Anda di halaman 1dari 120

Handout

Pengawas Opersional Pratama

BAB 1

DASAR-DASAR HUKUM
K3 PERTAMBANGAN
Handout
Pengawas Opersional Pratama

1.1 PENDAHULUAN

Berdasarkan Ketetapan Lembaga Tinggi negara RI, TAP MPR No. III tahun 2000,
ditetapkan susunan regulasi dan kekuatan hukum yang berlaku di negara RI, sbb:

1 UNDANG-UNDANG DASAR (UUD) 1945


2 TAP MPR RI
3 Undang-Undang (UU)
4 PERPU
Peraturan Pemerintah (PP)
5
KEPRES (Keputusan Presiden)
6
KEPMEN (Keputusan Menteri)1.01
7
PERDA

Jika kita perhatikan urutan/hirarki peraturan perundangan diatas, setiap peraturan


yang berada dibawah haruslah sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan
yang berada diatasnya dan peraturan yang berada diatas memiliki kekuatan hukum
yang dapat membatalkan peraturan yang berada dibawahnya jika peraturan
tersebut tidak sejalan/sesuai atau bertentangan.

1.2 DASAR-DASAR HUKUM K3

Berikut adalah referensi- referensi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di


pertambangan;
I. Mijn Politie Reglement, MPR 1930 No. 341
II. Undang-undang
UU No. 11 Tahun 1967 (Pasal 29) : Ketentuan Pokok Pertambangan
UU No. 1 Tahun 1970 (Pasal 3 Ayat 1a-z) : Keselamatan Kerja
UU No. 13 Tahun 2003 (Pasal 86 & 87) : Ketenaga Kerjaan
III. Peraturan Pemerintah
PP No. 32 Tahun 1969 (Pasal 64-65) : Pengawasan Tambang
PP No. 19 Tahun 1973 (Pasal 1,2 & 3) : Peraturan Keselamatan Kerja
Pertambangan
PP No. 75 Tahun 2001 (Pasal 64) : Pembinaan & Pengawasan Pertambangan
IV. Keputusan Menteri Pertambangan
KEPMENTAMBEN No. 2555.K/M.PE/1993 : K3 Pertambangan Umum
KEPMENTAMBEN No. 555.K/M.PE/1995 : K3 Pertambangan Umum

(1.01) Berdasarkan Surat Edaran Mentri Kehakiman & HAM No. M.U.M.01.06-27 yang ditandatangani pada
tanggal 23 Pebuari 2003, Keputusan Menteri dinyatakan mempunyai kekuatan hukum di atas Peraturan
Daerah (PerDa) & di bawah Keputusan Presiden (KePres)
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Peraturan-peraturan di atas TIDAK dalam urutan yang disusun berdasarkan tanggal


terbitnya peraturan tersebut ataupun status dan/atau tingkat revisinya, beberapa
contoh hubungan antara peraturan-peraturan di atas adalah sebagai berikut;
UU No. 11 Tahun 1967 mengenai ketentuan-ketentuan pokok pertambangan;
kemudian ditegaskan kembali dalam PP 32 TAHUN 1969 dan PP No. 75 Tahun
2001

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, K3 di Pertambangan diatur oleh Departemen


yang membawahi pertambangan; dasar hukumnya:

UU No. 11 Tahun 1967 (Pasal 29)


Tata Usaha, pengawasan pekerjaan usaha pertambangan & pengawasan hasil
pertambangan dipusatkan kepada Menteri & diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.
Pengawasan yang dimaksud, terutama meliputi keselamatan kerja, pengawasan
produksi & kegiatan lainnya dalam pertambangan yang menyangkut kepentingan
umum

PP No. 32 Tahun 1969 (Pasal 64 & 65)


Tata Usaha, Pengawasan, Pengaturan Keselamatan Kerja dan Pelaksanaan Usaha
Pertambangan Dipusatkan Pada Departemen yang Membawahi Pertambangan
Cara Pengawasan, Pengaturan Keselamatan Kerja dan Pelaksanaan Usaha
Pertambangan Diatur dengan Peraturan Pemerintah

PP No. 19 Tahun 1973 (Pasal 1 - 5)


Pengaturan Keselamatan Kerja Pertambangan dalam UU No.11 tahun 1967 & UU
No.1 tahun 1970 dilakukan Oleh Menteri Pertambangan
Pengawasan Keselamatan Kerja Bidang Pertambangan oleh Menteri Pertambangan
Berpedoman pada Peraturan Pelaksanaannya
Menteri Pertambangan Mengangkat Pejabat Pengawas Keselamatan Kerja
Bekerjasama dengan Pejabat Keselamatan Kerja Depnakertranskop
Menteri Pertambangan secara Berkala Melaporkan Pelaksanaan Pengawasan
Dimaksud kepada Menakertranskop
PP 19 ini tidak berlaku untuk Ketel Uap sebagaimana dimaksud Stoom Ordonantie
1930

PP No. 75 Tahun 2001 (Pasal 64)


Menteri melakukan pembinaan & pengawasan terhadap penyelenggaraan
pertambangan yang dilaksanakan oleh Gubernur, Bupati/Walikota
Pembinaan dalam ayat diatas meliputi; pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan,
arahan dan supervisi
Supervisi/Pengawasan dalam ayat diatas meliputi Keselamatan Pertambangan

1.3 Organisasi Manajemen K3 Pertambangan

Berikut adalah struktur yang wajib dibangun oleh sesorang Kepala Teknik Tambang
(KTT) untuk menjamin terlaksanya peraturan perundangan K3 di dalam areal
tambang yang menjadi tanggung jawabnya1.02.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Struktur dapat dibedakan dalam Manajemen Organisasi K3 Pertambangan dan


struktur fungsionalnya;

Exteren & Interen Audit Komite K3

Kepala Teknik Tambang

Pengawas Teknis Pengawas Operasional

Program K3

Manager K3

No Incident
?

Yess No

(1.02) Berdasarkan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 1 ayat 6, KTT adalah sesorang yang memimpin &
bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya perundang-undangan K3 pada suatu kegiatan usaha
pertambangan di wilyah yang menjadi tanggung jawabnya.

Kriteria yang dibutuhkan untuk jabatan:


A. Kepala Teknik Tambang (KTT)1.03
Pengetahuan mengenai keselamatan (safety)
Kemampuan akses ke dalam areal financial
Berwenang memberi vonis
Pengetahuan system manajemen.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

B. Manajer safety (K3)


Pengetahuan & kompetensi di dalam safety
Pengetahuan system manajemen.
C. Pengawas operasional & teknis
Pengetahuan keselamatan
Berkompeten di dalam bidang pekerjaannya.

Keanggotaan dan kegiatan:


1. Keanggotaan Komite K31.04
Unsur manajemen
Unsur karyawan
Kepala teknik tambang
Bagian K3 perusahaan
2. Kegiatan-kegiatan Komite K31.05
Rapat berkala K3
Internal audit K3
Rekomendasi

3. Manajer K3
Bagian program peningkatan kesadaran K3
Bagian program test & monitor kondisi lingkungan kerja
Bagian administrasi K3 dan administrasi KTT
Internal audit K3
Pengeloalaan APD
Pengelolaan rescue and fire
Pelatihan K3
Kepustakaan K3

4. Keanggotaan Pengawas Operasional


Supervisor shift/kapten aplus
Mandor
Kepala tambang
Kepala pencucian
Kepala kelompok kerja
Kepala bengkel

(1.03) Berdasarkan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 6 sampai dengan pasal 10, mengenai qualifikasi &
persyaratan seorang calon KTT yang layak ditunjuk oleh pengusaha & disyahkan oleh pemerintah
(1.04) Sesuai dengan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 25 mengenai tugas-tugas komite K3 dan Peratutan
Pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang hak keterlibatan DEP(DIS)NAKER dalam inspeksi bersama
(1.05) Sesuai dengan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 24 mengenai tanggung jawab departemen K3

5. Keanggotaan Pengawas Teknik


Pengawas listrik
Pengawas mesin
Pengawas mekanik
Pengawas sipil & kimia
Pengawas survey
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Pengawas ventilasi
Kepala bengkel
Kegiatan-kegiatan pengawas operasional1.06 & teknis1.07
Inpeksi berkala
Compliance monitoring
Pembuatan dan/atau pe-revisi-an JSA / SOP
Pemeriksaan kecelakaan
Membuat laporan

1.4 KEPMEN No: 555.K/M.PE/1995

Penting bagi para supervisor untuk mengetahui dan memahami Peraturan


Pemerintah Indonesia dan hukumnya yang berhubungan dengan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan menjadi terbiasa dengan aturan dan hukum tersebut.

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI


NOMOR: 555.K/26/M.PE/1995

BAB I KETENTUAN UMUM


BAGIAN PERTAMA : PENGERTIAN
BAGAIAN KEDUA : LARANGAN MEMASUKI WILAYAH KEGIATAN
USAHA PERTAMBANGAN
BAGIAN KETIGA : PENGUSAHA PERTAMBANGAN
BAGIAN KEEMPAT : JURU UKUR DAN PETA TAMBANG
BAGIAN LIMA : BUKU TAMBANG
BAGIAN ENAM : PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA PERTAMBANGAN
BAGIAN KETUJUH : PEKERJA TAMBANG
BAGIAN KEDELAPAN : FASILITAS PERTAMBANGAN
BAGIAN KESEMBILAN : PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
BAGIAN KESEPULUH : KECELAKAAN TAMBANG DAN KEJADIAN
BERBAHAYA
BAGIAN KESEBELAS : KESEHATAN

(1.06) Sesuai dengan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 12 mengenai tugas-tugas & tanggung jawab peangawas
atas K3 pada aspek operasional
(1.07) Sesuai dengan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 13 mengenai tugas-tugas & tanggung jawab peangawas
atas pada aspek teknis

BAB II BAHAN PELEDAK DAN PELEDAKAN


BAGIAN PERTAMA : GUDANG BAHAN PELEDAK
BAGIAN KEDUA : PERSYARATAN MENGENAI GUDANG BAHAN
PELEDAK DI PERMUKAAN TANAH
Handout
Pengawas Opersional Pratama
BAGIAN KETIGA : PERSYARATAN MENGENAI GUDANG BAHAN
PELEDAK DI BAWAH TANAH
BAGIAN KEEMPAT : TATA CARA PENYIMPAN BAHAN PELEDAK
BAGIAN KELIMA : PENGANGKUTAN
BAGIAN KEENAM : PELEDAKAN

BAB III LINGKUNGAN TEMPAT KERJA


BAGIAN PERTAMA : KEWAJIBAN UMUM
BAGIAN KEDUA : DEBU
BAGIAN KETIGA : KEBISINGAN DAN GETARAN
BAGIAN KEEMPAT : BAHAN BERACUN BERBAHAYA

BAB IV SARANA TAMBANG DI PERMUKAAN


BAGIAN PERTAMA : GEDUNG, BANGUNAN SERTA JALAN MASUK
DAN KELUAR
BAGIAN KEDUA : LAMPU PENERANGAN
BAGIAN KETIGA : PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
KEBAKARAN
BAGIAN KEEMPAT : KESELAMATAN DALAM PENGANGKUTAN
BAGIAN KELIMA : PERBENGKELAN DAN PABRIK
BAGIAN KEENAM : PERALATAN LISTRIK DAN PERMESINAN
BAGIAN KETUJUH : PENIMBUNAN BAHAN BAKAR CAIR

BAB V PEMBORAN

BAB VI TAMBANG PERMUKAAN


BAGIAN PERTAMA : CARA KERJA YANG AMAN
BAGIAN KEDUA : TAMBANG HIDROLIS
BAGIAN KETIGA : ALAT PEMINDAH TANAH
BAGIAN KELIMA : MENYINGKIR DALAM KEADAAN BAHAYA

BAB VII KAPAL KERUK


BAGIAN PERTAMA : PENANGGUNG JAWAB
BAGIAN KEDUA : PENEMPATAN KAPAL KERUK
BAGIAN KETIGA : PONTON KAPAL KERUK
BAGIAN KEEMPAT : PEMERIKSAAN
BAGIAN KELIMA : KESELAMATAN KAPAL KERUK
BAGIAN KEENAM : ALAT KESELAMATAN
BAGIAN KETUJUH : PERMESINAN DAN KELISTRIKAN
BAGIAN KEDELAPAN : TINDAKAN KESELAMATAN
BAGIAN KESEMBILAN : PENARIKAN KAPAL KERUK PERTAMBANGAN
BAGIAN KESEPULUH : PENGEDOKAN KAPAL KERUK PERTAMBANGAN
BAGIAN KESEBELAS : FASILITAS PEMBANTU

BAB VIII TAMBANG BIJIH BAWAH TANAH


BAGIAN PERTAMA : ADMINISTRASI TAMBANG
BAGIAN KEDUA : JALAN KELUAR
BAGIAN KETIGA : SUMURAN DAN DEREK
BAGIAN KEEMPAT : KEADAAN BAHAYA
BAGIAN KELIMA : HEMPASAN EMISI DAN SEMBURAN
Handout
Pengawas Opersional Pratama
BAGIAN KEENAM : KONTROL BATUAN, PENYANGGA DAN CARA
MELAKUKANNYA
BAGIAN KETUJUH : PERLINDUNGAN TEMPAT KERJA
BAGIAN KEDELAPAN : VENTILASI
BAGIAN KESEMBILAN : PENIRISAN AIR TAMBANG
BAGIAN KESEPULUH : PENGANGKUTAN
BAGIAN KESEBELAS : PENGANKUTAN DENGAN BERJALAN
BAGIAN KEDUA BELAS : ALAT PEMANJAT LUBANG NAIK
BAGIAN KETIGA BELAS : LISTRIK TAMBANG BAWAH TANAH
BAGIAN KEEMPAT BELAS : LAMPU PENERANGAN
BAGIAN KELIMA BELAS : PENCEGAHAN KEBAKARAN DI BAWAH
TANAH DAN PENGATUTAN KESELAMATAN
BAGIAN KEENAM BELAS : KESEJAHTERAAN
BAGIAN KETUJUH BELAS : LATIHAN DAN PENGAWASAN TENAGA
KERJA
BAGIAN KEDELAPAN BELAS : PERLINDUNGAN TERHADAP RADIASI
ALAMIAH

BAB IX TAMBANG BATU BARA BAWAH TANAH


BAGIAN PERTAMA : UMUM
BAGIAN KEDUA : PENCEGAHAN TERHADAP PENYULUHAN
DAN DEBU MUDAH MENYALA
BAGIAN KETIGA : VENTILASI DALAM TAMBANG BERBAHAYA
GAS
BAGIAN KEEMPAT : PENYANGGAAN TEMPAT KERJA
BAGIAN KELIMA : LATIHAN DAN ENGAWASAN TENAGA KERJA
DI TAMBANG BATU BARA BAWAH TANAH

BAB X SANKSI

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN

BAB XII KETENTUAN PENUTUP


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Berikut ini dicantumkan beberapa pasal yang terdapat pada keputusan nomor:
555.K/26/M.PE/1995, akan tetapi penting juga bagi para supervisor untuk
mengetahui atau membaca bagian dan pasal lainnya.

PASAL 1
PENGERTIAN

Kepala Tehnik Tambang (KTT) adalah seseorang yang memimpin dan bertanggung
jawab atas terlaksanannya serta ditaatinya peraturn perundangan-undangan K3
pada suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya.

Pekerja Tambang adalah Setiap orang yang langsung bekerja pada kegiatan usaha
pertambangan

PASAL 3
LARANGAN MEMASUKI DAERAH OPERASI PERTAMBANGAN

Dilarang memasuki atau berada pada suatu lokasi kegiatan usaha pertambangan
kecuali mereka yang bekerja atau mendapat izin.

Bagi mereka yang diizinkan untuk memasuki suatu wilayah kegiatan usaha
pertambangan (tamu) harus disertai oleh Kepala Teknik Tambang atau petugas
yang ditunjuk yang memahami situasi dan kondisi daerah yang akan dikunjungi.

Jalan yang ditetapkan oleh Kepala Teknik Tambang merupakan jalan khusus yang
dipergunakan untuk kegiatan usaha pertambangan dan apabila diberikan hak
kepada umum untuk mempergunakannya maka keselamatan peggunaan hak
tersebut menjadi tanggung jawabnya.

PASAL 4
KEWAJIBAN PENGUSAHA PERTAMBANGAN

Pengusaha baru dapat memulai kegiatan usaha pertambangan setelah


memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang

Pengusaha harus menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri,


fasilitas, dan biaya yang diperlukan untuk terlaksananya peraturan ini.

Pengusaha harus menyediakan secara cuma-cuma alat pelindung diri yang


diperlukan sesuai dengan jenis, sifat dan bahaya pada pekerjaaan yang
dilakukannya dan bagi setiap orang yang memasuki tempat usaha pertambangan.

Pengusaha harus memberikan bantuan sepenuhnya kepada Pelaksana Inspeksi


Tambang dalam melaksanakan tugasnya.

Pengusaha harus menghentikan pekerjaan usaha pertambangan, apabila Kepala


Teknik Tambang atau petugas yang ditunjuk tidak berada pada pekerjaan usaha
tersebut.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

PASAL 5
PENGANGKATAN KEPALA TEKNIK TAMBANG

Kegiatan Eksplorasi atau eksploitasi baru dapat dimulai setelah pemegang Kuasa
Pertambangan MEMILIKI Kepala Teknik Tambang (KTT)

Pengusaha wajib menunjuk KTT dan mendapat pengesahan Kepala Pelaksana


Inspeksi Tambang (KAPIT)

Pengusaha dapat mengajukan permohonan kepada KAPIT untuk mengangkat lebih


dari seorang dip perlu atau berdasarkan pert
KTT apabila dianggap perlu atau berdasarkan pertimbangan dari KAPIT

PASAL 12
KEWAJIBAN PENGAWAS OPERASIONAL

Pengawas operasional wajib:

Bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang atas keselamatan semua


pekerja tambang yang menjadi bawahannya.

Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian.

Bertanggung jawab atas keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan semua


orang yang ditugaskan kepadanya.

Membuat dan menandatangani laporan-laporan pemeriksaan, inspeksi dan


pengujian.

PASAL 13
KEWAJIBAN PENGAWAS TEKNIS

Pengawas teknis wajib:


Bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang untuk keselamatan
pemasangan dan pekerjaan serta pemeliharaan yang benar dari semua
peralatan yang menjadi tugasnya.

Mengawasi dan memeriksa semua permesinan dan kelistrikan dalam ruang


lingkup yang menjadi tanggung jawabnya

Menjamin bahwa selalu dilaksanakan penyelidikan, pemeriksaan dan


pengujian dari pekerjaan permesinan dan kelistrikan serta peralatan.

Membuat dan menandatangani laporan dari penyelidikan, pemeriksaan dan


pengujian
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Melaksanakan penyelidikan dan pengujian pada semua permesinan &


peralatan sebelum digunakan, setelah dipasang, dipasang kembali atau
diperbaiki

Merencanakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang


telah direncanakan serta semua perbaikan permesinan tambang,
pengangkutan, pembuat jalan, dan semua mesin-mesin lainnya yang
dipergunakan.

PASAL 14
PEMERIKSAAN TAMBANG

Untuk memastikan kondisi kerja yang aman, Kepala Teknik Tambang atau petugas
yang ditunjuk harus melakukan pemeriksaan:

Dalam setiap gilir kerja, harus memeriksa sekurang-kurangnya satu kali setiap
tempat kerja dimana seseorang bekerja dan setiap jalan atau lintasan dimana
seseorang menggunakannya selama gilir kerja tersebut.
Dalam setiap gilir kerja, harus memeriksa setiap tempat sebelum peledakan
dilakukan.
Setiap hari kerja, memeriksa jalan-jalan masuk atau tangga yang dipergunakan
pada hari itu.
Semua permuka kerja tambang, front kerja, tanggul, dan lereng kerja serta
pelaksanaan dari pekerjaan memperbaiki, jika diperlukan.
Pekerjaan persiapan pelaksanaan peledakan serta keadaan peralatan dan
kendaraan yang digunakan di tempat itu.
Alat pengangkut dan transport
Jalan-jalan tambang
Pengaman permesinan
Tempat-tempat yang dianggap berbahaya

Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud di atas, apabila ditemukan


yang tidak aman harus mengambil tindakan yang diperlukan

PASAL 20, 21 & 22


BUKU TAMBANG

Setiap usaha pertambangan harus memiliki Buku Tambang.

Semua pelanggaran terhadap peraturan ini serta ketentuan-ketentuan khusus


seperti perintah, larangan dan petunjuk harus dicatat sendiri oleh Pelaksana
Inspeksi Tambang.

Semua pemberitahuan yang disampaikan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang


kepada Kepala Teknik Tambang harus dicatat dalam Buku Tambang.

Buku Tambang harus selalu tersedia di kantor Kepala Teknik Tambang.


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Buku Tambang dapat dbaca dan dipelajari oleh para pekerja tambang.

PASAL 23 & 24
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja, serta sifat atau luasnya pekerjaan,


Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dapat mewajibkan pengusaha untuk
membentuk unit organisasi yang menangani K3 di bawah pengawasan Kepala
Teknik Tambang, yang bertanggung jawab atas:

Pengumpulan data dan pencatatan rincian dari setiap kecelakaan atau kejadian
yang berbahaya, kejadian sebelum terjadinya kecelakaan, penyebab kecelakaan,
analisa kecelakaan dan pencegahan kecelakaan.

Pengumpulan data mengenai daerah-daerah dan kegiatan-kegiatan yang


memerlukan pengawasan yang lebih ketat dengan maksud untuk memberi saran
kepada Kepala Teknik Tambang tentang tata cara penambangan atau tatacara
kerja, alat-alat penambangan dan penggunaan alat-alat deteksi serta alat-alat
pelindung diri

Pemberian penerangan dan petunjuk-petunjuk mengenai Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan Lingkungan kepada semua pekerja tambang melalui
pertemuan, ceramah, diskusi, publikasi, dsb.

Apabila diperlukan, membentuk dan melatih anggota-anggota Tim Penyelamat


Tambang.

Menyusun statistik kecelakaan dan melakukan evaluasi K3.

PASAL 25
KOMITE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat membentuk kelompok kerja (komite)
yang mempunyai tugas:

Melakukan pemeriksaan bersama secara teratur mengenai setiap aspek


Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta masalah-masalah yang ada kaitannya yang
telah ditemukan di tambang dan mengusulkan tindakan-tindakan untuk mengatasi
masalah tersebut.

Mengatur inspeksi terpadu seperlunya ke tempat-tempat kerja di tambang dalam


melaksanakan fungsinya.

PASAL 27
PEMERIKSAAN KESEHATAN
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Para pekerja tambang berhak untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatannya yang


menjadi kewajiban perusahaan.

Pekerja tambang harus diperiksa kesehatannya secara berkala oleh dokter yang
berwenang.

Pekerja tambang yang bekerja di tempat yang dapat membahayakan paru-paru,


harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara khusus.

PASAL 28 & 30
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Kepala Teknik Tambang wajib mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk pekerja
baru, pekerja tambang untuk tugas baru, pelatihan untuk menghadapi bahaya dan
pelatihan penyegaran tahunan.

Kepala Teknik Tambang dapat mengadakan pendidikan dan pelatihannya sendiri


atau bekerja sama dengan pihak berwenang lainnya.

Kepala Teknik Tambang wajib menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi


para pengawas dengan mata pelajaran sekurang-kurangnya sebagai berikut:
Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Manajemen keselamatan kerja
Peraturan-peraturan keselamatan kerja dan cara kerja yang aman
Pengenalan bahaya dan cara menghindarinya
Tindakan dalam keadaan darurat dan tata cara penyelamatan
Bahaya permesinan dan perlistrikan
Pencegahan dan pengendalian kebakaran
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Dampak lingkungan dari kegiatan yang dilaksanakan

PASAL 32
KEWAJIBAN PARA PEKERJA TAMBANG

Pekerja tambang harus mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3)

Pekerja tambang wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja


yang aman.

Pekerja tambang selama bekerja wajib untuk:


a. Memperhatikan atau menjaga keselamatan dirinya serta orang
lain yang mungkin terkena dampak perbuatannya.
b. Segera mengambil tindakan dan atau melaporkan kepada
pengawas tentang keadaan yang menurut pertimbangannya akan dapat
menimbulkan bahaya.

Pekerja tambang wajib menggunakan dan merawat alat pelindung diri (APD) dalam
melaksanakan tugasnya.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Memberikan keterangan yang benar apabila diminta oleh Pelaksana Inspeksi


Tambang atau Kepala Teknik Tambang.

Pekerja tambang berhak untuk menyatakan keberatan kerja kepada atasannya


apabila persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dipenuhi.

PASAL 33 & 34
TINDAKAN MENCEGAH BAHAYA

Setiap pekerja tambang wajib:

Memperhatikan dan menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya serta orang


lain yang mungkin terkena dampak dari perbuatannya atau ketidakhadirannya di
tempat kerjanya.
Melaksanakan instruksi-instruksi yang diberikan demi keselamatan dan
kesehatannya serta orang lain.
Menggunakan alat-alat keselamatan dan pelindung diri dengan benar.
Melaporkan dengan segera kepada atasannya langsung tentang keadaan yang
menurut pertimbangannya akan dapat menimbulkan bahaya dan yang tidak
dapat diatasi sendiri olehnya.
Melaporkan setiap insiden atau cedera yang ditimbulkan oleh pekerjaan atau
yang ada hubungannya dengan pekerjaan.
Pekerja Tambang yang melihat bahaya yang menurut pertimbangannya segera
dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja lainnya harus memberitahukan
kepada pekerja tersebut.
Saat diberitahukan adanya bahaya harus menyingkir dengan segera.
Pemimpin gilir kerja yang terdahulu harus memberitahu pemimpin gilir kerja
berikutnya adanya bahaya dengan laporan tertulis.

PASAL 39
KECELAKAAN TAMBANG & KEJADIAN BERBAHAYA

Kecelakaan tambang harus memenuhi 5(lima) unsur sebagai berikut:


1. Kecelakaan benar-benar terjadi
2. Mengakibatkan cedera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh Kepala
Teknik Tambang
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cedera atau setiap saat
orang yang diberi izin
5. Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek.

PASAL 40
KLASIFIKASI KECELAKAAN TAMBANG
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Cedera akibat kecelakaan tambang harus dicatat dan digolongkan dalam kategori:

(A) Cedera ringan


Pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan
kurang dari 3 minggu termasuk hari Minggu dan Hari Libur.

(B) Cedera berat


Pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu.
Pekerja tambang menjadi cacat tetap yang tidak mampu menjalankan tugas
semula
Insiden yang menyebabkan cedera dibawah ini:
a) keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah,
lengan atas paha atau kaki
b) pendarahan di dalam atau pingsan karena kekurangan oksigen
c) luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap
d) persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi

(C) Meninggal dunia


Insiden yang menyebabkan pekerja tambang meninggal dunia dalam waktu
24 jam terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan tersebut

PASAL 41 & 42
KETENTUAN MELAPOR

Pekerja tambang yang cedera akibat kecelakaan tambang yang bagaimanapun


ringannya harus dilaporkan ke ruang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan atau
tempat Perawatan Kesehatan untuk diperiksa atau diobati sebelum meninggalkan
pekerjaannya

Laporan kecelakaan dan pengobatannya sebagaimana dimaksud di atas, harus


dicatat di dalam buku yang disediakan khusus untuk itu.

Apabila terjadi kecelakaan berakibat cedera berat atau mati, Kepala Teknik
Tambang harus sesegera mungkin memberitahukan kepada Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang.

Kecelakaan Tambang harus diselidiki oleh Kepala Teknik Tambang atau orang yang
ditunjuk dalam waktu 2 X 24 jam dan hasil penyelidikan tersebut dicatat dalam
buku daftar kecelakaan.

Kecelakaan tambang harus dicatat di dalam sebuah formulir khusus dan harus
dikirimkan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

PASAL 43 & 44
Pemberitahuan Kejadian Berbahaya

Kejadian berbahaya yang dapat membahayakan jiwa atau terhalangnya produksi


harus diberitahukan dengan segera oleh Kepala Tehnik Tambang kepada Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Kepala Tehnik Tambang segera melakukan tindakan pengamanan terhadap


kejadian berbahaya tersebut.

Kejadian berbahaya pada tambang terbuka, kapal keruk pertambangan &


pemboran adalah:
Mesin pengangkat roboh, terbalik atau rusak sewaktu mengangkat beban
Tabung bertekanan meledak, rusak atau pecah
Terjadi hubungan pendek atau tegangan berlebihan dari listrik karena
kebakaran atau peledakan sehingga kegiatan terhenti lebih dari 24 jam
Peledakan atau kebakaran sehingga kegiatan normal tertunda lebih dari 24
jam
Kebocoran bahan berbahaya lebih dari satu ton
Runtuhnya panggung gantung yg tingginya lebih dari 5 meter dari lantai
Gedung atau bangunan yg roboh
Peledakan dini atau peledakan bahan peledak yg tidak disengaja
Pipa saluran pecah yang berakibat orang cidera atau kerusakan berat
Terbaliknya kendaraan yang membawa bahan berbahaya melalui tambang
atau produksi
Kekurangan oksigen karena alat bantu napas yg sedang dipakai tidak
berfungsi
Kecelakaan karena bangunan atau peralatan tersentuh hantaran listrik
bertegangan tinggi yg tidak terisolasi
Runtuhnya bunker batubara
Kendaraan air berpenumpang, tongkang kerja atau kapal keruk tambang
tenggelam atau terbalik
Seorang menderita cidera akibat peledakan sehingga korban mendapat P3K
Benda terlempar melampaui batas tambang akibat kegiatan peledakan
dimana seseorang terkena atau mungkin terkena bahaya
Timbunan bergerak atau kebakaran atau kejadian yg menandakan timbunan
tidak aman

PASAL 46 & 47
PENYELIDIKAN KECELAKAAN TAMBANG DAN KEJADIAN BERBAHAYA,
STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG

Untuk kepentingan penyelidikan, Kepala Teknik Tambang tidak boleh mengubah


keadaan tempat dan/atau kondisi peralatan di tempat kecelakaan kecuali untuk
memberikan pertolongan.

