Anda di halaman 1dari 7

Daya Semu

Daya semu atau daya total (S), ataupun juga dikenal dalam Bahasa Inggris Apparent
Power, adalah hasil perkalian antara tegangan efektif (root-mean-square) dengan arus
efektif (root-mean-square).
S = VRMS x IRMS
Tegangan RMS (VRMS) adalah nilai tegangan listrik AC yang akan menghasilkan daya
yang sama dengan daya listrik DC ekuivalen pada suatu beban resistif yang sama.
Pengertian tersebut juga berlaku pada arus RMS. 220 volt tegangan listrik rumah kita
adalah tegangan RMS (tegangan efektif). Secara sederhana, 220 volt tersebut adalah
0,707 bagian dari tegangan maksimum sinusoidal AC. Berikut adalah rumus sederhana
perhitungan tegangan RMS:

Demikian pula dengan rumus perhitungan arus RMS:

Dimana Vmax dan Imax adalah nilai tegangan maupun arus listrik pada titik tertinggi di grafik
gelombang sinusoidal listrik AC.

Nilai Tegangan RMS pada Grafik Sinusoidal Tegangan Listrik AC


Pada kondisi beban resistif dimana tidak terjadi pergeseran grafik sinusoidal arus
maupun tegangan, keseluruhan daya total akan tersalurkan ke beban listrik sebagai
daya nyata. Dapat dikatakan jika beban listrik bersifat resistif, maka nilai daya semu (S)
adalah sama dengan daya nyata (P). Lain halnya jika beban jaringan bersifat induktif
ataupun kapasitif (beban reaktif), nilai dari daya nyata akan menjadi sebesar cos dari
daya total.
P = S cos
P = VRMS IRMS cos
adalah besar sudut pergeseran nilai arus maupun tegangan pada grafik sinusoidal
listrik AC. bernilai positif jika grafik arus tertinggal tegangan (beban induktif), dan akan
bernilai negatif jika arus mendahului tegangan (beban kapasitif).
Pada kondisi beban reaktif, sebagian daya nyata juga terkonversi sebagai daya reaktif
untuk mengkompensasi adanya beban reaktif tersebut. Nilai dari dari daya reaktif (Q)
adalah sebesar sin dari daya total.
Q = S sin
Q = VRMS IRMS sin
Hubungan antara daya nyata, daya reaktif dan daya semu dapat diilustrasikan ke dalam
sebuah segitiga siku-siku dengan sisi miring sebagai daya semu, salah satu sisi siku
sebagai daya nyata, dan sisi siku lainnya sebagai daya reaktif.

Segitiga Daya
Sesuai dengan hubungan segitiga di atas maka hubungan antara daya nyata, daya
reaktif dan daya semu dapat diekspresikan ke dalam sebuah persamaan pitagoras.

Tiga elemen rangkaian yang membentuk daya listrik yang dikonsumsi dalam rangkaian AC dapat
ditunjukkan oleh tiga sisi segitiga siku , yang disebut sebagai segitiga daya. Rangkaian listrik AC yang
mengandung resistansi dan kapasitansi atau resistansi dan induktansi, atau keduanya, juga mengandung
daya nyata dan daya reaktif. Jadi agar kita bisa menghitung total daya yang dikonsumsi, kita perlu
mengetahui perbedaan fasa antara bentuk gelombang sinusoidal tegangan dan arus.

Dalam rangkaian AC, bentuk gelombang tegangan dan arusnya bersifat sinusoidal sehingga
amplitudonya terus berubah seiring berjalannya waktu. Karena kita tahu bahwa daya adalah tegangan
dikalikan arus (P = V * I), daya maksimum akan terjadi bila dua bentuk gelombang tegangan dan arus
berbaris satu sama lain. Artinya, titik puncak dan zero crossover mereka terjadi bersamaan. Bila ini
terjadi, kedua bentuk gelombang dikatakan "in-phase".
Tiga komponen utama dalam rangkaian AC yang dapat mempengaruhi hubungan antara bentuk
gelombang tegangan dan arus, dan karena itu fasanya berbeda, dengan menentukan total impedansi
rangkaian adalah resistor, kapasitor dan induktor.

