Anda di halaman 1dari 16

SOLUSI BIAYA EFEKTIF UNTUK PROVISIONAL SETELAH

EKSTRAKSI GIGI RAHANG ATAS ANTERIOR

Tahapan-tahapan Pendekatan Konservatif untuk Pembuatan Fiber-Reinforced


Resin-Bonded Bridge

ABSTRAK:
Sejumlah pilihan perawatan, mulai dari Maryland bridges, gigi tiruan cekat
sebagian, dan implan merupakan pilihan perawatan yang tersedia untuk
menggantikan gigi anterior yang hilang. Kekuatan resin komposit dengan jenis
glass fiber sering digunakan karena memiliki sifat kekuatan mekanis yang baik.
Jenis restorasi ini dapat menawarkan alternatif yang baik untuk pasien muda yang
masih dalam masa pertumbuhan, atau pasien dewasa yang tidak dapat dibuatkan
immediate implant. Artikel ini menjelaskan kasus pasien yang mempunyai fraktur
akar dan bidang fasial yang turun, sehingga dilarang untuk melakukan
penempatan implan segera setelah ekstraksi.
KATA KUNCI: konservatif, fiber-reinforced composite, silikon, biaya efektif

Universitas YARSI 1
PENDAHULUAN

Kehilangan gigi anterior merupakan pengalaman yang traumatis.


Kebanyakan pasien tidak dapat menjalani aktivitas sehari-hari karena kehilangan
gigi anterior yang mengakibatkan masalah estetik pada pasien, dan ingin
dipasang gigi tiruan segera setelah pencabutan. Namun, pemasangan segera
setelah pencabutan yang berhubungan karena masalah estetik dapat menjadi suatu
tantangan, terutama gigi penyangganya harus memiliki estetika yang baik dan
bebas karies. Gigi tiruan lepasan biasanya jarang diterima, baik secara psikologis
atau fungsional, dan dapat menyebabkan resesi pada gingiva akibat tekanan dari
gigi tiruan lepasan. Mahkota yang utuh pada gigi penyangga merupakan
perawatan yang terlalu invasif dan dianggap sebagai radikal oleh banyak praktisi.1

Fiber-reinforced composite
Gigi tiruan cekat dengan material fiber-reinforced composite (FRC)
merupakan perawatan alternatif konvensional yang sangat baik untuk
menggantikan satu gigi yang hilang, dengan hasil estetik yang memuaskan.
Sebuah studi telah menunjukkan bahwa jenis restorasi FRC memiliki sifat
kekuatan yang sangat baik. FRC adalah material yang tersusun dari dua
komponen, yaitu matriks resin dan fiber (serat). Beberapa bahan yang tersedia saat
ini hanya fiber. Polythylene dan glass fiber merupakan jenis fiber yang paling
banyak digunakan untuk gigi tiruan cekat sebagian pada bridge. Arah fiber dan
pre perawatan pada material tersebut merupakan faktor yang sangat penting dalam
meningkatkan penampilan FRC. Jenis glass fiber harus dilakukan dengan bahan
silane-coupling, sehingga dapat memungkinkan terjadinya ikatan kimiawi
terhadap resin komposit dengan sehelai glass fiber. Untuk meningkatkan ikatan
resin pada jenis polyethylene fiber, fiber diberikan etsa pada seluruh permukaan
gigi. Fiber dapat dibagi menjadi satu arah (unidirectional) seperti helai benang
(strands) ataupun beberapa arah (multidirectional) seperti woven dan braided
dimana serat-serat dijalin seperti kepang dan anyaman. Hal ini penting untuk
mendapatkan adesi yang cukup antara fiber dan resin komposit. Tanpa adesi yang
Universitas YARSI 2
cukup, fiber akan bercampur dengan matriks resin, yang dapat melemahkan
komposit.1
Aplikasi fiber pada gigi sangat jarang dilakukan, faktanya bahwa gigi
harus ditutupi dengan lapisan resin yang dilakukan secara langsung (direct)
maupun tidak langsung (indirect). Untuk mengoptimisasikan sifat mekanis dari
restorasi gigi, maka posisi dan arah fiber harus dilakukan semaksimal mungkin
dalam menerima tekanan dari matriks ke fiber.1
FRC merupakan bahan restorasi yang sangat baik untuk menggantikan
gigi yang hilang. Bahan FRC ini dapat digunakan dengan pontik komposit.
Menurut literatur, penggunaan gigi tiruan resin akrilik dengan atau tanpa penguat
kawat lingual merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan oklusi yang sempit.
Untuk menggunakan teknik yang efektif tanpa preparasi gigi penyangga, jumlah
overjet gigi penyangga diperlukan karena untuk meminimalisir ketebalan dari
sayap komposit gigi penyangga.1
Tipe restorasi ini baik digunakan untuk pasien yang ingin segera dilakukan
pemasangan sesaat setelah pencabutan, meminimalisir invasif, dan biaya yang
efektif. Semua tipe resin-bonded bridges menyediakan pilihan yang efektif dalam
jangka pendek hingga sedang, dengan penampilan all ceramic yang baik dan
memiliki beberapa keuntungan. Terdapat pilihan restorasi lain seperti tipe zirkonia
pada Maryland bridges, tetapi tipe restorasi ini memerlukan biaya laboratorium.1