Dalam hal dianggap perlu untuk kepentingan kelangsungan pekerjaan, keadaan di


tempat kecelakaan atau kejadian berbahaya hanya dapat diubah dengan
persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

Statistik kecelakaan tambang ditetapkan setiap tahun berdasarkan kekerapan dan


keparahan kecelakaan yang terjadi pada pekerja tambang yang dihitung dari:
a) Jumlah korban kecelakaan dibagi dengan jumlah jam kerja
orang X 1.000.000
b) Jumlah hari yang hilang dibagi jumlah jam kerja orang X
1.000.000
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Statistik kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dikirimkan oleh
Kepala Teknik Tambang kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang selambat-
lambatnya 1 bulan setelah setiap akhir tahun kalender

PASAL 51
MINUMAN BERALKOHOL

Dilarang meminum minuman yang beralkohol atau yang memabukkan selama


bekerja
Pekerja tambang yang dibawah pengaruh alkohol dilarang bekerja

BAB III LINGKUNGAN KERJA


PASAL 83, 84, 85, 86 ,87, 88 & 89

Spesifikasi APD yang diperlukan dalam kegiatan:


Udara yang terkontaminasi, Bahan yang mudah terbakar, Kebisingan dan getaran,
Bahan-bahan berbahaya meliputi :
Penanganan, penyimpanan, dan pemberian label
Kebersihan dan kesehatan
Pencegahan
PPE

BAB IV INFRASTRUKTUR TAMBANG TERBUKA


PASAL 93, 96, 98,99, 100 & 101

Perlindungan terhadap jatuh, Penggunaan tangga, Pencahayaan secara umum,


Penyalaan api secara terbuka, Lampu darurat, Lampu yang dapat dipindahkan

Pasal 181
Orang yang bertugas & bertanggung Jawab (dengan kelistrikan)

Semua pekerjaan listrik, harus diawasi oleh seorang ahli listrik yang namanya
harus dicatat dalam buku tambang

Pekerjaan listrik hanya boleh dilakukan oleh orang yang mempunyai pengetahuan
dan pengalaman tentang listrik
Handout
Pengawas Opersional Pratama

1.5 Lampiran;

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


Nomor: 0228.K / 40 / DJG / 2003

TENTANG
KOMPETENSI PENGAWAS OPERASIONAL PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA SERTA PANAS BUMI

DIREKTUR JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Menimbang :
a. bahwa peran dari pengawas operasional dan pengawas teknis sangat menentukan
upaya pencegahan kecelakaan pada kegiatan pertambangan;
b. bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, pengawas operasional dan
pengawas teknis ini harus mempunyai standar kompetensi;
c. bahwa sesuai dengan pasal 19 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 1086.K/40/MEM/2003 tentang Standarisasi Kompetensi Tenaga Teknik Khusus
Bidang Geologi dan Pertambangan Mineral dan Batubara serta Panas Bumi, perlu
dilakukan pengujian kompetensi pengawas operasional dan pengawas teknis pada
perusahaan pertambangan mineral dan batubara serta panas bumi

Mengingat :
1. UU No. 11 Tahun 1967 (LN Thn 1967 No. 22 TLN No. 2070)
2. UU No. 1 Tahun 1970 (LN Thn 1970 No. 60 TLN No. 2918) tentang Keselamatan Kerja
3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. PP No. 32 Tahun 1969 (LN Thn 1969 N0. 60, TLN No. 2916) sebagaimana telah diubah
dengan PP No. 79 Tahun 1992 (LN Thn 1992 No. 130, TLN No. 3510)
5. PP No. 19 Tahun 1973 (LN Thn 1973 No. 25, TLN No. 3003) tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara
6. KEPRES No. 76 Tahun 2000 tanggal 31 Mei 2000
7. KEPRES No. 11/M Tahun 2001 tanggal 9 Januari 2001
8. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 tanggal 22 Mei 1995
9. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1269.K/023/M.PE/1998 tanggal 27 Maret
1998
10. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 385.K/702/M.PE/1998 tanggal 27 Maret
1998
11. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 667.K/11/MEM/2002 tanggal 14
Mei 2002
12. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1086.K/40/MEM/2003 tanggal 15
September 2003

Memperhatikan :
Surat Edaran Direktur Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Nomor 007.E/47.02/DJG/2003
tanggal 19 Mei 2003

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL


TENTANG KOMPETENSI PENGAWAS OPERASIONAL
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Pasal 1
Pengawas Operasional pada pertambangan mineral dan batubara serta panas bumi adalah petugas
yang diangkat oleh perusahaan untuk melakukan tugas dan fungsinya pada kegiatan pertambangan
sesuai dengan jenjangnya
Pasal 2
Pengawas Operasional bertanggungjawab atas keselamatan karyawan, proses dan peralatan serta
lingkungan kerjanya di lingkungan kerja masing-masing

Pasal 3
Pengawas Operasional dikelompokan dalam 3 (tiga) jenjang dengan urutan sebagai berikut:
(1) Pengawas Operasional Pertama (Lower Management) adalah seseorang yang tugas dan
tanggungjawabnya membawahi langsung para karyawan tingkat pelaksana atau yang lebih
dikenal dengan sebutan frontline supervisor
(2) Pengawas Operasional Madya (Middle Management) adalah seseorang yang tugas dan
tanggungjawabnya membawahi level lower management atau frontline supervisor
(3) Pengawas Operasional Utama (Top Management) adalah seseorang yang tugas dan
tanggungjawabnya membawahi level midle management

Pasal 4
Dilihat dari jenjang dan kedudukannya Kepala Teknik Tambang termasuk dalam jenjang Pengawas
Operasional Utama

Pasal 5
Untuk dapat diangkat sebagai Pengawas Operasional seseorang harus memiliki standar kompetensi
yang sesuai dengan jenjangnya dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang

Pasal 6
Untuk menjadi pengawas operasional Pertama, seseorang wajib mempunyai kompetensi sebagai berikut:
(1) Memahami peraturan pemerintah tentang Keselamatan Pertambangan khususnya yang
berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya
(2) Memahami dasar-dasar Keselamatan Pertambangan antara lain; Definisi kecelakaan; Program
K3; Potensi bahaya dengan kegiatan pertambangan; Jenis api dan alat pemadam api;
Housekeeping; Jenis alat pelindung diri
(3) Memahami tugas dan tanggungjawabnya mengenai keselamatan kerja dan bagaimana
mengukur tanggung jawabnya tentang pelaksanaan program K3 pada area yang menjadi
tanggungjawabnya
(4) Mampu memilih topik dan waktu yang tepat untuk safety talk dan mengerti cara
mempresentasikan topik agar menarik dan mudah dimengerti peserta pertemuan,
mendokumentasikan, menindaklanjuti serta memonitor hasil rekomendasi dari safety meeting
(5) Memahami prinsip inspeksi; jenis-jenis inspeksi; tahapan inspeksi sehingga dapat merencanakan
dan melakukan inspeksi serta memonitor hasil inspeksi
(6) Memahami tujuan pembuatan Job Safety Analysis (JSA); mengetahui metoda pembuatan JSA;
mengidentifikasi tugas yang kritis; mengurai tugas menjadi langkah-langkah; mengidentifikasi
potensi bahaya dan kerugian; membuat tindakan pencegahan yang efektif terhadap potensi
bahaya dan kerugian tersebut dan menerapkan pada pelaksanaan tugasnya
(7) Memahami teknik pengamatan total dengan menggunakan indera mata, telinga, hidung dan
peraba; mengetahui urutan prioritas dari objek yang harus diamati dan memaham,I tindakan agar
perbuatan tidak aman tidak terulang kembali
(8) Memahami rancangan keadaan darurat dan memahami tindakan pada saat terjadi keadaan
darurat

Pasal 7
Untuk menjadi Pengawas Operasional Madya, seseorang wajib mempunyai kompetensi sebagai berikut:
(1) Memahami dan mengerti tanggungjawab sebagai Pengawas Operasional Madya
(2) Memahami dan mengerti prinsip-prinsip management keselamatan kerja dan lingkungan pada
kegiatan pertambangan yaitu antara lain; Basic Philosophy of Accident Prevention dan dapat
mengidentifikasi bahaya dan resiko kecelakaan yang ada di dalam perusahaan
(3) Memahami dan mengerti peraturan perundangan di bidang pertambangan mineral dan batubara
serta panas bumi, untuk memahami jenis kegiatan pertambangan seperti Kuasa Pertambangan
Handout
Pengawas Opersional Pratama
(KP), Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
serta sifat-sifat dari jenis usaha tersebut
(4) Memahami dan mengerti peraturan perundangan dibidang keselamatan pertambangan; sebagai
calon Kepala Teknik Tambang diwajibkan memahami dan mengerti peraturan keselamatan kerja
nasional dan mengerti makna dan penjabaran pasal demi pasal dan aplikasinya dilapangan untuk
menunjang tanggungjawabnya sebagai penjaga terdepan terlaksananya dan tegaknya peraturan
pemerintah
(5) Memahami dan mengerti peraturan perundangan di bidang lingkungan pertambangan;
memahami peraturan linbgkungan hidup secara nasional dan keterkaitannya dengan peraturan
lingkungan hidup secara nasional dan keterkaitannya dengan peaturan perundangan di sektor
pertambangan mineral dan batubara serta panas bumi
(6) Memahami dan mengerti cara-cara pengelolaan keselamatan pertambangan serta dapat
menentukan atau mengenali permasalahan yang terkait dengan pencegahan kecelakaan,
menetapkan elemen-elemen dalam program keselamatan kerja; menentukan standar yang
hartus dicapai; menentukan nilai keberhasilan program, mengevaluasi kinerja dan mengkoreksi
elemen program pencegahan kecelakaan/keselamatan
(7) Memahami pengelolaan lingkungan pertambangan, memahami dan mampu menjabarkan
program lingkungan dalam sistem manajemen lingkungan yang ditentukan dengan UKL-UPL,
Jaminan reklamasi dan sebagainya
(8) Mampu mengkomunikasikan program keselamatan kerja kepada seluruh tingkatan manajemen
sesuai dengan lingkup tanggungjawabnya
(9) Memahami dan mengerti metoda evaluasi kinerja pelaksanaan pengelolaan K3
(10) Memahami dan mampu sebagai administrator sebagai kewajibannya yang telah diatur sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku
(11) Memahami rancangan keadaan darurat dan mampu mengklasifikasikan keadaan darurat dan
mengkomunikasikan kepada seluruh karyawan bawahannya

Pasal 8
Untuk menjadi Pengawas Operasional Utama, seseorang wajib mempunyai kompetensi sebagai berikut:
(1) Memahami dan mengerti potensi Sumber Daya Manusia yang diperlukan dalam operasi kegiatan
pertambangan mineral dan batubara serta panas bumi
(2) Memahami dan mengetahui pengelolaan usaha pertambangan di bidang pertambangan dan
geothermal/panas bumi
(3) Memahami dan mengerti pengelolaan keselamatan pertambangan dibidang pertambangan
mineral dan batubara serta panas bumi
(4) Memahami dan mengerti regulasi dan kebijakan di bidang pertambangan mineral dan batubara
serta panas bumi
(5) Memahami dan mengerti peraturan perundangan dibidang lingkungan pertambangan
(6) Memahami dan mengerti peraturan perundangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja
(7) Memahami dan mengerti cara-cara pengelolaan dibidang lingkungan pertambangan
(8) Memahami dan mengerti cara-cara pengelolaan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan
(9) Memahami dan mengerti tanggungjawab dan tugasnya sebagai calon Kepala Teknik Tambang
(10) Memahami manajemen keadaan darurat
(11) Mampu menyusun peraturan perusahaan dalam usaha pencegahan kecelakaan dan pengelolaan
lingkungan

Pasal 9
Untuk memperoleh kompetensi Pengawas Operasional seperti yang dimaksud pada pasal 3, pengusaha
dapat mengajukan permohonan pengujian kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/Direktur Teknik
Mineral dan Batubara

Pasal 10
(1) Untuk dapat dilakukan pengujian kompetensi Pengawas Operasional Pertama, sesorang harus:
a. Diusulkan oleh perusahaan dimana yang bersangkutan bekerja
b. Telah memiliki pengalaman kerja sebagai berikut:
- Pengalaman kerja di tambang selama 1 tahun bagi seseorang yang memiliki tanda lulus S1,
S2 dan S3 atau yang sederajat
Handout
Pengawas Opersional Pratama
- Pengalaman kerja di tambang selama 3 tahun bagi seseorang yang memiliki tanda lulus
sarjana muda atau yang sederajat
- Pengalaman kerja di tambang selama 10 tahun bagi seseorang yang memiliki tanda lulus
SLTA atau yang sederajat

(2) Untuk dapat dilakukan pengujian kompetensi Pengawas Operasional Madya seseorang harus:
a. Diusulkan oleh perusahaan dimana yang bersangkutan bekerja
b. Telah memiliki Sertifikat Kompetensi sebagai Pengawas Operasional Pertama yang dikeluarkan
oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/Direktur Teknik Mineral dan Batubara
c. Minimal telah bekerja sebagai Pengawas Operasional Pertama selama 1 (satu) tahun

(3) Untuk dapat dilakukan pengujian kompetensi Pengawas Opersional Utama, seseorang harus:
b. Diusulkan oleh perusahaan dimana yang bersangkutan bekerja
c. Telah mempunyai Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional Madya yang dikeluarkan oleh
Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/Direktur Teknik Mineral Batubara
d. Minimal telah bekerja sebagai Pengawas Operasional Madya selama 1 (satu) tahun

Pasal 11
Selambat-lambatnya dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun, setelah ditetapkannya Surat Direktur Jenderal
ini perusahaan wajib mengajukan permintaan pengujian kompetensi bagi karyawan yang sedang
menduduki jabatan Pengawas Operasional Pertama, Madya dan Utama kepada Direktorat Teknik Mineral
dan Batubara, kecuali karyawan tersebut telah memiliki:
a. Sertifikat Kepala Teknik Tambang yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan Tenaga Mineral
dan Batubara
b. Surat/Sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Direktur Teknik Mineral dan Batubara
c. Sertifikat Pendidikan dan Pelatihan yang dikeluarkan oleh Kepala Teknik Tambang yang
didasarkan atas persetujaun Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/Direktur Teknik Mineral dan
Batubara

Pasal 12
Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Handout
Pengawas Opersional Pratama

BAB 2

DASAR-DASAR K3
PERTAMBANGAN
Handout
Pengawas Opersional Pratama

PENDAHULUAN
Kegiatan operasional pertambangan memiliki karakteristik yang khusus, yaitu:
padat teknologi, padat investasi dan resiko yang tinggi. Oleh karena sifat khusus
tersebut di atas, maka pengelolaan kegiatan pertambangan di lapangan
memerlukan konsentrasi yang lebih di semua aspek, seperti aspek produksi, aspek
teknologi/efesiensi dan aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Guna mendukung
efisiensi dan produktifitas yang ditargetkan, maka diperlukan suatu aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang benar kepada seluruh orang yang
berkecimpung pada kegiatan usaha pertambangan tersebut. Pemahaman K3 yang
benar dari semua lini manajemen sangat memberikan arti, dalam rangka
pencegahan kecelakaan pada kegiatan pertambangan.
Perlu disadari bahwa pemahaman dan pengertian Keselamatan dan Kesehatan
Kerja tersebut merupakan kompetensi penting yang dimiliki para pelaksana di
lapangan.
Dalam materi pelajaran ini dijelaskan pengertian dan falsafah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), termasuk sedikit mengupas kecelakaan tarnbang dan upaya
pencegahannya. Setelah mengikuti materi ini, para peserta diharapkan akan
mampu menjelaskan dan melaksanakan secara benar dan aman baik dalam
memenuhi aspek teknis maupun ketentuan-ketentuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang diperlukan

2.1 DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2.2.1 Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan Kerja: adalah suatu usaha untuk dapat melaksanakan pekerjaan
tanpa adanya kecelakaan, memberikan suasana atau lingkungan kerja yang aman
sehingga dapat dicapai suatu hasil yang optimal dan bebas dari segala resiko
bahaya.
Keselamatan kerja bertujuan mencegah/mengadakan pencegahan agar
karyawan tidakmendapat luka/celaka dan juga tidak terjadi kerusakan ataupun
kerugian dari peralatan/material maupun produksi serta lingkungan.
Dalam upaya melaksanakan pekerjaan dengan selamat, kita harus
mempertimbangkan beberapa factor, yaitu:
Manusia:
Mesin/Peralatan
Sistem/Metode Kerja
Lingkungan Kerja

Faktor-faktor tersebutlah yang sering mempengaruhi terjadinya kecelakaan,


sehingga perlu diawasi secara efektif. Dengan adanya pengawasan yang efektif
diharapkan akan dapat memberikan lingkungan/suasana kerja yang aman dan
nyaman. Dengan suasana yang seperti ini diharapkan akan mampu menciptakan
suatu efisiensi dan produktifitas yang tinggi serta keselamatan yang terjamin bagi
para karyawannya.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Manusia Efisien &


Pengawasan Mesin Tempat Kerja
Yang Aman produktif
Terhadap Sistem
Lingkungan

2.2.2 Prinsip Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Prinsip-prinsip K3 yg perlu dipakai dan dijadikan dasar pemikiran untuk melakukan
pengelolaan K3, antara lain adalah :
a. Bahwa :
Setiap pekerjaan pada prinsipnya dapat dilakukan dengan selamat
tanpa harus ada korban.
Kita harus berfikir bahwa suatu kecelakaan yang terjadi di
lingkungan kerja kita karena ada suatu penyebabnya.
Penyebab dari kecelakaan mungkin dapat terjadi secara sendiri-
sendiri maupun secara kombinasi. Untuk menghidari/mencegah
kecelakaan tersebut, maka penyebab dari kecelakaan tersebut harus
dihilangkan/ditiadakan.
b. Bahwa yang perlu difahami dan diyakini secara mendasar, adalah bahwa:
Semua insiden dapat dicegah
Kinerja safety kita selalu dapat ditingkatkan
Semua bahaya dapat diidentifikasi dan resikonya dapat dikendalikan
Setiap orang bertanggungjawab atas diri mereka dan orang lain yang berada
disekitarnya.
Dalam upaya bekerja dengan aman atau selamat, maka perlu diambil
langkah-langkah, sebagai berikut:
Mengetahui pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan/dikerjakan
Memahami langkah-langkah/tahapan pekerjaan tersebut
Mengetahui bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dari pekerjaan
yang akan dilakukan
Mengetahui dan melakukan cara pengendalian terhadap bahaya-
bahaya tersebut

2.2.3 Hubungan Keselamatan Kerja dengan Keberhasilan Perusahaan


Bahwa Keselamatan Kerja adalah merupakan salah satu bagian dari keberhasilan
suatu perusahaan, sama seperti produksi, kualitas, biaya dan hubungan antar
pekerja dan lingkungan. Dalam usaha pencegahan kecelakaan, agar keselamatan
kerja benar-benar menjadi perhatian maka, kita perlu menyetarakan Keselamatan
kerja sama pentingnya dengan produksi, kwalitas, hubungan antar pekerja, biaya
dan lingkungan. Jadi disini sangat erat hubungan antara keselamatan kerja dengan
keberhasilan suatu perusahaan, artinya tidak mungkin suatu perusahaan dapat
Handout
Pengawas Opersional Pratama

berhasil tanpa memperhatikan/ mengimplementasikan keselamatan kerja. Apabila


keselamatan kerja tidak terjamin (terjadi kecelakaan), maka jelas produksi
terganggu atau bahkan terhenti, semangat kerja karyawan menurun dan sudah
barang tentu kualitas akan menurun.

2.2.4 Keuntungan/Pentingnya Keselamatan Kerja


Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan perlu mengelola K3,
sebagai berikut:
1. Menyelamatkan Karyawan, dari: Kesakitan/penderitaan sakit/cacat,
Kesedihan (karyawan & keluarga), Kehilangan masa depan,
Kehilangan pemasukan uang/nafkah, dll
2. Menyelamatkan harta benda (properti) Perusahaan
3. Meningkatkan keuntungan Perusahaan
4. Memenuhi aturan Undang Undang Pemerintah dan Internasional
5. Menjaga reputasi Perusahaan
6. Menjadi yang terbaik di bidang pekerjaannya

2.2.5 Kesehatan Kerja


Tujuan program kesehatan kerja adalah untuk melindungi pekerja dari segala hal
yang dapat merugikan kesehatan pekerja (sebagai akibat kerja). Disini juga
dipantau tentang penyakit atau cidera yang disebabkan oleh akibat faktor-faktor
yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
Kesehatan para karyawan harus diperhatikan, untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap seluruh karyawan.

a. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan


i) Pekerja Baru
Hal ini perlu dilakukan guna mengetahui kondisi kesehatan awal secara
menyeluruh dari karyawan baru tersebut.
ii) Pekerja Lama
Hal ini perlu dilakukan guna memantau kesehatan/penyakit yang mungkin
timbul akibat dari pekerjaan yang dilakukan. Pemeriksaan kesehatan secara
berkala dilakukan setiap :
Minimal 6 bulan sekali bagi karyawan tambang bawah tanah
Seperti contoh karyawan TCI telah diatur: Medical Check Up, MCU
dilakukan sekali setahun untuk karyawan yang berusia diatas 40 tahun.
Sedang karyawan yang berusia dibawah 40 tahun kebawah MCU dilakuan
tiap dua tahun sekali ATAU berdasarkan rekomendasi dokter (kasus
tertentu).

b. Lingkungan Tempat Kerja


Lingkungan tempat kerja merupakan suatu factor yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan, maka harus dilakukan penanganan yang serius, Unsur-
Handout
Pengawas Opersional Pratama

unsur yang memberikan kontribusi terhadap timbulnya penyakit akibat


lingkungan tempat kerja yang tidak sehat, antara lain:
Debu : Dapat mengganggu kesehatan, terutama saluran pernafasan
bahkan juga paru-paru (antracosis, silicosis, asbetosis).
Kebisingan : Dapat mengganggu bahkan merusak fungsi pendengaran
Pencahayaan : Dapat mengganggu dan merusak daya penglihatan
Getaran : Dapat mengganggu dan merusak struktur tubuh/tulang
(persendian)
Gas-gas beracun/berbahaya : Dapat mengganggu tidak hanya kesehatan
tetapi juga bisa langsung mematikan

c. Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ERGOS (Kerja) dan NOMOS
(Hukum Alam) dan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau
secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan
desain/perancangan. Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem
dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan
tujuan utama menyesuaikan suasana kerja dengan pekerjanya. Misalnya;
penentuan jumlah jam istirahat dan shift kerja, desain sistem kerja untuk
mengurangi rasa nyeri pada sitem kerangka dan otot manusia, desain perkakas
kerja untuk mengurangi kelelahan kerja, mengurangi ketidaknyamanan visual
dan postur kerja, dan lain-lain.

2.2 KECELAKAAN

2.3.1 Definisi Kecelakaan

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan atau tidak diduga
semula dan tidak diinginkan. Kecelakaan dapat terjadi kapan saja, dimana
saja dan dapat menimpa siapa saja serta mengakibatkan kerugian terhadap
manusia, material ataupun produksi maupun peralatan kerja (harta benda)
serta lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian pakar K3, biaya yang dikeluarkan perusahaan
akibat terjadinya kecelakaan sama seperti gunung es; biasanya yang
dihitung oleh perusahaan adalah biaya yang tampak saja atau es yang ada
diatas permukaan laut. Biaya lainnya yang berada dibawah permukaan laut
belum dapat seluruhnya dihitung perusahaan. Perbandingan biayanya 1 : 53,
seperti gambar dibawah:
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Biaya Tampak US $1

Biaya Tak US $5 - 50
Terasuransi

Biaya US $1 - 3
Lain-
lain

Untuk menekan atau meniadakan biaya-biaya tersebut di atas yang menurut


jumlahnya cukup besar, maka perusahaan seharusnya sangat sadar dan
penuh perhatian untuk melakukan usaha mencegah kecelakaan di
lingkungan kegiatan usahanya. Hal ini juga berkaitan dengan permintaan
pasar yang terkadang sudah mensyaratkan performance dari Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Singkatnya
perusahaan tidak dapat mengabaikan prinsip-prinsip Keselamatan dan
Kesehatan yang memang sudah menjadi tuntutan masyarakat luas.

2.3.2 Kriteria Kecelakaan Tambang2.01


Pada kegiatan usaha pertambangan umum, yang dimaksud kecelakaan
tambang adalah kecelakaan yang memenuhi kriteria, sebagai berikut:
a. Kecelakaan benar-benar terjadi
yaitu kecelakaan tersebut benar-benar terjadi, dalam arti tidak ada unsur
kesengajaan dari pihak lain ataupun dari si korban sendiri.

b. Menimpa Karyawan atau orang yang diberi ijin Kepala Tehnik


Tambang
artinya yang mengalami kecelakaan tersebut adalah benar-benar
karyawan yang bekerja pada perusahaan tambang tersebut atau orang
yang diberi ijin oleh Kepala Tehnik Tambang.

c. Ada Hubungan Kerja dengan Kegiatan Usaha Pertambangan


artinya bahwa pekerjaan yang dilakukan korban adalah mempunyai
kaitan/hubungan kerja usaha pertambangan dari perusahaan yang
bersangkutan.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
(2.1) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 Bab I Bagian 10 Pasal 39; mengenai Kecelakaan Tambang dan Kejadian
Berbahaya

d. Terjadi pada Waktu Jam Kerja


artinya kecelakaan tersebut terjadi dalam waktu jam kerja dari korban,
yaitu waktu antara mulai bekerja sampai berakhir kerja.

e. Terjadi di Dalam Wilayah Pertambangan


artinya kecelakaan tersebut terjadi masih ada di dalam wilayah kegiatan
usaha pertambangan dari perusahaan yang bersangkutan.

Apabila kecelakaan yang terjadi di perusahaan pertambangan memenuhi


semua (lima) kriteria tersebut di atas, maka berdasarkan Kepmen nomor
555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang
Pertambangan Umum dapat digolongkan sebagai Kecelakaan Tambang.

2.3.3 Klasifikasi Kecelakaan Tambang di Indonesia2.02


a. Cidera Ringan: Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan
pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula
lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu, termasuk hari
minggu dan hari libur
b. Cidera Berat : Cidera akibat dari kecelakaan tambang yang
menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan
tugas semula selama lebih dari 3 minggu termasuk hari
minggu dan libur atau retak/patah/dislokasi/cacat
tetap/hilang bagian tubuh/luka berat/pendarahan
dalam/pingsan disebabkan kekurangan oksigen
c. Mati : kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja
tambang meninggal dalam waktu 24 jam terhitung dari
waktu terjadinya kecelakaan tersebut.

Untuk luka/kecelakaan berat dan mati harus sesegera mungkin dilaporkan


oleh Kepala Teknik Tambang ke Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang (KAPIT)
dan selanjutnya kecelakaan tersebut diperiksa oleh Pelaksana Inspeksi
Tambang (PIT) di lapangan.

(2.2) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 Bab I Bagian 10 Pasal 40; mengenai Penggolongan Cidera Akibat
Kecelakaan Tambang

2.3.4 Penyebab Kecelakaan


Kecelakaan terjadi selalu ada penyebabnya, menurut teori HW.
Heinrich penyebab kecelakaan tersebut adalah:
a. Tindakan Tidak Aman (88%); antara lain:
Tidak mengenakan alat pelindung diri
Tidak mengikuti Prosedure kerja yang ditentukan
Tidak mengikuti peraturan keselamatan kerja yang telah dibuat
Bekerja sambil bergurau
Mengemudi melebihi kecepatan, dll
Handout
Pengawas Opersional Pratama

b. Kondisi Tidak Aman (10 %), antara lain:


Lantai kerja yang licin
Tempat bekerja yang berserakan dengan barang-barang yang
tidak berguna/barang bekas
Pencahayaan yang kurang
Bagian mesin yang berputar yang tidak dilindungi dengan
sungkup pengaman
Kondisi lingkungan tempat kerja yang berdebu
Perkakas/peralatan yang sudah rusak/tidak standart
Dll

c. Lain-lain/Diluar Kemampuan Manusia/Nasib (2%)


Penyebab kecelakaan ini dikategorikan kehendak Tuhan atau sering
disebut dengan Takdir ataupun Nasib seseorang.

2.3.5 Pendorong Kecelakaan


Pendorong terjadinya kecelakaan adalah hal-hal yang menyebabkan
atau memberikan kontribusi terhadap timbulnya Tindakan Tidak Aman
dan Kondisi Tidak Aman yang pada akhirnya akan menyebabkan
kecelakaan.

2.3.6 Statistik Kecelakaan Tambang


a. Berdasarkan Tingkat Kekerapan Kecelakaan (Frekuensi Rate/FR),
adalah sebagai berikut

FR = Jumlah Kecelakaan (Loss Time Injury) X 1.000.000


Jumlah Kumulatif Jam Kerja Karyawan

b. Berdasarkan Tingkat Keparahan (Severity Rate/SR), adalah sebagai


berikut :

SR = Jumlah Kumulatif Hari Yang Hilang X 1.000.000


Jumlah Kumulatif Jam Kerja Karyawan

2.3 PEMBINAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Dalam rangka mencapai standart keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
diinginkan serta dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan seperti yang telah
dibahas pada bab-bab sebelumnya, maka tidak kalah pentingnya untuk melakukan
pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara terarah dan konsisten
terhadap seluruh karyawan.
Pembinaan ini harus didukung oleh semua pihak, tanpa pandang bulu. Hal ini
penting dilakukan, karena tanpa dukungan yang penuh dari semua pihak
pembinaan tidak akan efektif berjalan.
Adapun usaha-usaha pembinaan yang dapat dilakukan untuk mencapai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diinginkan, antara lain sebagai berikut :
Handout
Pengawas Opersional Pratama

2.4.1 Penyuluhan/Promosi K3 (Safety Promotion)

Penyuluhan/promosi K3 ini dapat dilaksanakan pada semua bagian kerja dan


dengan waktu dan jumlah yang telah terencanakan dengan baik, sehingga
hasilnya akan maksimal. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa, antara lain:
Ceramah tentang K3 ~ Safety Day
Pemasangan poster-poster K3
Safety Focus, dll

2.4.2 Toolbox Talk


Toolbox talk ini dilakukan pada setiap awal shift/gilir kerja dan biasanya
membahas apa yang akan dikerjakan, apa bahayanya, peralatan apa yang
harus dikenakan dan bagaimana cara penanganannya bila terjadi bahaya

2.4.3 Pelatihan K3 (Safety Training)


Adalah pembinaan K3 dalam bentuk pelatihan-pelatihan yang terprogram
dengan baik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Bentuk-bentuk
pelatihan ini, antara lain:
Pelatihan manajemen keselamatan kerja
Pelatihan pemadam kebakaran
Pelatihan pengendalian keadaan darurat
Pelatihan P3K (First Aid), dll

2.4.4 Inspeksi K3 (Safety Inspection)


Inspeksi K3 ini sangat perlu dan efektif dilakukan dalam rangka upaya
pembinaan K3 di lapangan. Dengan adanya inspeksi K3 maka
kekurangan-kekurangan yang terjadi di lapangan dapat terdeteksi secara
dini sehingga hal-hal yang membahayakan dapat dicegah.

2.4.5 Investigasi Insiden (Incident Investigation)


Adalah bentuk upaya pembinaan K3 melalui suatu investigasi insiden
(nearmiss/kecelakaan/kejadian berbahaya), hal ini sangat perlu dilakukan
dalam rangka mendapatkan penyebab dari kejadian tersebut. Dengan
diketahui penyebab kejadian, maka dapat dilakukan suatu koreksi yang
selanjutnya diharapkan kejadian yang sama tidak lagi terjadi.

2.4.6 Pertemuan K3 (Safety Meeting)


Dengan diadakan pertemuan K3 secara terencana dan rutin, maka hal-
hal/permasalahan yang berkaitan dengan K3 dapat dibicarakan atau
dievaluasi dengan baik. Safety meeting ini melibatkan semua pihak yang
berkaitan dengan operasional pekerjaan yang dilakukan.

2.4.7 Pemantauan Lingkungan Kerja


Lingkungan kondisi kerja perlu dipantau dengan cara pengukuran/pengujian
untuk mengetahui sejauh mana lingkungan kerja tersebut berpengaruh
terhadap kesehatan pekerja.

2.4.8 Penyediaan Alat-Alat Perlengkapan K3


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Betapapun baiknya suatu program K3 namun tidak dibarengi penyediaan


alat-alat perlengkapan kerja yang baik dan tepat, maka program tersebut
tidaklah lengkap/tidak berhasil. Adapun alat-alat perlengkapan K3 yang
diperlukan dalam menunjang pekerjaan pertambangan, adalah sebagai
berikut :
Alat Pelindung Diri (APD) :
Helm pengaman, sepatu pengaman, sarung tangan pengaman, masker
pengaman,dll.
Alat Perlengkapan K3 :
Gas detector, Alat Pedmadam Api Ringan (APAR), safety belt, safety
lamp, tangga, tandu, dll

2.4.9 Organisasi K3
Dalam rangka menjalankan fungsi pokoknya, maka di setiap perusahaan
pertambangan dibentuk organisasi K3 yang dilengkapi dengan peralatan
yang diperlukan termasuk personilnya yang dituntut mampu melaksanakan
tugas yang diembannya.

2.4.10 Program K3 Tahunan (Safety Plan)


Untuk lebih terarah dan mudah untuk dilakukan evaluasi, maka program K3
tahunan perlu dibuat. Hali ini diperlukan agar lebih memudahkan dalam
pelaksanaan serta lebih mudah untuk dilihat hasilnya, sehingga apabila
terjadi hal-hal diluar program yang telah ditetapkan maka dapat dijadikan
koreksi pada program di tahun berikutnya. Program K3 ini harus benar-benar
mencakup semua aspek K3 yang ada pada perusahaan yang bersangkutan.

