilai tukar pada level yang ditetapkan. Sedangkan pada sistem nilai

tukar mengambang cadangan devisa hanya terbatas pada menjaga stabilitas nilai tukar

pada saat terjadi fluktuasi nilai tukar yang terlalu tajam. Sehingga, sistem nilai tukar

mengambang berkorelasi positif pada peningkatan cadangan devisa.

Dari ketiga variabel independen tersebut, selanjutnya akan diestimasi

menggunakan Error Correction Model (ECM) untuk mengetahui apakah variabel-

variabel tersebut berpengaruh pada tingkat cadangan devisa. Pada akhirnya, hasil

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

estimasi dapat digunakan untuk menganalisis apakah tingkat cadangan devisa yang

tinggi di Indonesia akibat pengaruh keterbukaan keuangan, pengembangan keuangan,

dan stabilitas nilai tukar yang digunakan sebagai self-insurance pada periode krisis.

Berdasarkan paparan sebelumnya, maka alur atau kerangka berpikir penelitian ini

adalah sebagai berikut :

STABILITAS KEUANGAN

STABILITAS NILAI TRILEMA INTEGRASI


TUKAR KEBIJAKAN KEUANGAN
(Sistem Nilai Tukar MAKRO (Financial Openness)
Mengambang Bebas (Imposible Trinity)

INDEPENDENSI
MONETER
(Financial
Development)
ECM ECM ECM

CADANGAN
DEVISA

Gambar 2.2
Kerangka Berpikir

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan metode analisis

ekonomi ECM (Error Correction Model). Metode ECM digunakan untuk mengetahui

pengaruh jangka panjang dan jangka pendek financial openness, financial

development, dan stabilitas nilai tukar terhadap cadangan devisa di Indonesia melalui

perangkat ekonometrika. Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan hubungan antara variabel terikat (dependent variable) dengan variabel-

variabel bebas (independent variable) dan mengetahui besar pengaruhnya. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan perangkat lunak Eviews 7.2 untuk pengolahan

data yang telah dihimpun serta estimasi model.

3.2 Identifikasi Variabel

Variabel-variabel tersebut dibedakan menjadi dua macam, yaitu variabel

terikat dan variabel bebas. Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel

yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lain dalam model dan bersifat stochastic.

Sedangkan variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen dan bersifat deterministic. Adapun variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

52

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

53

1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah cadangan devisa (Cadangan).

2. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri atas keterbukaan keuangan (Finop),

pengembangan keuangan (Findev), dan stabilitas nilai tukar (ERS).

3. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah krisis (DUMMY).

3.3 Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu dijelaskan secara

terperinci untuk menghindari kesalahpahaman. Selain itu, definisi variabel dapat

digunakan untuk membatasi lingkup objek penelitian. Nilai dari masing-masing

variabel diperoleh dengan melakukan proxy terhadap variabel lain yang didasarkan

atas studi literatur dan empiris. Adapun definisi masing-masing variabel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Cadangan devisa (Cadangan)

Cadangan devisa, yaitu aset likuid yang dimiliki oleh suatu negara sebagai

alat pembayaran yang sah dalam transaksi atau pembayaran internasional.

Menurut Obsfeld (2008) dan Steiner (2013), cadangan diperoleh berdasarkan:

()
= ........................................................................... (3.1)

dimana :

TR (ex gold) : total cadangan devisa selain emas

GDP : produk domestik bruto (PDB)

Menggunakan pengecualian cadangan emas karena tingginya volatilitas harga

emas. Penggunaan skala GDP didorong oleh fakta bahwa perbandingan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

tingkat cadangan di seluruh negara harus mengambil ukuran ekonomi suatu

negara ke dalam neraca.

2. Financial openness (Finop)

Financial openness atau keterbukaan keuangan yaitu, tingkat keterbukaan

neraca modal suatu negara dikurangi dengan hambatan-hambatan. Dengan

kata lain, financial openness digunakan sebagai indikator untuk mengukur

kebijakan kontrol mobilitas modal atau pembatasan pada transaksi neraca

modal. Keterbukaan keuangan menggunakan indeks kaopen yang dihitung

oleh Chinn dan Ito (2007) untuk Indonesia. Indeks berkisar antara 0-1 dimana

angka indeks yang semakin tinggi mengindikasikan semakin terbuka transaksi

modal lintas batas.

3. Financial development (Findev)

Financial development atau pengembangan keuangan yaitu, kebijakan dalam

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada sistem keuangan. Dengan kata

lain, meningkatkan peran intermediasi keuangan atau bank pada aliran sumber

daya yang efisien. Obstfeld (2008), financial development diperoleh melalui

rasio jumlah uang beredar terhadap GDP.


= ........................................................................................ (3.2)

dimana :

M2 : jumlah uang beredar dalam arti luas

GDP : produk domestik bruto

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

M2 terdiri atas komponen M1 ditambah dengan deposito berjangka, deposito

jangka pendek, pasar uang reksa dana dan kategori lain.

4. Exchange Rates Stability (ERS)

Stabilitas nilai tukar atau exchange rates stability yaitu, kestabilan nilai rupiah

terhadap mata uang negara lain. Menurut Aizenman, Chinn, dan Ito (2009),

untuk mengukur ERS dapat diperoleh dengan perhitungan:

.
= .(( ))_(........................................................... (3.3)

Dimana :

Stdev : standard deviation

Exch_rate : nilai tukar nominal, jumlah rupiah per 1 dollar AS

Nilai indeks yang lebih tinggi mengindikasikan gerakan yang lebih stabil pada

nilai tukar rupiah terhadap dolar. Digunakan perbandingan dengan mata uang

negara AS karena selama periode 1996-2011 mata uang yang paling banyak

digunakan dalam transaksi internasional adalah dollar AS.

5. Krisis (DUMMY)

Digunakan untuk menangkap efek shock eksternal akibat krisis Asia dan krisis

finansial global terhadap cadangan devisa. Dummy diberikan nilai 1 untuk

tahun 1997.2 hingga 1991.1 dan tahun 2008.4 hingga 2009.1, serta 0 untuk

periode yang lain.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

data time series dari tahun 1996 kuartal pertama sampai 2011 kuartal keempat. Data

tersebut bersumber dari World Bank, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

(SEKI) terbitan Bank Indonesia, dan St. Louis Federal Reserves Bank yang telah

diolah untuk mendapatkan proxy yang lebih tepat.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi kapustakaan

(library research) yaitu dengan cara pengumpulan data yang bersumber dari literatur

dan jurnal-jurnal yang mempunyai hubungan dengan masalah yang dikemukakan

dalam penelitian. Selain itu, juga bersumber dari data sekunder yaitu data yang sudah

diolah dan diperoleh dari instansi, lembaga keuangan dan biro terkait, seperti ruang

baca FEB Universitas Airlangga, perpustakaan Bank Indonesia cabang Surabaya serta

sumber lainnya. Prosedur pengumpulan data dilaksanakan dengan metode

documenter, semua data yang diperlukan dikutip dari sumber-sumber yang telah

disebutkan di atas. Setelah itu, semua data didokumentasikan dengan berlandaskan

pada literature-literatur yang mendukung.

3.6 Teknik Analisis

Gambar 3.1 dibawah ini menunjukkan kriteria penentuan teknik analisis yang

digunakan dalam suatu penelitian, yaitu sebagai berikut:

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

Stasioner Ordinary Least


Uji
Level Square (OLS)
Stasioneritas
Stasioner First Difference

Uji Kointegrasi

Terkointegrasi Tidak Terkointegrasi

Error Correction Model OLS First Difference


(ECM)

Sumber: Widarjono, 2007

Gambar 3.1
Kriteria Penentuan Teknik Analisis

Penggunaan teknik analisis dalam penelitian yang melibatkan data time series

memiliki ketentuan dan kriteria tertentu. Tidak sembarang alat analisis dapat

digunakan untuk mengestimasi data. Dalam penentuan teknik analisis, pertama-tama

dilakukan uji stasioner. Pada analisis empiris time series, masalah utama yang

dihadapi adalah data yang tidak stasioner. Menganalisis menggunakan variabel-

variabel yang tidak stasioner maka akan menghasilkan regresi lancung (spurious

regression). Regresi lancung terjadi jika koefisien determinasi cukup tinggi tapi

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tidak mempunyai

makna. Hal ini terjadi karena hubungan keduanya yang merupakan data time series

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

hanya menunjukkan trend saja. Jadi, tingginya koefisien determinasi karena trend

bukan karena hubungan antar keduanya.

Uji stasioneritas data merupakan tahap awal dalam penentuan teknik analisis,

apabila data tersebut stasioner pada tingkat level maka teknik yang digunakan adalah

Ordinary Least Square (OLS). Di sisi lain, data yang stasioner pada tingkat first

difference harus dilakukan uji kointegrasi terlebih dahulu. Dalam Widarjono (2007),

adanya kointegrasi keduanya berarti ada hubungan atau keseimbangan jangka

panjang antara kedua variabel tersebut. Tetapi kemungkinan terjadi

ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam jangka pendek. Terjadinya perbedaan

antar pelaku ekonomi dengan apa yang terjadi sebenarnya maka diperlukan adanya

penyesuaian (adjustment). Pada single equation approach, apabila error (u)

terkointegrasi, model yang dapat melakukan penyesuaian untuk mengoreksi

ketidakseimbangan tersebut adalah model koreksi kesalahan atau Error Correction

Model (ECM). Sebaliknya, apabila error (u) tidak terkointegrasi, maka digunakan

OLS First Difference.

3.6.1 Uji Stasioneritas Data

Dalam estimasi model ekonomi dengan data time series, salah satu

prosedur yang harus dilewati adalah dengan menguji stasioneritas pada data atau

disebut juga stasionary stochastic process. Jika tidak mengandung akar-akar unit

(unit root) pada data tersebut maka data tersebut dapat dikatakan data yang stasioner.

Dimana mean, variance, dan covariance konstan sepanjang waktu. Sebaliknya data

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

time series dikatakan tidak stasioner jika mengandung akar-akar unit dimana mean,

variance, dan covariance tidak konstan. Untuk menguji akar-akar unit pada penelitian

ini digunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) yang dikembangkan oleh Dickey

dan Fuller, yaitu dengan membandingkan nilai ADFtest statistic dengan Mackinnon

critical value 1%, 5%, dan 10%. Persamaan ADF ada dua jenis, yaitu tanpa trend dan

menggunakan trend. Tanpa trend berarti persamaan ADF hanya menggunakan

intersep pada I(1). Bentuk persamaan uji stasioner tanpa trend dan menggunakan

trend dapat dituliskan sebagai berikut (Gujarati, 2012:449):

=  +  + + ......................................................... (3.4)

=  +  + + + ..................................... (3.5)

Dimana:

: Bentuk dari first difference

: Intersep

Y : Variabel yang diuji stasionaritasnya

P : Panjang lag yang digunakan dalam model

T : Trend

t : Error term

Pengujian hipotesis (H0-H1) statistik dilakukan membandingkan ADFtest statistik

hasil regresi dengan t-statistik Mackinnon critical value 1%, 5%, 10 %. Bila ADFtest

statistik hitung lebih besar daripada mackinnon critical value, maka H0 ditolak atau H1

diterima, cukup bukti untuk hipotesis nol bahwa didalam persamaan tidak

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

mengandung akar-akar unit, artinya data stasioner. Sebaliknya saat ADFtest statistik

hitung lebih kecil daripada Mackinnon critical value maka Ho diterima atau H1

ditolak, tidak cukup bukti untuk menolak hipotesis bahwa di dalam persamaan

mengandung akar-akar unit, artinya data tidak stasioner. Jadi harus dilakukan

differencing data untuk memperoleh data yang stasioner di first different I(1), yaitu

dengan mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya.

