Anda di halaman 1dari 9

LO 1.

Memahami dan menjelaskan cleft


Cleft (celah/sumbing), merupakan bagian dari defek (cacat) maksila. Tipe defek
maksila diklasifikasikan sebagai berikut: (Nalaswamy, 2003)
 Kongenital: cleft lip, cleft palate
 Dapatan/acquired: maksilektomi total, maksilektomi parsial
Defek maksila kongenital yang paling umum adalah cleft lip dan cleft palate.
Defek lain seperti cleft palate submukosa, sindrom Pierre Robun, mikrosomia hemifasial
dirawat menggunakan prinsip dasar yang sama dengan menejemen kasus cleft lip/cleft
palate (Nalaswamy, 2003).

LO 1.1 Klasifikasi Cleft


LO.1.1.1 Klasifikasi berdasarkan luas defek
Cleft lip dan/atau cleft palate dapat terjadi unilateral ataupun bilateral. cleft lip unilateral
lebih sering terjadi di sisi kiri. Berikut klasifikasi celah kongenital berdasarkan perluasan
defek: (Nalaswamy, 2003)
 Kelas I: celah bibir dengan celah alveolus (palatum primer) (Gb 36.2)

1
 Kelas II: celah palatum durum dan mole (palatum sekunder) (Gb. 36.3)

 Kelas III: Kombinasi I dan II (Gb. 36.4)

     

LO.1.1.2 Klasifikasi VEAU


Veau (1931), memberikan klasifikasi yang sangat sederhana (Malik, NA. 2012):
 Group I : Hanya celah palatum molle
 Group II : Celah pada palatum durum dan molle
 Group III : Complete unilateral cleft, membentang dari uvula ke foramen insisif
dan kemudian menyimpang ke satu sisi memanjang melalui alveolus
 Group IV: Complete bilateral alveolar cleft

Veau (1922), mengklasifikasikan cleft palate menjadi:


 Kelas I : celah meliputi palatum lunak. Juga dapat terlihat normal karena celah ada
di lapisan submukosa (Gb. 36.5).

2
 Kelas II : celah midline melibatkan tulang, hanya ada di bagian posterior
palatum (Gb. 36.6).

 Kelas III : celah unilateral meluas sepanjang suturan mid-palatina dan suture
antara maksila dan palatine shelf (Gb. 36.7).

 Kelas IV: celah unilateral disepanjang sutura mid-palatina dan sutura antara pre-
maksila dan palatine shelft (Gb. 36.8).

3
LO.1.1.3 Klasifikasi Davis dan Ritchie (1922)
Davis and Ritchie (1922) mengklasifikasikan berdasarkan anatomi (Malik, NA. 2012):
 Group I: Prealveolar clefts (unilateral, bilateral dan median)
 Group II: Postalveolar clefts
 Group III: Complete alveolar clefts (unilateral, bilateral dan median)

LO.1.1.4 Klasifikasi Kernahan


Pada Rome Congress (1967) disetujui klasifikasi internasional berdasarkan
embriologi: Dasar dari klasifikasi pertama disarankan oleh Fogh-Anderson pada tahun
1942, diperkuat oleh Kernahan dan Stark (1958) dan kemudian dikemukakan oleh V
Spina (1972) dan lain-lain. (Malik, NA. 2012)
Klasifikasi Kernahan berdasarkan pada embriologi yang pakai foramen insisivum
sebagai batas yang memisahkan celah pada palatum primer dari palatum sekunder.
Palatum primer terdiri dari bibir atas, tulang alveolar dan palatum yang terletak dianterior
foramen insisivum. Celah komplit pada palatum primer akan melibatkan semua struktur
ini, palatum sekunder terdiri dari palatumkeras dan palatum lunak dibelakang foramen
insisivum. (Balaji SM, 2007) (Anil K, 2010)
Klasifikasi ini menggunakan metode strip Y. klasifikasi ini dikembangkan untuk
mengatasi kekurangan klasifikasi verbal dan numeric dan memungkinkanidentifikasi
kondisi pasien preoperatif secara tepat. (Balaji SM, 2007)

Keterangan
a) Area 1 dan 4 menunjukkan sisi kanan dan kiri bibir
b) Area 2 dan 5 menunjukkan tulang alveolar

4
c) Area 3 dan 6 menunjukkan daerah palatum di anterior foramen insisivum
d) Area 7 dan 8 menunjukkan palatum keras
e) Area 9 menunjukkan palatum lunak

(Malik, NA. 2012)

Klasifikasi internasional untuk celah bibir dan celah palatum:


