BAB 1
DASAR-DASAR HUKUM
K3 PERTAMBANGAN
Handout
Pengawas Opersional Pratama
1.1 PENDAHULUAN
Berdasarkan Ketetapan Lembaga Tinggi negara RI, TAP MPR No. III tahun 2000,
ditetapkan susunan regulasi dan kekuatan hukum yang berlaku di negara RI, sbb:
(1.01) Berdasarkan Surat Edaran Mentri Kehakiman & HAM No. M.U.M.01.06-27 yang ditandatangani pada
tanggal 23 Pebuari 2003, Keputusan Menteri dinyatakan mempunyai kekuatan hukum di atas Peraturan
Daerah (PerDa) & di bawah Keputusan Presiden (KePres)
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Berikut adalah struktur yang wajib dibangun oleh sesorang Kepala Teknik Tambang
(KTT) untuk menjamin terlaksanya peraturan perundangan K3 di dalam areal
tambang yang menjadi tanggung jawabnya1.02.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Program K3
Manager K3
No Incident
?
Yess No
(1.02) Berdasarkan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 1 ayat 6, KTT adalah sesorang yang memimpin &
bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya perundang-undangan K3 pada suatu kegiatan usaha
pertambangan di wilyah yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Manajer K3
Bagian program peningkatan kesadaran K3
Bagian program test & monitor kondisi lingkungan kerja
Bagian administrasi K3 dan administrasi KTT
Internal audit K3
Pengeloalaan APD
Pengelolaan rescue and fire
Pelatihan K3
Kepustakaan K3
(1.03) Berdasarkan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 6 sampai dengan pasal 10, mengenai qualifikasi &
persyaratan seorang calon KTT yang layak ditunjuk oleh pengusaha & disyahkan oleh pemerintah
(1.04) Sesuai dengan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 25 mengenai tugas-tugas komite K3 dan Peratutan
Pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang hak keterlibatan DEP(DIS)NAKER dalam inspeksi bersama
(1.05) Sesuai dengan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 24 mengenai tanggung jawab departemen K3
Pengawas ventilasi
Kepala bengkel
Kegiatan-kegiatan pengawas operasional1.06 & teknis1.07
Inpeksi berkala
Compliance monitoring
Pembuatan dan/atau pe-revisi-an JSA / SOP
Pemeriksaan kecelakaan
Membuat laporan
(1.06) Sesuai dengan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 12 mengenai tugas-tugas & tanggung jawab peangawas
atas K3 pada aspek operasional
(1.07) Sesuai dengan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 13 mengenai tugas-tugas & tanggung jawab peangawas
atas pada aspek teknis
BAB V PEMBORAN
BAB X SANKSI
Berikut ini dicantumkan beberapa pasal yang terdapat pada keputusan nomor:
555.K/26/M.PE/1995, akan tetapi penting juga bagi para supervisor untuk
mengetahui atau membaca bagian dan pasal lainnya.
PASAL 1
PENGERTIAN
Kepala Tehnik Tambang (KTT) adalah seseorang yang memimpin dan bertanggung
jawab atas terlaksanannya serta ditaatinya peraturn perundangan-undangan K3
pada suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya.
Pekerja Tambang adalah Setiap orang yang langsung bekerja pada kegiatan usaha
pertambangan
PASAL 3
LARANGAN MEMASUKI DAERAH OPERASI PERTAMBANGAN
Dilarang memasuki atau berada pada suatu lokasi kegiatan usaha pertambangan
kecuali mereka yang bekerja atau mendapat izin.
Bagi mereka yang diizinkan untuk memasuki suatu wilayah kegiatan usaha
pertambangan (tamu) harus disertai oleh Kepala Teknik Tambang atau petugas
yang ditunjuk yang memahami situasi dan kondisi daerah yang akan dikunjungi.
Jalan yang ditetapkan oleh Kepala Teknik Tambang merupakan jalan khusus yang
dipergunakan untuk kegiatan usaha pertambangan dan apabila diberikan hak
kepada umum untuk mempergunakannya maka keselamatan peggunaan hak
tersebut menjadi tanggung jawabnya.
PASAL 4
KEWAJIBAN PENGUSAHA PERTAMBANGAN
PASAL 5
PENGANGKATAN KEPALA TEKNIK TAMBANG
Kegiatan Eksplorasi atau eksploitasi baru dapat dimulai setelah pemegang Kuasa
Pertambangan MEMILIKI Kepala Teknik Tambang (KTT)
PASAL 12
KEWAJIBAN PENGAWAS OPERASIONAL
PASAL 13
KEWAJIBAN PENGAWAS TEKNIS
PASAL 14
PEMERIKSAAN TAMBANG
Untuk memastikan kondisi kerja yang aman, Kepala Teknik Tambang atau petugas
yang ditunjuk harus melakukan pemeriksaan:
Dalam setiap gilir kerja, harus memeriksa sekurang-kurangnya satu kali setiap
tempat kerja dimana seseorang bekerja dan setiap jalan atau lintasan dimana
seseorang menggunakannya selama gilir kerja tersebut.
Dalam setiap gilir kerja, harus memeriksa setiap tempat sebelum peledakan
dilakukan.
Setiap hari kerja, memeriksa jalan-jalan masuk atau tangga yang dipergunakan
pada hari itu.
Semua permuka kerja tambang, front kerja, tanggul, dan lereng kerja serta
pelaksanaan dari pekerjaan memperbaiki, jika diperlukan.
Pekerjaan persiapan pelaksanaan peledakan serta keadaan peralatan dan
kendaraan yang digunakan di tempat itu.
Alat pengangkut dan transport
Jalan-jalan tambang
Pengaman permesinan
Tempat-tempat yang dianggap berbahaya
Buku Tambang dapat dbaca dan dipelajari oleh para pekerja tambang.
PASAL 23 & 24
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pengumpulan data dan pencatatan rincian dari setiap kecelakaan atau kejadian
yang berbahaya, kejadian sebelum terjadinya kecelakaan, penyebab kecelakaan,
analisa kecelakaan dan pencegahan kecelakaan.
PASAL 25
KOMITE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat membentuk kelompok kerja (komite)
yang mempunyai tugas:
PASAL 27
PEMERIKSAAN KESEHATAN
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Pekerja tambang harus diperiksa kesehatannya secara berkala oleh dokter yang
berwenang.
PASAL 28 & 30
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Kepala Teknik Tambang wajib mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk pekerja
baru, pekerja tambang untuk tugas baru, pelatihan untuk menghadapi bahaya dan
pelatihan penyegaran tahunan.
PASAL 32
KEWAJIBAN PARA PEKERJA TAMBANG
Pekerja tambang wajib menggunakan dan merawat alat pelindung diri (APD) dalam
melaksanakan tugasnya.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
PASAL 33 & 34
TINDAKAN MENCEGAH BAHAYA
PASAL 39
KECELAKAAN TAMBANG & KEJADIAN BERBAHAYA
PASAL 40
KLASIFIKASI KECELAKAAN TAMBANG
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Cedera akibat kecelakaan tambang harus dicatat dan digolongkan dalam kategori:
PASAL 41 & 42
KETENTUAN MELAPOR
Apabila terjadi kecelakaan berakibat cedera berat atau mati, Kepala Teknik
Tambang harus sesegera mungkin memberitahukan kepada Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang.
Kecelakaan Tambang harus diselidiki oleh Kepala Teknik Tambang atau orang yang
ditunjuk dalam waktu 2 X 24 jam dan hasil penyelidikan tersebut dicatat dalam
buku daftar kecelakaan.
Kecelakaan tambang harus dicatat di dalam sebuah formulir khusus dan harus
dikirimkan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
PASAL 43 & 44
Pemberitahuan Kejadian Berbahaya
PASAL 46 & 47
PENYELIDIKAN KECELAKAAN TAMBANG DAN KEJADIAN BERBAHAYA,
STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG
Statistik kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dikirimkan oleh
Kepala Teknik Tambang kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang selambat-
lambatnya 1 bulan setelah setiap akhir tahun kalender
PASAL 51
MINUMAN BERALKOHOL
Pasal 181
Orang yang bertugas & bertanggung Jawab (dengan kelistrikan)
Semua pekerjaan listrik, harus diawasi oleh seorang ahli listrik yang namanya
harus dicatat dalam buku tambang
Pekerjaan listrik hanya boleh dilakukan oleh orang yang mempunyai pengetahuan
dan pengalaman tentang listrik
Handout
Pengawas Opersional Pratama
1.5 Lampiran;
TENTANG
KOMPETENSI PENGAWAS OPERASIONAL PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA SERTA PANAS BUMI
Menimbang :
a. bahwa peran dari pengawas operasional dan pengawas teknis sangat menentukan
upaya pencegahan kecelakaan pada kegiatan pertambangan;
b. bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, pengawas operasional dan
pengawas teknis ini harus mempunyai standar kompetensi;
c. bahwa sesuai dengan pasal 19 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 1086.K/40/MEM/2003 tentang Standarisasi Kompetensi Tenaga Teknik Khusus
Bidang Geologi dan Pertambangan Mineral dan Batubara serta Panas Bumi, perlu
dilakukan pengujian kompetensi pengawas operasional dan pengawas teknis pada
perusahaan pertambangan mineral dan batubara serta panas bumi
Mengingat :
1. UU No. 11 Tahun 1967 (LN Thn 1967 No. 22 TLN No. 2070)
2. UU No. 1 Tahun 1970 (LN Thn 1970 No. 60 TLN No. 2918) tentang Keselamatan Kerja
3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. PP No. 32 Tahun 1969 (LN Thn 1969 N0. 60, TLN No. 2916) sebagaimana telah diubah
dengan PP No. 79 Tahun 1992 (LN Thn 1992 No. 130, TLN No. 3510)
5. PP No. 19 Tahun 1973 (LN Thn 1973 No. 25, TLN No. 3003) tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara
6. KEPRES No. 76 Tahun 2000 tanggal 31 Mei 2000
7. KEPRES No. 11/M Tahun 2001 tanggal 9 Januari 2001
8. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 tanggal 22 Mei 1995
9. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1269.K/023/M.PE/1998 tanggal 27 Maret
1998
10. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 385.K/702/M.PE/1998 tanggal 27 Maret
1998
11. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 667.K/11/MEM/2002 tanggal 14
Mei 2002
12. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1086.K/40/MEM/2003 tanggal 15
September 2003
Memperhatikan :
Surat Edaran Direktur Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Nomor 007.E/47.02/DJG/2003
tanggal 19 Mei 2003
MEMUTUSKAN
Pasal 3
Pengawas Operasional dikelompokan dalam 3 (tiga) jenjang dengan urutan sebagai berikut:
(1) Pengawas Operasional Pertama (Lower Management) adalah seseorang yang tugas dan
tanggungjawabnya membawahi langsung para karyawan tingkat pelaksana atau yang lebih
dikenal dengan sebutan frontline supervisor
(2) Pengawas Operasional Madya (Middle Management) adalah seseorang yang tugas dan
tanggungjawabnya membawahi level lower management atau frontline supervisor
(3) Pengawas Operasional Utama (Top Management) adalah seseorang yang tugas dan
tanggungjawabnya membawahi level midle management
Pasal 4
Dilihat dari jenjang dan kedudukannya Kepala Teknik Tambang termasuk dalam jenjang Pengawas
Operasional Utama
Pasal 5
Untuk dapat diangkat sebagai Pengawas Operasional seseorang harus memiliki standar kompetensi