3.6.2 Uji Kointegrasi

Langkah selanjutnya pada prosedur pengujian ECM adalah melakukan uji

kointegrasi. Uji kointegrasi adalah uji yang digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya keseimbangan dalam jangka panjang antar variabel dalam model. Dengan

kata lain, apabila variabel dalam model tersebut terkointegrasi, maka terdapat

hubungan dalam jangka panjang.

Terdapat dua metode untuk menguji kointegrasi, yaitu metode Engle-Granger

dan metode Johansen. Namun penggunaan metode Johansen membuat estimasi lebih

sukar karena adanya asumsi estimasi persamaan yang full-specified (Kamar dan

Bakardzieva, 2003). Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan metode Engle-

Granger yang lebih mudah dengan sampel yang kecil. Sebelum melakukan uji

kointegrasi, hal pertama yang dilakukan adalah meregresi seluruh variabel sehingga

didapatkan residualnya. Tujuan utama dari uji kointegrasi adalah mengkaji apakah

residual (et) yang didapat stasioner atau tidak dengan menggunakan uji DF (Dickey

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

Fuller) dan ADF (Augmented Dicky Fuller). Persamaan kointegrasi DF dan ADF

adalah sebagai berikut:

= + ...................................................................................... (3.6)

= + + ...................................................... (3.7)

Uji kointegrasi ini dilakukan dengan memanfaatkan uji stasioneritas atas

residual dari persamaan kointegrasi dengan membandingkan nilai ADF-statistik

dengan nilai kritisnya. Jika nilai statistiknya lebih besar dari nilai kritisnya, maka

variabel-variabel yang diamati saling berkointegrasi atau mempunyai jangka panjang.

Sebaliknya, apabila nilai statistiknya lebih kecil dari nilai kritisnya, maka variabel

yang diamati tidak terkointegrasi dan tidak memiliki hubungan jangka panjang. Dan

untuk melihat hubungan jangka pendek dari variabel-variabel yang diamati,

digunakan Error Correction Model (ECM).

3.6.3 Error Correction Model (ECM)

Setelah mengetahui bahwa model tersebut dapat mencapai keseimbangan

dalam jangka panjangnya, maka dapat diketahui apakah dalam jangka pendek

mencapai keseimbangan pula atau tidak. Terdapat suatu perbedaan antara yang

diinginkan pelaku dengan kondisi riil menyebabkan perlunya penyesuaian. Model

yang memasukkan penyesuaian untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek

menuju pada keseimbangan jangka panjang disebut Error Correction Model (ECM).

Metode ini adalah suatu regresi tunggal menghubungkan diferensi pertama pada

variabel terikat (Yt) dan diferensi pertama untuk semua variabel bebas dalam

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

model. Metode ini dikembangkan oleh Engel dan Granger pada tahun 1987. Berikut

ini persamaan estimasi jangka panjang dan jangka pendek dari metode ECM:

Persamaan Estimasi Jangka Panjang

= + + +. . . . + + ........................................................ (3.8)

Persamaan Estimasi Jangka Pendek

= + + +. . . . + + + ........................... (3.9)

Model ECM mengandung suatu bentuk ECT (Error Correction Term) yang

menjamin hubungan jangka panjang. Koefisien regresi variabel ECT merupakan

koefisien penyesuaian (coefficient of adjustment) yang juga sekaligus sebagai

parameter kecepatan penyesuaian (speed of adjustment) antara nilai aktual (actual)

dengan nilai yang diinginkan (desired) yang akan dieliminasi dalam satu periode.

Semakin besar nilai parameter, maka semakin besar respon parameter terhadap

penyimpangan periode sebelumnya dari keseimbangan jangka panjang. Sebaliknya,

semakin kecil nilai parameter, maka menggambarkan kurang responsifnya parameter

terhadap penyimpangan periode sebelumnya dari kesalahan keseimbangan (Enders,

2004:356).

Jika ECTt sama dengan nol tentunya Y dan X berada dalam kondisi

keseimbangan (Widarjono, 2007:356). Gujarati (2003:825) memiliki dua asumsi

mengenai nilai koefisien ECT. Asumsi utama, jika nilai koefisien parameter ECM

bernilai negatif maka nilai koefisien variabel terikat menjadi negatif untuk menuju

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

keseimbangan jangka panjang. Jika nilai koefisien variabel bebas diatas nilai

keseimbangannya maka variabel bebas akan mulai menurun pada periode sebelumnya

untuk memperbaiki kesalahan keseimbangan. Asumsi kedua, jika nilai koefisien

parameter ECM bernilai positif, maka nilai koefisien variabel terikat menjadi positif

untuk menuju keseimbangan jangka panjang. Jika nilai koefisien variabel bebas

dibawah nilai keseimbangannya, maka variabel bebas akan mulai meningkat pada

periode selanjutnya untuk memperbaiki kesalahan keseimbangan. Dengan kata lain,

nilai dari koefisien ECM menentukan seberapa cepat keseimbangan diperbaiki oleh

variabel-variabel bebas.

Karateristik model ECM yang valid manakala memenuhi ketentuan bahwa

nilai koefisien ECT terletak dalam range 0 koef. ECT 1 dan secara statistik harus

signifikan. Apabila syarat tersebut terpenuhi maka ECM dapat digunakan untuk

estimasi.

3.6.4 Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan estimasi persamaan linier dengan menggunakan

metode OLS, maka asumsi-asumsi dari OLS harus dipenuhi. Apabila asumsi tidak

terpenuhi, maka tidak akan dapat menghasilkan nilai parameter yang BLUE

(Best Linier Unbiased Estimator). Asumsi BLUE (Gujarati, 2003:153) yaitu :

a. Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah 0 (nol).

b. Variansnya tetap (homoskedastisity).

c. Tidak ada autokorelasi dalam gangguan.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

d. Variabel yang menjelaskan adalah nonstokastik (yaitu tetap dalam

penyempelan berulang) atau jika stokastik didistribusikan secara independen

dari gangguan u.

e. Tidak ada multikolinearitas di antara variabel yang menjelaskan.

f. u didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan

oleh asumsi 1 dan 2.

Untuk mengetahui apakah model tersebut memenuhi asumsi BLUE atau tidak,

perlu dilakukan beberapa pengujian yaitu uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji

heteroskedastisitas dan juga uji normalitas untuk memastikan bahwa data terdistribusi

secara normal.

3.6.4.1 Uji Multikolinearitas

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini

tidak orthogonal (Imam Ghozali, 2005:91).

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar

sesama variabel independen sama dengan nol. Multikolinearitas dalam penelitian ini

dilihat melalui koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas. Jika koefisien

korelasi antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8, artinya terjadi

mulikolinieritas antara variabel bebas.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

3.6.4.2 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas akan muncul apabila kesalahan atau residual dari model

yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu observasi lainnya

(Hanke & Reitsch, 2002) dalam Mudrajad Kuncoro (2004). Gejala heteroskedastisitas

lebih sering terjadi dalam analisis data silang tempat daripada runtut waktu. Uji

heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas lebih sering terjadi pada data cross

section (Imam Ghozali, 2005:28). Untuk menguji ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dapat digunakan metode Breusch-Pagan-Godfrey. Hipotesis dan

kriteris pengujian dari metode Breusch-Pagan-Godfrey adalah sebagai berikut:

Hipotesis dari metode Breusch-Pagan-Godfrey:

= Tidak ada heteroskedastisitas

= Ada Heteroskedastisitas

Kriteria pengujian dari metode Breusch-Pagan-Godfrey:

a. diterima jika P-value dari Obs*R-Squared Critical value

b. ditolak jika P-value dari Obs*R-squared Critical value

3.6.4.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi akan muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lain (Hanke & Reitsch, dalam Mudrajad Kuncoro, 2004).

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

Masalah autokorealasi dapat timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke

observasi lainnya. Dengan kata lain, masalah ini sering ditemukan pada data runtut

waktu. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan

pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Imam

Ghozali.2005 : 95). Uji untuk mendeteksi autokorelasi dilakukan dengan Uji Serial

Correlation LM dengan kriteria jika nilai P-value dari Obs*R-squared lebih besar dari

sama dengan critical value, maka tidak terdapat autokorelasi.

3.6.4.4 Uji Normalitas

Untuk memenuhi asumsi bahwa residual harus terdistribusi secara normal,

maka uji normalitas perlu dilakukan. Uji ini dapat dilakukan dengan histogram dan

juga uji Jarque-Berra (J-B). Apabila p-value lebih kecil dari critical value, maka

error term terdistribusi normal.

3.7 Uji Statistik

3.7.1 Uji t-statistic

Uji t atau uji parsial digunakan untuk melihat signifikansi setiap koefisien

regresi. Dalam penelitian ini, uji t yang dilakukan dengan melihat probabilitas t-

statistic pada tiap koefisien. Jika probabilitas t-statistic kurang dari tingkat kesalahan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

( = 1%, 5%, 10%) maka variabel tersebut signifikan dan dapat menerangkan

variabel terikatnya.

3.7.2 Uji F-statistic

Uji F-statistik adalah pengujian model secara keseluruhan untuk menguji

ketepatan model. Kegunaan uji F untuk menentukan signifikan tidaknya suatu

variabel bebas secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel bebas. Jika

probabilitas F-statistic lebih besar dari tingkat kesalahan ( = 1%, 5%, 10%), dapat

dikatakan bahwa secara bersama-sama atau simultan, variabel bebas tidak

mempengaruhi variabel terikat. Sebaliknya, jika probabilitas F-statistic lebih kecil

dari tingkat kesalahan ( = 1%, 5%, 10%), maka dapat dikatakan variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat secara bersama-sama atau simultan.

3.7.3 Koefisien Determinasi R-squared (R2)

Nilai R-squared (R2) statistik mengukur tingkat keberhasilan model regresi

yang digunakan dalam memprediksi nilai variabel terikat atau dengan kata lain, R2

menunjukkan berapa persen variabel bebas yang digunakan dalam model tersebut

dapat menjelaskan variabel terikatnya. R2 merupakan fraksi dari variasi yang mampu

dijelaskan oleh model. Nilai R2 terletak antara 0 (nol) hingga satu. Semakin

mendekati satu maka model dapat dikatakan membaik. Perlu diperhatikan bahwa nilai

R2 dapat bernilai negatif jika kita tidak menggunakan intersep atau konstanta.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

4.1.1 Perkembangan Pengembangan Keuangan di Indonesia

Sebelum terjadinya krisis keuangan 1997 merupakan periode booming bagi

sektor keuangan (financial sector) di Indonesia, khususnya sektor perbankan. Para

ekonom seperti Ronald I. McKinnon dan Michel J. Fry mengungkapkan pentingnya

sektor keuangan sebagai institusi intermediasi antara pemilik dana (savers) dan

pelaku usaha (investors) sehingga dijadikan acuan oleh banyak negara termasuk

Indonesia. Pengembangan sektor keuangan (financial development) atau dikenal

sebagai liberalisasi keuangan di Indonesia dimulai pada awal dekade tahun 1980-an

sebagai respon terhadap krisis ekonomi pada tahun 1982 yang ditandai oleh

penurunan yang signifikan dari pertumbuhan PDB.

