Anda di halaman 1dari 38

PERIODONTAL

DISEASE

Putri Karimah Pratiwi


1112013033
Qurrata Aini
1112013034
Mekanisme penyakit
• Penyakit periodontal  seperangkat kondisi yang dapat
menyebabkan perubahan local atau umum pada jar. Perio dan
sekitarnya
• Penyakit perio di klasikasikan menjadi dua

Gingivitis Periodontitis

Plak Non plak 1. Kronis


2. Manifestasi penyakit sistemik
3. Periodontitis agresif
4. Necrotizing periodontal
disease dll
Tanda klinis
Tanda klinis gingivitis: periodontitis:

• Perdarahan
• Perubahan warna • Pendarahan,
• Perubahan konsistensi • Eksudat purulen,
• Perubahan tekstur • Edema,
permukaan • Resorpsi puncak
• Perubahan kontur atau alveolar
bentuk • Mobilitas gigi.
Individu yang lebih rentan
terhadap penyakit periodontal

 Perokok
 Orang tua
 Pendidikan rendah
 Kerusakan periodontal
 Penyakit sistemik seperti
 Human Immnunodeficiency virus
 Diabetes
Penilaian penyakit periodontal
• Kontribusi gambar diagnostik
– Gambaran radiografi
• membantu klinisi u/ mengidentifikasi tingkat kerusakan tulang
alveolar
• Membantu penilaian rasio mahkota-akar
– Pemeriksaan klinis
• Pemeriksaan probing periodontal
• Indeks gingiva
• Mobilitas
• Evaluasi gingiva yang melekat
• Keterbatasan gambar intraoral (bitewing & periapikal)
– Hanya memberikan tampilan 2D
– Hanya tulang interproksimal yang terlihat jelas
– Menunjukan kerusakan tulang yang kurang parah
daripada yang sebenerarnya
– Tidak menunjukan hubungan jaringan lunak ke
jaringan keras
– Bone level sering diukur dari CEJ (tp tidak valid saat
terdapat overeruption atau pasien dengan atrisi
parah)
• Penilaian radiografi dengan kondisi periodontal
– Radiograf sangat membantu dalam evaluasi:
• Kepadatan tulang
• Kondisi puncak-puncak alveolar
• Bone loss di daerah furkasi
• Lebar ruang ligamen periodontal
• Faktor iritasi lokal yang meningkatkan risiko penyakit
periodontal
– Kalkulus
– Overcontoured restoration atau poorly restoration
• Panjang akar dan morfologi dan rasio mahkota
terhadap akar
• Kontak interproksimal terbuka, yang mungkin dapat
menimbulkan impaksi makanan
• Pertimbangan anatomi
– Posisi sinus maksilaris yang berkaitan dengan
kelainan periodontal
– Kehilangan gigi, supernumerary, impaksi, dan gigi
tipped
• Pertimbangan patologis
– Karies
– Lesi periapikal
– Resorpsi akar
Penempatan reseptor gambar dan beam
• Reseptor gambar harus ditempatkan sejajar dengan
sumbu gigi yang panjang atau mendekati posisi ideal.
• Sinar x-ray diarahkan tegak lurus terhadap sumbu
panjang gigi dan bidang reseptor gambar.
• Gambar interproksimal (bitewing) lebih akurat mencatat
jarak antara CEJ dan puncak tulang alveolar
interradicular karena beam berorientasi pada sudut siku
ke sumbu panjang gigi dengan pandangan
interproksimal, memberikan pandangan akurat tentang
hubungan ketinggian dari tulang alveolar ke akar.
• Gigi digambarkan pada posisi yang benar relatif
terhadap proses alveolar bila
(1) Tidak ada tumpang tindih kontak proksimal antara mahkota
(2) Tidak ada tumpang tindih akar gigi yang berdekatan
(3) Tumpang tindih pada puncak geraham bukal dan lingual.
• Gambar panoramik tidak disarankan u/ evaluasi penyakit
periodontal:
1) Distorsi dan gambaran yang kurang baik
2) Mengabaikan kerusakan tulang yang kecil dan melebih-
kerusakan besar.
Pertimbangan dan Teknik Khusus
• Yang paling banyak digunakan dari teknik ini adalah
teknik pengurangan radiografi (lihat Bab 4).
• Keuntungan metode ini  memungkinkan deteksi yang
lebih baik terhadap kerusakan tulang dalam jumlah kecil
di antara gambar yang dibuat pada waktu berbeda
dibandingkan dengan inspeksi visual.