yang sesuai dengan jenjangnya dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang
Pasal 6
Untuk menjadi pengawas operasional Pertama, seseorang wajib mempunyai kompetensi sebagai berikut:
(1) Memahami peraturan pemerintah tentang Keselamatan Pertambangan khususnya yang
berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya
(2) Memahami dasar-dasar Keselamatan Pertambangan antara lain; Definisi kecelakaan; Program
K3; Potensi bahaya dengan kegiatan pertambangan; Jenis api dan alat pemadam api;
Housekeeping; Jenis alat pelindung diri
(3) Memahami tugas dan tanggungjawabnya mengenai keselamatan kerja dan bagaimana
mengukur tanggung jawabnya tentang pelaksanaan program K3 pada area yang menjadi
tanggungjawabnya
(4) Mampu memilih topik dan waktu yang tepat untuk safety talk dan mengerti cara
mempresentasikan topik agar menarik dan mudah dimengerti peserta pertemuan,
mendokumentasikan, menindaklanjuti serta memonitor hasil rekomendasi dari safety meeting
(5) Memahami prinsip inspeksi; jenis-jenis inspeksi; tahapan inspeksi sehingga dapat merencanakan
dan melakukan inspeksi serta memonitor hasil inspeksi
(6) Memahami tujuan pembuatan Job Safety Analysis (JSA); mengetahui metoda pembuatan JSA;
mengidentifikasi tugas yang kritis; mengurai tugas menjadi langkah-langkah; mengidentifikasi
potensi bahaya dan kerugian; membuat tindakan pencegahan yang efektif terhadap potensi
bahaya dan kerugian tersebut dan menerapkan pada pelaksanaan tugasnya
(7) Memahami teknik pengamatan total dengan menggunakan indera mata, telinga, hidung dan
peraba; mengetahui urutan prioritas dari objek yang harus diamati dan memaham,I tindakan agar
perbuatan tidak aman tidak terulang kembali
(8) Memahami rancangan keadaan darurat dan memahami tindakan pada saat terjadi keadaan
darurat
Pasal 7
Untuk menjadi Pengawas Operasional Madya, seseorang wajib mempunyai kompetensi sebagai berikut:
(1) Memahami dan mengerti tanggungjawab sebagai Pengawas Operasional Madya
(2) Memahami dan mengerti prinsip-prinsip management keselamatan kerja dan lingkungan pada
kegiatan pertambangan yaitu antara lain; Basic Philosophy of Accident Prevention dan dapat
mengidentifikasi bahaya dan resiko kecelakaan yang ada di dalam perusahaan
(3) Memahami dan mengerti peraturan perundangan di bidang pertambangan mineral dan batubara
serta panas bumi, untuk memahami jenis kegiatan pertambangan seperti Kuasa Pertambangan
Handout
Pengawas Opersional Pratama
(KP), Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
serta sifat-sifat dari jenis usaha tersebut
(4) Memahami dan mengerti peraturan perundangan dibidang keselamatan pertambangan; sebagai
calon Kepala Teknik Tambang diwajibkan memahami dan mengerti peraturan keselamatan kerja
nasional dan mengerti makna dan penjabaran pasal demi pasal dan aplikasinya dilapangan untuk
menunjang tanggungjawabnya sebagai penjaga terdepan terlaksananya dan tegaknya peraturan
pemerintah
(5) Memahami dan mengerti peraturan perundangan di bidang lingkungan pertambangan;
memahami peraturan linbgkungan hidup secara nasional dan keterkaitannya dengan peraturan
lingkungan hidup secara nasional dan keterkaitannya dengan peaturan perundangan di sektor
pertambangan mineral dan batubara serta panas bumi
(6) Memahami dan mengerti cara-cara pengelolaan keselamatan pertambangan serta dapat
menentukan atau mengenali permasalahan yang terkait dengan pencegahan kecelakaan,
menetapkan elemen-elemen dalam program keselamatan kerja; menentukan standar yang
hartus dicapai; menentukan nilai keberhasilan program, mengevaluasi kinerja dan mengkoreksi
elemen program pencegahan kecelakaan/keselamatan
(7) Memahami pengelolaan lingkungan pertambangan, memahami dan mampu menjabarkan
program lingkungan dalam sistem manajemen lingkungan yang ditentukan dengan UKL-UPL,
Jaminan reklamasi dan sebagainya
(8) Mampu mengkomunikasikan program keselamatan kerja kepada seluruh tingkatan manajemen
sesuai dengan lingkup tanggungjawabnya
(9) Memahami dan mengerti metoda evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan K3
(10) Memahami dan mampu sebagai administrator sebagai kewajibannya yang telah diatur sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku
(11) Memahami rancangan keadaan darurat dan mampu mengklasifikasikan keadaan darurat dan
mengkomunikasikan kepada seluruh karyawan bawahannya
Pasal 8
Untuk menjadi Pengawas Operasional Utama, seseorang wajib mempunyai kompetensi sebagai berikut:
(1) Memahami dan mengerti potensi Sumber Daya Manusia yang diperlukan dalam operasi kegiatan
pertambangan mineral dan batubara serta panas bumi
(2) Memahami dan mengetahui pengelolaan usaha pertambangan di bidang pertambangan dan
geothermal/panas bumi
(3) Memahami dan mengerti pengelolaan keselamatan pertambangan dibidang pertambangan
mineral dan batubara serta panas bumi
(4) Memahami dan mengerti regulasi dan kebijakan di bidang pertambangan mineral dan batubara
serta panas bumi
(5) Memahami dan mengerti peraturan perundangan dibidang lingkungan pertambangan
(6) Memahami dan mengerti peraturan perundangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja
(7) Memahami dan mengerti cara-cara pengelolaan dibidang lingkungan pertambangan
(8) Memahami dan mengerti cara-cara pengelolaan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan
(9) Memahami dan mengerti tanggungjawab dan tugasnya sebagai calon Kepala Teknik Tambang
(10) Memahami manajemen keadaan darurat
(11) Mampu menyusun peraturan perusahaan dalam usaha pencegahan kecelakaan dan pengelolaan
lingkungan
Pasal 9
Untuk memperoleh kompetensi Pengawas Operasional seperti yang dimaksud pada pasal 3, pengusaha
dapat mengajukan permohonan pengujian kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/Direktur Teknik
Mineral dan Batubara
Pasal 10
(1) Untuk dapat dilakukan pengujian kompetensi Pengawas Operasional Pertama, sesorang harus:
a. Diusulkan oleh perusahaan dimana yang bersangkutan bekerja
b. Telah memiliki pengalaman kerja sebagai berikut:
- Pengalaman kerja di tambang selama 1 tahun bagi seseorang yang memiliki tanda lulus S1,
S2 dan S3 atau yang sederajat
Handout
Pengawas Opersional Pratama
- Pengalaman kerja di tambang selama 3 tahun bagi seseorang yang memiliki tanda lulus
sarjana muda atau yang sederajat
- Pengalaman kerja di tambang selama 10 tahun bagi seseorang yang memiliki tanda lulus
SLTA atau yang sederajat
(2) Untuk dapat dilakukan pengujian kompetensi Pengawas Operasional Madya seseorang harus:
a. Diusulkan oleh perusahaan dimana yang bersangkutan bekerja
b. Telah memiliki Sertifikat Kompetensi sebagai Pengawas Operasional Pertama yang dikeluarkan
oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/Direktur Teknik Mineral dan Batubara
c. Minimal telah bekerja sebagai Pengawas Operasional Pertama selama 1 (satu) tahun
(3) Untuk dapat dilakukan pengujian kompetensi Pengawas Opersional Utama, seseorang harus:
b. Diusulkan oleh perusahaan dimana yang bersangkutan bekerja
c. Telah mempunyai Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional Madya yang dikeluarkan oleh
Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/Direktur Teknik Mineral Batubara
d. Minimal telah bekerja sebagai Pengawas Operasional Madya selama 1 (satu) tahun
Pasal 11
Selambat-lambatnya dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun, setelah ditetapkannya Surat Direktur Jenderal
ini perusahaan wajib mengajukan permintaan pengujian kompetensi bagi karyawan yang sedang
menduduki jabatan Pengawas Operasional Pertama, Madya dan Utama kepada Direktorat Teknik Mineral
dan Batubara, kecuali karyawan tersebut telah memiliki:
a. Sertifikat Kepala Teknik Tambang yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan Tenaga Mineral
dan Batubara
b. Surat/Sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Direktur Teknik Mineral dan Batubara
c. Sertifikat Pendidikan dan Pelatihan yang dikeluarkan oleh Kepala Teknik Tambang yang
didasarkan atas persetujaun Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/Direktur Teknik Mineral dan
Batubara
Pasal 12
Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Handout
Pengawas Opersional Pratama
BAB 2
DASAR-DASAR K3
PERTAMBANGAN
Handout
Pengawas Opersional Pratama
PENDAHULUAN
Kegiatan operasional pertambangan memiliki karakteristik yang khusus, yaitu:
padat teknologi, padat investasi dan resiko yang tinggi. Oleh karena sifat khusus
tersebut di atas, maka pengelolaan kegiatan pertambangan di lapangan
memerlukan konsentrasi yang lebih di semua aspek, seperti aspek produksi, aspek
teknologi/efesiensi dan aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Guna mendukung
efisiensi dan produktifitas yang ditargetkan, maka diperlukan suatu aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang benar kepada seluruh orang yang
berkecimpung pada kegiatan usaha pertambangan tersebut. Pemahaman K3 yang
benar dari semua lini manajemen sangat memberikan arti, dalam rangka
pencegahan kecelakaan pada kegiatan pertambangan.
Perlu disadari bahwa pemahaman dan pengertian Keselamatan dan Kesehatan
Kerja tersebut merupakan kompetensi penting yang dimiliki para pelaksana di
lapangan.
Dalam materi pelajaran ini dijelaskan pengertian dan falsafah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), termasuk sedikit mengupas kecelakaan tarnbang dan upaya
pencegahannya. Setelah mengikuti materi ini, para peserta diharapkan akan
mampu menjelaskan dan melaksanakan secara benar dan aman baik dalam
memenuhi aspek teknis maupun ketentuan-ketentuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang diperlukan
c. Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ERGOS (Kerja) dan NOMOS
(Hukum Alam) dan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau
secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan
desain/perancangan. Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem
dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan
tujuan utama menyesuaikan suasana kerja dengan pekerjanya. Misalnya;
penentuan jumlah jam istirahat dan shift kerja, desain sistem kerja untuk
mengurangi rasa nyeri pada sitem kerangka dan otot manusia, desain perkakas
kerja untuk mengurangi kelelahan kerja, mengurangi ketidaknyamanan visual
dan postur kerja, dan lain-lain.