Universitas YARSI 3
LAPORAN KASUS

Keluhan pasien dan temuan klinis


Seorang pasien laki-laki berusia 57 tahun datang dengan keluhan terdapat
pembengkakan dan goyang pada gigi insisif sentral sebelah kiri (Gb. 1&2). Pada
gambaran radiografi terdapat fraktur akar (Gb. 3). Pada saat probing, palpasi, dan
perkusi ditemukan bahwa bidang fasial dan tulang krestal turun, sehingga pasien
tidak dapat dilakukan pemasangan implan sesaat setelah pencabutan. Terdapat
eksudat pada saat probing. Pasien mengonsumsi antibiotik selama 5 hari untuk
mengurangi rasa sakit pada giginya.

Tahapan perawatan
Setelah giginya diekstraksi, pembengkakan dan bidang fasial yang turun terlihat
jelas (Gb. 4&5). Kemudian dilakukan pencetakan untuk model diagnostik dengan
menggunakan bahan alginate impression pada soket yang telah diekstraksi dan
gigi penyangganya (Gb. 6). Kemudian alginat diisi dengan bahan silikon (Gb. 7)
untuk mendapatkan model studi yang digunakan untuk pembuatan resin retained
bridge, Model studi dengan bahan silikon tidak hanya fleksibel, tetapi juga
mencegah material komposit lengket, memudahkan melepas bridge dari model
studi. Pada gigi penyangga, ditambahkan sayap resin komposit di bagian lingual
(Gb. 8). Pada saat bahan belum mengeras, fiber komposit diukur dan dipotong
sesuai dengan panjang yang telah ditentukan (Gb. 9), kemudian ditempelkan pada
sayap komposit (Gb.10), dan fiber dilekukkan ke arah labial (Gb.11). Jenis desain
ini dapat menahan beban yang lebih tinggi, dibandingkan dengan melekukkan ke
arah lingual atau ke arah tengah pontik. Membuat core terlebih dahulu, dengan
cara mengaplikasikan resin komposit pada bagian model yang telah diekstraksi
kemudian membentuk pontik ovate (Gb. 12&13). Pontik yang baik adalah
memenuhi syarat biologis, mekanis, dan estetis. Syarat biologis meliputi, kontur
yang harmonis dengan gigi antagonis dan gusi di bawahnya, biokompatibel,
mudah dibersihkan terutama pada bagian yang menghadap gusi, relasi dengan
alveolaris ridge harus dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut dan bahan tidak
Universitas YARSI 4
mengiritasi jaringan di rongga mulut. Syarat mekanis yang harus dipenuhi yaitu,
harus kaku (rigid) agar tidak terjadi perubahan bentuk ketika digunakan dan tahan
terhadap daya kunyah. Sedangkan syarat estetis yaitu bentuk dan warna
