Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBIJAKAN MONETER

Oleh :

Mulkan Abdullah 20141221042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2015

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 6
dapat menyelesaikan makalah tentang Kebijakan Moneter.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan


oleh Dosen mata kuliah Ekonomi Moneter yaitu Dr. Siti Maroah, M.Pd.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita


semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Bank
Indonesia

Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang


telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka


penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Surabaya, 24 Oktober 2015

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebijakan Moneter .......................................................................... 2
2.2 Tujuan Kebijakan Moneter ........................................................................... 3
2.3 Jenis-Jenis Kebijakan Moneter .................................................................... 3
2.4 Perdebatan Tentang: Rules Vs Discretion ................................................... 5
2.5 Perdebatan: Moneterist Vs Keynesians ....................................................... 5
2.6 Kerangka Kerja Kebijakan Moneter .............................................................. 6
2.6.1 Inflation Targeting Framework (ITF) ................................................... 7
2.7 Instrumen Kebijakan Moneter ...................................................................... 8
2.7.1 Sasaran Operasional ......................................................................... 9
2.7.2 Sasaran Antara (Intermediate Target) ................................................ 9
2.7.3 Sasaran Akhir (Final Target) ..............................................................10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................12
Daftar Pustaka ...................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan mengenai Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (MTKM)
masih merupakan topik yang menarik dan menjadi perdebatan, baik di kalangan
akademis maupun para praktisi di bank sentral. Menariknya MTKM selalu
dikaitkan dengan dua pertanyaan. Pertama, apakah kebijakan moneter dapat
mempengaruhi ekonomi riil di samping pengaruhnya terhadap harga. Kedua, jika
jawabannya ya, maka melalui mekanisme transmisi apa pengaruh kebijakan
moneter terhadap ekonomi riil tersebut terjadi (Bernanke dan Blinder : 1992) dan
Taylor (1995). Sejatinya penelitian MTKM memberikan penjelasan mengenai
bagaimana perubahan (shock) instrument kebijakan moneter dapat
mempengaruhi variabel makroekonomi lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir
kebijakan moneter. Seberapa besar pengaruhnya terhadap harga dan kegiatan di
sektor riil, semuanya sangat tergantung pada perilaku atau respons perbankan
dan dunia usaha lainnya terhadap shock instrumen kebijakan moneter yaitu Suku
Bunga Sertifikat Bank Indonesia (rSBI). Meskipun telah banyak dilakukan studi
mengenai efektivitas MTKM, baik secara parsial maupun terintegrasi, namun
karena adanya faktor ketidakpastian dan kecenderungan-kecenderungan baru
yang dapat mempengaruhi MTKM, maka penelitian lanjutan untuk masalah
tersebut tetap relevan untuk dilakukan.
Efektivitas MTKM diukur dengan dua indikator yaitu (1). Berapa besar
kecepatan atau berapa tenggat waktu (time lag) dan (2). Berapa kekuatan
variabel-variabel dalam merespons adanya shock instrument kebijakan moneter
(rSBI) dan variabel lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter.
Kedua indikator tersebut diperoleh dari hasil Uji Impulse Response Function
(IRF) dan Uji Variance Decomposition (VD). Mengacu pada uraian-uraian
tersebut, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul:
Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di
Indonesia Melalui Jalur Suku Bunga Periode 1990:2-2007:1.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Kebijakan Moneter ?
2. Tentang apa perdebatan antara Rules Vs Discreation ?
3. Apa perdebatan dari Moneterist Vs Keynesians ?
4. Bagaimana Kerangka Kerja Kebijakan Moneter ?
5. Bagaimana Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kebijakan moneter
2. Untuk mengetahui tetentang perdebatan Rules Vs Keynesians
3. Untuk mengetahui perdebatan antara Moneteris Vs Keynesians

1
4. Untuk mengetahui bagaimana kerangka kerja kebijakan moneter
5. Untuk mengetahui Koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebijakan Moneter

Secara umum kebijakan moneter adalah proses yang dilakukan oleh


otoritas moneter (bank sentral) suatu Negara dalam mengontrol atau
mengendalikan jumlah uang beredar (JUB). Melalui pendekatan kuantitas dan /
atau pendekatan tingkat suku bunga yang bertujuan untuk mendorong stabilitas
dan pertumbuhan ekonomi, sudah termasuk didalamnya stabilitas harga dan
tingkat pengangguran yang rendah.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan
moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas
Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan
persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja
penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter
dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen
sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta

2
asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila
mengalami kesulitan likuiditas.