2.2 KECELAKAAN
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan atau tidak diduga
semula dan tidak diinginkan. Kecelakaan dapat terjadi kapan saja, dimana
saja dan dapat menimpa siapa saja serta mengakibatkan kerugian terhadap
manusia, material ataupun produksi maupun peralatan kerja (harta benda)
serta lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian pakar K3, biaya yang dikeluarkan perusahaan
akibat terjadinya kecelakaan sama seperti gunung es; biasanya yang
dihitung oleh perusahaan adalah biaya yang tampak saja atau es yang ada
diatas permukaan laut. Biaya lainnya yang berada dibawah permukaan laut
belum dapat seluruhnya dihitung perusahaan. Perbandingan biayanya 1 : 53,
seperti gambar dibawah:
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Biaya Tampak US $1
Biaya Tak US $5 - 50
Terasuransi
Biaya US $1 - 3
Lain-
lain
(2.2) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 Bab I Bagian 10 Pasal 40; mengenai Penggolongan Cidera Akibat
Kecelakaan Tambang
2.4.9 Organisasi K3
Dalam rangka menjalankan fungsi pokoknya, maka di setiap perusahaan
pertambangan dibentuk organisasi K3 yang dilengkapi dengan peralatan
yang diperlukan termasuk personilnya yang dituntut mampu melaksanakan
tugas yang diembannya.
a. Pengertian Api
Secara umum kita mengenal api adalah sebagai benda yang menyala yang
mengeluarkan lidah api maupun yang hanya memancarkan sinar panas tanpa
lidah api (bara). Dimana api ini bila kecil bisa dikatakan sebagai teman, namun
bila api ini sudah besar maka api sudah sebagai musuh kita yang mana siap
meluluh lantakan apa saja yang ada dan bahkan nyawa kita. Untuk itu kita
sangat perlu mewaspadai api ini sedini mungkin, agar kita terhindar dari
kebakaran yang sangat tidak kita inginkan.
c. Klasifikasi Api
Untuk memadamkan api kita harus mengetahui jenis dari api yang kita akan
padamkan. Adapun klasifikasi jenis api 2.03, adalah sebagai berikut ini :
1) Klas A - Ash/Abu; Yaitu api yang bisanya berasal dari material yang
mudah terbakar, dengan sisa pembakarannya berupa abu.
Material : kayu, plastik, kertas, kain, dll
Pemadaman : pendinginan dengan air atau menyelimuti dengan
Foam atau Dry Chemical Powder (bubuk kimia
kering).
4). Klas D - Delta/Metal; Yaitu api yang berasal dari atau karena
kebakaran pada metal atau logam.
Material : magnesium, titanium, zirconium, sodium dan
potassium.
Pemadaman : Pemadaman sebaiknya dengan bubuk kering yang
mengandung garam dapur, grafit atau grafit fosfor.
(2.3) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 Bab IV Bagian 3 Pasal 102 & 106; mengenai Penggolongan Api dan
Pemilihan Alat Pemadam Api
BAB 3
TANGGUNGJAWAB
&TANGGUNGGUGAT
K3
Handout
Pengawas Opersional Pratama
3.1 PENDAHULUAN
Untuk itu, usaha menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi seorang
pengawas adalah pekerjaan yang sangat berkaitan dan terpadu dengan tugas-tugas
pokok pengawas yang pada akhirnya secara global pasti meningkatkan keuntungan
perusahaan.
3.2.1 Pengertian
Berdasarkan Kepmen Tamben No. 555k tahun 1995, Kepala Teknik Tambang
(KTT) adalah orang yang ditunjuk oleh perusahaan dan disyahkan oleh Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang (KAPIT) untuk bertanggung jawab atas terlaksananya
serta ditaatinya perundangan-undangan K3 pada suatu kegiatan usaha
pertambangan umum di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam
menjalankan fungsinya KTT mendelegasikannya kepada pengawas 3.01 yang
memenuhi syarat dan ditunjuk serta diangkat secara resmi oleh KTT. Pengawas
yang dimaksud adalah Pengawas Operasional dan Pengawas Teknis.
Contoh:
SAFETY ACCOUNTABILITY Periode: . 2009
Seorang pengawas yang terampil dan terlatih akan cepat melihat kondisi dan
tindakan tidak aman dan akan cepat melakukan tindakan pencegahan sebelum
menjadi kecelakaan. Untuk itu seorang pengawas harus;
Berpengetahuan cukup mengenai K3
Mempunyai tingkat pengetahuan yang memadai
Mempunyai kemauan untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuannya
A. Production oriented
Yaitu pengawas melakukannya dengan menggerakkan bawahannya untuk
bekerja produktif dan menjadi contoh bahwa seorang pengawas juga bekerja
produktif. Untuk berhasilnya pengawasan yang berorientasi kepada produksi ini,
maka dibutuhkan;
Latar belakang pendidikan yang cukup(formal dan informal)
Perencanaan pekerjaan dan pengawasan
Peng-organisir-an pelaksanaan pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan harus di kontrol
Penyusunan laporan yang dibuat dengan baik
(3.4) Berdasarkan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 15, mengenai bagaimana seorang supervisor benar-
benar bertanggung jawab atas ke-efektif-an tugasnya
(3.5) Lihat 2.07 dan 2.08
Handout
Pengawas Opersional Pratama
B. Employee oriented
Orientasi ini berarti menganggap bawahan adalah segalanya, sebab dengan
bawahan yang produktif dan aman, maka atasan dari pengawas akan menilai
bahwa pekerjaanya baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam orientasi
pengawasan jenis ini adalah;
I. Subordinate
Understanding others (saling memahami)
Mengetahui kebutuhan atasan dan bawahan
Saling mempercayai
Tidak apriori
Looking after subordinates (saling percaya dan menjaga)
Dengan mengembangkan lima objek inpeksi
o Saling menjaga dan melihat bawahan
o Mengetahui dimana bawahannya berada
o Mengetahui apa yang bawahan sedang lakukan
o Memahami kondisi tenpat kerja
o Mengerti alat yang digunakan
Mengembangkan komunikasi control
Menghitung jumlah karyawan pada akhir shift
Memastikan karyawan mampu dan berwenang dalam menggunakan
atau mengoperasikan peralatan perusahaan dan bersetifikat untuk
tiap-tiap pekerjaan yang ditugaskan3.06
Menyediakan karyawan pelatihan dan pengarahan3.07
I.
II. Advisor dan instructor (memberi masukan dan memerintah)
Memberikan bimbingan
Menasehati
Memberikan pelatihan
Selalu mengarahkan
Memberikan koreksi
III. Superior
Bersifat loyal
Mengandalkan komunikasi
Selalu menunjukan assertiveness (berwibawa)
IV. Peers
Mengutamakan kerja sama
Hubungan terbuka
Saling mendukung
Komunikatif
(3.6) Sesuai KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 142 & 146 mengenai salah satu kualifikasi, kewajiban &
keharusan izin kerja pengendara (driver) mobil perusahaan
(3.7) Hal-hal mengenai pendidikan & pelatihan adalah harus sesuai dengan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal
2830 untuk syarat-syarat pelatihan secara umum & pasal 476477 khusus untuk tambang bawah
tanahSafety oriented
Handout
Pengawas Opersional Pratama
C. Safety Oriented
Keadaan di tempat kerja dapat terjadi perubahan pada setiap saat. Oleh karena itu
tugas supervisor/pengawas adalah melakukan tindakan untuk menyesuaikan
dengan perubahan tersebut, dan jika terjadi kelainan dengan segera mengambil
langkah untuk mengatasinya.
Seorang pengawas selalu harus ada di tempat kerja dan mengawasi keadaan
sarana produksi termasuk mesin, suasana tempat kerja dan metode produksi.
Tugas pengawas sangat penting, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa "pengawas
berfungsi sebagai kunci keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk mengendalikan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja ada 10
kunci yang menjadi kawajiban bagi pengawas dalam melaksanakan tugas sehari-
hari yaitu:
(3.8) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 240 tentang beberapa metode kerja yang di pakai tambang terbuka
(3.9) Sesuai KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA No. KEP-51.MEN/1999 mengenai nilai-nilai ambang batas yang
dapat menjadi salah-satu refensi pada saat dibutuhkan penempatan pekerja yang tepat akibat durasi kerja
yang terpapar bahaya
(3.10) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 240 tentang beberapa metode kerja yang di pakai tambang terbuka
Handout
Pengawas Opersional Pratama
(3.11) Sesuai keputusan TENAGA KERJA No. KEP-51.MEN/1999 mengenai nilai-nilai ambang batas yang dapat
(3.12) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 Bab III membahas lebih luas mengenai Lingkungan Tempat Kerja; mulai
pasal 80 sampai dengan pasal 91.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
(3.15) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 Bab I Bagian 9 mulai pasal 3738; sebagai referensi pengawas yang mampu
menjadi & berwenang/ditunjuk sebagai first aider terhadap korban kecelakaan
(3.16) Undang Undang No.1 Tahun 1970 pasal 14 ayat (b) yang menyebutkan beberapa upaya meningkatkan
kesadaran K3. Kemudian KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 32 mengenai aspek-aspek yang setiap
pekerja tambang harus sadari &wajib patuhi
Handout
Pengawas Opersional Pratama
BAB 4
TEKNIK INSPEKSI K3
Handout
Pengawas Opersional Pratama
4.1 PENDAHULUAN
sepanjang jam kerja dan pada akhir pekerjaan. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
Housekeeping untuk menghindari bahaya
Higienis dan sikap bersihapakah telah cukup tersedia tempat
sampah? Apakah selalu dikosongkan setiap hari?
Kondisi jalan masuk, tangga dan pintu
Kejelasan dari rambu-rambu safetyapakah harus diganti atau dicat
ulang?
Tersedianya peralatan pemadam kebakaran dan apakah berada pada
tempat yang sesuai dan disertai tanda yang jelas? Apakah mudah
dijangkau?
Apakah cara penggunaanya jelas?
Pencahayaan dan ventilasiapakah memuaskan?
Apakah peralatan pelindung dan pakaian pelindung digunakan pada
daerah yang sudah ditentukan dan pada pekerjaan yang khusus?
Bahaya penanganan secara manual
Peralatan listrik sudah di test dan sekering pencegah bahaya
kesetrum sudah terpasang.
Karena dilakukan sambil lalu saja (tidak khusus) sehingga umumnya
bersifat dangkal dan tidak sistematis:
Umumnya hanya memeriksa kondisi tidak aman saja
Hampir semua tindakan tidak aman lepas dari pengamatan;
Kondisi tidak aman yang perlu perhatian besar, sering terlewatkan
Perhatian cenderung lebih pada produksi;
Pencatatan sering tidak dilakukan dan
Perbaikan dan pencegahan tidak sampai mendasar
Didalam inspeksi tidak terencana, kegiatan mencatat kerusakan, kondisi
tidak aman, atau perbuatan tidak aman menjadi sangat berharga,
karena pekerja adalah orang pertama yang sering melihat atau
mengetahui penyimpangan tersebut terjadi. Apabila mereka dibekali
dengan pengenalan maupun pengetahuan tentang bahaya-bahaya yang
mungkin terjadi di tempat kerja, maka mereka akan sangat efektif
untuk mengidentifikasi potensi-potensi bahaya tersebut. Bagaimanapun
juga pekerja yang melihat kondisi-kondisi yang tidak standar/aman
seharusnya melaporkan kepada pengawas (supervisor).