• Tetapi pengurangan gambar sulit untuk digunakan karena


gambar harus dibuat dengan orientasi yang sama
dengan sinar x-ray primer, tulang, dan reseptor gambar
pada setiap pemeriksaan, yang sulit dilakukan pada
praktik umum.
Cone-Beam Computed Tomographic
• Tidak memberikan keuntungan signifikan dibandingkan teknik
radiografi konvensional (biaya >>, radiasi >>)
• CBCT  3D  memperlihatkan gambar kerusakan tulang yang
tidak digambarkan dengan baik pada radiografi konvensional.

(kiri atas) menunjukkan kehilangan tulang


moderat antara M2 dan M3. Axial (kanan
atas), koronal (kanan bawah), dan
parasagital (kiri bawah) pada gambaran
CBCT menunjukkan kerusakan tulang di
daerah ini yang lebih jelas. Kehilangan tulang
periodontal di sekitar permukaan bukal dari
molar ketiga juga divisualisasikan (panah),
yang tidak bisa dinilai pada gambar
panorama.
Tampilan anatomi normal

Kemiringan alveolar normal terletak 0,5 sampai 2,0 mm di bawah CEJ yang
berdekatan dan membentuk sudut tajam dengan lamina dura gigi yang
berdekatan. Puncaknya mungkin tidak selalu muncul dengan korteks luar yang
terdefinisi dengan baik.
Antara gigi anterior, puncak alveolar
normal ditunjukkan dan
dikoordinasikan dengan baik,
mendekati 0,5 sampai 2,0 mm dari
CEJ yang berdekatan.
• jika lamina dura masih membentuk sudut tajam dan
terdefinisi baik dengan puncak alveolar, kondisinya
merupakan varian normal dan bukan merupakan indikasi
penyakit.
• Karena gingivitis adalah kondisi peradangan yang
terbatas pada gingiva, tidak ada perubahan signifikan
pada tulang yang mendasarinya, dan oleh karena itu
tampilan tulang dalam citra diagnostik normal.
Radiografi pada penyakit periodontal
• Morfologi tulang alveolar pendukung dan perubahan
pada kerapatan internal dan pola trabekular. Perubahan
morfologi menjadi nyata akibat hilangnya tulang crestal
interproksimal dan tulang yang tumpang tindih dengan
aspek bukal atau lingual akar gigi. Perubahan pada
aspek internal tulang alveolar mencerminkan
pengurangan atau peningkatan struktur tulang atau
campuran keduanya.
Perubahan tulang tahap awal

Penyakit periodontal awal dipandang sebagai hilangnya


kepadatan kortikal dan pembulatan persimpangan antara puncak
alveolar dan lamina dura (panah). Perhatikan juga kehilangan
tulang yang lebih menonjol di sekitar molar pertama mandibula
dan kalkulus interproksimal umum.
Kerusakan tulang horizontal

A. Gigi P ekstrusi; kerusakan tulang (panah) relatif terhadap CEJ belum tentu
hasil dari penyakit periodontal. B. atrisi pada gigi mengakibatkan peningkatan
jarak dari CEJ ke tinggi tulang (panah) tidak berhubungan dengan penyakit
periodontal. Tetapi perubahan tingkat tulang yang dihasilkan relatif terhadap
CEJ masih mungkin signifikan secara klinis.
Kerusakan tulang horizontal terlihat di wilayah anterior (A) dan
daerah posterior (B) sebagai hilangnya pelat kortikal bukal dan
lingual dan tulang alveolar interdental.
Kerusakan tulang vertikal

A. Kerusakan tulang vertikal; ada pelebaran abnormal ruang PDL


(panah). B. kerusakan tulang vertikal yang lebih parah,
mempengaruhi permukaan mesial molar pertama dan permukaan
distal caninus tersebut.
Kerusakan tulang bagian interdental

Pada bagian interproksimal, terdapat kerusakan tulang pada


bagian antara tulang kortikal bukal dan lingual,terlihat adanya
radiolusen.
Kerusakan tulang kortikal bukal atau lingual

B. Hilangnya tulang
kortikal bukal
berdekatan dengan
gigi I1 dan I2 RA.

Panah hitam
menunjukkan tingkat
puncak alveolar bukal,
yang menunjukkan
penurunan lebih
mendalam
dibandingkan dengan
puncak alveolar lingual
A. Kehilangan puncak (panah putih).
tulang alveolar lingual
berdekatan dengan P1
tanpa berhubungan
dengan kerusakan
tulang interproksimal.
Kerusakan tulang pada daerah bifurkasi gigi

A. keterlibatan furkasi sangat awal dari molar mandibula ditandai


dengan pelebaran sedikit ruang PDL di bifurkasi B lesi radiolusen
yang cukup luas pada daerah bifurkasi karena adanya kehilangan
tulang di daerah furkasi
C. Angulasi pandangan periapikal dari molar pertama maksila
diproyeksikan ke akar palatal jauh dari wilayah trifurcation
mengungkapkan pelebaran awal ruang PDL.
D. Contoh bayangan “J” terbalik yang dihasilkan dari kerusakan tulang
meluas ke wilayah trifurcation dari gigi P1
Perubahan kepadatan internal dan pola trabekular tulang