2.2 Tujuan Kebijakan Moneter


BI sebagai bank sentral di Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya
bisa menggunakan pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.
Pilihan mengenai pendekatan apa yang akan digunakan sangat tergantung pada
efektivitas di antara kedua pendekatan tersebut dan sifat dari tujuan akhir
kebijakan moneter, apakah bertujuan jamak (ganda) atau tunggal (single).

a. Tujuan Jamak (ganda)


Kebijakan moneter yang bertujuan jamak atau ganda adalah kebijakan
moneter yang tujuan akhirnya lebih dari satu untuk membantu mecapai sasaran
makro ekonomi yaitu:
1. Memperluas Kesempatan Kerja
2. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
3. Stabilitas Harga
4. Stabilitas Tingkat Suku Bunga
5. Stabilitas Pasar Uang
6. Stabilitas Pasar Valuta Asing

b. Tujuan Tunggal (single)


Kebijakan moneter yang bertujuan tunggal (Single) yaitu menjaga ke stabilan
harga (Inflasi).

2.3 Jenis-Jenis Kebijakan Moneter


1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka
menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi
pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada saat perekonomian mengalami resesi
atau depresi.

3
Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai kebijakan moneter
longgar (easy monetary policy). Penerapan kebijakan ini seperti :
a. Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)
b. Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya saham dan
obligasi).
c. Politik cash ratio (penurunan cadangan kas)
d. Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)

2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)


Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan dalam
rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan ini dapat diterapkan
berupa :
a. Politik diskonto (peningkatan suku bunga)
b. Politik pasar terbuka (penjualan surat berharga)
c. Politik cash ratio (peningkatan cadangan kas)
d. Politik kredit selektif (pengetatan pemberian kredit)

4
2.4 Perdebatan Tentang: Rules Vs Discretion

Perdebatan tersebut bermula dari perbedaan cara pandang diantara


aliran Klasik mengenai penetuan inflasi (melalui teori Kuantitas Uang yaitu:
MV=PT) dan aliran Keynesians mengenai penetuan output melalui model IS=LM.
Kedua aliran ini berbeda dalam hal harga atau inflasi.
Aliran Klasik: Menganggap bahwa perkembangan harga sangat fleksibel
dan inflasi terjadi hanya karena bertambahnya JUB: untuk alasan itu, maka
kebijakan moneter harus dilaksanakan secara ketat mengikuti aturan (rule) yang
secara konsisten diikuti.
Aliran Keynesians: menganggap bahwa perkebangan harga sangat kaku
dan inflasi terjadi bukan karena bertambahnya jumlah uang yang melebihi jumlah
barang, tapi lebih disebabkan karena adanya ketidak seimbangan antara
permintaan dan penawaran. Untuk alasan itu, kebijakan moneter diarahkan untuk
menjamin keseeimbangan antara sisi permintaan dan penawaran, oleh karena itu
kebijakan moneter harus dilakukan secara bijaksana (discreation) sesuai dengan
perkembangan yang ada.