Laporan tersebut meskipun sering hanya lisan perlu ditulis atau dicatat
pada lembar laporan bahaya (hazard report). Manfaat laporan bahaya
tersebut merupakan :
Dasar untuk menentukan tindakan yang lebih baik;
Dokumen K3 perusahaan untuk umpan balik karyawan
Data untuk analisis gambaran terkini;
Handout
Pengawas Opersional Pratama
b. Inspeksi Terencana/Formal
Dalam melakukan inspeksi terencana diperlukan adanya evaluasi
terhadap hal-hal yang kritis dari kegiatan/barang, tatagriya
(housekeeping), dan lain-lain. Maksud dari inspeksi terencana adalah
agar sasaran yang ingin diperoleh dari suatu inspeksi dapat tercapai.
Inspeksi terencana sangat penting dilakukan karena beberapa manfaat
sebagai berikut:
Bagian atau daerah yang diinspeksi diketahui
Bersifat khusus/sengaja sehingga bisa menyeluruh
Kondisi dan tindakan yang dicari diketahui;
Kekerapan suatu daerah yang diinspeksi diketahui
Pencatatan-pencatatan dilakukan
Perlengkapan apa saja yang diperlukan untuk inspeksi diketahui; dan
Perbaikan dan pencegahan sampai ke penyebab dasar
Ventilasi
Kebisingan
Pakaian dan alat pelindung
Tanda peringatan, label, dll
4.5.2 Pelaksanaan
Dengan menggunakan lembar periksa inspeksi, lakukanlah inspeksi dengan teknik
teknik sebagai berikut:
a. Siklus Pengamatan
Memutuskan
Kita harus memutuskan untuk melakukan inspeksi suatu alat atau
tempat/lokasi kerja
Berhenti dan Mengamati
Kita harus berhenti di depan/dekat suatu tempat kerja atau alat, segera
setelah di tempat tersebut. Selanjutnya kita harus mengamati apa yang
sedang berlangsung apakah ada tindakan dan atau kondisi tidak aman yang
terjadi (10 -30 detik bisa lenyap dari pandangan)
Bertindak dan Melaporkan
Menghentikan tindakan tidak aman/perbuatan membahayakan yang
dilihat/ditemui;
Menghentikan pekerjaan apabila ada kondisi tidak aman;
Melakukan dan mendiskusikan serta menjelaskan tentang pembetulan/
perbaikan segera yang harus dilakukan agar tindakan dan kondisi tidak
aman tidak terulang kembali; dan
Selanjutnya melaporkan.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
2) Tindakan Pekerja
Apabila anda melihat orang bereaksi atas kehadiran anda, apakah itu
merupakan isyarat yang baik? jawabnya Ya dan tidak. Isyarat baik apabila
mereka menjadi lebih menyadari tindakan tidak amannya. Isyarat/pratanda
buruk apabila mereka belum mengembangkan sikap keselamatan kerja
dengan baik.
Anda harus waspada atas reaksi pekeria anda sebab reaksi-reaksi tersebut
merupakan petunjuk terhadap tindakan tidak aman yang mungkin terjadi.
Reaksi tersebut bisanya terjadi 10 sampai 30 detik pertama setelah anda
memasuki suatu daerah, sehingga dalam waktu sekejap tindakan tidak
aman tersebut bisa lenyap dari pandangan.
Amati dan diskusikan bagaimana perilaku-perilaku pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya sehubungan dengan bahaya-bahaya di tempat
kerja?
3) Sistim Pelindung
Penyebab kecelakaan juga dapat disebabkan karena kegagalan pada
system pelindung bagi pekerja. Untuk itu perlu memastikan apakah bagian
tubuh karyawan telah terlindung dari bahaya. Oleh karenanya diskusikan
perilaku-perilaku pekerja dalam memastikan keberadaan sistem pelindung
K3 di tempat kerja mereka. Apakah mereka menyadari akan kegunaan
sistem pelindung K3 ini? Mengapa sistem pelindung K3 ini harus berada di
tempat? Bagaimana sistem pelindung K3 ini dapat melindungi mereka dari
potensi bahaya yang telah diketahui di tempat kerja?
Beberapa sistem pelindung K3 adalah:
Ijin kerja :
o Ijin Kerja Panas.
o Ijin Kerja Dingin.
o Ijin Penggalian.
o Ijin Masuk Ruang Terbatas.
o Ijin Isolasi dan Pemampatan.
o Ijin-ijin kerja lainnya.
Penguncian dan pemberian label (Lock Out / Tag Out).
Kebersihan / denah kerja.
Barang atau komponen aman.
Bekerja di atas ketinggian.
Barikade dan rambu peringatan.
Dongkrak, ganjal dan penyangga.
Kecelakaan terjadi karena tata cara atau prosedur tidak memadai, tidak
diketahui, dan tidak dimengerti atau tidak diikuti. Dalam inspeksi perlu
memahami empat langkah tata cara atau prosedur dengan cara bertanya:
Apakah Prosedur Kerja telah tersedia/dibuat?
Apakah Prosedur Kerja telah memadai?
Apakah Prosedur Kerja telah dipahami?
Apakah Prosedur Kerja sudah dipatuhi?
3) Sistim Pelindung
Amati dan pastikan keberadaan sistim pelindung disekitar tempat kerja
anda.
Beberapa sistim pelindung K3 dalam kartu SBO adalah:
SAFETY BERMS/TANGGUL PENGAMAN
BARIKADE DAN RAMBU PERINGATAN
DEBU/JARAK PANDANG
PENERANGAN
INTERAKSI KENDARAAN
d. Pengamatan Total
Dalam melakukan inspeksi, anda harus meningkatkan kewaspadaan terhadap
keselamatan kerja dan ketrampilan pengamatan. Teknik pengamatan total akan
membantu dalam pencapaian tujuan inspeksi. Perhatian terhadap sesuatu di
sekitar kita hanya akan optimal dengan menggunakan pengamatan total yaitu:
MELIHAT ke atas, bawah, belakang, dan dalam
MENDENGARKAN suara asing/aneh
MENCIUM bau yang asing/aneh
MERABA/MERASAKAN suhu dan getaran yang asing/aneh
Setelah inspeksi selesai dilakukan, pengawas harus membuat laporan tentang hasil
yang diperoleh dari inspeksi. Dalam menulis laporan inspeksi harus:
Ditulis dengan jelas
Nomor objek temuan secara berurutan dan klasifikasi setiap bahaya
Berikan spasi untuk penambahan penyebab dasar dan tindakan perbaikan
masing-masing objek temuan;
Buat kode untuk objek temuan dari laporan sebelumnya yang berhubungan
dengan tindakan segera dan perbaikan
Memberi tekanan untuk suatu pujian atau penghargaan
Pengawas harus memberikan laporan tersebut kepada atasan (level yang lebih
tinggi) serta membuat copy dan arsip laporan tersebut. Diharapkan peningkatan
standard K3 dapat tercapai.
BAB 5
IDENTIFIKASI &
PENGENDALIAN BAHAYA
Handout
Pengawas Opersional Pratama
5.1 PENDAHULUAN
Pengawas dalam peran dan fungsinya harus memiliki kemauan, pengetahuan dan
kemampuan melakukan indentifikasi bahaya dan pengendaliannya karena :
Pengawas memegang peranan penting dalam pelaksanaan program K3
Pengawas adalah orang yang paling mengetahui kondisi kerja daerahnya
Pengawas paling mengetahui sifat dan tabiat para pekerja di bawahnya
Pengawas dapat selalu berhubungan langsung/bertatap muka dengan pekerja
Pengawas selalu dapat terjun langsung melakukan perbaikan 5.01
Pengawas harus bertanggung jawab dan menanggung gugat terhadap
pelaksanaan K3 di wilayah kerjanya.
1. Bahaya kimia5.05
Biasanya dapat menyebabkan kecelakaan terhadap manusia melalui pernafasan
atau kontak dengan kulit, seperti debu, asap (smoke), gas (fume), uap, kabut
(mists/aerosols), bedak/tepung (vapors), fiber, bahan kimia: Explosive, Beracun,
Radioaktif, Korosif, dll.
(5.4) The chance, great or small, that someone may be harmed by a hazard (HSE-UK) atau Change of loss; A
measure of the probability and potential severity of farm (SHEQM-Germany-dkk)
(5.5) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 86 dan 88 sampai 90 mengenai penanganan bahan kimia di
pertambangan
Handout
Pengawas Opersional Pratama
2. Bahaya fisik5.06
Bising; adalah suara yang tidak diinginkan atau yang diatas ambang
batas,
Getaran; suatu gerakan bolak-balik (oscillating) pada seluruh body atau
getaran sebagian.
Pencahayaan; intensitas, terlalu terang/silau,
radiasi; radiasi ion dan non-ion (electric & magnetic fields),
Temperatur: yaitu temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
Tekanan : yaitu tekanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
3. Bahaya biologi
Bahaya yang ditimbulkan oleh suatu mahluk hidup, dibedakan menjadi :
microbiology (yang tampak); bakteri, virus, jamur (fungi) atau tengu
(mites) dan
macrobiology (tidak tampak oleh mata); serangga, parasite, tumbuhan
dan binatang.
4. Bahaya ergonomic
Suatu bahaya yang terjadi oleh adanya interaksi antara seseorang/pekerja
dengan lingkungan tempat kerjanya. Bahaya ini dapat dibedakan menjadi:
Stres fisik (physical stresses); ruang sempit & terbatas, menarik, mendorong,
canggung/aneh (ackward) atau statis posture, pekerjaan terlalu keras
(overerection), repetitive motion, fatigue, force dan direct pressure
5. Bahaya mekanis
Bahaya yang ada pada titik operasi seperti; pemotongan, pemboran.
Bahaya pada titik jepit (nip point) seperti putaran pulley, roller.
Bahaya pada gerakan mesin yang maju mundur dan naik turun, dan
Bahaya pada tempat pemindahan dan pada bagian yang berputar atau
bergerak lainnya dari suatu peralatan atau permesinan.
7. Bahaya Psikososial
Intimidasi, trauma, pola gilir kerja, pola promosi, pengorganisasian kerja.
(5.6) Kebisingan dan getaran yang dijelaskan dalam KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 85 menjadii tanggung
jawab KTT
(5.7) Sesuai KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 29 ayat 1(e), pekerja tambang wajib dilatih untuk mengenali
bahaya linkungan kerja yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan mereka
Handout
Pengawas Opersional Pratama
9. Bahaya kelistrikan5.08
Pemasangan kawat/kabel, penyambungan tahanan pembumian (grounding
system) dan pembatasan, distribusi/panel listrik, saluran atau tombol, peralatan
listrik.
a. Pemeriksaan Keliling
Dengan berkeliling di area tempat kerja anda, maka anda dapat memeriksa
potensi bahaya. Akan sangat berguna bila anda melakukannya dengan petugas
yang bekerja di area tersebut dan atau dengan Safety Officer.
b. Daftar Pemeriksaan
Dengan menggunakan daftar pemeriksaan/checklist. Hasil pemeriksaan
disimpan dan ditandatangani oleh pimpinan tim pemeriksa
c. Laporan Terdahulu
Melakukan pemeriksaan laporan kejadian insiden atau cidera (termasuk near-
miss) yang pernah terjadi pada suatu tempat kerja
e. Penyelidikan Kecelakaan
Berdasarkan laporan penyelidikan kecelakaan, kita dapat mengidentifikasi
potensi bahaya disuatu tempat kerja
g. Dokumentasi
Material safety data sheets (MSDS) dan Label produksi
Peraturan Pemerintah
Thiess Management System Volume 2
Marka atau rambu-rambu
(5.8) Definisi jelas tentang listrik yang menjadi salah satu sumber bahaya ada di dalam KEPMEN No.