Impedansi(Z) rangkaian AC sama dengan resistansi yang dihitung di sirkuit DC, dengan impedansi yang
diberikan dalam ohm. Untuk rangkaian AC, impedansi umumnya didefinisikan sebagai rasio tegangan
dan fasor arus yang dihasilkan oleh komponen sirkuit. Phasor adalah garis lurus yang ditarik sedemikian
rupa untuk mewakili amplitudo voltase atau arus dengan panjang dan selisih fasanya terhadap garis
fasor lain dengan posisi sudutnya relatif terhadap fasor lainnya.

Sirkuit AC mengandung resistansi dan reaktansi yang digabungkan bersama untuk memberikan
impedansi total (Z) yang membatasi aliran arus di sekitar sirkuit. Tapi impedansi sirkuit AC tidak sama
dengan jumlah aljabar dari nilai ohm resistif dan reaktif sebagai resistansi murni dan reaktansi murni 90
di luar fase satu sama lain. Tapi kita bisa menggunakan perbedaan fase 90 ini sebagai sisi segitiga siku
kanan, yang disebut segitiga impedansi, dengan impedansi menjadi titik miring seperti yang ditentukan
oleh teorema Pythagoras.

Hubungan geometrik antara resistansi, reaktansi dan impedansi dapat ditunjukkan menggunakan
segitiga impedansi seperti berikut:

Perhatikan bahwa impedansi, yang merupakan jumlah vektor dari resistansi dan reaktansi, tidak hanya
memiliki besaran (Z) tetapi juga memiliki sudut fasa (), yang mewakili perbedaan fasa antara resistansi
dan reaktansi. Perhatikan juga bahwa segitiga akan berubah bentuk karena variasi reaktansi, (X) seiring
dengan perubahan frekuensi. Tentu saja, resistansi (R) akan selalu tetap konstan.

Kita bisa mengambil ide ini selangkah lebih maju dengan mengubah segitiga impedansi menjadi segitiga
daya yang mewakili tiga elemen daya dalam rangkaian AC. Hukum Ohm berbunyi bahwa di sirkuit DC,
daya (P), dalam watt, sama dengan arus kuadrat (I2) kali tahan (R). Jadi kita bisa mengalikan tiga sisi
segitiga impedansi kita di atas oleh I2 untuk mendapatkan segitiga daya yang sesuai seperti:

Daya Nyata (Real Power) --> P = I2R Watts, (W)


Daya Reaktif (Reactive Power) --> Q = I2X Volt-amperes Reactive, (VAr)

Daya Semu (Apparent Power ) --> S = I2Z Volt-amperes, (VA)

DAYA SEMU
Daya semu atau bisa disebut daya total (S), dan dalam bahasa Inggris Apparent Power merupakan
hasil dari perkalian antara tegangan efektif (root-mean-square atau RMS) dengan arus efektif (root-
mean-square atau RMS).
Tegangan RMS (Vrms) adalah nilai tegangan listrik AC, dimana tegangan tersebut akan
menghasilkan daya yang sama dengan daya listrik DC ekuivalen pada beban resistif yang sama.

Daya Semu
Pada kondisi beban resistif yaitu saat tidak terjadi pergeseran grafik sinusoidal arus ataupun
tegangan, keseluruhan daya total akan tersalur ke beban listrik sebagai daya nyata.

Jika beban listrik tersebut bersifat resistif maka nilai daya semu (S) sama dengan daya nyata (P). Jika
beban jaringan bersifat induktif ataupun kapasitif, maka nilai dari daya nyata akan menjadi cos dari
daya total.

merupakan besar sudut pergeseran dari nilai arus maupun tegangan pada
grafik sinusoidallistrik AC. Pada kondisi beban reaktif, sebagian daya nyata akan terkonversi sebagai
daya reaktifuntuk mengkompensasikan adanya beban reaktif tersebut.

Segitiga daya atau power triangle dapat menggambarkan bagaimana hubungan antara ketiga jenis daya
yang ada yaitu bagaimana hubungan matematis antara daya aktif, daya reaktif dan daya semu
terbentuk.
Segitiga daya atau power triangle hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya semu

Dari gambar diatas dapat kita simpulkan bahwa sudut yang terbentuk (sudut ) sangat bergantung dari
persentasi besarnya daya reaktif (kVar) yang ada. Semakin besar daya reaktif maka sudut semakin
besar, sehingga faktor daya (cos ) akan semakin kecil.