Serangkaian reformasi keuangan dimulai pada bulan Juni 1983 dengan

dikeluarkannya berbagai paket kebijakan perbankan untuk merangsang sistem

keuangan domestik. Sebelum reformasi keuangan, kebanyakan orang enggan untuk

berurusan dengan perbankan dan menyimpan uang mereka dengan cara tradisional.

Adanya reformasi keuangan mendorong lembaga keuangan untuk mengumpulkan

dana dari orang-orang dan mengalokasikannya dalam kegiatan produktif. Tujuan

68

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

akhir dari reformasi keuangan adalah mobilisasi dana antara tabungan dan investasi

melalui fungsi intermediasi keuangan.

Reformasi keuangan tersebut memiliki dampak yang signifikan dalam

memperdalam dan memperluas sistem keuangan. Dampak penting lainnya adalah

positifnya suku bunga riil, peningkatan jumlah bank, tingkat tabungan (diukur dengan

uang kuasi), dan volume kredit dalam negeri. Dengan suku bunga riil menjadi positif

sektor keuangan menjadi lebih maju dan menarik orang untuk menaruh uang mereka

di bank. Sehingga, memungkinkan investasi lebih tumbuh, yang juga ditunjukkan

oleh pertumbuhan kredit domestik dialokasikan untuk sektor swasta. Dalam Tabel

4.1, dimana rasio agregat moneter (diukur dalam M2/GDP) sangat meningkat selama

periode 1983-1988, dan bahkan jauh lebih besar selama tahun 1988-1997 dimana

pemerintah meliberalisasi sektor keuangan dengan menyederhanakan persyaratan

pembentukan bank dan mengurangi GWM dari 15 persen menjadi 2 persen.

Tabel 4.1
Tren Rasio M2, Kredit, Tabungan, dan Investasi Terhadap GDP: 1983-1997

Sumber: Abdurohman. 2013. The Role Of Financial Development in Promoting Economic Growth:
Empirical Evidence Of Indonesian Economy. Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 6
Nomor 2.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70

Indikator yang dapat menunjukkan keberhasilan perekonomian Indonesia

dalam melakukan pengembangan sektor keuangan adalah pertumbuhan yang

signifikan dari rasio M2 terhadap GDP, rasio tabungan terhadap PDB, jumlah kredit

kepada sektor swasta terhadap PDB , dan investasi terhadap PDB. Indikator yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rasio M2 terhadap GDP.

3000000
2500000
Miliar Rupiah

2000000
1500000
1000000
500000
0
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber: (Online) http://data.worldbank.org/indicator/, diolah. Diakses 28 Mei 2014.
Gambar 4.1
Perkembangan Rasio M2 Terhadap GDP Periode 1996-2011

Berdasarkan Tabel 4.1, selama periode 1983-1988 rasio M2 terhadap GDP

meningkat sekitar 58 persen per tahun, dan tumbuh lebih besar selama 1988-1997

sekitar lebih dari 300 persen per tahun. Pertumbuhan M2/GDP menunjukkan

financial deepening ekonomi. Hal tersebut berlanjut pada tahun-tahun berikutnya

dimana pertumbuhan M2 terhadap GDP di Indonesia selama periode 1990-2013

menunjukkan trend yang relatif meningkat dapat dilihat pada Grafik 4.1 diatas. Krisis

ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun 1997-1998 justru meningkatkan

financial deepening Indonesia. Meningkatnya M2 selama kurun waktu 1997-1998

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

secara signifikan dan berlanjut hingga tahun 2000 disebabkan karena pengaruh krisis

moneter 1997 yang meningkatkan jumlah uang beredar, sehingga menyebabkan

tingginya tingkat inflasi. Hal ini dapat terjadi karena adanya berbagai insentif yang

diberikan oleh otoritas moneter kepada masyarakat dalam menjalankan aktifitas

ekonominya.

120

100
Miliar Rupiah

80

60

40

20

0
1996q1
1996q4
1997q3
1998q2
1999q1
1999q4
2000q3
2001q2
2002q1
2002q4
2003q3
2004q2
2005q1
2005q4
2006q3
2007q2
2008q1
2008q4
2009q3
2010q2
2011q1
2011q4
Sumber: (Online) http://data.worldbank.org/indicator/, diolah. Diakses 9 Mei 2014.

Gambar 4.2
Rasio Cadangan terhadap GDP Periode 1996.1-2011.4

Perkembangan financial deepening Indonesia mencerminkan keberhasilan

dari otoritas moneter dalam meningkatkan likuiditas dan monetisasi masyarakat

melalui sektor perbankan. Menurut King dan Levine (1993), fungsi intermediasi

sektor perbankan memainkan peran penting dalam meningkatkan perekonomian

karena memungkinkan untuk meningkatkan investasi. Peningkatan tersebut memicu

perkembangan pada neraca pembayaran dan pada gilirannya akan berfungsi pada

cadangan devisa yang meningkat. Pada Grafik 4.2 diatas, menggambarkan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

meningkatnya rasio M2 terhadap GDP yang signifikan pada tahun 1997/1998 berefek

sebaliknya pada tingkat rasio cadangan devisa terhadap GDP yang sebelumnya pada

kuartal ketiga tahun 1997 sebesar 30,74 miliar rupiah menjadi 26,9 miliar rupiah pada

kuartal pertama tahun 1998. Hal tersebut karena inflasi dan ketidakstabilan ekonomi

yang terjadi membuat cadangan devisa terpakai secara terus-menerus.

4.1.2 Perkembangan Stabilitas Nilai Tukar di Indonesia

Stabilitas mata uang merupakan persoalan yang penting untuk mendorong

kegiatan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Stabilitas

kurs mata uang dipengaruhi oleh sistem kurs yang dianut oleh suatu negara.

Indonesia telah melakukan tiga kali perubahan terhadap sistem nilai tukar dalam

rangka menjaga kestabilan nilai tukar tersebut. Pada tahun 1970-1978, Indonesia

menganut nilai tukar tetap (fixed exchange rates system). Pemerintah melakukan

kontrol devisa sangat ketat, hingga melakukan devaluasi sebanyak tiga kali. Sistem

tersebut kemudian diganti dengan sistem nilai tukar mengambang terkendali

(managed floating exchange rates system) pada 1978- Juli 1997. Terakhir, pada

tanggal 17 Agustus 1997, keputusan pemerintah untuk mengganti sistem kurs

mengambang terkendali menjadi sistem kurs mengambang bebas (free floating

exchange rate system). Pergerakan nilai tukar Rupiah (IDR) sepenuhnya ditentukan

oleh interaksi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar valas. Perkembangan

nilai tukar rupiah terhadap dolar berdasarkan perhitungan nilai rata-rata selama

periode tertentu di Indonesia menunjukkan fluktuasi sesuai dengan dinamika yang

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

terjadi dalam perekonomian nasional. Pergerakan nilai tukar mata uang Rupiah (IDR)

terhadap Dollar Amerika (USD) semenjak pemberlakuan sistem kurs mengambang

bebas pada pertengahan tahun 1997 mengalami keterpurukan akibat krisis moneter

yang mengakibatkan jatuhnya nilai mata uang domestik secara tajam. Perkembangan

kurs Rp/US$ selama periode 1996Q1-2011Q4 dapat dilihat lebih rinci pada gambar

4.3 berikut ini.

14000
12252.1 11630.8
12000
10000
Rupiah

8000
6000
4000
2000
0
1996Q1
1996Q4
1997Q3
1998Q2
1999Q1
1999Q4
2000Q3
2001Q2
2002Q1
2002Q4
2003Q3
2004Q2
2005Q1
2005Q4
2006Q3
2007Q2
2008Q1
2008Q4
2009Q3
2010Q2
2011Q1
2011Q4
Sumber: (Online). http://research.stlouisfed.org/. National Currency to US Dollar
Exchange Rate. Diakses 30 Mei 2014.

Gambar 4.3
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Periode 1996.1-2011.4

Pada tahun 1997-2008, telah terjadi depresiasi pada nilai tukar Rp terhadap

US$ yang mencapai puncaknya sebesar Rp12.252 per dolar pada kuartal ketiga tahun

1998 dan Rp11.630 per dolar pada kuartal pertama tahun 2009. Kenaikan ini

menunjukkan bahwa mata uang Rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang

US$ yang artinya bahwa dibutuhkan lebih banyak rupiah untuk membeli sejumlah

mata uang US$. Hal tersebut berdampak langsung pada jumlah cadangan devisa yang

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

semakin menurun pada periode tersebut karena adanya intervensi bank sentral dalam

pergerakan nilai tukar.

1.2
1
0.8
ERS Index

0.6
0.4
0.2
0
1996Q1
1996Q4
1997Q3
1998Q2
1999Q1
1999Q4
2000Q3
2001Q2
2002Q1
2002Q4
2003Q3
2004Q2
2005Q1
2005Q4
2006Q3
2007Q2
2008Q1
2008Q4
2009Q3
2010Q2
2011Q1
2011Q4
Sumber: Aizenman, Chinn, dan Ito (2009). Assessing the Emerging Global Financial
Architecture:Measuring the Trilemma's Configurations over Time, diolah.

Gambar 4.4
Perkembangan Stabilitas Nilai Tukar Periode 1996.1-2011.4

Setelah mengalami depresiasi pada kuartal dua tahun 2001 yang mencapai Rp

11.241, perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sejak tahun 2003 mulai

stabil dan menguat sejalan dengan perkembangan ekonomi yang semakin membaik.

Nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp 8.905 per US dollar. Akan tetapi, stabilitas

nilai tukar ini tidak dapat bertahan lama. Nilai tukar rupiah kembali perlahan

terdepresiasi mulai kuartal empat tahun 2005 sebesar Rp 9.999 per US dollar, dan

berada pada kisaran tersebut hingga akhirnya terdepresiasi sangat tajam pada kuartal

satu tahun 2009 akibat dampak krisis finansial global yang mulai terjadi pada

pertengahan tahun 2008.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

Hal tersebut sejalan dengan perhitungan Aizenman, Chinn, dan Ito (2009)

dalam mengukur variabel stabilitas nilai tukar dalam indeks. Berdasarkan hasil yang

diperoleh, nilai indeks yang lebih tinggi mengindikasikan gerakan yang lebih stabil

pada nilai tukar rupiah terhadap dolar. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa terjadi

ketidakstabilan pada nilai tukar pada periode 1997.2-199.1 dimana terjadinya krisis

keuangan Asia dan periode 2008.4-2009.1 akibat krisis keuangan global.

4.1.3 Perkembangan Keterbukaan Keuangan di Indonesia

Adanya liberalisasi pasar modal di belahan dunia dan semakin terintegrasinya

perekonomian dunia, menyebabkan Indonesia tidak dapat lepas dari pengaruh aliran

modal antarnegara yang menyebabkan aliran modal masuk terutama dari pemodal

asing yang semakin meningkat. Tingkat keterbukaan neraca modal pada keterbukaan

keuangan dalam ukuran de jure, terlihat pada indeks yang dibuat oleh Chinn dan Ito

(2007) yang berkisar antara 0-1 dimana indeks yang semakin tinggi mengindikasikan

semakin terbuka transaksi modal lintas batas.

