Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal, trauma dan atrisi yang
berat. Sebagian besar penelitian menyatakan bahwa karies dan penyakit periodontal
merupakan oenyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor penghasilan merupakan faktor
utama yang mempengaruhi jumlah kehilangan gigi geligi. Kehilangan gigi memiliki hubungan
dengan gigitiruan, gigitiruan berujuan untuk mengembalikan fungsi kunyah, bicara dan
estetik.gigi tiruan terbagi kedalam dua jenis, yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat.
Setiap pemilihan gigi tiruan tergantung kasus dan kenginan pasien ingin merawat giginya
dengan memakai gigituan jenis apa. Oleh karena itu pasien yang ingin dibuat gigitiruan harus
melakukan berbagai tahap dan kunjungan untuk mendapatkan gigitiruan yang diinginkan.1,2
PEMBAHASAN
Tahapan dalam pembuatan GTL dapat dibagi menjadi tahap klinis dan tahap laboratoris. Tahap
klinis adalah tahap awal setelah pasien dianamnesa dan diindikasikan adalah pencetakan
(impression), yaitu suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang akan dipakai sebagai basal
seal prothesa.3
Tahap laboratoris adalah pembuatan gigi tiruan di dalam mulut perlu memperhatikan keadaan
jaringan disekitarnya, yaitu jaringan yang bergerak dan tidak bergerak. Jaringan yang tidak
bergerak dijadikan sebagai landasan gigi tiruan penuh, dengan membuat batas antara jaringan
mulut bergerak dan jaringan mulut tidak bergerak yang serapi-rapinya dan seakurat mungkin
akan mempengaruhi hasil dan suksesnya pembuatan gigi tiruan lengkap.3
KUNJUNGAN I
Pada kunjungan pertama biasanya pasien melakukan pengisisan kartu status prosthodonsia
yang terdiri dari data pemeriksaan subjektif dan objektif, data demografi pasien, diagosis,
rencana perawatan dan rencana perawatan alternatif. Setelah diinformasikan kepada pasien
tentang diagnosis dan lain-lain pasien juga diberitahu tentang waktu kunjungan dan biaya
perawatan. Apabila pasien setuju pasien menandatangani dan mengisi informed consent.4
a. Pemeriksaan klinis yang dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan ekstraoral
2. Pemeriksaan intra oral
Kebersihan mulut
Frekuensi karies
Perawatan sebelumnya
Edentelous
Kedalaman vstibulum
Frenulum pada rahang
Bentuk lidah
Bentuk palatum
Konsistensi saliva
Margina ridge tulang alveolar
3. Bentuk wajah
4. Mata
5. Hidung
6. Telinga
7. Bibir
8. Kelenjar limfe
9. Sendi
10. Kebiasan buruk
b. Pemeriksaan Penunjang
Menggunakan Panoramik radiografi
c. Rencana Perawatan
Adapun anatomi gigi rahang atas saat pencetakan untuk gigi tiruan lepasana yaitu:
1. Frenulum labii superior
2. Ruggae palatina
3. Frenulum buccalis
4. Tuberositas maxillae
5. Hamular notch
6. Vibrating line
7. Processus alveolaris
8. Incisivus papilae
9. Fornix
10. Vovea palatine
Rahang Bawah
1. Frenulum labii inferior
2. Frenulum buccalis
3. Vestibulum buccalis
4. Retromolar pad
5. Frenulum lingualis
6. Processus alveolaris
7. Mylohyoid l
Membuat Cetakan Pendahuluan5
Setelah informed consent ditandatangani oleh pasien, tahap selanjutnya adalah pencetakan
pendahuluan dengan menggunakan edentulous perforated stock tray. Sebelum pencetakan, sendok
cetak dicobakan terlebih dahulu yang mana yang paling sesuai dengan ukuran rahang pasien,
bahan cetak irreversible hydrocolloid (alginat).
Setelah selesai, cetakan tersebut dicor sebanyak dua kali dengan gips stone (Blue Dental Plaster,
Korea) sehingga diperoleh model studi dan model kerja. Model studi disimpan paling tidak hingga
kasus selesai sedangkan model kerja untuk membuat sendok cetak individual.