2.4.11 Pencegahan Kebakaran

a. Pengertian Api
Secara umum kita mengenal api adalah sebagai benda yang menyala yang
mengeluarkan lidah api maupun yang hanya memancarkan sinar panas tanpa
lidah api (bara). Dimana api ini bila kecil bisa dikatakan sebagai teman, namun
bila api ini sudah besar maka api sudah sebagai musuh kita yang mana siap
meluluh lantakan apa saja yang ada dan bahkan nyawa kita. Untuk itu kita
sangat perlu mewaspadai api ini sedini mungkin, agar kita terhindar dari
kebakaran yang sangat tidak kita inginkan.

b. Proses Terjadinya Api


Proses terjadinya api sering disebut karena adanya segitiga api. Jadi proses
terjadinya api secara umum karena adanya kontak antara 3 (tiga) unsur utama,
yaitu:
1) Bahan bakar (Fuel)
Seperti : kayu, serat, tekstil, cairan yang dapat terbakar, gas, bahan kimia,
plastik
2) Oksigen (Oxygen)
Yaitu oksigen bebas di udara ataupun oksigen murni
3) Panas (Heat)
Seperti : tenaga panas kimia, listrik, tenaga panas mekanis dan panas.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

c. Klasifikasi Api
Untuk memadamkan api kita harus mengetahui jenis dari api yang kita akan
padamkan. Adapun klasifikasi jenis api 2.03, adalah sebagai berikut ini :

1) Klas A - Ash/Abu; Yaitu api yang bisanya berasal dari material yang
mudah terbakar, dengan sisa pembakarannya berupa abu.
Material : kayu, plastik, kertas, kain, dll
Pemadaman : pendinginan dengan air atau menyelimuti dengan
Foam atau Dry Chemical Powder (bubuk kimia
kering).

2) Klas B - Boil/Mendidih; Yaitu api berasal dari material cair yang


mudah menyala atau mudah tebakar.
Material : minyak diesel, solar, grease, tiner, bensin, cat,
alkohol, dll
Pemadaman : pembatasan kontak dengan oksigen atau
menggunakan bahan kimia khusus untuk
memadamkannya. Seperti: Foam (busa), CO2,
bubuk Kimia Kering.

3) Klas C - Current; Yaitu api yang terjadi karena listrik.


Jenis : motor-motor listrik, kabel trolley, peralatan baterai,
transformator, switch kontak.
Pemadaman : adalah dengan bahan non konduksi seperti: carbon
dioxide (CO2) dan bubuk kimia kering.

4). Klas D - Delta/Metal; Yaitu api yang berasal dari atau karena
kebakaran pada metal atau logam.
Material : magnesium, titanium, zirconium, sodium dan
potassium.
Pemadaman : Pemadaman sebaiknya dengan bubuk kering yang
mengandung garam dapur, grafit atau grafit fosfor.

(2.3) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 Bab IV Bagian 3 Pasal 102 & 106; mengenai Penggolongan Api dan
Pemilihan Alat Pemadam Api

d. Prinsip Dasar Pengamanan Kebakaran


1) Perlindungan terhadap keselamatan jiwa (Life safety)
2) Perlindungan terhadap harta benda dan bangunan (Property safety)
3) Perlindungan informasi proses (Process safety)
4) Perlindungan lingkungan hidup dari kerusakan (Enviromental safety)

e. Langkah-Langkah Yang Perlu Dilakukan Bila Terjadi Kebakaran


1) Jangan panik, usahakan tenang
cari sumber api
perkirakan besarnya kebakaran
tentukan alat pemadam yang sesuai ,
2) Bunyikan alarm kebakaran/tanda-tanda lain
3) Matikan aliran listrik, gas dan aliran bahan bakar
Handout
Pengawas Opersional Pratama

4) Pergunakan APAR dengan cepat dan aman


5) Beritahukan ke Dinas Kebakaran/Emergency Respon melalui laporan
langsung, telepon, selanjutnya dan sebutkan hal-hal yang diperlukan, agar
jelas antara lain:
Nama penelpon
Alamat/bagian
Apa yang terbakar
Lokasi/dimana
Dsb

f. Langkah-Langkah Yang Perlu Dilakukan Bila Terjadi keadaan Emergency


1) Jangan Panik
2) Pastikan jangan menjadi korban berikutnya
3) Hubungi petugas emergency dengan menyebutkan:
Nama anda
Posisi
Kejadian emergency yang sedang dialami
Jumlah & kondisi korban
Jenis bantuan yang dibutuhkan
4) Terus melakukan hubungan dengan petugas emergency
5) Tetap di tempat sampai petugas emergency tiba
Handout
Pengawas Opersional Pratama

BAB 3

TANGGUNGJAWAB
&TANGGUNGGUGAT
K3
Handout
Pengawas Opersional Pratama

3.1 PENDAHULUAN

Seorang pengawas adalah penghubung pihak manajemen dengan pihak pekerja


yang melakukan tugas produksi di lapangan, maka pengawas harus menyadari
fungsinya dan harus mampu menggerakkan para pekerja menuju tujuan
perusahaan sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Pada prisipnya kebijakan perusahaan adalah bekerja se-efisien dan se-effektif
mungkin untuk menghasilkan produksi yang tinggi namun tetap aman. Oleh karena
itu, pengawas adalah seseorang pemimpin pada lini bawah yang bertanggung
jawab atas dilaksanakannya dan ditaatinya peraturan perundangan K3 pada suatu
lokasi kerja di wilayah usaha kegiatan pertambangan yang menjadi tanggung
jawabnya.

Alasan mengapa pengawas merupakan kunci dalam pelaksanaan K3 adalah;


Pengawas selalu berada di tempat kerja dan sangat mengetahui keadaan di
lapangan serta sifat dan kemampuan bawahan
Memiliki banyak kesempatan untuk menghilangkan kondisi dan tingkah laku
tidak aman yang tidak baik dari segi keselamatan dan kesehatan kerja
Mengetahui kasus kecelakaan atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di
tempat kerja tersebut sebelumnya
Mengetahui metode kerja untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
Bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja bawahannya

Untuk itu, usaha menjaga keselamatan dan kesehatan kerja bagi seorang
pengawas adalah pekerjaan yang sangat berkaitan dan terpadu dengan tugas-tugas
pokok pengawas yang pada akhirnya secara global pasti meningkatkan keuntungan
perusahaan.

3.2 TANGGUNG JAWAB (Responsibility) & TANGGUNG GUGAT


(Accountability) K3

3.2.1 Pengertian

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Tanggung Jawab


(Responsibility) berarti Keadaaan wajib menanggung sesuatu. Sedang kata
Tanggung Gugat (Accountability) berarti keadaan untuk dipertanggung jawabkan;
keadaan dapat diminta pertanggung jawaban. Sehingga Tanggung jawab
(responsibility) pengawas dapat didefinisikan sebagai Keadaan di mana seorang
pengawas menjalankan kewajiban yang ditugaskan kepadanya dan
bertanggungjawab terhadap atasannya.

Tanggung gugat (Accountability) pengawas adalah keadaan dimana seorang


pengawas menjalankan kewajiban yang terinci dan dapat diukur tanggungjawabnya
terhadap kewajiban tersebut serta dapat menanggung gugatan (sanksi hukum)
apabila ia tidak menjalankan kewajibannya.

Tanggung gugat (accountability) pengawas tambang adalah keadaan di mana


seorang pengawas tambang menjamin dan bertanggung jawab atau dapat diminta
pertanggung jawaban atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundangan
K3 pada kegiatan usaha pertambangan yang menjadi tanggung jawabnya serta
kinerjanya dapat diukur dan harus dipertanggungjawabkan kepada atasan
Handout
Pengawas Opersional Pratama

langsung. Di pertambangan, penanggungjawab akhir adalah Kepala Teknik


Tambang (KTT).

Berdasarkan Kepmen Tamben No. 555k tahun 1995, Kepala Teknik Tambang
(KTT) adalah orang yang ditunjuk oleh perusahaan dan disyahkan oleh Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang (KAPIT) untuk bertanggung jawab atas terlaksananya
serta ditaatinya perundangan-undangan K3 pada suatu kegiatan usaha
pertambangan umum di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam
menjalankan fungsinya KTT mendelegasikannya kepada pengawas 3.01 yang
memenuhi syarat dan ditunjuk serta diangkat secara resmi oleh KTT. Pengawas
yang dimaksud adalah Pengawas Operasional dan Pengawas Teknis.

3.2.2 Kewajiban Pengawas Operasional3.02

Bertanggung jawab kepada KTT untuk keselamatan semua pekerja tambang


yang menjadi bawahannya
Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan dan pengujian
Bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan dari semua orang yang
ditugaskan kepadanya
Membuat dan menandatangani laporan-laporan pemeriksaan, inspeksi dan
pengujian.

3.2.3 Kewajiban Pengawas Teknis3.03

Bertanggung jawab kepada KTT untuk keselamatan pemasangan dan pekerjaan


serta pemeliharaan yang benar dari semua peralatan yang menjadi tugasnya
Mengawasi dan memeriksa semua permesinan dan kelistrikan dalam ruang
lingkup yang menjadi tanggung jawabnya
Menjamin bahwa selalu dilaksanakan penyelidikan, pemeriksaan dan pengujian
dari pekerjaan permesinan dan kelistrikan serta peraltan
Membuat dan menandatangani laporan penyelidikan, pemeriksaan dan
pengujian
Melaksanakan penyelidikan dan pengujian pada semua permesinan dan
peralatan sebelum digunakan, setelah dipasang, dipasang kembali atau
diperbaiki
Merencanakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang
telah direncanakan dan semua perbaikan permesinan tambang, pengangkutan,
pembuat jalan dan semua mesin-mesin lainnya yang dipergunakan.

(3.1) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 11.


(3.2) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 12.
(3.3) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 13.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Sebagai pengawas, pekerjaan tersebut harus dapat diukur (accountable). Untuk


dapat terukur, maka pekerjaan tersebut harus dirinci/didetailkan agar dapat dinilai.

3.2.4 Tanggung Jawab Pengawas yang dapat diukur

Agar tanggungjawab pengawas dapat diukur kinerjanya, maka harus disusun


program pengawasan secara jelas, antara lain;
Rinci tahapan pekerjaan pengeawasan K3 yang akan dilaksanakan
Buat jadwal pengawas dengan baik
Tetapkan waktu dan lamanya pengawasan
Buat petunjuk (guidance) pengawasan
Susun aspek dan bagian yang akan diperiksa (checklist)
Tentukan daerah yang akan diawasi
Evaluasi kuantitas pengawasan, daftar hadir dan prosentasi ketaatan K3
Tentukan siapa yang bertanggung jawab melaksanakan pengawasan
Tentukan standar evaluasi
Susun pelaporan dan arsip/dokumentasi.

Dengan demikian pekerjaan pengawasan yang semula tidak dapat diukur


kinerjanya menjadi terukur dalam bentuk angka atau prosentase kegiatan.

Contoh:
SAFETY ACCOUNTABILITY Periode: . 2009

Safety Program / Activities


Weekly Monthly SBO / Safety Hazard
LEVEL NAMA
Inspectio Meeting STOP Talk Report
n
Plan/Std 4 x / Bln 1 x / Bln 4 x / Bln 4 x / Bln ..
Santoso Actual 4 x / Bln 1 x / Bln 3 x / Bln 4 x / Bln ..
Achievement 100% 100% 75% 100%
Supervisor
Plan/Std 4 x / Bln 1 x / Bln 4 x / Bln 4 x / Bln ..
Susilo Actual 1 x / Bln 0 x / Bln 8 x / Bln 4 x / Bln ..
Achievement 25% 0% 200% 100%
Plan/Std 1 x / Bln 1 x / Bln 5 x / Bln 1 x / Bln ..
Superintendent Silaban Actual 1 x / Bln 1 x / Bln 1 x / Bln 1 x / Bln ..
Achievement 100% 100% 20% 100%
Plan/Std
Actual
Achievement
Plan/Std
Actual
Achieevme
nt
Handout
Pengawas Opersional Pratama

3.3 FUNGSI DAN PERANAN PENGAWAS

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan pengawas adalah 3.04


Permasalahan umum pengawasan
Fungsi pengawasan
Peranan pengawas
Wewenang pengawas

3.3.1 Permasalahan Umum Supervisi/pengawasan

Masalah supervisory responsibility/accountability;


Tanggung jawab dan tanggung gugat tidak jelas
Pengawas kurang bertanggung jawab
Penilaian masih bersifat kualitatif belum berdasarkan kuantitatif
Kurang tegasnya evaluasi dan sanksi

3.3.2 Fungsi Supervisi/pengawas

Seorang pengawas yang terampil dan terlatih akan cepat melihat kondisi dan
tindakan tidak aman dan akan cepat melakukan tindakan pencegahan sebelum
menjadi kecelakaan. Untuk itu seorang pengawas harus;
Berpengetahuan cukup mengenai K3
Mempunyai tingkat pengetahuan yang memadai
Mempunyai kemauan untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuannya

3.3.3 Peranan Supervisi3.05

A. Production oriented
Yaitu pengawas melakukannya dengan menggerakkan bawahannya untuk
bekerja produktif dan menjadi contoh bahwa seorang pengawas juga bekerja
produktif. Untuk berhasilnya pengawasan yang berorientasi kepada produksi ini,
maka dibutuhkan;
Latar belakang pendidikan yang cukup(formal dan informal)
Perencanaan pekerjaan dan pengawasan
Peng-organisir-an pelaksanaan pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan harus di kontrol
Penyusunan laporan yang dibuat dengan baik

(3.4) Berdasarkan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 15, mengenai bagaimana seorang supervisor benar-
benar bertanggung jawab atas ke-efektif-an tugasnya
(3.5) Lihat 2.07 dan 2.08
Handout
Pengawas Opersional Pratama

B. Employee oriented
Orientasi ini berarti menganggap bawahan adalah segalanya, sebab dengan
bawahan yang produktif dan aman, maka atasan dari pengawas akan menilai
bahwa pekerjaanya baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam orientasi
pengawasan jenis ini adalah;
I. Subordinate
Understanding others (saling memahami)
Mengetahui kebutuhan atasan dan bawahan
Saling mempercayai
Tidak apriori
Looking after subordinates (saling percaya dan menjaga)
Dengan mengembangkan lima objek inpeksi
o Saling menjaga dan melihat bawahan
o Mengetahui dimana bawahannya berada
o Mengetahui apa yang bawahan sedang lakukan
o Memahami kondisi tenpat kerja
o Mengerti alat yang digunakan
Mengembangkan komunikasi control
Menghitung jumlah karyawan pada akhir shift
Memastikan karyawan mampu dan berwenang dalam menggunakan
atau mengoperasikan peralatan perusahaan dan bersetifikat untuk
tiap-tiap pekerjaan yang ditugaskan3.06
Menyediakan karyawan pelatihan dan pengarahan3.07
I.
II. Advisor dan instructor (memberi masukan dan memerintah)
Memberikan bimbingan
Menasehati
Memberikan pelatihan
Selalu mengarahkan
Memberikan koreksi
III. Superior
Bersifat loyal
Mengandalkan komunikasi
Selalu menunjukan assertiveness (berwibawa)
IV. Peers
Mengutamakan kerja sama
Hubungan terbuka
Saling mendukung
Komunikatif

(3.6) Sesuai KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 142 & 146 mengenai salah satu kualifikasi, kewajiban &
keharusan izin kerja pengendara (driver) mobil perusahaan
(3.7) Hal-hal mengenai pendidikan & pelatihan adalah harus sesuai dengan KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal
2830 untuk syarat-syarat pelatihan secara umum & pasal 476477 khusus untuk tambang bawah
tanahSafety oriented
Handout
Pengawas Opersional Pratama

C. Safety Oriented

Pengawas yang berorientasikan perkerjaan yang dilaksanakan dengan aman dan


lancar harus mempertimbangkan hal-hal yang berikut;
Memiliki philosophy basic safety
Memahami health and safety policy baik dari perusahaan maupun
pemerintah
Memiliki safety responsibility baik manajemen maupun supervisi.

3.3.4 Wewenang Pengawas


Mengatur anak buah
Mengatur pekerjaan
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
Menegur bawahan
Menilai bawahan

3.3.5 Sepuluh Fungsi Pengawas K3

Keadaan di tempat kerja dapat terjadi perubahan pada setiap saat. Oleh karena itu
tugas supervisor/pengawas adalah melakukan tindakan untuk menyesuaikan
dengan perubahan tersebut, dan jika terjadi kelainan dengan segera mengambil
langkah untuk mengatasinya.
Seorang pengawas selalu harus ada di tempat kerja dan mengawasi keadaan
sarana produksi termasuk mesin, suasana tempat kerja dan metode produksi.
Tugas pengawas sangat penting, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa "pengawas
berfungsi sebagai kunci keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk mengendalikan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja ada 10
kunci yang menjadi kawajiban bagi pengawas dalam melaksanakan tugas sehari-
hari yaitu:

I. Penentuan Tata Pelaksanaan Kerja (Standar Operasi)


Untuk memproduksi dengan mutu yang tinggi dalam jumlah lebih banyak
dengan biaya yang rendah dikerjakan secara aman dan sehat, maka metode
operasi perlu. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh pengertian dan
distandarisasi terlebih dahulu, kerjasama dari seluruh karyawan di temp at
kerja, agar dapat ditaati dan dilaksanakan sebaik mungkin. Untuk mendapat
kepastian atau jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, maka terlebih
dahulu perlu diperkirakan kemungkinan bahaya yang akan timbul sebelum
memulai operasi, dan penentuan tata pelaksanaan kerja termasuk tindakan-
tindakan keselamatan dan kesehatan kerja. Mengenai pekerjaan yang bersifat
tidak rutin seperti perbaikan dan inspeksi, juga perlu ditentukan tata
pelaksanakan kegiatan. Penentuan tata pelaksanaan kerja adalah merupakan
hal-hal yang sangat mendasar dan bertujuan untuk menghilangkan tindakan
yang berbahaya di tempat kerja.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

II. Perbaikan Metode Kerja3.08


Pengawas harus selalu memperhatikan apakah metode kerja/metode operasi
berbahaya atau mengganggu dan berusaha memperbaiki metode yang sedang
digunakan agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik.
Ditempat produksi memungkinkan terjadi perpindahan (perubahan baik
manusianya maupun peralatannya). Di dalam perubahan tersebut dapat
menimbulkan masalah yang tidak di duga sebelumnya. Meskipun tidak ada
masalah namun diperlukan peninjauan kembali dan usaha untuk
meningkatkan keadaan yang lebih baik agar dapat mencapai target yang telah
ditetapkan, sebab itu para pengawas perlu menguasai metode-metode untuk
memperbaiki cara kerja sehingga dapat membimbing bawahannya bila terjadi
masalah yang tidak diinginkan. Untuk memperbaiki keadaan di tempat kerja
berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan cara mengikuti tata pelaksanaan
sebagai berikut:
Mencari hal-hal yang perlu diperbaiki (menyadari masalah dan bertanya-
tanya sendiri).
Menganalisa metode sekarang berdasarkan fakta (memahami keadaan)
Mencari masalah sesuai dengan standar (mengetahui hal-hal yang menjadi
masalah
Mempertimbangkan cara mengatasinya mendengar pendapat orang-orang
yang berkaitan (meneliti cara mengatasi)
Menerapkan metode baru dan mempertimbangkan hasil pelaksanaan
(menganalisa hasil).

III. Penempatan Pekerja yang Tepat3.09


Seorang pengawas harus melakukan hal-hal berikut dalam penempatan
pekerja;
Mengetahui kebutuhan pekerjaan
Mengetahui ciri-ciri pekerja dan membagi tugas sesuai ciri-ciri tersebut
Menanggapi keinginan pekerja sebisa mungkin
Bila perlu mengusulkan pemindahan/perubahan penempatan pekerja kepada
atasan

IV. Pembinaan dan Pengawasan dalam Menjalankan Tugas3.10


Pengawasan berarti mendorong semangat bawahan melaksanakan tugas
dalam arti yang luas dan langsung memimpin dan membina bawahan
melakukan tugas dilapangan dan secara langsung mengatur bahan, sarana,
mesin dan peralatan di tempat kerja.
Beberapa tugas dan tanggung jawab pengawas yang berhubungan dengan
pembinaan dan pengawasan bidang K3;
Menyempurnakan "standar pelaksanaan pekerjaan secara selamat dan sehat
dan menyuruh bawahan untuk mentaatinya.

(3.8) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 240 tentang beberapa metode kerja yang di pakai tambang terbuka
(3.9) Sesuai KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA No. KEP-51.MEN/1999 mengenai nilai-nilai ambang batas yang
dapat menjadi salah-satu refensi pada saat dibutuhkan penempatan pekerja yang tepat akibat durasi kerja
yang terpapar bahaya
(3.10) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 240 tentang beberapa metode kerja yang di pakai tambang terbuka
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Menyempurnakan "Daftar pemeriksaan secara sukarela" dan menyuruh


bawahan untuk memeriksa
Mengetahui siapa yang memerlukan pemeriksaan suasana kerja serta hasil
pemeriksaan tersebut
Menyempurnakan "standar pemusnahan dan pembersihan dan menyuruh
bawahannya menata standar tersebut
Melakukan penempatan pekerja setelah mempertimbangkan kualitas dan
kemampuan pekerja masing-masing
Melakukan pembinaan/pelatihan mengenai K3
Menjalankan kegiatan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran bawahan
mengenai K3
Membuat ketentuan-ketentuan untuk mengatasi keadaan darurat atau bila
ditemukan kelainan dan menyuruh bawahan memahami ketentuan tersebut
Memelihara kesehatan bawahannya
Memasang petunjuk dan tanda-tanda di tempat kerja, yang diharuskan
peraturan.

V. Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja3.11


Untuk meningkatkan keselamatan dan Kerja perlu mengambil langkah sebagai
berikut
Peningkatan keselamatan sarana mesin
Peningkatan keselamatan sarana listrik
Peningkatan mencegah kebakaran oleh karena ledakan
Peningkatan tingkat keselamatan sarana angkutan
Peningkatan keselamatan akibat terjatuh dan bahaya jatuhan

VI. Pemeliharaan Syarat Lingkungan Kerja3.12


Hal-hal pokok dalam pelaksanaan kerapihan dan kebersihan adalah sebagai
berikut:
Menyesuaikan arah pengaliran pekerjaan dan layout sarana upaya
menghilangkan pekerjaan pengangkutan yang tidak dibutuhkan
Tempat penyimpanan dan cara penyimpanan baik barang-barang
Ditentukan koridor, pintu masuk/keluar serta pintu darurat dan selalu
memelihara keadaan tempat-tempat tersebut
Diletakkan wadah untuk mengumpulkan barang-barang yang tidak
diperlukan ditempat kerja. Barang yang dimasukkan wadah tersebut
dikumpulkan secara berkala
Untuk setiap tempat kerja tentukan wilayah penanggung jawab untuk
masing- masing wilayah.
Dilakukan pemeriksaan untuk memeriksa kerapihan dan kebersihan
dilaksanakan.

(3.11) Sesuai keputusan TENAGA KERJA No. KEP-51.MEN/1999 mengenai nilai-nilai ambang batas yang dapat
(3.12) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 Bab III membahas lebih luas mengenai Lingkungan Tempat Kerja; mulai
pasal 80 sampai dengan pasal 91.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

VII. Pemeriksaan/Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Hal-hal pokok dalam pelaksanaan kerapihan dan kebersihan adalah sebagai
berikut:
a. Membuat rencana pemeriksaan3.13
Bila seorang pengawas meMbuat rencana pemeriksaan, maka perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Kapan (intensitas pemeriksaan); ditentukan waktu clan lamanya
Siapa (pelaku pemeriksaan); ditentukan siapa yang memeriksa
Apa (apa yang diperiksa); sarana produksi, mesin, peralatan tempat
kerja peralatan keselamatan kerja, gerakan/tindakan pekerja
Bagaimana (metode pemeriksaan); apakah secara visual,dengan
menggunakan peralatan
b. Hal-hal yang diperhatikan pada waktu pemeriksaan
Pada waktu melakukan pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut
Membuat para pekerja ditempat kerja memahami pentingnya
pemeriksaan dan diminta bekerja sama
Menghindarkan sikap atau cara yang mencari kesalahan
Pemeriksa memberi contoh baik dari segi berpakaian dan sikap
Bila telah terjadi kecelakaan sebelumnya, maka perlu di cek apakah
penyebab kecelakaan tersebut sudah tidak ada lagi
Memeriksa apakah kondisinya yang tidak aman
Apabila ditemukan kondisi tidak aman atau tindakan tidak aman maka
perlu diperiksa penyebab dasarnya dan dilakukan tindakan
pencegahan3.14
Tidak diperbolehkan mengutamakan kemudahan pekerjaan dari pada
keselamatan
Secara teliti memeriksa keadaan mesin clan sarana yang biasanya
dianggap sepele
Memberikan tegoran apabila ditemukan hal-hat yang bersifat salah clan
memberikan pujian apabila pekerja melakukan tindakan yang
memperhatikan keselamatan
c. Pembuatan Daftar Periksa (checklist)
Untuk mempemudah pemeriksaan dan mencegah terlupakannya hal-hal
yang perlu diperiksa jarus dibuatkan checklist

(3.13) Lihat 3.04


(3.14) Metode tindak lanjut yang segera tersebut dijelaskan di dalam KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 14 ayat
2
Handout
Pengawas Opersional Pratama

VIII. Penyelesaian pada waktu ditemukan


3.15
kelainan dan waktu terjadinya kecelakaan
Bila terjadi keadaan yang menyimpang dari standar, keadaan demikian disebut
sebagai ketidak sesuaian atau ditemukan masalah, keadaan yang demikian
bila dibiarkan akan mengakibatkan terjadi kecelakaan.
Contoh kelainan adalah:
a. Kondisi tidak aman
Sarana dan peralatan keselamatan dari mesin yang rusak atau kapasitas
menurun
Penutup pelindung, jeruji clan instalasi yang rusak, dilepaskan atau
dibiarkan setelah dipindahkan
Petunjuk meteran bergoyang melewati batas normal
Ditemukan kelainan dengan suara, getaran, suhu dan kecepatan mesin
yang sedang dioperasikan, dll
b. Tindakan tidak aman
Bekerja dengan tidak menggunakan alat pelindung diri yang disyaratkan
Dalam kerja kelompok dilakukam pekerjaan secara tidak disiplin
Tetap menggunakan sarana produksi yang rusak, dll.

IX. Peningkatan Kesadaran K33.16


Membuat para pekerja memahami dan mentaati ketentuan-ketentuan untuk
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja adalah hal yang sangat penting
agar dapat menyelamatkan jiwa dan kesehatan. Supaya para pekerja terbiasa
mentaati ketentuan ketentuan tersebut perlu meningkatkan kesadaran mereka
melalui berbagai cara.
Beberapa metode untuk meningkatkan kesadaran K3:
Memanfaatkan sistem usulan keselamatan dan kesehatan kerja
Memanfaatkan sistem piket keselamatan dan kesehatan kerja
Memanfaatkan apel pagi
Menentukan hari keselamatan dan kesehatan kerja
Meningkatkan kesadaran melalui lomba keselamatan dan kesehatan
kerja
Memenfaatkan sistem penghargaan keselamatan dan kesehatan kerja
Memanfaatkan poster dan semboyan

(3.15) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 Bab I Bagian 9 mulai pasal 3738; sebagai referensi pengawas yang mampu
menjadi & berwenang/ditunjuk sebagai first aider terhadap korban kecelakaan
(3.16) Undang Undang No.1 Tahun 1970 pasal 14 ayat (b) yang menyebutkan beberapa upaya meningkatkan
kesadaran K3. Kemudian KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 32 mengenai aspek-aspek yang setiap
pekerja tambang harus sadari &wajib patuhi
Handout
Pengawas Opersional Pratama

X. Kreativitas untuk Mencegah Kecelakaan Kerja3.17


Mengembangkan kreativitas para pekerja untuk mengatasi masalah
keselamatan dan kesehatan kerja, selain secara langsung dapat memperoleh
hasil yang baik tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran para pekerja.
Kreativitas merupakan metode baru yang dikembangkan berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki para pekerja. Cara untuk
meningkatkan kreativitas para pekerja untuk mencegah kecelakaan kerja
dengan cara:
a. Menciptakan suasana kerja yang baik untuk meningkatkan kreativitas:
Masalah yang diperoleh melalui program yang dilakukan selama ini
(misalnya pemeriksaan sukarela, pemeriksaan roda serta laporan
kasus-kasus yang hamper celaka) dicatat sebagai data.
Tema secara perorangan atau perkelompok agar dibahas dan dibuat
usul perbaikan
Memuji ide atau usulan baik
b. Memahami situasi secara bersama3.18
Pengawas dapat memperoleh basil baik melalui usaha bawahan untuk
melakukan pekerjaan maupun meningkatkan keselamatan tetapi tidak
berarti bawahan saja yang berusaha melainkan berusaha bersama-sama.
c. Membina daya kreativitas
Beberapa jenis kemampuan kreatif yang diharapkan dapat ditingkatkan:
Kemampuan menyadari masalah clan mencari faktor masalah dalam
pekerjaan (kemampuan mencari masalah)
Kemampuan memanfaatkan pengetahuan dasar dan menerapkannya
(kemampuan menerapkan)
Cara befikir secara lunak, siap mengganti tara lama dengan tara barn
(kemampuan berpikir)
Berdasarkan petunjuk baru, menciptakan ide baru (kemampuan
imajianasi)
Kemampuan mengusulkan ide dan menyusun ide (kemampuan
menyusun)
Kemampuan menyusun agar ide baru dapat digunakan secara nyata
(kemampuan menyempumakan).

(3.17) Lihat 3.21


(3.18) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 1 ayat 8 menjelaskan definisi kecelakaan kerja untuk daerah
pertambangan
Handout
Pengawas Opersional Pratama

XI. Kreativitas untuk Mencegah Kecelakaan Kerja3.19


Mengembangkan kreativitas para pekerja untuk mengatasi masalah
keselamatan dan kesehatan kerja, selain secara langsung dapat memperoleh
hasil yang baik tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran para pekerja.
Kreativitas merupakan metode baru yang dikembangkan berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki para pekerja. Cara untuk
meningkatkan kreativitas para pekerja untuk mencegah kecelakaan kerja
dengan cara:
a. Menciptakan suasana kerja yang baik untuk meningkatkan kreativitas:
Masalah yang diperoleh melalui program yang dilakukan selama ini
(misalnya pemeriksaan sukarela, pemeriksaan roda serta laporan kasus-
kasus yang hamper celaka) dicatat sebagai data.
Tema secara perorangan atau perkelompok agar dibahas dan dibuat
usul perbaikan
Memuji ide atau usulan baik
b. Memahami situasi secara bersama3.20
Pengawas dapat memperoleh basil baik melalui usaha bawahan untuk
melakukan pekerjaan maupun meningkatkan keselamatan tetapi tidak
berarti bawahan saja yang berusaha melainkan berusaha bersama-sama.
c. Membina daya kreativitas
Beberapa jenis kemampuan kreatif yang diharapkan dapat ditingkatkan:
Kemampuan menyadari masalah clan mencari faktor masalah dalam
pekerjaan (kemampuan mencari masalah)
Kemampuan memanfaatkan pengetahuan dasar dan menerapkannya
(kemampuan menerapkan)
Cara befikir secara lunak, siap mengganti tara lama dengan tara barn
(kemampuan berpikir)
Berdasarkan petunjuk baru, menciptakan ide baru (kemampuan
imajianasi)
Kemampuan mengusulkan ide dan menyusun ide (kemampuan
menyusun)
Kemampuan menyusun agar ide baru dapat digunakan secara nyata
(kemampuan menyempumakan).