2.5 Perdebatan: Moneterist Vs Keynesians


Perdebtan diantara aliran Moneterist dan aliran Keynesians sejatinya
menyangkut perdebatan tentang keberadaan variabel-variabel yang mendorong
permintaan dan penawaran agregat dalam perekonomian. Kelompok monetarist
berpendapat bahwa permintaan agregat semata-mata dipengaruhi oleh
perkembangan JUB dan pengaruhnya adalah stabil. Sedangkan aliran
Keynesians berpendapat bahwa permasalahan dalam suatu perekonomian
adalah sangan kompleks, sehingga bukan hanya uang yang berperan penting
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga variabel-variabel lain.
Keynesians berpandangan bahwa dalam dunia nyata terjadi kekakuan dan
mekanisme pasar bebas tidak bekerja sempurna, misalnya karena adanya
kontrak kerja antara majikan dan karyawan. Dalam kondisi seperti ini, jika terjadi
perubahan (shock) dalam jangka pendek shock akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya memengaruhi perkembangan harga
(inflasi) didalam jangka menengah panjang.

5
Aliran monetarist juga berpendapat bahwa uang hanya berpengaruh pada
tingkat inflasi dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena itu,
kebijakan moneter harus diarahkan hanya untuk pengendalian inflasi dan tidak
diarahkan untuk memengaruhi kegiatan ekonomi riil.
Sebaliknya aliran Keynesians berpendapat bahwa uang berpengaruh,
baik terhadap ekonomi riil maupun terhadap inflasi. Implikasinya adalah
kebijakan moneter dapat dipergunakan secara aktif memengaruhi naik turunnya
kegiatan ekonomi riil.

2.6 Kerangka Kerja Kebijakan Moneter


Secara umum, kerangka kerja kebijakan moneter terdiri dari 4(empat)
komponen utama yaitu:
o Instrumen-instrument kebijakan moneter
o Sasaran oprasional
o Sasaran antara
o Sasaran akhir kebijakan moneter

Kerangka yang umum dipergunakan dalam membahas kebijakan moneter


meliputi target, indikator, dan instrumen kebijakan moneter. Target akhir (ultimate
target)adalah variabel-variabel yang ingin dicapai oleh otoritas moneter (bank
sentral). Indikator (intermediate target) adalah variabel-variabel yang ingin
dikontrol oleh bank sentral agar sasaran akhir dapat dicapai. Sedangkan
instrumen adalah seperangkat variabel yang dimiliki dan sepenuhnya dapat
digunakan oleh bank sentral untuk mengontrol indikator sedemikian rupa

6
sehingga target yang ditetapkan dapat dicapai. Hubungan ketiganya
digambarkan sebagai berikut.

2.6.1 Inflation Targeting Framework (ITF)


Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan
sasaran inflasi kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai
sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah tersebut. Untuk mencapai
sasaran inflasi, kebijakan moneter dilakukan secara forward looking, artinya
perubahan stance kebijakan moneter dilakukan melaui evaluasi apakah
perkembangan inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang telah
dicanangkan. Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga ditandai oleh
transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik.
Secara operasional, stance kebijakan moneter dicerminkan oleh
penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi
suku bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan suku bunga kredit
perbankan. Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan
memengaruhi output dan inflasi.
Dengan telah dilepaskannya sistem nilai tukar dengan band intervensi
nilai tukar (crawling band) di tahun 1997, Bank Indonesia memerlukan jangkar
nominal (nominal anchor) baru dalam rangka menjalankan kebijakan moneter.
Jangkar nominal adalah variabel nominal (seperti indeks harga, nilai tukar, atau
uang beredar) yang ditargetkan secara eksplisit oleh bank sentral sebagai
dasar/patokan bagi pembentukan harga lainnya. Misalnya kalau nilai tukar
dijadikan target, maka inflasi luar negeri akan menjadi inflasi domestik.
Mengapa kebijakan moneter memerlukan jangkar nominal? Karena tanpa
adanya jangkar nominal, tidak ada kejelasan kemana kebijakan moneter akan
diarahkan sehingga masyarakat tidak memiliki pedoman dalam membuat
ekspektasi inflasi. Ibarat kapal yang mengapung di lautan tanpa kejelasan
kearah mana kapal dilabuhkan. Sebaliknya, dengan adanya jangkar nominal
masyarakat akan membuat ekspektasi inflasi yang diperlukan dalam kalkulasi
usahanya sesuai dengan jangkar nominal tersebut. Dengan mengumumkan
sasaran inflasi dan Bank Indonesia secara konsisten dapat mencapainya akan
meningkatkan kredibilitas kebijaan moneter yang pada gilirannya ekspektasi
inflasi masyarakat sesuai dengan sasaran yang ditetapkan BI.