555.K/M.PE/1995 pasal 1 ayat 36
Handout
Pengawas Opersional Pratama
(5.9) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 1 ayat 1 menjelaskan mengenai apa yang dimaskud dengan aktifitas
pertambangan
(5.10) Semua mengenai open-cut atau surface mining dijelaskan dalam KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 239
sampai dengan 256
(5.11) Peraturan mengenai transportasi/hauling tambang dijelaskan dalam KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal
139 146
(5.12) Land-clearing dengan bulldozer diatur oleh KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 255
(5.13) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 229 mengenai syarat pemancangan dan/atau lokasi pengeboran
Handout
Pengawas Opersional Pratama
2. Identifikasi bahaya
Mungkin inilah tahap paling kritis dalam penilaian resiko. Resiko yang tidak
teridentifkasi tidak akan dapat dikelola. Tujuan identifikasi bahaya adalah untuk
meyakinkan (bukan memastikan) bahwa tidak ada resiko yang cukup besar yang
terlewatkan.
Penilaian resiko yang baik mengharuskan kita pertama-tama untuk mengidentifikasi
dan memahami resiko, oleh karenanya.
Identifikasi resiko harus dilaksanakan oleh tim, dengan berbagai latar belakang
yang berkaitan.
Identifikasi resiko harus dilakukan secara sistematis, bertujuan untuk
menjangkau segala bidang.
Menyesuaikan resiko secara detail sesuai dengan situasi yang ada.
Salah memahami resiko merupakan penyebab utama terjadinya hal yang tidak
diinginkan. Jika resiko diidentifikasi (dikenali), namun tidak dipahami, maka resiko
tertentu mungkin diremehkan yang akhirnya mengarah pada kurangnya
pengawasan dan sisa resiko yang tidak dapat diterima.
Besaran bahaya harus turut ditentukan, perhatikan contoh berikut:
Tradesmen menggunakan peralatan pemotong tenaga gas dalam ruang tertutup
mungkin dia sadar akan bahaya kebakaran atas kebocoran, namun dia tidak sadar
akan kemungkinan ledakan jika terjadi kebocoran. Painter mungkin paham bahwa
dia tidak boleh menumpahkan larutan ke saluran air, namun mungkin tidak sadar
besarnya kerugian atas rusaknya reputasi perusahaan jika ada tumpahan ke sungai
setempat.
Meskipun mereka sadar akan sifat alami resiko, namun tampaknya tidak sadar
akan sampai seberapa besar dampaknya.
Langkah kritis dalam mengidentifikasi bahaya yang membutuhkan pengendalian
adalah harus mampu mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam
pengertian APA yang mungkin terjadi, BAGAIMANA hal tersebut terjadi, dimana
kemungkinannya, serta MENGAPA hal tersebut terjadi.
Contoh-contohnya Bahaya di industi pertambangan:
Akses jalan Tabrakan
Operasi Peledakan Api/Kebakaran
Gas Bertekanan Terguling
Ban Berjalan Jatuh dari bangku
Pengoperasian Crane Kecepatan
Benda Jatuh Kegagalan pada dinding tinggi
Penghancur Batu (Crusher) Tanah Longsor
Asap Diesel Transportasi jalan (bis, pengangkut orang)
Obat dan Alkohol Kelelahan
Debu Asap las
Jalan Longsor Jatuh dari ketinggian
Perawatan Bekerja di dan di sekitar peralatan bergerak
Akses Kondisi basah
Pembengkokan Penanganan roda
Pemisahan Tanah miring
Bahan berbahaya Listrik
Pengerjaan pipa bertekanan tinggi Petir
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Isolasi mesin/listrik Bekerja dekat dinding tinggi
Peralatan bergerak Pergerakan tak diperkirakan
Akses dan jalan keluar Aktivitas perawatan
Pengaman (guarding) mesin Hancuran
3. Menilai Resiko
Resiko merupakan gabungan antara kecendrungan/kemungkinan
(likelihood) dan dampak (consequence) yang tidak diinginkan (misalnya
kecelakaan) sebagai akibat dari bahaya.
a. Menentukan kecendrungan (likelihood) dari suatu kejadian, tahap
ini tergantung pada 2 faktor:
Jumlah pengulangan dari tugas/siklus/situasi yang terjadi
Jumlah orang yang terpapar/terekspose ketika ditugaskan.
Dampak
Kecendrungan Sangat
Kecil Sedang Besar Bencana
Kecil
2 3 4 5
1
A
H H E E E
(Hampir Pasti)
B
M H H E
(Sangat Mungkin) E
C
L M H E E
(Mungkin)
D
L L M H E
(Hampir Tidak Mungkin)
E (Jarang) L L M H H
5. Toleransi Resiko
Setelah resiko dinilai maka hal tersebut harus dinilai menurut kriteria daya
toleransinya. Setelah itu diputuskan apakah akan:
Mentolerir resiko yang ada.
Memberikan batasan untuk menurunkan resiko sampai batas yang dapat
diterima.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Kriteria Resiko
6. Pengendalian Resiko
Bahaya-bahaya yang telah teridentifikasi dan dianalisa selanjutnya dilakukan
pengendalian agar bahaya/resiko hilang atau berkurang sehingga tidak
menimbulkan kecelakaan. Beberapa sumber berpendapat yang berbeda tentang
metode-metode dalam hirarki pengendalian (hierarchi controls).
HIERARCHI CONTROLS
QUT-
SHEQM QUT-
HIERARCHI TOSM FBEE ESAO
* PFD *
SEESE
Eliminiation - - - Y Y
Substitution - - - Y Y
Engineering/re-designing Y Y Y Y Y
Isolation - - - Y -
Monitoring Y - - - -
Administratif Y Y Y Y Y
Education & training Y - - - -
Work practice Y Y - - -
Maintenance Y - - - -
PPE (APD) Y Y Y Y Y
Keterangan: untuk kontrol yang bertanda (*) adalah metode kontrol yang paling sering dipilih dan
diterapkan di lapangan
Pengendalia Contoh
Penjelasan
n
Menghilangkan bahaya sehingga Memperbaiki peralatan yang rusak;
dampaknya menjadi nol. Ini Memindahkan limbah kimia berbahaya
Elimination
merupakan pengendalian paling atau yang tidak diinginkan dari tempat
(Penghapusan)
efektif dan harus menjadi kerja scepatnya.
prioritas utama.
Mengganti dengan bahan yang Mengganti bahan berbahaya dengan
lebih tidak berbahaya, proses bahan yang lebih aman.
Substitution atau perlengkapan, sehingga Misalnya, menggunakan lebih sedikit
(Penggantian) dampaknya menurun (ingat bahan kimia beracun;
bahwa penggantian kadang Mengangkat benda yang lebih kecil.
menimbulkan bahaya baru).
Memindahkan mesin foto kopi ke ruang
Isolation Menutup bahaya dari orang yang lain yang berventilasi;
(Pembatasan) dapat terkena bahaya tersebut. Memasang halang rintang untuk mencegah
orang memasuki kawasan berbahaya.
Menurunkan kemungkinan hal Menempatkan pelindung (guard) pada
Engineering yang tidak diinginkan melalui bagian mesin yang berbahaya,
(Rekayasa) perancangan piranti keras Menggunakan kereta dorong untuk
(mesin/alat). memindahkan beban berat.
Rotasi pekerjaan untuk menurunkan waktu
Menurunkan kemungkinan yang dihabiskan untuk melakukan satu
paparan dengan kerja tertentu,
Administrative
membuat/melaksanakan Melatih staf untuk menjalankan prosedur
(Administrasi)
prosedur, instruksi, pelatihan dan kerja yang aman,
kompetensi. Melakukan perawatan peralatan secara
rutin.
Lini terakhir pertahanan Menggunakan peralatan pelindung
sekiranya pengendalian kurang telinga/mata, helm, sarung tangan, masker
efektif, atau dipakai bersamaan dan melatih staf untuk menjalankan PPE
dengan usaha pengendalian dengan benar.
PPE (APD) lainnya. Perlindungan yang
ditawarkan dengan PPE
berdasar pada pemilihan yang
tepat, menyesuaikan, merawat
dan memanfaatkannya.
Setelah dampak dan kecenderungan dinilai ulang, maka tingkat dan urutan Sisa
Resiko dapat dihitung dengan TABEL III dan dicatat pada form Risk Assessment
Worksheet
BAB 6
6. 1 Pendahuluan
(3) Bahaya yang mungkin timbul yang berasal dari perubahan dalam
prosedur kerja, lingkungan atau tenaga kerja.
Camkanlah bahwa waktu yang diambil dalam membuat JSEA, di area kerja anda
bukanlah suatu waktu yang terbuang sia-sia, tapi akan merupakan suatu
penghematan waktu yang sangat besar dalam periode yang panjang, karena waktu
tersebut digunakan untuk menyiapkan dengan teliti prosedur kerja, berdasarkan
pengetahuan yang terbaik dan tersedia untuk melakukan tugas yang kritis dengan
cara yang paling efisien.
Dalam melakukan analisa tugas, JSEA terdapat beberapa metoda pendekatan yang
dapat dilakukan, yaitu;
Analisa tugas dengan Diskusi
Analisa tugas dengan Observasi
Analisa tugas dengan Observasi & Diskusi (gabungan)
Analisa dengan diskusi dilakukan apabila suatu pekerjaan tidak memungkinkan
untuk diobservasi secara langsung. Biasanya untuk tugas baru yang belum pernah
dikerjakan atau untuk pekerjaan yang lokasinya jauh terpencil sehingga tidak
praktis untuk dikunjungi.
Sedang analisa tugas dengan observasi dilakukan apabila suatu pekerjaan
dapat langsung diamati/diobservasi. JSEA yang dihasilkan akan lebih akurat dan
terpakai karena penyusun dalam menyusun JSEA dapat melihat orang/pekerja,
peralatan dan bahan yang digunakan, lingkungan, serta proses kerjanya.
Analisa tugas dengan observasi dan diskusi merupakan analisa gabungan dari
kedua metoda sebelumnya. Apabila memungkinkan,
semua tugas harus dianalisa dengan teknik observasi & diskusi karena dengan
teknik ini kita dapat mengamati dan berdiskusi dengan team penyusun, sehingga
JSEA yang dihasilkan lebih akurat.
Karena analisa (JSEA) ini lebih bersifat prediktif daripada reaktif, maka sangat
penting untuk memasukan tugas-tugas yang berpotensi menimbulkan kerugian
yang besar meskipun catatan insiden belum pernah terjadi pada tugas tersebut.
Ketika pertama kali suatu tugas akan dianalisa, tuliskan setiap langkah apa
yang dilakukan. Setelah semua langkah dituliskan, lakukan observasi/analisa
untuk menambahkan langkah kerja yang perlu atau menghilangkan langkah
kerja yang tidak perlu.
Seleksi langkah yang tepat dalam melakukan suatu analisa akan sangat
menentukan hasil akhir.
Hindari dua kesalahan yang umumnya terjadi dalam menguraikan langkah
kerja:
(1)Membagi dengan sangat rinci sehingga menghasilkan sejumlah langkah
yang tidak perlu.