menyerupai gigi asli, dan penampilannya seakan-akan muncul dari edentuluous
ridge.2,3 Pada pontik ovate diindikasikan untuk pasien setelah pencabutan gigi,
yang tidak ingin dirawat dengan implan, dan yang menginginkan estetika yang
bagus khususnya gigi anterior. Sedangkan kontra indikasinya adalah pada gigi
yang coronal-apical ridge tidak cukup tinggi atau bukal-lingualnya tidak cukup
untuk membentuk tulang dan kontur jaringan yang penting untuk menampilkan
gusi secara keseluruhan (Dento Gingival Complex/DGC). Keuntungan utama
pontik tipe ini adalah desain sedemikian rupa sehingga mirip gigi asli dan nampak
alami, estetik bagus, nyaman saat digunakan untuk bicara karena udara dan saliva
tidak terjebak di bawahnya serta disain pontik ini sangat higienis.4
Sisa daerah pontik itu diisi dengan resin komposit untuk membentuk
kerangka (Gb. 14&15). Pontik diletakkan sedikit ke lingual sehingga dapat
menambahkan lapisan resin komposit pada saat di dalam mulut. Akhir bentuk
kerangka dapat dilihat pada Gb. 16. Setelah kerangka itu dibuat kemudian
diaplikasikan dalam mulut. Aplikasi etsa dan bonding pada gigi yang akan
dilakukan restorasi (Gb. 17). Kemudian lakukan light cure secara merata (Gb. 18).
Tampilan bagian lingual menunjukkan terdapat ruangan yang masih cukup pada
bagian lapisan fasial (Gb. 19). Lapisan yang masih terdapat ruangan, dibuat
dengan menggunakan tangan mengikuti kerangka tersebut. Tampilan akhir lingual
dapat dilihat pada (Gb. 20) dan resotrasi akhir serta senyum pasien dapat dilihat
pada (Gb. 21&22).

Universitas YARSI 5
Gambar 1. Gambaran pre-operatif gigi inisisif sentral yang goyang

Gambar 2. Senyum pre-operatif Gambar 3. Radiografi

Universitas YARSI 6
Gambar 4. Ekstraksi soket

Gambar 5. Ekstraksi soket, tampilan insisial

Universitas YARSI 7
Gambar 6. Alginate impression Gambar 7. Bahan silikon diisi ke dalam
alginate

Gambar 8. Menambahkan sayap resin komposit pada model

Universitas YARSI 8
Gambar 9. Bahan fiber komposit

Gambar 10. Fiber ditempelkan pada sayap komposit

Universitas YARSI 9
Gambar 11. Tampilan insisal pada desain kerangka

Gambar 12. Membentuk pontik Gambar 13. Tampilan lingual bentuk


kerangka

Gambar 14. Desain kerangka Gambar 15. Tampilan lingual


Universitas YARSI 10
Gambar 16. Pontik ovate dan kerangka Gambar 17. Aplikasi bahan adesif