7
Ada sejumlah alasan mengapa menggunakan jangkar nominal dengan ITF.
o ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Dengan sasaran inflasi
secara eksplisit masyarakat akan memahami arah inflasi. Sebaliknya
dengan sasaran base money, apalagi jika hubungannya dengan inflasi
tidak jelas, masyarakat lebih sulit mengetahui arah inflasi kedepan.
o ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai prioritas kebijakan moneter
sesuai dengan mandat yang diberikan kepada Bank Indonesia.
o ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak kebijakan pada inflasi
yang memerlukan time lag.
o ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter
mendorong kredibilitas kebijakan moneter. Aspek transparansi dan
akuntabilitas serta kejelasan akan tujuan ini merupakan aspek-aspek
good governance dari sebuah bank yang telah diberikan independensi.
o ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang beredar,
output dan inflasi. Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan yang lebih
komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah variabel informasi
tentang kondisi perekonomian.

2.7 Instrumen Kebijakan Moneter


Instrumen kebijakan moneter merupakan alat-alat atau media
pengendalian operasi moneter yang dimiliki dan dapat digunakan oleh bank
sentral untuk memengaruhi sasaran operasioanal dan sasaran akhir yang telah
ditetapkan oleh bank sentral atau pemerintah.
Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentra menggunakan
instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti berikut

1. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) :


Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank
sentral untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini
dilakukan dengan cara menjual sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli
surat berharga di pasar modal.

8
2. Kebijakan Diskonto (Discount Policy)
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang
beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral
memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi),
bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga. Dengan
menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk menabung.

3. Giro Wajib Minimum (Gwm)


Giro Wajib Minimum (GWM) atau cadangan wajib minimum adalah
ketentuan bank sentral (Bank Indonesia) yang mewajibkan bank-bank umum
untuk memelihara sejumlah alat-alat liquid (reserves) sebesar prosentase
tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dikumpulkan pada suatu
waktu tertentu.

4. Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion)


Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan
berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum dan
pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato dan edaran dapat berupa
ajakan atau larangan untuk menahan pinjaman tabungan ataupun melepaskan
pinjaman.

2.7.1 Sasaran Operasional


Sasaran operasional atau sasaran kerja merupakan sasaran yang ingin
segera dicapai oleh bank sentral dalam operasi moneternya. Variabel sasaran
operasional digunakan untuk mengarahkan sasaran antara dalam upaya
mewujudkan sasaran akhir (sasaran antara hanya digunakan pada pendekatan
Kuantitas).

2.7.2. Sasaran Antara (Intermediate Target)


Hubungan antara sasaran operasional dan sasaran akhir kebijakan
moneter bersifat tidak langsung dan kompleks serta membutuhkan time lag yang
panjang. Untuk alasan itu, para ahli moneter dan praktisi Bank Sentral
mendesain simple rule untuk membantu pelaksanaan kebijakan moneter dengan
cara menambahkan indikator yang disebut sebagai sasaran antara. Sasaran

9
tersebut merupakan indikator untuk menilai kinerja keberhasilan kebijakan
moneter, sasaran ini dipilih dari varibel-variabel yang memiliki keterkaitan stabil
dengan sasaran akhir, cakupannya luas, dapat dikendalikan oleh bank sentral,
tersedia relatif cepat, akurat dan tidak sering direvisi. Variabel sasaran antara
meliputi:: agregat moneter (M1dan M2), kredit perbankan dan nilai tukar
(Bofinger, 2001:125).

