1
Kelas II: celah palatum durum dan mole (palatum sekunder) (Gb. 36.3)
2
Kelas II : celah midline melibatkan tulang, hanya ada di bagian posterior
palatum (Gb. 36.6).
Kelas III : celah unilateral meluas sepanjang suturan mid-palatina dan suture
antara maksila dan palatine shelf (Gb. 36.7).
Kelas IV: celah unilateral disepanjang sutura mid-palatina dan sutura antara pre-
maksila dan palatine shelft (Gb. 36.8).
3
LO.1.1.3 Klasifikasi Davis dan Ritchie (1922)
Davis and Ritchie (1922) mengklasifikasikan berdasarkan anatomi (Malik, NA. 2012):
Group I: Prealveolar clefts (unilateral, bilateral dan median)
Group II: Postalveolar clefts
Group III: Complete alveolar clefts (unilateral, bilateral dan median)
Keterangan
a) Area 1 dan 4 menunjukkan sisi kanan dan kiri bibir
b) Area 2 dan 5 menunjukkan tulang alveolar
4
c) Area 3 dan 6 menunjukkan daerah palatum di anterior foramen insisivum
d) Area 7 dan 8 menunjukkan palatum keras
e) Area 9 menunjukkan palatum lunak
5
Class I: Defek unilateral yang melibatkan salah satu/ setengah dari lengkungan
dan dekat dengan palatine shelf. Defek meluas ke midline (semua gigi di sisi
lengkungan yang hilang)
7654321|1234567
Class II: Defek unilateral yang melibatkan satu sisi lengkung posterior ke kaninus
(gigi posterior hingga kaninus tidak ada)
7654321|1234567
Class III: Defek melibatkan pusat palatine shelves (semua gigi ada)
7654321|1234567
Class IV: Defek bilateral yang melibatkan satu sisi lengkungan bersama dengan
seluruh premaxilla (semua gigi anterior bersama dengan gigi posterior dari satu
sisi yang hilang)
7654321|1234567
6
Class V: Defek bilateral posterior (gigi anterior hingga premolar kedua ada)
7654321|1234567
Class VI: Defek bilateral anterior (gigi anterior hingga premolar kedua tidak ada)
7654321|1234 567
7
iii. median
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
iv. prolabium: kecil, menengah, besar
v. bekas luka kongenital: kanan, kiri, median
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
b) cleft proses alveolar
i. unilateral: kanan, kiri
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
ii. bilateral: kanan, kiri
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
iii. median
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
iv. submukosa: kanan, kiri, median
v. absen gigi insisivus gigi
2) cleft palatum
a. palatum lunak
I. posteroanterior: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
II. Lebar: maksimum (mm)
III. palatal kependekan: tidak ada, ringan, sedang, bertanda
IV. cleft submukosa
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
b. palatum keras
I. posteroanterior
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
II. Lebar: maksimum (mm)
III. vomer attachment: kanan, kiri, tidak ada
IV. cleft submukosa
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
3) Proses celah mandibular
a. Bibir
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
b. rahang bawah
batas: sepertiga, dua-pertiga, lengkap
Lubang bibir : sinus (lubang) bibir bawaan
4) naso-okular : memanjang dari wilayah narial menuju wilayah canthal medial
5) oro-ocular : memanjang dari sudut mulut menuju fisura palpebral
6) oro-aular : memanjang dari sudut mulut menuju tragus telinga
8
Kelompok 1 : pra celah foramen tajam (celah bawah anterior foramen tajam).
Celah bibir dengan atau tanpa celah alveolar.
a. Unilateral
I. Kanan atau kiri (total/keseluruhan gabungan alveolar atau sebagian)
b. Bilateral
I. keseluruhan
II. Sebagian (dari satu atau kedua sisi)
c. tengah
I. Seluruh
II. Sebagian
Kelompok 2 : trans celah foramen tajam (celah bibir, alveolus, dan langit”)
a. Unilateral (kanan/kiri)
b. Bilateral
Kelompok 3 : pasca celah foramen tajam
a. Keseluruhan
b. Sebagian
Kelompok 4 : Kelangkaan pada celah wajah / celah wajah yang langka
Daftar Pustaka
(Nalaswamy, 2003)
Maulidah SMN. Makalah Tindakan Bone Grafting pada penyakit periodontal menurut
perspektif islam. 2014. Kementrian Agama Republik Indonesia Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cierbon