KUNJUNGAN II
Mencoba Sendok Cetak Individual ke Pasien
Sendok cetak individual mencakup semua daerah kecuali frenulum baik rahang
atas dan bawah. Tidak terdapat undercut yang dapat menghalangi saat dilakukan
pencetakan fisiologis. 4
Border Moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tanpa ada retensi
saat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border moulding dengan
menggunakan greenstick compound (Peri compound border moulding
impression material, GC Corporation, Jepang) yang dipanaskan. Setelah
greenstick dipanaskan di atas lampu spirtus, rendam sebentar ke dalam air
selama beberapa detik agar pasien tidak merasakan panas dari greenstick yang
sudah dilunakkan dan agar greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan
sedikit demi sedikit pada tepi luar sendok cetak individual.4 Ketika sendok cetak
individual yang sudah diletakkan green stick compound berada di dalam mulut,
pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan fisiologis. Pada rahang atas
membuka mulut dan menggerakkan rahang bawah ke kanan dan ke kiri serta ke
depan untuk membentuk hamular notch dan sayap bukalis. Selanjutnya untuk
daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik ke luar, ke belakang, ke
depan dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir ditarik ke depan dan ke
bawah serta penarikan bibir atas ke depan untuk daerah frenulum labialis. Untuk
membentuk daerah posterior palatum durum yang merupakan batas antara
palatum molle dan palatum durum pasien diinstruksikan untuk mengucapkan
“ah”.4
Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan
daerah buccal shelf, maka setelah green stick dilunakkan, dan sendok cetak
telah difiksasi, pasien diminta untuk membuka mulut kemudian menutup
mulut untuk mengaktifkan otot masseter. Kemudian, untuk membentuk
daerah distolingual dan postmylohyoid maka pasien diinstruksikan untuk
menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke posterior palatum durum.
Frenulum lingual dibentuk dengan menginstruksikan kepada pasien untuk
meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior palatum dan ke bibir atas.
Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan memberikan instruksi
yang sama dengan instruksi border moulding rahang atas.4
Gambar 7 Hasil cetakan fisiologis dengan bahan silikon yaitu polyvinyl siloxane
(exaflex)
Setelah selesai mencetak, cetakan negatif tadi dicor dengan menggunakan gips
stone sehingga diperoleh model positif cetakan fisiologis. Kemudian model
positif tersebut diserahkan ke tekniker untuk pembuatan basis dan galangan
gigit.4
Gambar 8 Model kerja dari hasil pencetakan fisiologis
KUNJUNGAN III
Pada kunjungan ke III pasien dicobakan basis gigi tiriuan dan galangan gigit rahang
atas dan bawah. Basis bite rim terbuat dari baseplate wax. Bite rim harus terbuat
sesuai dengan lengkung rahang pasien. Harus dilakukan pengecakan kestabilan
basis dengan melihat ketebalan dan kerapatan basis rahang atas dan bawah.4
Gambar 10 Kesejajaran galengan gigit yang terlihat dari fox plane terhadap garis
camper
KUNJUNGAN IV
Selanjutnya pada kunjungan ke VI model telah ditanam pada artikulator dan
penyusunan gigi anterior rahang atas dan bawah telah selesai sehingga pasien dapat
melakukan try-in untuk mengetahui kesesuaian susunan gigi-geligi.4 Try-in gigi
anterior dimulai dengan pemeriksaan susunan gigi anterior terlebih dahulu dengan
melihat kesesuaian susunan gigi, bentuk gigi, ukuran gigi dan posisi gigi pada
model dengan keadaan dalam mulut pasien dan oklusi dalam mulut pasien jangan
sampai ada yang terlihat “open”. Kemudian periksa ketepatan garis median, posisi
distal, stabilitas, retensi, serta fonetik dengan meminta pasien mengucapkan huruf
“f” atau “s”.6
KUNJUNGAN V
Pada kunjungan ini, penyusunan gigi posterior rahang atas dan bawah telah selesai
sehingga pasien dapat melakukan try-in dan penyesuaian susunan gigi tiruan rahang
atas dan bawah baik bagian anterior maupun posterior secara keseluruhan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat try-in penyusunan gigi yaitu:6
1. Kesesuaian susunan, bentuk, ukuran, dan posisi gigi di dalam mulut pasien.
2. Pemeriksaan oklusi dengan bantuan articulating paper. Hubungan gigi atas
dan bawah harus interdigitasi dengan baik.