(3.19) Lihat 3.21


(3.20) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 1 ayat 8 menjelaskan definisi kecelakaan kerja untuk daerah
pertambangan
Handout
Pengawas Opersional Pratama

BAB 4

TEKNIK INSPEKSI K3
Handout
Pengawas Opersional Pratama

4.1 PENDAHULUAN

Kegiatan inspeksi K3 merupakan salah satu kegiatan pengelolaan K3. Seringkali


ada suatu pertanyaan bagaimana inspeksi seharusnya dilakukan, apa yang harus
diinspeksi, untuk apa atau mengapa inspeksi dilakukan dan siapa yang harus
melakukan inspeksi.
Pengawas harus mengerti apa saja yang harus dilakukan dalam inspeksi,
keberhasilan program pengelolaan K3 tidak dapat lepas dari keberadaan pengawas
sebagai fungsi pelaksanaan pengawasan. Pengawas memegang peranan penting
dalam program K3 tidak dapat lepas dari keberadaan pengawas sebagai fungsi
pelaksanaan pengawasan. Pengawas memegang peranan penting dalam
program K3 karena Pengawas adalah orang yang paling mengetahui
kondisi daerah kerjanya setiap waktu, pengawaslah yang paling
mengetahui sifat dan tabiat para pekerja, dapat selalu berhubungan
langsung/bertatap muka dengan pekerja, dan pengawaslah yang selalu
dapat terjun langsung melakukan perbaikan. Akhirya pengawas harus
memahami tanggung jawab dan jenis inspeksi serta teknik-teknik yang diperlukan
dalam melakukan inspeksi agar maksud dan tujuan inspeksi dapat tercapai.
Pada akhirnya setelah pelatihan ini diharapkan para peserta dapat memahami
prinsip serta cara inspeksi K3 yang benar sehingga waktu melakukan inspeksi di
tempat kerja masing-masing akan memperoleh hasil yang optimal.

4.2 TUJUAN INPEKSI


Peran pengawas adalah penting dalam program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) karena pengawas dapat melakukan kontak langsung dengan para pekerja
secara terus menerus. Pengawas tidak ada yang bebas dari tanggung jawab K3,
maka untuk menjalankan fungsi pengawasan agar mencapai standar minimal ada
beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pengawas antara lain
adalah harus memiliki sikap rasional, jujur, fleksibel, dan programatis.
Pengawas harus menyadari bahwa inspeksi merupakan bagian integral dari fungsi
pengawasan. Inspeksi tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan pada diri
pekerja atau suatu bagian kerja, akan tetapi untuk memastikan apakah segalanya
berjalan dengan memuaskan dalam arti sesuai dengan norma-norma keselamatan
dan kesehatan kerja yang berlaku.
Secara umum inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk:
Mengidentifikasi problem-problem yang mungkin terjadi
Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada peralatan
Mengidentifikasi tindakan tidak aman pekerja
Mengidentifikasi dampak dari perubahan suatu proses/material
Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam suatu perbaikan
Menyediakan informasi tentang swanilai/swataksir manajemen
Menunjukan komitmen manjemen
Pada prinsipnya maksud dan tujuan inspeksi adalah untuk menemukan atau
mengidentifikasi kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman, selanjutnya adalah
Handout
Pengawas Opersional Pratama

menentukan penyebabnya agar dapat melakukan tindakan perbaikan. Sehingga


kondisi dan tindakan tidak aman tidak sampai menyebabkan suatu kecelakaan
Apabila diajukan pertanyaan kapan anda melakukan inspeksi K3, maka pada
umumnya jawaban selalu "setiap hari Senin atau Rabu, seminggu sekali, dua
minggu sekali dan sebagainya. Jawaban yang tepat seharusnya " Saya melakukan
inspeksi setiap saat saya datang ke wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab
saya".
Banyak yang berpendapat bahwa inspeksi K3 adalah tanggung jawab Departemen
K3, atau inspeksi K3 dilakukan kalau ada waktu saja atau tidak terlalu sibuk.
pendapat ini jelas keliru.
Dalam kegiatan rutin, pemeriksaan atau inspeksi terhadap kelancaran produksi
atau pekerja sering dilakukan berkali-kali sepanjang jam kerja. Apabila anda
memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan inspeksi K3, maka anda
dapat melakukan secara simultan sehingga inspeksi K3 tidak menjadi beban yang
sering dianggap menghambat produksi,

4.3 KEUNTUNGAN MELAKUKAN INSPEKSI


Banyak keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh seorang pengawas apabila
melakukan kegiatan inspeksi. Keuntungan tersebut antara lain;
Pengawas dapat melakukan perbaikan dengan segera terhadap tindakan atau
kondisi tidak standar (tidak aman) yang ditemukan selama inspeksi;
Inspeksi secara teratur dan berkelanjutan mendorong para pekerja untuk lebih
tanggap terhadap tindakan tidak aman yang dilakukan oleh sesama pekerja
serta akan lebih giat memeriksa kondisi tidak aman alat/tempat kerja.
Pengawas akan dapat melakukan kontak langsung dengan setiap pekerja dan
dapat memberikan bantuan atau arahan dalam meniadakan tindakan atau
kondisi yang dapat menimbulkan kecelakaan;
Pengawas dapat menetapkan secara tepat alat-alat pelindung keselamatan yang
diperlukan untuk setiap jenis dan kondisi kerja;
Inspeksi dapat memberikan semangat serta meningkatkan kesadaran setiap
pekerja terhadap pentingnya K3;
Inspeksi 'membantu apresiasi serta sekaligus merealisasikan program K3
dikalangan para karyawan
Dalam melakukan inspeksi, seorang pengawas harus dapat mendeteksi dan
mengoreksi kekurangan-kekurangan yang ada. Kegiatan ini adalah suatu kegiatan
yang berat dan melelahkan tetapi dapat memberikan motivasi dan pengertian
kepada para pekerja bahwa K3 sangatlah penting, sehingga mereka akan
memberikan partisipasinya dalam program K3.
Oleh karena itu pengawas harus memiliki dasar pemikiran bahwa maksud dan
tujuan Inspeksi adalah untuk menemukan dan meniadakan tindakan/kondisi yang
tidak standar (tidak aman) pada wilayah kerjanya sehingga kecelakaan yang
mungkin terjadi dapat dicegah.
Pengawas harus menyadari bahwa inspeksi K3 seharusnya tidak hanya mendeteksi
atau mencari tindakan tidak standar/aman atau kondisi tidak standar/aman secara
phisik, tetapi harus pula dapat mengevaluasi dan menentukan penyebab dasar,
Handout
Pengawas Opersional Pratama

mengapa tindakan dan kondisi tidak standar/aman dapat terjadi. Selanjutnya


menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan.
Pengawas sebelum melakukan inspeksi harus terlebih dahulu mengevaluasi atau
menganalisa semua temuan, kecelakaan, atau insiden yang pernah terjadi
sebelumnya, sehingga secara efektif nantinya dapat memberi perhatian khusus
terhadap tindakan tidak aman yang berpotensi dapat menimbulkan permasalahan
K3.

4.4 KATAGORI INSPEKSI


Inspeksi merupakan salah satu cara untuk mencari solusi permasalahan atau
memperkirakan suatu resiko sebelum suatu kecelakaan terjadi. Inspeksi diperlukan
karena tidak ada suatu kegiatan yang bebas dari suatu resiko/bahaya. Resiko
tersebut antara lain:
Sesuatu/peralatan yang rusak
Perubahan kondisi
Ketidak Sempurnaan Manusia
Manajemen memiliki tanggung jawab secara moral dan hukum untuk
mewujudkan K3 di tempat kerja

4.4.1 Pelaksana Inspeksi K3


Pelaksana inspeksi K3 dapat dibagi menjadi:
a. Inspeksi Eksternal, yaitu inpeksi yang dilakukan dari pihak luar
perusahaan antara lain:
Inspeksi oleh Inspekstur Tambang
Inspeksi oleh konsultan K3
Inspeksi oleh pihak-pihak luar yang berkepentingan

b. Inspeksi Internal, inspeksi yang dilakukan oleh


Front line supervisor, inspeksi tempat kerja, kegiatan pekerja, dan
lain-lain.
Karyawan yang mendapat delegasi dari atasannya: alat berat,
perkakas, mesin dll
Komite K3

4.4.2 Katagori/Jenis Inspeksi K3


Secara umum jenis inspeksi K3 dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Inspeksi Tidak Terencana/Informal/Rutin
Yaitu inspeksi yang dilakukan sepanjang jam kerja atau saat berada di
suatu lokasi kerja. Semua bagian dari menajemen harus melakukan
inspeksi ini setiap saat mereka mengunjungi area lokasi dan oleh
karyawan segera setiap memulai pekerjaannya, dan secara berkala
Handout
Pengawas Opersional Pratama

sepanjang jam kerja dan pada akhir pekerjaan. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
Housekeeping untuk menghindari bahaya
Higienis dan sikap bersihapakah telah cukup tersedia tempat
sampah? Apakah selalu dikosongkan setiap hari?
Kondisi jalan masuk, tangga dan pintu
Kejelasan dari rambu-rambu safetyapakah harus diganti atau dicat
ulang?
Tersedianya peralatan pemadam kebakaran dan apakah berada pada
tempat yang sesuai dan disertai tanda yang jelas? Apakah mudah
dijangkau?
Apakah cara penggunaanya jelas?
Pencahayaan dan ventilasiapakah memuaskan?
Apakah peralatan pelindung dan pakaian pelindung digunakan pada
daerah yang sudah ditentukan dan pada pekerjaan yang khusus?
Bahaya penanganan secara manual
Peralatan listrik sudah di test dan sekering pencegah bahaya
kesetrum sudah terpasang.
Karena dilakukan sambil lalu saja (tidak khusus) sehingga umumnya
bersifat dangkal dan tidak sistematis:
Umumnya hanya memeriksa kondisi tidak aman saja
Hampir semua tindakan tidak aman lepas dari pengamatan;
Kondisi tidak aman yang perlu perhatian besar, sering terlewatkan
Perhatian cenderung lebih pada produksi;
Pencatatan sering tidak dilakukan dan
Perbaikan dan pencegahan tidak sampai mendasar
Didalam inspeksi tidak terencana, kegiatan mencatat kerusakan, kondisi
tidak aman, atau perbuatan tidak aman menjadi sangat berharga,
karena pekerja adalah orang pertama yang sering melihat atau
mengetahui penyimpangan tersebut terjadi. Apabila mereka dibekali
dengan pengenalan maupun pengetahuan tentang bahaya-bahaya yang
mungkin terjadi di tempat kerja, maka mereka akan sangat efektif
untuk mengidentifikasi potensi-potensi bahaya tersebut. Bagaimanapun
juga pekerja yang melihat kondisi-kondisi yang tidak standar/aman
seharusnya melaporkan kepada pengawas (supervisor).
Laporan tersebut meskipun sering hanya lisan perlu ditulis atau dicatat
pada lembar laporan bahaya (hazard report). Manfaat laporan bahaya
tersebut merupakan :
Dasar untuk menentukan tindakan yang lebih baik;
Dokumen K3 perusahaan untuk umpan balik karyawan
Data untuk analisis gambaran terkini;
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Tolok ukur kesadaran karyawan tentang K3; dan


Bahan laporan untuk staf K3 dan manajemen atas (yang lebih tinggi)

b. Inspeksi Terencana/Formal
Dalam melakukan inspeksi terencana diperlukan adanya evaluasi
terhadap hal-hal yang kritis dari kegiatan/barang, tatagriya
(housekeeping), dan lain-lain. Maksud dari inspeksi terencana adalah
agar sasaran yang ingin diperoleh dari suatu inspeksi dapat tercapai.
Inspeksi terencana sangat penting dilakukan karena beberapa manfaat
sebagai berikut:
Bagian atau daerah yang diinspeksi diketahui
Bersifat khusus/sengaja sehingga bisa menyeluruh
Kondisi dan tindakan yang dicari diketahui;
Kekerapan suatu daerah yang diinspeksi diketahui
Pencatatan-pencatatan dilakukan
Perlengkapan apa saja yang diperlukan untuk inspeksi diketahui; dan
Perbaikan dan pencegahan sampai ke penyebab dasar

Inspeksi terencana dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu:


1) Inspeksi Periodik
1.1) Inspeksi Umum/Keseluruhan
Inspeksi ini membutuhkan cukup banyak waktu karena dilakukan
untuk melihat seluruh aspek dari pengendalian insiden dalam setiap
bentuk dengan cara mendatangi seluruh daerah kerja.
Biasanya dilakukan oleh lebih dari satu orang dalam suatu inspeksi,
contohnya pengawas yang didampingi oleh wakil dari safety.
Inspeksi jenis ini harus direncanakan untuk memastikan bahwa
seluruh aspek bahaya di daerah kerja telah diliput. Perencanaan
tersebut termasuk jadwal semua aspek yang akan diinspeksi.
Jadwal-jadwal itu seperti :
Pencegahan kebakaran/resiko-resikonya
Housekeeping
Peralatan/perlengkapan yang berbahaya
Alat-alat listrik dan perlengkapannya/kondisi serta pengetesan
Higienis
Pelindung mesin
Keadaan bangunan, lantai, lubang bukaan, dll
Penumpukan dan penyimpanan material
Jalan, tangga, tangga yang dapat dipindahkan, jalan masuk
Denah lokasi dan pemindahan orang/material
Transportasi untuk material
Bahan yang berbahaya dan mudah terbakar
Penerangan
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Ventilasi
Kebisingan
Pakaian dan alat pelindung
Tanda peringatan, label, dll

1.2) Inspeksi Khusus/Bahaya Tertentu.


Inspeksi ini meliputi satu jenis bahaya dalam setiap inspeksi, dalam
kasus-kasus tertentu mungkin bisa meliputi lebih dari satu bahaya
apabila itu bukan merupakan kegiatan utama. Inspeksi ini dilakukan
secara berkala (sesuai jadwal) dengan selang waktu yang tetap
seperti harian, mingguan, bulanan, triwulanan, dsb. Inspeksi bahaya
tertentu sangat berguna, karena:
Dapat dilakukan dalam waktu yang singkat
Secara menyeluruh meliput satu jenis bahaya atau jenis
perlengkapan atau peralatan dan lain-lain.
Memungkinkan yang melakukan inspeksi meliput semua bahaya
secara sistematik selama jangka waktu yang ditentukan
Tidak terlalu banyak menyita waktu dari orang yang melakukan
inspeksi atau kegiatan operasi.

2) Safe Behavior Observation (SBO)


SBO adalah suatu pengamatan aktivitas kerja yang bersifat
formal untuk memastikan pelaksanaan program K3 dan untuk
mengenali serta memperbaiki perilaku-perilaku dan praktek-
praktek kerja yang tidak standard.
SBO merupakan suatu alat pengamatan utama bagi tingkat
manajemen, yang memberikan suatu pendekatan perilaku sistematis
untuk membangun iklim K3, mengenali dan mendorong terciptanya
perilaku-perilaku yang aman dan untuk membangun suatu budaya
K3 yang sehat dan kuat dalam tempat kerja kita Suatu Cara
Berperilaku Aman
SBO membantu untuk mengenali dan menghilangkan perilaku-
perilaku dan tindakan-tindakan yang beresiko (berbahaya) sebelum
insiden atau orang cidera terjadi dan juga:
Meningkatkan kesadaran akan K3.
Meninggikan standar-standar di tempat kerja.
Memonitor pengaruh-pengaruh atau dampak-dampak dari
kesadaran akan K3.
Memotivasi pada pekerja lain.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas komunikasi dengan pekerja.
Meningkatkan moral
Inspeksi dapat juga dilakukan secara bersama-sama yang melibatkan berbagai
level managemen baik dari bagian operasi maupun staff yang bisaanya
Handout
Pengawas Opersional Pratama

menekankan pada masalah-masalah khusus. Anggota team inspeksi bersama


tersebut sebaiknya tenaga-tenaga yang mempunyai kemampuan dalam hal-hal
khusus.

4.5 TEKNIK INSPEKSI

4.5.1 Persiapan Inspeksi


Pengawas didalam merencanakan inspeksi harus mulai dengan sikap positif,
dengan cara:
a. Membuat daftar daerah atau tempat yang perlu anda inspeksi
b. Membuat/menyiapkan lembar pemeriksaan (check list) yang berisi :
Apa saja di tiap daerah/tempat kerja yang akan diinspeksi
Bagian mana saja dari peralatan/permesinan, bangunan, yang perlu
diinspeksi
Selain itu perlu juga melakukan tinjauan ulang terhadap laporan/hasil inspeksi
sebelumnya serta menyiapkan material atau alat lainnya yang diperlukan.
Diharapkan dengan menggunakan lembar pemeriksaan pengawas tidak kehilangan
focus terhadap objek-objek yang akan diawasi

4.5.2 Pelaksanaan
Dengan menggunakan lembar periksa inspeksi, lakukanlah inspeksi dengan teknik
teknik sebagai berikut:
a. Siklus Pengamatan
Memutuskan
Kita harus memutuskan untuk melakukan inspeksi suatu alat atau
tempat/lokasi kerja
Berhenti dan Mengamati
Kita harus berhenti di depan/dekat suatu tempat kerja atau alat, segera
setelah di tempat tersebut. Selanjutnya kita harus mengamati apa yang
sedang berlangsung apakah ada tindakan dan atau kondisi tidak aman yang
terjadi (10 -30 detik bisa lenyap dari pandangan)
Bertindak dan Melaporkan
Menghentikan tindakan tidak aman/perbuatan membahayakan yang
dilihat/ditemui;
Menghentikan pekerjaan apabila ada kondisi tidak aman;
Melakukan dan mendiskusikan serta menjelaskan tentang pembetulan/
perbaikan segera yang harus dilakukan agar tindakan dan kondisi tidak
aman tidak terulang kembali; dan
Selanjutnya melaporkan.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Sebagai bahan pertimbangan, hasil penyelidikan oleh Dupont menunjukkan


bahwa kecelakaan terjadi disebabkan oleh:
Tindakan tidak aman yang % kecelakaan
berhubungan dengan :
Alat Pelindung Diri 12%
Posisi Seseorang 30%
Reaksi seseorang 14%
Perkakas (Alat-alat ringan) 20%
Alat-alat berat 8%
Prosedur Kerja dan Ketertiban 12%
Jumlah kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan tidak aman 96%
Sebab-sebab lain 4%
Jumlah 100%

b. Objek Inspeksi/Pengamatan (Non Mining)


1) Posisi Seseorang
Posisi seseorang sering merupakan perbuatan membahayakan yang perlu
diperhatikan karena sering menjadi penyebab kecelakaan. Cara Analisis
dapat dengan pertanyaan apakah posisi pekerja tersebut dapat:
Terjepit, Terhimpit
Terpukul, Tertabrak, Terkena
Terjatuh, Tersandung
Menabrak
Kesetrum
Terhirup atau tertelan Bahan berbahaya

2) Tindakan Pekerja
Apabila anda melihat orang bereaksi atas kehadiran anda, apakah itu
merupakan isyarat yang baik? jawabnya Ya dan tidak. Isyarat baik apabila
mereka menjadi lebih menyadari tindakan tidak amannya. Isyarat/pratanda
buruk apabila mereka belum mengembangkan sikap keselamatan kerja
dengan baik.
Anda harus waspada atas reaksi pekeria anda sebab reaksi-reaksi tersebut
merupakan petunjuk terhadap tindakan tidak aman yang mungkin terjadi.
Reaksi tersebut bisanya terjadi 10 sampai 30 detik pertama setelah anda
memasuki suatu daerah, sehingga dalam waktu sekejap tindakan tidak
aman tersebut bisa lenyap dari pandangan.
Amati dan diskusikan bagaimana perilaku-perilaku pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya sehubungan dengan bahaya-bahaya di tempat
kerja?

Terlalu memaksakan diri atau terburu-terburu.


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Menaiki dan menuruni.


Memperhatikan jalan.
Memperhatikan tangan.
Lihat sebelum bergerak.
Menggunakan APD dengan benar

3) Sistim Pelindung
Penyebab kecelakaan juga dapat disebabkan karena kegagalan pada
system pelindung bagi pekerja. Untuk itu perlu memastikan apakah bagian
tubuh karyawan telah terlindung dari bahaya. Oleh karenanya diskusikan
perilaku-perilaku pekerja dalam memastikan keberadaan sistem pelindung
K3 di tempat kerja mereka. Apakah mereka menyadari akan kegunaan
sistem pelindung K3 ini? Mengapa sistem pelindung K3 ini harus berada di
tempat? Bagaimana sistem pelindung K3 ini dapat melindungi mereka dari
potensi bahaya yang telah diketahui di tempat kerja?
Beberapa sistem pelindung K3 adalah:
Ijin kerja :
o Ijin Kerja Panas.
o Ijin Kerja Dingin.
o Ijin Penggalian.
o Ijin Masuk Ruang Terbatas.
o Ijin Isolasi dan Pemampatan.
o Ijin-ijin kerja lainnya.
Penguncian dan pemberian label (Lock Out / Tag Out).
Kebersihan / denah kerja.
Barang atau komponen aman.
Bekerja di atas ketinggian.
Barikade dan rambu peringatan.
Dongkrak, ganjal dan penyangga.

4) Perkakas dan Peralatan:


Sebagian besar pekerjaan melibatkan penggunaan perkakas dan alat-alat.
apakah dalam menggunakan komputer, bulldozer atau obeng, orang harus
mengikuti praktek aman atau mereka akan mendapatkan resiko cedera.
Pada saat inspeksi perlu mengamati orang yang sedang menggunakan
perkakas dan alat-alat, serta waspada terhadap tindakan tidak aman
dengan cara bertanya:
Apakah perkakas dan Alat-alat sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan?
Apakah perkakas dan Alat-alat digunakan dengan benar?
Apakah perkakas dan Alat-alat kondisinya baik?

5) Prosedur Kerja (JSA/SOP/Work Instruction)


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Kecelakaan terjadi karena tata cara atau prosedur tidak memadai, tidak
diketahui, dan tidak dimengerti atau tidak diikuti. Dalam inspeksi perlu
memahami empat langkah tata cara atau prosedur dengan cara bertanya:
Apakah Prosedur Kerja telah tersedia/dibuat?
Apakah Prosedur Kerja telah memadai?
Apakah Prosedur Kerja telah dipahami?
Apakah Prosedur Kerja sudah dipatuhi?

c. Objek Inspeksi/Pengamatan (Mining)


1) Perilaku Operator
Amati tindakan operator sebagai referensi untuk aktifitas yang
dilakukannya.
MEMBUANG.
JARAK ANTARA PERALATAN.
MUNDUR .
PARKIR.
SESUAI JALUR.

2) Posisi-Posisi Pekerja (Berpotensi Menjadi Penyebab Orang Cidera)


Amati dan diskusikan, bagaimana posisi pekerja ditempatkan dalam
hubungannya dengan potensi bahaya di lingkungan tempat kerja. Apakah
mereka berada pada posisi yang dapat menyebabkan:
Terbentur, tertabrak, terlindas atau terkena oleh.
Terjatuh atau tersandung.

3) Sistim Pelindung
Amati dan pastikan keberadaan sistim pelindung disekitar tempat kerja
anda.
Beberapa sistim pelindung K3 dalam kartu SBO adalah:
SAFETY BERMS/TANGGUL PENGAMAN
BARIKADE DAN RAMBU PERINGATAN
DEBU/JARAK PANDANG
PENERANGAN
INTERAKSI KENDARAAN

d. Pengamatan Total
Dalam melakukan inspeksi, anda harus meningkatkan kewaspadaan terhadap
keselamatan kerja dan ketrampilan pengamatan. Teknik pengamatan total akan
membantu dalam pencapaian tujuan inspeksi. Perhatian terhadap sesuatu di
sekitar kita hanya akan optimal dengan menggunakan pengamatan total yaitu:
MELIHAT ke atas, bawah, belakang, dan dalam
MENDENGARKAN suara asing/aneh
MENCIUM bau yang asing/aneh
MERABA/MERASAKAN suhu dan getaran yang asing/aneh

4.5.3 Laporan Inspeksi


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Setelah inspeksi selesai dilakukan, pengawas harus membuat laporan tentang hasil
yang diperoleh dari inspeksi. Dalam menulis laporan inspeksi harus:
Ditulis dengan jelas
Nomor objek temuan secara berurutan dan klasifikasi setiap bahaya
Berikan spasi untuk penambahan penyebab dasar dan tindakan perbaikan
masing-masing objek temuan;
Buat kode untuk objek temuan dari laporan sebelumnya yang berhubungan
dengan tindakan segera dan perbaikan
Memberi tekanan untuk suatu pujian atau penghargaan
Pengawas harus memberikan laporan tersebut kepada atasan (level yang lebih
tinggi) serta membuat copy dan arsip laporan tersebut. Diharapkan peningkatan
standard K3 dapat tercapai.

4.5.4 Tindak Lanjut Hasil Inspeksi


Tindak lanjut hasil inspeksi dapat berupa :
Pujian dan penghargaan
Perintah kerja atau peringatan
Pemantauan keperluan pekerja dan perbaikan
Kepastian bahwa semua pekerjaan dilakukan sesuai dengan rencana
Pantau selama pelaksanaan kerja
Pernyataan cukup uji, evaluasi, training, SOP
Peninjauan ulang setelah pengoperasian beberapa saat
Handout
Pengawas Opersional Pratama

BAB 5

IDENTIFIKASI &
PENGENDALIAN BAHAYA
Handout
Pengawas Opersional Pratama

5.1 PENDAHULUAN

Pengawas dalam peran dan fungsinya harus memiliki kemauan, pengetahuan dan
kemampuan melakukan indentifikasi bahaya dan pengendaliannya karena :
Pengawas memegang peranan penting dalam pelaksanaan program K3
Pengawas adalah orang yang paling mengetahui kondisi kerja daerahnya
Pengawas paling mengetahui sifat dan tabiat para pekerja di bawahnya
Pengawas dapat selalu berhubungan langsung/bertatap muka dengan pekerja
Pengawas selalu dapat terjun langsung melakukan perbaikan 5.01
Pengawas harus bertanggung jawab dan menanggung gugat terhadap
pelaksanaan K3 di wilayah kerjanya.

Banyak kecelakaan yang terjadi pada kegiatan usaha pertambangan yang


penyebabnya antara lain kurangnya kemampuan pengawas untuk mengidentifikasi
bahaya secara cermat dan melakukan pengendalian yang tepat. Atas dasar
pertimbangan itu pada materi ini dijelaskan tentang pengertian yg berkaitan
dengan bahaya, tipe bahaya, penilaian resiko dan selanjutnya tehnik pengendalian
resiko terhadap bahaya. Tidak ada suatu metode yang digunakan secara universal
untuk melakukan pengkajian bahaya/resiko, yang biasa/lazim adalah;
Mengidentifikasi bahaya/resiko
Menentukan/menetapkan pengendalian saat ini (existing control)
Mengimplementasikan pengukuran tindak lanjut (further control) apabila
diperlukan seperti masih terdapatnya residual risk.
Sebagai pengawas, kita tetap harus memahami istilah-istilah yang berkaitan
dengan identifikasi bahaya seperti yang berikut;
Insiden; suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan
cideranya seseorang, kerusakan alat, kerusakan lingkungan,
terhentinya proses produksi, dan atau bahkan gabungan dari
keempatnya termasuk kejadian-kejadian hampir celaka
(nearmiss/nearhit).
Kecelakaan (accident)5.02; suatu kejadian ayng tidak diinginkan yang yang
mengakibatkan cidera pada manusia atau kerusakan pada alat/proses/
lingkungan sekitar
Bahaya (hazard)5.03; suatu sumber potensi yang berbahaya bagi manusia,
lingkungan peralatan dan/atau harta benda atau segala sesuatu yang
berpotensi untuk menyebabkan kecelakaan.
o Anything that cause harm; chemical, heat, noice, machine moving
part (HSE-UK)
o A something that which may cause physical harm (QUT-AST)
o A condition or practice with the potential for harm (SHEQM-
Germain-dkk)

(5.1) Lihat 3.13


(5.2) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 39 menjelaskan lebih jauh mengenai apa yang dimakdsud dengan
kecelakaan dalam konteks peraturan departemen pertambangan
(5.3) Spesifikasi kejadian-kejadian bebahaya dijelaskan dalam KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 44 untuk
tambang terbuka dan pasal 45 untuk tambang bawah tanah
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Resiko (risk)5.04; kemungkinan kecelakaan yang dapat terjadi karena suatu


bahaya atau kemungkinan bahaya mengakibatkan kerusakan dan/atau
kejadian yang tidak diinginkan. Resiko adalah kombinasi antara
kemungkinan (likelihood), paparan (exposure) dan keparahan
(severity) yang terkait dengan kejadian tertentu yang tidak diinginkan.
Penilaian resiko (risk assessment); pendekatan yang logis dan sistematis
untuk mengidentifikasi bahaya, menilai resiko dan melaksanakan serta
mempertahankan kendali agar dapat mengurangi resiko ke tingkat
yang dapat diterima.
Resiko Sisa (residual risk); Resiko yang berkaitan dengan kejadian yang tidak
diinginkan setelah pengendalian diambil.
Pengelolaan resiko (Risk Management) Penerapan secara sistematis dari
manajemen kebijakan, petunjuk dan pelaksanaan dari tugas untuk
mengidentifikasi, menganalisa, menilai, perlakuan dan monitoring
resiko.
Kemungkinan/kekerapan (likelihood); gambaran kemungkinan kualitatif
bahwa keberadaan dan/atau paparan terhadap bahaya yang
menghasilkan kejadian yang tidak diinginkan. Likelihood dianggap juga
meliputi frekuensi dari paparan (contoh: jumlah orang yg terlibat,
keseringan pekerjaan dilakukan) kecuali bila ditentukan terpisah untuk
penggunaan teknis analisa resiko. Kemungkinan (likelihood) juga
berarti kesempatan suatu sasaran terkena dampak negative dari
sumber energi yang muncul (bahaya).
Keparahan (severity); ukuran atau pengaruh konsekuensi/akibat (seberapa
banyak/buruk/parah).
Konsekuensi/akibat (consequence); akibat tertentu yang berhubungan
dengan kejadian yang tidak diinginkan atau hasil akhir bila suatu
sasaran (manusia, peralatan, proses/produksi dan lingkungan sekitar)
terkena dampak negative dari sumber energi yang muncul (bahaya).

5.2 TIPE-TIPE BAHAYA


Pengendalian terhadap bahaya dapat kita lakukan setelah kita melakukan
identifikasi terhadap bahaya tersebut, namun demikian identifikasi sulit dilakukan
jika kita tidak mengetahui tipe-tipe bahaya di tempat kerja.

1. Bahaya kimia5.05
Biasanya dapat menyebabkan kecelakaan terhadap manusia melalui pernafasan
atau kontak dengan kulit, seperti debu, asap (smoke), gas (fume), uap, kabut
(mists/aerosols), bedak/tepung (vapors), fiber, bahan kimia: Explosive, Beracun,
Radioaktif, Korosif, dll.

(5.4) The chance, great or small, that someone may be harmed by a hazard (HSE-UK) atau Change of loss; A
measure of the probability and potential severity of farm (SHEQM-Germany-dkk)
(5.5) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 86 dan 88 sampai 90 mengenai penanganan bahan kimia di
pertambangan
Handout
Pengawas Opersional Pratama

2. Bahaya fisik5.06
Bising; adalah suara yang tidak diinginkan atau yang diatas ambang
batas,
Getaran; suatu gerakan bolak-balik (oscillating) pada seluruh body atau
getaran sebagian.
Pencahayaan; intensitas, terlalu terang/silau,
radiasi; radiasi ion dan non-ion (electric & magnetic fields),
Temperatur: yaitu temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
Tekanan : yaitu tekanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

3. Bahaya biologi
Bahaya yang ditimbulkan oleh suatu mahluk hidup, dibedakan menjadi :
microbiology (yang tampak); bakteri, virus, jamur (fungi) atau tengu
(mites) dan
macrobiology (tidak tampak oleh mata); serangga, parasite, tumbuhan
dan binatang.

4. Bahaya ergonomic
Suatu bahaya yang terjadi oleh adanya interaksi antara seseorang/pekerja
dengan lingkungan tempat kerjanya. Bahaya ini dapat dibedakan menjadi:
Stres fisik (physical stresses); ruang sempit & terbatas, menarik, mendorong,
canggung/aneh (ackward) atau statis posture, pekerjaan terlalu keras
(overerection), repetitive motion, fatigue, force dan direct pressure

5. Bahaya mekanis
Bahaya yang ada pada titik operasi seperti; pemotongan, pemboran.
Bahaya pada titik jepit (nip point) seperti putaran pulley, roller.
Bahaya pada gerakan mesin yang maju mundur dan naik turun, dan
Bahaya pada tempat pemindahan dan pada bagian yang berputar atau
bergerak lainnya dari suatu peralatan atau permesinan.