A. adanya radiolusen di sekitar I2 RA. Tulang trabekula pada puncak alveolar


pada aspek mesial dan distal gigi yang nyaris tak terlihat, dan ruang-ruang
sumsum membesar. B. reaksi tulang didominasi sklerotik yang dihasilkan dari
penyakit periodontal melibatkan molar RB. Trabekula menebal, dan ruang-
ruang sumsum nyaris tak terlihat.
Inflamasi lesi periodontal dapat meluas melalui korteks lantai
sinus maksilaris menyebabkan mucositis lokal. Mucositis lokal
dalam sinus maksilaris berbatasan langsung dengan kerusakan
periodontal vertikal.
Pola lain dari kerusakan tulang periodontal

Abses periodontal
Periodontitis agresif
Kondisi terkait dengan penyakit peridontal
Berbagai perubahan pada gigi dan struktur pendukungnya
berhubungan dan berpotensi memperburuk penyakit periodontal:

Trauma Oklusal Mobilitas gigi

Local irritating
Open contacts factors
Trauma Oklusal

 Traumatik oklusi  perubahan degenaratif dalam menanggapi


respon tekanan oklusal yang berlebih.
 Perubahan ini terjadi akibat dari maladaptasi dalam menanggapi
kekuatan berlebih sehingga dapat menyebabkan bone los.

Tanda-tandanya
 Terlihat penebalan tulang
 Peningkatan mobilitas
 Peningkatan pelebaran PDL,
 Peningkatan jumlah trabekula
 Hipersementosis
 Fraktur akar
Mobilitas gigi

 Pelebaran ruang PDL mobilitas gigi


 Jika gigi akar tunggal 
 Jika gigi akar banyak  pelebaran ruang
PDL, di apeks dan di bifurkasinya
 Perubahan ini terjadi karena ada sumbu
rotasi di beberapa titik tengah akar
Open contacts
• Apabila bagian mesial dan
distal titik kontak tidak
normal  membahayakan
periodonsiumpotensis
sisa makanan.
• Makanan terjebak
merusak jaringan lunak
induksi respon inflamasi
berkembang penyakit
periodontal.

M2 migrasi karena M1 hilang, sehingga barisan gigi tidak normal


serta membuat pasien sulit menjaga OHIS dan menimbulan
penyakit periodontal. Pada P2 crown dibuat lebih besar pada
distal untuk menghentikan tipping M2.
Faktor iritasi local
black

Memperburuk penyakit
periodontal deposit kalkulus
diinterproksimal gigi.
Kalkulus sering terjadi di insisiv Rb.

Restorasi yang overblabla


dahanging pat menyebabkan
akumulasi plak karena sulit
dibersihkan
Evaluasi terapi
periodontal

• Keberhasilan terapi
periodontal dapat dilihat 
pasca perawatan
• Interproksimal korteks di
alveolar crest sebagai indikator
keberhasilan perawatan
periodontal
Diagnosis banding
• Karsinomas sel squamosal  • Histiositosis (mirip d/
meniru tampilan penyakit periodontitis agresif local
jar.periodontal • Tanda kerusakan tulang
• Tandanya kerusakan tulang berada di midrood, dengan lesi
yang luas, ruang PDL yang seperti sendok es krim.
tidak terartur, hancurnya
lamina dura.
Kondisi yang mempengaruhi penya.Periodontal

• Penyakit sistemik mungkin


mempengaruhi jaringan
periondonsium dan hasil Diabetes Hematologi
perawatan periodontal. melitus

Gangguan Perubahan
genetik hormonal

Stres
Acquired Imunodeficiency
Diabetes melitus Syndrome

• Diabetes mellitus (DM) • Individu yang terkena penyakit


penyakit ini mengalami, perkembangan
sistemikumumdan yang cepat ke arah tulang dan
mempengaruhi penya.perio hilangnya beberapa gigi.
• DM terkontrol  menurunkan
resistensi terhadap infeksi dan
keparahan jar.perio Terapi radiasi
• DM tidak terkontrol 
penya.perio > parah dan • Radiasi terapi perio dengan dosis yang
mengenai kerusakan tulang tinggi memiliki efek merugikandapat
yang > berat menyebabkan tulang hipoksia ,
hiposeluler,hipovaskular
• Gigi yang terkena radiasi dosis tinggi
menunjukan resesi lebih besar
,kehilangan perlekatan, dan mobilitas
gigi
Wassalamuallaikum Wr.Wb

Anda mungkin juga menyukai