Contoh, Pekerjaan/kegiatan Mengganti Light Vehicle:
Langkah 1: Posisikan Unit,
Langkah 2: Matikan mesin,
Langkah 3: Aktifkan handbreak,
Langkah 4: Buka Seatbelt
Langkah 5: Buka pintu unit
Langkah 6: Turun dari unit
Langkah 7: Tutup pintu unit
Langkah 8: Berjalan ke bagasi
Langkah 9: Buka bagasi
Langkah 10: Ambil ban
Langkah 11: dst
Uraian langkah kerja diatas tidak efektif karena terlalu detail sehingga
langkah kerja yang akan dianalisa juga sangat panjang. Keterbatasan
pekerja untuk mengingat langkah kerja juga menjadikan penguraian
yang terlalu detail akan menjadi tidak efektif.
Seluruh pertanyaan ini akan lebih berharga jika digabungkan kedalam bentuk
form inspection yang dilakukan dalam interval yang teratur.
Catat tipe kecelakaan dan alat yang terlibat. Untuk mencatat bahwa karyawan
dapat terluka pada bagian kaki karena kejatuhan alat pemadam api, misalnya;
tulis tertimpa oleh alat pemadam api
Periksa lagi dengan karyawan yang mengamati setelah bahaya dan potensi
bahaya telah dicatat. Karyawan yang berpengalaman mungkin akan memberikan
saran-saran tambahan. Anda harus pula memeriksa pengalaman dengan teman
kerja yang lain. Melalui pengamatan dan diskusi, anda dapat mengembangkan
daftar bahaya dan potensial insiden yang dapat diandalkan.
Jika bahaya diketahui, solusi yang tepat dapat berkembang. Beberapa solusi
dapat berubah secara pisik untuk menghilangkan atau mengontrol bahaya,
seperti menempatkan pelindung pada part mesin bergerak yang terbuka. Yang
lain dapat menjadi prosedur yang menghilangkan atau meminimalkan bahaya,
misalnya, cara yang aman menopang material. Hal ini akan memerlukan training
dan pengawasan. Jika solusi-solusi ini tidak dapat mengontrol bahaya, alat
perlindungan perseorangan diperlukan untuk melaksanakan kerja dengan aman.
Gabungan solusi-solusi ini juga dapat memberikan lingkungan kerja yang aman.
Pengendalian bahaya dapat dianalisa dalam terminologi 4 tujuan utama dari
manajemen (biaya, produksi, kualitas dan keselamatan). Kombinasi dari ke empat
sub sistem ini memberikan 16 pertanyaan sebagai bahan analisa, yaitu:
Untuk menemukan seluruh cara baru melakukan kerja, tentukan tujuan akhir
dari pekerjaan, dan kemudian lakukan analisis berbagai macam cara untuk
Handout
Pengawas Opersional Pratama
mencapai tujuan sehingga dapat dilihat cara mana yang paling aman.
Pertimbangkan juga alat dan perlengkapan kerja yang aman.
Jika cara baru untuk melakukan pekerjaan tidak dapat ditemukan, tanyakanlah
pertanyaan ini: Perubahan apa dalam kondisi pisik (seperti perubahan alat,
material, perlengkapan, susunan, atau lokasi) yang akan melenyapkan bahaya
atau mencegah insiden/kecelakaan?. Saat perubahan ditemukan, pelajarilah
dengan teliti untuk menemukan manfaat yang lain yang akan bertambah
(seperti produksi yang lebih besar atau penghematan waktu). Manfaat-manfaat
ini harus dicatat, sehingga saat mengajukan perubahan ke manajemen yang
lebih tinggi, hal tersebut adalah point yang baik.
Untuk memeriksa perubahan-perubahan dalam prosedur kerja,
tanyakanlah tiap bahaya dan potensi bahaya yang terdaftar: Apa yang
karyawan harus lakukan atau tidak boleh dilakukan untuk
menghilangkan bahaya khusus ini atau mencegah potensi insiden? sebagai
tambahan, Bagaimana pekerjaan tersebut seharusnya dilakukan?.
Dalam banyak kasus, pengawas dapat menjawab pertanyaan ini karena
pengalamannya. Jawaban harus spesifik dan mendasar jika prosedur baru
ingin diperbaiki.
Peringatan yang umum seperti : waspada, perhatian , atau
berhati-hati, tidaklah berguna. Jawaban harus tepat menyatakan apa
yang dilakukan dan dan bagaimana cara melakukannya. Rekomendasi
sepertiBuatlah kunci inggris tidak terlepas ataupun menyebabkan
kehilangan keseimbangantidaklah lengkap. Hal ini tidak memberitahukan
bagaimana mencegah kunci inggris agar tidak terlepas. Sebaliknya, berikut
ini adalah contoh prosedur yang aman yang direkomendasikan yang
memberitahukan apa maupun bagaimana: "Atur kunci ingris dengan tepat
dan aman. Periksa grip atau jepitannya dengan cara menekan tidak terlalu
kuat (light preasure) pada grip. Perkuatlah diri anda dengan berpegang
pada sesuatu yang tidak dapat bergerak, atau berpegang pada benda yang
tegak dengan kaki terbuka lebar, sebelum menggunakan tekanan penuh.
Hal ini untuk mencegah hilangnya keseimbangan jika kunci ingris terlepas.
Perbaikan atau service kerja selalu harus seringkali diulang karena
keadaan memerlukan koreksi terus menerus.
Untuk mengurangi kerja yang berulang, tanyakanlah Apa yang dapat
dilakukan untuk menghilangkan perbaikan yang berulang-ulang atau
service yang dibutuhkan? Jika penyebab tidak dapat dihilangkan,
tanyakan adakah cara lain untuk meminimalkan dampak dari keadaan
tersebut?" Part mesin misalnya, dengan cepat digunakan dan memerlukan
pergantian yang sering. Pelajarilah penyebab yang menimbulkan getaran
yang berlebihan. Setelah getaran berkurang atau hilang, part mesin
digunakan lebih lama dan perawatan yang lebih sedikit.
Mengurangi frekwensi kerja hanya untuk keselamatan berarti membatasi
keterpaparan pekerja terhadap bahaya potensial. Tiap usaha tetap harus
dibuat untuk melenyapkan bahaya dan untuk mencegah potensi insiden
melalui perubahan keadaan pisik atau perbaikan prosedur kerja atau
kedua-duanya.
Pekerjaan yang telah dirancang ulang (redesign) atau diatur kembali dapat
mempengaruhi kerja yang lain dan bahkan seluruh proses kerja. Karena itu,
Handout
Pengawas Opersional Pratama
perancangan ulang harus didiskusikan tidak hanya oleh karyawan namun juga
rekan-kerja, supervisor, plant engineer, dan lain-lain.
Bagaimanapun, seluruh pemeriksaan atau pengujian yang tujuannya untuk
perubahan pekerjaan harus didiskusikan dengan orang yang bertugas pada
pekerjaan tersebut. Ide-ide mereka tentang bahaya dan solusi yang
dianjurkan dapat menjadi bahan pertimbangan yang berharga. Mereka
dapat mempertimbangkankan tujuan perubahan yang diterapkan dan
mungkin mengusulkan perbaikan. Sebenarnya diskusi ini adalah lebih dari
sekedar cara untuk memeriksa JSEA. Mereka adalah penghubung masalah
keselamatan kerja yang mempromosikan kesadaran akan bahaya kerja dan
prosedure yang aman.
Solusi dasarnya Menggunakan hirarki kontrol resiko, secara detail dibahas
dalam materi identifikasi bahaya dan penanganan resiko
Sewaktu-waktu insiden dapat terjadi pada pekerjaan telah dibuatkan JSEA, JSEA
pada pekerjaan tersebut harus ditinjau kembali untuk menentukan apakah
diperlukan revisi/perbaikan atau tidak. Jika JSEA diperbaiki, seluruh karyawan
yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut harus diberitahu tentang
perubahan dan diberi petunjuk tentang prosedur kerja yang baru.
Saat insiden terjadi yang disebabkan karena gagal mengikuti prosedur yang
terdapat pada JSEA, fakta/petunjuk harus ditemukan dengan semua orang yang
melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini untuk memperjelas bahwa insiden tidak
akan terjadi jika prosedur JSEA diikuti.
Seluruh supervisor yang berhubungan dengan metode perbaikan kerja untuk
meningkatkan keselamatan dan kesehatan, mengurangi pengeluaran, dan
langkah produksi dengan melakukan JSEA adalah titik awal yang baik sekali
dalam mempertanyakan cara untuk melakukan kerja. Dan mempelajari JSEA
dapat memberikan ide-ide yang baik untuk perbaikan metode kerja.
JSEA akan menjadi suatu yang bermanfaat apabila ditempatkan dalam beberapa
program keselamatan kerja atau tugas lainnya disamping itu, JSEA juga
merupakan alat pengawasan dari manajemen yang praktis untuk memastikan
apakah suatu pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan yang telah ditentukan.
Penggunaan JSEA akan sangat bermanfaat untuk program K3 berikut : Orientasi
pekerja/Penugasan baru; Pelatihap Pengawas Baru; Instruksi Tugas Yang benar;
Observasi Tugas Yang terencana; Safety Talk/Pertemuan kelompok; Penyelidikan
Kecelakaan/Insiden dan Pelatihan Keterampilan .
Penyelidikan kecelakaan/insiden
Uraian tertulis dari pekerjaan membantu Supervisor melakukan penyelidikan
kecelakaan/insiden dengan teliti dengan menganalisa apakah pekerjaan telah
dilakukan sebagaimana mestinya, pada tahapan proses mana terjadi kesalahan dan
apa jenis perubahan yang dapat membawa ke pengendalian yang lebih baik.
Pelatihan Ketrampilan
JSEA atau prosedur tugas tertulis akan membantu efisiensi dan keefektifan dari
program pelatihan untuk operator peralatan dan pekerja trampil lainnya, karena
dengan JSEA dapat ditunjukkan secara khusus dan sistematis apa pekerjaan itu dan
bagaimana dikerjakan.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Handout
Pengawas Opersional Pratama
BAB 7
1.0 PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Kecelakaan seberapapun kecilnya akan dapat mengakibatkan terganggunya
produktivitas tenaga kerja dan peralatan. Untuk mencegah timbulnya kerugian
yang lebih besar maka pencegahan kecelakaan harus dilakukan sedini mungkin.
Kecelakaan (Accident) :
Suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak terduga dan tidak diinginkan yang
mengakibatkan cideranya seseorang, kerusakan alat, kerusakan lingkungan,
terhentinya proses produksi, dan atau bahkan gabungan dari keempatnya. Atau
dengan kata lain, Kecelakaan adalah hasil atau akibat dari kontak langsung dengan
suatu bahan/zat atau sumber energi yang melebihi batas kemampuan tubuh atau
struktur.
Insiden :
Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan cideranya
seseorang, kerusakan alat, kerusakan lingkungan, terhentinya proses produksi, dan
atau bahkan gabungan dari keempatnya termasuk kejadian-kejadian hampir celaka
(nearmiss/nearhit).
Nearhit :
Kejadian yang berpotensi mengakibatkan cidera atau penyakit atas seseorang/
kerusakan alat /properti / kerusakan lingkungan.
Loss Time Injury (LTI) :
Cidera atau penyakit yang mengakibatkan kematian atau tidak dapat masuk kerja
pada shift kerja setelah hari kejadian tersebut
Restricted Work Injury (RWI)
Cidera atau penyakit yang menyebabkan seseorang tidak mampu melakukan tugas
yang diharapkan, dengan kapasitas penuh untuk satu shift kerja.