6. Bahaya lingkungan sekitar5.07


Kemiringan, permukaan tidak rata atau licin, cuaca tidak ramah (temperature,
kelembaban, berkabut, dll), berair/berlumpur, kegelapan.

7. Bahaya Psikososial
Intimidasi, trauma, pola gilir kerja, pola promosi, pengorganisasian kerja.

(5.6) Kebisingan dan getaran yang dijelaskan dalam KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 85 menjadii tanggung
jawab KTT
(5.7) Sesuai KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 29 ayat 1(e), pekerja tambang wajib dilatih untuk mengenali
bahaya linkungan kerja yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan mereka
Handout
Pengawas Opersional Pratama

8. Bahaya tingkah laku


Ketidak patuhan, kurang keahlian, tigas baru/tidak rutin, overconfident, sok
jago/pintar, tidak peduli/masa bodoh.

9. Bahaya kelistrikan5.08
Pemasangan kawat/kabel, penyambungan tahanan pembumian (grounding
system) dan pembatasan, distribusi/panel listrik, saluran atau tombol, peralatan
listrik.

5.3 IDENTIFIKASI BAHAYA


Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan identifikasi (pengenalan)
bahaya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Keliling
Dengan berkeliling di area tempat kerja anda, maka anda dapat memeriksa
potensi bahaya. Akan sangat berguna bila anda melakukannya dengan petugas
yang bekerja di area tersebut dan atau dengan Safety Officer.

b. Daftar Pemeriksaan
Dengan menggunakan daftar pemeriksaan/checklist. Hasil pemeriksaan
disimpan dan ditandatangani oleh pimpinan tim pemeriksa

c. Laporan Terdahulu
Melakukan pemeriksaan laporan kejadian insiden atau cidera (termasuk near-
miss) yang pernah terjadi pada suatu tempat kerja

d. Konsultasi/Diskusi dengan Para Karyawan


Merupakan salah satu cara yang paling mudah dan efektif untuk
mengidentifikasi bahaya ditempat kerja. Para karyawan biasanya sangat
memahami bahaya apa yang dapat terjadi dan mengapa, berdasarkan
pengalaman kerja mereka.

e. Penyelidikan Kecelakaan
Berdasarkan laporan penyelidikan kecelakaan, kita dapat mengidentifikasi
potensi bahaya disuatu tempat kerja

f. Analisa Keselamatan Kerja dan Lingkungan


Analisa Keselamatan Kerja dan lingkungan adalah metode yang dipakai untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya/resiko yang ada pada setiap
langkah kerja

g. Dokumentasi
Material safety data sheets (MSDS) dan Label produksi
Peraturan Pemerintah
Thiess Management System Volume 2
Marka atau rambu-rambu

(5.8) Definisi jelas tentang listrik yang menjadi salah satu sumber bahaya ada di dalam KEPMEN No.
555.K/M.PE/1995 pasal 1 ayat 36
Handout
Pengawas Opersional Pratama

5.3.1 Penilaian Resiko


Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah:
1. Mengidentifikasi aktifitas5.09 seluruh operasi pertambangan
Operasi yang dimaksud adalah suatu pekerjaan yang luas bukan tugas individu
atau orang-perorang

A. Mengidentifikasi aktifitas pekerjaan (work activity)


Penting sekali untuk memilah proyek berdasarkan aktivitas kerjanya. Proses
ini kemudian membagi setiap aktifitas menjadi langkah urutan-urutan besar
(major activity) pada sebuah proyek. Contoh-contoh untuk aktifitas
pekerjaan meliputi:
Mining coal5.10
Hauling coal5.11
Land Clearing 5.12
Mining rehabilitation

B. Mengidentifikasi sub-aktivitas pekerjaan (work sub-activity)


Apabila aktifitas pekerjaan (work activity) terdiri dari banyak kegiatan lagi,
maka perlu dipecah lagi menjadi bebrapa work sub-activity. Dengan
demikian kita dapat mem-fokus-kan risk assesssment pada resiko-resiko
pada proses-proses yang lebih rinci. Berikut adalah contoh-contoh yang
dimaksud:
Work Activity Sub Activities
Pembuangan/pembukaan Memuat material ke dalam dump truck
tanah (overburden Membuang muatan (dumping) Truck
removal) Hauling
Dumping di atas high wall
Kembali dari daerah dump ke shovel
dll
Melubangi tanah Menyiapkan bench dengan dozer/grader
(drilling5.13 overburden) Mengebor bench dengan drill
Menyiapkan shots dan lubang-lubang
charging
dll
Merintis lahan Merintis (clearing) dengan dozer
(clearing land) Clearing dengan hydraulic excavator
Clearing dengan chainsaw
Mendorong batang-batang kayu (logs)
Menarik logs

(5.9) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 1 ayat 1 menjelaskan mengenai apa yang dimaskud dengan aktifitas
pertambangan
(5.10) Semua mengenai open-cut atau surface mining dijelaskan dalam KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 239
sampai dengan 256
(5.11) Peraturan mengenai transportasi/hauling tambang dijelaskan dalam KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal
139 146
(5.12) Land-clearing dengan bulldozer diatur oleh KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 255
(5.13) KEPMEN No. 555.K/M.PE/1995 pasal 229 mengenai syarat pemancangan dan/atau lokasi pengeboran
Handout
Pengawas Opersional Pratama

2. Identifikasi bahaya

Mungkin inilah tahap paling kritis dalam penilaian resiko. Resiko yang tidak
teridentifkasi tidak akan dapat dikelola. Tujuan identifikasi bahaya adalah untuk
meyakinkan (bukan memastikan) bahwa tidak ada resiko yang cukup besar yang
terlewatkan.
Penilaian resiko yang baik mengharuskan kita pertama-tama untuk mengidentifikasi
dan memahami resiko, oleh karenanya.
Identifikasi resiko harus dilaksanakan oleh tim, dengan berbagai latar belakang
yang berkaitan.
Identifikasi resiko harus dilakukan secara sistematis, bertujuan untuk
menjangkau segala bidang.
Menyesuaikan resiko secara detail sesuai dengan situasi yang ada.

Salah memahami resiko merupakan penyebab utama terjadinya hal yang tidak
diinginkan. Jika resiko diidentifikasi (dikenali), namun tidak dipahami, maka resiko
tertentu mungkin diremehkan yang akhirnya mengarah pada kurangnya
pengawasan dan sisa resiko yang tidak dapat diterima.
Besaran bahaya harus turut ditentukan, perhatikan contoh berikut:
Tradesmen menggunakan peralatan pemotong tenaga gas dalam ruang tertutup
mungkin dia sadar akan bahaya kebakaran atas kebocoran, namun dia tidak sadar
akan kemungkinan ledakan jika terjadi kebocoran. Painter mungkin paham bahwa
dia tidak boleh menumpahkan larutan ke saluran air, namun mungkin tidak sadar
besarnya kerugian atas rusaknya reputasi perusahaan jika ada tumpahan ke sungai
setempat.
Meskipun mereka sadar akan sifat alami resiko, namun tampaknya tidak sadar
akan sampai seberapa besar dampaknya.
Langkah kritis dalam mengidentifikasi bahaya yang membutuhkan pengendalian
adalah harus mampu mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam
pengertian APA yang mungkin terjadi, BAGAIMANA hal tersebut terjadi, dimana
kemungkinannya, serta MENGAPA hal tersebut terjadi.
Contoh-contohnya Bahaya di industi pertambangan:
Akses jalan Tabrakan
Operasi Peledakan Api/Kebakaran
Gas Bertekanan Terguling
Ban Berjalan Jatuh dari bangku
Pengoperasian Crane Kecepatan
Benda Jatuh Kegagalan pada dinding tinggi
Penghancur Batu (Crusher) Tanah Longsor
Asap Diesel Transportasi jalan (bis, pengangkut orang)
Obat dan Alkohol Kelelahan
Debu Asap las
Jalan Longsor Jatuh dari ketinggian
Perawatan Bekerja di dan di sekitar peralatan bergerak
Akses Kondisi basah
Pembengkokan Penanganan roda
Pemisahan Tanah miring
Bahan berbahaya Listrik
Pengerjaan pipa bertekanan tinggi Petir
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Isolasi mesin/listrik Bekerja dekat dinding tinggi
Peralatan bergerak Pergerakan tak diperkirakan
Akses dan jalan keluar Aktivitas perawatan
Pengaman (guarding) mesin Hancuran

3. Menilai Resiko
Resiko merupakan gabungan antara kecendrungan/kemungkinan
(likelihood) dan dampak (consequence) yang tidak diinginkan (misalnya
kecelakaan) sebagai akibat dari bahaya.
a. Menentukan kecendrungan (likelihood) dari suatu kejadian, tahap
ini tergantung pada 2 faktor:
Jumlah pengulangan dari tugas/siklus/situasi yang terjadi
Jumlah orang yang terpapar/terekspose ketika ditugaskan.

Table 1-Tingkat kwalitatif dari Kemungkinan (likekihood)


Tingkat Arti Keterangan
A Hampir pasti Dapat terjadi satu kali sebulan di lokasi ini.

B Sangat Mungkin Mungkin terjadi sekali setahun di lokasi ini.


C Mungkin Mungkin terjadi sekali setahun.
Hampir tidak
D Dapat terjadi sekali dalam lima tahun .
mungkin
E Jarang sekali Mungkin terjadi sekali dalam lima tahun .

b. Menentukan Dampak (consequence) dari kejadian bahaya/resiko


Dalam konteks ini konsekuensi adalah probabilitas dari suatu kejadian yang
tidak diinginkan (konsekuensi logis maksimal) dan akan terjadi sebagai
hasil dari pada suatu bahaya, atau kejadian-kejadian di waktu lalu di sini
atau di tempat lain dalam situasi yang sama.

Tabel 2 Tingkat kwalitatif dari Dampak (consequence)


Level Akibat Konsekuensi
Cidera kecil; Kerusakan alat 1-10K US$; kehilangan
Sangat produktivitas kecil; tidak ada dampak terhadap lingkungan
1
Kecil

Perlakuan P3K; Kerusakan alat 10K 50K US$;


2 Kecil
produktivitas terganggu; berkurangnya fungsi lingkungan
Perlu penanganan medis; kerusakan alat 50K-100K US$;
Hilang produktivitas 1-5 hari; kehilangan Produksi;
3 Sedang
lingkungan tercemar, perlu mendapat bantuan pihak luar
untuk penanggulangannya.
Cidera serius; kerusakan alat 100K-500K US$; kehilangan
4 Besar Produksi; lingkungan tercemar, tanpa membawa pengaruh
merugikan
Kematian, Lingkungan beracun yang membawa pengaruh
5 Bencana
merugikan. Kerugian lebih dari 500k US$.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

4. Menentukan Tingkat Resiko


Setelah dampak maksimal yang mungkin terjadi dan kecenderungan dari tiap
potensi hal yang tidak diinginkan telah ditentukan, maka angka (tiap dampak)
yang terkait dan huruf (tiap kecenderungan dapat dicatat dalam form Risk
Assessment Worksheet)
Resiko dari masing-masing portensi kecelakaan dengan mudah dapat ditentukan
dengan Risk Assessment MATRIX yaitu ada 4 tingkatan resiko;
E = Extreme risk
H = High risk
M = Moderate risk
L = Low risk

Table III-Risk Assessment Matrix

Dampak
Kecendrungan Sangat
Kecil Sedang Besar Bencana
Kecil
2 3 4 5
1
A
H H E E E
(Hampir Pasti)
B
M H H E
(Sangat Mungkin) E

C
L M H E E
(Mungkin)

D
L L M H E
(Hampir Tidak Mungkin)

E (Jarang) L L M H H

5. Toleransi Resiko

Setelah resiko dinilai maka hal tersebut harus dinilai menurut kriteria daya
toleransinya. Setelah itu diputuskan apakah akan:
Mentolerir resiko yang ada.
Memberikan batasan untuk menurunkan resiko sampai batas yang dapat
diterima.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Kriteria Resiko

TIDAK DAPAT DITERIMA : Dibutuhkan tindakan segera, kegiatan


tidak boleh dimulai atau harus dihentikan jika telah berjalan. Project
EKSTRIM Manajemen level tertinggi perlu terlibat, untuk menetapkan apakah
risiko dapat diterima atau menerapkan control berikutnya berdasarkan
urutan pengendalian.
TURUNKAN SERENDAH MUNGKIN SAMPAI TINGKAT YANG DAPAT
DITERIMA: Diperlukan perhatian dari Management tingkat Department
TINGGI
untuk mengontrol resiko. Kontrol Elimination, Substitution, Isolation,
Engineering harus diterapkan.
DAPAT DITERIMA:
Resiko dapat dimanage oleh risk management tingkat sedang termasuk
SEDANG
pengendalian system HSE (Work Instructions, JSA, BEHAVIOUR
PROGRAMS)
DAPAT DITERIMA: dimanage berdasarkan alat pengelola resiko harian
RENDAH
(JSA, BEHAVIOUR PROGRAMS).

6. Pengendalian Resiko
Bahaya-bahaya yang telah teridentifikasi dan dianalisa selanjutnya dilakukan
pengendalian agar bahaya/resiko hilang atau berkurang sehingga tidak
menimbulkan kecelakaan. Beberapa sumber berpendapat yang berbeda tentang
metode-metode dalam hirarki pengendalian (hierarchi controls).

HIERARCHI CONTROLS
QUT-
SHEQM QUT-
HIERARCHI TOSM FBEE ESAO
* PFD *
SEESE
Eliminiation - - - Y Y
Substitution - - - Y Y
Engineering/re-designing Y Y Y Y Y
Isolation - - - Y -
Monitoring Y - - - -
Administratif Y Y Y Y Y
Education & training Y - - - -
Work practice Y Y - - -
Maintenance Y - - - -
PPE (APD) Y Y Y Y Y
Keterangan: untuk kontrol yang bertanda (*) adalah metode kontrol yang paling sering dipilih dan
diterapkan di lapangan

6.1 Hirarki pengendalian Resiko dari SHEQM (Safety Health


Environmental & Quality System) terdiri dari 4 metode yaitu
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Pengendalian Penjelasan Contoh

Mensubstitusi dengan proses yang


kurang bahaya
Mengganti proses untuk mengurangi
Pengendalian ini meliputi pemaparan
modifikasi/perubahan Menutupi/melindungi (isolasi) proses
peralatan dan pabrik sehingga bahaya tidak tertransformasi ke
Engineering (plant), prosedure pekerja
(Rakayasa) lockout, mengurangi Menggunakan ventilasi isap (exhaust)
penggunaan zat secara lokal atau keseluruhan untuk
berbahaya, alat mengurangi konsentrasi zat (agent)
peringatan, dsb berbahaya di udara
Mengatur getaran yang timbul sehingga
kebisingan dan trauma ke badan dapat
dikurangi
Pemilihan staff
Pembatasan jam kerja
Variasi proses majemen Merotasi dan mengatur jadwal kerja
Administrative
untuk mengendalikan karyawan agar tidak terlalul terpapar
(Administrasi)
pengaruh biaya bahaya/resiko tempat kerja
Program pelatihan
Prosedur pembelian
Praktek kerja yang sesuai Merevisi langkah kerja pada prosedur
dengan prosedur yang kerja
Work Practice tepat dalam pelatihan Mengurangi penggunaan tenaga fisik
(Praktek kerja untuk memastikan bahwa Merubah syarat ketenagakerjaan
yang sesuai) para pekerja mengetahui Menyediakan peralatan yang lebih baik
bagaimana mengenal
dan menghindari bahaya
Langkah terakhir Suatu daerah yg tingkat kebisingan tinggi,
pengendalian resiko & dimana operator harus memasuki daerah
APD juga dimanfaatkan untuk tersebut untuk waktu sesaat harus
pengendalian resiko menggunakan pelindung telingan
jangka pendek

6.2 Hirarki pengendalian Resiko dari Thiess Management System


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Pengendalia Contoh
Penjelasan
n
Menghilangkan bahaya sehingga Memperbaiki peralatan yang rusak;
dampaknya menjadi nol. Ini Memindahkan limbah kimia berbahaya
Elimination
merupakan pengendalian paling atau yang tidak diinginkan dari tempat
(Penghapusan)
efektif dan harus menjadi kerja scepatnya.
prioritas utama.
Mengganti dengan bahan yang Mengganti bahan berbahaya dengan
lebih tidak berbahaya, proses bahan yang lebih aman.
Substitution atau perlengkapan, sehingga Misalnya, menggunakan lebih sedikit
(Penggantian) dampaknya menurun (ingat bahan kimia beracun;
bahwa penggantian kadang Mengangkat benda yang lebih kecil.
menimbulkan bahaya baru).
Memindahkan mesin foto kopi ke ruang
Isolation Menutup bahaya dari orang yang lain yang berventilasi;
(Pembatasan) dapat terkena bahaya tersebut. Memasang halang rintang untuk mencegah
orang memasuki kawasan berbahaya.
Menurunkan kemungkinan hal Menempatkan pelindung (guard) pada
Engineering yang tidak diinginkan melalui bagian mesin yang berbahaya,
(Rekayasa) perancangan piranti keras Menggunakan kereta dorong untuk
(mesin/alat). memindahkan beban berat.
Rotasi pekerjaan untuk menurunkan waktu
Menurunkan kemungkinan yang dihabiskan untuk melakukan satu
paparan dengan kerja tertentu,
Administrative
membuat/melaksanakan Melatih staf untuk menjalankan prosedur
(Administrasi)
prosedur, instruksi, pelatihan dan kerja yang aman,
kompetensi. Melakukan perawatan peralatan secara
rutin.
Lini terakhir pertahanan Menggunakan peralatan pelindung
sekiranya pengendalian kurang telinga/mata, helm, sarung tangan, masker
efektif, atau dipakai bersamaan dan melatih staf untuk menjalankan PPE
dengan usaha pengendalian dengan benar.
PPE (APD) lainnya. Perlindungan yang
ditawarkan dengan PPE
berdasar pada pemilihan yang
tepat, menyesuaikan, merawat
dan memanfaatkannya.

7. Kesesuaian Pengendalian (Compliance Check)


Tujuan kesesuaian pengendalian adalah untuk mengukur efektifitas pengendalian,
dan bagaimana pengendalian diawasi dan dikaji. Dalam bagian ini, pengendalian
yang dipergunakan untuk mengukur efektivitas diidentifikasi. Contoh dari
pengendalian ini adalah: pemeriksaan harian, audit internal, pemeriksaan tempat
kerja, Pengamatan Perilaku Aman (SBO). Penting sekali untuk mendaftar
pengendalian ini, karena hal ini dapat memastikan bahwa pengendalian diatur dan
dijalankan secara efektif.

8. Mengukur dan Menentukan Resiko Sisa


Setelah mengidentifikasi dan menilai efektivitas pengendalian yang ada, maka
harus ditentukan kecenderungan (likelihood) dan dampak (consequency) hal yang
tidak diinginkan dengan pengendalian yang dilakukan. Ini dibutuhkan untuk
menentukan Sisa Bahaya (resiko yang tersisa setelah tindakan pengendalian
diambil untuk mengatasi resiko yang ada).
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Setelah dampak dan kecenderungan dinilai ulang, maka tingkat dan urutan Sisa
Resiko dapat dihitung dengan TABEL III dan dicatat pada form Risk Assessment
Worksheet

9. Mengembangkan Rencana Tindakan


Bagian terakhir dari proses penilaian resiko adalah mengembangkan Rencana
Tindakan formal untuk Sisa Resiko yang telah ditentukan apakah Ekstrim atau
Tinggi. Rencana ini harus berisi rincian tentang tindakan yang diperlukan untuk
menurunkan sisa resiko sampai tingkat yang dapat diterima.

Tindakan yang disarankan harus berhubungan dengan tugas tertentu (misalnya


memasang halang rintang, alarm, kunci, melaksanakan (pelatihan tertentu untuk
pihak tertentu, dan lain-lain) dan tidak berupa pernyataan generik belaka
(misalnya meningkatkan penjagaan, meningkatkan pelatihan). Pengendalian harus
menyertakan kajian yang memastikan bahwa pengendalian dilaksanakan dan
berjalan secara efektif (misalnya audit dan pemeriksaan).
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Handout
Pengawas Opersional Pratama

BAB 6

ANALISA KESELAMATAN &


LINGKUNGAN KERJA

(JOB SAFETY & ENVIRONMENTAL


ANALYSIS, JSEA)
Handout
Pengawas Opersional Pratama

6. 1 Pendahuluan

Analisa Keselamatan dan Lingkungan Kerja (JSEA) merupakan proses


penilaian resiko formal yang paling umum digunakan dan diterapkan,
khususnya untuk mengidentifikasi resiko pekerjaan, tugas atau kegiatan
setelah semua penilaian resiko formal yang lain dilakukan.
JSEA juga digunakan untuk meninjau metode kerja & menemukan ;
(1) Bahaya yang mungkin belum ditemukan dalam rancangan plant atau
bangunan dan dalam desain mesin, peralatan, alat-alat, proses dan
tempat kerja;

(2) Bahaya yang mungkin timbul setelah produksi dimulai; atau

(3) Bahaya yang mungkin timbul yang berasal dari perubahan dalam
prosedur kerja, lingkungan atau tenaga kerja.

Biasanya penyusunan JSEA melibatkan pekerja yang melaksanakan tugas


tersebut. Karena masukan yang didapat dari pekerja yang melakukan
pekerjaan tersebut memberikan hasil yang lebih tepat atau menjadi alat
kerja yang lebih berharga dan lebih disukai untuk digunakan oleh pekerja.
Dalam penerapannya, JSEA hanya dapat diterapkan pada situasi-situasi
dimana pekerja dan pengawas kerja memiliki kemampuan dan sumberdaya
untuk menganalisa resiko dan melakukan pengendalian yang tepat dan
memadai.

Camkanlah bahwa waktu yang diambil dalam membuat JSEA, di area kerja anda
bukanlah suatu waktu yang terbuang sia-sia, tapi akan merupakan suatu
penghematan waktu yang sangat besar dalam periode yang panjang, karena waktu
tersebut digunakan untuk menyiapkan dengan teliti prosedur kerja, berdasarkan
pengetahuan yang terbaik dan tersedia untuk melakukan tugas yang kritis dengan
cara yang paling efisien.

Kapan JSEA Harus Dibuat


Pekerjaan yang memiliki Frekuensi Insiden yang tinggi
Pekerjaan yang memiliki Tingkat keparahan/Kerusakan yang tinggi
Pekerjaan baru atau pekerjaan pengganti yang dinilai beresiko sedang sampai
sangat tinggi
Pekerjaan yang diidentifikasi sebagai jenis pekerjaan yang perlu JSEA (hasil Risk
Assessment)

6.1.1 Proses Penyusunan JSEA

Penyusunan JSEA dapat dilaksanakan berdasar 2 kondisi, yaitu: Penyusunan


Sebelum Bekerja (diatas meja) dan Penyusunan dilokasi kerja.

Penyusunan Sebelum Bekerja


JSEA yang disusun/dikembangkan sebelum bekerja harus diselesaikan dalam waktu
yang memadai agar pengendalian bahaya dapat dilaksanakan dan prosedur umum
dapat disusun. Setelah disusun, JSEA tersebut harus dievaluasi kembali untuk
Handout
Pengawas Opersional Pratama

memastikan kebenaran JSEA yang telah dibuat, sebelum pekerjaan tersebut


dilaksanakan.

Penyusunan dilokasi kerja


JSEA yang disusun/dikembangkan di lokasi kerja, disusun oleh mereka yang akan
melaksanakan suatu pekerjaan. Pengendalian yang dihasilkan dari JSEA ini
biasanya hanya berdasarkan pada prosedur atau instruksi kerja yang tersedia.
Keuntungannya para penyusun mampu untuk memfokuskan perhatian pada resiko-
resiko tertentu dari suatu pekerjaan (termasuk memfokuskan pada kondisi
sekarang, sumberdaya, pengalaman pekerja dan dampak terhadap pekerjaan lain,
manusia, dan lain-lain).

Dalam melakukan analisa tugas, JSEA terdapat beberapa metoda pendekatan yang
dapat dilakukan, yaitu;
Analisa tugas dengan Diskusi
Analisa tugas dengan Observasi
Analisa tugas dengan Observasi & Diskusi (gabungan)
Analisa dengan diskusi dilakukan apabila suatu pekerjaan tidak memungkinkan
untuk diobservasi secara langsung. Biasanya untuk tugas baru yang belum pernah
dikerjakan atau untuk pekerjaan yang lokasinya jauh terpencil sehingga tidak
praktis untuk dikunjungi.
Sedang analisa tugas dengan observasi dilakukan apabila suatu pekerjaan
dapat langsung diamati/diobservasi. JSEA yang dihasilkan akan lebih akurat dan
terpakai karena penyusun dalam menyusun JSEA dapat melihat orang/pekerja,
peralatan dan bahan yang digunakan, lingkungan, serta proses kerjanya.
Analisa tugas dengan observasi dan diskusi merupakan analisa gabungan dari
kedua metoda sebelumnya. Apabila memungkinkan,
semua tugas harus dianalisa dengan teknik observasi & diskusi karena dengan
teknik ini kita dapat mengamati dan berdiskusi dengan team penyusun, sehingga
JSEA yang dihasilkan lebih akurat.

6.2 Inventarisasi & Identifikasi Tugas yang Kritis


Tugas/pekerjaan adalah suatu urutan langkah kerja yang terpisah atau
bersamaan untuk mencapai suatu tujuan kerja. Ada beberapa pekerjaan
yang dapat menjadi terlalu luas untuk diselesaikan. Contohnya membuat
kertas, membangun pabrik atau membangun tambang bijih besi; Pekerjaan
yang terlalu luas seperti contoh diatas tidaklah tepat untuk dianalisa atau
dibuatkan JSEA. Demikian pula ada pekerjaan yang diartikan secara sempit,
yang tidak ada urutan dalam pelaksanaannya (kegiatan tunggal) juga tidak
sesuai untuk dilakukan JSEA; contohnya menyalakan switch, mengencang-
kan sekrup, dan menekan tombol.
Pekerjaan yang sesuai untuk dilakukan JSEA adalah pekerjaan yang memiliki
urutan, bersifat kritis dan memerlukan suatu pengawasan/supervisi,
seperti; Mengoperasikan mesin, menebang pohon, dan lain-lain.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Karena analisa (JSEA) ini lebih bersifat prediktif daripada reaktif, maka sangat
penting untuk memasukan tugas-tugas yang berpotensi menimbulkan kerugian
yang besar meskipun catatan insiden belum pernah terjadi pada tugas tersebut.

Kekritisan suatu pekerjaan ditentukan berdasar faktor-faktor dibawah ini:


Faktor Keparahan (Severity)
Faktor Kekerapan (Frequency)
Faktor Tugas Baru
Faktor Peluang / Output Risk Assessment

Faktor Keparahan (Severity)


Keparahan yang ditimbulkan dari suatu insiden, baik itu cidera pada pekerja
maupun nilai/biaya kerugian yang ditimbulkannya. Semakin parah akibat yang
ditimbulkan maka semakin kritis nilai pekerjaan tersebutsemakin penting/perlu
untuk dianalisa atau dibuat JSEA-nya.

Faktor Kekerapan (Frequency)


Tingkat kekerapan ditentukan oleh frekuensi/seringnya pekerjaan tersebut
dilakukan, banyaknya jumlah pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut serta
tingkat kekerapan/keseringan terjadinya kasus insiden tersebut. Semakin sering
pekerjaan tersebut dilakukan, semakin banyak pekerja yang terlibat dan semakin
sering kasus insiden terjadi (berdasarkan catatan statistik insiden) semakin kritis
nilai pekerjaan tersebut dan semakin perlu untuk dianalisa.

Faktor Tugas Baru


Suatu tugas baru, harus dianggap sebagai tugas yang kritis dan akan menjadi
target analisa dengan atau tanpa sejarah insiden, TMS menyatakan hanya tugas
baru dengan resiko yang sedang dan berat saja yang perlu dianalisa ~ JSEA dari
pekerjaan yang baru harus dibuat sesegera mungkin saat pekerjaan tersebut akan
dilaksanakan. Analisis tidak boleh ditunda sampai insiden/kecelakaan terjadi atau
hampir terjadi).

Faktor Peluang/Hasil Risk Assessment


Peluang (Probability) terjadinya insiden/kerugian pada suatu aktivitas kerja dinilai
pada saat pelaksanaan risk assessment yang memperhitungkan:
Tingkat resiko yang terkandung dalam suatu tugas,
Tingkat kesulitan & kerumitan tugas,
Tingkat kemungkinan kerugian apabila tugas tersebut tidak dilakukan
dengan cara yang benar.
Berdasarkan hasil analisa tersebut, ditentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dibuatkan JSEA-nya

6.3 Mengurai Tugas Menjadi Langkah Kerja


Sebelum kegiatan mengidentifikasi bahaya dimulai, pekerjaan harus dibagi
dalam urutan langkah-langkah, dimana tiap langkah menjelaskan apa yang
akan dilakukan (bukan bagaimana tugas tersebut dilakukan).
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Ketika pertama kali suatu tugas akan dianalisa, tuliskan setiap langkah apa
yang dilakukan. Setelah semua langkah dituliskan, lakukan observasi/analisa
untuk menambahkan langkah kerja yang perlu atau menghilangkan langkah
kerja yang tidak perlu.
Seleksi langkah yang tepat dalam melakukan suatu analisa akan sangat
menentukan hasil akhir.
Hindari dua kesalahan yang umumnya terjadi dalam menguraikan langkah
kerja:
(1)Membagi dengan sangat rinci sehingga menghasilkan sejumlah langkah
yang tidak perlu.
Contoh, Pekerjaan/kegiatan Mengganti Light Vehicle:
Langkah 1: Posisikan Unit,
Langkah 2: Matikan mesin,
Langkah 3: Aktifkan handbreak,
Langkah 4: Buka Seatbelt
Langkah 5: Buka pintu unit
Langkah 6: Turun dari unit
Langkah 7: Tutup pintu unit
Langkah 8: Berjalan ke bagasi
Langkah 9: Buka bagasi
Langkah 10: Ambil ban
Langkah 11: dst

Uraian langkah kerja diatas tidak efektif karena terlalu detail sehingga
langkah kerja yang akan dianalisa juga sangat panjang. Keterbatasan
pekerja untuk mengingat langkah kerja juga menjadikan penguraian
yang terlalu detail akan menjadi tidak efektif.

(2)Membagi pekerjaan tersebut secara umum sehingga langkah-langkah


dasar/kritis tidak tercatat.
Contoh, kegiatan mengganti ban Kijang/ligh vehicle;
Langkah 1: Posisikan Unit
Langkah 2: Ambil ban serep
Langkah 3: Pasang ban serep
Uraian langkah kerja diatas, sangat umum sehingga banyak langkah kerja
yang hilang-yang mungkin memiliki potensi bahaya yang significant untuk
menyebabkan terjadinya insiden.