Berdasarkan Gambar 4.4, pada tahun 1996, indeks keterbukaan keuangan

berada pada tingkat yang tinggi yaitu pada angka 0,94, atau dengan kata lain

hambatan dalam transaksi atau aliran modal semakin berkurang. Aliran modal yang

semakin bebas seiring dengan diterapkannya sistem devisa bebas pada tahun 1997

yang ditunjukkan dengan besarnya aliran modal masuk asing di Indonesia berasal dari

investasi jangka pendek atau hot money yang dapat dengan mudah ditarik kembali

pada saat terjadi gejolak atau sentimen pasar yang pada akhirnya menimbulkan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

instabilitas keuangan di Indonesia dan memicu terjadinya krisis moneter yang

melanda Asia tahun 1998. Sehingga, indeks keterbukaan keuangan turun pada level

0,65 karena menurunnya tingkat kepercayaan investor. Kemudian pada tahun 1999,

tingkat keterbukaan neraca modal meningkat kembali menjadi 0,76 dan menurun

pada tahun 2000 pada level 0,69. Selanjutnya indeks keterbukaan tersebut berlanjut

pada level yang sama untuk jangka waktu yang cukup lama hingga akhir 2010.
1

0.8
Index of Openness

0.6

0.4

0.2

0
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber: (Online) http://web.pdx.edu/~ito/Chinn-Ito_website.htm. The Chinn-Ito
Index. A dejure measure of financial openness. Diakses 30 Mei 2014.

Gambar 4.5
Perkembangan Keterbukaan Neraca Modal di Indonesia

Namun, adanya peristiwa pemulihan keuangan di Eropa akibat krisis

Eropa yang menyebabkan penarikan investasi baik investasi jangka panjang maupun

jangka pendek di Indonesia. Sehingga pada tahun 2011, keterbukaan keuangan berada

pada tingkat yang rendah yaitu angka 0,4 yang artinya bahwa semakin bertambah

hambatan transaksi atau aliran modal. Dampak dari krisis Asia 1997/1998 membuat

investor di Indonesia mudah untuk memindahkan dana berukuran besar dan secara

cepat berdampak pada perubahan pasar. Kerentanan adanya hot money tersebut

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

karena Indonesia memiliki pasar-pasar modal lebih terbuka dibanding negara-negara

tetangga dan tidak diterapkannya kontrol modal (World Bank, 2009). Oleh karena itu

perlunya intervensi untuk mengatasinya yaitu dengan meningkatkan jumlah cadangan

devisa untuk menjaga perekonomian agar tetap stabil.

4.2 Analisis Model dan Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Uji Stasioneritas Data

Hasil uji stasioneritas data pada tingkat level-trend and intercept

menggunakan uji stasioneritas Augmented Dickey-Fuller (ADF) dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2
Hasil Uji ADF : Level-Trend and Intercept

Variabel ADF t-statistik MacKinnon Critical Value


1% 5% 10%
Cadangan -2.650892 -4.113017 -3.483970 -3.170071
Finop -2.205605 -4.110440 -3.482763 -3.169372
Findev -2.799097 -4.113017 -3.483970 -3.170071
ERS -4.147182*** -4.110440 -3.482763 -3.169372
DUMMY -3.161935 -4.110440 -3.482763 -3.169372
Sumber: Eviews 7.2, tabel diolah oleh penulis.
Catatan: *signifikan pada = 10%, **signifikan pada = 5%,***signifikan = 1%

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa hanya ada satu

variabel yang stasioner di tingkat level-trend and intercept. Hal ini dapat diketahui

dari nilai ADFt-statistik variabel tersebut lebih besar daripada nilai MacKinnon critical

value-nya, baik pada derajat kesalahan 1%, 5%, maupun 10% dengan harga mutlak.

Variabel yang stasioner pada tingkat level-trend and intercept adalah variabel ERS,

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

dimana signifikan pada derajat kepercayaan 99% atau = 1%. Sedangkan variabel-

variabel lainnya seperti Cadangan, Finop, Findev, dan DUMMY tidak signifikan

pada = 1%, 5%, maupun 10%. Hal ini disebabkan karena nilai ADFt-statistik dari

keempat variabel tersebut adalah lebih kecil dari nilai MacKinnon critical value-nya,

baik pada derajat kesalahan 1%, 5%, maupun 10%. Oleh karena itu, perlu dilakukan

uji akar unit kembali pada tingkat selanjutnya yaitu first difference-trend and

intercept dalam penelitian ini. Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3
Hasil Uji ADF : First Difference-Trend and Intercept

Variabel ADF t- MacKinnon Critical Value


statistik
1% 5% 10%
DCadangan -5.099801*** -4.113017 -3.483970 -3.170071
DFinop -7.935247*** -4.113017 -3.483970 -3.170071
DFindev -5.970738*** -4.113017 -3.483970 -3.170071
DERS -6.721847*** -4.121303 -3.487845 -3.172314
DDUMMY -6.908790*** -4.115684 -3.485218 -3.170793
Sumber: Eviews 7.2, tabel diolah oleh penulis.
Catatan: *signifikan pada = 10%, **signifikan pada = 5%,***signifikan = 1%

Atas konsekuensi dari tidak stasionernya data pada tingkat level, maka

variabel yang diamati didiferensiasikan pada derajat tertentu sampai semua variabel

stasioner pada derajat yang sama. Adanya tambahan notasi D pada masing-masing

variabel pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa data yang diuji telah didiferensiasikan

pada derajat pertama atau first difference. Seluruh variabel telah stasioner dalam

bentuk first difference-trend and intercept dengan tingkat signifikasi pada = 1%.

Hal ini dapat diketahui dari nilai ADFt-statistik variabel-variabel tersebut lebih besar

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79

dari nilai MacKinnon critical value-nya, baik pada derajat kesalahan 1%, 5%,

maupun 10%. Dengan demikian, seluruh variabel endogen yang diajukan dapat

digunakan kedalam pengujian regresi selanjutnya pada tingkat first difference-trend

and intercept.

4.2.2 Uji Kointegrasi

4.2.2.1 Estimasi Persamaan Jangka Panjang

Pada uji stasioneritas yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa terdapat

variabel-variabel yang belum stasioner dalam tingkat level. Namun, variabel-variabel

tersebut telah stasioner pada derajat integrasi yang sama yaitu I(1) atau dalam bentuk

first difference. Oleh karena itu, harus dilakukan uji kointegrasi untuk mengetahui

kemungkinan terjadinya kestabilan jangka panjang (long run equilibrium) diantara

variabel-variabel yang diamati. Uji kointegrasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan EangleGranger. Dalam melakukan uji kointegrasi menggunakan

Augmented Engle Granger Test (AEG), pertama-tama dilakukan penyusunan

persamaan jangka panjang terlebih dahulu untuk mendapatkan residualnya. Residual

yang diperoleh, kemudian diuji menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) pada

derajat level. Apabila residual tersebut stasioner pada tingkat level, maka terdapat

keseimbangan jangka panjang antara variabel dependen dan independen (Gujarati,

2003:823).

Dalam konsep kointegrasi, jika satu atau lebih variabel yang tidak

stasioner terkointegrasi, maka kombinasi linier antar variabel dalam sistem akan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

bersifat stasioner, sehingga dapat diperoleh sistem persamaan jangka panjang yang

stabil. Untuk mendapatkan residual, persamaan jangka panjang awal yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4
Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang

Variabel Koefisien Std Error t-Statistik Prob


Finop -0.224510 0.055040 -4.079065 0.0001***
lnFindev 0.481859 0.052755 9.133893 0.0000***
ERS 0.192788 0.055104 3.498599 0.0009***
DUMMY -0.053291 0.047515 -1.121552 0.2666
C 8.010037 1.888215 4.242120 0.0001***

R-squared 0.884191
Adjusted R-squared 0.876340
Durbin-Watson stat 0.684507
S.E. of regression 0.120151
Prob(F-statistic) 0.000000***
Sumber: Eviews 7.2, tabel diolah oleh penulis.
Catatan: *signifikan pada = 10%, **signifikan pada = 5%,***signifikan = 1%

Berdasarkan hasil estimasi diatas, maka dapat disusun model persamaan jangka

panjang sebagai berikut:

lnCadangan = 8,010037 0,224510 Finop + 0,481859lnFindev + 0,192788 ERS


0,053291 DUMMY ........................................................................(4.1)

Berikut penjelasan pengaruh masing-masing variabel dalam jangka panjang

dari persamaan 4.1:

1. Variabel Finop (Financial Openness)

Variabel Finop dalam jangka panjang mempunyai koefisien regresi sebesar

-0,224510. Artinya, variabel Finop meningkat sebesar 1 satuan mengakibatkan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

cadangan devisa berkurang sebesar 0,224510%, dengan asumsi semua variabel lain

dianggap tetap.

2. Variabel Findev (Financial Development)

Variabel Findev dalam jangka panjang mempunyai koefisien regresi sebesar

0.481859. Artinya, variabel Findev meningkat sebesar 1% mengakibatkan cadangan

devisa bertambah sebesar 0.481859%, dengan asumsi semua variabel lain dianggap

tetap.

3. Variabel ERS (Exchange Rate Stability atau Stabilitas Nilai Tukar)

Variabel ERS dalam jangka panjang mempunyai koefisien regresi sebesar

0.192788. Artinya, variabel ERS meningkat sebesar 1 satuan mengakibatkan

cadangan devisa bertambah sebesar 0.192788%, dengan asumsi semua variabel lain

dianggap tetap.

4. Variabel DUMMY (Krisis Asia dan Krisis Finansial Global)

Variabel DUMMY dalam jangka panjang mempunyai koefisien regresi

sebesar -0,053291. Artinya, adanya krisis mengakibatkan cadangan devisa lebih

rendah sebesar 0,053291% dibandingkan tidak adanya krisis, dengan asumsi semua

variabel lain dianggap tetap. Variabel DUMMY dalam jangka panjang tidak

berpengaruh terhadap cadangan devisa.

Penelitian ini menggunakan satu model yang terdiri atas tiga variabel yang

menggambarkan stabilitas keuangan suatu negara apabila ketiganya dapat berjalan

secara bersama-sama yaitu Finop, Findev, dan ERS. Selain itu, terdapat variabel

DUMMY yang mencerminkan krisis Asia 1997 dan krisis global 2008. Variabel

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

Cadangan dan Findev dalam persamaan jangka panjang yang ditunjukkan dalam

Tabel 4.3 diatas, diasumsikan merupakan sebuah komposisi linear dari transformasi

logaritma natural (ln). Transformasi tersebut dapat membuat suatu data menjadi lebih

bagus (smooth). Variabel Finop tidak dapat di ln-kan karena terdapat data bernilai

minus pada periode 2011.1-2011.4. Berbeda dengan variabel ERS, variabel tersebut

tidak dapat di ln-kan karena data berupa rasio yang nilainya kurang dari satu. Apabila

data tersebut di ln-kan, maka hasil regresi akan menjadi biased. Oleh karena itu,

hanya variabel Cadangan dan Findev yang ditransformasikan dalam bentuk ln.