Medical Treatment Injury (MTI)
Cidera atau penyakit yang memerlukan perawatan selain dari P3K.
P3K atau perawatan pencegahan seperti suntikan tetanus atau X-ray yang
negatif, meskipun dilakukan oleh dokter praktek tidak diklasifikasikan sebagai
Medical Treatment Injury (MTI).
First Aid
Perawatan yang biasanya dilakukan oleh petugas First Aid.
First Aid Medical Treatment
Pemakaian antiseptic pada kunjungan Pemakaian antiseptik kedua atau kunjungan
awal ke petugas medic selanjutnya ke Petugas Medik
Perawatan luka bakar ringan Perawatan luka bakar sebagian atau penuh
Pengambilan serpihan benda asing Pengambilan benda asing yang masuk ke mata
yang masuk ketubuh kecuali di mata.
Pengambilan benda asing yang masuk Pengambilan benda asing yang masuk ketubuh
Handout
Pengawas Opersional Pratama
ketubuh dari luka jika prosedurnya pada luka yang dalam, ukuran atau lokasi
tidak rumit dan efektif dengan menyulitkan prosedur pengambilan
penggunaan teknik yang sederhana
Penggunaan obat tanpa resep dan Penggunaan resep obat (kecuali dosis tunggal
pemakaian dosis tunggal resep obat diberikan saat kunjungan pertama untuk luka
saat kunjungan pertama untuk cedera ringan atau keluhan)
kecil atau suatu keluhan
Observasi cedera selama mengunjungi Izin rumah sakit atau perawatan atau
petugas medik (selama kurang dari 12 observasi lebih dari 12 jam.
jam)
Perawatan Infeksi
Ada beberapa alasan mengapa kecelakaan yang terjadi tidak dilaporkan oleh para
pekerja, karena:
Takut catatan keselamatan dan kesehatan kerja group tidak baik karena ada
catatan kecelakaan
Takut kondite/catatan pribadi menjadi buruk dan terhambat kariemya
Takut terhadap perawatan dokter
Takut terkena tindakan disiplin, ada pola pikir bahwa investigasi untuk mencari
kesalahan bukan fakta, dan banyak pengawas yang melakukan tekanan maupun
sanksi, yang selayaknya pengawas harus lebih memahami bagaimana mengatur
dan mengawasi mereka.
Takut reputasinya jelek, dan tidak ingin mendapat julukan gampang celaka atau
pekerja bahaya.
Tidak mengerti manfaat dari kecelakaan yang dilaporkan dan kerugiannya
apabila tidak dilaporkan.
Tidak ingin pekerjaannya terganggu dan tidak dapat selesai.
Tidak ingin adanya perubahan sikap dari pengawas atau hubungan baiknya
terganggu.
Menganggap bahwa kecelakaan adalah suatu pelanggaran atau kesalahan.
Tidak menyukai perawatan itu sendiri karena alasan kepribadian atau karena
perbedaan/persamaan jenis kelarnin.
Pengawas harus dapat memberikan motivasi kepada para pekerja agar mau
melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi, untuk itu pengawas harus dapat
melakukan hal- hal sebagai berikut :
Bertindak dan bersikaf positif
Memberikan perhatian lebih terhadap peningkatan aktivitas program
pengendalian kecelakaan dan buat catatan objektif.
Mengenal/mengakui perbuatan individu dengan tepat, memberi perhatian lebih
terhadap tindakan individu yang mempunyai kontribusi dalam pencegahan
kecelakaan
Tunjukkan kepercayaan pribadi dengan tindakan dan jangan menganggap
laporan kecelakaan tidak penting selanjutnya pastikan bahwa laporan atau
masalah sudah ditindak lanjuti.
Kembangkan kesadaran pekerja tentang keuntungan dari informasi kecelakaan.
Adakan pertemuan group clan kontak pribadi untuk memberikan respon bahwa
laporan kecelakaan telah meningkatkan keselamatan setiap orang.
sifatnya sementara saja, akan tetapi apabila perbaikan yang diambil berdasarkan
atas penyebab dasar yang ditemukan maka akan memberikan pencegahan
kecelakaan yang permanen.
Frank Bird menggambarkan hubungan langsung antara manajemen dengan
terjadinya kecelakaan. Apabila manajemen tidak memiliki kontrol yang baik
terhadap setiap level maka akan dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan (hal
ini merupakan penyempurnaan Teori Domino - Heinrich).
Loss
MGT PROBLEM SEBAB SEBAB INSIDEN / KECELAKAAN AKIBAT KECELAKAAN
DASAR LANGSUNG
PROGRAM FAKTOR PERBUATAN CIDERA
KONTAK
TAK SESUAI PERORANGAN TAK AMAN ATAU
DENGAN
& ENERGI KERUSAKAN
STANDAR FAKTOR KONDISI ATAU YANG TAK
TAK SESUAI PEKERJAAN TAK AMAN BAHAN/ ZAT DIHARAPKAN
KEPATUHAN
PELAKSANAAN
Dari gambar diatas, Insiden/Kecelakaan tidak akan terjadi tanpa didahului oleh
adanya Sebab Langsung dan Sebab Dasar/Sebab Utama. Hal ini diibaratkan
sebuah rangkaian domino, dimana untuk mencegah domino terakhir jatuh, maka
kita harus menstabilkan 3 domino pertama, yaitu: Sebab Langsung, Sebab Dasar
dan Manajemen Problem. Stabilisator ini untuk memastikan adanya program,
standar dan pemenuhan yang memadai sehingga sebab dasar dan sebab langsung
tidak terjadi.
Komponen yang meliputi Sebab Langsung;
Unsafe Action (Perbuatan Tidak Aman) adalah tindakan orang/pekerja yang
menyimpang dari prosedur ata cara kerja aman sehingga perbuatan/tindakan
tersebut mengandung bahaya. Contohnya; Mengoperasikan unit melebihi batas
kecepatan yang diperbolehkan, Bermain-main, dan lain-lain.
Unsafe Condition (Kondisi Tidak Aman) adalah kondisi apa saja, baik itu
fisik, mekanis, kimiawi atau biologis yang berbahaya. Contohnya; Sinar las yang
tidak terlindungi, bahan mudah terbakar yang berada dekat sumber api, dan
lain-lain.
Komponen yang meliputi Sebab Dasar;
Personal Factor (Faktor Perorangan/Pribadi):
o Kemampuan fisik yang terbatas, Ketidakmampuan mental, Kurang
pengetahuan, Motivasi tidak tepat, dan lain-lain.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
1
Fatal
10
Cidera Ringan
30
Kerusakan Propert
600
Near Miss
Jika kita ingin mencegah kecelakaan Fatal, cidera ringan & kerusakan properti,
maka kita harus mengelola kejadian-kejadian yang hampir celaka. Oleh sebab itu
kejadian nearmiss-pun harus dilaporkan secara tertulis.
Teori lain yang menjelaskan mengapa kita harus menyelidiki dan mencatat insiden
adalah karena biaya yang dikeluarkan oleh manajemen sangatlah besar dan
biasanya yang terlihat/tercatat tersebut adalah biaya yang tampak atau puncak
gunung es. Sedang biaya lain seperti biaya investigasi, waktu terbuang, hilangnya
motivasi kerja, dsb belum dapat tercatat oleh manajemen. Angka perbandingan
biaya tersebut menurut iceberg teori adalah 1 : 50 : 3
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Biaya Tampak US $
1
Biaya Tak
US $ 5 -
Terasuransi
50
Biaya Lain-lain
US $ 1 -
3
Manajer harus memastikan semua insiden yang terjadi ditempat kerja diinvestgasi
secara menyeluruh dan segera mendapatkan laporan dari hasil investigasi dan
menyusun tindakan perbaikan yang akan dilakukan.
Ukuran dan ruang lingkup investigasi insiden ini akan bervariasi. Investigasi insiden
yang paling ringan mungkin tidak akan mengikuti semua tahap investigasi yang
akan dijelaskan disini, atau tetap mengikuti tahap-tahap yang ada tetapi tidak
dimasukkan dalam laporan. Ukuran dan ruang lingkup investigasi serta laporan
tertulisnya akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk beberapa
kejadian yang pernah terjadi sebelumnya atau yang serupa, potensi menyebabkan
cedera, prioritas investigasi terhadap kegiatan lain dan sebagainya.
Investigasi insiden kelas I akan menerapkan proses yang berbeda (TapRoot).
Investigasi ini akan dilakukan oleh sebuah tim termasuk dari luar site dan akan
dipimpin oleh seorang yang terlatih dalam TapRoot. Sebelum team formal
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Near hit
Injury
Wham!
Hazard
Damage
Pro-active Reactive
Measures Measures
Orang
Tentukan semua orang yang mungkin mempunyai informasi dan
minta pernyataan dari mereka. Orang-orang ini mungkin saja yang
terlibat langsung, saksi dan supervisor seperti halnya rekan kerja
yang menangani pekerjaan yang sama, yang menangani peralatan,
jalan dan sebagainya, atau yang mempunyai pengalaman sama.
Informasi yang dikumpulkan harus mencakup hal-hal yang
relevan, termasuk: Sudah berapa lama melakukan pekerjaan
sejenis, Pengalaman kerja, Training (teknis dan safety), sudah
berapa lama sudah melakukan perkerjaan pada hari itu, Kapan
terakhir istirahat, Komunikasi, Sudah berapa shift, Pekerjaan yang
sedang dilakukan, Kondisi fisik (kesiapan bekerja), Siapa yang
terlibat, Kompetensi dan wewenang, Simper, Pre start, APD, Permit
/ label, SOP / JSEA
Wawancarai semua orang yang terlibat dalam insiden tersebut,
dan lakukan wawancara secepat mungkin setelah terjadinya
insiden. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa ingatan
manusia cenderung lemah dan jika mereka mendengar cerita
dengan versi yang berbeda, cerita mereka pun dapat berubah.
Peralatan
Selidiki semua plant atau peralatan yang terlibat dalam insiden,
perhatikan kondisi peralatan tersebut, semua hal yang mungkin
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Lingkungan / lokasi :
Cari informasi tentang tempat kejadian untuk membantu
memahami pekerjaan yang sedang dilakukan dan kemungkinan
pengaruh dari kondisi lingkungan setempat. Selidiki semua
kondisi fisik yang ada disekitar tempat kejadian khususnya
perubahan mendadak terhadap kondisi lingkungan.
Hal yang paling penting adalah situasi pada saat kejadian dan
bukan kondisi yang biasanya. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan termasuk: Waktu insiden, Kondisi tanah,
Pencahayaan, Siang/malam, Basah/kering, Panas/dingin, Jejak/
track, Ventilasi, Kebisingan, Perubahan terbaru, Kepadatan/
house keeping, Gas-gas beracun, Jarak pandang/debu, Rambu-
rambu
Gunakan photo, sketsa dan sebagainya untuk menunjukkan lay
out lokasi, posisi orang-orang dan peralatan sebelum dan
sesudah insiden dan kondisi disekitarnya. Catat jika ada sesuatu
yang terjadi (seperti hujan) antara waktu insiden dan waktu
inspeksi yang mungkin telah mengubah situasi.