Keputusan untuk memasukan atau tidak memasukkan suatu langkah kerja


dapat dilakukan dengan satu pertanyaan: Apakah langkah ini dapat
menjadi langkah kritis, maksudnya :
Apabila dilakukan dapat mengakibatkan kecelakaan/kerusakan
alat/kerusakan lingkungan.
Apabila tidak dilakukan akan mengakibatkan kecelakaan/kerusakan
alat/kerusakan lingkungan (misalnya perlunya dilakukan pengetesan
alat-alat Bantu/alat ukur)
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Untuk memudahkan dalam melakukan penguraian langkah kerja, lakukan


hal ini bersama-sama dengan pekerja/karyawan lainnya. Pilih karyawan
yang tepat untuk memeriksa, yaitu karyawan yang berpengalaman, mampu
dan dapat bekerja sama. Sebelumnya, jelaskan terlebih dahulu tujuan
membuat JSEA, bagaimana cara mengidentifikasi bahaya dan cara
mengontrol resiko serta perlihatkan pada mereka contoh JSEA yang sudah
lengkap (terutama untuk karyawan yang belum pernah membuat).
Yakinkan karyawan tersebut bahwa mereka dipilih karena pengalamannya
dan kemampuannya.
Perintah untuk tiap langkah kerja harus dimulai dengan kata kerja
seperti memindahkan, membuka atau mengelas. Tindakan tersebut
dilengkapi dengan memberi nama pada tiap item dimana tindakan
tersebut dilakukan, misalnya,
pindahkan alat pemadam api
"bawa ke tempat kebakaran"

6.4 Identifikasi Bahaya / Analisa Potensi Kerugian


Setelah suatu tugas diurai menjadi beberapa langkah kerja kritis, maka tahap
berikutnya adalah melakukan identifikasi dan analisa bahaya/kerugian yang ada
pada setiap langkah kerja tersebut.
Untuk dapat mengidentifikasi bahaya, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui
tentang definisi dari bahaya itu sendiri. Bahaya adalah suatu potensi yang
dapat memberikan pengaruh buruk pada keselamatan dan kesehatan
orang/pekerja ditempat kerja. Contoh bahaya; Debu, Kebisingan, Bekerja
di ketinggian, Material B3, dll.
Untuk dapat menunjukan dengan tepat potensi bahaya/kerugian dari suatu langkah
kerja, ajukan pertanyaan dengan memasukan 4 faktor yang berhubungan dengan
suatu tugas (manusia/pekerja, alat & peralatan, material dan lingkungan) seperti
dibawah ini:

(1) Manusia/pekerja vs Tugas:


Apakah pekerjaan tersebut dapat menyebabkan cidera, penyakit, stress atau
ketegangan
Bagaimana pekerja melakukan tugas tersebut, apakah pekerja dapat
terjepit, terbentur, terjatuh, dll
Tindakan pekerja apa saja yang memungkinkan menurunnya tingkat
keselamatan, produksi dan kualitas

(2) Alat & Peralatan vs Tugas:


Bahaya apa saja yang dapat ditimbulkan oleh suatu perkakas, mesin,
kendaraan atau peralatan lainnya
Apa saja kondisi kedaruratan peralatan yang paling mungkin timbul

(3) Material vs Tugas:


Material/bahan apa saja yang digunakan pada pekerjaan tersebut dan
bagaimana sifat bahan tersebut terhadap kesehatan & keselamatan pekerja
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Masalah apa yang spesifik dari penanganan material

(4) Lingkungan vs Tugas:


Bagaimana potensi bahaya dari lingkungan seperti kebisingan, penerangan,
suhu udara, ventilasi dan radiasi serta housekeeping terhadap tugas yang
dilaksanakan pekerja
Bagaimana kemungkinan faktor lingkungan menyebabkan kerugian pada
keselamatan, kualitas dan produksi

Dibawah ini terdapat beberapa contoh pertanyaan saat mengidentifikasi


bahaya pada setiap langkah kerja:
Apakah mungkin seseorang terkena oleh bagian-bagian yang bergerak dari
mesin-mesin?
Apakah ada kemungkinan dari peralatan yang berputar, rangkaian sekrup,
bagian-bagian dari alat, dapat mengenai atau merobek pakaian karyawan?
Apakah ada kemungkinan terjepit diantara dua parts yang sedang bergerak,
seperti diantar tali dan katrol, charge dan sprocket, rack dan gear, atau
diantara roda gigi.
Apakah mesin atau peralatan memiliki gerakan balasan atau gerakan yang
ada dimana pekerja dapat tersangkut atau diantara part yang bergerak dan
benda yang terpasang?
Apakah ada kemungkinan tangan atau lengan karyawan menyentuh bagian
mesin yang sedang bergerak di titik operasi saat penggilingan, pemotongan,
melubangi, pengguntingan, membengkokkan, menggerinda atau pekerjaan
lain yang akan dilakukan?
Dapatkah material (termasuk serpihan atau debu) terlempar atau tersembur
keluar dari titik operasi melukai seseorang yang ada didekatnya?
Apakah ada pelindung mesin untuk mencegah terjadinya operasi yang
kurang hati-hati atau yang tidak diinginkan?
Apakah terdapat mesin pengontrol untuk membantu saat terjadi keadaaan
yang darurat?
Apakah ada mesin yang bergetar, bergerak, atau berjalan saat operasi?
Mungkinkah part terlepas selama beroperasi dan melukai operator atau yang
lainnya?
Apakah guard diposisikan atau diatur sesuai dengan yang diijinkan?
Apakah ada kemungkinan bagi karyawan dapat melewati guard, sehingga
membuat guard tidak efektif?
Apakah mesin, peralatan, dan alat-alat dirawat teratur?
Apakah posisi mesin sesuai sehingga operator memiliki ruang yang cukup
untuk bekerja dengan aman?
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Apakah terdapat ruang yang cukup untuk perawatan dan perbaikan?


Apakah terdapat ruang yang cukup untuk mengakomodasi pekerjaan yang
datang dan selesai serta untuk hasil sampingan yang dihasilkan dari proses
pekerjaan?
Apakah metode penanganan material secara manual sesuai dan terdapat alat
yang memadai untuk proses kerja tersebut?
Apakah alat kerja yang dibutuhkan tersimpan ditempat yang sesuai dan tidak
terganggu oleh pekerjaan yang dilakukan?
Apakah area kerja dengan dicat dengan warna spesifik-apakah pencahayaan
yang diperlukan selama operasi kerja mencukupi?
Apakah peredaran udara/ventilasi memadai, khususnya pada operasi yang
menghasilkan debu, kabut, uap, dan gas?
Apakah operator menggunakan alat pelindung diri?
Apakah kebersihan tempat kerja terjaga tanpa ada sampah atau bahaya
tersandung atau tumpahan di lantai?
Apakah ada kemungkinan dimana karyawan dapat masuk ke dalam mesin
(misalnya diagian belakang)?
Apakah sumber energi panas terkontrol untuk perlindungan?
Apakah sumber energi terkontrol untuk perawatan?

Seluruh pertanyaan ini akan lebih berharga jika digabungkan kedalam bentuk
form inspection yang dilakukan dalam interval yang teratur.

Catat tipe kecelakaan dan alat yang terlibat. Untuk mencatat bahwa karyawan
dapat terluka pada bagian kaki karena kejatuhan alat pemadam api, misalnya;
tulis tertimpa oleh alat pemadam api
Periksa lagi dengan karyawan yang mengamati setelah bahaya dan potensi
bahaya telah dicatat. Karyawan yang berpengalaman mungkin akan memberikan
saran-saran tambahan. Anda harus pula memeriksa pengalaman dengan teman
kerja yang lain. Melalui pengamatan dan diskusi, anda dapat mengembangkan
daftar bahaya dan potensial insiden yang dapat diandalkan.

6.5 Pengendalian Bahaya & Penentuan Pananggungjawab

Setelah menentukan langkah dan mengidentifikasi bahaya potensial, anda telah


mempunyai apa yang anda butuhkan untuk membuat rekomendasi pengendalian
serta menentukan penanggungjawab terhadap pengendalian tsb.
Pengendalian adalah tindakan pencegahan terhadap potensi kerugian sehingga
pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dan efisien. Dalam membuat
rekomendasi pengendalian harus diupayakan sedapat mungkin merupakan suatu
kalimat penjelasan positif yang menginstruksikan tentang apa yang harus dilakukan
untuk mengurangi atau menghindarkan keterpaparan terhadap kerugian dan
bagaimana untuk mengerjakan pekerjaan dengan cara yang paling efisien.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Jika bahaya diketahui, solusi yang tepat dapat berkembang. Beberapa solusi
dapat berubah secara pisik untuk menghilangkan atau mengontrol bahaya,
seperti menempatkan pelindung pada part mesin bergerak yang terbuka. Yang
lain dapat menjadi prosedur yang menghilangkan atau meminimalkan bahaya,
misalnya, cara yang aman menopang material. Hal ini akan memerlukan training
dan pengawasan. Jika solusi-solusi ini tidak dapat mengontrol bahaya, alat
perlindungan perseorangan diperlukan untuk melaksanakan kerja dengan aman.
Gabungan solusi-solusi ini juga dapat memberikan lingkungan kerja yang aman.
Pengendalian bahaya dapat dianalisa dalam terminologi 4 tujuan utama dari
manajemen (biaya, produksi, kualitas dan keselamatan). Kombinasi dari ke empat
sub sistem ini memberikan 16 pertanyaan sebagai bahan analisa, yaitu:

(1) Biaya Orang/Pekerja


Apakah kita dapat mengendalikan bahaya dengan mempunyai orang yang
pelatihannya lebih baik? Dengan menggunakan orang yang lebih baik? Melalui
motivasi yang lebih baik?

(2) Biaya Alat


Dapatkah kita mengendalikan bahaya dengan mempunyai alat, mesin atau
perkakas yang berbeda? Atau dengan menggunakan alat yang ada dengan lebih
efektif?Bagaimana dengan biayanya?

(3) Biaya Bahan


Dapatkah bahan yang lebih murah digunakan?Bagaimana cara kita untuk
mengurangi bahan yang terbuang?

(4) Biaya Lingkungan


Dapatkah kita menghemat uang melalui housekeeping, penerangan, penataan,
ventilasi yang baik?

(5) Produktifitas - Orang


Bagaimana kita mengurangi kehilangan jam kerja, meningkatkan efisiensi
tenaga kerja? Bagaimana membuat pekerjaan lebih mudah agar pekerja lebih
produktif?

(6) Produksi Peralatan


Bagaimana kita dapat mengurangi kerusakan alat dan atau tidak beroperasinya
alat? Peralatan, mesin, perkakas apa yang harus kita sediakan untuk
meningkatkan produktivitas?

(7) Produksi Lingkungan


Dapatkah kita meningkatkan produksi dengan melalui penataan, penerangan,
pembersihan yang lebih baik? Melalui iklim kerja atau kondisi yang lebih baik?

(8) Produksi Bahan


Bagaimana bahan dapat ditangani atau diangkut dengan lebih efisien? Bahan
apa yang akan membantu produktifitas

(9) Kualitas Orang


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Pengetahuan dan ketrampilan apa yang kritis untuk menghasilkan yang


berkualitas? Dapatkah kita meniongkatkan kualitas dengan seleksi,
penempatan, pelatihan dan petunjuk yang lebih baik?

(10) Kualitas Peralatan


Alat, mesin dan perkakas apa yang kita harus sediakan untuk memastikan
kualitas yang optimum? Dapatkah kita meningkatkan operasi pemeliharaan
untuk jam kerja yang lebih panjang dan kualitas yang lebih baik dari suatu
peralatan?

(11) Kualitas Bahan


Apa ada bahan lain yang dapat meningkatkan kualitas? Apakah akan membantu
untuk membuat pemeriksaan kualitas bahan lebih cepat atau lebih sering?
(12) Kualitas Lingkungan
Apakah kualitas dipengaruhi oleh kotoran, debu, asap, pelarut, cahaya atau
suhu?

(13) Keselamatan Orang


Apa potensi bahya yang dapat membahayakan orang? Apa kebutuhan yang
kritis untuk peraturan, instruksi tugas dan observasi tugas?

(14) Keselamatan Peralatan


Apa potensi bahaya yang dapat mengakibatkan peralatan rusak, terbakar atau
meledak? Bagaimana kita dapat membuat penggunaan peralatan keselamatan,
alat pelindung diri, pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan peralatan
sebelum digunakan yang lebih baik?

(15) Keselamatan Bahan


Bagaimana kita dapat mengurangi atau mengendalikan keterpaparan terhadap
bahan berbahaya? Bagaimana kita dapat memperbaiki pelatihan cara
penanganan yang aman? Bagaimana kita dapat lakukan yang terbaik untuk
mencegah pembuangan dan kerusakan bahan baku produksi.

(16) Keselamatan Lingkungan

Bagaimana kita dapat meningkatkan housekeeping untuk mengendalikan


kerugian kecelakaan? Apa yang dapat kita rubah pada lingkungan kerja untuk
meningkatkan keselamatan?
Langkah akhir JSEA adalah mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk
mencegah terjadinya potensi insiden. Solusi dasarnya adalah:
1. menemukan cara baru untuk melakukan kerja
2. merubah kondisi pisik yang menyebabkan bahaya
3. merubah prosedur kerja
4. mengurangi frekuensi (khususnya membantu dalam perawatan dan
penanganan material).
5. Menggunakan hirarki kontrol

Untuk menemukan seluruh cara baru melakukan kerja, tentukan tujuan akhir
dari pekerjaan, dan kemudian lakukan analisis berbagai macam cara untuk
Handout
Pengawas Opersional Pratama

mencapai tujuan sehingga dapat dilihat cara mana yang paling aman.
Pertimbangkan juga alat dan perlengkapan kerja yang aman.
Jika cara baru untuk melakukan pekerjaan tidak dapat ditemukan, tanyakanlah
pertanyaan ini: Perubahan apa dalam kondisi pisik (seperti perubahan alat,
material, perlengkapan, susunan, atau lokasi) yang akan melenyapkan bahaya
atau mencegah insiden/kecelakaan?. Saat perubahan ditemukan, pelajarilah
dengan teliti untuk menemukan manfaat yang lain yang akan bertambah
(seperti produksi yang lebih besar atau penghematan waktu). Manfaat-manfaat
ini harus dicatat, sehingga saat mengajukan perubahan ke manajemen yang
lebih tinggi, hal tersebut adalah point yang baik.
Untuk memeriksa perubahan-perubahan dalam prosedur kerja,
tanyakanlah tiap bahaya dan potensi bahaya yang terdaftar: Apa yang
karyawan harus lakukan atau tidak boleh dilakukan untuk
menghilangkan bahaya khusus ini atau mencegah potensi insiden? sebagai
tambahan, Bagaimana pekerjaan tersebut seharusnya dilakukan?.
Dalam banyak kasus, pengawas dapat menjawab pertanyaan ini karena
pengalamannya. Jawaban harus spesifik dan mendasar jika prosedur baru
ingin diperbaiki.
Peringatan yang umum seperti : waspada, perhatian , atau
berhati-hati, tidaklah berguna. Jawaban harus tepat menyatakan apa
yang dilakukan dan dan bagaimana cara melakukannya. Rekomendasi
sepertiBuatlah kunci inggris tidak terlepas ataupun menyebabkan
kehilangan keseimbangantidaklah lengkap. Hal ini tidak memberitahukan
bagaimana mencegah kunci inggris agar tidak terlepas. Sebaliknya, berikut
ini adalah contoh prosedur yang aman yang direkomendasikan yang
memberitahukan apa maupun bagaimana: "Atur kunci ingris dengan tepat
dan aman. Periksa grip atau jepitannya dengan cara menekan tidak terlalu
kuat (light preasure) pada grip. Perkuatlah diri anda dengan berpegang
pada sesuatu yang tidak dapat bergerak, atau berpegang pada benda yang
tegak dengan kaki terbuka lebar, sebelum menggunakan tekanan penuh.
Hal ini untuk mencegah hilangnya keseimbangan jika kunci ingris terlepas.
Perbaikan atau service kerja selalu harus seringkali diulang karena
keadaan memerlukan koreksi terus menerus.
Untuk mengurangi kerja yang berulang, tanyakanlah Apa yang dapat
dilakukan untuk menghilangkan perbaikan yang berulang-ulang atau
service yang dibutuhkan? Jika penyebab tidak dapat dihilangkan,
tanyakan adakah cara lain untuk meminimalkan dampak dari keadaan
tersebut?" Part mesin misalnya, dengan cepat digunakan dan memerlukan
pergantian yang sering. Pelajarilah penyebab yang menimbulkan getaran
yang berlebihan. Setelah getaran berkurang atau hilang, part mesin
digunakan lebih lama dan perawatan yang lebih sedikit.
Mengurangi frekwensi kerja hanya untuk keselamatan berarti membatasi
keterpaparan pekerja terhadap bahaya potensial. Tiap usaha tetap harus
dibuat untuk melenyapkan bahaya dan untuk mencegah potensi insiden
melalui perubahan keadaan pisik atau perbaikan prosedur kerja atau
kedua-duanya.
Pekerjaan yang telah dirancang ulang (redesign) atau diatur kembali dapat
mempengaruhi kerja yang lain dan bahkan seluruh proses kerja. Karena itu,
Handout
Pengawas Opersional Pratama

perancangan ulang harus didiskusikan tidak hanya oleh karyawan namun juga
rekan-kerja, supervisor, plant engineer, dan lain-lain.
Bagaimanapun, seluruh pemeriksaan atau pengujian yang tujuannya untuk
perubahan pekerjaan harus didiskusikan dengan orang yang bertugas pada
pekerjaan tersebut. Ide-ide mereka tentang bahaya dan solusi yang
dianjurkan dapat menjadi bahan pertimbangan yang berharga. Mereka
dapat mempertimbangkankan tujuan perubahan yang diterapkan dan
mungkin mengusulkan perbaikan. Sebenarnya diskusi ini adalah lebih dari
sekedar cara untuk memeriksa JSEA. Mereka adalah penghubung masalah
keselamatan kerja yang mempromosikan kesadaran akan bahaya kerja dan
prosedure yang aman.
Solusi dasarnya Menggunakan hirarki kontrol resiko, secara detail dibahas
dalam materi identifikasi bahaya dan penanganan resiko

6.6 Penggunaan JSEA

Saat membuat JSEA, supervisor mempelajari lebih dalam lagi tentang


pekerjaan yang mereka awasi. Saat karyawan didorong untuk berpartisipasi
dalam masalah analisis keselamatan kerja & lingkungan, sikap keselamatan
kerja mereka ada perbaikan dan pengetahuan akan keselamatan kerja mereka
meningkat. Prosedur kerja yang lebih baik dan aman serta kondisi kerja yang
lebih aman tumbuh karena JSEA dilaksanakan.
Saat JSEA disebarkan, tanggungjawab pertama supervisor adalah menjelaskan
isi JSEA kepada karyawan dan jika perlu memberikan mereka training lanjutan.
Seluruh JSEA harus ditinjau kembali dengan karyawan yang bersangkutan agar
mereka mengetahui bagaimana pekerjaan dilakukan tanpa menimbulkan
potensi insiden.
JSEA dapat melengkapi material untuk hubungan keselamatan yang
direncanakan. Seluruh langkah JSEA harus dilakukan untuk tujuan ini.
Langkah-langkah yang memperlihatkan bahaya utama harus di hadapi dan
ditinjau kembali berulang-ulang dalam hubungan keselamatan berikutnya.
Karyawan yang baru dalam kerja harus dilatih tentang langkah-langkah dasar
kerja. Mereka harus diajarkan untuk mengenali bahaya yang berhubungan
dengan tiap langkah kerja dan harus mempelajari tindakan perlindungan yang
diperlukan. Tak ada petunjuk yang lebih baik untuk training ini daripada
persiapan JSEA yang baik.
Kadang-kadang, supervisor harus memeriksa karyawan sebagaimana mereka
melakukan kerja dimana analisis telah dikembangkan. Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk menentukan apakah karyawan melakukan kerja atau tidak dalam
hubungannya dengan prosedur kerja yang aman. Sebelum membuat
pemeriksaan, supervisor harus mempersiapkan dengan meninjau kembali JSEA
dalam bentuk pertanyaan agar benar-benar kuat dalam ingatan key point untuk
memeriksa.
Banyak pekerjaan seperti perbaikan atau servis kerja, jarang dilakukan atau
dalam basis yang tidak teratur. Karyawan yang melakukannya akan memperoleh
manfaat dari JSEA/petunjuk pre-kerja yang mengingatkan mereka tentang
bahaya dan tindakan pencegahan yang diperlukan.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Sewaktu-waktu insiden dapat terjadi pada pekerjaan telah dibuatkan JSEA, JSEA
pada pekerjaan tersebut harus ditinjau kembali untuk menentukan apakah
diperlukan revisi/perbaikan atau tidak. Jika JSEA diperbaiki, seluruh karyawan
yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut harus diberitahu tentang
perubahan dan diberi petunjuk tentang prosedur kerja yang baru.
Saat insiden terjadi yang disebabkan karena gagal mengikuti prosedur yang
terdapat pada JSEA, fakta/petunjuk harus ditemukan dengan semua orang yang
melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini untuk memperjelas bahwa insiden tidak
akan terjadi jika prosedur JSEA diikuti.
Seluruh supervisor yang berhubungan dengan metode perbaikan kerja untuk
meningkatkan keselamatan dan kesehatan, mengurangi pengeluaran, dan
langkah produksi dengan melakukan JSEA adalah titik awal yang baik sekali
dalam mempertanyakan cara untuk melakukan kerja. Dan mempelajari JSEA
dapat memberikan ide-ide yang baik untuk perbaikan metode kerja.
JSEA akan menjadi suatu yang bermanfaat apabila ditempatkan dalam beberapa
program keselamatan kerja atau tugas lainnya disamping itu, JSEA juga
merupakan alat pengawasan dari manajemen yang praktis untuk memastikan
apakah suatu pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan yang telah ditentukan.
Penggunaan JSEA akan sangat bermanfaat untuk program K3 berikut : Orientasi
pekerja/Penugasan baru; Pelatihap Pengawas Baru; Instruksi Tugas Yang benar;
Observasi Tugas Yang terencana; Safety Talk/Pertemuan kelompok; Penyelidikan
Kecelakaan/Insiden dan Pelatihan Keterampilan .

Orientasi Pekerja Baru /Penugasan Baru


Satu hal pertama yang seorang pekerja baru ingin tahu adalah apa pekerjaan yang
akan mereka lakukan, dan bagaimana pekerjaan itu dilakukan. Demikian juga
halnya pekerja lama yang mendapat penugasan untuk tugas yang baru tentu belum
memahami sepenuhnya tugas baru tersebut. Untuk itu JSEA merupakan bahan
yang sangat membantu mereka untuk dapat memahami bagaiinana melakukan
pekerjaan tersebut dengan aman dan efisien.

Pelatihan Pengawas Baru


Secara umum yang paling ideal menjadi pengawas adalah orang yang paling
memahami pekerjaan pada area tersebut, namun kenyataan di lapangan kadang-
kadang tidaklah selalu demikian . Mungkin dengan alasan kekurangan personil yang
memenuhi kualifikasi pada bagian kerja tersebut, terpaksa harus mengambil
pengawas dari bagian lain dan bahkan dari perusahaan yang lain. Untuk itu mereka
harus mendapat pelatihan untuk tugasnya tersebut dan prosedur/petunjuk kerja
atau JSEA akan sangat membantu dalam pelatihan ini.

Instruksi tugas yang benar.


Pedoman dan petunjuk kerja tertulis mempunyai nilai yang sangat besar dalam
membantu pengawas menemukan tanggung jawab dasar mereka untuk bagaimana
mereka melakukan tugasnya secara benar (benar, cepat, sungguh-sungguh dan
aman)

Observasi tugas yang terencana


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Petunjuk dan prosedur kerja tertulis memungkinkan pengawas secara sistematis


dapat menganalisa sebaik apa performance dari pekerja untuk mengikuti standar
yang diperlukan.

Pertemuan Kelompok / Safety Talk


Dalam pelaksanaan pertemuan kelompok ataupun safety talk, prosedur kerja dapat
digunakan sebagai bahan (topik) diskusi khususnya apabila peserta dari pertemuan
kelompok tersebut merupakan orang-orang yang terlibat dengan prosedur kerja
tersebut serta orang yang terpengaruh dengan pekerjaan tersebut.

Penyelidikan kecelakaan/insiden
Uraian tertulis dari pekerjaan membantu Supervisor melakukan penyelidikan
kecelakaan/insiden dengan teliti dengan menganalisa apakah pekerjaan telah
dilakukan sebagaimana mestinya, pada tahapan proses mana terjadi kesalahan dan
apa jenis perubahan yang dapat membawa ke pengendalian yang lebih baik.

Pelatihan Ketrampilan
JSEA atau prosedur tugas tertulis akan membantu efisiensi dan keefektifan dari
program pelatihan untuk operator peralatan dan pekerja trampil lainnya, karena
dengan JSEA dapat ditunjukkan secara khusus dan sistematis apa pekerjaan itu dan
bagaimana dikerjakan.
Handout
Pengawas Opersional Pratama
Handout
Pengawas Opersional Pratama

BAB 7

INVESTIGASI DAN PELAPORAN


INSIDEN
Handout
Pengawas Opersional Pratama

1.0 PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Kecelakaan seberapapun kecilnya akan dapat mengakibatkan terganggunya
produktivitas tenaga kerja dan peralatan. Untuk mencegah timbulnya kerugian
yang lebih besar maka pencegahan kecelakaan harus dilakukan sedini mungkin.
Kecelakaan (Accident) :
Suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak terduga dan tidak diinginkan yang
mengakibatkan cideranya seseorang, kerusakan alat, kerusakan lingkungan,
terhentinya proses produksi, dan atau bahkan gabungan dari keempatnya. Atau
dengan kata lain, Kecelakaan adalah hasil atau akibat dari kontak langsung dengan
suatu bahan/zat atau sumber energi yang melebihi batas kemampuan tubuh atau
struktur.
Insiden :
Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan cideranya
seseorang, kerusakan alat, kerusakan lingkungan, terhentinya proses produksi, dan
atau bahkan gabungan dari keempatnya termasuk kejadian-kejadian hampir celaka
(nearmiss/nearhit).
Nearhit :
Kejadian yang berpotensi mengakibatkan cidera atau penyakit atas seseorang/
kerusakan alat /properti / kerusakan lingkungan.
Loss Time Injury (LTI) :
Cidera atau penyakit yang mengakibatkan kematian atau tidak dapat masuk kerja
pada shift kerja setelah hari kejadian tersebut
Restricted Work Injury (RWI)
Cidera atau penyakit yang menyebabkan seseorang tidak mampu melakukan tugas
yang diharapkan, dengan kapasitas penuh untuk satu shift kerja.
Medical Treatment Injury (MTI)
Cidera atau penyakit yang memerlukan perawatan selain dari P3K.
P3K atau perawatan pencegahan seperti suntikan tetanus atau X-ray yang
negatif, meskipun dilakukan oleh dokter praktek tidak diklasifikasikan sebagai
Medical Treatment Injury (MTI).

First Aid
Perawatan yang biasanya dilakukan oleh petugas First Aid.
First Aid Medical Treatment
Pemakaian antiseptic pada kunjungan Pemakaian antiseptik kedua atau kunjungan
awal ke petugas medic selanjutnya ke Petugas Medik

Perawatan luka bakar ringan Perawatan luka bakar sebagian atau penuh

Pengambilan serpihan benda asing Pengambilan benda asing yang masuk ke mata
yang masuk ketubuh kecuali di mata.

Pengambilan benda asing yang masuk Pengambilan benda asing yang masuk ketubuh
Handout
Pengawas Opersional Pratama

ketubuh dari luka jika prosedurnya pada luka yang dalam, ukuran atau lokasi
tidak rumit dan efektif dengan menyulitkan prosedur pengambilan
penggunaan teknik yang sederhana

Penggunaan obat tanpa resep dan Penggunaan resep obat (kecuali dosis tunggal
pemakaian dosis tunggal resep obat diberikan saat kunjungan pertama untuk luka
saat kunjungan pertama untuk cedera ringan atau keluhan)
kecil atau suatu keluhan

Diagnosa x-ray yang Negatif Diagnosa x-ray untuk keretakan Positif

Observasi cedera selama mengunjungi Izin rumah sakit atau perawatan atau
petugas medik (selama kurang dari 12 observasi lebih dari 12 jam.
jam)

Pemakaian perban pada suatu Diberikan satu atau lebih jahitan


kunjungan ke petugas medic

Perawatan pertolongan pertama oleh Pembedahan pemindahan jaringan yang rusak


Dokter digolongkan sebagai kasus First atau mati untuk membersihkan luka
Aid

Perawatan Infeksi

Beberapa Cedera kerja yang mengakibatkan


kehilangan kesadaran

1.2 Pemeriksa / Investigator Insiden


Siapa yang harus melakukan pemeriksaan kecelakaan? Tanggung jawab terhadap
pemeriksaan kecelakaan sebenarnya menyangkut semua tingkat pimpinan. Secara
pertanggung-jawaban pengawas langsung/atasan langsung (frontline supervisor)
adalah orang yang sebaiknya melakukan insvestigasi terhadap terjadinya
kecelakaan.
Ada beberapa alasan mengapa pengawas (superintendant / supervisor) dan
Petugas Safety/Environment harus melakukan investigasi atau paling tidak harus
ikut terlibat dalam kegiatan investigasi antara lain :
Pengawas (Superintendent/Supervisor):
Mengetahui bagaimana pekerjaan itu seharusnya dilakukan, bahayanya dan
tindakan pencegahannya
Mempunyai kepentingan pribadi (Accountable untuk Safety)
Mengetahui dengan jelas kondisi kerja
Mengetahui sifat dan tabiat bawahannya
Bertanggung jawab melaksanakan tindakan perbaikan
Mengetahui bagaimana dan dimana mendapatkan informasi yang diperlukan
Dapat mempelajari penyebab insiden dan dapat segera mengambil tindakan
perbaikan
Petugas Safety/Environment :
Mengetahui bagaimana cara melakukan investigasi
Tahu bagaimana cara membuat laporan tertulis dan melengkapi Formulir insiden
record dengan benar
Accountable untuk Safety
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Bertanggung jawab untuk memastikan dilaksanakannya tindakan perbaikan.

Salah satu permasalahan dalam pencegahan kecelakaan adalah banyaknya


kecelakaan yang tidak dilaporkan oleh para pekerja, yang apabila dibiarkan
informasi yang sangat berharga dari suatu kasus kecelakaan akan hilang sehingga
korban-korban akan terus bertambah serta akan lebih parah karena tidak ada
perbaikan yang bisa dilakukan.

Ada beberapa alasan mengapa kecelakaan yang terjadi tidak dilaporkan oleh para
pekerja, karena:
Takut catatan keselamatan dan kesehatan kerja group tidak baik karena ada
catatan kecelakaan
Takut kondite/catatan pribadi menjadi buruk dan terhambat kariemya
Takut terhadap perawatan dokter
Takut terkena tindakan disiplin, ada pola pikir bahwa investigasi untuk mencari
kesalahan bukan fakta, dan banyak pengawas yang melakukan tekanan maupun
sanksi, yang selayaknya pengawas harus lebih memahami bagaimana mengatur
dan mengawasi mereka.
Takut reputasinya jelek, dan tidak ingin mendapat julukan gampang celaka atau
pekerja bahaya.
Tidak mengerti manfaat dari kecelakaan yang dilaporkan dan kerugiannya
apabila tidak dilaporkan.
Tidak ingin pekerjaannya terganggu dan tidak dapat selesai.
Tidak ingin adanya perubahan sikap dari pengawas atau hubungan baiknya
terganggu.
Menganggap bahwa kecelakaan adalah suatu pelanggaran atau kesalahan.
Tidak menyukai perawatan itu sendiri karena alasan kepribadian atau karena
perbedaan/persamaan jenis kelarnin.

Pengawas harus dapat memberikan motivasi kepada para pekerja agar mau
melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi, untuk itu pengawas harus dapat
melakukan hal- hal sebagai berikut :
Bertindak dan bersikaf positif
Memberikan perhatian lebih terhadap peningkatan aktivitas program
pengendalian kecelakaan dan buat catatan objektif.
Mengenal/mengakui perbuatan individu dengan tepat, memberi perhatian lebih
terhadap tindakan individu yang mempunyai kontribusi dalam pencegahan
kecelakaan
Tunjukkan kepercayaan pribadi dengan tindakan dan jangan menganggap
laporan kecelakaan tidak penting selanjutnya pastikan bahwa laporan atau
masalah sudah ditindak lanjuti.
Kembangkan kesadaran pekerja tentang keuntungan dari informasi kecelakaan.
Adakan pertemuan group clan kontak pribadi untuk memberikan respon bahwa
laporan kecelakaan telah meningkatkan keselamatan setiap orang.