2.7.3 Sasaran Akhir (Final Target)


Sasaran akhir kebijakan moneter yang ingin dicapai oleh Bank Sentral
tergantung pada tujuan yang dimandatkan oleh UU bank sentral suatu negara.
Tujuan akhir kebijakan moneter di Indonesia mengacu pada Pasal 7 ayat (1) UU
Nomor 3 Tahun 2004 yang secara eksplisit mencantumkan bahwa tujuan akhir
kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
(stabilitas moneter).

2.8 Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal


Agar pencapaian akhir kebijakan moneter dapat efektif, maka kerjasama
dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan makroekonomi yang
terintegrasi mutlak diperlukan untuk alasan tersebut, di tingkat pengambilan
kebijakan (BI dan Pemerintah) secara rutin menggelar Rapat Koordinasi untuk
membahas perkembangan ekonomi terkini.
Mengingat bahwa laju inflasi di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor permintaan (demand pull) namun juga faktor penawaran (cost push), maka
agar pencapaian sasaran inflasi dapat dilakukan dengan efektif, kerjasaama dan
koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan makroekonomi yang
terintegrasi sangatlah diperlukan. Sehubungan dengan hal tersebut, di tingkat
pengambil kebijakan, Bank Indonesia dan Pemerintah secara rutin menggelar
Rapat Koordinasi untuk membahas perkembangan ekonomi terkini. Di sisi lain,
Bank Indonesia juga kerap diundang dalam Rapat Kabinet yang dipimpin oleh
Presiden RI untuk memberikan pandangan terhadap perkembangan
makroekonomi dan moneter terkait dengan pencapaian sasaran inflasi.
Koordinasi kebijakan fiskal dan moneter juga dilakukan dalam penyusunan
bersama Asumsi Makro di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

10
yang dibahas bersama di DPR. Selain itu, Pemerintah juga berkoordinasi dengan
Bank Indonesia dalam melakukan pengelolaan Utang Negara.
Ditataran teknis, koordinasi antara Pemerintah dan BI telah diwujudkan
dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan
Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005. Anggota TPI, terdiri
dari Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di Pemerintah seperti
Departemen Keuangan, Kantor Menko Bidang Perekonomian, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Perdagangan, Departemen
Pertanian, Departemen Perhubungan, dan Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Menyadari pentingnya koordinasi tersebut, sejak tahun 2008
pembentukan TPI diperluas hingga ke level daerah. Ke depan, koordinasi antara
Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin efektif dengan dukungan forum TPI
baik pusat maupun daerah sehingga dapat terwujud inflasi yang rendah dan
stabil, yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan
berkelanjutan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro.
2. Bank sentral di Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya bisa
menggunakan pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.
3. Bagi aliran klasoik bahwa kebijakan moneter harus dilaksanakan secara
ketat mengikuti aturan (rule) yang secara konsisten diikuti. Sedangkan
bagi aliran Keynesians kebijakan moneter seharusnya diarahkan untuk
menjamin keseeimbangan antara sisi permintaan dan penawaran, oleh
karena itu kebijakan moneter harus dilakukan secara bijaksana
(discreation) sesuai dengan perkembangan yang ada.
4. Kerangka kerja kebijakan moneter terdiri dari 4(empat) komponen utama
yaitu:
o Instrumen-instrument kebijakan moneter
o Sasaran oprasional
o Sasaran antara
o Sasaran akhir kebijakan moneter
5. Kerjasaama dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan
makroekonomi yang terintegrasi sangatlah diperlukan

12
Daftar Pustaka

Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana


Media

http://meginugrahawa.blogspot.co.id/2013/06/kebijakan-moneter_28.html

(diakses: pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015)

http://www.bi.go.id/id/moneter/kerangka-kebijakan/Contents/Default.aspx
(diakses: pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter (diakses: pada hari Sabtu, 24


Oktober 2015)

http://kebijkanmoneter.blogspot.co.id/ (diakses: pada hari Sabtu, 24 Oktober


2015)

https://aeyogy.wordpress.com/tag/kerangka-umum-kebijakan-moneter/ (diakses:
pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015)

http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-jenis-tujuan-moneter-macam-
macam.html (diakses: pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015)

13

Anda mungkin juga menyukai