Anda di halaman 1dari 3

1.

Epidemiologi NCD di dunia (WHO)


Kematian prematur dari penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan (NCD) terus menjadi
salah satu tantangan pembangunan utama di abad ke-21. NCD membunuh 15 juta wanita dan pria
berusia antara 30 dan 70 tahun setiap tahun, dan tidak membiarkan negara tidak tersentuh.
Beban ini meningkat secara tidak proporsional di antara negara berpenghasilan rendah dan
berpenghasilan menengah ke bawah, di mana hampir setengah dari kematian NCD dini terjadi. Di
negara-negara, kematian ini secara tidak proporsional mempengaruhi yang paling miskin dan yang
terjauh. Epidemi NCD didorong oleh kemiskinan, globalisasi pemasaran dan perdagangan produk
yang merugikan kesehatan, urbanisasi yang cepat, dan pertumbuhan penduduk.
Monitor Kemajuan ini didasarkan pada data terakhir yang dilacak terhadap 10 indikator
kemajuan untuk mencatat kemajuan dalam mengembangkan tanggapan nasional. Ini
menggambarkan prestasi dan tantangan yang dihadapi oleh semua negara dalam janji-janji baru
yang dibuat sejak Pertemuan Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang pertama di NCD
tahun 2011.
Penyakit yang tidak dapat dikomunikasikan (NCD), seperti penyakit kardiovaskular, kanker,
diabetes dan penyakit pernafasan kronis, adalah penyebab utama kematian di dunia dan
bertanggung jawab atas 70% kematian di seluruh dunia. NCD ini berbagi faktor risiko perilaku
kunci seperti penggunaan tembakau, diet tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan penggunaan
alkohol yang berbahaya, yang pada gilirannya menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas,
meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan kolesterol, dan pada akhirnya penyakit. Mereka
terus menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang penting di semua negara, termasuk negara
berpenghasilan rendah dan menengah dimana lebih dari tiga perempat kematian NCD terjadi.

2. Epidemiologi di indonesia dan kaitan dengan pola makan dan sosio ekonomi

Beban NCD
Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia telah membuat kemajuan yang fenomenal.
Pendapatan per kapita telah meningkat dengan kecepatan yang sangat tinggi, sampai sekitar $ 3.000
per kapita pada tahun 2010. Pada saat yang sama, kesuburan telah menurun drastis, sementara
harapan hidup meningkat dengan mantap. Dari perspektif individu, perkembangan ini disambut
dengan baik. Namun, ini juga menyiratkan meningkatnya ancaman NCD terhadap kesehatan dan
kesejahteraan penduduk Indonesia. Ancaman ini diwujudkan melalui dua jalur. Pertama, penurunan
fertilitas dan mortalitas terus menerus menyebabkan penuaan masyarakat. Kedua, pertumbuhan
ekonomi disertai dengan urbanisasi yang cepat dan transisi menuju pekerjaan yang membutuhkan
aktivitas fisik yang kurang. Hal ini telah menyebabkan peningkatan yang mantap dalam prevalensi
faktor risiko NCD yang dapat dimodifikasi seperti penggunaan tembakau, penggunaan alkohol yang
berbahaya, pola makan yang buruk dan gaya hidup tidak berpindah-pindah (lihat Tabel 1).
Semua faktor ini berperan meningkatkan risiko kepekaan terhadap NCD seperti penyakit
kardiovaskular dan penyakit paru obstruktif kronik.Indonesia sedang menjalani transisi
epidemiologi, dengan beban penyakit yang bergeser dari penyakit menular dan kematian dini ke
NCD, meningkat dalam harapan hidup dan meningkat pada usia rata-rata saat kematian. Menurut
perkiraan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian proporsional akibat NCD
meningkat dari 50,7% di tahun 2004 menjadi 71% pada tahun 2014 (lihat Gambar 1).

Prevalensi
NCD yang paling umum di Indonesia saat ini adalah penyakit kardiovaskular, kanker,
penyakit pernafasan kronis dan diabetes. Pada tahun 2012, penyakit tidak menular menyumbang
tahun-tahun kehidupan yang disesuaikan dengan kecacatan (DALYs) daripada yang menular -
sekitar 476 juta dan 240 juta DALYs (WHO, 2014).
Kondisi kesehatan mental, termasuk depresi, skizofrenia dan gangguan bipolar, juga
berkontribusi besar terhadap beban NCD negara tersebut. Gangguan neuropsikiatri diperkirakan
mencapai 10,7% dari total beban penyakit di Indonesia (WHO, 2011).
Pada tahun 2017, dilakukan monitor secara kasar oleh WHO dan didapatkan data dari 258
juta total populasi, didapatkan 1,34 juta kematian yang disumbang oleh NCD. 73% persentase
kematian dikarenakan NCD, sementara 27% resiko kematian lebiah awal dari target NCD

3. Epidemiologi NCD di negara berkembang, berkaitan dengan sosio ekonomi


Perbandingan antara Indonesia, India dan China
Beban NCD di Indonesia lebih parah daripada di antara tetangganya. Angka 5-7
memberikan perbandingan output yang hilang karena NCD antara Indonesia, India dan China.4
Indonesia akan mengalami kerugian produksi total yang lebih besar daripada India ($ 4,47 triliun
versus $ 4,32 triliun) selama periode 2012-2030, dengan hanya satu fth dari populasi India dan
setengah dari PDB tahunannya.
China memiliki kerugian output yang lebih besar daripada Indonesia pada tingkat agregat ($
29,4 triliun versus $ 4,47 triliun) dan pada tingkat per kapita ($ 21.794 versus $ 17.863). Namun,
mengambil perbedaan dalam pembangunan ekonomi antara ini. Dua negara memperhitungkan,
beban NCD Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan PDB awal.
Selama periode 2012-2030, total kerugian terkait NCD di China adalah 3,57 kali GDP pada
tahun 2012, sementara kerugian yang sama untuk Indonesia dalam periode waktu yang sama adalah
5,10 kali PDB. Oleh karena itu, NCD menimbulkan beban besar bagi perekonomian Indonesia baik
secara absolut maupun relatif.

4. Epidemiologi NCD berkaitan dengan perubahan pola makan

Anda mungkin juga menyukai