1.3 Gejala dan Penyebab Insiden


Pengawas harus memahami bahwa selalu ada gejala atau tanda-tanda sebelum
suatu kecelakaan terjadi. Perbedaan penyebab langsung dengan penyebab dasar
harus dipahami agar pengendalian kecelakaan dapat tercapai. Perbaikan terhadap
penyebab langsung hanya akan menghasilkan pengendalian/pencegahan yang
Handout
Pengawas Opersional Pratama

sifatnya sementara saja, akan tetapi apabila perbaikan yang diambil berdasarkan
atas penyebab dasar yang ditemukan maka akan memberikan pencegahan
kecelakaan yang permanen.
Frank Bird menggambarkan hubungan langsung antara manajemen dengan
terjadinya kecelakaan. Apabila manajemen tidak memiliki kontrol yang baik
terhadap setiap level maka akan dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan (hal
ini merupakan penyempurnaan Teori Domino - Heinrich).

Loss
MGT PROBLEM SEBAB SEBAB INSIDEN / KECELAKAAN AKIBAT KECELAKAAN
DASAR LANGSUNG
PROGRAM FAKTOR PERBUATAN CIDERA
KONTAK
TAK SESUAI PERORANGAN TAK AMAN ATAU
DENGAN
& ENERGI KERUSAKAN
STANDAR FAKTOR KONDISI ATAU YANG TAK
TAK SESUAI PEKERJAAN TAK AMAN BAHAN/ ZAT DIHARAPKAN

KEPATUHAN
PELAKSANAAN

Dari gambar diatas, Insiden/Kecelakaan tidak akan terjadi tanpa didahului oleh
adanya Sebab Langsung dan Sebab Dasar/Sebab Utama. Hal ini diibaratkan
sebuah rangkaian domino, dimana untuk mencegah domino terakhir jatuh, maka
kita harus menstabilkan 3 domino pertama, yaitu: Sebab Langsung, Sebab Dasar
dan Manajemen Problem. Stabilisator ini untuk memastikan adanya program,
standar dan pemenuhan yang memadai sehingga sebab dasar dan sebab langsung
tidak terjadi.
Komponen yang meliputi Sebab Langsung;
Unsafe Action (Perbuatan Tidak Aman) adalah tindakan orang/pekerja yang
menyimpang dari prosedur ata cara kerja aman sehingga perbuatan/tindakan
tersebut mengandung bahaya. Contohnya; Mengoperasikan unit melebihi batas
kecepatan yang diperbolehkan, Bermain-main, dan lain-lain.
Unsafe Condition (Kondisi Tidak Aman) adalah kondisi apa saja, baik itu
fisik, mekanis, kimiawi atau biologis yang berbahaya. Contohnya; Sinar las yang
tidak terlindungi, bahan mudah terbakar yang berada dekat sumber api, dan
lain-lain.
Komponen yang meliputi Sebab Dasar;
Personal Factor (Faktor Perorangan/Pribadi):
o Kemampuan fisik yang terbatas, Ketidakmampuan mental, Kurang
pengetahuan, Motivasi tidak tepat, dan lain-lain.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Job Factor (Faktor Pekerjaan):


o Tidak memadainya pengawasan/kepemimpinan, Tidak memadainya
peralatan dan perkakas kerja, Tidak memadainya standar kerja, dan lain-
lain.

Manajemen problem merupakan Domino pertama menyatakan Lack of Control


atau, didalamnya meliputi perlunya;
Program,
Standar
Pemenuhan/Kepatuhan

Terhadap Program dan Standar yang telah dibuat.

Piramida Rasio Insiden


Frank Bird (ILCI, 1969) mengemukakan bahwa menurut hasil penelitian terhadap 2
juta kasus kecelakaan di AS, didapatkan angka perbandingan antara Kecelakaan
Fatal, Kecelakaan Ringan, Kerusakan Properti dan Kejadian Hampir
Celaka/Nearmiss atau Nearhit, sebagai berikut:

1
Fatal

10
Cidera Ringan

30
Kerusakan Propert
600
Near Miss

Jika kita ingin mencegah kecelakaan Fatal, cidera ringan & kerusakan properti,
maka kita harus mengelola kejadian-kejadian yang hampir celaka. Oleh sebab itu
kejadian nearmiss-pun harus dilaporkan secara tertulis.
Teori lain yang menjelaskan mengapa kita harus menyelidiki dan mencatat insiden
adalah karena biaya yang dikeluarkan oleh manajemen sangatlah besar dan
biasanya yang terlihat/tercatat tersebut adalah biaya yang tampak atau puncak
gunung es. Sedang biaya lain seperti biaya investigasi, waktu terbuang, hilangnya
motivasi kerja, dsb belum dapat tercatat oleh manajemen. Angka perbandingan
biaya tersebut menurut iceberg teori adalah 1 : 50 : 3
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Biaya Tampak US $
1

Biaya Tak
US $ 5 -
Terasuransi
50

Biaya Lain-lain
US $ 1 -
3

RASIO BIAYA INSIDEN (Iceberg Theory by HW. Heinrich)

2.0 PEMERIKSAAN / INVESTIGASI INSIDEN

Pemeriksaan insiden/kecelakaan bertujuan bukan untuk mencari siapa yang salah


akan tetapi untuk mencari fakta-fakta ataupun penyebab terjadinya kecelakaan
tersebut sehingga dapat diambil tindakan pencegahan agar kecelakaan yang sarna
tidak terulang kembali.

Pemeriksaan kecelakaan secara efektif dapat membantu untuk :


Mengetahui gambaran/kronologis tentang terjadinya kecelakaan
Menentukan penyebab-penyebab kecelakaan
Menetapkan potensi-potensi bahaya
Mengembangkan cara-cara pencegahan/pengendalian
Mendefinisikan gejala-gejala atau tanda kemungkinan terjadinya kecelakaan
Menunjukkan atau membuktikan perhatian bahwa pemeriksaan dilakukan
objektif

Manajer harus memastikan semua insiden yang terjadi ditempat kerja diinvestgasi
secara menyeluruh dan segera mendapatkan laporan dari hasil investigasi dan
menyusun tindakan perbaikan yang akan dilakukan.
Ukuran dan ruang lingkup investigasi insiden ini akan bervariasi. Investigasi insiden
yang paling ringan mungkin tidak akan mengikuti semua tahap investigasi yang
akan dijelaskan disini, atau tetap mengikuti tahap-tahap yang ada tetapi tidak
dimasukkan dalam laporan. Ukuran dan ruang lingkup investigasi serta laporan
tertulisnya akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk beberapa
kejadian yang pernah terjadi sebelumnya atau yang serupa, potensi menyebabkan
cedera, prioritas investigasi terhadap kegiatan lain dan sebagainya.
Investigasi insiden kelas I akan menerapkan proses yang berbeda (TapRoot).
Investigasi ini akan dilakukan oleh sebuah tim termasuk dari luar site dan akan
dipimpin oleh seorang yang terlatih dalam TapRoot. Sebelum team formal
Handout
Pengawas Opersional Pratama

penyelidik insiden kelas 1 terbentuk, personil site harus melakukan inspeksi


keselamatan dan perlindungan serta mengumpulkan informasi yang mungkin akan
cepat hilang.
Untuk melakukan tindakan yang mendesak tidak harus menunggu sampai
investigasi selesai, tetapi dapat saja langsung dilakukan jika memang diperlukan.

2.1 Tujuan dan Manfaat Melakukan Investigasi Insiden


Tujuan melakukan investigasi adalah mengumpulkan semua fakta yang
berhubungan dengan insiden dan menganalisanya untuk memahami
bagaimana terjadinya insiden, mencari penyebab utama dan pendukung
agar dapat menentukan tindakan perbaikan untuk mencegah terulangnya
insiden.
Investigasi insiden berfokus kepada kejadian sesudahnya atau setelah
insiden terjadi (lihat gambar di bawah).

Organisational Failures Outcomes

Near hit

Injury
Wham!
Hazard
Damage

Pre-Event Event Post-Event

Pro-active Reactive
Measures Measures

Berikut ini adalah manfaat dari melakukan investigasi secara terencana


serta melakukan follow up atas suatu insiden:
Perbaikan dalam prestasi K3 dan Lingkungan, dengan cara:
Handout
Pengawas Opersional Pratama

- Mengurangi kemungkinan/keparahan insiden yang serupa yang mungkin


akan terulang kembali.
- Mengurangi kemungkinan/keparahan insiden yang masih berhubungan,
pada site ini dan site lainnya.
- Mengurangi kemungkinan/keparahan insiden yang mungkin
mempengaruhi atau mengakibatkan insiden lainnya.
- Mengidentifikasi dan melakukan tindakan awal terhadap masalah-masalah
lain yang ditemui selama melakukan investigasi.
- Menyediakan data yang diperlukan untuk mendeteksi kecenderungan
yang berkembang yang dapat dianalisa untuk mengidentifikasi masalah-
masalah khusus atau masalah yang terulang kembali.
Memperkuat pesan bahwa kompeten dan serius dalam meningkatkan
prestasi HSE.
Memuaskan dan menjamin kebutuhan pemerintah, asuransi, klien dan
internal perusahaan.
Meningkatkan hubungan kerja.
Meskipun tidak termasuk dalam ruang lingkup training ini, proses tanggap
darurat adalah tindakan segera yang harus dilakukan segera setelah
kejadian, termasuk: Menyelamatkan orang yang cedera; Keselamatan
orang lain yang ada di sekitar lokasi; Mengamankan lokasi kejadian

Kemudian dilakukan Risk assessment awal dari insiden untuk menentukan


tingkat potensial. Dari sini akan dapat ditentukan kelas insiden (kelas 1, 2
atau 3). Selanjutnya sejauh mana investigasi akan dilakukan dan
pelaporannya, untuk insiden yang harus dilaporkan ke pemerintah
(Notifiable incident) harus dibicarakan dengan petugas yang berwenang
(inspektorat, polisi) sebelum melakukan investigasi. Karena mungkin saja
mereka ingin membatasi jalan masuk, menunda investigasi atau meminta
informasi tertentu dan sebagainya.

2.2 Proses Investigasi


Terdapat 6 langkah/tahap dalam proses investigasi dan pelaporan insiden;
dimana, langkah tersebut berhubungan langsung dengan Lembaran Proses
Investigasi Insiden Thiess.

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam proses investigasi:


1. Mengunjungi tempat kejadian
2. Mengumpulkan/melindungi informasi yang diperlukan
3. Menentukan faktor-faktor penyebab
4. Menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk faktor-faktor penyebab
insiden
5. Menindaklanjuti
6. Menyiapkan Laporan

2.3 Uraian Tahapan Proses Investigasi

Tahap 1 : Mengunjungi Tempat Kejadian


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Idealnya, akan lebih baik bila semua anggota tim mengunjungi


lokasi insiden sesegera mungkin, dengan tujuan:
Agar dapat mengetahui apa yang sedang mereka selidiki
Melindungi dan mengumpulkan informasi yang diperlukan
Memastikan keselamatan saat melakukan pemeriksaan lokasi
insiden

Lakukan pemeriksaan bahaya (inspeksi safety) sebelum memasuki


lokasi insiden ~ Lokasi Insiden sangat tidak aman, penyelidik harus
berhati-hati karena dapat saja cedera atau bahkan terbunuh saat
melakukan investigasi.

Beberapa bahaya yang mungkin timbul dilokasi insiden:


Struktur melemah
Saluran bahan bakar pecah
Kabel isolasi rusak
Peralatan dengan posisi yang tidak stabil
Permukaan tanah/jalan masuk yang tidak stabil

Tahap 2: Mengumpulkan/Melindungi Informasi yang bisa


Didapatkan

Kumpulkan informasi yang bisa didapatkan, baik berupa bukti


keras (Bekas/Jejak ban, lokasi puing-puing, peralatan rusak, dsb)
atau bukti lunak (Gambaran cuaca, pencahayaan, angin, debu; Hal-
hal yang akan hilang saat pekerjaan dilanjutkan; Siapa saja yang
terlibat sebelum, selama dan setelah kejadian; Saksi yang
melihat /mendengar sesuatu sebelum atau selama kejadian;
Informasi yang oleh orang-orang yang terlibat, mungkin dicoba
untuk dihilangkan).
Berikut beberapa perlengkapan yang diperlukan dalam
pengumpulan/melindungi informasi:
Alat untuk memberi tanda (cat, kapur, dll)
Kamera / videa / tape recorder / baterai
Alat tulis pena, kertas, formulir
Senter, Alat ukur dan pita pembatas
Lembaran Proses Investigasi Insiden

Informasi yang dapat dikumpulkan akan bervariasi tergantung


pada jenis insiden (khususnya tingkat permasalahan teknik) dan
tingkat pelaksanaan sistem HSE ditempat kerja. Dari investigasi
yang dilakukan akan mempengaruhi informasi apa yang harus
dikumpulkan, secara umum dikelompokkan atas 4 kategori:
Orang-orang
Peralatan
Lingkungan
Sistem
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Orang
Tentukan semua orang yang mungkin mempunyai informasi dan
minta pernyataan dari mereka. Orang-orang ini mungkin saja yang
terlibat langsung, saksi dan supervisor seperti halnya rekan kerja
yang menangani pekerjaan yang sama, yang menangani peralatan,
jalan dan sebagainya, atau yang mempunyai pengalaman sama.
Informasi yang dikumpulkan harus mencakup hal-hal yang
relevan, termasuk: Sudah berapa lama melakukan pekerjaan
sejenis, Pengalaman kerja, Training (teknis dan safety), sudah
berapa lama sudah melakukan perkerjaan pada hari itu, Kapan
terakhir istirahat, Komunikasi, Sudah berapa shift, Pekerjaan yang
sedang dilakukan, Kondisi fisik (kesiapan bekerja), Siapa yang
terlibat, Kompetensi dan wewenang, Simper, Pre start, APD, Permit
/ label, SOP / JSEA
Wawancarai semua orang yang terlibat dalam insiden tersebut,
dan lakukan wawancara secepat mungkin setelah terjadinya
insiden. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa ingatan
manusia cenderung lemah dan jika mereka mendengar cerita
dengan versi yang berbeda, cerita mereka pun dapat berubah.

Langkah pertama untuk melakukan wawancara tentang investigasi


insiden adalah buat perencanaan wawancara dengan matang.
Termasuk: Menentukan siapa yang perlu diwawancarai, membuat
Jadwal interview, Membuat pertanyaan yang tersusun dengan baik,
Menyiapkan tempat, serta Hal-hal yang menyangkut dengan kode
etik wawancara. Langkah selanjutnya adalah Melakukan
wawancara.
Ada empat hal yang harus diperhatikan untuk melakukan
wawancara yang efektif:
i. Ciptakan suasana agar orang yang diwawancarai
merasa nyaman
Anda harus dapat membuat narasumber merasa senyaman
mungkin saat wawancara. Jangan membuat situasi
wawancara seperti halnya interogasi, misalnya, dengan
menanyakan semua pertanyaan sekaligus. Berempatilah pada
orang yang diwawancarai, bayangkan jika anda pada
posisinya dan perlakukan mereka sebagaimana anda ingin
diperlakukan. Jika wawancara dilakukan di dalam
kantor/ruangan, aturlah situasi agar mereka tidak merasa
seperti diancam.

Poin-poin berikut ini mungkin akan membantu dalam


pelaksanaan wawancara:
Duduklah ditempat yang tidak terlindung agar dapat
berbicara & mendengarkan dengan baik.
Tunjukkan catatan wawancara anda dan gunakan bahasa
tubuh saat akan mendapatkan catatan tersebut.
Duduklah sama rendah, gunakan kursi dengan jenis yang
sama.
Berikan ruangan yang cukup. Pilihlah tempat yang cukup
luas.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Gunakan bahasa tubuh yang baik, bersikaplah terbuka


saat berbicara, badan condong kedepan dan
mengangguk, menatap mata saat berbicara
Ulangi kembali keterangannya dengan kalimat yang
berbeda, saat ingin mengkonfirmasi keterangan

ii. Memulai wawancara


Jika orang tersebut adalah saksi mata, tanyakan proses
kejadian menurut versi mereka. Cara yang paling mudah
adalah dengan menanyakan apa yang terjadi?. Biarkan
mereka menceritakan keseluruhan cerita dan jangan
diinterupsi. Jika mereka telah selesai bercerita, ulangi inti
cerita untuk memastikan anda menangkap informasi yang
benar. Catat semua informasi yang relevan.

Tanyakan pertanyaan yang sudah anda persiapkan, dan


dengarkan baik-baik jawaban yang diberikan. Pahami apa
yang dikatakan sebelum membuat catatan, dan tegaskan
pemahaman anda dengan cara mengulangi apa yang
dimaksudkanseperti halnya menyimpulkan. Jika mereka
membenarkan pemahaman anda, berarti anda
mendapatkan pesan yang benar. Anda perlu membuat
pertanyaan tambahan untuk mencari tahu hal-hal yang
belum jelas.

Selama wawancara, jangan memperdebatkan


permasalahan, karena ini bukan saatnya membantah
informasi yang diberikananda hanya perlu mengumpulkan
informasi.
Semua pernyataan harus dicrosscheck dengan pernyataan
lainnya dan fakta-fakta lain yang sudah didapat, untuk
memastikan kebenaran pernyataan. Mungkin perlu
mewawancarai orang-orang lebih dari satu kali jika
investigasi sudah dikembangkan dan ditemukan fakta-
fakta.
Catat hasil wawancara pada Format Wawancara Insiden.

iii. Mengakhiri wawancara


Ucapkan terima kasih atas waktu dan bantuan yang
diberikan. Akhiri wawancara dengan kesan yang baik dan
pastikan anda tetap dapat saling berkomunikasi. Misalnya,
beritahukan bagaimana mereka bisa menghubungi anda
jika mereka mengetahui informasi lainnya. Anda juga harus
memberitahu bahwa anda akan menghubungi mereka jika
memerlukan informasi lain.

Peralatan
Selidiki semua plant atau peralatan yang terlibat dalam insiden,
perhatikan kondisi peralatan tersebut, semua hal yang mungkin
Handout
Pengawas Opersional Pratama

sudah berubah atau menunjukkan tanda-tanda kerusakan,


misalnya kerusakan yang sudah lama dan yang masih baru dan
sebagainya. Lihat juga kerusakan pada design dan label atau
merk, yang mungkin memicu terjadinya insiden atau akibat dari
insiden.
Periksa atau uji kondisi parts seperti rem, ban dan lainnya, yang
kondisinya mungkin mendukung terjadinya insiden.
Informasi lainnya termasuk: Apa yang terlibat, Pre start,
Maintenance history, JSEA/SOP, Statury inspection, Tanggal
inspeksi, Usia/kondisi pengaman, Tipe pekerjaan yang sedang
dilakukan, Isolasi/Label, Kerusakan yang dilaporkan/diperbaiki,
Desain mesin, modifikasi, Plant/peralatan ON/OFF, Rating/
spesifikasi, Sesuai dengan kegunaan, Komunikasi antar alat,
dll.

Lingkungan / lokasi :
Cari informasi tentang tempat kejadian untuk membantu
memahami pekerjaan yang sedang dilakukan dan kemungkinan
pengaruh dari kondisi lingkungan setempat. Selidiki semua
kondisi fisik yang ada disekitar tempat kejadian khususnya
perubahan mendadak terhadap kondisi lingkungan.
Hal yang paling penting adalah situasi pada saat kejadian dan
bukan kondisi yang biasanya. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan termasuk: Waktu insiden, Kondisi tanah,
Pencahayaan, Siang/malam, Basah/kering, Panas/dingin, Jejak/
track, Ventilasi, Kebisingan, Perubahan terbaru, Kepadatan/
house keeping, Gas-gas beracun, Jarak pandang/debu, Rambu-
rambu
Gunakan photo, sketsa dan sebagainya untuk menunjukkan lay
out lokasi, posisi orang-orang dan peralatan sebelum dan
sesudah insiden dan kondisi disekitarnya. Catat jika ada sesuatu
yang terjadi (seperti hujan) antara waktu insiden dan waktu
inspeksi yang mungkin telah mengubah situasi.

Sistem :
Selidiki secara menyeluruh sistem manajemen mana yang tidak
berjalan sehingga mungkin menyebabkan terjadinya insiden.
Permasalahan sistem misalnya: Tidak adanya sistem yang
sesuai, Kegagalan dalam menerapkan sistem secara baik,
Lemahnya sistem pemeliharaan, Kurangnya pengawasan, Hasil
inspeksi / audit, Teknik monitoring dan pengukuran, Lemahnya
majemen hazard, Kurangnya, lemahnya atau tidak sesuainya
prosedur, Kurangnya, lemahnya atau tidak sesuainya training,
Cetakan kontrol sistem, Surat izin kerja
Tim investigasi perlu mempertimbangkan seberapa sulit suatu
sistem untuk dimengerti dan dijalankan.

Tahap 3 : Menentukan faktor-faktor penyebab


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Sequence of Event adalah pernyataan atau diagram yang


menunjukkan urutan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ini satu cara
yang penting untuk menyusun fakta-fakta dan mengembangkan
gambaran apa yang telah terjadi untuk kemudian merencanakan
langkah-langkah investigasi selanjutnya (bila diperlukan) dan
menentukan faktor pendukung. Umumnya sequence of
event dipertimbangkan sebagai langkah awal menganalisa insiden.

Sequence of Event dibuat dengan menulis secara persis tentang


apa yang terjadi sebelum insiden. Sebuah penjelasan yang logis,
dan secara berurutan tentang apa yang terjadi. Tim investigasi
akan menentukan seberapa jauh mundur dari waktu kejadian dan
kemudian menulis apa yang terjadi setelah itu. Setelah sequence of
event disusun, langkah selanjutnya adalah analisa Y Tree.

Y tree adalah cara yang tepat untuk menampilkan data yang telah
dikumpulkan, dan sebagai acuan untuk merencanakan tahap
pengumpulan data selanjutnya. Untuk membuat Y tree, mulai
dengan gambaran persis insiden (diambil dari sequence of event)
dan bertanya MENGAPA hal itu bisa terjadi. Kita terus bertanya
MENGAPA sampai menemukan jawabannya atau jika mencapai titik
dimana pertanyaan tersebut tidak perlu dilanjutkan lagi.
Pengembangan Y Tree dapat melalui curah pendapat untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan hal-hal yang mungkin
memerlukan investigasi lebih jauh. Kita dapat menjawab
pertanyaan MENGAPA berdasarkan data yang sudah dikumpulkan.
Tapi jika tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, mungkin kita
punya area yang perlu investigasi lebih lanjut.

Hasil pengembangan Y tree adalah sekumpulan penyebab-


penyebab pendukung (jawaban atas pertanyaan MENGAPA). Kita
harus meninjau ulang daftar kemungkinan penyebab, karena
mungkin saja ada faktor penyebab yang tertinggal dari pendekatan
ini. Pertimbangkan daftar penyebab-penyebab ini dan lihat apakah
ada yang dapat ditambahkan ke Y tree.

Y Tree dan sequence of event adalah dua cara untuk


membantu merencanakan investigasi selanjutnya. Pada tahap ini,
tim penyelidik harus meninjau kembali untuk memastikan mereka
mempunyai bukti-bukti nyata yang cukup untuk dapat menentukan
penyebab insiden. Tapi jika bukti tidak cukup, mereka dapat
kembali melakukan wawancara dan menyelidiki sumber-sumber
informasi. Langkah ini dapat diulang beberapa kali.

Y Tree dan sequence of event dapat diperbarui jika


mendapatkan informasi lebih banyak. Mungkin perlu sejumlah
siklus untuk memperbarui Sequence dan Y Tree, review rencana
dan dapatkan informasi lebih jauh sebelum akhirnya menyelesaikan
investigasi.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Tahap 4: Menarik Kesimpulan Menentukan Faktor- faktor


penyebab Penyebab Insiden

Pada tahap ini sequence of event dan Y Tree sudah selesai.


Faktor-faktor penyebab sudah dapat diambil dari Y Tree.

Petunjuk Untuk Mendapatkan Faktor-faktor penyebab dari


Y Tree.
Semua jawaban yang ada pada Y Tree adalah faktor-faktor
penyebab. Penyelidik harus memisahkan faktor yang akan
dimasukkan dalam laporan, dan tindakan yang akan dilakukan
terhadap faktor-faktor tersebut. Secara umum, faktor-faktor
penyebab dipilih berdasarkan pertimbangan berikut:
Insiden tidak akan terjadi jika faktor tersebut tidak ada
(Penyebab langsung)
Insiden mungkin tidak akan terjadi jika faktor tersebut tidak
ada (Penyebab pendukung)
Ada beberapa tindakan praktis untuk mencegah berulangnya
kejadian yang serupa

Tahap 5: Menentukan Tindakan Terhadap Faktor-Faktor Penyebab


Insiden

Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk setiap


faktor penyebab, dapat dilakukan dengan : Curah pendapat,
Meminta saran dari orang yang relevan, Menentukan apakah
perbaikan segera untuk mengurangi tingkat resiko diperlukan juga
sebagai tambahan untuk perbaikan jangka panjang yang akan
menghilangkan bahaya atau mengurangi resiko ke tingkat yang
dapat diterima.
Uji tiap tindakan dengan ke 6 faktor berikut:
1. Kritikal
Tindakan apa yang akan sangat berpengaruh untuk mencegah
berulangnya insiden?
2. Waktu
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil
(semakin lama didapatkan jalan keluar selama itu pula
masalah akan tetap ada)
3. Biaya
Suatu tindakan yang membutuhkan biaya besar mungkin tidak
dapat dilaksanakan.
4. Jangkauan
Seberapa jauh jangkauan tindakan ini dalam mencegah
berulangnya kejadian yang serupa? (pada
site/alat/truck/pabrik ini dan yang lainnya)
5. Tanggung jawab
Siapa yang akan menyelesaikan tindakan ini dengan efektif ?
6. Pilihan lain
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Apakah ada pilihan yang lebih baik?

Saran yang diberikan harus realistis dan mempunyai porsi yang


sama besar dengan masalah yang ada.
Saat merencanakan tindakan perbaikan juga harus ditentukan
waktu yang realistis. Berikan pekerjaan ini pada masing-masing
orang yang akan bertanggung jawab penuh untuk melakukan
tiap-tiap tindakan perbaikan. Tulis penanggung jawab dengan
nama bukan jabatan dan beritahukan/minta persetujuan pada
orang tersebut.
Tindakan akan lebih baik jika mengikuti tingkatan hirarki
pengendalian resiko (eliminasi, substitusi, isolasi, engineering,
administratif, APD).
Selalu pastikan bahwa tindakan yang diambil tidak menimbulkan
resiko baru.
Lakukan kaji ulang untuk memastikan semua fakta benar, dan
semua orang setuju dengan temuan dan rencana tindakan
perbaikan. Dokumentasikan semua orang yang terlibat dalam kaji
ulang.

Tahap 6: Menyiapkan Laporan

Setiap insiden harus dicatat pada lembar incident record form


(Kelas 1, 2 dan 3). Untuk insiden kelas 1 dan 2 akan memerlukan
laporan tertulis lengkap.
Hal lainnya yang berhubungan dengan masalah safety, yang
mungkin ditemui selama investigasi juga harus dilaporkan secara
terpisah.

Saat membuat laporan, selalu pertimbangkan target audiens yang


akan membaca laporan tersebut, dan harus diingat bahwa laporan
tersebut :
Akan menjadi dokumen yang sah / legal
Dapat saja dibaca oleh orang yang tidak diharapkan
membacanya.
Mungkin perlu dimengerti beberapa tahun yang akan datang.

Jangan lupa :
Jelaskan siapa saja orang yang ada dalam laporan tersebut dan
peran mereka dalam insiden dan tim investigasi.
Tetaplah bersikap objektif
Hindari kesan atau keputusan yang tidak berdasar.
Pastikan bahwa orang yang dikritik dalam laporan tersebut
mendapat kesempatan untuk memberikan pendapatnya.
Tentukan siapa saja yang akan menerima salinan laporan
tersebut.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Tentukan apa saja yang perlu disampaikan kepada karyawan


dan bagaimana caranya
Tentukan informasi apa yang ada dalam laporan yang mungkin
bermanfaat untuk site lain.
Putuskan apakah HSE Alert perlu dibuat?

Follow up/Tindak lanjut


Rencanakan kapan tindakan akan dievaluasi untuk memastikan
apakah sudah dilakukan dan efektif. Siapa yang bertanggung jawab
untuk mengevaluasinya? Laporan insiden hanya boleh ditutup jika
semua tindakan sudah dilakukan atau telah dibuat keputusan (dan
didokumentasikan) tindakan lainnya tidak akan dilakukan

3.0 PETUNJUK PENULISAN LAPORAN INVESTIGASI

Bagian ini menjelaskan format yang akan digunakan dalam menulis semua
laporan insiden (kecuali untuk insiden kelas III). Halaman terakhir pada
bagian ini berisi lembar Formulir Incident Record yang harus dilengkapi
untuk semua kelas insiden.

3.1 Halaman Depan


Informasi berikut ini perlu dilengkapi: judul insiden, waktu terjadinya
insiden, golongan kelas insiden, unit bisnis, proyek/tempat kerja, daftar
distribusi, pemimpin investigasi, tanda tangan manajer proyek/tempat kerja
(lihat format lembar sampul setelah bagian ini).

3.2 Ringkasan Eksekutif


Gambaran Insiden
Siapa / apa / kapan / dimana / konsekwensi cedera /
kerusakan
2-3 paragrap
Sebutkan Kelas Insiden

3.3 Rekomendasi Utama


Tulis ringkasan rekomendasi utama yang memerlukan perhatian dari
manajemen senior.
Ringkasan tersebut harus memasukkan :
Tindakan yang akan diterapkan diatas level site dengan
implikasi yang lebih luas untuk unit atau group bisnis.
Tindakan yang memerlukan sumber-sumber tambahan
eksternal
Rekomendasi yang memerlukan keputusan senior
manajemen untuk pelaksanaanya.

3.4 Tim Penyelidik


Tentukan pimpinan tim investigasi dan semua anggota. Pastikan anda sudah
mnuliskan nama lengkap, Jabatan dan Departemen.

3.5 Latar Belakang


Jelaskan gambaran informasi yang berhubungan, misalnya :
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Pengoperasian / Pengaturan
Tempat kerja
Pekerjaan yang sedang dilakukan
Kondisi Lingkungan
Hubungan kerja

3.6 Gambaran Insiden


Jelaskan gambaran insiden termasuk:
Sequence of event
Akibat dan kerusakan

.7 Investigasi
Jelaskan informasi dari investigasi yang mencakup :
Orang
Peralatan
Lingkungan
Sistem

.8 Penyebab-Penyebab Insiden
Penyebab-Penyebab Langsung
Identifikasi dan tulis semua tindakan atau kondisi yang
secara langsung menjadi penyebab insiden

Faktor-Faktor penyebab
Pertimbangkan faktor-faktor penyebab dari kategori berikut:
Orang
Peralatan
Lingkungan
Sistem

3.9 Kontrol-Kontrol Apa Saja yang sudah berjalan


Identifikasi dan tulis semua kontrol yang sudah berjalan dan sudah efektif
(misalnya, peralatan sudah diperbaiki dan dirawat sesuai spsifikasi, atau
assessment training sudah dilakukan, atau safety berm sudah ada)

3.10 Rencana Tindakan Yang Akan Dilakukan


Tentukan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah berulangnya
kejadian yang serupa?
Buat rencana tindakan untuk tiap-tiap faktor penyebab

3.11 Lampiran
Lampirkan hal-hal berikut ini jika memungkinkan:
Insiden Record Form
Pernyataan (termasuk waktu, tanggal dan siapa yang
hadir saat pernyataan tersebut dibuat). Pernyataan tertulis sebaiknya
diketik ulang kemudian diperiksa dan ditandatangani oleh orang yang
membuat pernyataan jika hal itu memungkinkan.
Photo-photo
Gambar-gambar dan diagram
Catatan harian sistem kontrol dan printout
Handout
Pengawas Opersional Pratama

Pemeriksaan yang dilakukan (termasuk inspeksi dimana


tidak ditemukan masalah)
Rencana tindakan yang lebih mendetail
Sequence of event
Diagram Y tree
Handout
Pengawas Opersional Pratama

BAB 8
KOMUNIKASI K3 (SAFETY
TALK & SAFETY MEETING)
Handout
Pengawas Opersional Pratama

8.1 DEFINISI KOMUNIKASI


Komunikasi bukanlah suatu hal yang sederhana yang hanya memerlukan logika,
fakta, gambar, simbol otak dan fikiran tapi juga harus menyertakan perasaan sikap
serta emosi.
Komunikasi adalah sesuatu yang Anda gunakan untuk membuat pesan
anda diterima/sampai ke orang lain, dan orang lain tersebut melakukan
tindakan sesuai dengan apa yang anda inginkan
Komunikasi merupakan proses 2(dua) arah yang melibatkan pengirim - penerima,
pembicara - pendengar, penulis - pembaca. Bentuk komunikasi dapat berupa lisan,
tulisan, visual, isyarat. Apabila pembicaraan anda tidak menghasilkan pengertian
bagi pendengar anda, maka anda sebenarnya tidak melakukan komunikasi, anda
hanyalah menimbulkan kebisingan. Sebagai contoh, apabila anda berbicara dalam
bahasa Inggris dengan orang yang hanya bisa berbahasa Indonesia itu adalah
kebisingan bagi dia, bukan komunikasi.