3. Pemeriksaan basis gigi tiruan rahang bawah terhadap gerakan fungsional lidah,
sayap lingual sebaiknya tidak menghalangi gerakan lidah
4. Pemeriksaan stabilitas, retensi, basis gigi tiruan rahang atas.
5. Pemeriksaan estetis dengan melihat garis kaninus.
6. Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan huruf
S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada
gangguan.
Setelah semuanya telah sesuai, pasien diminta untuk bercermin. Apabila pasien
telah puas dan tidak ada keluhan, maka basis malam gigi tiruan sebagian tersebut
dikirim ke tekniker untuk packing gigi tiruan.8
KUNJUNGAN VI
Pada tahap kunjungan ke VI pasien akan dilakukan try-in gigi tiruan yang telah jadi
dengan kata lain bahan malam telah diganti dengan resin akrilik. Lalu saat
dilakukan pasang coba ke pasien harus memperhatikan:7
1. Retensi
Pemeriksaan retensi dengan cara menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa
lepas atau tidak.
2. Oklusi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan lembar articulating paper, bagian
yang kontak prematur atau daerah yang tertekan berat harus dikikis gigi
tiruannya
3. Stabilitas
Diperiksa saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan, maka
protesa dapat dipolis.
Gambar 12 Try-in Gigitiruan Penuh
Setelah itu periksa juga adaptasi basis dan tepi gigi tiruan, posisi distal, dimensi
vertikal, fonetik, estetik, dan keadaan jaringan pendukung gigi tiruan juga
diperiksa. Pastikan tidak ada gusi yang menerima tekanan yang besar. Hal ini akan
nampak jika terlihat gusi yang berwarna pucat yang diakibatkan oleh tekanan dari
gigitiruan. Perhatikan juga pipi dan bibir pasien jangan ada yang kendur. Bila
setelah bercermin pasien merasa puas dengan gigitiruannya serta tidak ada keluhan,
maka try-in sudah selesai dan sudah dapat dilakukan insersi gigi tiruan untuk
kemudian dilakukan kontrol seminggu kemudian.4
Selanjutnya, pasien diajarkan cara memasang dan melepas gigi tiruannya.
Pasien juga diberikan instruksi penggunaan dan pemeliharaan protesa, seperti :8
1. Bersihkan gigitiruan dengan sikat dan sabun sehabis makan.
2. Protesa direndam dalam air bersih suhu kamar sewaktu dilepas
3. Pada malam hari, sebelum tidur, lepaskan gigi tiruan agar jaringan otot-otot
dibawahnya dapat beristirahat. Sikat bersih dan rendam di dalam air
DAFTAR PUSTAKA
1. Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Alih bahasa Cornella Hutauruk.
Jakarta: EGC; 2006. p.208-10, 215.
2. Harty FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Alih bahasa: Narlan Sumawinata. Jakarta:
EGC; 1995. h. 102.
3. Swenson MG. Complete Denture, 5th ed. C.V. Mosby Co., Saint Louis. 1960.
4. Basker RM, Davenport JC. Prosthetic Treatment of Edentulous Patient. 4th ed. Great
Britain: Blackwell Publishing Company; 2002. p.58, 71, 146-7, 177, 188, 211, 260,263-4.
5. Itjiningsih WH. Geligi Tiruan Lengkap Lepas, Cetakan III. Jakarta, EGC.
6. Veeraiyan DN, Ramalingam K, Bhat V. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2007. p. 4, 16, 50, 55, 80.
7. Thomson H. Oklusi. Ed 2. Alih Bahasa : Lilian Yuwono. Jakarta: EGC; 2007. hal. 248.
8. Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of Complete Denture. Shelton: People’s
Medical Publishing House; 2009. p. 33-4, 113-4.