Sistem :
Selidiki secara menyeluruh sistem manajemen mana yang tidak
berjalan sehingga mungkin menyebabkan terjadinya insiden.
Permasalahan sistem misalnya: Tidak adanya sistem yang
sesuai, Kegagalan dalam menerapkan sistem secara baik,
Lemahnya sistem pemeliharaan, Kurangnya pengawasan, Hasil
inspeksi / audit, Teknik monitoring dan pengukuran, Lemahnya
majemen hazard, Kurangnya, lemahnya atau tidak sesuainya
prosedur, Kurangnya, lemahnya atau tidak sesuainya training,
Cetakan kontrol sistem, Surat izin kerja
Tim investigasi perlu mempertimbangkan seberapa sulit suatu
sistem untuk dimengerti dan dijalankan.
Y tree adalah cara yang tepat untuk menampilkan data yang telah
dikumpulkan, dan sebagai acuan untuk merencanakan tahap
pengumpulan data selanjutnya. Untuk membuat Y tree, mulai
dengan gambaran persis insiden (diambil dari sequence of event)
dan bertanya MENGAPA hal itu bisa terjadi. Kita terus bertanya
MENGAPA sampai menemukan jawabannya atau jika mencapai titik
dimana pertanyaan tersebut tidak perlu dilanjutkan lagi.
Pengembangan Y Tree dapat melalui curah pendapat untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan hal-hal yang mungkin
memerlukan investigasi lebih jauh. Kita dapat menjawab
pertanyaan MENGAPA berdasarkan data yang sudah dikumpulkan.
Tapi jika tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, mungkin kita
punya area yang perlu investigasi lebih lanjut.
Jangan lupa :
Jelaskan siapa saja orang yang ada dalam laporan tersebut dan
peran mereka dalam insiden dan tim investigasi.
Tetaplah bersikap objektif
Hindari kesan atau keputusan yang tidak berdasar.
Pastikan bahwa orang yang dikritik dalam laporan tersebut
mendapat kesempatan untuk memberikan pendapatnya.
Tentukan siapa saja yang akan menerima salinan laporan
tersebut.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Bagian ini menjelaskan format yang akan digunakan dalam menulis semua
laporan insiden (kecuali untuk insiden kelas III). Halaman terakhir pada
bagian ini berisi lembar Formulir Incident Record yang harus dilengkapi
untuk semua kelas insiden.
Pengoperasian / Pengaturan
Tempat kerja
Pekerjaan yang sedang dilakukan
Kondisi Lingkungan
Hubungan kerja
.7 Investigasi
Jelaskan informasi dari investigasi yang mencakup :
Orang
Peralatan
Lingkungan
Sistem
.8 Penyebab-Penyebab Insiden
Penyebab-Penyebab Langsung
Identifikasi dan tulis semua tindakan atau kondisi yang
secara langsung menjadi penyebab insiden
Faktor-Faktor penyebab
Pertimbangkan faktor-faktor penyebab dari kategori berikut:
Orang
Peralatan
Lingkungan
Sistem
3.11 Lampiran
Lampirkan hal-hal berikut ini jika memungkinkan:
Insiden Record Form
Pernyataan (termasuk waktu, tanggal dan siapa yang
hadir saat pernyataan tersebut dibuat). Pernyataan tertulis sebaiknya
diketik ulang kemudian diperiksa dan ditandatangani oleh orang yang
membuat pernyataan jika hal itu memungkinkan.
Photo-photo
Gambar-gambar dan diagram
Catatan harian sistem kontrol dan printout
Handout
Pengawas Opersional Pratama
BAB 8
KOMUNIKASI K3 (SAFETY
TALK & SAFETY MEETING)
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Mengirim pesan
Sesuatu yang perlu dikomunikasikan, berawal dari pikiran atau
ide.Pikiran/ide ini menjadi pesan, yang kemudian dikomunikasikan melalui
jalur yang sesuai.
Menerima pesan
Siapapun yang menerima pesan Anda adalah penerima, apakah mereka
mendengar kata-kata Anda, melihat tindakan anda atau membaca surat
anda.
Memberikan Tanggapan
Tanggapan adalah pesan yang disampaikan penerima yang menunjukkan
bahwa:
Pesan diterima
Pesan dimengerti atau tidak dimengerti
Setuju atau tidak setuju
Tindakan
Tercapainya maksud pengirim pesan yang ditunjukkan dengan tindakan
Encode
Decode
idea Transmit
Encode
Decode
action
understanding
Static
Emosi
Apabila emosi anda terlalu tinggi anda akan kelihatan seperti marah, kesal,
stress atau sebaliknya anda benar-benar bersemangat, Anda bisa saja
salah interpretasi terhadap maksud pesan yang disampaikan.
Kebingungan
Dengan melakukan usaha untuk menyaring factor yang bisa menyalahkan
pesan yang diterima atau membuyarkan perhatian Anda, keefektifan Anda
dapat ditingkatkan.
Semantik
Beberapa kata atau frase tertentu dapat memberikan arti yang berbeda.
Cegah Jargon atau bahasa lain yang bisa membingungkan pesan yang Anda
maksud.
Kecurigaan
Kecurigaan akan membawa kearah kegagalan. Faktor kepercayaan
menentukan kesuksesan Anda dalam berinteraksi dengan orang lain.
hasilnya akan diperoleh pemahaman serta motivasi yang sama dari semua
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program K3 tersebut. Dalam
pertemuan kelompok (group meeting) komunikasi adalah faktor yang sangat
menentukan, untuk itu kemampuan dari pengawas untuk berkomunikasi
dengan efektif dengan semua anggota timnya sangat diperlukan. Ada 4
(empat) faktor yg harus diperhatikan dalam berkomunikasi :
Faktor hilang di jalan
Faktor ketertarikan perasaan
Faktor Penggunaan
Faktor alat bantu
8.5 PERTEMUAN K3
Seorang pengawas harus mampu mengatur dan memimpin Safety Talks atau
Toolbox talks yang merupakan pertemuan yang tidak formal dalam suatu
kelompok kerja. Keuntungannya meliputi:
Komunikasi yang lebih baik
Kesempatan bagi karyawan untuk mengajukan/membahas suatu masalah
Menyediakan suatu forum untuk memecahkan/menyelesaikan suatu
masalah
Meningkatkan kemampuan, pemahaman dan kesadaran K3
Memperbaiki kwalitas kerja
Mempermudah diterimanya peratitan & prosedur
Pengawas (supervisor) karena posisinya akan terlibat dalam pertemuan K3
ini, mungkin dalam pertemuan kelompok yang besar dia hanya sebagai
peserta rapat tapi dalam pertemuan safety talks dia akan menjadi pemimpin
rapat. Sebagai pemimpin rapat peranannya sangat menentukan karena
merekalah yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan pertemuan,
melaksanakan pertemuan dan sekaligus untuk menindak lanjuti hasil
pertemuan tersebut.
Saat ini Supervisor merupakan anggota kunci dari manajemen sehingga dia
harus dapat menggunakan suatu pendekatan manajemen yang professional.
Bab ini menguraikan tentang bagaimana mempersiapkan pertemuan
kelompok yang efektif serta bagaimana menindak lanjuti hasil pertemuan
tersebut sehingga pertemuan K3 tersebut dapat berhasilguna untuk
meningkatkan kinerja K3 pada perusahaan tersebut.
Dalam suatu pertemuan kelompok, factor komunikasi memegang peranan
yang sangat vital karena tanpa komunikasi yang baik mustahil didapatkan
hasil yang baik bahkan bisa mengakibatkan kesalahpahaman. Oleh karena
itu dalam tulisan ini akan dibahas masalah komunikasi.
belum dikenal oleh peserta pertemuan atau hal-hal pokok dari topik tersebut
sulit untuk dipahami dalam diskusi bebas. Dan cara ini efisien untuk
mengungkapkan informasi faktual kepada kelompok seperti Stastistik
kecelakaan, detil dari prosedur yang baru atau definisi dari suatu
terminology.
Metoda ini memberikan keuntungan kepada pemimpin rapat (Supervisor)
karena dia dapat lebih mengendalikan pertemuan, dia dapat menentukan
presentasi untuk mencocokkan dengan jadwal diskusi dan dia dapat
menunda pertanyaan sampai ia siap dengan itu. Namun metoda ini juga
mempunyai kelemahan yang serius karena cenderung lebih banyak
ceramahnya dan hanya sedikit diskusinya. Karena kebanyakan orang
bukanlah pendengar yang baik maka mereka cenderung akan gelisah, bosan,
ngantuk dan bahkan tertidur apabila harus mendengar dalam waktu yang
lama.
Agar pelaksanaan pertemuan dapat berjalan dengan efektif serta mendapat hasil
yang baik maka Supervisor harus mempersiapkannya dengan baik, karena tanpa
persiapan yang memadai maka tujuan dan sasaran dari pertemuan tidak akan
tercapai. Persiapan supervisor dalam pertemuan kelompok ini adalah:
Mempersiapkan jadwal yang memuat:
Kapan pelaksanaannya
Tempat pertemuan
Siapa pembicara
Apa topiknya
Alat bantu bila diperlukan (alat tulis, overhead projector, audio video dll)
8.9.1 Pembukaan
Suatu hal yang sangat penting dalam melakukan pertemuan kelompok
adalah dengan memulainya tepat waktu sebagaimana telah ditetapkan dalam
Handout
Pengawas Opersional Pratama
berbicara alat bantu ini akan menolong pembicara untuk percaya diri
dan juga dapat membantu untuk menjaga kontak dengan pendengar.
8.9.3 Penutupan
Salah satu hal yang juga sangat penting adalah bagaimana pemimpin rapat dapat
mengatur jalannya rapat sehingga rapat tidak molor dan dapat diselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah direncanakan.
Dan sebelum rapat ditutup pemimpin rapat harus telah selesai membuat
rangkuman hasil rapat dan membacakannya pada akhir rapat, baru kemudian
mengucapkan terima kasih kepada semua peserta rapat atas partisipasi aktif
mereka.
Tugas seorang pemimpin rapat belumlah selesai, walaupun rapat telah ditutup
karena dia masih mempunyai paling tidak 3 (tiga) tugas yang harus segera ia
lakukan yaitu:
Membuat laporan hasil pertemuan dan mendistribusikannya
Menganalisa pelaksanaan pertemuan.
Menindak lanjuti hasil pertemuan
Hal yang paling renting dari suatu hasil pertemuan kelompok adalah
bagaimana tindak lanjutnya, karena dalam rapat sernua dengan mudah
untuk dikatakan, tapi dalam pelaksanaannya sering tidak sesuai bahkan
kadang-kadang sama sekali tidak ada tindak lanjutnya. Oleh karena itu
pemimpin rapat juga harus memastikan siapa yang bertanggung jawab
untuk menindak lanjuti setiap point dari hasil rapat tersebut, dan secara
terus menerus memonitor kemajuan dari pelaksanaannya, sampai semua
point tersebut selesai dilakukan dan kalau tidak bisa dilakukan apa
kendalanya. Perlu diingat bahwa semua poin yang tidak bisa ditindak
lanjuti harus menjadi bahan yang harus dibahas dalam pertemuan
kelompok berikutnva atau menjadi agenda untuk pertemuan kelompok
yang lebih tinggi.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Peserta Rapat K3 :
Tujuan :
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
Metode Presentasi :