Semakin kecil daya reaktif (kVar) maka semakin kecil sudut yang terbentuk, sehingga faktor daya
(cos ) mendekati 1.

Kalau teman-teman bertanya tentang kondisi ideal tentunya dalam kondisi ideal daya reaktif yang
dihasilkan harus kecil mendekati 0 sehingga daya aktif hampir mendekati daya semu. Sama halnya ketika
kita minum minuman bersoda, semakin sedikit soda yang dihasilkan oleh minuman semakin baik bukan.
Daya Semu (Apparent Power)
Lalu ada hubungan matematis antara Daya Nyata (P), dan daya reaktif (Q) yang disebut Daya kompleks. Produk
tegangan rms, V yang diaplikasikan pada rangkaian AC dan arus rms, dialirkan ke sirkuit itu disebut "volt-ampere
product" (VA) dengan simbol S dan yang besarnya dikenal umumnya sebagai daya semu.

Daya yang kompleks ini tidak sama dengan jumlah aljabar daya nyata dan reaktif yang ditambahkan bersama-sama,
namun merupakan jumlah vektor P dan Q yang diberikan dalam volt-amp (VA). Ini adalah daya kompleks yang
diwakili oleh segitiga daya. Nilai rms dari produk volt-ampere dikenal lebih umum sebagai daya semu, karena
"tampaknya" ini adalah daya total yang dikonsumsi oleh sebuah rangkaian meskipun kekuatan sebenarnya yang
melakukan pekerjaan jauh lebih sedikit.

Apparent power terdiri dari dua bagian, daya resistif yang merupakan daya fase atau daya sesungguhnya dalam watt
dan daya reaktif yang merupakan daya di luar fase volt-ampere, kita dapat menunjukkan penambahan vektor dari
Kedua komponen power ini berupa power triangle. Sebuah segitiga daya memiliki empat bagian: P, Q, S dan .
Dimana:
P adalah I2R atau daya nyata yang melakukan pekerjaan yang diukur dalam watt, W
Q adalah daya I2X atau Reaktif yang diukur volt-ampere reaktif, VAr
S adalah kekuatan I2Z atau Apparent power (daya semu) yang diukur dalam volt-ampere, VA
adalah sudut fasa dalam derajat. Semakin besar sudut fasa, semakin besar daya reaktif

Tiga elemen yang membentuk daya dalam rangkaian AC dapat digambarkan secara grafis oleh tiga sisi segitiga siku-
siku. Sisi horisontal (berdekatan) merupakan rangkaian daya sesungguhnya (P), sisi vertikal (berlawanan) mewakili
daya reaktif sirkit (Q) dan sisi miringnya menghasilkan daya semu yang dihasilkan (S), dari segitiga daya seperti
yang ditunjukkan pada gambar diatas.

TEGANGAN MAKSIMUM, TEGANGAN RATA-RATA


DAN TEGANGAN EFEKTIF
22MAR

Gambar Gelombang Listrik (Tegangan)


Tegangan maksimum adalah tegangan saat mencapai peak atau puncak gelombang.
Tegangan rata-rata adalah besarnya nilai tegangan selama setengah gelombang dari 0
hingga T/2. Tegangan rata-rata ini adalah jumlah tegangan yang dicuplik berbanding
terhadap banyaknya pencuplikan terhadap tegangan tersebut. Kenapa tegangan yang
diukur setengah gelombang tersebut bukannya satu gelombang penuh? Karena jika
menggunakan satu gelombang penuh tegangan rata-ratanya akan bernilai nol. Selain itu
besarnya tegangan rata-rata setengah gelombang terukur dapat mewakili setengah
gelombang yang lain karena luasnya sama. Tegangan rms adalah tegangan yang terukur
pada alat ukur. Sebenarnya tegangan maksimum juga dapat diukur dengan menggunakan
osciloscop, namun pada alat ukur seperti Voltmeter yang terukur adalah tegangan rms,
karena akibat adanya arus berlebih pada saat terdapat beban yang dikonversi menjadi energi
panas.
V = I2R
Berikut perumusan tegangan rata-rata dan rms.

V.rms menggunakan prinsip root mean square. Oleh karena itu disingkat rms. V.rms ini
adalah V effektif yang digunakan. Berikut penurunan rumusnya:

Anda mungkin juga menyukai