4.2.2.1.1 Uji Probabilitas t-statistik

Pada hasil estimasi jangka panjang dalam tabel 4.4 diatas, tidak semua

variabel independen mempengaruhi variabel Cadangan. Probabilitas pada variabel

Finop, Findev, dan ERS yang lebih kecil daripada 0,01, memperlihatkan adanya

hubungan signifikan terhadap variabel Cadangan pada tingkat kesalahan 1% dan

dapat dijadikan estimator. Namun, probabilitas pada variabel DUMMY lebih besar

daripada 0,01; 0,05; maupun 0,1. Oleh karena itu, variabel tersebut tidak signifikan

pada tingkat kesalahan 1%, 5%, maupun 10% dan tidak dapat dijadikan estimator.

Hal ini tidak berpengaruh terhadap model karena variabel DUMMY hanya dijadikan

sebagai variabel boneka untuk membedakan periode krisis dan tidak krisis.

4.2.2.1.2 Uji Probalitas F-statistik

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa baik dalam estimasi jangka

pendek maupun jangka panjang p-value dari F-statistik berpengaruh signifikan.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83

Model jangka panjang memiliki probabilitas F-statistik sebesar 0,00000, lebih kecil

dari tingkat kesalahan 1%, 5%, maupun 10%. Sedangkan model jangka pendek

memiliki probabilitas F-statistik sebesar 0,058755, lebih kecil dari tingkat kesalahan

10%. Sehingga, dapat dikatakan bahwa variabel-variabel independen dalam model

secara bersama-sama berpengaruh atau mampu menjelaskan variabel dependen baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Tabel 4.5
Hasil Uji F-statistik

Estimasi Prob (F-statistik)


Jangka Panjang 0.000000***
Jangka Pendek 0.058755*
Sumber: Eviews 7.2, tabel diolah oleh penulis.
Catatan: *signifikan pada = 10%,***signifikan = 1%

4.2.2.1.3 Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui seberapa baik garis regresi menjelaskan datanya

(goodness of fit), dapat dilakukan dengan uji R2. Berdasarkan hasil estimasi model

jangka panjang dalam Tabel 4.6, nilai R2 sebesar 0.884191. Artinya bahwa sebesar

88,4% variansi variabel cadangan dapat dijelaskan oleh variansi variabel Finop,

Findev, ERS, dan DUMMY dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Sedangkan dalam jangka pendek, nilai R2 sebesar 0,166554. Artinya bahwa sebesar

16,65% variansi variabel cadangan dapat dijelaskan oleh variansi variabel Finop,

Findev, ERS, dan DUMMY dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Semakin tinggi atau semakin nilai R2 mendekati satu, maka semakin baik garis regresi

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84

karena mampu menjelaskan data aktualnya. Jadi, semakin tinggi R2, maka model

tersebut semakin baik (Widarjono, 2009:177).

Tabel 4.6
Koefisien Determinasi (R2)

Estimasi R-squared (R2)


Jangka Panjang 0.884191
Jangka Pendek 0.166554
Sumber: Eviews 7.2, tabel diolah oleh penulis.

4.2.2.2 Uji Kointegrasi dengan Augmented Eangle Granger (AEG)

Dalam metode Augmented Engle Granger, persamaan jangka panjang

telah diperoleh untuk mendapatkan residual. Kemudian, menguji stasioneritas pada

residual dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) untuk mendapatkan

hasil uji kointegrasi. Jika residual (u) stasioner pada tingkat level, maka variabel-

variabel dalam model terkointegrasi.

Tabel 4.7
Hasil Uji Kointegrasi: Level-Trend and Intercept

ADF t- MacKinnon Critical Value


statistik
1% 5% 10%
Residual -3.499014** -4.1104 -3.48276 -3.16937
(u)
Sumber: Eviews 7.2, tabel diolah oleh penulis.
Catatan: *signifikan pada = 10%, **signifikan pada = 5%,***signifikan = 1%

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, diketahui bahwa residual (u) pada model

stasioner pada tingkat level-trend and intercept karena ADF t-statistik residual lebih

besar dari MacKinnon Critical Value 5%. Dengan demikian, residual pada model

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85

signifikan pada = 5%. Artinya bahwa model tersebut terkointegrasi dimana variabel

Finop, Findev, ERS, dan Cadangan memiliki hubungan jangka panjang.

4.2.3 Estimasi Error Correction Model (ECM)

Tabel 4.8
Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM)

Variabel Koefisien Std Error t-Statistik Prob


D(Finop) -0.040060 0.039251 -1.020611 0.3118
D(lnFindev) 0.048109 0.129815 0.370596 0.7123
D(ERS) 0.009791 0.027789 0.352351 0.7259
D(DUMMY) -0.063810 0.029821 -2.139798 0.0367**
Residual (u) (-1) -0.174551 0.068365 -2.553226 0.0134**
C 0.019170 0.008367 2.291164 0.0257**

R-squared 0.166554
Adjusted R-squared 0.093445
Durbin-Watson stat 1.098915
S.E. of regression 0.059097
Prob(F-statistic) 0.058755*
Sumber: Eviews 7.2, tabel diolah oleh penulis.
Catatan: *signifikan pada = 10%, **signifikan pada = 5%,***signifikan = 1%

Karena variabel-variabel pada model dalam penelitian ini saling

terkointegrasi, maka teknik analisis Error Correction Model (ECM) dapat digunakan.

Pada teknik analisis ini, persamaan yang digunakan adalah persamaan jangka pendek.

Dinamika jangka pendek dibuat dengan memasukkan perbedaan pertama (first

difference) variabel dependen dan independen. Setelah itu, adanya koefisien koreksi

ketidakseimbangan atau Error Correction Term (ECT) yang digunakan untuk

menjelaskan seberapa cepat waktu yang diperlukan untuk mendapatkan nilai

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86

keseimbangan (Widarjono, 2007:358). Berdasarkan Tabel 4.8 diatas, variabel

Cadangan dan Findev jangka panjang yang sudah ditransformasikan dalam bentuk

logaritma natural (ln), kemudian didiferensialkan dalam model ECM sehingga

notasinya adalah D(LN). Sedangkan, variabel lainnya yang tidak ditransformasikan

ke dalam bentuk ln, hanya didiferensialkan saja, notasinya adalah D. Dari hasil

estimasi ECM dalam model, probabilitas variabel DUMMY signifikan pada = 5%.

Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam jangka pendek, adanya krisis Asia dan krisis

finansial global dapat mempengaruhi tingkat cadangan devisa dan dapat dijadikan

estimator. Namun, probabilitas variabel D(Finop), D(LNFindev), dan ERS tidak

signifikan baik pada tingkat = 1%, 5%, maupun 10%. Artinya bahwa dalam jangka

pendek, variabel keterbukaan keuangan, pengembangan keuangan, dan stabilitas nilai

tukar tidak mempengaruhi tingkat cadangan.

Hasil penelitian Error Correction Model (ECM) ini dapat dikatakan

sukses dalam mengestimasi model penelitian. Karena koefisien regresi pada Error

Correction Term (ECT) signifikan secara statistic dan bertanda negatif sesuai dengan

konsep ECM (Gujarati, 2003:825). Probabilitas variabel ECT sebesar 0,0134 dimana

probabilitas ECT lebih kecil dari = 5% dengan derajat kepercayaan 95%. Oleh

karena itu, spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid.

Berikut persamaan jangka pendek ECM:

D(lnCadangan) = 0,019170 0,040060 D(Finop) + 0,048109 D(lnFindev) +

0,009791 D(ERS) 0,063810 D(DUMMY) 0,174551 ECT (4.2)

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87

Berikut penjelasan pengaruh masing-masing variabel dalam jangka pendek dari

persamaan 4.2:

1. Variabel Finop (Financial Openness)

Variabel Finop dalam jangka pendek mempunyai koefisien regresi sebesar

-0,040060. Artinya bahwa dalam jangka pendek, variabel Finop meningkat

sebesar satuan mengakibatkan cadangan devisa akan berkurang sebesar

0,040060%, dengan asumsi semua variabel lain dianggap tetap.

2. Variabel Findev (Financial Development)

Variabel Findev dalam jangka pendek mempunyai koefisien regresi sebesar

0,048109. Artinya bahwa dalam jangka pendek, variabel Findev meningkat

sebesar 1%, maka cadangan devisa akan bertambah sebesar 0,04109% dengan

asumsi semua variabel dianggap tetap.

3. Variabel ERS (Stabilitas Nilai Tukar)

Variabel ERS dalam jangka pendek mempunyai koefisien regresi sebesar

0,009791. Artinya bahwa dalam jangka pendek, variabel ERS meningkat

sebesar 1 satuan, maka cadangan devisa akan bertambah sebesar 0,009791%,

dengan asumsi semua variabel tetap.

4. Variabel DUMMY (Krisis)

Variabel DUMMY dalam jangka pendek mempunyai koefisien regresi sebesar

-0,063810. Artinya bahwa dalam jangka pendek, adanya krisis menyebabkan

cadangan devisa lebih rendah sebesar 0,009791% dibandingkan tidak adanya

krisis, dengan asumsi semua variabel tetap. Pada jangka pendek, variabel

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88

DUMMY signifikan mempengaruhi cadangan devisa dengan tingkat

kepercayaan 95%. Hal ini menandakan bahwa adanya fenomena krisis Asia

1997/1998 dan krisis finansial global 2008/2009 dapat menurunkan tingkat

cadangan devisa dalam jangka pendek.

5. Variabel ECT (Error Correction Term)

Nilai koefisien dari ECT sebesar -0,174551 dan secara statistik signifikan

pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini berarti bahwa model ECM dalam

penelitian ini dapat dipakai untuk menganalisis variabel-variabel dalam

model. Dalam intepretasi ECT lainnya, nilai ECT sebesar

-0,174551 menunjukkan bahwa kecepatan penyesuaian (speed of adjustment)

cadangan devisa menuju keseimbangan adalah 0,174551% per kuartal atau

jika terjadi penyimpangan (deviasi) sebesar satu saruan pada keseimbangan

jangka panjang, maka akan terjadi penyesuaian pada periode berikutnya

sebesar 0,174551%.

4.2.4 Uji Asumsi Klasik

4.2.4.1 Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan linier yang

signifikan antara variabel independen dalam model. Untuk melihat ada tidaknya

multikolinieritas dapat dilihat dari koefisien korelasi dari masing-masing variabel

bebas. Jika koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari

0,8, artinya terjadi mulikolinieritas antara variabel bebas.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89

Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinieritas

D(Cadangan) Finop D(Findev) ERS DUMMY


D(Cadangan) 1.00000 -0.06970 0.04847 0.05167 -0.00302
Finop -0.06970 1.00000 0.01808 0.24724 0.16578
D(Findev) 0.04847 0.01808 1.00000 -0.16810 0.42742
ERS 0.05167 0.24724 -0.16810 1.00000 -0.31870
DUMMY -0.00302 0.16578 0.42742 -0.31870 1.00000
Sumber: Hasil pengolahan dengan eviews 7.2

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada Tabel 4.9 di atas, dimana variabel

Cadangan dan Findev telah ditransformasikan ke dalam bentuk turunan pertama (first

difference), terlihat bahwa koefisien pada semua variabel kurang dari 0,8. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi pelanggaran asumsi klasik berupa

multikolinieritas dalam penelitian ini.