 Group I : Celah pada anterior (primary) palatum
o Bibir Unilateral/Bilateral Kanan/Kiri---total/partial
o Alveolus Unilateral/Bilateral Kanan/Kiri ---total/partial
 Group II : Celah pada anterior dan posterior (primary dan secondary) palatum
o Bibir Unilateral/Bilateral Kanan/Kiri ---total/partial
o Alveolus Unilateral/Bilateral Kanan/Kiri ---total/partial
o Palatum durum Kanan/Kiri ---total/partial
 Group III : Celah pada posterior (secondary) palatum
o Palatum durum : Kanan/Kiri
o Palatum molle
 Group IV : Celah fasial yang jarang terjadi

LO.1.1.5 Klasifikasi Aramany


Aramany mengusulkan klasifikasi partial maxillary defects berdasarkan luasnya:

5
 Class I: Defek unilateral yang melibatkan salah satu/ setengah dari lengkungan
dan dekat dengan palatine shelf. Defek meluas ke midline (semua gigi di sisi
lengkungan yang hilang)
7654321|1234567

 Class II: Defek unilateral yang melibatkan satu sisi lengkung posterior ke kaninus
(gigi posterior hingga kaninus tidak ada)
7654321|1234567

 Class III: Defek melibatkan pusat palatine shelves (semua gigi ada)
7654321|1234567

 Class IV: Defek bilateral yang melibatkan satu sisi lengkungan bersama dengan
seluruh premaxilla (semua gigi anterior bersama dengan gigi posterior dari satu
sisi yang hilang)
7654321|1234567

6
 Class V: Defek bilateral posterior (gigi anterior hingga premolar kedua ada)
7654321|1234567

 Class VI: Defek bilateral anterior (gigi anterior hingga premolar kedua tidak ada)
7654321|1234 567

LO.1.1.6 Klasifikasi Harkins dan rekan (1962)


Harkins dan rekan (1962) menyajikan klasifikasi cleft Facial berdasarkan prinsip
embriologis yang sama yang digunakan oleh Kernahan dan Stark (1958). modifikasi versi
berikut (Balaji, 2009) :
1) Cleft palate utama
a) Cletf lip
i. unilateral: kanan, kiri
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
ii. bilateral: kanan, kiri
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap

7
iii. median
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
iv. prolabium: kecil, menengah, besar
v. bekas luka kongenital: kanan, kiri, median
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
b) cleft proses alveolar
i. unilateral: kanan, kiri
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
ii. bilateral: kanan, kiri
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
iii. median
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
iv. submukosa: kanan, kiri, median
v. absen gigi insisivus gigi
2) cleft palatum
a. palatum lunak
I. posteroanterior: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
II. Lebar: maksimum (mm)
III. palatal kependekan: tidak ada, ringan, sedang, bertanda
IV. cleft submukosa
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
b. palatum keras
I. posteroanterior
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
II. Lebar: maksimum (mm)
III. vomer attachment: kanan, kiri, tidak ada
IV. cleft submukosa
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
3) Proses celah mandibular
a. Bibir
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
b. rahang bawah
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
Lubang bibir : sinus (lubang) bibir bawaan
4) naso-okular : memanjang dari wilayah narial menuju wilayah canthal medial
5) oro-ocular : memanjang dari sudut mulut menuju fisura palpebral
6) oro-aular : memanjang dari sudut mulut menuju tragus telinga

LO.1.1.7 Klasifikasi Spina (1974)


Spina (1974) yang dimodifikasi dan disederhanakan klasifikasi diatas sebagai (Balaji,
2009) :

8
 Kelompok 1 : pra celah foramen tajam (celah bawah anterior foramen tajam).
Celah bibir dengan atau tanpa celah alveolar.
a. Unilateral
I. Kanan atau kiri (total/keseluruhan gabungan alveolar atau sebagian)
b. Bilateral
I. keseluruhan
II. Sebagian (dari satu atau kedua sisi)
c. tengah
I. Seluruh
II. Sebagian
 Kelompok 2 : trans celah foramen tajam (celah bibir, alveolus, dan langit”)
a. Unilateral (kanan/kiri)
b. Bilateral
 Kelompok 3 : pasca celah foramen tajam
a. Keseluruhan
b. Sebagian
 Kelompok 4 : Kelangkaan pada celah wajah / celah wajah yang langka

Daftar Pustaka

(Nalaswamy, 2003)

Maulidah SMN. Makalah Tindakan Bone Grafting pada penyakit periodontal menurut
perspektif islam. 2014. Kementrian Agama Republik Indonesia Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cierbon

Anda mungkin juga menyukai