Gambar 18. Penempatan kerangka di dalam mulut

Universitas YARSI 11
Gambar 19. Tampilan lingual

Gambar 20. Saat setelah pembedahan, tampilan lingual

Gambar 21. Restorasi akhir Gambar 22. Final smile

Universitas YARSI 12
PEMBAHASAN

Komposit kedokteran gigi telah banyak dipakai sebagai material tumpat


baik untuk gigi anterior maupun posterior karena estetiknya yang baik. Di
Indonesia komposit kedokteran gigi yang umumnya dipakai adalah jenis komposit
partikulat, jenis komposit ini memiliki sifat isotropis namun memiliki transverse
strength (kekuatan melintang) yang rendah sehingga sering terjadi kerusakan pada
material tumpat. Selanjutnya dikembangkan jenis komposit fiber (serat) yang
bersifat anisotropis dengan digantikannya filler (pengisi) partikulat dengan fiber,
sehingga memberikan sifat mekanik yang lebih baik diantaranya stiffness
(kekakuan), strength (kekuatan), toughness (ketangguhan), dan fatigue resistant
Universitas YARSI 13
(ketahanan kelelahan). Peran fiber sebagai reinforce (penguat) sangat dipengaruhi
oleh faktor volume fraksi dan aspek rasio fiber, arah fiber, impregnasi fiber
dengan matrik resin, bonding (ikatan) antara matrik resin dan fiber, serta sifat
fiber dan matriks.5
Komposit resin dengan penguatan fiber (fiber reinforced composite
resin/FRC) mulai banyak digunakan oleh para praktisi di bidang kedokteran gigi
sebagai alternatif yang potensial dari gigi tiruan jembatan (GTJ) konvensional
ataupun implant untuk mengganti satu gigi yang hilang baik di anterior maupun
posterior. Selain itu, FRC juga telah digunakan untuk perawatan splinting pada
pasien periodontik, protesa cekat sementara pada bekas pencabutan, dan sebagai
alternatif protesa lepasan untuk pasien yang kesulitan finansial atau memiliki
penyakit sistemik. Penggunaan fiber secara direk dan indirek sebagai perawatan
sementara pada dua orang pasien dengan 2 jenis penguatan fiber. Fiber yang lazim
digunakan di kedokteran gigi di antaranya glass fiber, aramid fiber,
carbon/graphite fiber dan ultra high molecular weight polyethylene fiber
(UHMWPE).6

Kelebihan yang ditawarkan oleh FRC sebagai GTJ adalah gigi penyangga
tidak perlu diasah terlalu banyak sehingga jauh lebih konservatif. Proses
pembuatannya di laboratorium lebih sederhana karena tidak membutuhkan proses
casting, sehingga biayanya juga lebih murah. Restorasi ini juga dapat dibuat
secara langsung oleh dokter gigi, sehingga perawatan dapat diselesaikan dalam
waktu yang lebih singkat. Namun ketahanan jangka panjang FRC sebagai material
untuk restorasi permanen pada gigi posterior masih diperdebatkan, dan masih
belum banyak penelitian tentang sifat mekanisnya. Kekuatan FRC kemungkinan
dipengaruhi oleh kekuatan komposit yang melapisi fiber dan adhesi antara
komposit dengan fiber.6

Universitas YARSI 14
KESIMPULAN

Teknik bridge dengan FRC merupakan konservatif, estetik, dan biaya efektif
untuk menggantikan gigi yang hilang. Gigi tiruan cekat FRC dapat digunakan
sebagai provisional dalam jangka lama pada pasien muda yang ingin dilakukan
restorasi implan atau gigi tiruan cekat konvensional, atau sebagai solusi jangka
pendek untuk gigi yang hilang. Bahan ini semakin meningkat dan lebih mudah
digunakan, namun perlu penelitian lebih lanjut tentang menggunakan pendekatan
ini.

Universitas YARSI 15
DAFTAR PUSTAKA

1. Margeas RC. A cost-effective solution for a provisional after an extraction


in the anterior maxilla. Summer 2016;32(2):76-83
2. Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. 1st ed. New Delhi: Jaypee
Brothers; 2003.
3. Padila MT. Conytemporary fixed prosthetics. 2nd ed. St. Louis; 1995.
4. Dylina TJ. Contour determination for ovate pontic. J Proshtet Dent
1999;82(2):136-142.
5. Drummond JL, Bapna MS. Static And Cyclic Loading Of Fiber Reinforced
Dental Resin. Journal of Dental Materials 2003;19:226-231.
6. Mozartha M, Herda E, Soufyan A. Pemilihan resin komposit dan fiber
untuk meningkatkan kekuatan fleksural Fiber Reinforced Composite
(FRC). Jurnal PDGI 2010;59(1):29-34.

Universitas YARSI 16

Anda mungkin juga menyukai