4.2.4.2 Heteroskedastisitas

Tabel 4.10
Hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey (BPG)
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 2.283604 Prob. F(4,59) 0.0709


Obs*R-squared 8.580137 Prob. Chi-Square(4) 0.0725
Scaled explained SS 8.391013 Prob. Chi-Square(4) 0.0783

Sumber: Hasil pengolahan dengan eviews 7.2


Catatan: = 5%

Berdasarkan Tabel 4.10, nilai P-value dari Obs*R-squared sebesar 0,0725

dan = 5%. Sesuai dengan hipotesis dan kriteria pengujian, maka H0 diterima. Hal

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90

tersebut karena P-value dari Obs*R-squared BPG lebih besar dari tingkat signifikansi

5%, sehingga dapat disimpulkan model regresi terbebas dari heteroskedastisitas, yang

artinya model regresi telah homokedastisitas.

4.2.4.3 Autokorelasi

Tabel 4.11
Hasil LM (Breusch-Godfrey)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.465709 Prob. F(2,56) 0.0941


Obs*R-squared 5.098836 Prob. Chi-Square(2) 0.0781

Sumber: Hasil pengolahan dengan eviews 7.2

Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji LM (Breusch-Godfrey) yang digunakan

untuk mendeteksi autokorelasi. Berdasarkan hasil pada Tabel 4.11, nilai P-value dari

Obs*R-squared LM (Breusch-Godfrey) test sebesar 0,0781 (0,05). Sesuai dengan

hipotesis dan kriteria pengujian, maka H0 tidak ditolak. Artinya bahwa dengan tingkat

keyakinan 95%, model regresi terbebas dari masalah autokorelasi yaitu korelasi

antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan telah sesuai dengan menurut

waktu (seperti dalam data runtun waktu).

4.2.4.4 Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui residual terdistribusi normal

atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan melakukan uji Jarque-Bera (J-B).

Berdasarkan Gambar 4.6, dapat diketahui bahwa P-value sebesar 0,834580 dimana

lebih besar dari (5%). Sesuai dengan hipotesis dan kriteria pengujian, maka H0

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91

tidak ditolak. Artinya, dengan tingkat keyakinan 95% ( = 5%) maka dapat dikatakan

bahwa error term terdistribusi normal.

Gambar 4.6
Hasil Uji Normalitas Jarque-Bera (J-B)

4.3 Pembuktian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis model yang telah dijabarkan di atas, maka

pembuktian hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis pertama ditolak. Dalam jangka panjang, secara parsial variabel

keterbukaan keuangan berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat

cadangan devisa di Indonesia pada tingkat kepercayaan 99%. Secara simultan

semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen di Indonesia

dalam jangka panjang.

2. Hipotesis kedua diterima. Dalam jangka panjang, secara parsial variabel

pengembangan keuangan berpengaruh signifikan terhadap tingkat cadangan

devisa di Indonesia pada tingkat kepercayaan 99%. Secara simultan semua

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92

variabel independen mempengaruhi variabel dependen di Indonesia dalam

jangka panjang.

3. Hipotesis ketiga diterima. Dalam jangka panjang, secara parsial variabel

stabilitas nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap tingkat cadangan devisa

di Indonesia pada tingkat kepercayaan 99%. Secara simultan, semua variabel

independen mempengaruhi variabel dependen di Indonesia dalam jangka

panjang.

4. Hipotesis keempat ditolak. Dalam jangka pendek, secara parsial variabel

keterbukaan keuangan baik pada tingkat = 1%, 5%, maupun 10% tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat cadangan devisa. Akan tetapi, secara

simultan, semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen di

Indonesia dalam jangka pendek.

5. Hipotesis kelima ditolak. Dalam jangka pendek, secara parsial variabel

pengembangan keuangan baik pada tingkat = 1%, 5%, maupun 10% tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat cadangan devisa. Akan tetapi, secara

simultan, semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen di

Indonesia dalam jangka pendek.

6. Hipotesis keenam ditolak. Dalam jangka pendek, secara parsial variabel

stabilitas nilai tukar baik pada tingkat = 1%, 5%, maupun 10% tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat cadangan devisa. Akan tetapi, secara

simultan, semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen di

Indonesia dalam jangka pendek.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pengaruh Keterbukaan Keuangan Terhadap Cadangan Devisa

Berdasarkan hasil penelitian uji statistik yang dilakukan dalam jangka

panjang, maka hipotesis ditolak. Uji t menunjukkan variabel keterbukaan keuangan

(financial openness) mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat cadangan devisa

dalam persamaan jangka panjang. Menurut Lane dan Burke (2001) dimana

keterbukaan keuangan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan

tingkat cadangan devisa pada suatu negara. Pada perekonomian yang semakin global,

keterbukaan keuangan mengakibatkan mobilitas modal yang semakin bebas. Pada

masa ini, arus keluar masuk dana cukup bebas tanpa ada jangka waktu yang

mengharuskan pihak-pihak yang berwenang menahan dananya. Sehingga

meningkatkan instabilitas keuangan.

Suatu negara dengan keterbukaan yang besar akan meningkatkan jumlah

cadangan devisa sebagai motif pencegahan krisis. Dalam Virgiona, dkk (2008)

dimana salah satu determinan cadangan devisa adalah kerawanan neraca modal.

Semakin terbukanya sistem keuangan suatu perekonomian, maka akan semakin tinggi

kerentanannya terhadap krisis keuangan sehingga menuntut cadangan devisa yang

lebih banyak. Namun dalam penelitian ini, koefisien variabel Finop bertanda negatif

baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Artinya bahwa peningkatan

keterbukaan keuangan menyebabkan tingkat cadangan devisa menurun. Hal tersebut

menandakan bahwa Indonesia belum melakukan pencegahan krisis melalui tingkat

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94

keterbukaan neraca modal dalam jangka panjang. Namun, dalam penelitian ini

disimpulkan bahwa Indonesia tidak melakukan pencegahan tersebut juga dalam

jangka pendek. Hal tersebut dibuktikan dengan dalam jangka pendek, variabel Finop

tidak berpengaruh dan negatif terhadap cadangan devisa. Karena dalam jangka

pendek, tingkat keterbukaan keuangan neraca modal suatu negara membutuhkan

waktu untuk merespon perubahan variabel tingkat cadangan devisa.

4.4.2 Pengaruh Pengembangan Keuangan Terhadap Cadangan Devisa

Berdasarkan hasil penelitian uji statistik yang dilakukan dalam jangka

panjang, maka hipotesis diterima. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel

pengembangan keuangan berpengaruh signifikan terhadap tingkat cadangan devisa

dalam jangka panjang. Dalam Obstfeld (2008), variabel financial deepening

(M2/GDP) memiliki efek positif dan signifikan terhadap tingkat cadangan devisa

pada setiap periode dan semakin kuat dari waktu ke waktu. Semakin terintegrasinya

pasar keuangan dunia, dimana M2 merupakan pendorong utama dalam peningkatan

cadangan devisa suatu negara. Hal ini didukung dalam penelitian Priadi (2008),

bahwa suatu negara dengan rasio financial deepening yang besar cenderung

mengurangi peran international reserves

Dalam penelitian ini, koefisien variabel Findev dalam jangka panjang sejalan

dengan meningkatnya pengembangan keuangan di Indonesia. Dalam penelitian ini,

variabel Findev mempunyai pengaruh positif pada peningkatan cadangan devisa.

Peningkatan pengembangan keuangan yang mencerminkan mobilisasi tabungan yang

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95

semakin tinggi sehingga menciptakan money multiplier, menyebabkan tingkat

cadangan devisa meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian Priadi (2008) dan

Obstfeld (2008) bahwa adanya pengembangan keuangan membuat suatu negara dapat

mengatasi gejolak dengan penyesuaian otomatis melalui mekanisme pasar, sehingga

negara dengan Findev yang tinggi, akan meningkatkan tingkat cadangan devisa

karena kebutuhan akan cadangan devisa yang rendah.

4.4.3 Pengaruh Stabilitas Nilai Tukar Terhadap Cadangan Devisa

Berdasarkan hasil penelitian uji statistik yang dilakukan dalam jangka

panjang, maka hipotesis diterima. Hasil uji t menunjukkan pengaruh variabel ERS

(Exchange Rate Stability) terhadap tingkat cadangan devisa berpengaruh positif

dalam jangka panjang. Berdasarkan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia yang mereformasi tujuan dan tugas Bank Indonesia secara lebih tegas dan

terfokus, tujuan Bank Indonesia sesuai dengan pasal 7 adalah mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah yaitu kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap

mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar. Pada tahun

1997, telah terjadi perubahan sistem nilai tukar di Indonesia dari mengambang

terkendali menjadi mengambang bebas dimana nilai tukar ditentukan oleh permintaan

dan penawaran pasar. Di Indonesia, pentingnya intervensi bank sentral untuk

mempertahankan nilai tukar agar berada dalam tingkat yang stabil. Untuk itu, masih

dibutuhkan cadangan devisa (international reserves) untuk mencapai stabilitas nilai

tukar walaupun sistem yang digunakan adalah sistem mengambang bebas.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96

Sejalan dengan argumentasi Aizenman, et al (2004) dalam (Priadi, 2008) dan

Obstfeld (2008) bahwa suatu negara yang menerapkan sistem nilai tukar

mengambang bebas akan cenderung meminimalkan kebutuhan international

reservesnya untuk menyerap adanya guncangan pada neraca pembayaran. Selain itu,

dalam Adiningsih, dkk (2008), salah satu determinan suatu negara dalam menentukan

tingkat cadangan devisa adalah fleksibilitas nilai tukar. Semakin besarnya fleksibilitas

nilai tukar akan mengurangi kebutuhan cadangan devisa karena Bank Sentral tidak

perlu lagi memiliki sejumlah stok cadangan devisa untuk mempertahankan tingkat

nilai tukar yang ditetapkan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Aizenman, Chinn,

dan Ito (2009) bahwa fleksibilitas yang semakin besar pada nilai tukar akan

membantu mengurangi kebutuhan cadangan devisa. Dalam penelitian ini, koefisien

variabel ERS yang positif dalam jangka panjang sejalan dengan Aizenman, et al

(2004), Obstfeld (2008) dan Adiningsih, dkk (2008) di Indonesia. Stabilitas nilai

tukar yang telah diserahkan kepada mekanisme pasar menyebabkan Bank Indonesia

hanya melakukan intervensi jika terjadi gejolak yang sangat tajam guna mencapai

kestabilan keuangan. Sehingga dalam jangka panjang tingkat cadangan devisa

mengalami peningkatan akibat penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas di

Indonesia yang mencerminkan nilai tukar terhadap dolar di Indonesia rata-rata stabil

pada periode 1996.1-2011.4.

Pada estimasi jangka pendek, koefisien variabel ERS berhubungan positif

terhadap tingkat cadangan seperti pada estimasi jangka panjang. Namun, variabel

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97

ERS tidak signifikan terhadap tingkat cadangan devisa walaupun tanda koefisien

variabel sejalan dengan penelitian Aizenman,dkk. (2004), Obstfeld (2008), dan

Adiningsih, dkk. (2008). Hal ini disebabkan variabel ERS yang bersifat fluktuatif dan

berubah-ubah setiap waktu, membutuhkan lag untuk merespon perubahan variabel

tingkat cadangan devisa.