8.2 LANGKAH-LANGKAH DALAM KOMUNIKASI

Mengirim pesan
Sesuatu yang perlu dikomunikasikan, berawal dari pikiran atau
ide.Pikiran/ide ini menjadi pesan, yang kemudian dikomunikasikan melalui
jalur yang sesuai.

Menerima pesan
Siapapun yang menerima pesan Anda adalah penerima, apakah mereka
mendengar kata-kata Anda, melihat tindakan anda atau membaca surat
anda.

Memberikan Tanggapan
Tanggapan adalah pesan yang disampaikan penerima yang menunjukkan
bahwa:
Pesan diterima
Pesan dimengerti atau tidak dimengerti
Setuju atau tidak setuju

Tindakan
Tercapainya maksud pengirim pesan yang ditunjukkan dengan tindakan

Encode
Decode

idea Transmit
Encode
Decode

action

understanding

Static

8.3 HALANGAN TERHADAP KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Banyak hal dapat menghalangi kemampuan anda untuk mengirim dan


menerima pesan secara efektif. Untuk mendapatkan efisiensi yang maksimum
dalam komunikasi dengan orang lain, anda harus berusaha mengurangi
halangan berikut ini:

Memberikan tanggapan terlalu awal


Dengan berasumsi bahwa anda tahu jawaban atau maksud yang ingin
disampaikan orang lain tanpa terlebih dahulu mendapatkan keseluruhan
pesan atau semua fakta, anda bisa saja salah interpretasi terhadap maksud
pesan yang disampaikan.

Emosi
Apabila emosi anda terlalu tinggi anda akan kelihatan seperti marah, kesal,
stress atau sebaliknya anda benar-benar bersemangat, Anda bisa saja
salah interpretasi terhadap maksud pesan yang disampaikan.

Mengevaluasi pengirim pesan


Jika Anda memusatkan perhatian untuk membentuk penilaian tentang si
pengirim pesan, anda dapat saja menghambat kemampuan anda sehingga
membuat interpretasi yang salah terhadap pesan yang diterima.

Kebingungan
Dengan melakukan usaha untuk menyaring factor yang bisa menyalahkan
pesan yang diterima atau membuyarkan perhatian Anda, keefektifan Anda
dapat ditingkatkan.

Semantik
Beberapa kata atau frase tertentu dapat memberikan arti yang berbeda.
Cegah Jargon atau bahasa lain yang bisa membingungkan pesan yang Anda
maksud.

Ketidakkonsistenan antara isyarat lisan dan tulisan.


Untuk menghindari kebingungan, gunakan isyarat tangan atau isyarat
lainnya yang sesuai dengan pesan lisan Anda.

Kecurigaan
Kecurigaan akan membawa kearah kegagalan. Faktor kepercayaan
menentukan kesuksesan Anda dalam berinteraksi dengan orang lain.

8.4 4 (EMPAT) FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM KOMUNIKASI


Sedemikian pentingnya komunikasi ini sehingga dalam sistim manajemen saat
ini komunikasi ditempatkan menjadi suatu faktor yang sangat penting.
Demikian juga halnya dalam manajemen K3, faktor komunikasi ini sangat
penting karena dengan komunikasi yang baik antara sesama manajemen,
antara manajemen dengan pengawas, antara pengawas dengan pengawas,
antara pengawas dengan pekerja serta antara pekerja dengan pekerja akan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan K3, karena dengan
komunikasi yang baik maka hubungan dan interaksi antara pekerja, pengawas
dan manajemen dapat terjalin dengan baik, sehingga apa yang diharapkan
pihak manajemen akan sampai kepada pekerja melalui pengawas dan sebagai
Handout
Pengawas Opersional Pratama

hasilnya akan diperoleh pemahaman serta motivasi yang sama dari semua
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program K3 tersebut. Dalam
pertemuan kelompok (group meeting) komunikasi adalah faktor yang sangat
menentukan, untuk itu kemampuan dari pengawas untuk berkomunikasi
dengan efektif dengan semua anggota timnya sangat diperlukan. Ada 4
(empat) faktor yg harus diperhatikan dalam berkomunikasi :
Faktor hilang di jalan
Faktor ketertarikan perasaan
Faktor Penggunaan
Faktor alat bantu

8.4.1 Faktor hilang di jalan


Makin banyak orang-orang yang terlibat dalam suatu garis komunikasi makin
besar kemungkinan terjadinya distorsi, perlambatan dan bahkan bisa
menjadi kehilangan makna, karena ketika suatu pesan disampaikan dari
seseorang ke orang lain maka setiap otak dan lidah orang yang
mengulangnya akan cenderung untuk merubahnya.
Demikian juga halnya apabila suatu informasi dikomunikasikan melalui
jenjang dalam suatu organisasi, maka pada setiap jenjang akan cenderung
untuk "memagari" pesan tersebut dengan pagar pengaman yang ia
tambahkan dalam pesan tersebut. Dan untuk menghindarkan hal tersebut
maka komunikasi "face to face" seperti yang dilakukan dalam pertemuan
kelompok akan sangat membantu.

8.4.2 Faktor ketertarikan kepada perasaan


Dalam menciptakan komunikasi yang efektif perlu digunakan ketertarikan
perasaan karena ketertarikan kepada perasaan adalah komunikasi yang
paling terbaca daripada ketertarikan pada alasan, karena apa yang kita
rasakan lebih berpengaruh kuat kepada kita daripada apa yang kita pikirkan
tentang sesuatu. Oleh karena itu ketertarikan perasaan yang sungguh-
sungguh akan menghasilkan pengertian dan tindakan yang lebih cepat dan
efektif.

8.4.3 Faktor Penggunaan


Apabila kita mendengar suatu informasi dan kita mengerti tentang itu, maka
kepemilikan kita tentang informasi itu cenderung sementara, kecuali jika kita
melakukan sesuatu dengan informasi itu. Jadi untuk menjadikan suatu
informasi menjadi milik kita maka kita harus mempergunakan informasi itu.
Apabila seorang pengawas ingin supaya anak buahnya mengerti dan
mengingat ide yang dia sampaikan maka pengawas tersebut mereka untuk
menggunakan ide tersebut dalam pekerjaan mereka.

8.4.4 Faktor Alat Bantu


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Apabila anda ingin pendengar memperhatikan apa yang anda katakan,


mengerti apa yang anda maksud, ingat akan pesan anda, maka buat mereka
membuka mata dan telinganya, karena orang akan mengerti dan mengingat
lebih baik apa yang mereka liat dan dengar sekaligus. Oleh karena itu dalam
suatu komunikasi fungsi alat bantu audio maupun visual adalah sangat
menunjang dalam mencapai komunikasi yang efektif, karena anda akan
berkomunikasi dengan lebih baik apabila mengatakan dan menunjuk
sekaligus, anda menciptakan kesan mental yang tenang ketika anda
menggunakan visual untuk membantu ucapan secara lisan. Selain itu anda
akan mendapatkan perhatian yang meningkat, pengertian yang lebih baik
dan peningkatan kemampuan mengingat ketika anda melukiskan gambaran
hidup bagi pendengar.
Perlu diingat bahwa perencanaan dapat direalisasikan, organisasi dapat
dibuat efektif serta pengendalian dapat dijaga hanya apabila seorang
Supervisor dapat membawa pengertian mereka kepada anak buahnya dan
sebaliknya dia juga dapat mengerti apa yang anak buahnya ingin sampaikan
kepadanya (komunikasi yang baik).

8.5 PERTEMUAN K3

Dalam program keselamatan kerja "Pertemuan K3" (group meeting) yaitu


suatu pertemuan yang melibatkan suatu kelompok kerja untuk membahas
masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja
. Tujuan dari Pertemuan kelompok adalah untuk:
Memastikan bahwa semua karyawan telah menerima informasi safety
dengan cepat
Menciptakan iklim kerjasama melalui partisipasi dan interaksi kelompok
Memberikan perhatian yang sama kepada setiap orang tentang informasi
safety
Memberikan kesempatan kepada pekerja untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan berdiskusi
Pertemuan ini bisa berupa:
Tool Box Talks : Dilakukan di setiap awal shift di tempat kerja yang
dinamis untuk membicarakan aspek K3 yang
berhubungan dengan pekerjaan anggota kelompok
Safety Talks : Dilakukan sekali seminggu dengan alokasi waktu
lebih lama dan topik pembahasan masalah safety
yang lebih terencana.
Rapat Komite K3L : Rapat formal interaktif wakil pihak manajemen dan
pekerja untuk membahas dan mengembangkan
strategi, melakukan pemeriksaan, dan memberikan
masukan mengenai solusi K3L

8.6 MANFAAT PERTEMUAN SAFETY


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Seorang pengawas harus mampu mengatur dan memimpin Safety Talks atau
Toolbox talks yang merupakan pertemuan yang tidak formal dalam suatu
kelompok kerja. Keuntungannya meliputi:
Komunikasi yang lebih baik
Kesempatan bagi karyawan untuk mengajukan/membahas suatu masalah
Menyediakan suatu forum untuk memecahkan/menyelesaikan suatu
masalah
Meningkatkan kemampuan, pemahaman dan kesadaran K3
Memperbaiki kwalitas kerja
Mempermudah diterimanya peratitan & prosedur
Pengawas (supervisor) karena posisinya akan terlibat dalam pertemuan K3
ini, mungkin dalam pertemuan kelompok yang besar dia hanya sebagai
peserta rapat tapi dalam pertemuan safety talks dia akan menjadi pemimpin
rapat. Sebagai pemimpin rapat peranannya sangat menentukan karena
merekalah yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan pertemuan,
melaksanakan pertemuan dan sekaligus untuk menindak lanjuti hasil
pertemuan tersebut.
Saat ini Supervisor merupakan anggota kunci dari manajemen sehingga dia
harus dapat menggunakan suatu pendekatan manajemen yang professional.
Bab ini menguraikan tentang bagaimana mempersiapkan pertemuan
kelompok yang efektif serta bagaimana menindak lanjuti hasil pertemuan
tersebut sehingga pertemuan K3 tersebut dapat berhasilguna untuk
meningkatkan kinerja K3 pada perusahaan tersebut.
Dalam suatu pertemuan kelompok, factor komunikasi memegang peranan
yang sangat vital karena tanpa komunikasi yang baik mustahil didapatkan
hasil yang baik bahkan bisa mengakibatkan kesalahpahaman. Oleh karena
itu dalam tulisan ini akan dibahas masalah komunikasi.

8.7 METODE PERTEMUAN KELOMPOK


Agar pertemuan kelompok dapat berlangsung dengan baik dan efektif maka
pemimpin pertemuan kelompok harus memilih metoda yang cocok dan
sesuai untuk pertemuan kelompok tersebut. Dasar pemilihan dari metoda ini
tidak saja tergantung kepada topik dari bahan diskusi tapi juga tergantung
kepada jumlah dan siapa saja yang menjadi peserta pertemuan.
Metoda diskusi yang bisanya dilakukan ada 4 macam, yaitu :
Metoda ceramah dan diskusi
Metoda Diskusi dan Tanya jawab
Metoda Pro dan Kontra
Metoda Diskusi Kelompok Kecil

8.7.1 Metoda Ceramah


Dalam metoda ini Supervisor sebagai pemimpin pertemuan (rapat)
menguraikan dan menjelaskan atau mendemonstrasikan bahan diskusi
sementara peserta pertemuan mendengarkan, menyimak, membuat catatan
dan mengajukan pertanyaan. Dalam metoda ini Supervisor adalah menjadi
sosok kunci dan yang mendominasi pembicaraan sehingga metoda ini lebih
cocok apabila topik yang didiskusikan merupakan hal-hal yang baru serta
Handout
Pengawas Opersional Pratama

belum dikenal oleh peserta pertemuan atau hal-hal pokok dari topik tersebut
sulit untuk dipahami dalam diskusi bebas. Dan cara ini efisien untuk
mengungkapkan informasi faktual kepada kelompok seperti Stastistik
kecelakaan, detil dari prosedur yang baru atau definisi dari suatu
terminology.
Metoda ini memberikan keuntungan kepada pemimpin rapat (Supervisor)
karena dia dapat lebih mengendalikan pertemuan, dia dapat menentukan
presentasi untuk mencocokkan dengan jadwal diskusi dan dia dapat
menunda pertanyaan sampai ia siap dengan itu. Namun metoda ini juga
mempunyai kelemahan yang serius karena cenderung lebih banyak
ceramahnya dan hanya sedikit diskusinya. Karena kebanyakan orang
bukanlah pendengar yang baik maka mereka cenderung akan gelisah, bosan,
ngantuk dan bahkan tertidur apabila harus mendengar dalam waktu yang
lama.

8.7.2 Metoda Diskusi Tanya Jawab


Metoda ini digunakan apabila yang akan dibahas adalah beberapa topic yang
telah diketahui oleh keseluruhan peserta, walaupun tak seorangpun dari
mereka mengetahui segala hal dari topik tersebut, dengan kata lain jawaban
ada di sana tinggal menggalinya. Jadi dalam metode ini Supervisor sebagai
pemimpin rapat hanyalah sebagai katalisator atau fasilitator yang akan
menggali jawaban dari peserta, berdiskusi dengan cara mengajukan
pertanyaan dan memandu untuk merangsang partisipasi setiap peserta
diskusi untuk saling memberitahu jawaban mereka. Kelebihan dari metoda
ini adalah akan diperoleh hasil yang lebih akurat dan terpakai karena
merupakan hasil dari diskusi orang-orang yang memang mempunyai
pengetahuan tentang topik tersebut. Sedangkan kelemahan dari metoda ini
adalah diskusi bisa menjadi molor tanpa hasil yang memadai apabila
pemimpin rapat tidak dapat mengendalikan dan mengarahkan diskusi
dengan benar.

8.7.3 Metoda Diskusi Pro dan Kontra


Metoda ini digunakan apabila topik yang akan dibahas adalah topic yang
dapat mengundang argumen dan atau ketidak setujuan terhadap suatu hal
tertentu. Beberapa topik akan menjadi bahan yang baik untuk membuat
kelompok diskusi menjadi terlibat dalam suatu diskusi Pro dan Kontra yang
interaktif. Dalam hal ini Supervisor sebagai pemimpin diskusi akan
merangsang peserta diskusi untuk menyampaikan opini mereka apakah
mendukung atau menolak isu yang ia lemparkan. Supervisor juga harus
berperan sebagai orang yang tidak memihak selama diskusi untuk
menghindarkan peserta menjadi kurang berani untuk menyampaikan
pendapat mereka. Dengan kemampuan mengajukan pertanyaan Supervisor
mencoba untuk mendapatkan semua argumentasi yang pro maupun yang
kontra secara terbuka, sehingga kelompok akan dapat mengevaluasi mereka
dan dapat membuat kesimpulan.

8.7.4 Metoda Diskusi Kelompok Kecil


Semua metoda yang telah dibicarakan diatas fokusnya adalah pada
pemimpin rapat, dia selalu menjadi bagian dari diskusi, memberikan aturan,
aktif mengarahkan dan mengendalikan diskusi. Sedangkan dalam diskusi
Handout
Pengawas Opersional Pratama

kelompok kecil ini Supervisor membagi satu kelompok besar menjadi


beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4(empat) sampai 7(tujuh) orang.
Kepada setiap kelompok dilemparkan satu isu dan mereka diarahkan untuk
membangun hal-hal yang pokok dari jawaban mereka sendiri. Pada setiap
kelompok harus ada satu orang yang bertugas untuk mencatat ide yang
keluar dari diskusi kelompok kecil dan dia juga berfungsi sebagai reporter
dari kelompoknya.
Setelah memberi waktu tertentu (5 menit, 10 menit atau 20 menit)
supervisor memanggil reporter satu persatu untuk menyampaikan jawaban
dari topik pertanyaan dan supervisor mencatatnya di papan tulis. Metoda ini
dapat berguna sebagai alternative untuk metoda Pro dan Kontra atau metoda
Tanya Jawab.

8.8 PERSIAPAN PERTEMUAN KELOMPOK

Agar pelaksanaan pertemuan dapat berjalan dengan efektif serta mendapat hasil
yang baik maka Supervisor harus mempersiapkannya dengan baik, karena tanpa
persiapan yang memadai maka tujuan dan sasaran dari pertemuan tidak akan
tercapai. Persiapan supervisor dalam pertemuan kelompok ini adalah:
Mempersiapkan jadwal yang memuat:
Kapan pelaksanaannya
Tempat pertemuan
Siapa pembicara
Apa topiknya
Alat bantu bila diperlukan (alat tulis, overhead projector, audio video dll)

Memimpin dan memastikan terlaksananya pertemuan sesuai jadwal


Mencatat kehadiran dan masukan yang disampaikan
Menindak lanjuti masukan tersebut

8.8.1 Topik bahan diskusi


Adalah sangat penting bahwa topik untuk pertemuan kelompok harus dipilih
dengan hati-hati, karena kecermatan memilih topik adalah untuk
memastikan bahwa ini adalah saat yang renting untuk menyampaikan topik
yang kritis lebih daripada hanya sekedar melempar ide. Setiap topik yang
dipilih haruslah sedapat mungkin secara langsung berhubungan dengan
peserta rapat dan hal apa yang menarik bagi mereka serta hal apa yang
mereka perlukan.
Untuk mempersiapkan bahan diskusi Supervisor perlu untuk membaca
bahan-bahan safety dari jurnal teknik, majalah maupun buku mengenai
safety. Apa yang didapat dari bacaan tersebut supaya dicatat dari ini menjadi
suatu kumpulan perbendaharaan ide bagi seorang Supervisor yang pada saat
memimpin pertemuan kelompok akan menjadi sangat berguna.
Selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan seorang Supervisor dalam memilih
bahan untuk pertemuan kelompok adalah:
a. Topik yang dikuasai dari Tool box Talk Topic yang sudah dilaminating.
b. Masalah K3 yang aktual
c. Hasil rapat safety committee
d. Insiden yang baru saja terjadi
e. Tindakan perbaikan dari hasil investigasi
Handout
Pengawas Opersional Pratama

f. Safety alert dari project lain


g. Kebijakan atau prosedur yang baru
h. JSEA
i. Rekomendasi pertemuan sebelumya yang belum tuntas dilaksanakan
j. Kecelakaan yang mungkin bisa terjadi pada suatu area kerja

8.8.2 Agenda Rapat


Dalam menyusun agenda rapat faktor yang menjadi pertimbangan adalah
factor waktu dan peserta. Faktor waktu bukan saja mengenai lamanya
(alokasi waktu) tapi juga kapan pelaksanaan pertemuan itu dilakukan.
Alokasi waktu ditentukan oleh topik yang akan dibahas, namun dengan
persiapan yang matang maka suatu pertemuan dapat diselesaikan dengan
waktu yang lebih singkat. Misalnya apabila kasus kecelakaan yang dipilih
menjadi topik, maka Supervisor sudah harus membuat uraian yang jelas
mengenai kecelakaan tersebut, faktor pendorong dan penyebab kecelakaan
serta tindakan koreksi yang harus dilakukan. Karena telah dipersiapkan
sebelumnya maka dalam pertemuan tinggal hanya mendiskusikannya
sehingga akan menghemat banyak waktu.
Waktu pelaksanaan pertemuan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau di
awal shift, kususnya bila melakukan safety Talk. Apabila melibatkan para
pekerja yang dalam pekerjaannya banyak menggunakan tenaga sehingga
mereka akan sudah sangat lelah pada saat selesai bekerja. Akan sulit
mengharapkan partisipasi aktif dari pekerja yang sudah lelah dalam suatu
diskusi, bahkan untuk mendengar saja mungkin sudah sangat sulit karena
mengantuk.
Penentuan peserta untuk suatu pertemuan adalah dengan
mempertimbangkan topic yang akan dibahas, misalnya apabila yang akan
dibahas merupakan suatu hal yang masih asing atau menyangkut aspek
teknis maka perlu mengundang orang yang berkompeten dengan masalah
tersebut.
Agenda yang dibuat haruslah mencantumkan topik bahan diskusi, waktu
pelaksanaannya, pesertanya dan tempat pelaksanaannya. Dan alangkah
baiknya apabila agenda ini dapat dikirimkan bersama bahan yang telah
dipersiapkan satu minggu sebelum pertemuan dilaksanakan sehingga, setiap
peserta dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum menghadiri
pertemuan tersebut.

8.8.3 Fasilitas Pertemuan


Sebelum rapat dimulai pengawas harus memastikan segala kebutuhan untuk
pertemuan telah tersedia. Kebutuhan untuk pertemuan antara lain adalah
alat tulis, papan tulis, proyektor, audio-video dan sound system. Selain itu
yang harus juga disiapkan adalah ruang rapat dan fasilitasnya seperti tempat
duduk yang cukup untuk peserta.

8.9 PELAKSANAAN PERTEMUAN KELOMPOK

8.9.1 Pembukaan
Suatu hal yang sangat penting dalam melakukan pertemuan kelompok
adalah dengan memulainya tepat waktu sebagaimana telah ditetapkan dalam
Handout
Pengawas Opersional Pratama

agenda pertemuan. Sebagai pemimpin rapat yang pertama kali dilakukan


adalah menyampaikan terima kasih atas kehadiran peserta, baru kemudian
membacakan agenda rapat, topik dan sasaran yang akan dicapai.
Apabila metoda yang dipilih adalah metoda ceramah dan diskusi maka
Supervisor sebagai penceramah akan mulai mempersentasikan bahan yang
telah dipersiapkannya. Saat ini adalah saat yang sangat penting karena dia
akan menjadi pusat perhatian dari semua peserta rapat untuk itu penampilan
yang baik sangat diperlukan.
Untuk menghangatkan suasana serta membuat mereka tertarik ada baiknya
supervisor mengawali terlebih dulu dengan suatu cerita lucu maupun
anekdot, hal ini sangat membantu terutama kalau pelaksanaan pertemuan
ini dilakukan tidak pada awal gilir kerja, dimana para peserta yang sudah
lelah akan mendapat suatu suntikan kesegaran.

8.9.2 Pelaksanaan ceramah dan diskusi


Pertemuan yang paling efektif adalah pertemuan yang dapat membangkitkan
partisipasi semua peserta rapat, untuk itu sebagai pemimpin rapat
Supervisor harus dapat mendorong partisipasi mereka dengan cara seperti
menanyakan seseorang tentang observasinya, pendapatnya, maurun
reaksinya tentang suatu hal, Seni mengajukan pertanyaan adalah sangat
penting untuk mendorong partisipasi dan membuat pertemuan berlangsung
dalam arah yang benar. Dalam pelaksanaan pertemuan kelompok selalu saja
bisa timbul keadaan yang sulit yang bisanya timbul dari orang-orang yang
mempunyai sifat kurang mendukung, tapi sebagai seorang pemimpin rapat
Supervisor harus mampu untuk mengatasi hal ini, Orang-orang yg
mempunyai sifat tidak mendukung ini antara lain adalah:
a. Senang berargumentasi
b. Pesimis
c. Suka bercanda
d. Pendiam
e. Sok Tahu

a. Peserta yang senang berargumentasi


Seorang yang senang berargumentasi sebagaimana sifatnya selalu
menentang setiap hal apapun, mencoba untuk menjegal pemimpin rapat dan
bahkan kadang-kadang menjadi pengejek yang profesional. Untuk
menghadapi orang seperti ini pemimpin rapat harus dapat membuat dirinya
setenang mungkin kemudian mengajukan beberapa pertanyaan kepada
orang tersebut dan kepada peserta lain sehingga dapat mementahkan
argumentasinya.

b. Peserta yang pesimistis


Orang yang pesimistis bisanya selalu menekankan kepada hal yang negatif,
selalu mengkomplain tentang detil. Untuk menangani orang seperti ini yang
perlu dilakukan adalah mendorong mereka untuk rnelihat sisi yang lebih
terang dari suatu masalah dan ajukan pertanyaan seperti berikut "Apakah
sama sekali tidak ada harapan? atau apakah tidak ada sesuatu yang bisa
Handout
Pengawas Opersional Pratama

diselamatkan dari situasi ini?" dan pertanyaan lainnya yang dapat


meningkatkan optimisme.

c. Peserta yang suka bercanda


Orang seperti ini selalu menganggap segala sesuatu secara enteng dan
mudah, senang terhadap yang lucu dan selalu mencoba untuk menjadi pusat
perhatian. Untuk menangani orang seperti ini, pemimpin rapat harus
menyadarkannya dengan mengajukan pertanyaan yang menantang atau
tugas yang serius dan menegaskan tujuan rapat, agenda rapat serta waktu
yang terbatas, sehingga dia akan ebih serius

d. Peserta yang sok tahu


Orang seperti ini selalu mencoba untuk memonopoli percakapan dengan
menyampaikan pendapatnya, menceritakan pengalamannya yang ia kaitkan
dengan topik yang sedang didiskusikan. Untuk mengatasi orang seperti ini
pemimpin rapat harus dapat membangun rasa percaya diri dari peserta,
sehingga mereka tidak dapat diintimidasi orang seperti ini, misalnya dengan
menanyakan pengalaman serta prestasi mereka.

e. Peserta Yang pendiam


Mereka ini mempunyai sifat suka menyendiri, malu untuk mengeluarkan
pendapatnya sehingga boleh dikatakan tidak ikut berpartisipasi dalam suatu
pertemuan kelompok. Untuk menangani mereka, pemimpin rapat harus
mampu mendorong mereka untuk ikut berpartisipasi dengan cara
mengajukan pertanyaan secara langsung kepada mereka, misalnya
kecelakaan yang pernah terjadi pada tempat kerjanya atau kecelakaan yang
mungkin bisa terjadi pada pekerjaannya.
Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat seperti di atas memang sangat
mengganggu dalam pertemuan kelompok, tapi untungnya jumlah mereka
sangat sedikit, sedangkan mayoritas adalah orang-orang yang mempunyai
dedikasi tinggi dan sangat membantu dalam rapat, antara lain: orang yang
penuh inisiatif yaitu orang yang membuat diskusi jalan ketika yang lain
mandeg, berpartisipasi tanpa memonopoli dan mendorong orang lain untuk
berpartisipasi secara aktif. Dari peserta rapat juga pasti ada orang yang
berfikir secara kreatif yaitu orang yang mendorong orang lain untuk melihat
sesuatu dengan cara pandang yang segar. Oleh karena itu keberhasilan
pelaksanaan rapat ditentukan oleh bagaimana Supervisor sebagai pemimpin
rapat dapat mengatasi peserta yang bersifat negatif serta bagaimana dia
mendorong dan menggunakan peserta yang bersifat positif (mendukung)
Teknik untuk mendapatkan partisipasi aktif dari peserta pertemuan
juga bisa dilakukan dengan memberi kesempatan kepada satu orang
atau lebih peserta untuk membayangkan suatu kecelakaan yang
mungkin bisa terjadi pada area kerja mereka dan kemudian jadikan
itu sebagai bahan diskusi untuk seluruh peserta untuk mencari
tindakan pencegahan yang harus dilakukan.
Penggunaan secara tepat alat bantu visual dan suara akan sangat
membantu baik untuk pembicara maupun untuk pendengar. Selama
Handout
Pengawas Opersional Pratama

berbicara alat bantu ini akan menolong pembicara untuk percaya diri
dan juga dapat membantu untuk menjaga kontak dengan pendengar.

8.9.3 Penutupan
Salah satu hal yang juga sangat penting adalah bagaimana pemimpin rapat dapat
mengatur jalannya rapat sehingga rapat tidak molor dan dapat diselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah direncanakan.
Dan sebelum rapat ditutup pemimpin rapat harus telah selesai membuat
rangkuman hasil rapat dan membacakannya pada akhir rapat, baru kemudian
mengucapkan terima kasih kepada semua peserta rapat atas partisipasi aktif
mereka.

8.10 LAPORAN, EVALUASI, DAN TINDAK LANJUT

Tugas seorang pemimpin rapat belumlah selesai, walaupun rapat telah ditutup
karena dia masih mempunyai paling tidak 3 (tiga) tugas yang harus segera ia
lakukan yaitu:
Membuat laporan hasil pertemuan dan mendistribusikannya
Menganalisa pelaksanaan pertemuan.
Menindak lanjuti hasil pertemuan

8.10.1 Membuat laporan basil pertemuan


Seringkali setelah rapat selesai ditutup maka hasil rapat hanya ada pada
pemimpin rapat atau pada seorang juru tulis, untuk itu pemimpin rapat
harus memastikan bahwa laporan hasil rapat itu telah dibuat dengan
benar, tidak ada yang terlewatkan dan kemudian mendistribusikannya
kepada semua peserta rapat, sehingga mereka juga dapat
mengevaluasinya dan akan menambahkan apabila ada yang kurang

8.10.2 Menganalisa pelaksanaan pertemuan


Pemimpin rapat juga perlu melakukan analisa/evaluasi tentang
pelaksanaan rapat, khususnya tentang penampilannya sendiri, karena
tidak ada pembicara yang sempurna dan juga tidak ada pertemuan yang
sempurna. Oleh karena itu dengan melakukan evaluasi setiap selesai
melakukan pertemuan akan mendorong untuk peningkatan yang
sistematis dan kontinu dari pertemuan kelompok. Evaluasi akan dapat
dilakukan dengan mudah dan dengan hasil yang baik apabila dilakukan
dengan sistimatis, melalui pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bagaimana pembicara mempersiapkannya? Apakah dia mengetahui
apa yang dia katakan? Apakah ada informasi yang diperlukan? Apakah
presentasinya terorganisir dengan baik?
Bagaimana pembicara membawakan pembicaraan? Apakah dia
berkonsentrasi dalam satu ide utama? Apakah pembicara tetap dalam
jalurnya?
Bagaimana penampilan pernbicara? Apakah dia dapat menjaga
perhatian pendengar? Apakah dia membuat pembicaraannya menjadi
penting bagi mereka? Apakah dia mendapat partisipasi dari mereka

8.10.3 Menindak lanjuti hasil pertemuan


Handout
Pengawas Opersional Pratama

Hal yang paling renting dari suatu hasil pertemuan kelompok adalah
bagaimana tindak lanjutnya, karena dalam rapat sernua dengan mudah
untuk dikatakan, tapi dalam pelaksanaannya sering tidak sesuai bahkan
kadang-kadang sama sekali tidak ada tindak lanjutnya. Oleh karena itu
pemimpin rapat juga harus memastikan siapa yang bertanggung jawab
untuk menindak lanjuti setiap point dari hasil rapat tersebut, dan secara
terus menerus memonitor kemajuan dari pelaksanaannya, sampai semua
point tersebut selesai dilakukan dan kalau tidak bisa dilakukan apa
kendalanya. Perlu diingat bahwa semua poin yang tidak bisa ditindak
lanjuti harus menjadi bahan yang harus dibahas dalam pertemuan
kelompok berikutnva atau menjadi agenda untuk pertemuan kelompok
yang lebih tinggi.
Handout
Pengawas Opersional Pratama

PERSIAPAN RAPAT K3 TERENCANA


Topik : Waktu.Menit

Pembicara / TCI No. :

Penulis Rapat/TCI No. :

Peserta Rapat K3 :

Tujuan :

1.
2.
3.
4.
5.

Materi Meeting (Alat Bantu) :

1.
2.
3.
4.
5.

Metode Presentasi :

Urutan Kegiatan Presentasi :

Anda mungkin juga menyukai