4.4.4 Pengaruh Krisis Terhadap Cadangan Devisa

Salah satu alasan suatu negara memegang cadangan devisa dalam jumlah

yang besar adalah untuk mengatasi krisis. Berdasarkan hasil penelitian uji statistik

yang dilakukan dalam jangka panjang, hasil uji t menunjukkan bahwa variabel krisis

yang digunakan sebagai variabel kontrol tidak berpengaruh signifikan terhadap

tingkat cadangan devisa. Berdasarkan penelitian Steiner (2012) bahwa krisis mata

uang mendorong suatu negara dalam meningkatkan cadangan devisa. Kondisi krisis

dapat meningkatkan rasio cadangan terhadap GDP dimana semakin terbuka suatu

perekonomian, semakin rentan terhadap guncangan eksternal dan diharapkan untuk

menahan cadangan lebih banyak sebagai motif pencegahan. Dalam kasus Indonesia,

hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Aizenman dan Lee (2007), bahwa

cadangan devisa digunakan sebagai asuransi diri terhadap krisis. Ditemukan adanya

efek negatif dan signifikan dari tingkat krisis pada tingkat cadangan. Hal tersebut

dapat dilihat dari koefisien variabel DUMMY yang bernilai negatif dalam estimasi

jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, dimana hasil uji t

variabel krisis dalam jangka pendek berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98

cadangan devisa. Artinya, adanya krisis mengakibatkan tingkat cadangan lebih

rendah dibandingkan tidak adanya krisis dalam jangka pendek.

Semakin terintegrasinya keuangan pada suatu negara dengan negara lainnya,

menyebabkan suatu negara lebih rentan terhadap guncangan. Berhubungan dengan

penelitian Edison (2003), adanya variabel keterbukaan keuangan yang

menggambarkan kerentanan neraca modal sehingga meningkatkan lebih banyak

cadangan devisa yang dipegang oleh suatu negara. Meningkatnya investasi portfolio

yang masuk ke Indonesia dapat menjadi boomerang bagi Indonesia. Disamping

investasi tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun juga rentan

terhadap guncangan.

Seperti pada krisis Asia 1997/1998, keterbukaan keuangan yang tinggi pada

saat itu menyebabkan tingginya investasi portfolio pada periode tersebut. Adanya

guncangan yang terjadi di Thailand yang berimbas ke negara Asia lainnya

menyebabkan investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia menarik

modalnya secara besar-besaran sehingga terjadilah krisis pada tahun 1998 dan

Indonesia tidak mempunyai cukup cadangan dalam menjaga stabilitas keuangan pada

saat nilai mata uang domestik semakin terdepresiasi, sehingga dalam mengatasi hal

yang sama terjadi lagi, dilakukan pencegahan dengan meningkatkan tingkat

cadangan. Dapat disimpulkan bahwa terjadinya krisis Asia 1998 direspon dengan

meningkatkan cadangan devisa. Sejalan dengan penelitian Steiner (2012) dimana

bank sentral merevisi kebijakan cadangan mereka setelah terjadi krisis Asia sebagai

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99

tindakan pencegahan. Hal tersebut dapat dilihat dengan perubahan tingkat variabel

tingkat cadangan devisa pada tahun 2007 sebelum terjadinya krisis keuangan global

2008, yang menyebabkan Indonesia dapat tetap menjaga stabilitas keuangan sehingga

perekonomian dapat pulih dengan cepat

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian pengaruh financial openness,

financial development, dan stabilitas nilai tukar terhadap cadangan devisa pada

stabilitas keuangan di Indonesia adalah:

1. Financial openness memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan negatif

terhadap cadangan devisa di Indonesia dalam jangka panjang secara parsial.

Artinya, semakin bertambah tingkat keterbukaan neraca modal di Indonesia,

menyebabkan menurunnya tingkat cadangan devisa. Akan tetapi, financial

openness tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap cadangan devisa di

Indonesia dalam jangka pendek di Indonesia secara parsial. Hal tersebut

menandakan tingkat keterbukaan neraca modal membutuhkan waktu untuk

merespon perubahan pada tingkat cadangan devisa. Secara simultan, semua

variabel independen mempengaruhi variabel dependen di Indonesia dalam

jangka panjang maupun jangka pendek.

2. Financial development memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan positif

terhadap cadangan devisa di Indonesia dalam jangka panjang secara parsial.

Artinya, fungsi intermediasi yang semakin baik di Indonesia, menyebabkan

tingkat cadangan devisa meningkat. Akan tetapi, financial development tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia dalam

99

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100

jangka pendek di Indonesia secara parsial. Hal tersebut menandakan bahwa

Bank Sentral membutuhkan waktu dalam mengembangkan dan meningkatkan

fungsi intermediasi, yang secara tidak langsung dapat memberikan respon

pada tingkat cadangan devisa. Secara simultan, semua variabel independen

mempengaruhi variabel dependen di Indonesia dalam jangka panjang maupun

jangka pendek.

3. Stabilitas nilai tukar memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan positif

terhadap cadangan devisa di Indonesia dalam jangka panjang secara parsial.

Artinya, sistem nilai tukar mengambang yang dianut di Indonesia, dimana

nilai tukar ditentukan oleh mekanisme pasar, menyebabkan tingkat cadangan

devisa meningkat. Akan tetapi, stabilitas nilai tukar tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia dalam jangka pendek di

Indonesia secara parsial. Hal ini menandakan bahwa nilai tukar yang bersifat

fluktuatif dan berubah setiap waktu, membutuhkan waktu dalam memberikan

respon pada tingkat cadangan devisa secara signifikan. Secara simultan,

semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen di Indonesia

dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

5.2 Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk penentu kebijakan otoritas moneter yaitu Bank Indonesia, penelitian ini

diharapkan mampu menjadi wacana dalam mempertimbangkan dan menjaga

international reserves dalam kondisi yang cukup dan stabil dengan tujuan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101

agar terhindar dari guncangan ekonomi. Hal tersebut berdasarkan dalam

penelitian penulis dimana financial openness di Indonesia masih berkontribusi

dalam mengurangi cadangan devisa, mengingat krisis keuangan Asia yang

terjadi pada tahun 1998 yang mengakibatkan guncangan pada stabilitas

keuangan di Indonesia dimana cadangan devisa tidak dapat menyangga

ketidakstabilan tersebut, yang berimbas pada turunnya kepercayaan investor.

2. Untuk penentu kebijakan Bank Sentral, Bank Indonesia perlu mengeluarkan

kebijakan sebagai intermediasi dalam menciptakan pengembangan keuangan

secara mendalam (financial deepening) dimana intermediasi perbankan dapat

secara langsung mempengaruhi jumlah uang beredar dan untuk

menindaklanjuti temuan penelitian bahwa secara tidak langsung dapat

meningkatkan cadangan devisa di Indonesia yang dapat dijadikan sebagai

buffer stock dalam menjaga stabilitas keuangan.

3. Untuk pemerintahan Republik Indonesia, terkait dengan perekonomian yang

semakin terintegrasi, dimana negara emerging market telah memilih untuk

menggunakan sistem nilai tukar campuran yaitu mengambang terkendali

dengan meningkatkan akumulasi cadangan devisa. Oleh karena itu, tingkat

cadangan devisa perlu dijaga karena tingkat cadangan devisa yang tersedia

diharapkan mampu berperan sebagai penyangga (buffer stock) guncangan.

4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi wacana

bagi pengembangan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penggunaan

konsep dan variabel-variabel trilemma serta hubungannya dengan keadaan

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
102

moneter suatu negara. Dan perlu diketahui bahwa, tingkat cadangan devisa

tidak hanya dipengaruhi oleh variabel-variabel trilema saja yang digunakan

sebagai ukuran dalam menjaga stabilitas keuangan, tetapi banyak variabel

yang dapat ditambahkan sebagai variabel kontrol.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Adnan. Noureen. 2010. Measurement of financial Development: A Fresh Approach


8th International Conference on Islamic Economics and Finance.
(conference.qfis.edu.qa/app/media/234)
Adiningsih, Sri, A. Ika Rahutami, Ratih Pratiwi Anwar, dkk. 2008. Satu Dekade
Pasca Krisis Indonesia. Badai Pasti Berlalu?. Kanisius: Yogyakarta
Agus, Widarjono. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Edisi Kedua, Fakultas Ekonomi UIJ, Yogyakarta.
Aizenman, Joshua, and Jaewoo Lee. 2007. International Reserves: Precautionary
versus Mercantilist Views, Theory and Evidence. Open Economies Review
18(2):191-214.
Aizenman, Joshua, et al. 2009. Assessing the Emerging Global Financial
Architecture: Measuring the Trilemma's Configurations over Time.

Aizenman, Joshua Yeonho Lee dan Yeongseop Rhee. 2004. International Reserves
Management And Capital Mobility In A Volatile World: Policy
Considerations And A Case Study of Korea. Working Paper 10534. National
Bureau of Economic Research. June 2004. pp. 1-29.

Bank Indonesia. 2007. Booklet Stabilitas Sistem Keuangan: Stabilitas Sistem


Keuangan Apa, Mengapa, dan Bagaimana?. Direktorat Penelitian dan
Pengaturan Perbankan Biro Stabilitas Sistem Keuangan.
Bank Indonesia. 2008. Sistem Devisa dan Nilai Tukar: Teori dan Kebijakan di
Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia.

Bank Indonesia. 2010. Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia.
Bank Indonesia. Bab II Pemulihan Ekonomi Global dan Tantangan ke Depan.
Calvo, Guillermo. Monetary Policy Challenges in Emerging Markets: Sudden Stop,
Liability Dollarization, and Lender Of Last Resort. National Bureau Of
Economic Research (NBER Working Paper 12788).

Carbaugh, Robert. J. 2004. International Economics. 9th Ed. USA. Thomson.

Dominguez, Kathryn. 2012. International Reserves and The Global Financial Crisis.
Journal of International Economics 88.

103

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
104

Edison, H., 2003. Are Foreign Reserves in Asia too High? World Economic Outlook.
Enders, Walter. 2004. Applied Econometrics Time Series. New York: John Wiley and
Sons Inc.
FitzGerald, Valpy. 2006. Financial Development and Economic Growth: A Critical
View. Background paper for World Economic and Social Survey 2006.
Halwani, Hendra. (2005). Ekonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi Edisi
Kedua. Ghalia Indonesia: Bogor.

Indrawati, Yulia. 2012. Dampak Foreign Direct Investment dan Investasi Portofolio
Terhadap Stabilitas Makroekonomi di Indonesia : Fenomena Global
Imbalances. Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Jeanne, Olivier. 2007. International Reserves in Emerging Market Countries: Too


Much of a Good Thing. International Monetary Fund (IMF).

Krugman, Paul R Maurice Obsrfeld. Ekonomi International : Teori dan Kebijakan,


Ed. Ke-2 Jilid I, PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Lynch, David. 1996. Measuring Financial Sector Development: A Study of Selected


Asia-Pasific Countries. The Developing Economies XXXIV-1.
Mendoza, Ronald. 2003. International Reserve Holding in the Developing World: self
insurance in a crisis prone era?. Science Direct Emerging Markets Review 5
(2004) 6182.

Nasution. Anwar. (2003). Stabilitas Sistem Keuangan : Urgensi, Implikasi Hukum,


dan Agenda Kedepan, (Online), (www.lfip.org, diakses 16 Mei 2014).

Nuge, J., 2009. Foreign Exchange Reserves Management. Handbooks in Central


Banking No. 19.

Obstfeld, Maurice, et al. 2009. Financial Instability, Reserves, And Central Bank
Swap Lines In The Panic Of 2008. National Bureau Of Economic Research
(NBER Working Paper 14826).

Obstfeld, Maurice, et al. 2008. Financial Stability, The Trilemma, And International
Reserves. National Bureau Of Economic Research (NBER Working Paper
14217).

Rajan, Ramkishen dan Reza Siregar. 2004. Centralized Reserves Pooling for the
ASEAN+3 Countries, Monetary And Financial Integration In East Asia The
Way Ahead, Vol.2, ADB,New York, Palgrave Macmillan.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
105

Research Bank of Australia. (2012). About financial stability. (Online)


http://www.rba.gov.au/fin-stability/about.html. Diakses 12 Juni 2014.

Sadono. 2004. Teori Pengantar Mikroekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.
Simorangkir, Iskandar. 2006. The Openness and Its Impact to Indonesian Economy:
A SVAR Approach. Center for Central Banking Education and Studies, Bank
Indonesia.

Steiner, Andreas. 2012. How Central Banks Prepare for Financial Crises. An
Empirical Analysis of The Effect of Crises and Globalisation on International
Reserves. Journal of International Money and Finance 33 (2013) 208234.
Virgoana, Dyah. 2006. Pengelolaan Cadangan Bank Indonesia di Bank Indonesia.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BANK
INDONESIA.

Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia


Fakultas Ekonomi UII.

www.bi.go.id

www.stluoisfed.org

www.worldbank.org

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LAMPIRAN

1. DATA

Cadangan Finop Findev


Periode ERS DUMMY
(Reserves/GDP) (KAOPEN) (M2/GDP)
1996.1 24,288,196,993 0.938983917 3.88178E+14 0.982280084 0.00
1996.2 24,521,601,929 0.938983917 4.03499E+14 0.993596001 0.00
1996.3 24,593,128,481 0.938983917 4.1273E+14 0.882077032 0.00
1996.4 26,053,272,912 0.938983917 4.43901E+14 0.999863723 0.00
1997.1 29,555,923,992 0.877967775 4.5879E+14 0.784873628 0.00
1997.2 30,747,883,130 0.877967775 4.80929E+14 0.920838732 1.00
1997.3 30,072,938,954 0.877967775 4.96595E+14 0.323084313 1.00
1997.4 26,792,891,690 0.877967775 5.39462E+14 0.166371356 1.00
1998.1 26,959,261,504 0.654040575 7.36508E+14 0.055673335 1.00
1998.2 31,387,206,418 0.654040575 1.00517E+15 0.052677764 1.00
1998.3 34,273,667,202 0.654040575 9.88862E+14 0.201001115 1.00
1998.4 40,243,544,554 0.654040575 1.06713E+15 0.008733568 1.00
1999.1 42,279,786,514 0.75593549 1.05547E+15 0.009122129 1.00
1999.2 44,716,091,728 0.75593549 1.07721E+15 0.077639447 0.00
1999.3 45,532,962,296 0.75593549 1.13865E+15 0.213598739 0.00
1999.4 45,898,092,964 0.75593549 1.12682E+15 0.722171762 0.00
2000.1 46,839,415,892 0.694919407 1.10994E+15 0.211662123 0.00
2000.2 47,917,258,810 0.694919407 1.16364E+15 0.190397161 0.00
2000.3 48,855,572,408 0.694919407 1.13937E+15 0.262800824 0.00
2000.4 45,506,370,863 0.694919407 1.20512E+15 0.503729688 0.00
2001.1 46,227,916,942 0.694919407 1.24613E+15 0.613719933 0.00
2001.2 45,092,108,846 0.694919407 1.28116E+15 0.153549264 0.00
2001.3 45,062,961,526 0.694919407 1.25942E+15 0.042688189 0.00
2001.4 43,515,650,864 0.694919407 1.33849E+15 0.050568174 0.00
200.2.1 42,439,103,477 0.694919407 1.30257E+15 0.129115425 0.00
2002.2 43,002,508,350 0.694919407 1.29723E+15 0.130165728 0.00
2002.3 44,586,595,127 0.694919407 1.31299E+15 0.1162495 0.00
2002.4 44,824,119,345 0.694919407 1.33546E+15 0.399294024 0.00
2003.1 46,603,370,283 0.694919407 1.30915E+15 0.369916675 0.00
2003.2 48,493,254,495 0.694919407 1.31871E+15 0.331084768 0.00
2003.3 47,562,290,651 0.694919407 1.32985E+15 0.263506216 0.00
2003.4 49,331,280,780 0.694919407 1.38111E+15 0.649135155 0.00

106

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
107

2004.1 50,222,536,942 0.694919407 1.32454E+15 0.731082152 0.00


2004.2 49,252,672,480 0.694919407 1.37396E+15 0.221318603 0.00
2004.3 46,782,430,708 0.694919407 1.37804E+15 0.294795686 0.00
2004.4 46,787,825,940 0.694919407 1.40233E+15 0.448488907 0.00
2005.1 46,977,475,048 0.694919407 1.37598E+15 0.460266375 0.00
2005.2 44,792,438,805 0.694919407 1.43204E+15 0.541039668 0.00
2005.3 39,332,350,194 0.694919407 1.51838E+15 0.485394137 0.00
2005.4 41,531,784,199 0.694919407 1.56036E+15 0.259398036 0.00
2006.1 45,023,102,409 0.694919407 1.53487E+15 0.155586475 0.00
2006.2 51,237,746,379 0.694919407 1.59009E+15 0.189327051 0.00
2006.3 50,028,601,530 0.694919407 1.6109E+15 0.462493454 0.00
2006.4 48,797,852,152 0.694919407 1.69307E+15 0.965829703 0.00
2007.1 52,830,453,926 0.694919407 1.66203E+15 0.87951321 0.00
2007.2 57,567,885,408 0.694919407 1.7241E+15 0.542946585 0.00
2007.3 58,868,840,343 0.694919407 1.77003E+15 0.264692706 0.00
2007.4 61,827,204,484 0.694919407 1.90851E+15 0.358725534 0.00
2008.1 62,490,076,220 0.694919407 1.80557E+15 0.985681843 0.00
2008.2 62,965,573,597 0.694919407 1.89953E+15 0.906366315 0.00
2008.3 62,252,281,934 0.694919407 1.95496E+15 0.709277764 0.00
2008.4 53,743,424,528 0.694919407 2.08402E+15 0.084685217 1.00
2009.1 54,160,574,132 0.694919407 2.07896E+15 0.127439193 1.00
2009.2 59,063,778,427 0.694919407 2.11689E+15 0.074220637 0.00
2009.3 60,912,808,233 0.694919407 2.12816E+15 0.170819574 0.00
2009.4 65,472,667,843 0.694919407 2.22825E+15 0.802433774 0.00
2010.1 69,411,014,163 0.694919407 2.16258E+15 0.291989661 0.00
2010.2 74,271,858,069 0.694919407 2.24913E+15 0.757704353 0.00
2010.3 78,771,765,372 0.694919407 2.25916E+15 0.988380223 0.00
2010.4 88,232,564,448 0.694919407 2.41245E+15 0.575336211 0.00
2011.1 93,240,416,776 0.409076929 2.35684E+15 0.799538268 0.00
2011.2 106,968,597,945 0.409076929 2.38769E+15 0.363297865 0.00
2011.3 108,749,591,093 0.409076929 2.46326E+15 0.301063856 0.00
2011.4 99,015,824,581 0.409076929 2.64053E+15 0.284869359 0.00

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
108

2. HASIL PENGOLAHAN DATA

2.1 Uji ADF : first difference-trend and intercept

Null Hypothesis: D(CADANGAN) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.099801 0.0005


Test critical values: 1% level -4.113017
5% level -3.483970
10% level -3.170071

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(FINOP) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.935247 0.0000


Test critical values: 1% level -4.113017
5% level -3.483970
10% level -3.170071

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(FINDEV) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.970738 0.0000


Test critical values: 1% level -4.113017
5% level -3.483970
10% level -3.170071

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
109

Null Hypothesis: D(ERS) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.721847 0.0000


Test critical values: 1% level -4.121303
5% level -3.487845
10% level -3.172314

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(DUMMY) has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.908790 0.0000


Test critical values: 1% level -4.115684
5% level -3.485218
10% level -3.170793

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

2.2 Persamaan Jangka Panjang


Dependent Variable: CADANGAN
Method: Least Squares
Date: 06/07/14 Time: 09:32
Sample: 1996Q1 2011Q4
Included observations: 64

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

FINOP -0.224510 0.055040 -4.079065 0.0001


FINDEV 0.481859 0.052755 9.133893 0.0000
ERS 0.192788 0.055104 3.498599 0.0009
DUMMY -0.053291 0.047515 -1.121552 0.2666
C 8.010037 1.888215 4.242120 0.0001

R-squared 0.884191 Mean dependent var 24.59381


Adjusted R-squared 0.876340 S.D. dependent var 0.341674
S.E. of regression 0.120151 Akaike info criterion -1.325237

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
110

Sum squared resid 0.851734 Schwarz criterion -1.156574


Log likelihood 47.40757 Hannan-Quinn criter. -1.258792
F-statistic 112.6153 Durbin-Watson stat 0.684507
Prob(F-statistic) 0.000000

2.3 Uji Kointegrasi Augmented Engle Granger

Null Hypothesis: RESIDUAL has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.499014 0.0481


Test critical values: 1% level -4.110440
5% level -3.482763
10% level -3.169372

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

2.4 Persamaan ECM Jangka Pendek

Dependent Variable: D(CADANGAN)


Method: Least Squares
Date: 06/07/14 Time: 09:42
Sample (adjusted): 1996Q2 2011Q4
Included observations: 63 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(FINOP) -0.040060 0.039251 -1.020611 0.3118


D(FINDEV) 0.048109 0.129815 0.370596 0.7123
D(ERS) 0.009791 0.027789 0.352351 0.7259
D(DUMMY) -0.063810 0.029821 -2.139798 0.0367
RESIDUAL(-1) -0.174551 0.068365 -2.553226 0.0134
C 0.019170 0.008367 2.291164 0.0257

R-squared 0.166554 Mean dependent var 0.022306


Adjusted R-squared 0.093445 S.D. dependent var 0.062068
S.E. of regression 0.059097 Akaike info criterion -2.728887
Sum squared resid 0.199069 Schwarz criterion -2.524779
Log likelihood 91.95993 Hannan-Quinn criter. -2.648610
F-statistic 2.278158 Durbin-Watson stat 1.098915
Prob(F-statistic) 0.058755

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
111

SKRIPSI PENGARUH FINANCIAL OPENNESS... BREDA VYANTA PUTRI PRADITA

Anda mungkin juga menyukai